Anda di halaman 1dari 91

BAB 1

PENGRTIAN AKIDAH,AKHLAK,QALAM DAN TAUHID

1. Pengertian Aqidah, Akhlak, Qalam dan Tauhid


a. Pengertian Aqidah
Akidah berasal dari kata aqd yang berarti pengikatan. Maksudnya
mengikat hati terhadap hal tersebut. Akidah adalah apa yang diyakini oleh
seseorang. Jika dikatakan,‟dia mempunyai akidah yang benar,’’ berarti
akidahnya bebas dari keraguan. Akidah merupakan perbuatan hati, yaitu
kepercayaan hati dan pembenarannya kepada sesuatu. Ada juga ahli yang
mendefinisikan bahwa aqidah ialah kesimpulan pandangan atau kesimpulan
ajaran yang diyakini oleh hati seseorang.
Adapun secara istilah, akidah berarti Iman. Semua sistem kepercayaan
atau keyakinan bisa dianggap sebagai salah satu akidah. Iman berarti
membenarkan atau percaya. Iman dan Islam (syariat) membentuk agama
menjadi sempurna. Belum disebut penganut agama yang utuh apabila dalam
diri seseorang belum terpatri keimanan dan kehendak untuk melaksanakan
syariat. Pada hakikatnya iman dan Islam adalah dua hal yang berbeda.
Sebagaimana disebutkan dalam hadits, bahwa suatu hari Rasulullah SAW
tiba-tiba muncul diantara kaum muslimin seorang laki-laki dan bertanya,
„wahai Rasulullah, apakah iman itu? ‘Rasulullah SAW menjawab’ ‘engkau
beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-
Nya, dan pada hari kebangkitan. ‘orang itu bertanya lagi’ wahai rasulullah,
apakah Islam itu? ‘Rasulullah SAW menjawab’ ‘Islam adalah beribadah
kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan apapun, mendirikan shalat
fardhu, menunaikan zakat, dan berpuasa pada bulan Ramadhan. ‘orang itu
kembali bertanya? ‘wahai Rasulullah’ apakah ihsan itu? ‘Rasulullah Saw.
Menjawab’ „Engkau beribadah seolah-olah engkau melihat-Nya. Dan jika
engkau tidak melihat-Nya sesungguhnya dia selalu melihatmu”.
(HR.Muslim).

1
b. Pengertian Akhlak
Secara etimologi, akhlak berasal dari kata khalaqa yang berarti
menciptakan, menjadikan, membuat. Akhlaq adalah kata yang berbentuk
jamak taksir dari kata khuluqun, yang berarti tabi‟at atau budi pekerti.
Pendapat yang lain menjelaskan bahwa secara bahasa berasal dari akar kata ( َ
‫ ) اَل ق لخ‬yaitu gerakan dan sikap lahiriyah yang dapat diketahui dengan
indera penglihat, dan juga berasal dari ( َ‫ ) اَل لخ‬yaitu perangai dan sikap
mental yang diketahui dengan bashiroh (mata hati). Sedangkan secara istilah
akhlak ialah sifat-sifat, perangai atau tabi’at seseorang dalam bergaul dengan
orang lain atau dalam bermasyarakat. Ahlih bahasa Arab sering menyamakan
arti Akhlaq dengan istilah assajiyyah, at-thab’u, al-‘adatu, ad-dinu, al-
muru’atu yang kesemuanya diartikan dengan akhlak, watak, kesopanan,
perangai, kebiasaan dan sebagainya. Kemudian Abuddin Nata menjelaskan,
bahwa kata akhlak dari akhlaqa sebagaimana tersebut di atas tampaknya
kurang pas, sebab isim mashdar dari kata akhlaqa bukan akhlaq tetapi ikhlaq.
Berkenaan dengan ini maka timbul pendapat yang mengatakan bahwa secara
Linguistik kata akhlaq merupakan isim jamid atau isim ghair mustaq, yaitu
isim yang tidak memiliki akar kata, melainkan kata tersebut memang sudah
demikian adanya.
Akhlak secara kebahasaan bisa baik atau buruk tergantung kepada tata
nilai yang dipakai sebagai landasannya, meskipun secara sosiologis di
Indonesia kata akhlak sudah mengandung konotasi baik sehingga orang yang
berakhlak berarti orang yang berakhlak baik. Hal tersebut juga disampaikan
oleh Mohammad Daud Ali “...akhlak diartikan juga sikap yang melahirkan
perbuatan (perilaku, tingkah laku) mungkin baik, mungkin buruk. Sementara
itu, Ar-Ragib menyatakan, “pada dasarnya, kata al-khalqu, al-khulqu, dan al-
khuluqu memiliki makna yang sama. Namun, al-khalqu lebih dikhususkan
untuk bentuk yang dapat dilacak panca indra, sedangkan al-khuluqu
dikhususkan untuk kekuatan dan tabi‟at yang bisa ditangkap oleh mata hati.
Sependapat dengan pengertian di atas, Muhammad Husain Abdullah
memberikan definisi bahwa akhlak adalah sifat-sifat yang diperintahkan

2
Allah kepada seorang muslim untuk dimiliki tatkala ia melaksanakan
berbagai aktivitasnya. Sifat-sifat akhlak ini tampak pada diri seorang muslim
tatkala dia melaksanakan berbagai aktivitas seperti ibadah, mu‟amalah dan
lain sebagainya.
c. Pengertian kalam

Istilah kalam biasanya diterjemahkan sebagai “kata” atau “firman”,


naman kata ini menjadi lebih layak maknanya jika diterjemahkan “diskusi”
atau “argumen” atau “perdebatan”. Orang yang terlibat dalam perdebatan atau
diskusi disebut sebagai mutakallimun (oaring-oramg yang meperaktikan
kalam atau perdebatan).

Ilmu kalam ialah yang membicarakan tentang wujud-Nya tuhan (Allah


SWT), sifat yang mesti ada pada-Nya, sifat-sifat yang tidak ada pada-Nya,
dan sifat-sifat yang mungkin ada padanya dan membicarakan tentang rasul-
rasul Tuhan, untuk menetapkan kerasulannya dan mengetahui sifat sifat yang
mesti ada padanya, sifa-sifat yang mungkin ada padanya dan sifat-sifat yang
tidak mungkin ada padanya (risalat at-Tauhid).

Ibnu Khaldun mengatakan, Ilmu Kalam adalah ilmu yang berisi alasan-
alasan mempertahankan kepercayaan-kepercayaan iman dengan meggunakan
dalil fikiran dan berisi bantahan terhadap orang-orang yang menyeleweng
dari kepercayaan-kepercayaan aliran golongan salaf dan ahli sunnah.

Sejarah Ilmu Kalam

Ilmu kalam muncul akibat dari banyak konntraversi yang telah memecah
belah komunitas muslim pada masa-masa awal. Meskipun kemunculan islam
dintandai dengan polemik dengan kaum musyrik dan pengikut wahyu-wahyu
terdahulu, tentang kontraversi persoalan-persoalan keagamaan fundamental.
Namun perselisihan utamanya dalam masalah politik, menjadi pecah setelah
wafatnyana nabi Muhammad SAW dan diikuti terbunuhnya khalifah Usman
secara gelapa pada tahun 656,masa dimana perpecahan dalam system politik
terjadi setekah kematian Nabi Muhammad SAW.

3
Sejak itu kaum muslim terpecah pecah menjadi beberapa golongan, yang
masing-masing merasa sebagai pihak yang benar dan hanya calon
daripadanya yang berhak menduduki pimpinan Negara. Kemudian golongan-
golongan itu mengemukakan dalil-dalil agama untuk membela
pendiriannya.Perselisihan politik dikalangan mereka yang berkehendak
menjadi pemimpin terbagi kedalam tiga golongan, yaitukhawarij yang
menentang khalifah Ali, Murji’ahyang berusaha tetap netral, dan Syiah yang
mendukung Ali.Perselisihan politikpada akhirnya tidak dapat dielakkan
membawa pada perselisihan teologis. Selanjutnya perselisihan diantara
mereka menjadi perselisihan agama, dan berkisar pada soal iman dan kafir.

Peristiwa terbunuhnya Khalifah Usman menjadi titik jelas dari permulaan


yang larut-larut, perselisihan tersebut bahkan peperangan diantara kaum
muslim. Sejak saat itulah timbul orang yang menilai dan menganalisa
pembunuhan tersebut.

d. Pengertian Tauhid
Ilmu Tauhid adalah ilmu yang memberikan bekal-bekal pengertian
tentang pedoman keyakinan hidup manusia, di dalam mengarungi samudra
dan gelombang hidup. Secara kodrati manusia diciptakan Allah di dunia ini,
berkekuatan berbeda antara manusia yang satu dengan manusia yang lain.
Tidak sedikit manusia di dalam mengarungi samudera hidup yang luas itu,
kehilangan arah dan pedoman, sehingga ia menjadi sesat. Di situlah ilmu
Tauhid berperan untuk memberi pedoman dan arah, agar manusia selalu tetap
sadar akan kewajibanya sebagai makhluk terhadap khaliknya.
2. Sumber Aqidah Akhlak Qalam dan Tauhid
a. Sumber Aqidah dan Akhlak
Adapun sumber-sumber aqidah islamiyah antara lain :
1.   Al-Quran
Sebagai sumber aqidah, Al-Quran banyak menyinggung tentang
kepercayaan Islam yang diyakini oleh orang-orang atas kebenaran-Nya.
Antara lain :

4
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum, sehingga
mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (Q.S. Ar-
Rad ayat : 13)
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (islam) sesuai
fitrah-Nya, disebabkan Dia telah menciptakan manusia dengan fitrah-Nya
itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan-Nya . Itulah agama yang lurus ,
akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” ( Q.S. Ar-Rum ayat :
30)
“ Dan barang siapa yang berserah diri kepada Allah, sedang dia orang
yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya dia telang berrpegang
kepada buuhul (tali) yang kokoh. Hanya kepada Allah kesudahan segala
urusan.” (Q.S. Luqman ayat : 22)
Dari ayat-ayat di atas sangatlah jelas bahwa Al-Quran sangat berperan
penting bagi umat manusia tentang beraqidah yang baik dan benar.
2.   Hadits
Adapun Hadits yang menetapkan kebenaran tentang keyakinan aqidah
islam diantaranya :
Dari Jundup radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wa sallam bercerita bahwa seseorang berkata : “Demi Allah, Allah tidak
mengampuni Fulan”. Sesunggunhnya Allah Ta’ala berfirman : “Siapakah
yang bersumpah atas-Ku bahwa aku tidak mengampuni Fulan,
sesungguhnya Aku telah mengampuni Fulan dan Aku menghapus amal
atau seperti apa yang ia ucapkan”. (Hadits ditakhrij oleh Imam Muslim).
b. Sumber Tauhid
Sumber-sumber tauhid adalah sebagai berikut :
a. Al-Quran
Sebagai sumber tauhid, Al-Qur’an banyak menyinggung hal-hal
yang bekaitan dengan ketauhidan, antara lain :
“Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
beribadah kepada-Ku.” (Q.S. Adz-Dzariyat ayat ; 56)
Ayat diatas menjelaskan bahwa hikmah penciptaan jin dan manusia
hanyalah untuk beribadah kepada Allah SWT. Dan yang menciptakan

5
itulah yang berhak untuk diibadahi, sekaligus membantah orang-orang
yang menyembah kepada berhala-berhala dan semacamnya. Oleh karena
itu mempelajari tauhid merupakan kebutuhan setiap individu.
“Sungguh , Kami telah mengutus kepada setiap umat seorang Rasul yang
mengajak: Sembahlah Allah dan jauhilah Thagut.” (Q.S. An-Nahl ayat :
36)
Ayat diatas menjelaskan bahwa hikmah diutusnya seorang Rasul
yakni untuk mendakwahkan tauhid, serta membawa misi dakwah untuk
mengajak bertauhid dan menjauhi sifat syirik, yang disertai dengan
pengingkaran terhadap thagut dan sesembahan selain Allah SWT.
“Rabbmu memerintahkan kepadamu, agar kamu tidak beribadah kecuali
hanya kepada-Nya, dan berbaktilah kepada kedua orang tua.” (Q.S. Al-
Israa’ ayat : 23)
Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah SWT. Memerintahkan kepada
umatnya tentang, hak Allah adalah yang paling penting yang harus
ditunaikan, karena hak-haknya Allah SWT. Adalah sebagai sikap tauhid
kita kepada yang Maha Menciptakan, yang dilanjutkan dengan sikap
pengagungan terhadap hak-hak kedua orang tua untuk selalu berbakti
kepadanya.
b. Hadist
Adapun hadits-hadits yang menjadi salah satu sumber tauhid yang
menjelaskan tentang keutamaan tauhid, adalah :
Nabi Muhammad SAW bersabda:
‫ه على‬,,‫ه الفترض‬,,‫ل من‬,,‫يء أفض‬,,‫ان ش‬,,‫و ك‬,,‫ ول‬,‫الة‬,,‫د والص‬,,‫ل من التوحي‬,,‫إن هللا لم يفرض شيئا أفض‬
‫مالئكته منهم راكع ونهم ساجد‬
”Sesungguhnya Allah tidak mewajibkan sesuatu yang lebih utama dari
tauhid dan shalat, kalau ada sesuatu yang lebih utama darinya, maka
pasti Allah akan mewajibkannya kepada para malaikatnya, diantara
mereka ada yang ruku dan ada yang sujud”.
Nabi Muhammad SAW bersabda:
‫والهم إال‬,,‫ائهم وأم‬,,‫نى دم‬,,‫موا م‬,,‫ا عص‬,,‫إذا قالوه‬,,‫ه إال هللا ف‬,,‫وا ال إل‬,,‫تى يقول‬,,‫أمرت أن أقاتل الناس ح‬
‫ متفق عليه‬, ‫بحقها وحسابهم على هللا‬.

6
“Aku di perintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka
mengatakan bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah, tatkala mereka
mengatakannya maka mereka telah menjaga darah mereka dan harta
mereka dariku, dan hisab mereka tanggung jawab Allah” (HR. Bukhori –
muslim).
1. Pendapat Ulama
Mengenai tauhid para ulama banyak menjelaskan tentang hakekat
beribadah dengan bertauhid, antara lain adalah :
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah berkata,
“Sesungguhnya hakekat tauhid ialah mengesakan Allah yang maha suci
dalam beribadah”.8) Oleh sebab itu, para Nabi dan Rasul, serta
pengikutnya menjadikan dakwah tauhid sebagai dakwah yang paling
utama dan diprioritaskan.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah berkata,
“Segala sesuatu yang disembah selain Allah ta’ala adalah
bathil/sesembahan yang keliru. Menurut beliau segala sesuatu yang
disembah selain AllahSWT. Adalah bathil. Dan tidak ada nilai ibadah
disisi-Nya dan segala amal dan ibadahnya akan tertolak dan sia-sia.
Syaikh Muhammad bidn Abdul Wahhab rahimahullah berkata,
“Tauhid merupakan agama segenap Rasul yang diutus oleh Allah SWT.
Kepada hamba-hamba-Nya”. Dan Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Alu
Syaikh hafizhahullah berkata, “Apabila kenyataannya seperti itu, yaitu
segenap Rasul menyerukan tauhid, maka seharunya dakwah itu dilakukan
untuk menyerukan pokok ini. Dakwah dilakukan untuk mengajak orang
mentauhidkan Allah SWT. Sebab dengan tauhid itulah hati menjadi baik
dan amalan pun akan menjadi baik”. Maka menurut perkataan beliau
agama para Nabi adalah satu. Yang kesemuanya menjelaskan tentang
dakwah tauhid yang diberikan oleh Allah SWT. Untuk segenap Rasul yang
risalahnya dilanjutkan oleh umat manusia.
Penjelasan-penjelasan para ulama mengenai hakikat beribadah
dengan tauhid pada intinya semua menyerukan bahwa beribadah haruslah
dengan sikap tauhid yang benar yakni meng-Esakan hanya kepada-Nya,

7
dan mengetahui bahwa para Rasul di utus untuk membawa misi dakwah
untuk mengajak umat manusia mentauhidkan hanya kepada Allah SWT.
yang sebenarnya masih banyak sekali penjelasan-penjelasan para ulama
yang berkaitan dengan hakekat beribadah dengan tauhid.

c. Sumber Ilmu Kalam


Adapun sumber ilmu kalam adalah sebagai berikut :
1. Al-Qur’an
Sebagai sumber ilmu kalam, Al-Quran banyak menyinggung
hal-hal yang berkaitan dengan masalah ke-Tuhanan, diantaranya adalah
:
Q.S. Al-Baqarah ayat:75
“Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu,
Padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka
merubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka
mengetahuinya”.
Q.S. Al-Baqarah ayat:253
“Rasul-rasul itu kami lebihkan sebagian (dari) mereka atas sebagian
yang lain. Di antara mereka ada yang (langsung) Allah berfirman
dengannya dan sebagian lagi ada yang ditinggikan-Nya beberapa
derajat. Dan kami beri Isa putra Maryam beberapa mukjizat dan kami
perkuat dia dengan Ruhul Kudus (Jibril). Kalau Allah menghendaki,
niscaya orang-orang setelah mereka tidak akan berbunuh-bunuhan,
setelah bukti-bukti sampai kepada mereka. Tetapi mereka berselisih,
maka diantara mereka ada yang beriman dan ada pula yang kafir.
Kalau Allah menghendaki, tidaklah mereka berbunuh-bunuhan. Tetapi
Allah berbuat menurut kehendak-Nya”.
Q.S. Ali-Imran ayat:83
“Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah,
padahal kepada-Nya-lah berserah diri segala apa yang dilangit dan
dibumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allah-
lah mereka dikembalikan”.

8
2. Hadits
Hadits Nabi Muhammad SAW. juga banyak membicarakan
masalah-masalah yang dibahas mengenai kemunculan berbagai
golongan dalam ilmu kalam, salah satunya :
Rasulullah SAW bersabda:
‫إن أمتى ستفترق على ثنتين وسبع ين فرقة كلها فى النار إال واحدة وهى الجماعة‬
“Ummatku akan terpecah belah menjadi 72 golongan, semuanya di
neraka kecuali satu, yaitu jama’ah”. (HR. Abu daud, turmudzi, ibnu
majah).
Keberadaan hadis diatas berkaitan dengan perpecahan umat,
karena dari hadis diatas dijelaskan bahwa umat islam akan terpecah
belah ke dalam beberapa golongan. Diantara golongan-golongan itu,
hanya satu saja yang benar, yakni Ahlus Sunah Wal Jama’ah.
3. Pemikiran Manusia
Pemikiran-pemikiran Islam sebagai sumber ilmu kalam adalah
ijtihad yang dilkukan para mutakallimin dalam persoalan yang tidak
ada penjelasannya dalam Al-Quran dan Hadis , seperti persoalan
ma’shum dan bada di kalangan Syi’ah, dan persoalan kasab dikalangan
Asy’ariyah.
Dikalangan Syi’ah salah satu tokoh pemikiran agama yakni
Abdullah bin Wahab bin Saba’, yang lebih dikenal dengan nama Ibn
Sauda. Ia membawa pemikiran bahwa Ali bin Abi Thali r.a. adalah
seorang khalifah yang diperkuat oleh nash agama, yang beranggapan
bahwa kehidupan Ali r.a. bersifat lestari, sedangkan khalifah
sebelumnya tidak sah.
Pemikiran Ibn Sauda ini merupakan transformasi pemikiran
agama Yahudi. Pemikiran ini kemudian berkembang menjadi aliran
yang terkenal dalam Islam, yaitu Syi’ah Imamah.
Dikalangan Asy’ariyah salah satu tokoh pemikiran agama yakni
Abu hasan Ismail Al-Asy’ari, Ia mengatakan bahwa masa awal islam
terdapat dua orang tokoh agama lain. Salah satu tokohnya bernama
Ma’bad bin Abdillah Al-Juhani Al-Bisri yang datang menghasut

9
masyarakat Madinah dengan mengajarkan masalah qadar. Karena
dianggap sebagai orang yang sesat, kemudian Ma’ad ditangkap dan
dihukum mati, dan disalib oleh Khalifah Malik bin Marwan di
Damaskus pada tahun ke-8 H.
Adapun orang yang pertama membentangkan pemikiran kalam
secara lebih baik dengan logikanya adalah Imam Al-Asy’ari, tokoh ahlu
sunnah wa al-jama’ah, melalui tulisan-tulisannya yang terkenal, yaitu
Al-Muqalat, dan Al-Ibanah An-Ushul Ad-Diyanah.
3. Manfaat Mempelajari Aqidah Akhlak Ilmu Qalam Dan Tauhid
a. Manfaat Aqidah Akhlak
Adapun Manfaat Aqidah Islamiyah antara lain :
1. Untuk meningkatkan kualitas ibadah kepada Allah SWT. Sebab
aqidah merupakan benteng yang paling utama bagi umat muslim
untuk menjaga kemurniannya.
2.    Agar mendapatkan ketenangan dalam hidup, karena orang yang
beraqidah hanya akan fokus kepatu satu Tuhan, yakni Allah SWT.
Maka seluruh upayanya akan ia serahkan kepad-Nya, sehingga
akan tercipta ketenangan batin dalam hidupnya di dunia.
3.    Seseorang yang beraqidah akan mendapatkan kemudahan dalam
menjalani hidup. Dimana Allah SWT. Telah menjamin kepada
orang-orang yang beraqidah dengan penuh ketaqwaan.
4.    Agar setiap perbuatan, sikap, tingkah laku, dan perkataan seseorang
sesuai dengan aqidah isllamiyah yang berpegang teguh akan
keyakinan tauhid.
5.    Dimudahkan dalam menghadapi sakaratul maut, mendapatkan
syafaat dari Raslullah SAW. Dan dimudahkan dalam proses hisab
atau perhitungan, kebaikan dalam timbangan amal, kemudahan
dalam menyeberangi siratal mustaqim dan diperkenankan masuk
surganya Allah SWT Ketika diakhirat.
b. Manfaat Ilmu Kalam
Adapun manfaat ilmu kalam antara lain adalah :

10
1. Agar manusia dapat mengetahui dengan baik dan benar tentang
Dzat dan sifat-sifat Allah SWT, baik yang wajib, mustahil dan ja’iz
bagi Allah SWT.
2. Agar manusia dapat meyakini, menghayati dengan baik dan benar
akan perkataan, dan wahyunya Allah SWT.
3. Agar bertambah akan keyakinan, dan pemahaman aqidah agama
dengan dalil-dalil yang meyakinkan.
4. Agar manusia terbimbing ke jalan yang benar, sekaligus
mendorong mereka untuk mengerjakan ibadah dengan penuh
keikhlasan.
5. Menjadikan kalamullah (Al-Qur’an) sebagai pegangan hidup, serta
motivasi untuk melakukan kebajikan dalam beramal shalih.
c. Manfaat Ilmu Tauhid
Manfaat Tauhid antara lain ialah :
1. Tauhid dapat memerdekakan umat manusia dari segala perbudakan
dan penghambaan kecuali kepada Allah SWT. Yang menciptakan
dengan bentuk yang sempurna.
2. Tauhid dapat membantu dalam pembentukan kepribadian yang
kokoh, arah hidup menjadi jelas, dan tidak mempercayai Tuhan
kecuali hanya kepada Allah SWT. Kepada-Nya tempat menghadap,
baik dalam kesendirian atau di tengah keramaian orang, dan selalu
memohon kepada-Nya dalam keadaan sempit maupun lapang.
3. Tauhid dapat memberikan kekuatan jiwa kepada pemiliknya
dengan penuh harap kepada Allah SWT. Dan selalu bertawakal,
ridha atas ketentuan-Nya, dan sabar terhadap musibah.
4. Tauhid yang baik dan benar dapat menghilangkan sifat syirik
( menyekutukan Allah SWT ) yang hatinya terbagi-bagi untuk
tuhan-tuhan dan sesembahan yang banyak, yakni sesaat menghadap
dan menyembah yang hidup, dan suatu saat menghadap dan
menyembah kepada yang mati. Dalam firman-Nya Allah SWT.
Menjelaskan :

11
“Hai penghuni penjara, manakah yang lebih baik tuhan-tuhan
yang bermacam-macam itu, ataukah Allah Yang Maha Esa lagi
Maha Perkasa? (Q.S Yusuf ayat : 39)
5. Tauhid sebagai pondasi manusia dalam menjalani perintah dan
menjauhi segala larangan-Nya, sebagai hamba yang mulia untuk
membentuk pribadi yang beriman dan bertaqwa.

12
BAB 2
AKHLAK TERPUJI

A. Pengertian Akhlak Terpuji


Akhlak terpuji (akhlakul mahmudah) merupakan salah satu tanda
kesempurnaan iman.Tanda tersebut diaplikasikan dalam kehidupan sehari-
hari dalam bentuk perbuatan yang sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan
Hadits. Akhlak terpuji merupakan bentuk perbuatan baik terhadap Tuhan,
sesamaa manusia, dan makhluk-makhluk yang lain.
Menurut Al-Ghazali, berakhlak mulia atau terpuji artinya
“menghilangkan semua adat kebiasaan yang tercela yang sudah digariskan
dalam agama Islam serta menjauhi diri dari perbuatan tercela tersebut,
kemudian membiasakan adat kebiasaan baik, melakukannya dan
mencintainya.
B. Macam- macam akhlak terpuji
a. Afwu ( pemaaf)
Sifat pemaaf adalah akhlak yang sangat dianjurkan dalam
berhubungan social, karena memaafkan sebuah kesalahan adalah
sesuatu yang berat untuk dilakukan. Untuk itulah, memaafkan
kesalahan orang lain jauh lebih baik dari pada meminta maaf atas
kesalahan sendiri.
b. Haya’ ( malu )
Maksud malu disini adalah memiliki sifat malu untuk melakukan
sebuah keburukan, baik untuk diri sendiri maupun kepada orang lain.
c. Ta’awun ( saling menolong)
Komunitas manusia yang sifatnya yang homogen pastinya menuntut
mereka saling membutuhkan satu sama lain, inilah mengapa manusia
disebut “homosapien”, yaitu tidak bias hidup tanpa manusia lain.
Disnilah fungsi saling menolong dan saling ,membantu sesama.
d. Kifdul lisan( menjaga lisan )
Lisan merupakan salah satu factor besar yang bias memecahkan tali
persudaraan, bahkan tidak jarang terjadi permusuhan, perkelahian,
pembunuhan dan lain sebagainya.

13
e. Amanah ( dapat dipercaya)berarti memberikan kepercayaan diri
kepada orang lain
melalui ucapan maupun tindakan yang dilakukan, dimana ucapan dan
tindakan tersebut bersesuaian.
f. Sidqu ( benar )
Yaitu benar dan jujur, baik dalam perkataan, perbuatan dan hati.
Kejujuran adalah akhlak yang sangat penting dan harus di jalankan
dalam aktifitas kehidupan kita.
g. Adil
Sifat adil merupakan akhlak yang harus dimiliki oleh setiap muslim,
terutama bagi para pemimpin, karena sifat inilah yang bias menjadi
salah satu factor kerukunan dan kedamaian.
h. Ta’dhim ( menhargai orang lain)
Saling menghargai satu sama lain dari yang tua sampai yang kecil
sekalipun.
i. Tawadhu’ ( sopan santun )
Tidak semena- mena terhadap orang lain.
j. Tadarru ( rendah hati)
Orang yang memiliki sifat ini pasti mampu menghargai orang lain dan
karyanya, tidak merasa lebih baik melebihi orang lain, tidak suka
menyombongkan diri.
k. Muhasabatun nafsi ( intropeksi diri)
l. Tafakur ( berfikir)
m. Khusnudzan (berprasangka baik)
n. Sakho’ (pemurah )
o. I’tsar ( mengutamakan kepentingan orang lain )
p. Sabar
q. Qona’ah ( menerima dengan lapang dada )
r. Syukur
Yaitu sikap penuh rasa terimakasih dan penghargaan atas semua
nikmat yang tak terbilang banyaknya yang dianugrahkan oleh Allah
kepada manusia.

14
s. Ikhlas
Sikap murni dalam tingkah laku dan perbuatan, semata- mata demi
memperoleh keridhoan Allah dan bebas dari pamrih lahir dan batin.
t. Taqwa dan bertawakkal (berpasrah diri )
u. Zuhhud
Mengutamakan kepentingan akhirat dibanding kepentingan dunia
v. Ikhtiyar ( bearusaha)
Berusaha untuk mencapai yang dinginkan dengan cara yang baik.
C. Hal- hal yang mempengaruhi akhlak terpuji
1. Tingkah laku manusia
Sikap seseorang boleh jadi tidak digambarkan dalam perbuatan atau
tidak tercermin dalam perilaku sehari – hari tetapi adanya hungan
antara sikap dan tingkah laku. Fitrah manusia selalu untuk berbuat
baik. Seseoran berdosa karena pelangaran yang dilakukannya, seperti
pelanggaran terhadap akhlakul karimah.
2. Insting dan naluri
Insting atau akal pikiran yang dapat memperkuat aqidah namun harus
dirirngi denganilmu, amal, dan taqwa pada Allah. Naluri merupakan
kemauan yang tak sadar yang dapat melahirkan perbuatan mencapai
tujuan tanpa berfikir kearah tujuan tanpa dipengaruhi oleh latihan
berbuat.
Selain itu bnyak insting yang mendorong perilaku perbuatan yang
menjurus kepada akhlakul karimah.
3. Nafsu
Yaitu keinginan hati yang kuat. Nafsu merupakan kumpulan dari
kekuatan amanah dan syahwat yang ada pada manusia. Kendalikanlah
nafsu sebaik mungkin agar tidak terjerumus kearah yang buruk.
4. Adat dan kebiasaan
Adat adalah aturan yang lazim diikuti sejak dahulu. Adat adalah suatu
pandangan hidup yang mempunyai ketentuan- ketentuan yang
objektif, kokoh dan benar serta mengandung nilai yang mendidik.
Kebiasaanadalah rangkaian perbuatan yang dilakukan dengan

15
sendirinya, tetapi masih di pengaruhi oleh akal dan fikiran. Kebiasaan
merupakan kualitas kejiwaan, keadaan yang tetap, sehingga
memudahkan pelaksanaan perbuatan. Lingkungan yang baik
mendukung kebiasaan yang baik pula. Lingkungan dapat merubah
kepribadian seseorang. Lingkungan yang tidak baik dapat menolak
adanya disiplin dan pendidikan. Kebiasaan buruk mendorong kepada
hal- hal yang lebih rendah yaitu kembali kepada adat kebiasaan
primitif.
D. Akhlak baik menurut ajaran islam
Ajaran islam adalah ajaran yang bersumberkan wahyu Allah SWT,
Al-qur’an yang
Alam penjabarannya dilakukan oleh hadist nabi Muhammamad SAW,
masalah akhlak dalam ajaran islam sangat mendapatkan perhatian
yang begitu besar. Menurut ajaran islam baik atau buruk harus
didasarkan pada petunjuk al-qur’an dan hasis. Istilah yang mengacu
kepada yang baik misalnya al-hasanah ( suatu istilah yang digunakan
untuk menunjukan sesuatu yang disukai atau dipandang baik), at-
thayyibah, al-karimah . al-hasanah dibagi menjadi tiga bagian yaitu
pertama alhasanah dari segi akal, dari segi hawa nafsu dan dari segi
panca indra.pemakaian kata alhasanah yang demikian itu misalnya
kita jumpa ayat yang berbunyi:
       
Ajaklah manusia menuju Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik.(QS. An-nahl, 16:125)
      
Barang siapa yang mendatangkan kebaikan, maka baginya kebaikan
(QS. Al- Qashash, 28; 84)

Adapun at-thayyibah khusus digunakan untuk menggambarkan


sesuatu kelezatan kepada panca indra dan jiwa, seperti makanan,
pakaian, tempat tinggal, dan sebagainya.
          

16
Kami turunkan kepadamu “manna” dan “salwa”. Makanlah dari
makanan yang baik- baik yang kami berikan kepadamu.(QS. Al
baqarah,2;57)

Kata al-karimah digunakan untuk menunjukan kepada


perbuatan dan akhlak yang terpuji yang ditampakan dalam kenyataan
hidup sehari-hari. Selanjutnya kata alkarimah itu biasanya digunakan
untuk menunjukan perbuatan yang terpuji yang skalanya besar,seperti
menafkahkan harta dijalan Allah, berbuat baik kepada orang tua dan
lain sebagainya. Allah berfirman:
          
Dan janganlah kamu mengucapkan kata “uf-cis”kepada kedua orang
tua dan janganlah membentaknya, dan ucapkanlah kepada keduanya
ucapan yang bahagia(QS al isro’ 17 ; 23)

BAB 3
PEMAHAMAN ALIRAN DALAM AKIDAH

1. ALIRAN KHAWARIJ
Dikatakan khawarij (orang-orang yang keluar) karena mereka keluar dari
barisan pasukan Ali saat mereka pulang dari perang Siffin, yang dimenangkan

17
oleh Mu’awiyah melalui tipu daya perdamaian. Gerakan exodus itu, mereka
lakukan karena tidak puas dengan sikap Ali menghentikan peperangan, padahal
mereka hampir memperoleh kemenangan.
Kemudian orang-orang Khawarij mulai mengafirkan siapa saja yang
dianggap melakukan kesalahan, seperti Utsman bin Affan,Thalhah, Zubair dan
Mu’awiyah yang melakukan pembangkangan terhadap Ali bin Abi Thalih sebagai
khalifah yang sah. Dan Ali bin Abi Thalib sendiri yang melakukan kesalahan
karena menghentikan pertempuran dalam perang Siffin, ketika menaklukkan
mu’awiyah yang tidak mau bai’at kepadanya .
Sesuai dengan uraian diatas, maka pemikiran kalam aliran khawarij yang
paling menonjol adalah tentang pelaku dosa besar yang menurut mereka tergolong
orang kafir, dan termasuk pada kategori dosa besar adalah sikap menentang
terhadap pemikiran khawarij sehingga orang-orang yang tidak sepaham dengan
mereka tergolong kafir.Di samping itu, mereka mempunyai pemikiran iman.
Menurut mereka iman itu adalah meyakini dengan hati, mengucapkan dengan
lisan dan mengamalkan dengan anggota badan. Sejalan dengan definisinya ini,
maka orang-orang yang tidak mengamalkan ajaran agamanya, atau melakukan
pelanggaran dalam kategori dosa besar, termasuk kufur, karena amal
mempengaruhi iman.Dengan demikian pokok-pokok pikiran aliran ilmu kalam
mereka dapat disimpulkan sebagai beriku :
1. Orang Islam yang melakukan dosa besar adalah termasuk Kafir;
2. Orang yang terlibat perang Jamal yakni perang antara Ali dan Aisyah dan
pelaku arbitrase antara Ali dan Mua’awiyah dihukum Kafir;dan
3. Kholifah menurut mereka tidak harus keturunan Nabi atau suku quraisy.

2. Aliran Murji’ah

Tokoh-tokoh aliran murji’ah ekstrim ini adalah Jaham bin Shafwan, Abu
Hasan al-Shalih, Muqatil bin Sulaiman dan Yunus al-Samiri. Pemikiran yang
paling menonjol dari aliran ini adalah bahwa pelaku dosa besar tidak dikategori
sebagai orang kafir, karena mereka masih memiliki keimanan dan keyakinan

18
dalam hati bahwa Tuhan mereka adalah Allah, Rasul-Nya adalah Muhammad,
serta Al-Qur’an sebagai kitab ajarannya serta meyakini rukun-rukun iman
lainnya.Sedangkan dosanya harus mereka pertanggungjawabkan di akhirat
kelak. Mereka kemudian populer disebut sebagai golongan atau aliran “murji’ah”
(orang yang mendapat putusan para pelaku dosa besar sampai ada ketetapan dari
Allah, sambil berharap bahwa Allah akan mengampuni dosa-dosa mereka itu).
Dengan demikian pokok-pokok pikiran aliran ilmu kalam mereka dapat
disimpulkan sbb:
1)      Pengakuan Iman Islam cukup di dalam  hatinya saja dan tidak dituntut
membuktikan keimanan dengan perbuatan.
2)      Selama seorang muslim meyakini dua kalimat syahadat apabila ia berbuat
dosa besar maka tidak tergolong kafir dan hukuman mereka ditangguhkan di
akhirat dan hanya Allah yang berhak menghukum.

3. Aliran Syi’ah
 Pengertian Syi’ah
Syi’ah dilihat dari segi bahasa berarti pengikut, pendukung, partai,
atau kelompok, sedangkan secara istilah adalah sebagian kaum muslimin
yang dalam bidang spiritual dan keagamaan selalu merujuk kepada
keturunan Nabi Muhammad saw.
Sebenarnya Syi’ah bermula dari perjuangan politik yaitu khilafah,
kemudian berkembang menjadi agama. Adapun dasar pokok Syi’ah ialah
tentang Khalifah, atau sebagaimana mereka menamakannya Imam.
Adapun menurut golongan Syi’ah, imam itu mempunyai pengertian yang
lain, dia adalah guru yang paling besar. Imam pertama telah mewarisi
macam-macam ilmu Nabi SAW. Imam bukan manusia biasa, tetapi
manusia luar biasa, karena dia ma’shum dari berbuat salah. Orang-orang
Syi’ah tidak percaya kepada ilmu dan hadits, kecuali yang diriwayatkan
dari imam-imam golongan Syi’ah sendiri.
 Sejarah Syi’ah
Para penulis sejarah Islam berbeda pendapat mengenai awal mula
lahirnya Syi’ah. Sebagian menganggap Syi’ah lahir langsung setelah
wafatnya Nabi Muhammad saw, yaitu pada saat perebutan kekuasaan

19
antara golongan Muhajirin dan Anshar di Balai Pertemuan Saqifah Bani
Sa’idah. Pada saat itu muncul suara dari Bani Hasyim dan sejumlah kecil
Muhajirin yang menuntut kekhalifahan bagi ‘Ali bin Abi Thalib.
Pendapat yang paling populer adalah bahwa Syi’ah lahir setelah
gagalnya perundingan antara pihak pasukan Khalifah ‘Ali dengan pihak
pemberontak Mu’awiyah bin Abu Sufyan di Shiffin, yang lazim disebut
sebagai peristiwa tahkîm atau arbitrasi.Akibat kegagalan itu, sejumlah
pasukan ‘Ali memberontak terhadap kepemimpinannya dan keluar dari
pasukan ‘Ali. Mereka ini disebut golongan Khawarij. Sebagian besar
orang yang tetap setia terhadap khalifah disebut Syî’atu ‘Alî (pengikut
‘Ali).
Namun demikian, terlepas dari semua pendapat tersebut, yang jelas
adalah bahwa Syi’ah baru muncul ke permukaan setelah dalam kemelut
antara pasukan Mu’awiyah terjadi pula kemelut antara sesama pasukan
‘Ali. Di antara pasukan ‘Ali pun terjadi pertentangan antara yang tetap
setia dan yang membangkang.

 Tokoh-Tokoh Syi’ah
Dalam pertimbangan Syi’ah, selain terdapat tokoh-tokoh populer
seperti ‘Ali bin Abi Thalib, Hasan bin ‘Ali, Husain bin ‘Ali, terdapat pula
dua tokoh Ahlulbait yang mempunyai pengaruh dan andil yang besar
dalam pengembangan paham Syi’ah, yaitu Zaid bin ‘Ali bin Husain Zainal
‘Abidin dan Ja’far al-Shadiq. Adapun Zaid bin ‘Ali bin Husain Zainal
‘Abidin terkenal ahli di bidang tafsir dan fiqh. Pada usia yang relatif muda,
Zaid bin ‘Ali telah dikenal sebagai salah seorang tokoh Ahlulbait yang
menonjol. Salah satu karya yang ia hasilkan adalah kitab al-Majmû’
(Himpunan/Kumpulan) dalam bidang fiqh.Juga karya lainnya mengenai
tafsir, fiqh, imamah, dan haji.

 Ajaran-ajaran Syi’ah
a.  Ahlulbait. Secara harfiah ahlulbait berarti keluarga atau kerabat
dekat. Dalam sejarah Islam, istilah itu secara khusus dimaksudkan
kepada keluarga atau kerabat Nabi Muhammad saw. Ada tiga bentuk
pengertian Ahlulbait. Pertama, mencakup istri-istri Nabi Muhammad
saw dan seluruh Bani Hasyim. Kedua, hanya Bani Hasyim. Ketiga,
terbatas hanya pada Nabi sendiri, ‘Ali, Fathimah, Hasan, Husain, dan
imam-imam dari keturunan ‘Ali bin Abi Thalib. Dalam Syi’ah bentuk
terakhirlah yang lebih populer.

b. Al-Badâ’. Doktrin al-badâ’ adalah keyakinan bahwa Allah swt mampu


mengubah suatu peraturan atau keputusan yang telah ditetapkan-Nya
dengan peraturan atau keputusan baru.
c. Asyura. Maksudnya adalah hari kesepuluh dalam bulan Muharram
yang diperingati kaum Syi’ah sebagai hari berkabung umum untuk
memperingati wafatnya Imam Husain bin ‘Ali dan keluarganya di

20
tangan pasukan Yazid bin Mu’awiyah bin Abu Sufyan pada tahun 61
H di Karbala, Irak.
d. Imamah (kepemimpinan). Imamah adalah keyakinan bahwa setelah
Nabi saw wafat harus ada pemimpin-pemimpin Islam yang
melanjutkan misi atau risalah Nabi.
e. ‘Ishmah. ‘Ishmah ialah kepercayaan bahwa para imam itu, termasuk
Nabi Muhammad, telah dijamin oleh Allah dari segala bentuk
perbuatan salah atau lupa.
f. Mahdawiyah. Berasal dari kata mahdi, yang berarti keyakinan akan
datangnya seorang juru selamat pada akhir zaman yang akan
menyelamatkan kehidupan manusia di muka bumi ini. Juru selamat itu
disebut Imam Mahdi.
g. Marja’iyyah atau Wilâyah al-Faqîh. Kata marja’iyyah berasal dari
kata marja’ yang artinya tempat kembalinya sesuatu. Sedangkan kata
wilâyah al-faqîh terdiri dari dua kata: wilâyah berarti kekuasaan atau
kepemimpinan; dan faqîh berarti ahli fiqh atau ahli hukum Islam.
Wilâyah al-faqîh mempunyai arti kekuasaan atau kepemimpinan para
fuqaha.
h. Raj’ah. Kata raj’ah berasal dari kata raja’a yang artinya pulang atau
kembali. Raj’ah adalah keyakinan akan dihidupkannya kembali
sejumlah hamba Allah swt yang paling saleh dan sejumlah hamba
Allah yang paling durhaka untuk membuktikan kebesaran dan
kekuasaan Allah swt di muka bumi, bersamaan dengan munculnya
Imam Mahdi.
i. Taqiyah. Taqiyah adalah sikap berhati-hati demi menjaga keselamatan
jiwa karena khawatir akan bahaya yang dapat menimpa dirinya.
j. Tawassul. Adalah memohon sesuatu kepada Allah dengan menyebut
pribadi atau kedudukan seorang Nabi, imam atau bahkan seorang wali
suaya doanya tersebut cepat dikabulkan Allah swt.
k. Tawallî dan tabarrî. Kata tawallî berasal dari kata tawallâ fulânan
yang artinya mengangkat seseorang sebagai pemimpinnya. Adapun
tabarrî berasal dari kata tabarra’a ‘an fulân yang artinya melepaskan
diri atau menjauhkan diri dari seseorang.

4. Aliran Jabariyah
Nama Jabriyah Berasal dri kata jabara yang mengandung arti Memaksa.
sedangkan menurut al-Syahrastani bahwa jabariyah berarti menghilangkan
perbuatan diri hamba secara hakikat dan menyandarkan perbuatan tersebut kepada

21
Allah SWT. Dalam istilah Inggris paham jabariyah disebut fatalism atau
predestination, yaitu paham yang menyatakan bahwa perbuatan manusia
ditentukan sejak semula oleh qada dan qadar Tuhan. Oleh karena itu aliran
Jabariyah ini menganut paham bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan
dalam menentukan kehendak dan perbuatannya. Manusia dalam paham ini betul
melakukan perbuatan, tetapi perbuatannya itu dalam keadaan terpaksa. 
Paham jabariyah ini duduga telah ada sejak sebelum agama  islam datang
kemasyarakat Arab. Aliran jabariyah dibagi menjadi 2 yaitu aliran jabariyah yang
ekstrim dan moderat. Aliran jabariyah yang ekstrim tokohnya adalah jahm bin
safwan sementara itu terdapat pula paham jabariyah yang moderat, seperti yang
diajarkan oleh Husain Bin Muhammad al.Najjar dan Dirar Ibn ‘Amr.

5. Aliran Qadariyah
Qadariyah berasal dari bahasa arab, yaitu qadara yang artinya kemampuan
dan kekuatan. Adapun menurut pengertian terminologi, qadariyah adalah suatu
aliran yang percaya bahwa segala tindakan manusia diintervensi dari
Tuhan.Dalam paham Qadariyah manusia dipandang mempunyai qudrat atau
kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian
bahwa manusia terpaksa tunduk kepâda qàdar atau qada Tuhan.
Qadariyah  pertama sekali di munculkan oleh Ma’bad Al-Jauhani dan
ghailan Ad-Dimasyqy. Ma’bad adalah seorang tabi’I yang dapat di percaya dan
pernah berguru pada Hasan Al-Basri. Sedangkan Ibnu Nabatah sebagaimana
dikemukakan oleh Ahmad Amin berpendapat bahwa paham Qadariyah itu
pertama kali muncul dari seseorang asal Irak yang menganut Kristen dan
kemudian masuk Islam, tetapi kemudian masuk Kristen lagi.Sementara para ahli
yang lain menghubungkan paham qadariyah ini dengan kaum Khawarij

6. Aliran Maturidiyah
Aliran Maturidiyah didirikan oleh Muhammad bin Abu Mansur. Al-
Maturidy mendasarkan pikiran-pikiran dalam soal-soal kepercayaan kepada

22
pikiran-pikiran Imam Abu Hanifah yang tercantum dalam kitabnya Al-fiqh Al-
Akbar dan Al-fiqh Al-Absath dan memberikan ulasan-ulasannya terhadap kedua
kitab-kitab tersebut. Maturidiyah lebih mendekati golongan Muktazillah. Dalam
membahas kalam, Maturidiyah mengemukakan tiga dalil, yaitu sebagai berikut:
a. Dalil perlawanan arad: dalil ini menyatakan bahwa alamini tidak akan mungkin
qasim karena didalamnya terdapat keadaan yang berlawanan, seperti diam dan
derak, baik dan buruk..
b. Dalil terbatas dan tidak terbatas: alam ini terbatas, pihak yang terbatas adalah
baru. Jadi alam ini adalah baru dan ada batasnya dari segi bendanya
c. Dalil kausalitas: alam ini tidak bisa mengadakan dirinya sendiri atau
memperbaiki dirinya kalau rusak.

7. Aliran Muktazilah
Aliran ini muncul sebagai reaksi atas pertentangan antar aliran Khawarij dan
aliran Murji’ah mengenai persoalan orang mukmin yang berdosa besar. Wasil bin
Ata yang ketika itu menjadi murid Hasan al-Basri, seorang ulama terkenal di
Basra, mengatakan bahwa orang mukmin yang berdosa besar menempati posisi
antara mukmin dan kafir. Aliran Mu’tazilah merupakan golongan yang membawa
persoalan-persoalan teologi yang lebih mandalam dan bersifat filosofis. Dalam
pembahasannya mereka banyak memakai akal sehingga mendapat nama “kaum
rasionalis Islam” .
Setelah menyatakan pendapat itu, Wasil bi Ata meninggalkan perguruan
Hasan al-Basri, lalu membentuk kelompok sendiri. Kelompok ini dikenal dengan
Muktazillah. Pada awal perkembangannya aliran ini tidak mendapat simpati umat
Islam karena ajaran Muktazillah sulit dipahami oleh beberapa kelompok
masyarakat. Aliran Muktazillah mempunyai lima dokterin yang dikenal dengan
al-usul al- khamsah. Berikut ini kelima doktrin aliran Muktazillah :
a. At-Taauhid (Tauhid)
b. Ad-Adl
c. Al-Wa’d wa al-Wa’id (Janji dan Ancaman).
d. Al-Manzilah bain al-Manzilatain (posisi di Antara Dua Posisi).

23
e. Amar Ma’ruf Nahi Munkar (Perintah Mengerjakan Kebajikan dan Melarang
Kemungkaran)

8. Aliran Asy’ariyah
Aliran ini muncul sebagai reaksi terhadap paham Muktazillah yang
dianggap menyeleweng dan menyesatkan umat Islam. Dinamakan aliran
Asy’ariyah karena dinisbahkan kepada pendirinya, yaitu Abu Hasan al-Asy’ari.
Setelah keluar dari kelompok Muktazillah, al-Asy’ari merumuskan pokok-pokok
ajarannya yang berjumlah tujuh pokok. Berikut ini adalah tujuh pokok ajaran
aliran As’ariyah:
a. Tentang Sifat Allah
b. Tentang Kedudukan Al-Qur’an
c. Tentang melihat Allah Di Akhirat
d. Tentang Perbuatan Manusia
e. Tentang Antropomorfisme
f. Tentang dosa Besar
g. Tentang Keadilan Allah

BAB 4

ASMAUL HUSNA (NAMA-NAMA ALLAH)

A. Pengertian asmaul husna

24
Etimologi Asmaa’ul husna ‫ اسماء‬jamak dari ‫ اسم‬yang artinya nama-nama
sedangkan ‫ الحسنى‬artinya yang baik atau yang indah, Terminologi Asma’ul
Husna adalah nama nama milik Allah yang baik lagi indah.
Sejak dulu para ulama telah banyak membahas dan menafsirkan nama-nama
ini, karena nama-nama Allah adalah alamat kepada yang mesti kita ibadahi
dengan sebenarnya. Meskipun timbul perbedaan pendapat tentang arti,
makna, dan penafsirannya akan tetapi yang jelas adalah kita tidak boleh
dalam mempergunakan atau menyebut nama-nama Allah.
Selain perbedaan dalam mengartikan dan menafsirkan suatu nama terdapat
pula perbedaan jumlah nama, ada yang menyebut 99, 100, 200, bahkan 1.000
bahkan 4.000 nama, namun menurut mereka, yang terpenting adalah hakikat
Allah swt yang harus dipahami dan dimengerti oleh orang-orang yang
beriman seperti Nabi Muhammad saw.
Seluruh nama Allah bersifat Taufiqiyah, yaitu tidak ada ruang sedikit pun
bagi akal untuk menentukannya. Akal kita tidak mungkin sampai pada segala
sesuatu yang menyangkut hak Allah seperti dalam masalah nama-nama-Nya.
B. Sejarah diturunkan Ayat tentang Asmaul Husna

Dalam kitab asbabunnuzul diterangkan bahwa pada suatu hari Rasulullah


melalukan shalat di Mekkah dan berdoa dengan kata-kata: “Ya Rahman,Ya
Rahim”. Kemudian doa tersebut didengar oleh sebagian kaum musyrikin, dan
ia berkata: “Perhatikan orang yang murtad dari agamanya! Dia melarang kita
menyeru dua Tuhan,dan ia sendiri menyeru dua Tuhan!”

Dari ucapannya,turunlah Surat Al-Isra:110 :


        
      
       

110. Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. dengan nama yang
mana saja kamu seru, Dia mempunyai Al asmaaul husna (nama-nama yang
terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan
janganlah pula merendahkannya[870] dan carilah jalan tengah di antara kedua
itu".

25
C. Manfaat membaca Asmaul Husna dan Artinya

Setiap nama dalam Asmaul Husna mengandung mukjizat besar bagi


kemudahan hidup manusia. Nabi Muhammad SAW mengajarkan agar
umatnya terus menyebut nama Allah SWT,dan beliau rutin membaca Asmaul
Husna setiap selesai shalat lima waktu dan menjelang tidur.

Manfaat serta berkah dari pengamalan Asmaul Husna antara lain:

1. Dibukakan pintu rezeki yang halal dengan mudah dan


berkelimpahan. Rezeki memang tidak datang dengan
sendirinya,pasti akan selalu ada usaha untuk mendapatkannya.kita
harus menjemput rezeki itu yaitu dengan cara ikhtiar.

2. Menghindari penyakit hati. Jika ingin disembuhkan oleh Allah dari


penyakit iri,benci,dengki dan lainnya,maka perbanyaklah membaca
Asmaul Husna.

3. Menyembuhkan penyakit fisik,psikis,umur panjang dan lain


sebagainya.

D. 99 NAMA-NAMA ALLAH

1 Ar Rahman ‫ الرحمن‬Yang Maha Pengasih


2 Ar Rahiim ‫ الرحيم‬Yang Maha Penyayang
3 Al Malik ‫ الملك‬Yang Maha Merajai
4 Al Quddus ‫ القدوس‬Yang Maha Suci
5 As Salaam ‫ السالم‬Yang Maha Memberi Kesejahteraan
6 Al Mu`min ‫ المؤمن‬Yang Maha Memberi Keamanan
7 Al Muhaimin ‫ المهيمن‬Yang Maha Mengatur
8 Al `Aziiz ‫ العزيز‬Yang Maha Perkasa
9 Al Jabbar ‫ الجبار‬Yang Memiliki Mutlak Kegagahan
10 Al Mutakabbir ‫ المتكبر‬Yang Maha Megah, Yang Memiliki Kebesaran
11 Al Khaliq ‫ الخالق‬Yang Maha Pencipta
12 Al Baari` ‫ البارئ‬Yang Maha Melepaskan (Membuat, Membentuk,
Menyeimbangkan)
13 Al Mushawwir ‫ المصور‬Yang Maha Membentuk Rupa
14 Al Ghaffaar ‫ الغفار‬Yang Maha Pengampun
15 Al Qahhaar ‫ القهار‬Yang Maha Memaksa
16 Al Wahhaab ‫ الوهاب‬Yang Maha Pemberi Karunia
17 Ar Razzaaq ‫ الرزاق‬Yang Maha Pemberi Rezeki
18 Al Fattaah ‫ الفتاح‬Yang Maha Pembuka Rahmat
19 Al `Aliim ‫ العليم‬Yang Maha Mengetahui (Memiliki Ilmu)
20 Al Qaabidh ‫ القابض‬Yang Maha Menyempitkan
21 Al Baasith ‫ الباسط‬Yang Maha Melapangkan

26
22 Al Khaafidh ‫ الخافض‬Yang Maha Merendahkan
23 Ar Raafi` ‫ الرافع‬Yang Maha Meninggikan
24 Al Mu`izz ‫ المعز‬Yang Maha Memuliakan
25 Al Mudzil ‫ المذل‬Yang Maha Menghinakan
26 Al Samii` ‫ السميع‬Yang Maha Mendengar
27 Al Bashiir ‫ البصير‬Yang Maha Melihat
28 Al Hakam ‫ الحكم‬Yang Maha Menetapkan
29 Al `Adl ‫ العدل‬Yang Maha Adil
30 Al Lathiif ‫ اللطيف‬Yang Maha Lembut
31 Al Khabiir ‫ الخبير‬Yang Maha Mengenal
32 Al Haliim ‫ الحليم‬Yang Maha Penyantun
33 Al `Azhiim ‫ العظيم‬Yang Maha Agung
34 Al Ghafuur ‫ الغفور‬Yang Maha Memberi Pengampunan
35 As Syakuur ‫ الشكور‬Yang Maha Pembalas Budi (Menghargai)
36 Al `Aliy ‫ العلى‬Yang Maha Tinggi
37 Al Kabiir ‫ الكبير‬Yang Maha Besar
38 Al Hafizh ‫ الحفيظ‬Yang Maha Memelihara
39 Al Muqiit ‫ المقيت‬Yang Maha Pemberi Kecukupan
40 Al Hasiib ‫ الحسيب‬Yang Maha Membuat Perhitungan
41 Al Jaliil ‫ الجليل‬Yang Maha Luhur
42 Al Kariim ‫ الكريم‬Yang Maha Pemurah
43 Ar Raqiib ‫ الرقيب‬Yang Maha Mengawasi
44 Al Mujiib ‫ المجيب‬Yang Maha Mengabulkan
45 Al Waasi` ‫ الواسع‬Yang Maha Luas
46 Al Hakiim ‫ الحكيم‬Yang Maha Maka Bijaksana
47 Al Waduud ‫ الودود‬Yang Maha Mengasihi
48 Al Majiid ‫ المجيد‬Yang Maha Mulia
49 Al Baa`its ‫ الباعث‬Yang Maha Membangkitkan
50 As Syahiid ‫ الشهيد‬Yang Maha Menyaksikan
51 Al Haqq ‫ الحق‬Yang Maha Benar
52 Al Wakiil ‫ الوكيل‬Yang Maha Memelihara
53 Al Qawiyyu ‫ القوى‬Yang Maha Kuat
54 Al Matiin ‫ المتين‬Yang Maha Kokoh
55 Al Waliyy ‫ الولى‬Yang Maha Melindungi
56 Al Hamiid ‫ الحميد‬Yang Maha Terpuji
57 Al Muhshii ‫ المحصى‬Yang Maha Mengalkulasi (Menghitung Segala
Sesuatu)
58 Al Mubdi` ‫ المبدئ‬Yang Maha Memulai
59 Al Mu`iid š‫ المعيد‬Yang Maha Mengembalikan Kehidupan
60 Al Muhyii ‫ المحيى‬Yang Maha Menghidupkan
61 Al Mumiitu ‫ المميت‬Yang Maha Mematikan
62 Al Hayyu ‫ الحي‬Yang Maha Hidup

27
63 Al Qayyuum ‫ القيوم‬Yang Maha Mandiri
64 Al Waajid ‫ الواجد‬Yang Maha Penemu
65 Al Maajid ‫ الماجد‬Yang Maha Mulia
66 Al Wahid ‫ الواحد‬Yang Maha Tunggal
67 Al Ahad ‫ االحد‬Yang Maha Esa
68 As Shamad ‫ الصمد‬Yang Maha Dibutuhkan, Tempat Meminta
69 Al Qaadir ‫ القادر‬Yang Maha Menentukan, Maha Menyeimbangkan
70 Al Muqtadir ‫ المقتدر‬Yang Maha Berkuasa
71 Al Muqaddim ‫ المقدم‬Yang Maha Mendahulukan
72 Al Mu`akkhir ‫ المؤخر‬Yang Maha Mengakhirkan
73 Al Awwal ‫ األول‬Yang Maha Awal
74 Al Aakhir ‫ األخر‬Yang Maha Akhir
75 Az Zhaahir ‫ الظاهر‬Yang Maha Nyata
76 Al Baathin ‫ الباطن‬Yang Maha Ghaib
77 Al Waali ‫ الوالي‬Yang Maha Memerintah
78 Al Muta`aalii ‫ المتعالي‬Yang Maha Tinggi
79 Al Barru ‫ البر‬Yang Maha Penderma (Maha Pemberi Kebajikan)
80 At Tawwaab ‫ التواب‬Yang Maha Penerima Tobat
81 Al Muntaqim ‫ المنتقم‬Yang Maha Pemberi Balasan
82 Al Afuww ‫ العفو‬Yang Maha Pemaaf
83 Ar Ra`uuf ‫ الرؤوف‬Yang Maha Pengasuh
84 Malikul Mulk ‫ مالك الملك‬Yang Maha Penguasa Kerajaan
85 Dzul Jalaali Wal Ikraam ‫ ذو الجالل و اإلكرام‬Yang Maha Pemilik Kebesaran
dan Kemuliaan
86 Al Muqsith ‫ المقسط‬Yang Maha Pemberi Keadilan
87 Al Jamii` ‫ الجامع‬Yang Maha Mengumpulkan
88 Al Ghaniyy ‫ الغنى‬Yang Maha Kaya
89 Al Mughnii ‫ المغنى‬Yang Maha Pemberi Kekayaan
90 Al Maani ‫ المانع‬Yang Maha Mencegah
91 Ad Dhaar ‫ الضار‬Yang Maha Penimpa Kemudharatan
92 An Nafii` ‫ النافع‬Yang Maha Memberi Manfaat
93 An Nuur ‫ النور‬Yang Maha Bercahaya (Menerangi, Memberi Cahaya)
94 Al Haadii ‫ الهادئ‬Yang Maha Pemberi Petunjuk
95 Al Badii’ ‫ البديع‬Yang Maha Pencipta Yang Tiada Bandingannya
96 Al Baaqii ‫ الباقي‬Yang Maha Kekal
97 Al Waarits ‫ الوارث‬Yang Maha Pewaris
98 Ar Rasyiid ‫ الرشيد‬Yang Maha Pandai
99 As Shabuur ‫ الصبور‬Yang Maha Sabar

E. Keutamaan berdoa dengan menyebut Asmaul Husna

Umat islam dianjurkan berdoa kepada Allah sambil menyebut Asmaul


Husna. Misalnya,seorang muslim meminta ampun maka dahulukan dengan

28
menyebut “Al-Ghaffar” (yang maha pengampun) dan begitu juga doa
lainnya.

Rasulullah SAW memerintahkan umatnya untuk menggunakan Asmaul


Husna ketika berdoa,seperti yang disebutkan dalam hadist nya

”Allah memiliki nama-nama yang baik,maka berdoalah dengan menyebut


nama-Nya”

Hadist tersebut mengisyaratkan bahwa sebaiknya disetiap doa kita selalu


menyebutkan Asma Allah. Hal ini akan mempermudah kita agar doa kita
segera dikabulkan oleh Allah SWT. Mengapa demikian? Karena ketika
seorang menyebut Asma Allah maka pintu-pintu langit akan terbuka dan
gelombng suaranya langsung naik (mi’raj) menembus tujuh lapis langit
sampai ketempat ijabahnya Allah (Sidratul Muntoha)

BAB 5

BERIMAN KEPADA MAHLUK ALLAH

A. Makhluk Ciptaan Allah

Di dalam Al-quran, makhluk ciptaan Allah di sebut hanya ada 6


macam, yang 3 berakal, dan yang tiga lainnya tidak yaitu: malaikat, jin,
binatang, tanaman, dan benda mati.

Makhluk pertama :Malaikat. Malaikat adalah makhluk yang


diciptakan khusus untuk membantu Allah mengurus alam semesta

29
ciptaanNya. Bukan berarti Allah kewalahan dalam mengurus alam semesta
ini dan kemudian butuh bantuan malaikat. Pada hakikatnya yang sibuk
mengurusi alam semesta adalah Allah semata. Tetapi Allah membuat
mekanisme yang memang melibatkan malaikat dalam interaksiNya dengan
makhluk makhluk yang lain terutama manusia. Allah berfirman dalam Al-
quran:

        


       
        
   

“dan tidaklah patut bagi seorang manusia bahwa Allah akan


berbicara kepadanya kecuali dengan perantara wahyu atau dari belakang
tabir atau dengan mengutus utusan(malaikat) lalu diwahyukan kepadanya
dengan izinNya apa yang dia kehendaki. Sungguh, dia maha tinggi maha
bijaksana.”(QS Asy-Syuraa(42):52)

Malaikat adalah makhluk ciptaan Allah yang badannya terbuat dari


cahaya. Badannya itu lantas di beri ruh oleh Allah swt maka jadilah makhluk
itu malaikat. Ugas malaikat beragam mulai dari menyampaikan wahyu
kepada para nabi, mencatat perbuatan manusia, menyampaikan rezeki, sampai
kepada penjaga syurga dan neraka.

Makhluk kedua :jin adalah makhluk Allah yang di ciptakan sesudah


malaikat. Jika malaikat badannya cahaya, maka badan jin di buat Allah dari
nyala api yang sangat panas. Lantas ditiupkanNya ruh. Dengan kata lain
badan jin terbuat dari gelombang panas, maka tetap memiliki berbagai
kelebihan. Ia memiliki kualitas dan tingkat energy yang lebih rendah dari
malaikat. Badan malaikat sangat ringan sehingga bisa melesat dengan
kecepatan yang sangat tinggi, tetapi jin memiliki badan yang sangat berat dan
lebih lamban.

Yang paling membedakan antara jin dan malaikat adalah dimensinya.


Malaikat adalah makhluk berdimensi 9 yang tinggal di langit ketujuh,

30
sedngkan jin adalah makhluk berdimensi 4 yang tinggal di langit kedua.
Malaikat bisa masuk menjelajahi jin tapi jin tidak bisa memasuki dunia
malaikat. Karena itu, Al-quran menggambarkan, kadang –kadang jin
mencoba mengintip dan mencuri informasi dari alam malaikat, sebagaimana
ayat berikut ini.Qs Ash Shaffat (37):10

       

Akan tetapi barang siapa (di antara mereka) yang mencuri-


curi(pembicaraan) maka ia dikejar oleh suluh api yang cemerlang.

Berbeda dengan malaikatyang selalu taat, jin diciptakan untuk bisa


membangkang terhadap perintah Allah. Mereka adalah makhluk yang
nantinnya akan dimintai pertanggung jawaban sebagai makhluk Allah. Maka
jin ada yang jahat dan ada yang baik, ada yang kafir dan ada yang shalih. Ada
juga yang masuk syurga dan ada juga yang masuk neraka. Jin yang jahat di
sebut setan dan kakek buyut setan adalah iblis.

Makhluk ketiga : manusia sebagai mana jin, manusia di ciptakan


Allah untuk beribadah kepadaNya. Anusia memiliki kebebasan untuk
memilih peran dalam drama kehidupan ini : apakah ingin menjadi penjahat
(setan) ataukahjadi orang yang baik. Badan manusia terbuat dari unsure-unsur
yang terdapat dalam tanah, sebagaimana yang telah di jelaskan pada bagian
sebelumnya, secara umum badan manusia terbuat dari zat-zat biokimiawi.
Kaena bersifat material, maka badan manusia juga paling berat di antara
makhluk Allah yang bernama malaikay atau jin.

maka manusia hidup di langit paling rendah, yaitu langit pertama. Jin
hidup di langit yang lebih tinggi dari pada manusianyaitu langit kedua,
sedangkan malaikat hidup di tempat yang sangat tertinggi yaitu langit
ketujuh. Selain itu langit ketiga sampai langit keenamjuga di tempati oleh
arwah manusia yang sudah meninggal. Mereka menunggu terjadinya hari
kiamat, untuk di bangkitkan dan menempati badan wadagnya.

31
Badan manusia oleh Allah diikat dilangit dunia. Dengan menggunaka
dimensi 3. Sedangkan, jin dipenjara Allah di langit kedua yang berdimensi 4.
Dan malaikat di bebaskan Allah di langit ketujuh, dengan berdimensi 9 .
selama hidpnya manusia akan terikat di langit dunia yang berdimensi 3.
Mereka hidup dan mati, serta di bangkitkan lagi di permukaan bumi, setelah
terjadinya kiamat kecil : yaitu hancurnya bumu dan seluruh kehidupan di
dalamnya.

Makhluk ke 4 dan 5 : Tumbuhan dan Binatang ketiga bahasan kita


diatas adalah makhluk yang berakal. Sedangkan makhluk yang ke 4 dan 5 ini
adalah makhluk hidup yang tidak berakal. Perbedaan yang mendasar itu
menjadikan fungsi kedua kelompok tersebut sangat jauh berbeda.

Allah tidak membebani Binatang dan Tumbuhan dangan agama.


Mereka tidak memiliki pilihan dalam hidupnya. Satu-satunya pilihan adalah
taat kepada Allah. Mereka tidak bisa memberontak sebagaimana manusia dan
jin yang memiliki akal dan nafsu. Tetapi bukan berarti mereka tidak
beribadah. Allah berulang kali menyebutkan bahwa langit bumi dan segala
isinya bertasbih kepada Allah termasuk binatang dan tumbuhan.

Tumbuhanan dan binatang di ciptakan Allah terlebuh dahulu sebelum


manusia dan jin. Tumbuhan dan binatang adalah perintis kemakmuran bumi.
Tumbuhan dan binatang di butuhkan untuk membangun mekanisme
penbentuk oksigenyang menjadi syarat terjadinya kehidupan manusia. Lewat
tumbuhan, Allah menyerap CO2 dari udara dan berbagai zat didalam tanah,
untuk kemudian menjadi oksigen sebagai hasil fotosintesis.

Dan setelah semua fasilitas untuk kehidupan manusia tecukupi, maka


Allah menciptakan ras manusia modern sekitar 50.000 tahun yang lalu. Jadi
relative masih belum lama. Di era itulah diperkirakan adam di ciptakan Allah
sebagai manusia pertama. Hingga, kini manusia di muka bumi telah
berjumlah lebih dari 5 miliyar orang.

Makhluk yang 6 : Benda Mati untuk kelengkapan hidup manusia,


Allah menciptakan segala macam benda di muka bumi. Semuanya di

32
peruntukkan manusia, mulai dari berbagai macam tambang di dalam perut
bumi, bebatuan, gunung-gunung, lautan, atmosfer, angin, hujan, petir, dan
lain sebagainya.

manusia sebagai khalifah di muka bumi ini tidak perlu menciptakan


kebutuhannya sendiri. Semua sudah di siapkan oleh Allah. Manusia tinggal
memproses dan menyesuaikandengan yang diinginkan. Allah meletakkan
dasar yang seimbang dalam segala ciptaanNya. Selama manusia mengelola
bumi bumi dengan keseimbangan maka kebutuha manusia akan tercukupi
sampai kapanpun. Tetapi apabila dikelola dengan serampangan dan apalagi
penuh keserakahan, maka bumi ini pun akan mengalami kerusakan. Bahkan
kehancuran.

Kemampuan manusia dalam mengendalikan hawa nafsunya


menjadi factor yang sangat menentukan dalam keberhasilan hidup, seorang
manusia.

B. Cara Beriman Kepada Makhluk Ciptaan Allah

Seseorang bisa dikatakan memiliki iman yang sempurna ketika


dirinya mampu memenuhi tiga unsure keimanan, yakni membenarkan dengan
hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan perbuatan. Bila dikaitkan
dengan penguasa semesta alam, bisa dikatakan iman keoada Allah adalah
membenarkan keberadaan Allah dari hati, mengakui ke beradaanNya dengan
lisan, dan mengamalkan apa yang diperintahkannya. Beriman kepada Allah
adalah pokok dari keseluruhan isi dari rukun iman. Bila seseorang iman
kepada Allah, maka orang itu juga wajib beriman kepada malaikat , rosul,
kitab Allah, qada da qadar, serta hari kiamat.

Ini merupkan cara beriman kepada allah secara lebih terperinci.


Maksudnya, kita wajib percaya bahwa Allah mempunyai sifat-sifat yang
berbeda dengan makhluk ciptaanNya,

Percaya kepada hal yang gaib merupakan rukun iman yang keenam,
oleh karena itu iman kepada yang gaib menjadi salah satu yang harus di
yakini dan di pedomani. Dan iman kepada yang gaib merupakan sesuatu yang

33
wajib di yakini oleh setiap pemeluk ajaran islam. Al-Quran sendiri
mengisyaratkan bahwa salah satu cirri orang yang beriman salah satunya
adalah mempercayai kepada hal yang gaib.

Makhluk gaib harus kita percayai keberadaannya karena dengan kita


meyakini atau mengimani keberadaan makhluk gaib berarti kita beiman
kepada hal yang gaib. Iman kepada hal yang gaib berarti meyakini ciptaan
Allah yang luar biasa di dunia nyata, dan meyakini secara penuh tentang
kekuasaanNya. Namun percaya atau beriman kepada hal yang gaib bukan
berarti meyakini bahwa makhluk gaib itu memiliki kekuatan penuh, karena
jika hal ini sampai terjadi maka akan mengakibatkan kemusyrikan atau
menganggap ada sesuatu ada sesuatu kekuatan selain kekuatan Allah swt.

BAB 6

AKIDAH ISLAM TENTANG HARI KIAMAT

A. PENGERTIAN KIAMAT

Kiamat merupakan peristiwa besar yang menggoncangkan .suatu hari


nanti ia pasti akan terjadi, tidak ada keraguan didalamnya. Ia menjadi
pemisah antara kehidupan dunia dan akhirat. Atau, ia adalah suatu hari yang
menjadi pertanda berakhirnya suatu masa yang dibatasi, yakni kehidupan
dunia dan menjadi gong dimulainya suatu babak baru yang tak akan pernah
berakhir. Atau bisa Anda katakan, ia adalah suatu hari yang didalamnya Allah
Swt mengumumkan berakhirnya kehidupan alam semesta yang luas ini,
berikut bumi dan langitnya yang tujuh, serta seluruh kehidupan yang ada.
Allah telah memberitahukan sebagiannya, meski sebagian besarnya yang lain
Dia sembunyikan dari kita.

34
Allah mengumumkan terjadinya kiamat sesudah tanda-tandanya
muncul secara lengkap, Dia akan memusnahkan kehidupan di alam semesta
nan luas yang tidak diketahui batasnya, kecuali oleh-Nya. Dia akan
membinasakan seluruh ciptaan dan makhluk-Nya, baik yang memiliki ruh
maupun benda mati. Allah Swt berfirman:



Artinya: “semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal
Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” (Ar-Rahman:
26-27)1

B. IMAN KEPADA HARI KIAMAT


Iman kepada hari akhir merupakan salah satu pilar terpenting dari rukun
iman yang enam. Rasulullah dalam banyak sabdanya sering mengaitkan
keimanan kepada Allah dengan keimanan akan adanya kiamat. Yang
demikian itu agar manusia senantiasa sadar akan adanyan hari dimana
seluruh yang mereka perbuat akan dimintai pertanggungjawaban, sekaligus
peringatan bahwa dunia itu bukan negri keabadian, tetapi ia hanya sebuah
tempat persingghan dari sebuah perjalanan panjang.Keyakina akan kiamat
itulah yang menjadikan seseorang menghitung ulang akan untung dan
ruginya mereka mempertahankan dunia yang mereka kejar.2
Iman kepada hari Akhir artinya membenarkan dan meyakini dengan
sepenuh hati atas semua yang dikabarkan Allah dan Rasulullah. Perihal
kebangkitan, perkumpulan, perhitungan (hisab), jalan titian (sirat),
timbangan (mizan), surga dan neraka,serta semua hal yang terjadi dalam
perhelatan hari akhir.
Pengetahuan tentang kiamat merupakan sesuatu yang dirahasiakan oleh
Allah, yang tidak diperlihatkan kepada siapapun, baik nabi maupun

2
Abu Fatiah Al-Adnani, Fitnah & Petaka Akhir Zaman, (Solo: Granada Mediatama, 2007),
h. 31

35
malaikat.Tidak seorang pun mengetahuinya secara pasti selain Allah. Allah
hanya memberikan tanda akan dekatnya kedatangan hari kiamat,yang
kesemuanya di ceritakan secara detil melalui lisan Rasulullah. Rasulullah
menjelaskan bahwa kejadian kiamat adalah sesuatu yang bersifat ghaib, tidak
seorangpun yang mengetahuinya selain Allah. Hal itu sebagaimana yang
disebutkan dalam Al-Qur’an:
        
          
        
         
    

187. mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: "Bilakah terjadinya?"


Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi
Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya
selain Dia. kiamat itu Amat berat (huru haranya bagi makhluk) yang di langit
dan di bumi. kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-
tiba". mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar
mengetahuinya. Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang bari
kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak
Mengetahui".

          


      
63. manusia bertanya kepadamu tentang hari berbangkit. Katakanlah:
"Sesungguhnya pengetahuan tentang hari berbangkit itu hanya di sisi Allah".
dan tahukah kamu (hai Muhammad), boleh Jadi hari berbangkit itu sudah
dekat waktunya.

C. MACAM – MACAM TAMDA KIAMAT

Tanda-tanda kiamat sangat banyak.Sebagian ada yang dijelaskan


dalam Al-Qur’an Al-Karim, sebagian lagi ada yang dijelaskan dalam hadits-
hadits Nabi. Macam-macam tanda kiamat:

1. Tanda-tanda sughra

Yaitu, tanda-tanda pertama yang telah muncul dan tidak akan


terulang kembali. Misalnya:

36
a. Diutusnya Rasulullah
b. Terbelahnya bulan
c. Wafatnya Rasulullah
d. Penaklukan baitul Maqdis
e. Mewabahnya penyakit mematikan

2. Tanda-tanda wustha
Yaitu, tanda-tanda yang datang sesudah masa generasi Islam
pertama dan pada masa kita hidup sampai saat ini. Diantara tanda-tanda
itu banyak yang sudah terjadi dan masih berlangsung Misalnya:
a. Datangnya berbagai fitnah
b. Meluasnya perdagangan, salam hanya kepada yang dikenal, dan
putusnya silahturahmi
c. Budak wanita melahirkan tuannya
d. Konspirasi bangsa-bangsa terhadap umat islam

Tanda-tanda yang akan muncul dizaman kita dan kebanyakan


peristiwanya kita alami
a. Wanita-wanita berpakaian tetapi telanjang
b. Menghiasi masjid dan berbangga-bangga dengannya
c. Berlomba-lomba meninggikan bangunan
d. Harta melimpah ruah
e. Memakan harta riba
f. Disia-siakannya amanat
g. Meniru perilaku orang-orang kafir
h. Dihallakannya sutera,khamer, dan zina
i. Tersebarnya buku,tulisan, dan pena (penyebaran ilmu ataupun
buku-buku sangat pesat)
j. Mati mendadak
k. Pasar-pasar berdekatan

37
l. Para orang tua menyerupai pemuda (seperti banyakknya yang
mengecat rambut dengan warna hitam)
m. Banyaknya kebohongan dan kesaksian palsu
n. Kebenaran mimpi orang mukmin

Tanda-tanda yang akan muncul pada masa mendatang dan diantaranya


sangat dekat dengan tanda-tanda kubra
a. Orang yang berpegang pada agama bagaikan memegang bara api
b. Terjadinya permusuhan dalam hati
c. Jazirah Arab penuh dengan kebun-kebun dan sungai-sungai
d. Ilmu digunakan mencari harta dan Al-Qur’an dijadikan dagangan
e. Munculnya kebodohan dan manusia saling menolak menjadi imam
shalat
f. Munculnya pemimpin-pemimpin bodoh
g. Munculnya polisi akhir zaman yang kejam pada manusia
h. Turunnya cobaan dan siksaan berat dari penguasa zalim
i. Seseorang berangan-angan untuk mati
j. Sore beriman, pagi menjadi kafir (mudahnya menjual agamanya)
k. Sungai Eufrat menyibak gunung emas atau timbunan emas
l. Luka’bin Luka’ menjadi manusia paling bahagia (seorang laki-laki
yang buruk nasabnya, kedudukannya, akhlaknya, agamanya atau
bias di artikan hamba yang buruk)
m. Fitnah dahsyat yang membinasakan bangsa Arab
n. Bersujud sekali kepada Allah lebih baik dari dunia dan seisinya
o. Munculnya seorang lelaki dari qahthan yang dipatuhi manusia
p. Munculnya tiga fitnah: Ahlas, Dahma, dan Duhaima
q. Bumi mengeluarkan kekayaannya yang terpendam
r. Kaum muslimin akan memerangi yahudi dan mengalahkan mereka
s. Jumlah wanita lebih banyak dari pria
t. Merebaknya zina dan perbuatan keji
u. Banyaknya kematian, gempa, dan hujan
v. Binatang buas dan benda mati dapat berbicara

38
w. Ditenggelamkannya pasukan yang hendak mengerang madinah
x. Bulan terlihat membesar3

3. Tanda-tanda kubra

Yakni, tanda-tanda (kejadian) yang jika muncul maka diikuti


dengan terjadinya kiamat, ia mempunyai 10 tanda dan hingga saat ini
belum satupun dari tanda-tanda tersebut yang muncul.

Huzaif Radhiyallahu Anhu berkata,

“Ketika kami sedang bincang-bincang, Nabi Shallallahu Alaihi


wa Sallam datang kepada kami dan bertanya, “Apa yang sedang kalian
perbincangkan?Mereka menjawab, ‘Kami sedang memperbincangkan
tentang hari kiamat.” Maka beliau bersabda, “Sesungguhnya hari
kiamat tidak akan terjadi hingga kalian melihat sebelumnya sepuluh
tanda, lalu beliau menyebutkan:

1) Asap
2) Dajjal
3) Hewan melata
4) Terbitnya matahari dari barat
5) Turunnya Isa putera Maryam
6) Keluarnya Ya’juj dan Ma’juz
7) Pembenaman bumi di timur
8) Pembenaman bumi di barat
9) Pembenaman bumi di jazirah Arab

3
Syaikh Mahir Ahmad Ash-Shufi, Ensiklopedi Hari Akhir Tanda-tanda Kiamat Kecil dan
Besar, (Jakarta: Ummul Qura, 2012), h. 91-191

39
10) (Dan yang terakhir) Api yang keluar dari Yaman dan menggiring
manusia kepada tempat berkumpulnya mereka (padang
mahsyar).”

Dan dalam hadits-hadits yang lain disebutkan di antara tanda-tanda


hari kiamat adalah munculnya Al-Mahdi, penyerangan Ka’bah,
diangakatnya Al-Qur’an dari bumi.

BAB 7

AKIDAH ISLAM TENTANG QADA,QADAR, DAN TAKDIR

A. PENGERTIAN QADHA, QADAR, DAN TAKDIR

Keimanan seorang mukmin yang benar harus mencakup enam rukun.Yang


terakhir adalah beriman terhadap takdir Allah, baik takdir yang baik maupun
takdir yang buruk.  Salah memahami keimanan terhadap takdir dapat berakibat
fatal, nyebabkan batalnya keimanan seseorang. Terdapat beberapa permasalahan
yang harus dipahami oleh setiap muslim terkait masalah takdir ini. Semoga
paparan ringkas ini dapat membantu kita untuk memahami keimanan yang benar
terhadap takdir Allah.

Pengertian Qadha’, Qadar, dan Takdir

Secara bahasa  Qadha memiliki beberapa pengertian yaitu: hukum,


ketetapan, kehendak, pemberitahuan, penciptaan. Menurut istilah Islam, yang
dimaksud dengan qadha adalah ketetapan Allah sejak zaman Azali sesuai dengan
iradah-Nya tentang segala sesuatu yang berkenan dengan makhluk.

Ditegaskan Allah dalam Al-Qur`an :

         
          
    

40
Artinya : `` Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi
perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu
ketetapan, aka nada bagi mereka pilihan (yang lain ) tentang urusan mereka.
Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya mmaka sungguhlah ia telah
sesat, sesat yang nyata.” (Q.S Al-Ahzab : 36)

Lihat juga firman Allah dalam Q.S An-Nisa : 33, Q.S al-Isra` : 4, Q.s Ali Imran :
47, dan Q.S Fuslihat : 42.

Adapun pengertian Qadar, qadar menurut bahasa adalah: kepastian,


peraturan, ukuran. Adapun menurut Islam qadar perwujudan atau kenyataan
ketetapan Allah terhadap semua makhluk dalam kadar dan berbentuk
tertentu sesuai dengan ridah-Nya.

Dasar pengertian qadar ditegaskan dalam firman-Nya :

        


         


Artinya: yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak


mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagiNya dalam kekuasaan(Nya), dan dia
telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan
serapi-rapinya (QS .Al-Furqan : 2).

Lihat juga dalam Q.S Al-Qamar : 49 dan Q.S Al-Ahzab : 38)

Hubungan qadha dan qadar sangat erat . Qadha adalah rencana, ketentuan atau
hukum Allah sejak zaman azali, Sedangkan qadar adalah pelaksanaan dari hukum
atau ketentuan Allah. Oleh karena itu, istilah qadha dan qadar disatukan dengan
istilah takdir.

Perbuatan Allah dalam qadar-Nya sesuai dengan ketentuian qadar-Nya.


Ditegaskan dalam firman-Nya ;

         
 

41
Artinya :`` Dan tidak ada sesuatupu melainkan pada sisis kamilah khazanahnya,
dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran tertentu.” (Q.S Al-Hijr
: 21

B. Iman Kepada Qadha, Qadar dan Takdir

Beriman kepada qadha dan qadara yang selanjutnya disebut sebagai takdir
merupakan salah satu rukun iman. Sebagaimana telah dijelaskan oleh Rasulullah
dalam hadist Jibril dengan sabdanya, ``Hendaklah engkau beriman kepada takdir
yang baik dan yang buruk.”

Yang dimaksud dengan beriman kepada qadha dan qadar ialah bahwa
setiap manusia wajib mempunyai itikad atau keyakinan yang sungguh-sungguh
bahwasannya semua yang dilakukan oleh makhluk hidup yang disengaja seperti
makan, minum, ataupun yang tidak disengaja seperti jatuh, terpeleset dan lain
sebagainya telah ditetapkan oleh Allah sejak zaman azali dan sudah ditulis
didalam Lauhul Mahfudz (papan tulis yang terpelihara). Jadi semua yang terjadi
didunia ini telah diketahui oleh Allah SWT jauh sebelum hal itu terjadi.

C. Fungsi Iman Kepada Qadha’ dan Qadar dan Takdir

Allah SWT mewajibkan umat manusia untuk beriman kepada qada dan qadar
(takdir), yang tentu mengandung banyak fungsi (hikmah atau manfaat), yaitu
antara lain :

a) Memperkuat keyakinan bahwa Allah SWT, pencipta alam semesta adalah


tuhan Yang Maha Esa , maha kuasa, maha adil dan maha bijaksana.
Keyakinan tersebut dapat mendorong umat manusia (umat islam) untuk
melakukan usaha-usaha yang bijaksana, agar menjadi umat (bangsa) yang
merdeka dan berdaulat. Kemudian kemerdekaan dan kedaulatan yang di
perolehnya itu akan di manfaatkannya secara adil, demi terwujudnya
kemakmuran kesejahteraan bersama di dunia dan di akherat.
b) Menumbuhkan kesadaran bahwa alam semesta dan segala isinya berjalan
sesuai dengan ketentuan – ketentuan Allah SWT (sunatullah) atau hukum

42
alam. Kesadaran yang demikian dapat mendorong umat manusia (umat islam)
untuk menjadi ilmuan-ilmuan yang canggih di bidangnya masing-masing,
kemudian mengadakan usaha-usaha penelitian terhadap setiap mahluk Allah
seperti manusia, hewan, tumbuhan, air, udara, barang tambang, dan gas.
Sedangkan hasil – hasil penelitiannya di manfaatkan untuk meningkatkan
kesejahteraan manusia kearah yang lebih tinggi. (lihat dan pelajari Q.S.
Almujadalah, 58 : 11)
c) Meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT. Iman kepada takdir dapat
menumbuhkan kesadaran bahwa segala yang ada dan terjadi di alam semesta
ini seperti daratan, lautan, angkasa raya, tanah yang subur, tanah yang tandus,
dan berbagai bencana alam seperti gempa bumi, gunung meletus, serta banjir
semata-mata karena kehendak, kekuasaan dan keadilan Allah SWT. Selain
itu, kemahakuasaan dan keadilan Allah SWT akan di tampakkan kepada umat
manusia, takkala umat manusia sudah meninggal dunia dan hidup di alam
kubur dan alam akhirat. Manusia yang ketika di dunianya bertakwa, tentu
akan memperoleh nikmat kubur dan akan di masukan kesurga, sedangkan
manusia yang ketika di dunianya durhaka kepada Allah dan banyak berbuat
dosa, tentu akan memperoleh siksa kubur dan di campakan kedalam neraka
jahanam. (lihat dan pelajari Q.S. Ali Imran, 3 : 131 – 133).
d) Menumbuhkan sikap prilaku dan terpuji, serta menghilangkan sikap serta
prilaku tercela. Orang yang betul-betul beriman kepada takdir (umat islam
yang bertakwa ) tentu akan memiliki sikap dan prilaku terpuji seperti sabar,
tawakal, qanaah, dan optimis dalm hidup. Juga akan mampu memelihara diri
dari sikap dan prilaku tercela, seperti: sombong, iri hati, dengki, buruk
sangka, dan pesimis dalam hidup. Mengapa demikian? Coba kamu renungkan
jawabannya! (lihat dan pelajari Q.S. Al-Hadid, 57 : 21-24)
e) Mendorong umat manusia (umat islam) untuk berusaha agar kualitas
hidupnya meningkat, sehingga hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari
esok lebih baik dari hari ini. Umat manusia (umat islam) jika betul-betul
beriman kepada takdir, tentu dalam hidupnya di dunia yang sebenar ini tidak
akan berpangku tangan. Mereka akan berusaha dan bekerja dengan sungguh-
sungguh di bidangnya masing-masing, sesuai dengan kemampuannya yang

43
telah di usahakan secara maksimal, sehingga menjadi manusia yang paling
bermanfaat. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “sebaik-baiknya
manusia ialah yang lebih bermanfaat kepada manusia”. (H.R. At-Tabrani).
D. Hikmah Beriman kepada Qada dan qadar

Dengan beriman kepada qadha dan qadar, banyak hikmah yang amat
berharga bagi kita dalam menjalani kehidupan dunia dan mempersiapkan diri
untuk kehidupan akhirat. Hikmah tersebut antara lain:

a. Melatih diri untuk banyak bersyukur dan bersabar

Orang yang beriman kepada qadha dan qadar, apabila mendapat


keberuntungan, maka ia akan bersyukur, karena keberuntungan itu
merupakan nikmat Allah yang harus disyukuri. Sebaliknya apabila terkena
musibah maka ia akan sabar, karena hal tersebut merupakan ujian

b. Menjauhkan diri dari sifat sombong dan putus asa

Orang yang tidak beriman kepada qadha dan qadar, apabila


memperoleh keberhasilan, ia menganggap keberhasilan itu adalah semata-
mata karena hasil usahanya sendiri. Ia pun merasa dirinya hebat. Apabila ia
mengalami kegagalan, ia mudah berkeluh kesah dan berputus asa , karena ia
menyadari bahwa kegagalan itu sebenarnya adalah ketentuan Allah.

c. Memupuk sifat optimis dan giat bekerja

Manusia tidak mengetahui takdir apa yang terjadi pada dirinya. Semua
orang tentu menginginkan bernasib baik dan beruntung.Keberuntungan itu
tidak datang begitu saja, tetapi harus diusahakan.Oleh sebab itu, orang yang
beriman kepada qadha dan qadar senantiasa optimis dan giat bekerja untuk
meraih kebahagiaan dan keberhasilan itu.

d. Menenangkan jiwa

Orang yang beriman kepada qadha dan qadar senangtiasa mengalami


ketenangan jiwa dalam hidupnya, sebab ia selalu merasa senang dengan apa

44
yang ditentukan Allah kepadanya. Jika beruntung atau berhasil, ia bersyukur.
Jika terkena musibah atau gagal, ia bersabar dan berusaha lagi.

BAB 8

ADAB DAN TINGKAH LAKU DALAM ISLAM

A. Pengertian

Perilaku sosial tersebut belumlah sempurna sebelum ada sentuhan tauhid


dan ibadah serta nilai-nilai sosial Islam. Hal ini disebabkan, karena manusia
tidak hanya hidup di alam dunia saja, namun juga akan hidup dalam kehidupan
selanjutnya yakni hidup dalam alam barzakh dan alam akhiratTentang perilaku
islami sebagaimana Rasulullah saw. bersabda yang artinya:

Artinya: "Janganlah kamu saling menghasut, janganlah saling menjadi najasy,


janganlah saling membenci, janganlah saling membelakangi, janganlah kamu
menjual-jual orang lain, dan jadilah kamu hamba Allah yang bersaudara.
Seorang muslim adalah saudara muslim yang lain, tidak boleh menzaliminya,
jangan menghinanya dan jangan merendahkannya.... setiap muslim atas muslim
lain haram darahnya, haram hartanya, dan haram kehormatannya." (H.R.
Muslim)

B. Macam-Macam Adab
1. Adab kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
 Bersyukur terhadap segala nikmat-Nya
 Malu dan takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala tatkala ada
keinginan atau kecenderungan untuk melakukan dosa dan maksiyat.
 Berserah diri dan menggantungkan segala perkara dan urusan kepada-
Nya
 Merenungi rahmat Allah yang telah dilimpahkannya dan kepada seluruh
makhluk
 Memikirkan betapa kerasnya adzab Allah dan betapa kuat balasannya

45
2. Adab Kepada Al-Qur’an
1. Membacanya dalam keadaan suci, menghadap kiblat dan. duduk
dengan penuh kesopanan dan ketenangan.
2. Membacanya dengan tartil dan tidak terburu-buru
3. Membaca dengan penuh kekhusu’an.
4. Membaguskan suaranya, berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam : “Hiasilah Al-Qur’an dengan suaramu”. (HR.
Ahmad, Ibnu Majah, Nasa’i, Abu Daud)
5. Mensirkan (merendahkan) bacaannya jika ia takut riya’ atau
mengganggu kekhusyu’an orang sedang shalat.

3. Adab Bagi Tamu

Bagi seorang yang diundang, hendaknya memenuhinya sesuai


waktunya kecuali ada udzur, seperti takut ada sesuatu yang menimpa
dirinya atau agamanya. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam,

ْ‫َم ْن ُد ِع َى فَ ْلي ُِجب‬


“Barangsiapa yang diundang maka datangilah!” (HR. Abu Dawud dan
Ahmad)

ُ‫صى هللاَ َو َرس ُْولَه‬


َ ‫ك ال َّد ْعـ َوةَ فَقَ ْد َع‬
َ ‫َو َم ْن تَ َر‬
“Barang siapa yang tidak memenuhi undangan maka ia telah bermaksiat
kepada Allah dan Rasul-Nya.” (HR. Bukhari)

C. Macam macam Perilaku dalam Islam


a) Perilaku islami Setia kawan untuk mewujudkan hidup gotong royong.

Mengenai perilaku setia kawan, berdasarkan firman Allah dalam


al-Qur'an al-Karim Surat Al-Ma'idah ayat 2 yang berbunyi :

46
‫وا َعلَى ٱإۡل ِ ۡث ِم َو ۡٱلع ُۡد ٰ َو ۚ ِن‬ ۖ
َ ‫وا َعلَى ۡٱلبِرِّ َوٱلتَّ ۡق َو ٰى َواَل تَ َع‬
ْ ُ‫اون‬ ْ ُ‫اون‬
َ ‫َوتَ َع‬
Artinya: Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan
dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
permusuhan..." (Q.S. Al-Ma'idah: 2)

b) Perilaku Islami menjauhkan diri dari sifat iri terhadap siapapun

Orang yang baik akan merasa bahagia dan senang apabila


saudaranya, sahabatnya memperoleh kesenangan dan kebahagiaan atau
terhindar dari suatu bencana atau musibah yang merupakan takdir Allah.
Sebaliknya, perilaku islami yang baik adalah ia akan ikut merasa sedih
apabila sahabatnya mendapat suatu musibah.Suatu contoh misalnya, setiap
orang tentunya akan merasa senang dan bahagian apabila mempunyai uang
banyak. Oleh karena itu, setiap orang harus suka pula apabila sahabatnya
mempunyai banyak uang, sebagaimana dirinya suka mempunyai banyak
uang. Demikianlah seharusnya hati setiap muslim yang beriman.Suatu
contoh perilaku yang tidak baik dan tidak islami adalah apabila seseorang
mendapatkan nikmah dari Allah, dia merasa tidak senang dan mendoakan
yang tidak baik sehingga menjadi perilaku hasut.Hasut adalah sikap atau
perilaku merasa tidak senang apabila seseorang mendapatkan nikmat dari
Allah dan mengharapkan hilangnya nikmat Allah itu dari yang menerima
nikmah. Perilaku seperti ini adalah perilaku yang tidak diperkenankan
dalam islam.

c) Perilaku Islami saling memaafkan atas segala kesalahan

Setiap orang muslim harus sadar dan menyadari bahwa dalam


kehidupan di dunia ini tidak ada manusia yang sempurna, bebas dari
kesalahan dan juga dosa karena manusia adalah tempat salah dan dosa.
Mungkin hari ini kita melihat orang lain berbuat salah, tetapi di lain hari
kita juga berbuat salah. Oleh sebab itu, janganlah seseorang melihat

47
kesalahan orang lain saja, melainkan juga harus melihat kesalahan diri
sendiri. Dengan cara demikian, kita akan mudah untuk berperilaku islami
memberi maaf kepada orang lain yang bersalah.

Firman Allah dalam Al-Qur'an al-Karim dalam surat An-Nur ayat 22 yang
berbunyi :

ۚۡ‫ُّون أَن يَ ۡغفِ َر ٱهَّلل ُ لَ ُكم‬ ۗ ۡ َ‫وا َو ۡلي‬


ْ ُ‫َو ۡليَ ۡعف‬
َ ‫صفَح ُٓو ْا أَاَل تُ ِحب‬
Artinya: "... Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada.
Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu?...” (Q.S. An-Nur:
22)

Perilaku-perilaku islami di atas hendaknya mari kita implementasikan


dalam kehidupan sehari-hari dalam pergaulan di dalam keluarga,
kelompok atau organisasi, bermasyarakat dan bernegara.

d) Perilaku sosial dalam Islam.

Dalam Islam, perilaku sosial merupakan salah satu unsur dalam


kehidupan bermasyarakat. Manusia dalam segi bathiniyah diciptakan dari
berbagai macam naluri, di antaranya memiliki naluri baik dan jahat. Dalam
Alquran telah dijelaskan mengenai naluri manusia sebagai makhluk sosial
dan tujuan dari penciptaan naluri tersebut:

“Kami telah menentukan di antara mereka keadaan hidup mereka di dunia


ini, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka daripada sebagian yang
lain beberapa derajat, agar sebagian mereka mengambil manfaat dari
sebagian lain.” (QS Az-Zukhruf: 32)

perilaku sosial tersebut belumlah sempurna sebelum ada sentuhan tauhid


dan ibadah serta nilai-nilai sosial Islam. Hal ini disebabkan, karena
manusia tidak hanya hidup di alam dunia saja, namun juga akan hidup
dalam kehidupan selanjutnya yakni hidup dalam alam barzakh dan alam
akhirat.

48
BAB 9

AKHLAK TERCELA

A. PENGERTIAN AKHLAK TERCELA

Akhlak buruk atau tercela merupakan suatu sikap atau perbuatan


jelek yang dilarang oleh agama. Karena pada dasarnya agama
mengajarkan kita untuk selalu bersikap baik terutama menjaga perilaku
serta perbuatan yang akan kita lakukan. Dengan berlandaskan agama maka
sifat tercela ini sebenarnya bisa dicegah karena ancaman serta sangsi yang
akan didapatkan dalam waktu cepat maupun dikehidupan selanjutnya.
Akhlak tercela ini merupakan cerminan bahwa seseorang tersebut
mempunyai prilaku yang kurang baik, hal tersebut bisa saja disebabkan
karena kita mulai jauh pada aturan – aturan agama.

B. MACAM – MACAM AKHLAK TERCELA

1. Hasad
Menurut sebagian besar ulama hasad (dengki atau iri hati)
merupakan akar dari semua penyakit hati.Karena sifat ini merupakan
manifestasi dosa pertama serta penyebab pertama ketidakpatuhan terhadap
Allah.

Pada dasarnya Hasad merupakan akibat dari dendam, dan dendam


merupakan akibat dari kemarahan dan kebencian terhadap apa yang
dlihatnya (tentang kondisi kebaikan keadaan yang dicemburui).

2.  Riya’
Riya’ itu berasal dari kata ru’yah yang berarti melihat.Menurut imam
Ghazali riya’ asalnya mencari kedudukan pada hati manusia dengan
memperlihatkan kepada mereka hal-hal kebaikan. Riya’ merupakan
perilaku terkeji ketika seseorang melakukan ritual ibadahnya hanya untuk
memperoleh tempat dihati orang lain. Sifat seperti ini termasuk salah satu
bentuk kesyirikan yang dibenci oleh Allah SWT.

49
3. Hubbud Dunya

Hubbud Dunya adalah cinta dunia yang berlebihan, merupakan


induk segala kesalahan (maksiat) serta perusak agama.Yaitu mencintai
kehidupan dunia dan melalaikan kehidupan akhirat.

Penyakit inilah yang menyebabkan seorang muslim menjadi lemah.


Sehingga musuh-musuh dengan leluasa menebar rasa takut dan sifat
pengecut dalam dirinya, syaitan-syaitan (manusia dan jin) dengan mudah
menyesatkannya. Sementara orang-orang kafir dan musuh Islam lainnya
memandangnya dengan sebelah mata. Mencintai dunia akan
mengakibatkan banyak melakukan kesalahan dan dosa ketika hidup di
dunia.

4. Sum’ah

Secara bahasa sum’ah adalah diperdengarkan kepada orang lain,


adapun secara istilah yaitu beribadah dengan benar dan ikhlas karena
Allah, kemudian menceritakan amal perbuatannya kepada orang lain.
Adapun Sum’ah mempunyai hubungan erat sekali dengan riya’, bahkan
tergolong sama. Akan tetapi terdapat perbedaan antara keduanya,
Perbedaan antara riya’ dan sum’ah menurut Al-Hafizh yaitu: riya’ adalah
memperlihatkan amal dan perbuatan dengan maksud mendapatkan pujian
seperti shalat, adapun sum’ah merupakan amalan yang diperdengarkan
kemudian menceritakan perbuatannya (sudah dikerjakan dengan penuh
keikhlasan, namun pada akhirnya mengharapkan pujian yang sifatnya
duniawi).

Perbedaan riya’dan sum’ah ialah: Riya’ berarti beramal karena


diperlihatkan kepada orang lain, sedangkan sum’ah beramal supaya
diperdengarkan kepada orang lain, Riya’ berkaitan dengan indra mata,

50
sedangkan sum’ah berkaitan dengan indra telinga. Kata sum’ah berasal
dari kata samma’a (memperdengarkan).

5. Takabur

Takabur atau sombong secara bahasa artinya membesarkan diri


atau menganggap dirinya lebih dari orang lain. Pengertian takabur secara
istilah adalah suatu sikap mental yang memandang rendah terhadap orang
lain, sementara ia memandang tinggi dan mulia terhadap dirinya
sendiri. Sifat takabur merupakan sifat yang dimiliki oleh Iblis. Sifat inilah
yang menyebabkan iblis diusir dari surga dan diturunkan derajatnya
hingga menjadi makhluk yang sangat rendah.

6. Ghibah

Mengumpat (ghibah) adalah kejahatan lidah yang terbesar.


Menurut Al-Ghazali mengumpat adalah mengatakan sesuatu (aib atau
kekurangan) tentang orang lain yang kemungkinan besar akan menyakiti
perasaannya apabila ia mengetahuinya, meskipun apa yang diceritakan itu
sungguh benar adanya. kekurangan yang dibicarakan itu bisa terdapat pada
badan, nasab, tabiat, ucapan, agama, maupun urusan duniawi lainnya.
Adapun membicarakan kekurangan atau aib seseorang yang tidak terdapat
pada diri orang tersebut dinamakan fitnah (buhtan).

7. Namimah

Secara bahasa, Namimah berarti mengadu domba. Menurut Imam


Zakaria Yahya bin Syarfin Nawawi dalam kitab Riyadhus Shalihin,
Namimah adalah merekayasa omongan untuk menghancurkan sesama
manusia. Namimah adalah mengadu domba antara seseorang dengan orang
lain dengan tujuan agar mereka saling bermusuhan. Namimah termasuk
perbuatan tercela yang harus kita hindari dalam kehidupan sehari-hari,
karena namimah dapat menimbulkan permusuhan antar sesama umat.
Sebagaimana firman Allah dalam Qs. Al-Qalam ayat 10-14:

51
         
       
       

10. dan janganlah kamu ikuti Setiap orang yang banyak bersumpah lagi
hina,

11. yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah,

12. yang banyak menghalangi perbuatan baik, yang melampaui batas lagi
banyak dosa,

13. yang kaku kasar, selain dari itu, yang terkenal kejahatannya,

14. karena Dia mempunyai (banyak) harta dan anak.

Bahaya yang ditimbukan dari akhlak tercela adalah beragam,


yaitu : Selalu bangga terhadap apa yang telah dilakukan meskipun itu
salah, memandang orang lain selalu salah, merugikan diri sendiri dan
orang lain, semakin dekat dengan syaitan, tidak akan mendapatkan ridha
dari Allah SWT dan mendapat siksa di akhirat nanti Adapun cara untuk
menghindari/mengobati nafsu jahat ini adalah : Dalam ilmu tasawuf.

BAB 10

52
MENELADANI SIFAT DAN PERILAKU SAHABAT RASUL

A. Abu Bakar Siddiq

Beliau adalah seorang lelaki dewasa yang pertama kali masuk


Islam(assabiqunal awwalun),sekaligus menjadi sahabat yang paling dekat dengan
Nabi baik sebelum kenabian ataupun sesudah kenabian.Beliau diberi gelar ash-
shiddiq karena selalu membenarkan apa yang dibawa atau yang disampaikan Nabi
Saw.

Abu Bakar juga merupakan seorang negarawan yang taat,adil,dan


pemberani dalam mengambil keputusan.Beliau dikenal dengan keimanannya yang
tangguh,pendirian yang teguh,setia kepada Allah dan Rasul-Nya serta kepada
Islam,dan pendapatnya selalu dapat dipercaya juga benar.

Abu Bakar dapat dijadikan suri teladan dalam


kesederhanaannya,kelembutan hatinya,kewaspadaan,lemah lembut sikapnya
walaupun beliau di masa itu kaya raya dan menjadi khalifah yang berkedudukan
tinggi,namun beliau tetap saja sederhana dan tawadhu’ serta sangat adil dalam
kepemimpinannya.

Abu Bakar adalah sosok pemimpin setelah Rasulullah yang memiliki sifat
jujur,setia,taat,adil,dan manusiawi,tegas dan memiliki visi dan misi yang jelas
terhadap Islam.Salah satu dari bentuk dari kesetiaan beliau terhadap Rasulnya
yaitu ketika Abu Bakar menemani Rasulullah untuk berhijrah ke Madinah pada 27
Safar tahun 14 dari nubuwah(kenabian) dan harus bersembunyi di dalam Gua
Tsur setelah menempuh perjalanan jauh yang melelahkan.Menaiki Gua Tsur yang
tinggi dan penuh bebatuan serta medan yang sangat sulit ditakluki namun tidak
menampakkan rasa kecewa dan lelah di wajah Abu Bakar karena beliau
menemani sahabat karibnya Muhammad Saw demi sebuah cita-cita yakni
menyebarkan risalah Islam kepada masyarakat.

Saat tiba di mulut gua Abu Bakar berkata,”Demi Allah,janganlah


engkau(Muhammad) masuk ke dalam gua sebelum aku masuk terlebih
dahulu.Jika ada sesuatu yang tidak beres di dalam gua,biarlah aku yang
terkena,asal tidak mengenai engkau ya Muhammad”.Lalu Abu Bakar memasuki
gua dan menyisihkan kotoran yanag menghalangi.Di sebelahnya dia mendapatkan
lubang lalu dia merobek mantelnya menjadi dua bagian dan mengikatkan ke
lubang itu.Abu Bakar berkata kepada beliau,”Masuklah” maka Rasul masuk ke
dalam gua.Setelah mengambil tempat di dalam gua,Rasulullah merebahkan
dirinya dalam pangkuan Abu Bakar dan kemudian beliau tertidur.secara tiba-tiba,
Abu Bakar digigit oleh binatang berbisa di dalam gua,tetapi dia tidak berani

53
menggerak-gerakkan tubuhnya walaupun terasa sangat sakit.Itu semua
dilakukannya agar tidak menganggu Nabi yang sedang tidur nyenyak karena
kelelahan.Abu Bakar terus berusaha menahan rasa sakitnya,hingga akhirnya
karena tidak sanggup lagi menahan rasa sakitnya,dia meneteskan air matanya
hingga jatuh ke wajah Rasulullah.

Mereka bersembunyi di dalam Gua Tsur selama tiga malam,yaitu malam


Jum’at,malam Sabtu dan malam Ahad.inilah bukti betapa setianya Abu Bakar
kepada seorang sahabat sejati yaitu Muhammad bin Abdullah(Muhammad Saw).

Dengan kepatuhan dan kecintaan serta kesetiaan ini,Abu Bakar dijamin masuk
surga oleh Rasulullah selagi ia masih hidup.Ketika itu Rasulullah terjaga dan
bertanya kepada Abu Bakar,”Apa yang terjadi denganmu wahai Abu Bakar?”

Abu Bakar menjawab,”Demi ayah dan ibuku menjadi jaminanmu aku digigit
binatang berbisa”.

Rasulullah Saw lalu meludahi bagian yang digigit sehingga rasa sakitnya hilang.

Abu Bakar juga memiliki karamah seperti memiliki pengetahuan bahwa ia akan
meninggal dan juga anaknya yang akan lahir perempuan.Ini diketahui dari sebuah
riwayat,At-Taj as-Subki yang mengatakan terdapat dua karamah pada Abu
Bakar,yaitu:

Pertama : Pemberitahuannya bahwa beliau akan meninggal dunia karena


sakitnya.

Kedua : Pemberitahuannya mengenai anak yang ada yang ada dalam kandungan
istrinya dan akan lahir anak perempuan.dan kemudian baru diketahui bahwa benar
lahir anak perempuan tersebut.

Kemudian karamah Abu Bakar setelah meninggal,yaitu “Ketika jenazahnya


dibawa ke pintu kubur Nabi Saw dan diserukan:”Assalamualaikum,wahai
Rasulullah.Ini Abu Bakar berada di pintu.”Tiba-tiba pintunya terbuka dan ada
yang berteriak:”Pertemukanlah sang kekasih dengan sang kekasih”.

B. Umar bin Khattab.

Umar bin Khattab adalah salah seorang sahabat Rasul yang paling adil dan
tegas ketika menjadi Amirul Mukminin.Dia disegani oleh para kawannya dan
ditakuti oleh musuhnya tetapi dalam kehidupannya beliau adalah sosok yang amat
sederhana dan sangat adil kepemimpinannya.

54
Sebelum masuk Islam,beliau sangat menentang agama Islam hingga berkeinginan
ingin membunuh Nabi.Namun,setelah keislamannya beliau menjadi orang yang
paling membela agama islam bahkan Islam Berjaya pada masa pemerintahan
khalifah Umar bin Khattab.

Salah satu suri teladan dari sahabat Umar bin Khattab yaitu beliau suka
menyedekahkan seluruh hartanya hingga tak bersisa sedikitpun untuk
kemakmuran rakyatnya.

Bahkan ada suatu riwayat mengatakan bahwa pada musim paceklik Umar bin
Khattab bersumpah tidak akan memakan daging demi tercukupinya kebutuhan
masyarakat Makkah pada saat itu.

Sahabat umar juga tak segan-segan mengantarkan harta zakat kepada para fakir
miskin serta kepada orang yang membutuhkannya dengan tangannya
sendiri,padahal saat itu beliau adalah seorang Khalifah yang sangat dihormati.

Keberanian dan ketegasan beliau sangat terkenal pada masa


pemerintahannya,hingga beliau dijuluki sebagai”Singa Padang
Pasir.”Bahkan,syaithanpun takut mendengar derap langkah kaki umar sekalipun
dari kejauhan.

Beliau juga terkenal karena keadilan dan kewibawaannya yang dibuktikan ketika
ia mendapat pengaduan dari seorang Yahudi tua yang merasa ditindas oleh
Gubernur Mesir Amr bin Ash.Sebagai seorang Gubernur Amr bin Ash menduduki
singgasana yang mewah.Sementara di depan istananya ada sebidang tanah luas
dan sebuah gubuk reot milik Yahudi tua.Tanah tersebut dinilai Amr bin Ash
sangat strategis untuk dijadikan pusat kegiatan syiar Islam,yakni masjid dan
gedung pertemuan”Alangkah indahnya jika di depan istana ini berdiri sebuah
masjid mewah,sebagai lambang kemajuan Islam”,kata sang Gubernur.

Tanpa berpikir panjang,Gubernur Amr bin Ash menyuruh ajudannya untuk


memanggil Kakek Yahudi ,agar menyerahkan tanah dan rumahnya untuk
dijadikan masjid.Mendengar permintaan tersebut,Kakek Yahudi terperangah
antara tidak mau menyerahkan karena tanah dan gubuk reyot itu sebagai satu-
satunya harta miliknya dan antara takut,karena kekerasan sikap Gubernur Amr bin
Ash.

Dengan terbata-bata Yahudi itu menolak untuk memberikan tanahnya,walau


sudah dihargai lima belas kali lipat dari harga sebelumnya.Dengan kesal,Gubernur
Amr bin Ash berkata,”Baik,jika itu keputusanmu,jangan menyesal jika Negara
merampasnya,tanpa ganti rugi,karena itu semua untuk kepentingan umum,”ujar
sang Gubernur.

55
Pulang dalam perasaan sedih,karena tanahnya akan segera diratakan dan gubuk
reyotnya akan segera dibongkar,Kakek Yahudi itu berniat mengadukan perihal
tersebut kepada Khalifah Umar di Mekkah.Melalui perjalanan jauh,menggunakan
unta akhirnya ia sampai di kediaman Khalifah yang sederhana,jauh dari mewah
dibandingkan dengan istana Gubernur .

Dengan perasaan ragu,campur takut,karena dirinya merupakan kelompok


minoritas yang selama ini ditindas penguasa dan kelompok mayoritas,Yahudi tua
itu membeberkan persoalan yang dihadapi dan mengadukan tingkah laku semena-
mena Gubernur Amr bin Ash,sekaligus meminta perlindungan dari ketidakadilan.

Mendengar keluhan Yahudi tersebut muka Umar bin Khattab tampak merah
padam,menahan marah.”Masya Allah’kurang ajar benar Amr itu,”tutur Umar
menahan marah dan menyuruh Yahudi mengambil sepotong tulang,lalu
menggores tulang itu dengan pedangnya.”Berikan tulang itu kepada Amr bin
Ash”,pintanya pada kakek Yahudi.

Begitu sampai di kediamannya Yahudi itu tercenggang,karena gubuk reyotnya


sudah rata dengan tanah dan disitu telah berdiri masjid mewah yang hampir
selesai.Dengan rasa pesimis,takut pengaduannya malah membawa petaka lebih
parah,Yahudi itu menyerahkan tulang tersebut kepada sang Gubernur.

Setelah tulang tersebut diserahkan kepada Gubernur Amr,Yahudi itu kaget.Karena


dengan lantang sang Gubernur memerintahkan seluruh pekerja untuk
menghentikan pembangunan masjid,sekaligus membongkarnya.mendengar
perintah Amr bin Ash,ia menjadi semakin takut.

Dengan hati gemetar,kakek Yahudi tersebut meminta maaf kepada sang Gubernur
dan diterangkanlah apa yang tersirat pada sepotong tulang.

Dengan hati legawa,Amr bin Ash berkata,tulang memiliki banyak arti dan
makna .”Ketahuilah tulang yang busuk itu merupakan peringatan,berapa pun
tingginya kedudukan seseorang,tidak boleh sewenang-wenang,karena ia pasti
akan menjadi tulang.Sedangkan goresan pedang berbentuk huruf “Alif” artinya
harus adil ke bawah dan ke atas.Jika saya tidak berbuat adil,Khalifah tak kan
segan memotong kepala saya,”kata Gubernur Amr.

Mendengar tutur Gubernur,Yahudi tua langsung memegang kaki sang


Gubernur,sambil berkata,sungguh agung ajaran Islam itu.”Bimbinglah saya untuk
masuk Islam,pinta Yahudi sambil menangis dan dengan sukarela,menyerahkan
tanah miliknya untuk dijadikan masjid.

Sungguh,begitu adilnya Khalifah Umar. Padahal ia adalah seorang Yahudi,namun


Khalifah tetap memberikan keadilan baginya hingga membuat ia masuk islam

56
karena agungnya ajaran islam yang selalu menjunjung keadilan tanpa pandang
bulu.

C. Usman bin Affan

Usman bin Affan memiliki sikap adil,sebagaimana yang diceritakan oleh


Abul Furat dia

berkata:”Usman pernah berkata kepada budaknya,karena aku pernah menjewer


telingamu,maka kini jewerlah telingaku.”

Karena budaknya itu hanya memegang telinga Usman,maka Usman


berkata:”Jewerlah yang keras,karena hanya sekedar hukuman setimpal di
dunia,bukan hukuman setimpal.”

Demikianlah keadilan Usman bin Affan,hingga kepada dirinya sekalipun ia


bersedia untuk diadili walau oleh seorang budak.

Usman bin Affan merupakan salah satu sahabat Rasul yang paling banyak berjasa
dalam perkembangan Islam.Beliau terkenal dengan sifat dermawannya,seperti saat
Rasulullah mengerahkan bala tentaranya ketika Perang Tabuk,Khalifah Usman
rela mendermakan 940 ekor unta,60 ekor kuda,dan 10.000 dinar.

Diterangkan dari Abdurrahman bin Samurah:”Usman bin Affan menemui Nabi


Muhammad untuk menyerahkan seribu dinar ketika beliau menyiapkan pasukan
perang yang sedang menghadapi masa paceklik.Usman menyerahkan uang itu dan
beliau bersabda:”Usman tidak akan miskin karena apa yang dikerjakannya setelah
hari ini”,beliau mengucapkannya hingga beberapa kali.Dan masih banyak lagi
peristiwa yang ia tidak segan-segan mendermakan kekayaannya demi keagungan
Islam.

Usman bin Affan juga memiliki gaya hidup yang sederhana,walaupun ia seorang
yang kaya raya,berlimpah harta,namun beliau tetaplah sederhana.Hal ini terbukti
saat Usman bin Affan berkhutbah di atas mimbar pada hari jum’at,kain ikat
kepalanya robek.

Tidak diragukan lagi,jika Khalifah Usman adalah seorang diplomat yang


ulung,seperti pada bulan Zulqaidah,Rasulullah bersama 1.400 kaum Muslimin
berangkat ke Mekkah untuk menunaikan umroh.Ketika sampai di Hudaibiyah
Rasulullah dan para kaum muslimin dihadang oleh kaum quraisy.

Dengan kejadian tersebut,Rasulullah mengutus Usman bin Affan untuk menemui


kaum kafir Quraisy guna menjelaskan maksud kedatangan kaum Muslimin ke
Mekkah.Tapi kaum Quraisy tidak percaya begitu saja.sehingga terjadi perdebatan
yang sengit antara Usman dan kaum Quraisy. Bahkan,terdengar kabar bahwa
Usman dianiaya dan dibunuh.Namun ternyata berita tentang terbunuhnya Usman

57
tidak terbukti,karena Usman kembali dalam keadaan sehat dan membawa Hasil
perjanjian antara kaum Muslimin dan kafir Quraisy yang sangat cemerlang.

Khalifah Usman juga memiliki kepribadian yang ramah dan sabar.Beliau tetap
sabar menghadapi penganiayaan dan bahkan rumahnya dibakar.Puncaknya terjadi
pada akhir hayatnya,hingga beliau wafat dengan terbunuh.

D. Ali bin Abi Thalib

Ali bin Abi Thalib terkenal karena kecerdasannya,bahkan Ali bin Abi
Thalib merupakan orang yang pertama kali masuk islam dari golongan anak
kecil.Beliau sangat cerdas,hingga dijuluki sebagai”Kunci Ilmu”.

Seperti saat Ali pernah membantu Umar ketika sedang menghadapi para pendeta
Yahudi yang menanyakan berbagai hal.Ali dipanggil dan bisa menjawab semua
pertanyaan itu sehingga para pendeta Yahudi masuk islam karena jawaban Ali
yang menakjubkan.

Ali bin Abi Thalib juga memiliki sikap adil dalam memutuskan suatu perkara.

Yaitu,ketika Ali menjabat sebagai Khalifah dia mengadukan seorang Yahudi


karena telah mengambil baju besinya.Ketika perkara ini dibawa ke
pengadilan,Hakim Syuraih bertanya kepada Amirul Mukminin,”Wahai Ali,apa
saja tanda-tanda yang menyatakan bahwa baju ini milikmu dan tolong hadirkan
beberapa orang saksi untuk memperkuat pendapat anda bahwa baju besi ini adalah
milikmu.”Namun,Ali tidak dapat membuktikannya,sehingga hakim Syuraih
memutuskan bahwa baju besi adalah milik si Yahudi.

Kemudian Yahudi itu berkata kepada hakim,”Wahai tuan hakim,anda telah


memutuskan perkara itu dengan adil.Dan saya mengucapkan Asyhadu Anla Ilaha
Illallah,wa Asyhadu Anna Muhammadun Rasulullah.

Inilah praktik keadilan pada pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib,sehingga
dapat terjadi kedamaian dan ketentraman pada masa khilafah Ali.

Ali Bahkan termasuk salah satu orang yang dijamin masuk surga oleh
Rasulullah,dan Ali juga diakui oleh Nabi bahwa Allah Swt dan Rasul-Nya
mencintai Ali.

Banyak julukan yang diberikan kepada Ali,seperti julukan”Babul Ilmi(pintunya


ilmu)”,Karamallahu Wajhah,dan itu semuanya merupakan keistimewaan dari
sahabat Ali.

58
E. Abu Dzar al-Ghiffari dan Bilal bin Rabbah

Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Abu Dzar al-Ghiffari memiliki


kelebihan yang mungkin tidak dimiliki sahabat Nabi yang lain.Telah disebutkan
oleh Rasulullah Saw bahwa Jibril a.s. datang kepada beliau.Disaat mereka
bersama,tiba-tiba datanglah Abu Dzar al-Ghiffari r.a Jibril pun
memperhatikannya.Rasulullah Saw bersabda,”Wahai kepercayaan Allah apakah
kamu mengenal Abu Dzar? Jibril menjawab,”Ya”.Demi dzat yang telah
mengutusmu dengan benar,sesungguhnya Abu Dzar lebih terkenal di langit
daripada di bumi.Itu disebabkan do’a yang dipanjatkannya dua kali sehari(pagi
dan petang).

Abu Dzar juga merupakan seorang sahabat Rasul yang tajam pemikirannya dan
juga temperamen tinggi dalam memberikan pendapat.

Lalu bagaimana dengan sahabat Bilal bin Rabbah?beliau terkenal akan


keteguhannya mempertahankan ketauhidannya meskipun ia harus disiksa dengan
sangat kejam oleh tuannya.

Saat itu,Bilal masih menjadi budak dari Umayyah bin Khalaf.Ketika Umayyah
mengetahui bahwa Bilal secara diam-diam telah memeluk agama Islam,maka
murkalah ia.Mereka menyiksa Bilal dengan cara yang bengis dan tak
berperikemanusiaan,dihantamnya punggung telanjang Bilal dengan
cambuk,namun Bilal tetap berkata,”Ahad,Ahad…(Allah yang maha esa).Mereka
menindih dada telanjang Bilal dengan batu besar yang panas,Bilal pun hanya
berkata,”Ahad..Ahad…”.Mereka semakin meningkatkan penyiksaannya namun
Bilal tetap pada pendiriannya.

Hingga suatu ketika,Abu Bakar mengajukan penawaran kepada Umayyah bin


Khalaf untuk membeli Bilal darinya.Umayyah menaikkan harga berlipat ganda,ia
mengira Abu Bakar tidak akan mau membayarnya.Tapi ternyata,Abu Bakar
setuju,walaupun ia harus mengeluarkan Sembilan uqiyah emas.

Setelah Bilal merdeka,Rasul menunjuknya sebagai muadzin pertama dalam


Islam.suaranya yang lembut dan merdu membuat semua kaum muslimin yang
mendengarnya merasa senang dan sebaliknya dengan kaum kafir,mereka semakin
merasa hasad dan dengki pada umat Islam.

Keduanya,baik Abu Dzar ataupun Bilal bin Rabbah sama-sama memiliki sifat
pemaaf.demikianlah Akhlak Mulia para sahabat Rasul yang mengagumkan.

F. Khalid bin Walid

Sikap wafa’(memenuhi janji) yang dimiliki Khalid bin Walid saat menjadi
panglima pasukan Islam terhadap penduduk Himsha di negeri Syam yang dahulu

59
berada di bawah Romawi dan mereka beragama Kristen.Ketika pasukan muslim
menaklukkannya,maka orang-orang Kristen yang ada disana membayar jizyah
kepada pemerintah Islam.Kemudian pasukan Romawi dalam jumlah besar dan
bersenjata lengkap menyusun kekuatan untuk menyerang kembali kota Himsha
yang berada di bawah pemerintahan pasukan Islam.

Pada saat itu,pasukan Muslim sudah memperhitungkan kekuatannyadan pada satu


sisi ingin angkat kaki dari Himsha karena tidak mungkin dapat mengalahkan
kekuatan Romawi yang begitu kuat dan tangguh.Di sisi lain mereka harus
melindungi orang-orang Kristen yang ada di Himsha karena mereka membayar
jizyah kepada pasukan Islam.

Akhirnya kaum Muslimin mengembalikan semua pajak atau jizyah yang telah
dikutip dari orang Kristen karena telah memutuskan untuk meninggalkan
Himsha.Penduduk Himsha heran bercampur haru mengapa uang kami semua
dikembalikan?

Salah seorang panglima kaum muslimin menjawab,”Jizyah yang kami kutip pada
anda selama ini untuk melindungi anda mengayomi anda semua,tetapi sekarang
kami rasanya tidak akan sanggup lagi memberikan perlindungan kepada
anda,karena bala tentara Romawi dengan jumlah yang sangat besar akan
menyerang Himsha,untuk apa kami ambil pajak ini kalau kami tidak bisa berbuat
sesuatu terhadap anda semua.”

Dengan seketika semua penduduk Himsha baik yang Nasrani atau Majusi masuk
Islam semuanya dan bergabung dengan pasukan Islam untuk melawan pasukan
Romawi.

Khalid bin Walid dikenal juga dengan keikhlasannya dalam berjihad membela
agama dan umat Islam,sekaligus sebagai panglima perang yang tangguh.Berbagai
peperangan melawan musuh-musuh Islam dimenangkan kaum muslimin berkat
kepemimpinannya sehingga ia dijuluki saifullah(pedang Allah) karena
kepiawiaannya membela agama Allah.

60
BAB 11

HUBUNGAN AKIDAH-IBADAH-AKHLAK

A. Pengertian Aqidah

         Aqidah secara etimologi, Aqidah berasal dari kata ‘aqd yang berarti
pengikatan. Aqidah adalah apa yang diyakini oleh seseorang. Jika dikatakan “Dia
mempunyai aqidah yang benar” berarti aqidahnya bebas dari keraguan. Aqidah
merupakan perbuatan hati yaitu kepercayaan hati dan pembenarannya.

         Aqidah scara syara’ yaitu iman kepada Allah, para MalaikatNya, Kitab-
kitabNya, Para RasulNya dan kepada hari akhir serta kepada qadar yang baik
mupun yang buruk. Hal ini disebut juga sebagai rukun iman.
Allah SWT Berfirman dalam surat Yunus Ayat 3, yang artinya

“ Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi
dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas `Arsy untuk mengatur
segala urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi syafa`at kecuali sesudah ada
izin-Nya. (Dzat) yang demikian itulah Allah, Tuhan kamu, maka sembahlah Dia.
Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran?”

B. Pengertian Ibadah

Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk.


Sedangkan menurut syara’ (terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi,
tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi itu antara lain adalah:
1.  Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui
lisan para Rasul-Nya.
2.      Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu
tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan)
yang paling tinggi.
3.      Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan
diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir
maupun yang bathin. Yang ketiga ini adalah definisi yang paling lengkap. 

61
Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia. Allah berfirman:
Artinya : Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
beribadah kepada-Ku. Aku tidak menghen-daki rizki sedikit pun dari mereka dan
Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi makan kepada-Ku.
Sesungguhnya Allah Dia-lah Maha Pemberi rizki Yang mempunyai kekuatan lagi
sangat kokoh.” [Adz-Dzaariyaat : 56-58].
Ibadah itu terbagi menjadi ibadah hati, lisan dan anggota badan. Rasa khauf
(takut), raja’ (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah
(senang) dan rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati).
Sedangkan shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik
dan hati). Serta masih banyak lagi macam-macam ibadah yang berkaitan dengan
hati, lisan dan badan.

Allah  memberitahukan, hikmah penciptaan jin dan manusia adalah agar mereka
melaksanakan ibadah kepada Allah . Dan Allah Maha Kaya, tidak membutuhkan
ibadah mereka, akan tetapi merekalah yang membutuhkan-Nya. Karena
ketergantungan mereka kepada Allah , maka mereka menyembah-Nya sesuai
dengan aturan syari’at-Nya. Maka siapa yang menolak beribadah kepada Allah , ia
adalah sombong. Siapa yang menyembah-Nya tetapi dengan selain apa yang
disyari’atkan-Nya maka ia adalah mubtadi’ (pelaku bid’ah). Dan siapa yang hanya
menyembah-Nya dan dengan syari’at-Nya, maka dia adalah mukmin muwahhid
(yang mengesakan Allah ).

C. Pengertian Akhlak

Pengertian Akhlak Secara Etimologi, Menurut pendekatan etimologi, perkataan


“akhlak” berasal dari bahasa Arab jama’ dari bentuk mufradnya “Khuluqun” yang
menurut logat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat
tersebut mengandung segi-segi persesuain dengan perkataan “khalkun” yang
berarti kejadian, serta erat hubungan ” Khaliq” yang berarti Pencipta dan
“Makhluk” yang berarti yang diciptakan.

62
Pengertian akhlak adalah kebiasaan kehendak itu bila membiasakan sesuatu maka
kebiasaannya itu disebut akhlak .Jadi pemahaman akhlak adalah seseorang yang
mengerti benar akan kebiasaan perilaku yang diamalkan dalam pergaulan semata
– mata taat kepada Allah dan tunduk kepada-Nya. Oleh karena itu seseorang yang
sudah memahami akhlak maka dalam bertingkah laku akan timbul dari hasil
perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan dan yang
menyatu, membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam
kenyataan hidup keseharian.

D.  Hubungan Antara Aqidah, Ibadah,  dan Ahklak

Aqidah sebagai dasar pendidikan akhlak / Dasar pendidikan akhlak bagi


seorang muslim adalah aqidah yang kokoh dan ibadah yang benar , Karena akhlak
tersarikan dari aqidah, aqidah pun terpancarkan melalui ibadah. karena
sesungguhnya aqidah yang kokoh senantiasa menghasilkan amal ataua ibadah dan
ibadah pun akan menciptakan akhlakul karimah. Oleh karena itu jika seorang
beraqidah dengan benar, niscahya akhlaknya pun akan benar, baik dan lurus.
Begitu pula sebaliknya, jika aqidah salah maka akhlaknya pun akan salah. Aqidah
seseorang akan benar dan lurus jika kepercayaan dan keyakinanya terhadap alam
juga lurus dan benar. Karena barang siapa mengetahui sang pencipta dengan
benar, niscahya ia akan dengan mudah berperilaku baik sebagaimana perintah
allah. Sehingga ia tidak mungkin menjauh bahkan meninggalkan perilaku-
perilaku yang telah ditetapkanya.

Pendidikan akhlak yang bersumber dari kaidah yang benar merupakan contoh
perilaku yang harus diikuti oleh manusia. Mereka harus mempraktikanya dalam
kehidupan mereka, karena hanya inilah yang menghantarkan mereka mendapatkan
ridha allah dan atau membawa mereka mendapatkan balasan kebaikan dari Allah.

Rasulullah SAW menegaskan bahwa kesempurnaan iman seseorang terletak pada


kesempurnaan dan kebaikan akhlaknya. Sabda beliau:

“Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah mereka yang paling bagus
akhlaknya”. (HR. Muslim)

63
Dengan demikian, untuk melihat kuat atau lemahnya iman dapat diketahui melalui
tingkah laku (akhlak) seseorang, karena tingkah laku tersebut merupakan
perwujudan dari imannya yang ada di dalam hati. Jika perbuatannya baik,
pertanda ia mempunyai iman yang kuat; dan jika perbuatan buruk, maka dapat
dikatakan ia mempunyai Iman yang lemah. Muhammad al-Gazali mengatakan,
iman yang kuat mewujudkan akhlak yang baik dan mulia, sedang iman yang
lemah mewujudkan akhlak yang jahat dan buruk.

Nabi Muhammad SAW telah menjelaskan bahwa iman yang kuat itu akan
melahirkan perangai yang mulia dan rusaknya akhlak berpangkal dari lemahnya
iman. Orang yang berperangai tidak baik dikatakan oleh Nabi sebagi orang yang
kehilangan iman. Beliau bersabda:

)‫الحياء وااليمان قرناء جميعا فاذا رفع احدهما رفع االخر (رواه الكاريم‬

”Malu dan iman itu keduanya bergandengan, jika hilang salah satunya, maka
hilang pula yang lain”. (HR. Hakim)

Jadi aqidah merupakan suatu keyakinan hidup yang dimiliki oleh manusia.
Keyakinan hidup ini diperlukan manusia sebagai pedoman hidup untuk
mengarahkan tujuan hidupnya sebagai mahluk alam. aqidahlah Pondasi aktifitas
manusia itu tidak selamanya bisa tetap tegak berdiri, maka dibutuhkan adanya
sarana untuk memelihara pondasi yaitu ibadah. Ibadah merupakan bentuk
pengabdian dari seorang hamba kepada allah. Ibadah dilakukan dalam rangka
mendekatkan diri kepada allah untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
terhadap allah.Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-
Nya melalui lisan para Rasul-Nya, merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla,
yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah
(kecintaan) yang paling tinggi. dan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan
diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir
maupun yang bathin.Sedangkan Akhlak adalah salah satu dasar bagi pembentukan
kepribadian individu dan ruh stabilitas kehidupan ummat.

64
 Allah SWT berfirman Surah Al-Maidah, ayat 8 yang artinya,

“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah
sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk
berlakutidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa.
Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
kamukerjakan.”

Akhlak sifatnya universal dan abadi. Akhlak dalam islam merupakan refleksi
internal dari dalam jiwa manusia yang dieksternalisasikan secara kongrit dalam
bentuk perilaku dan tindakan nyata. Akhlak seseorang terkait erat dengan
perspektif keimanannya, tentang eksistensi dirinya sebagai khalifah Allah. Akhlak
yang lahir dari kualitas internalisasi nilai-nilai iman sudah barang tentu akan
memancarkan kualitas yang lebih baik. Demikian pula sebaliknya, akhlak yang
buruk merefleksikan kadar keimanan seseorangyang masih labil.
Dengan demikian memahami akhlak adalah masalah fundamental dalam Islam.
Namun sebaliknya tegaknya aktifitas keislaman dalam hidup dan kehidupan
seseorang itulah yang dapat menerangkan bahwa orang itu memiliki akhlak. Jika
seseorang sudah memahami akhlak dan menghasilkan kebiasaan hidup dengan
baik, yakni pembuatan itu selalu diulang – ulang dengan kecenderungan hati
(sadar)2 .

Akhlak merupakan kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani,
pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan dan yang menyatu, membentuk suatu
kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian. Semua
yang telah dilakukan itu akan melahirkan perasaan moral yang terdapat di dalam
diri manusia itu sendiri sebagai fitrah, sehingga ia mampu membedakan mana
yang baik dan mana yang jahat, mana yang bermanfaat dan mana yang tidak
berguna, mana yang cantik dan mana yang buruk.

65
BAB 12

KITAB – KITAB ALLAH

A. Pengertian kitab allah


Kitab allah (Bahasa arab:Kitabullah) adalah catatan-catatan yang
difirmankan oleh Allah kepada para nabi dan rasul. Umat islam diwajibkan
menyakininya karena mempercayai kitab-kitab selain Al-quran sesuai dengan
salah satu rukun iman. Jumlah kitab yang telah diturunkan sebanyak 114
kitab suci.

B. Nama-nama kitab Allah SWT. Rasul yang Menerimanya


Di antara kitab-kitab Allah swt. yang wajib kita imani ada empat (4) yaitu:
1. Kitab Taurat

Kitab Taurat berasal dari bahasa Ibrani, maknanya adalah


pengajaran atau syari;at.4Kitab Taurat diwahyukan Allah SWT kepada
Nabi Musa As. sebagai pedoman hidup bagi kaum Bani Israil.
Firman Allah swt:
 …….‫إِنَّا أَ ْنزَ ْلنَا الَّتوْ َراةَ فِ ْيهَا هُدًى َّونُوْ رٌة‬
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab Taurat di
dalamnya (ada)petunjuk dan cahaya(yang menerangi)”….( Q.S Al-
Ma’idah: 44)
Isi pokok ajaran-ajarannya adalah 10 Firman Allah (hukum) yang
diturunkan Allah kepada Nabi Musa As di puncak Gunung Thursina.
Intisari pokok-pokok tersebut adalah:

 Keharusan mengikuti keesaan Allah


 Larangan menyembah patung dan berhala
 Larangan menyebut nama Tuhan Allah SWT dengan sia-sia
 Memuliakan hari Sabtu
 Menghormati Ayah-Ibu
 Larangan membunuh sesame manusia
 Larangan berbuat zina
4

66
 Larangan mencuri
2. Kitab Injil

Kitab Injil diwahyukan oleh Allah swt. kepada Nabi Isa a.s. Kitab Injil
yang asli memuat keterangan-keterangan yang benar dan nyata yaitu
perintah-perintah Allah SWT agar manusia mengesakannya dan tidak
menyekutukan-Nya dengan suatu apapun, juga menjelaskan bahwa di
akhir zaman akan lahir Nabi yang terakhir.
Firman Allah swt.:
….‫َوأَتَ ْينَهُ ْا ِإل ْن ِج ْي َل فِ ْي ِه هُدَى َّونُوْ ٌر‬
Artinya: “Dan Kami telah memberikan kepadanya (Isa) kitab Injil sedang
didalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi)”…(Al-Maidah
46).

3. Kitab Zabur

Kitab zabur diwahyukan Allah SWT Kepada nabi Daud As, Nabi Daud
hanya diperintahkan oleh Allah SWT untuk mengikuti syariat Nabi Musa.
Maka pokok ajaran kitab Zabur berisi tentang zikir, nasehat dan hikmah
tidak memuat syariat.
Firman Allah swt.:
…..‫ َواَتَ ْينَا دَا ُو َد َزبُوْ رًا‬ 
Artinya: “Dan kami berikan Zabur kepada Daud a.s“(al-Isra’ : 55)

4. Kitab al-Quran

Al-Quran diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW


Melalui malaikat Jibril itu tidak sekaligus, melainkan secara berangsur-
angsur, yang waktu turunnya selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Terdiri dari
30 juz, 144 surat, 6666 ayat, 74.437 kalimat, dan 325.345 huruf. Turunnya
al-Quran disebut Nuzulul Quran. Wahyu pertama berupa surat Al-‘Alaq
ayat 1-5, diturunkan pada malam 17 Ramadhan tahun 610 m. Di Gua Hira
ketika Nabi Muhammad sedang berkhalwat. Pada saat itu pula Nabi
Muhammad SAW dinobatkan sebagai Rasulullah atau utusan Allah swt.
untuk menyampaikan risalahNya kepada seluruh umat. Sedangkan ayat
yang terakhir turun adalah surat al-Maidah ayat 3, ayat tersebut turun pada

67
tanggal 9 Dzulhijjah tahun 10 hijriyah di padang ‘Arafah ketika beliau
sedang menunaikan haji wada’ (haji perpisahan), karena beberapa hari
sesudah menerima wahyu tersebut nabi Muhammad saw wafat. Al-Quran
diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw. Sebahagian isinya menghapus
sebahagian syari’at yang tertera dalam kitab-kitab terdahulu dan
melengkapinya dengan hukum yang sesuai dengan hukum syariat yang
sesuai dengan perkembangan zaman. Al-Quran merupakan kitab suci
terlengkap dan abadi sepanjang masa, berlaku bagi semua umat manusia
sampai akhir zaman, serta pedoman dan petunjuk bagi manusia dalam
menjalankan kehidupan di dunia agar tercapai kebahagiaan di akhirat. Oleh
karena itu,sebagai muslim kita tidak perlu meragukannya sama sekali.
Firman Allah:
        
           
         
          
         
     

Artinya: “Dan Kami telah turunkan kepadamu al-Quran dengan membawa


kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang
diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu…
(al-Maidah : 48)
Isi pokok kandungan al-Quran adalah:

1. Aqidah atau keimanan


2. Ibadah baik ibadah mahdhah maupun ghairu mahdhah
3. Akhlak seorang hamba kepada khaliq, kepada sesama manusia dan
alam sekitarnya
4. Mu’amalah yaitu hubungan manusia dengan sesama manusia

5.  Wa’ad dan wa’id


6.  Kisah kisah nabi dan rasul, orang-orang shaleh dan orang-orang yang
ingkar
7.  Ilmu pengetahuan.

68
C. Keistimewaan Kitab Suci Al-Quran
Keistimewaan Kitab Suci Al-Quran dibanding dengan kitab-kitab
yang diturunkan sebelumnya adalah sebagai berikut:

1. Al-Quran sebagai kitab suci yang terakhir dan terjamin keasliannya. Al-
Quran sebagai kitab suci yang terakhir selalu dijaga kemurnian dan
keasliannya oleh Allah swt. sampai akhir zaman. Firman Allah swt.:

َ‫إِنَّا نَحْ نُ نَ َّز ْلنَا ال ِّذ ْك َر َوإِنَّالَهُ لَ َحفِضُوْ ن‬


Artinya: “Sesungguhnya kamilah yang menurunkan al-Quran dan
sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”(al-hijr:9)

2. Al-Quran memiliki isi kandungan yang paling lengkap dan sempurna. Isi
al-Quran mencakup segala aspek kehidupan manusia.
3. Al-Quran tidak dapat ditiru dan dimasuki oleh ide-ide manusia yang ingin
menyimpangkannya karena Allah swt. yang selalu memeliharanya.

Allah swt. Berfirman:
           
       

Artinya: “Katakanlah, sesungguhnya jika manusia dan jin


berkumpul untuk membuat yang serupa al-Quran ini, niscaya
mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia.
Sekalipun sebahagian mereka menjadi pembantu bagi sebahagian
yang lainnya.”( Qs.al-Isra’88)

4. Al-quran isinya sesuai dengan perkembangan zaman, berlaku sepanjang


masa dan untuk seluruh umat manusia.
5. Membaca dan mempelajari isi al-Quran adalah ibadah. Masih banyak
keistimewaan al-Quran dibanding dengan kitab-kitab sebelumnya.

Oleh karena itu, sebagai kitab suci umat Islam, kita harus berusaha
mempelajari dan mengkaji al-Quran dengan sungguh-sungguh, insya Allah
akan diperoleh berbagai keuntungan untuk hidup di dunia dan di akhirat.
Karena dengan hanya membaca saja sudah merupakan ibadah kepada
Allah apalagi jika kita dapat memahami dan mengamalkannya.

69
Sabda Rasulullah saw:

ِ ْ‫ك فِى ْاألَر‬


َ َ‫ض َو ُذ ْخ ُر ل‬
  (‫ك فِى ال َّس َما ِء (رواه ابن ماجه‬ َ َّ‫ك بِتِالَ َو ِة ْالقُرْ أَنَ فَإِنَّهُ نُوْ ٌر ل‬
َ ‫َعلَ ْي‬
Artinya: “atas engkau membaca al-Quran adalah cahaya bagimu dibumi
dan simpananmu dilangit.”(HR. Ibn Majah)
Dengan membaca dan mempelajari dan menggali isi kandungan ilmu
pengetahuan yang ada dalam al-Quran,akan:
 Menghilangkan kegelisahan bathin, bahkan penyakit jiwa yang erat
kaitannya dengan penyakit jasmani.
 Meningkatkan kewaspadaan diri untuk selalu menjalankan segala perintah-
Nya dan meninggalkan segala larang-Nya.
 Meningkatkan kesadaran bahwa apa yang diperbuat di atas dunia ini akan
dipertanggung jawabkan di akhirat kelak.
Dengan demikian, selaku seorang muslim haruslah kita:
 Menjadikan al-Quran sebagai petunjuk dan pedoman hidup ini, dan jangan
berpedoman dengan yang lainnya,
 Berusaha untuk selalu menghormati, memuliakan dan menjunjung tinggi
kitab suci al-Quran.
 Senantiasa membaca al-Quran dalam segala kesempatan di kala suka
maupun duka.
 Berusaha untuk memahami arti dan isi kandungannya
 Berusaha untuk mengamalkan isi kandungannya di dalam kehidupan
sehari-hari.

D. Fungsi beriman kepada kitab-kitab Allah SWT

1. Mempertebal keimanan kepada Allah swt. Karena banyak hal-hal


kehidupan manusia yan g tidak dapat dijawab oleh ilmu
pengetahuan dan akal manusia, maka kitab-kitab Allah mampu
menjawab permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan
kehidupan manusia, baik yang nampak maupun yang gaib.

70
2. Memperkuat keyakinan seseorang kepada tugas Nabi Muhammad
saw. Karena dengan meyakini kitab-kitab Allah swt. Maka akan
percaya terhadap kebenaran al-Quran dan ajaran yang dibawa oleh
nabi Muhammad saw.
3. Menambah ilmu pengetahuan. Karena di dalam kitab-kitab Allah,
di samping berisi tentang perintah dan larangan Allah, juga
menjelaskan tentang pokok-pokok ilmu pengetahuan untuk
mendorong manusia mengembangkan dan memperluas wawasan
sesuai dengan perkembangan zaman.
4. Menanamkan sikap toleransi terhadap agama lain. Karena dengan
beriman kepada kitab-kitab Allah maka umat Islam akan selalu
menghormati dan menghargai orang lain. Hal ini sesuai dengan apa
yang dijelaskan dalam al-Quran dan hadits.

BAB 13

SIFAT – SIFAT ALLAH

A. PENGERTIAN SIFAT-SIFAT ALLAH

71
a) Sifat Wajib Bagi Allah
Sifat wajib bagi Allah adalah sifat yang harus ada pada dzat Allah
sebagai kesempurnaan bagi-Nya. Allah adalah kholiq dzat yang memiliki
sifat yang tidak mungkin sama dengan sifat-sifat yang dimiliki oleh
makhluk-Nya. Sifat-sifat wajib bagi Allah itu diyakini melalui akal (wajib
Aqli) dan berdasarkan dalil Naqli (Al-Qur’an dan Hadis).
b) Sifat Mustahil/Mukhal Bagi Allah
Sifat mustahil bagi Allah adalah sifat yang tidak akan pernah ada
pada dzat Allah SWT. sifat mustahil ini dinafikan oleh sifat-sifat yang
wajib bagi Allah, dengan dalil aqal maupun dalil naqli.
c) Sifat Jaiz Bagi Allah
Kata “Jaiz” menurut bahasa berarti “boleh”. Yang dimaksud
dengan sifat jaiz bagi Allah ialah sifat yang boleh ada dan boleh pula tidak
ada pada Allah.
Sifat jaiz ini tidak menuntut pasti ada atau pasti tidak ada. Allah bebas
dengan kehendaknya sendiri tanpa ada yang menghendaki. Allah boleh
saja tidak menciptakan alam ini, jika dia tidak menghendaki alam ini.
B. PEMBAGIAN SIFAT-SIFAT ALLAH

Menurut para ulama ilmu kalam sifat-sifat wajib bagi Allah terdiri atas
20 sifat. sifat itu kelompokkan menjadi 4 kelompok sebagai berikut:
1. Sifat Nafsiyah, yaitu sifat yang berhubungan dengan Zat Allah. Sifat
nafsiyah ini ada satu, yaitu Wujud.
2. Sifat salbiyah
sifat yang menolak segala sifat-sifat yang tidak layak dan patut bagi Allah
SWT, sebab Allah Maha sempurna dan tidak memiliki kekurangan. Yang
termasuk sifat salbiyah adalah :
a) Qidam(terdahulu)
Sifat qidam (dahulu) adalah wajib bagi Allah. Artinya, bahwa Allah
tidak ada permulaan bagi Nya dan wujud Allah tidak didahului
sifatNya.
Allah berfirman :

72
Artinya : “ Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Lahir dan Yang
Batin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu” (Al Hadiid:3)
b) Baqo’(kekal)
Sifat baqo’ adalah sifat yang wajib adanya didalam zat Allah. Artinya,
bahwa Allah tidak ada akhir bagi Nya (kekal). Allah berfirman :
Artinya : ”Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-Nya lah
segala penentuan, dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan.” (al-
Qashash: 88).
c) Mukholafatuhu lil hawadis (tidak menyerupai makhlukNya)
Wajib bagi Allah memiliki sifat mukholafatuhu lil hawadis artinya
tidak menyerupai makhluk. Maka, sifat ketidaksamaan Allah dengan
makhluk merupakan suatu ibarat mengenai hilangnya sifat jism, sifat
benda, sifat kulli (keseluruhan), sifat juz’I (sebagian) dan beberapa hal
yang menetap pada Allah taala. Sebagai mana yang ditegaskan
didalam al-quran :
 “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Allah dan Allahlah yang
maha mendengar lagi maha melihat.” (Asy syura:11)
d) Qiyamuhu binafsihi (berdiri sendiri)
Wajib bagi Allah bersifar “qiyamuhu binafsihi(berdiri sendiri)”. Arti
sifat ini dijelaskan melalui dua perkara.
1.    Bahwa Allah tidak membutuhkan ruang yang akan ditempati.
2.    Allah tidak membutuhkan ketentuan (aturan-aturan)

e) Wahdaniyah (Allah maha esa)


Allah adalah Tuhan yang maha Esa tentang ketuhanannya, sifat-
sifatnya dan perbuatannya. Pernyataan ini didasarkan atas dalil Al-
Quran suran Al-Ikhlas : 1
“katakanlah: Dialah yang maha esa.” (Q.S. Al-Ikhlas:1)
3. Sifat Ma’ani, yaitu sifat-sifat abstrak yang wajib ada pada Allah. Yang
termasuk sifat ma’ani ada tujuh yaitu:

73
a) Al-Qurdrah
Allah Maha Kuasa mustahil lemahMaha kuasa(Al-Qudrah)adalah
sifat yang wajib bagi allah karena sifat ini adalah sifat
kesempurnaanya.Seandainya tuhan tidak kuasa,tentulah
kebalikkannya makin lemah.Sesuatu yang lemah tentu diingkari
ketuhanan-Nya.Maka tetaplah bahwa allah itu maha kuasa dan
mustahil lemah.Seerti dalam Al-Qur’an:artinya:”Sesungguhnya
allah berkuasa atas tiap-tiap susuatu”(Q.S.Al-Baqarah:20)
b) Irodat
Wajib bagi Allah mempunyai sifat Iradat (berkehendak). Dengan
sifat ini Allah menentukan perkara yang mungkin dengan sifat
iradat itu, dalam arti sebagian perkara yang mungkin wujudnya.
Adakalanya Allah mewujudkan atau meniadakan sesuatu sesuai
dengan iradatnya. Artinya : ” Sesungguhnya perkataan Kami
terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya
mengatakan kepadanya: “Kun (jadilah)”, maka jadilah ia.” (an-
Nahl: 40).
c) Al-‘ilm (Allah Maha Tahu)
Sebagaimana dimaklumi bahwa ilmu adalah kesempurnaan bagi
yang berwujud,maka pastilah tuhan itu maha tahu,tentulah dia
tidak dapat dinamakan tuhan karena berarti bodoh.Tuhan yang
maha tau itulah sumber segala ilmu.Dialah yang menganugrahkan
setetes ilmu kepada manusia.Oleh karena itupastilah
tuhanmahatahu,yangdalam hubungan ini dijelaskan dalamAl-
Qur’an.“Sesungguhnya Allah mengetahui tiap-tiap
sesuatu.”(surah Al-Baqarah:231)
d) Hayat
Hayat artinya Hidup, yakni bahwa Allah Maha Hidup. Dalilnya
firman Allah Swt ( Qs. Al-Furqoon : 58 ).
“Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) yang tidak
mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. dan cukuplah dia
Maha mengetahui dosa-dosa hamba-hamba-Nya”

74
e) Sama’
Sama’ artinya Maha Mendengar. Sebagaimana dalam al-uran yang
artinya :

‫َو ا هللُ هُ َو ا ل َّس ِم ْي ُع ا ْل َعلِ ْي ُم‬


”Dan allah,ialah yang maha mendengar,yang maha
mengetahui.”(surah Al-Maidah:76)
f) Bashar
Bashar artinya Maha Melihat. Sebagaimana telah dijelaskan dalam
al-quran yang artinya:

ِ َ‫ْس َك ِم ْثلِ ِه َش ْى ٌئ َو هُ َو ال َّس ِم ْي ُع ا ْلب‬


‫ص ْي ُر‬ َ ‫لَي‬
“Tiada apapun yang serupa dengan dia(Allah)dan dialah yang
maha mendengar dan maha melihat.”(surah Asy-Syura:11)
g) Kalam
Kalam artinya berkata-kata atau bercakap-cakap. Dalilnya (Qs. An-
Nisa :164). “Dan (Kami Telah mengutus) rasul-rasul yang
sungguh Telah kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu,
dan rasul-rasul yang tidak kami kisahkan tentang mereka
kepadamu. dan Allah Telah berbicara kepada Musa dengan
langsung.”
4. Sifat Ma’nawiyah, adalah kelaziman dari sifat ma’ani. Sifat Ma’nawiyah
tidak dapat berdiri sendiri, sebab setiap ada sifat ma’ani tentu ada sifat
ma’nawiyah. Jumlah sifat Ma’nawiyah sama dengan jumlah sifat ma’ani,
yaitu:
a) Qadiran (maha Kuasa), adalah sifat yang selalu menetap pada
qudrat Allah.
b) Muridan (maha Berkehendak), adalah sifat yang melazimi sifat
iradat Allah.
c) ’alimann (maha Mengetahui), yang melazimi sifat ‘ilmu Allah.
d) Hayyan (maha hidup), yang melazimi sifat haayat Allah.
e) Sami’an (maha mendengar), yang melazimi sifat sama’ Allah.
f) Bashiran (maha melihat), yang melazimi sifat bashor Allah.

75
g) Takliman (maha berbicara), yang melazimi sifat kalam Allah.

 Pembagian Sifat Mustahil Bagi Allah


1. Sifat Mustahil dari sifat nafsiyah ada satu, yaitu ‘Adam (tiada)
2. Sifat Mustahil dari sifat Salbiyah ada lima, yaitu:
a) Hudus (ada yang mendahului)
b) Fana’(berakhir)
c) Mumatsalatuhu lil-hawadits (ada yang menyamai)
d) Ihtiyajuhu li gairihi (memerlukan yang lain)
e) Ta’addud(berbilang)
3. Sifat mustahil dari sifat ma’ani ada tujuh, yaitu:
a) Ajzun (lemah)
b) Karahah Karahah (terpaksa)
c) Jahlun (bodoh)
d) Mautun (mati)
e) Samamun (tuli)
f) ‘Umy (buta)
g) Bukm (bisu)
4. Sifat mustahil dari sifat ma’nawiyah ada tujuh, yaitu:
a) Kaunuhu 'ajiyan (zat yang lemah)
b) Kaunuhu karihan (zat yang terpaksa)
c) Kaunuhu jahilan (zat yang sangat bodoh)
d) Mayyitan (zat yang mati)
e) Kaunuhu ashamma (zat yang tuli)
f) Kaunuhu 'ama (zat yang buta)
g) Kaunuhu abkama (zat yang bisu)

 Pembagian Sifat Jaiz Bagi Allah

76
Berbeda dengan sifat Wajib dan sifat Mustahil, sifat Jaiz bagi Allah
hanya satu, yaitu fi’lu kulli mumkinin au tarkuhu, Artinya:“Memperbuat
segala sesuatu yang mungkin terjadi atau tidak memperbuatnya.”
     Yang dimaksud dengan sesuatu yang mungkin terjadi adalah
sesuatu yang boleh terjadi dan boleh juga tidak terjadi. Allah bebas
menciptakan dan berbuat sesuatu yang Dia kehendaki

77
BAB 14

DUNIA JIN DAN SETAN

A. Istilah Jin (Denia, Jinn, Demon)

Dalam terminologi Jin diartikan sebagai maujud yang tidak tampak


dan tersembunyi dari indera manusia dan semua mustaqnya
mengindikasikan ketertutupan dan ketersembunyianya. Seperti Jannat yang
memiliki makna kebun yang rimbun. Jinan adalah hati yang tersembunyi di
dalam dada dan janin adalah anak-anak yang tersembunyi di dalam perut.

B. Tujuan Penciptaan Jin

Filosofi Penciptaan Jin ini tiada lain untuk menyembah dan patuh
kepada Allah SWT serta mempercayai alam akhirat. Setiap Jin yang patuh,
pada akhirnya nanti ia akan mendapatkan pahala yang hakiki, sebaliknya Jin
yang kafir akan memperoleh siksaan pedih akibat perbuatan sendiri. Jin
mereka diciptakan bukan dari api biasa. Yang dimaksud adalah api dalam
artian khusus. Sebab lafaz naar adalah nakiroh, bukan makrifah. Sehingga
Allah SWT menjelaskan dua peringkat penciptaan Jin. Satu peringkat
maarij adalah bercampurnya berbagai nyala api sedangkan naar dapat
dilihat oleh indera, namun maarij produk api yang tidak tampak yakni
energy yang dihasilkan dari api yang bergerak dan menyusup disertai
dengan getaran atau gelombang panas atau sesuatu yang dihasilkan oleh
gelombang panas.

C. Sifat dan Karakteristik Jin

Jin adalah makhluk yang paling menyerupai manusia dari segi


sifat. Jin merupakan maujud yang melahirkan keturunan dan juga
mengalami kematian. Makhluk ini memiliki keturunan dan berjenis laki-laki
dan perempuan, tercipta dari api dan tidak tampak oleh mata serta
gerakannya begitu cepat sehingga tidak dapat dibayangkan oleh manusia.

78
Ada yang beranggapan bahwa Jin sebagai maujud imajinatif dan tidak
memiliki wujud luar. Sedangkan yang meyakini adanya alam abstrak
mengatakan Jin adalah makhluk bumi. Sebagian arwah bumi ini bercahaya
dan dekat dengan Tuhan yang disebut Jin Salih dan sebagian lagi gelap,jahat
dan selalu mengingkan keburukan dan mereka inilah yang disebut Setan. Jin
tidak masuk kedalam jasad melainkan berdiri sendiri sebagian Jin bertingkah
laku baik dan sebagiannya lagi jahat seta tidak ada yang mengetahui jumlah
Jin kecuali Allah.

D. Dunia Jin

Alam Jin sangat luas dan rumit, dimana semua saran dan fasilitas yang
dimiliki oleh dunia modern saat ini tidak dapat mengungkap misteri dunia
Jin. Manusia dengan semua kajianya belum mampu menciptakan sebuah alat
atau keberadaan Jin secara sempurna. Hal itu, disebabkan Jin yang Tercipta
dari api dapat meliht dunia manusia, sedangkan manusia tidak dapat
menyentuh dunia mereka. Selain itu, dapat dikatakan banyak sekali maujud
di alam ini yang serupa dengan Jin yang tidak dapat dilihat oleh manusia.

Pengetahuan dan ilmu alam Jin berada di tingkat yang sangat tinggi
dan individu Jin mengetahui akan kewujudan diri mereka secara
semupurnadan mengetahui dari apa mereka diciptakan . meskipun ayat-ayat
lain menjelaskan bahwa para Jin tidak mengetahui bagaimana para Jin tidak
mengetahui bagaimana dan kapan mereka diciptakan. Golongan setan tidak
mengetahui rahasia penciptaan dan pengetahuan mereka tidak mencapai
peringkat itu. Beberapa ayat menunjukkan bahwa pada dunia Jin dibebankan
juga tanggung jawab individu dan sosial. Allah Swt berfirman “Hei
golongan Jin dan manusia, apakah belum dating kepadamu rasul-rasul dari
golongan kamu sendiri, yang menyampaikan kepadamu ayat-ayat-Ku dan
memberi peringatan kepada-mu terhadap pertemuanmu dengan hari ini?
Mereka berkata : “ Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri” kehidupan

79
dunia telah menipu mereka, dan mereka menjadi saksi atas diri mereka
sendiri,bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir.”

Dari ayat ini dapat disimpulkan. Pertama, dunia Jin adalah dunia
pertanggungjawaban. Mereka diberikan kemampuan untuk menerima berita
gembira dan juga ancaman. Kedua, dunia Jin seperti dunia lainnya juga
sedang menuju kepada hari kiamat dan hari kebangkitan secara umum.
Ketiga, dunia kematian adalah dunia gaib dan tersembunyi,dan para Jin
tidak memiliki pengetahuan inderawi sehubungan dengan dunia kematian
dan hari kiamat. Keempat, pada diri Jin terdapat suatu kemampuan
memahami dan terdapat intuisi. Dan siapa saja yang menyimpang dari jalur
penciptaan dan kepatuhan terhadap peraturan-peraturan Tuhan, maka
mereka akan merasakan penderitaan dan musibah. Ayat ini menunjukkan
bahwa Jin memiliki pemikiran dan pemahaman yang tinggi.

E. Perbedaan Manusia dan Jin

Terdapat perbedaan antara Jin dan Manusia dari segi unsur dan
muasalan penciptaanya. Dalam masalah keutamaan dan kesempurnaan yang
hakiki, Jin lebih rendah dari manusia,namun dalam beberapa hal, Jin lebih
hebar dari manusia, namun kelebihan Jin ini bukanlah terhitung
kesempurnaan yang hakiki. Dalam peringkat keimanan san spiritualitas, Jin
lebih rendah dari manusia, tetapi diantara para Jin ada yang beriman da nada
juga yang tidak. Diantara mereka ada yang musyrik atau membangkang
perintah Allah dan para Nabi. Jelasnya, golongan Jin tidak akan
mengalahkan manusia dalam soal keimanan, misalnya mereka tidak dapat
mencapai kedudukan Nabi, dan karena sebab inilah mereka tidak memiliki
Nabi dari golonganya sendiri, melainkan mereka mengikuti Nabi dari jenis
manusia.

F. Mengapa Jin Berada di Bumi ?

Pertanyaan ini kemungkinan muncul, apabila Jin itu dapat hidup di


langit atau dibintang-bintang lantas apa yang mereka lakukan di bumi?
Jawabanya adalah hanya sebagian Jin dan bukan semua Jin yang mendengar

80
ayat Al-Qur’an yang dibacakan oleh Rasul di antara Thoif dan mekkah.
Maka tidak dapat dipastikan, apakah di permukaan bumi ini terdapat
makhluk yang lebih pandai dari manusia. Menurut ayat Al-Qur’an, Jin dan
para malaikar memiliki kekuatan di atas kekuatan manusia. Dari segi
jasmani, gerakan mereka dari satu tempat ke tempat lain begitu cepat dan
mudah bagi mereka. Dalam kisah Balqis, ratu negeri Shaba’ disebutkan
bahwa singasanannya dipindahkan begitu cepatnya ke dekat Nabi Sulaiman.

G. Doa Mengusir Jin

Membaca ayat Kursi dan Surah Al-Kafirun, Surah Al-Falaq, Surah


An-Nas dapat mencegah mendekatnya Jin kepada manuisa. Mengenai
khasiat surah-surah Al-Qur’an Imam Jakfar As-Shidiq mengatakan
membaca Surah Ahqaaf sebanyak tujuh kali berkhasiat menyingkirkan setan
dan Jin . diriwayatnya bahwa barangsiapa menulis surah imi dan
membawanya, maka dia akan diselamatkan dari gangguan setan dan bahaya,
baik disaat dia terjaga maupun tidur dan bila surah diletakkan dibawah
bantal pada malam hai, maka dia akan terpelihara dari segala ancaman dan
bahaya.

H. Perbedaan Setan dan Iblis

Iblis adalah khusus nama setan besar yang tidak bersujud kepada Nabi
Adam as dan setan serta lai adalah keturunan dan anak-anakanya. Namun
setan adalah jenis setan-setan secara mutlak yang meliputi Iblis. Istilah Iblis
berasal dari istilah Bahasa Ibrani yaitu Azazil dan ditimpakan kepada Iblis
Iblass berarti keputus asaan dan kesedihan yang sangat luar biasa sehingga
akhirnya diusir dari sisi Tuhan dalam kesedihan yang berkepanjangan. Iblis
itu adalah setan, namun bukan setaip setan itu Iblis, karena mungkin saja
setan itu dari jenis manusia yang di muka bumi (Jin). Yang membedakan
Iblis tidak matik dan terbunuh sampai hari kiamat, sedangkan setan-setan
lainya akan mati di tangan malaikat atau pelaku lainnya. Iblis nantinya akan
terbunuh dan anggota tubuhnya akan diputus-putus.

81
BAB 15

TASAWUF
A. Pengertian Tasawuf

Tasawuf merupakan aliran pemikiran dalam Islam yang lebih


mengutamakan soal-soal keperibadahan dalam rangka mendekatkan diri pada
tuhan. Menurut ajaran tasawuf manusia hidup di dunia ini hanyalah untuk
melaksanakan peribadahan pada Allah dan berusaha mendekatkan diri
padanya. Kecenderungan untuk dekat dengan Tuhan pada hakikatnya sesuai
dengan fitrah manusia sebagai makhluk yang membutuhkan ketenangan dan
kebahagiaan, baik jasmani maupun rohani. Tasawuf memusatkan perhatian
pada pembersihan aspek rohani manusia, yang selanjutnya dapat
menimbulkan akhlak mulia. Ia mencakup berbagai jawaban atas berbagai
kebutuhan manusia yang bersifat lahiriyah maupun batiniyah (esoteric).
Melalui cara-cara atau ramalan-ramalan dalam kesufian, manusia diharapkan
dapat tampil sebagai seorang kepribadian jujur dan benar dalam segala hal.
Hal ini juga berbeda dengan aspek fiqh, khususnya pada bab thaharah yang
memusatkan perhatian pada pembersihan aspek jasmani dan lahiriyah yang
selanjutnya disebut dengan dimensi ekstrorika.

Pengertian tasawuf ditinjau dari segi bahasa dijelaskan oleh Harun


Nasution yang menyebutkan lima istilah yang berhubungan dengan tasawuf,
yaitu as-suffah (ahl as-suffah), yaitu orang yang ikut pindah dengan Nabi dari
Mekah ke Madinah; shaf, yaitu barisan yang dijumpai dalam melaksanakan
shalat berjamaah; sufi, yaitu bersih dan suci, shopos (bahasa Yunani: hikmah)
dan suf (kain wol kasar). Akan tetapi, secara terminologis, tasawuf adalah
upaya penyucian diri dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan dunia dan
memusatkan perhatian hanya kepada Allah, upayah memperindah diri dengan
akhlak yang bersumber pada ajaran agama, dalam rangka mendekatkan
kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan Tuhan.

82
Tasawuf adalah cabang dari ilmu agama yang dalam konteksnya apabila
ingin memahami model penelitian tasawuf, harus memahami aspek agama
terlebih dahulu sehingga akhirnya muncul beberapa konsep ilmu itu sendiri.
Penelitian atau studi dalam bidang ilmu objeknya bias berwujud ajaran-ajaran
ulama-ulama sufi masa orientalis adalah fenomena kehidupan para kelompok-
kelompok sufi yang nyata-nyata ada berserakan di seratah alam Islami.
Kehidupan sufi yang benar-benar ada pada umumnya tergambar dalam
kelompok-kelompok ordo tarekat yang dengan sendirinya banyak diwarnai
oleh kualitas guru-guru tarekat tingkat pedesaan. Kehidupan kelompok-
kelompok tarekat semacam ini tentu amat jauh jurang perbedaannya dengan
konsep-konsep ajaran tasawuf, semakin berkembangnya tasawuf , membuat
ajaran yang ada sendiri mengalami percampuran dengan ilmu-ilmu yang lain.

1. SEJARAH PERKEMBANGAN TASAWUF


Fase-fase dalam perkembangan tasawuf:
1. Pada masa awal era islam dakwah kepada tasawuf itu belum
diperlukan, karena pada era itu, semua orang adalah ahli takwa, wara
dan ahli ibadah. Meraka semua berlomba mengikuti dan meneladani
Rasulullah dalam setiap aspek. Oleh karena segala sesuatunya
didasarkan pada perkataan, perbuatan dan ketetapan Rasulullah.
2. Pada masa sahabat dan tabi’in sudah menggunakan tasawuf, tetapi
belum menggunakan istilah tasawuf, karena para sahabat dan tabi’in
merupakan sufi yang sesungguhnya. Tasawuf merupakan sifat-sifat
umum yang terdapat pada hampir seluruh sahabat Nabi tanpa
terkecuali dan adanya perasaan takut dan cintanya mereka kepada
Allah dan Rasulullah melebihi dirinya sendiri,
3. Setelah masa sahabat dan Tabi’in beragam bangsa mulai memeluk
islam. Bidang Ilmu Pengetahuan semakin meluas dan terspeliasisasi,
muncul lah ilmu fiqih, ilmu tauhid, ilmu hadist, ilmu ushul fiqih, ilmu
faraid dan ilmu-ilmu lainnya.
4. Setelah fase tersebut pengaruh spiritual islam sedikit demi sedikit
melemah. Manusia mulai lupa akan kewajibannya kepada Allah,
sehingga ajli uhud terdorong untuk mengkodifikasikan ilmu tasawuf

83
serta menerangkan kamuliaa dan keutamaan di antara ilmu-ilmu
lainnya. Mulai dari fase inilah ilmu tasawuf berkembang.

B. SUMBER AJARAN TASAWUF


Di kalangan para orientalis Barat biasanya dijumpai pendapat yang
mengatakan bahwa sumber yang membentuk tasawuf itu ada lima, yaitu
unsur Islam, unsur Masehi (Agama Nasrani), Unsur Yunani, Unsur
Hindu/Budha dan Unsur Persia. Kelima unsur ini secara ringkas dapat
dijelaskan sebagai berikut:

1. Unsur Islam
Secara umum ajaran islam mengatur kehidupan yang bersifat
lahiriah atau jasadiah, dan kehidupan yang bersifat batiniah itulah
kemudian lahir tasawuf. Unsur kehidupan tasawuf ini mendapat perhatian
yang cukup besar dari sumber ajaran islam, Al-Qur’an dan Al-sunnah
serta praktek kehidupan Nabi dan para sahabatnya. Al-Qur’an antara lain
berbicara tentang kemungkinan manusia dengan Tuhan dapat saling
mencintai (mahabbah) (Lihat QS. Al-Maidah, 5:54); perintah agar
manusia senantiasa bertaubah, membersihkan diri memohon ampunan
kepada Allah (Lihat QS. Tahrim,8), petunjuk bahwa manusia akan
senantiasa bertemu dengan Tuhan dimana pun mereka berada. (Lihat QS.
Al-baqarah, 2:110), Tuhan dapat memberikan cahaya kepada orang yang
dikehendakinya (Lihat QS. Al-Nur, 35). Selanjutnya al-Qur’an
mengingatkan manusia agar dalam hidupnya tidak diperbudak oleh
kehidupan dunia dan harta benda (Lihat QS. Al-Hadid, al-Fathir, 5), dan
senantiasa bersikap sabar dalam menjalani pendekatan diri kepada Allah
SWT. (Lihat QS. Ali Imran,3)
2. Unsur Luar Islam
Dalam berbagai literatur yang ditulis para orientalis Barat sering
dijumpai uraian yang menjelaskan bahwa tasawuf Islam dipengaruhi oleh
adanya unsur agama masehi, unsur Yunani, unsur Hindu/Budha dan
unsur persia. Hal ini secara akademik bisa saja diterima, namun secara

84
akidah perlu kehati-hatian. Para orientalis Barat menyimpulkan bahwa
adanya unsur luar islam masuk ke dalam tasawuf itu disebabkan karena
secara historis agama-agama tersebut, namun tidak secara otomatis
mempengaruhi kehidupan tasawuf, karena para penyusun ilmu tasawuf
atau orang yang kelak menjadi sufi itu bukan berasal dari mereka itu.
Dengan demikian adanya unsur luar islam yang mempengaruhi tasawuf
islam itu merupakan masalah akademik bukan masalah akidah
islamiah.karenanya boleh diterima dengan sikap yang sangat kritis dan
obyektif. Kita mengetahui bahwa islam sebagai agama universal yang
dapat bersentuhan dengan berbagai lingkungan sosial. Dengan sangat
selektif islam bisa beresonansi dengan berbagai unsur ajaran sufistik
yang terdapat dalam berbagai ajaran tasawufnya dapat bersentuhan atau
memiliki kemiripan dengan ajaran tasawuf yang berasal dari luar islam
itu.
Unsur-unsur luar Islam yang diduga mempengaruhi tasawuf Islam itu
selanjutnya dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Unsur Masehi
Orang Arab sangat menyukai cara kependetaan, khususnya
dalam hal latihan jiwa dan ibadah. Atas dasar ini tidak
mengherankan jika Von Kromyer berpendapat bahwa tasawuf
adalah buah dari unsur agama Nasrani yang terdapat pada zaman
jahiliyah. Hal ini diperkuat pula oleh Gold Ziher yang mengatakan
bahwa sikap fakir dalam islam adalah merupakan cabang dari
agama Nasrani. Unsur-unsur tasawuf yang diduga mempengaruhi
Islam adalah sikap fakir.
b. Unsur Yunani
Kebudayaan Yunani yaitu filsafatnya telah masuk pada
dunia di mana perkembangan dimulai pada akhir Daulah Umayyah
dan puncaknya pada Daulah Abbasiyah, metode berfikir filsafat
Yunani ini juga telah mempengaruhi pola berfikir sebagian orang
islam yang ingin berhubungan dengan Tuhan. Kalau pada bagian
uraian dimulai perkembangan tasawuf ini baru dalam taraf amaliah

85
(akhlak) dalam pengaruh filsafat Yunani ini maka uraian-uraian
tentang tasawuf itu pun telah berubah menjadi tasawuf filsafat. Hal
ini dapat dilihat dari pikiran al-Farabi’, al-Kindi, Ibn Sina terutama
dalam uraian mereka tentang filsafat jiwa. Demikian juga pada
uraian-uraian tasawuf dari Abu Yazid, al-Hallaj, Ibn Arabi,
Suhrawadi dan lain-lain sebagainya.
c. Unsur Hindu/Budha
Antara tasawuf dan sistem kepercayaan agama Hindu dapat
dilihat adanya hubungan seperti sikap fakir, darwisy. Al-Birawi
mencatat bahwa ada persamaan antara cara ibadah dan mujadah
tasawuf dengan Hindu. Kemudian pula paham reinkarnasi
(perpindahan roh dari satu badan ke badan yang lain), cara
kelepasan dari dunia versi Hindu/Budha dengan persatuan diri
dengan jalan mengingat Allah.
d. Unsur Persia
Sebenarnya antara Arab dan Persia itu sudah ada hubungan
semenjak lama yaitu hubungan dalam bidang politik, pemikiran,
kemasyarakatan dan sastra. Akan tetapi belum ditemukan dalil
yang kuat yang menyatakan bahwa kehidupan rohani persia telah
masuk ke tanah Arab. Yang jelas adalah kehidupan kerohanian
Arab masuk ke Persia itu terjadi melalui ahli-ahli tasawuf di dunia
ini. Namun barangkali ada persamaan antara istilah zuhd di Arab
dengan zuhd menurut agama Manu dan Mazdaq dan hakikat
Muhammad menyerupai paham harmuz (Tuhan Kebaikan) dalam
agama Zarathustra.

C. Model Penelitian Tasawuf

Mengenai model dalam penelitian tasawuf, telah dikembangkan oleh


para ahli. Di antara model-model penelitian tasawuf, yaitu sebagai berikut.

1. Model Seyyed Hossein Nasr

86
Seyyed Hossein Nasr merupakan ilmuwan yang amat terkenal dan
produktif dalam melahirkan barbagai karya ilmiah. Ia adalah ilmuwan
muslim ke-6 abad modern termasuk ke dalam bidang tasawuf. Hasil
penelitiannya disajikan dalam bukunya, berjudul “Tasawuf Dulu dan
Sekarang” yang diterjemahkan Abdul Hadi W.M. dan di terbitkan oleh
Pustaka Firdaus di Jakarta tahun 1985. Ia menggunakan metode
penelitian dengan pendekatan tematik, yaitu pendekatan yang mencoba
menyajikan ajaran tasawuf sesuai dengan tema-tema tertentu. Dengan
penelitian kualitatif mendasarinya pada studi kritis terhadap ajaran
tasawuf yang pernah berkembang dalam sejarah. Ia menambahkan bahwa
tasawuf merupakan sarana untuk menjalin hubungan intens dengan
Tuhan dalam upaya mencapai keutuhan manusia. Ia bahkan
mengemukakan tingkatan-tingkatan kerohanian manusia dalam dunia
tasawuf.
2. Model Mustafa Zahri
Mustafa Zahri memusatkan perhatiannya terhadap tasawuf dengan
menulis buku berjudul “Kunci Memahami Ilmu Tasawuf”. Penelitiannya
bersifat eksploratif, yaitu menggali ajaran tsawuf dari berbagai literatur
ilmu tasawuf. Ia menekankan pada ajaran yang terdapat dalam tasawuf
berdasarkan literatur yang ditulis oleh para ulama terdahulu serta dengan
mencari sandaran pada Alquran dan hadis. Ia menyajikan tentang
kerohanian yang di dalamnya dimuat tentang contoh kehidupan Nabi,
kunci mengenal Allah, sendi kekuatan batin, fungsi kerohanian dalam
menenteramkan batin, serta tarekat dan fungsinya. Ia juga menjelaskan
tentang bagaimana hakikat tasawuf, ajaran makrifat, doa, zikir, dan
makna la ilah illa Allah.
3. Model Kautsar Azhari Noor
Kautsar Azhari Noor memutuskan perhatiannya pada penelitian
tasawuf dalam rangka disertasinya. Judul bukunya adalah “Wahdat Al-
Wujud” dalam perdebatan dengan studi dengan tokoh dan pahamnya
yang khas, Ibnu Arabi dengan pahamnya wahdat al-wujud.Paham ini
timbul dari paham bahwa Allah sebagaimana yang diterangkan dalam

87
uraian tentang hulul, ingin melihat diri-Nya di luar diri-Nya. Oleh
karena itu, dijadikan-Nya alam ini, ala mini merupakan cermin bagi
Allah. Di kala Dia ingin melihat dirinya, Dia melihat kepada alam.
Paham ini telah menimbulkan kontroversi di kalangan para ulama,
paham tersebut dinilai membawa reinkarnasi, atau paham serba Tuhan,
yaitu Tuhan menjelma dalam berbagai ciptaan-Nya. Dengan demikian,
orang-orang mengira bahwa Ibnu Arabi membawa paham banyak
Tuhan. Mereka berpendirian bahwa Tuhan dalam arti zat-Nya tetap
satu, namun sifat-Nya banyak. Sifat Tuhan yang banyak itu pun dalam
arti kualitas atau mutunya, berbeda dengan sifat manusia.
4. Model Harun Nasution
Harun Nasution merupakan Guru Besar dalam bidang teologi dan
filsafat Islam dan juga menaruh perhatian terhadap penelitian di bidang
tasawuf. Dalam bukunya yang berjudul “Filsafat dan Mistisisme dalam
Islam”, ia menggunakan metode tematik, yaitu penyajian ajaran tasawuf
disajikan dalam tema jalan untuk dekat kepada Tuhan, zuhud dan
stasion-stasion lain, al-muhabbah, al-ma’rifat, al-fana, al-baqa, al-
ittihad, al-hulul, dan wahdat al-wujud. Pendekatan tematik dinilai lebih
menarik karena langsung menuju persoalan tasawuf dibandingkan
dengan pendekatan yang bersifat tokoh. Penelitiannya itu sepenuhnya
bersifat deskriptif, eksploratif, yaitu menggambarkan ajaran
sebagaimana adanya dengan mengemukakannya sedemikian rupa,
walau hanya dalam garis besarnya saja.

5. Model A.J. Arberry

Arberry merupakan salah seorang peneliti Barat kenamaan, banyak


melakukan studi keislaman, termasuk dalam penelitian tasawuf. Dalam
bukunya “Pasang Surut Aliran Tasawuf”, Arberry mencoba
menggunakan pendekatan kombinasi, yaitu antara pendekatan tematik
dengan pendekatan tokoh. Dengan pendekatan tersebut ia coba
kemukakan tentang firman Allah, kehidupan Nabi, para zahid, para sufi,
para ahli teori tasawuf, struktur teori dan amalan tasawuf, tarekat sufi,

88
teosofi dalam aliran tasawuf serta runtuhnya aliran tasawuf. Dari isi
penelitiannya itu, tampak bahwa Arberry menggunakan analisis
kesejarahan, yaitu berbagai tema tersebut dipahami berdasarkan konteks
sejarahnya, dan tidak dilakukan proses aktualisasi nilai atau
mentranformasikan ajaran-ajaran tersebut ke dalam makna kehidupan
modern yang lebih luas.

D. MANFAAT TASAWUF
Tasawuf memiliki banyak manfaat dalam kehidupan, di bawah ini
adalah beberapa manfaat tasawuf yaitu:
1. Dalam bidang kecerdasan emosional
Apabila dapat mengamalkan tasawuf dengan baik maka dapat
mengendalikan emosionalnya dengan baik pula.
2. Dalam bidang kecerdasan spiritual
Tasawuf mengingatkan manusia tentang kemaitian, agar umat
manusia selalu beribadah , beramal shaleh, serta menjauhi
perbuatan maksiat dan kejahatan.
3. Dalam bidang Agama
Tasawuf diperlukan untuk mengamalkan islam secara kaffah serta
untuk mengembangkan kerukunan hidup beragam dan integrasi
sosial.
4. Dalam bidang etos kerja
Tasawuf dapat memperkuat etos kerja karena dalam ajaran islam
bekerja itu wajib untuk memenuhi keperluan diri sendiri, keluarga
dan umat.
5. Dalam bidang pendidikan
Tasawuf merupakan salah satu mata pelajaran yang perlu diajarkan
di madrasah dan mata kuliah di perguruan islam untuk
mengembangkan kehidupan agama yang komprehensif dan utuh
serta untuk mengembangkan masyarakat dan bangsa yang bersih,
sehat dan maju.

89
BAB 16

MANFAAT MEMPELAJARI ILMU AKIDAH AHKLAK

A. A. Manfaat mempelajari aqidah :

1. Memperoleh petunjuk hidup yang benar.


2. Selamat dari pengaruh kepercayaan yang akan membawa kerusakan
dan jauh dari kebenaran.
3. Memperoleh ketenangan hidup yang hakiki karena ada hubungan batin
dengan sang pencipta.
4. Tidak mudah terpengaruh dengan dunia yang sifatnya sebentar,yang
kekal adalah akherat.
5. Mendapat jaminan surga jika akidahnya tak tercampur dengan syirik
dan selamat dari kekalnya Neraka.

B. Manfaat mempelajari akhlak:


1. Dapat menikmati ketenangan hidup. Ketenangan dalam hidup diperoleh
oleh orang yang tidak memiliki konflik batin, konflik interest.
2. Tidak mudah terguncang oleh perubahan situasi. Perubahan merupakan
sunnatullah dalam kehidupan. Terkadang perubahan terjadi dengan amat
cepat, membalik keadaan begitu rupa, yang selama ini berkuasa jatuh
terhina, yang terhina naik ke atas panggung, yang selama ini ditabukan
justeru berubah menjadi perilaku umum setiap hari, yang mudah menjadi
sulit, sebaliknya yang semula mustahil menjadi sangat gampang.
3. Tidak mudah tertipu oleh fatamorgana kehidupan. Kehidupan yang kita
jalani memang benar-benar merupakan realitas, tetapi tak jarang apa yang
ditawarkan kepada kita dan apa yang sedang kita ikuti sebenarnya bukan

90
realitas tetapi hanya fatamorgana belaka.
4. Dapat menikmati hidup dalam segala keadaan.

91

Anda mungkin juga menyukai