Anda di halaman 1dari 38

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT Tuhan semesta alam. Atas segala
karunia dan nikmat-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan sebaik-
baiknya. Makalah yang berjudul “HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL” disusun
dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hukum Bisnis yang dibimbing
oleh Bapak Khairul Akhyar, M. Sy

Makalah ini berisi tentang Hak Kekayaan Intelektual. Dalam penyusunannya


melibatkan berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberkan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.

Pekanbaru, Maret 2019

Kelompok 7

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... 1
DAFTAR ISI ………………………………………………………….……… 2

BAB 1 (PENDAHULUAN)
1.1 Latar Belakang ……………………………………….………....... 3
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………….……...... 3
1.3 Tujuan ……………………………………………………………. 4

BAB 2 (PEMABAHASAN)
2.1 Pengertian Hak Kekayaan intelektual …………………………… 5
2.2 Perspektif Sejarah Hak Kekayaan Intelektual …………………… 6
2.3 Ruang Lingkup HAKI ………………………………………….. 7
2.4 Lanskap Hak Kekayaan Intelektual ……………………………… 10
2.5 Macam-macam Hak Kekayaan Intelektual ……………………… 14
A. Merek …………………………………………………….. 14
B. Hak Cipta …………….…………………………………… 20
C. Hak Paten ……………………….………………………… 29
2.6 Sifat dan Dasar Hukum Hak Kekayaan Intelektual …………..…. 36
2.7 Pentingnya Hak Kekayaan Intelektual ……………………........... 37

BAB 3 (PENUTUP)
3.1 Kesimpulan ………………………………………………….…... 38
3.2 Saran ……………………………………………….……………. 38

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………….……… 39

2
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hak Kekayaan Intelektual dapat dikaji melalui berbagai perspektif. Hak


Kekayaan Intelektual dapat dikaji melalui perspektif ekonomi, politik, (politik
ekonomi global) dan perspektif hukum. Aspek atau segi ekonomi dapat menampilakn
kajian bahwa Hak Kekayaan Intelektual adalah objek kekayaan yang dapat
ditransaksikan dalam proses tukar-menukar kebutuhan ekonomis manusia. Demikian
pula dari aspek politik, Hak Kekayaan Intelektual menjadi instrumen Negara-negara
maju untuk “mempengaruhi” Negara-negara berkembang setelah isu tentang Hak
Kekayaan Intelektual dimasukkan menjadi isu pokok dalam World Trade
Organization (WTO) yang melahirkan The Agreement on Trade Related Aspects of
Intellectual Property Rights (TRIPs Agreement) dan instruken hukum ikutannya.
Studi tentang Hak Kekayaan Intelektual meliputi banyak hal, mulai tentang Hak
Cipta, Paten, Merek, dsb. Hak Kekayaan Intelektual pun dalam berbagai referensi
sering diterjemahkan dalam banyak istilah dan ruang lingkup kajiannya pun secara
Akademik banyak yang belum pas. Hal itu terjadi karena Hak Kekayaan Intelektual
dalam kajian akademis memiliki sejarahnya sendiri. Demikian juga kehadirannya
dalam sistem hukum Indonesia dan dalam tatanan global

1.2 Rumusan Masalah


A. Apa yang dimaksud dengan Hak Kekayaan intelektual (HAKI) ?
B. Bagaimana sejarah lahirnya HAKI ?
C. Apa saja ruang lingkup HAKI ?
D. Apa lanskap HAKI ?

3
E. Apa pengertian dari Merek, Hak Cipta, dan Hak Paten ?
F. Bagaimana prosedur pendaftaran Merek, Hak Cipta dan Hak Paten ?
G. Bagaiman Hukum untuk Merek, Hak Cipta dan Hak Paten ?
H. Bagaimana sifat dan dasar Hukum HAKI ?
I. Mengapa HAKI itu penting ?

1.3 Tujuan

Tujuan dalam pembahasan Makalah ini yang berjudul “Hak Kekayaan


Intelektual” berdasarkan rumusan masalah dia atas adalah untuk membahas hal-hal
yang sesuai dengan permasalahan yang diajukan antara lain :
a. Untuk mengetahui pengertian HAKI
b. Untuk mengetahui ruang lingkup HAKI
c. Untuk mengetahu sejarah lahirnya HAKI
d. Untuk mengetahui lanskap HAKI
e. Untuk mengetahui pengertian Merek, Hak Cipta dan Hak Paten
f. Untuk mengetahui prosedur Merek, Hak Cipta, dan Hak Paten
g. Untuk mengetahui hukum Merek, Hak Cipta, dan Hak Paten
h. Untuk mengetahui sifat dan dasar Hukum HAKI
i. Untuk Mengetahui pentingnya HAKI

4
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hak Kekayaan intelektual

Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) atau Intellectual Property Rights


adalah hak hukum yang bersifat eksklusif (khusus) yang dimiliki oleh para pencipta
atau penemu sebagai hasil aktivitas intelektual dan kreativitas yang bersifat khas dan
baru. Karya-Karya intelektual tersebut dapat berupa hasil karya cipta dibidang ilmu
pengetahuan, seni, dan sastra serta hasil penemuan (invensi) dibidang teknologi.
Karya-Karya dibidang HAKI dihasilan berkat kemampuan intelektual manusia
melalui pengorbanan tenaga, waktu, pikiran, perasaan dan hasil intuisi/ilham/hati
nurani.
HAKI berbeda dengan Hak Milik Kebendaan karena HAKI bersifat tidak
nyata sehingga tidak mudah hilang, tidak dapat disita, dan lebih langgeng. HAKI
merupakan hak privat dimana seorang pencipta/penemu bebas mengajukan ataupun
tidak mengajukan permohonan pendaftaran karya intelektualnya. Sedangkan
pemberian Hak eksklusif kepada para pelaku HAKI (pencipta, penemu, pendesain,
dsb) dimaksudkan sebagai penghargaan atas hasil karya kreativitasnya, sehingga
orang lain ikut terangsang untuk mengembangkan lebih lanjut. System HAKI
mendorong adanya system dokumentasi yang baik sehingga dapat mencegah
timbulnya ciptaan atau temuan yang sama. 1

1
Iswi Hariyani, S.H., M.H., M.H., prosedur mengurus HAKI yang benar, (Yogyakarta: pustaka yustisia,
2010), hlm. 16

5
2.2 Perspektif Sejarah Hak Kekayaan Intelektual
Awal mula pertumbuhan Hak Kekayaan Intelektual bermula dari peradaban
Eropa pasca zaman kegelapan (dark age). Pada mulanya ilmu pengetahuan
didominasi oleh gereja dimana ilmu pengetahuan dihubungkan dengan keyakinan
teologi. Pasca abad pencerahan banyak ilmuan kemudian melahirkan gagasan-
gagasan keilmuan yang memisahkan teologi dengan ilmu pengetahuan dan tunduk
pada prinsip-prinsip logika. Tercata pada tahuan 1470 kalangan ilmuan di Eropa
mempersoalkan tentang penemuan besar yang dilakukan oleh Galileo, Caxton,
Archimedes, dan sederetan ilmuan Eropa lainnya yang menemukan berbagai-bagai
keahlian dalam bidang Fisika, matematika, biologi dan lain-lain.2
Hukum-hukum tentang paten tersebut kemudian diadposi oleh kerajaan
inggris dizaman TUDOR tahun 1500-an dan kemudian lahir hukum mengenai paten
pertama diingris yaitu Statute of Monopolies (1623). Amerika serikat baru
mempunyai undang-undang paten Tahun 1791. Upaya harmonisasi dalam bidang
HAKI pertama kali terjadi tahun 1883 dengan lahirnya paris Convention untuk
masalah paten, merek dagang, dan desain. Kemudian Berne Convention 1886 untuk
masalah hak cipta (Copyright).3
Oleh karena itu, sejarah Hak Kekayaan Intelektual sama tuanya dengan
sejarah peradaban umat manusia. Peradaban umat manusia dibangun berdasarkan
perkembangan ilmu pnegetahuan dan teknologi. Ilmu pnegetahuan dan dan teknologi
tumbuh dan berkembang sebagai hasil dari penalaran, kerja rasio yang wujudnya
dalam bentuk cipta, rasa dan karsa. Cipta, rasa dan karsa itulah kemudian yang
menghasilkan Hak Kekayaan Intelektual dalam wujud hak cipta, paten, merek, desain
dan industri, varietas tanaman dan jaringan elektronika terpadu. 4

2.3 Ruang Lingkup HAKI


2
DR. H. OK. Saidin, S.H., M.Hum.,aspek hukum hak kekayaan intelektual edisi revisi (depok:
Rajagrafindo persada, 2015), hlm. 22
3
Adrian Sutedi, S.H, M.H., Hak atas kekayaan intelektual (sinar grafika, 2010), hlm. 39
4
DR. H. OK. Saidin, S.H., M.Hum.,aspek hukum hak kekayaan intelektual edisi revisi (depok:
Rajagrafindo persada, 2015), hlm. 22

6
Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) secara umum dapat di golongkan
kedalam dua kategori utama, yaitu Hak cipta dan hak kekayaan industri. Ruang
lingkup hak cipta adalah karya cipta dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, sastra,
sedangkan ruang lingkup hak kekayaan industri adalah dalam bidang teknologi.
Dalam terminology HAKI dikenal istilah “pencipta” dan “penemu”. Istilah pencipta
digunakan dalam bidang hak cipta sedangkan istilah “penemu” lebih diarahkan dalam
bidang hak kekayaan industri.5
Pembedaan istilah pencipta dan penemu, dalam kacamata hukum, diperlukan
karena keduanya memiliki akibat hukum yang berbeda. Seorang ilmuwan yang
berhasil menciptakan sebuah teori ilmiah baru, seorang seniman yang berhasil
menciptakan lagu baru, atau seorang sastrawan yang berhasil menciptakan puisi baru,
sudah dianggap sebagai “pencipta” terhitung sejak tanggal pertama kali mereka
”mengumumkan” hasil karya ciptaannya kepada public walaupun mereka belum
“mendaftarkan” hasil ciptaan tersebut ke instansi berwenang. Meskipun demikian,
pendaftaran hak cipta tetap di perlukan guna keperluan pemberian hak lisensi.
Sebaliknya, seorang yang menemukan sebuah teknologi baru bisa disebut “penemu”
jika dia telah “mendaftarkan” patennya ke instansi berwenang dan berhasil disetujui.
HAKI juga dapat berupa Hak Kekayan Industri yang meliputi hak atas:
 Paten dan Paten sederhana
 Merek/ Merek dagang (Trade Mark) dan indikasi geografis
 Desain Industri (Industrial Design)
 Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (DTLST)
 Rahasia Dagang (Trade Secret)
 Perlindungan Varietas Tanaman (PVT)
Sesuai namanya, maka Hak Kekayaan Industri hanya diperuntukkan bagi hasil
penemuam bidang teknologi, khususnya teknologi untuk kepentingan industri secara
umum, termasuk industri pertanian (agri industri). Penggolongan HAKI kedalam Hak
5
Iswi Hariyani, S.H., M.H., M.H., prosedur mengurus HAKI yang benar, (Yogyakarta: pustaka yustisia,
2010), hlm. 17

7
cipta dan Hak Kekayaan Industri, diperlukan karena adanya perbedaan sifat hasil
ciptaan dan hasil temuan. Perlindungan terhadap suatu ciptaan bersifat otomatis,
artinya suatu ciptaan diakui secara otomatis oleh Negara sejak saat pertama kali
ciptaan tersebut muncul kedunia nyata, meskipun ciptaan tersebut belum di
publikasikan dam belum didaftarkan. Pendaftaran Hak Cipta tidak wajib dilakukan,
kecuali untuk keperluan pemberian lisensi dan pengalihan Hak Cipta.6

Ruang Lingkup HAKI


Bidang :
Hak Cipta Ilmu pengetahuan
Seni dan sastra

6
Iswi Hariyani, S.H., M.H., M.H., prosedur mengurus HAKI yang benar, (Yogyakarta: pustaka yustisia,
2010), hlm. 18

8
Merek

HAKI

Paten
Hak
DITJEN HKI
Kekayaan
Departemen
Intelektual
Hukum dan HAM
Desain
Industri

DTLST

Rahasia Dagang

Perlindungan Pusat PVT


Varietas Tanaman Departemen
(PVT) Pertanian

2.4 Lanskap Hak Kekayaan Intelektual

Konsekunesi lebih lanjut dari batasan Hak Kekayaan Intelektual adalah


terpisahnya antara Hak Kekayaan Intelektual itu dengan hasil materiil yang menjadi

9
bentuk jelmaannya. Yang dilindungi dalam kerangka Hak Kekayaan Intelektual
adalah haknya, bukan jelmaan dari hak tersebut. Jelmaan dari hak tersebut dilindungi
oleh hukum benda dalam kategori benda materiil (benda berwujud).

Pengelompokkan Hak Kekayaan Intelektual itu lebih lanjut dapat


dikategorikan dalam kelompok sebagai berikut

1. Hak Kekayaan Perindustrian


Hak Kekayaan perindustrian dapat diklasifikasi menjadi :
a. Patent (paten)
b. Utility Models (Model dan Rancang Bangun) atau dalam hukum indonesia
dikenal dengan istilah paten sederhana
c. Industrial Design (Desain Industri)
d. Trade Merk (Merek Dagang)
e. Trade Names (Nama Niaga atau Nama Dagang)
f. Indication of Source or Appelation Of Origin

2. Hak Cipta
Hak Cipta sebenarnya dapat diklasifikasikan kedalam dua bagian, yaitu :
a. Hak Cipta
b. Hak terkait (dengan hak cipta)7

Dalam peraturan perundang-undangan tentang Hak Kekayaan Intelektual di


Indonesia bidang-bidang yang termasuk dalam cakupan Intellectual Property Rights
seperti tertera dibagan 1 tidak semuanya diatur dalam UU tersendiri, ada yang
pengaturannya digabungkan dalam satu undang-undang. Saat ini pengaturan tentang
masing-masing bidang HKI itu ditemukan dalam undang-undang Indonesia, yaitu
tentang hak cipta diatur dalam UU No. 28 Tahun 2014, tentang Merek diatur dalam
UU No.15 Tahun 2001, dan tentang paten diatur dalam UU No. 14 Tahun 2001.
7
DR. H. OK. Saidin, S.H., M.Hum.,aspek hukum hak kekayaan intelektual edisi revisi (depok:
Rajagrafindo persada, 2015), hlm. 15

10
Pada tahun 2001 bersamaan dengan lahirnya UU Paten dan Merek legislative
dan pemerintah telah menerbitkan beberapa peraturan baru yang tercakup dalam
bidang perlindungan Hak Kekayaan Intelektual disamping paten dan merek yang
sudah lebih dulu disahkan, yaitu UU No. 29 Tahun 2000 tentang perlindungan
Varietas Tanaman, UU No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang, UU No. 31
Tahun 2000 tentang Desain Industri dan UU No. 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata
Letak Sirkuit Terpadu.

Dengan demikian saat ini terdapat perangkat UU HKI Indonesia, yakni :

1. Hak Cipta diatur dalam UU No. 28 Tahun 2014


2. Paten diatur dalam UU No. 14 Tahun 2001
3. Merek diatur dalam UU No. 15 Tahun 2001
4. Perlindungan Varietas Tanaman diatur dalam UU No. 29 Tahun 2000
5. Rahasia Dagang diatur dalam UU No. 30 Tahun 2000
6. Desain Industri diatur dalam UU No. 31 Tahun 2000
7. Desain tata letak sirkuit Terpadu diatur dalam UU No. 32 Tahun 20008

Daftar UU dan Masa Berlaku HAKI9

Bidang Haki UU dan Masa perlindungan


Peraturan
Hak Cipta UU 19/2002 Secara umum adalah semasa hidup
+50 tahun
8
DR. H. OK. Saidin, S.H., M.Hum.,aspek hukum hak kekayaan intelektual edisi revisi (depok:
Rajagrafindo persada, 2015), hlm. 22
9
Iswi Hariyani, S.H., M.H., M.H., prosedur mengurus HAKI yang benar, (Yogyakarta: pustaka yustisia,
2010), hlm. 39

11
Merek UU 15/2001 10 tahun dan bisa diperpanjang
setiap 10 tahun sepanjang masih
dipakai
Indikasi Geografis PP 51/2007 Selama ciri dan kualitas yang
menjadi dasar indikasi geografis
masih ada
Paten UU 14/2001 Paten = 20 tahun
Paten sederhana = 10 tahun
Desain Industri UU 31/2000 10 tahun dan tidak bisa di
perpanjang
Desain Tata Letak UU 32/2000 10 tahun dan tidak bisa di
Sirkuit Terpadu perpanjang
Rahasia Dagang UU 30/2000 Selama kerahasiaan tetap dapat
dipertahankan
Perlindungan Varietas UU 29/2000 Tanaman semusin = 20 tahun
Tanaman Tanaman Tahunan = 25 tahun
Undang-undang merek pertama Indonesia lahir pada tahun 1961 yaitu
undang-undang Nomor 21 Tahun 1961 tentang Merek Dagang dan Merek
Perniagaan, yang di undangkan pada tanggal 11 Oktober 1961 dan mulai berlaku
tanggal 11 November 1961. Pada tahun 1992 terjadi pembaruan hukum merek di
indonesia, untuk mengantisipasi arus globalisasi, dengan lahirnya Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 1992 tentang merek yang mencabut dan menggantikan Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 1961 tentang Merek. Pada tahun 1997 terjadi
penyempurnaan terhadap Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1992 tentang Merek
yaitu dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1997 yang disahkan oleh presiden
pada tanggal 7 Mei 1997. Perubahan terakhir mengenai undang-undang merek terjadi
pada tahun 2001 yaitu dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001.
Undang-Undang paten pertama Indonesia adalah Undang-Undang Nomor 6 Tahun
1989 yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1997 dan Terakhir
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001.

12
Sama halnya dengan Undang-Undang tentang merek maupun paten, Undang-
Undang tentang hak cipta juga telah beberapa kali mengalami perubahan, yaitu
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 yang telah diubah pada tahun 1987 (Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1987), tahun 1997 (Undang-Undang Nomor 12 Tahun
1997), dan terakhir pada tahun 2002.10

2.5 Macam-macam Hak Kekayaan Intelektual (HAKI)

Pada prinsipnya macam-macam HAKI yaitu :

A. Merek

 Pengertian dan Ruang Lingkup Merek

Berdasarkan pasal 1 UU 15/2001 tentang Merek, yang dimaksud dengan


merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka,
susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memilki daya
pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa. Merek dagang
adalah merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau
beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan
barang-barang sejenis lainnya. Merek jasa adalah merek yang digunakan pada jasa
yang diperdagangkan oleh seseorang atau secara bersama-sama atau badan hukum
untuk membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnya. Merek kolektif adalah merek
10
Adrian Sutedi, S.H, M.H., Hak atas kekayaan intelektual (sinar grafika, 2010), hlm. 26-27

13
yang digunakan pada barang dan atau jasa dengan karakteristik yang sama yang
diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum secara bersama-sama untuk
membedakan dengan barang dan jasa sejenis lainnya.
Latar belakang lahirnya UU merek antara lain didasari munculnya arus
globalisasi di segenap aspek kehidupan umat manusia, khususnya di bidang
perekonomian dan perdagangan. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi
dan transportasi mendorong tumbuhnya integrasi pasar perekonomian dan
perdagangan dalam skala global. Era perdagangan global tersebut hanya dapat
dipertahankan jika didukung oleh adanya iklim persaingan usaha yang sehat.
Disamping Merek Dagang dan Merek Jasa, juga dikenal adanya Merek
Kolektif. Merek Kolektif dapat berasal dari suatu badan usaha tertentu yang memiliki
produk perdagangan berupa barang dan jasa. Contoh Merek Kolektif jenis ini
misalnya Merek Esia yang dimiliki perusahaan Bakrie telecom yang digunakan
untuk produk barang (Telepon Esia/Wifone/Wimode), dan produk jasa (kartu perdana
dan kartu isi ulang). Merek Kolektif juga dapat berasal dari dua atau lebih badan
usaha yang bekerja sama untuk memiliki Merek yang sama,
Para pemberi Merek yang telah terdaftar akan mendapatkan hak Merek yaitu
Hak Eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada pemilik Merek yang terdaftar
dalam daftar umum Merek dalam jangka waktu tertentu menggunakan sendiri Merek
tersebut atau memberikan lisensi atau izin kepada pihak lain. Pemberian lisensi
Merek berbeda dengan pemberian waralaba (Franchise). Jika pemberian lisensi
Merek, pemilik Merek harus meminjamkan Mereknya kepada pihak lain, maka dalam
bisnis waralaba yang dipinjamkan oleh pemilik waralaba tidak hanya Mereknya juga
proses produksi hingga tata cara pelayanan kepada para konsumen. Sehingga dapat
disimpulkan, kegiatan waralaba selalu diikuti dengan pemberian satu atau beberapa
macam lisensi dibidang HAKI.11

11
Iswi Hariyani, S.H., M.H., M.H., prosedur mengurus HAKI yang benar, (Yogyakarta: pustaka yustisia,
2010), hlm. 87-89

14
 Jenis Merek

Undang- undang Merek Tahun 2001 ada mengatur tentang jenis-jenis merek,
yaitu sebagaimana tercantum dalam pasal 1 butir 2 dan 3 UU Merek Tahun 2001
yaitu Merek Dagang dan Merek Jasa. Khusus untuk merek kolektif sebenarnya tidak
dapat dikatakan sebagai jenis merek yang baru oleh karena merek kolektif ini
sebenarnya juga terdiri dari merek dagang dan jasa. Disamping jenis merek
sebagaimana ditentukan diatas ada juga pengklasifikasian lain yang didasarkan
kepada bentuk atau wujudnya.
Bentuk dan wujud merek itu menurut Suryatin dimaksudkan untuk
membedakannya dari barang sejenis milik orang lain. Oleh karena adanya pembedaan
itu, maka terdapat beberapa jenis merek, yakni :
1. Merek lukisan (beel mark)
2. Merek kata ( word mark)
3. Merek bentuk ( form mark)
4. Merek bunyi-bunyian (klank mark)
5. Merek judul (title mark)

Selanjutnya R.M Suryodinigrat mengklasifikasikan merek dalam tiga jenis


yaitu :
1. Merek kata yang terdiri dari kata-kata saja
Misalnya : Good Year, Dunlop, sebagai merek untuk ban mobil dan ban
sepeda
2. Merek lukisan adalah mereka yang terdiri dari lukisan saja yang tidak
pernah, setidak-tidaknya jarang sekali di pergunakan.
3. Merek kombiunasi kata dan lukisan banyak sekali dipergunakan.12

12
DR. H. OK. Saidin, S.H., M.Hum.,aspek hukum hak kekayaan intelektual edisi revisi (depok:
Rajagrafindo persada, 2015), hlm. 457-459

15
Lebih lanjut Prof. R. Soekardono, S.H., mengemukakan pendapatnya bahwa,
tentang bentuk atau wujud dari merek itu undang-undang tidak memerintahkan apa-
apa, melainkan harus berdaya pembeda, yang diwujudkan dengan :
1. Cara yang oleh siapa pun mudah dapat dilihat (bel Mark)
2. Merek dengan perkataan (word mark)
3. Kombinasi dari meek atas penglihatan dan merek perkataan13
Disamping itu saat ini dikenal pula merek dalam bentuk tiga dimensi(three
dimensional trademark) seperti merek pada produk minuman coca-cola dan Kentucky
Fried Chicken

 Prosedur pendaftaran Merek


Tentang tata cara pendaftaran merek di Indonesia menurut UU Merek Tahun
2001 diatur dalam pasal 7 yang menentukan bahwa :
1) Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia kepada
Direktorat Jendral dengan mencantumkan :
a. Tanggal, bulan dan tahun
b. Nama lengkap, kewarganegaraan dan alamat pemohon
c. Nama lengkap dan alamat kuasa apabila permohonan diajukan melalui
kuasa
d. Warna-warna apabila merek yang dmohonkan pendaftarannya
menggunakan unsur-unsur warna
e. Nama Negara dan tanggal permintaan merek yang pertama kali dalam hal
permohonan diajukan dengan hak prioritas.
2) Permohonan ditandatangani pemohon atau kuasanya
3) Pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat terdiri dari satu orang
atau beberapa orang secara bersama atau badan hukum
4) Permohonan dilampiri dengan bukti pembayaran biaya

13
R. Soekardono, op.cit., hlm. 165-167

16
5) Dalam hal permohonan diajukan oleh lebih dari satu pemohon yang secara
bersama-sama berhak atas merek tersebut, semua nama pemohon
dicantumkan dengan memilih salah satu alamat sebagai alamat mereka.14
6) Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (5), permohonan
tersebut ditandatangani oleh salah satu dari pemohon yang berhak atas
merek tersebut dengan melampirkan persetujuan tertulis dari para pemohon
yang mewakilkan.
7) Dalam permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diajukan melalui
kuasanya, surat kuasa untuk itu ditandatangani oleh semua pihak yang
berhak atas merek tersebut.
8) Kuasa sebagaimana dimaksud pada ayat (7) adalah konsultan Hak
Kekayaan Intelektual
9) Ketentuan mengenai syarat-syarat untuk dapat diangkat sebagai konsultan
Hak Kekayaan Intelektual diatur dengan peraturan Pemerintah, sedangkan
tata cara pengangkatannya diatur dengan keputusan presiden.
Surat permohonan diatas juga harus dilengkapi dengan :
a. Surat pernyataan bahwa merek juga dimintakan pendaftarannya adalah
miliknya.
b. Dua puluh helai etiket merek yang bersangkutan
c. Tambahan berita Negara yang memuat akta pendirian badan hukum atau
salinan yang sah akta pendirian badan hukum, apabila pemilik merek
adalah badan hukum
d. Surat kuasa apabila permintaan pendaftaran merek diajukan melalui kuasa
e. Pembayaran seluruh biaya dalam rangka permintaan pendaftaran merek,
yang jenis dan besarnya ditetapkan dengan keputusan Menteri, pasal 10
ayat (1).15
14
DR. H. OK. Saidin, S.H., M.Hum.,aspek hukum hak kekayaan intelektual edisi revisi (depok:
Rajagrafindo persada, 2015), hlm. 478
15
DR. H. OK. Saidin, S.H., M.Hum.,aspek hukum hak kekayaan intelektual edisi revisi (depok:
Rajagrafindo persada, 2015), hlm. 479

17
Permohonan pendaftaran merek 16
No Prosedur Permohonan Pendaftaran Merek
1 Permohonan pendaftaran merek diajukan dengan cara mengisi formulir
yang telah disediakan untuk itu dalam bahasa Indonesia dan diketik
rangkap 4
2 Pemohon wajib melampirkan :
a. Surat pernyataan diatas kertas bermatrai cukup yang
ditandatangani oleh pemohon (bukan kuasanya), yang
menyatakan bahwa merek yang dimohonkan adalah miliknya
b. Surat kuasa khusus, apabila pemohon diajukan melalui kuasa
c. Salinan resmi akta pendirian badan hukum atau fotokopinya yang
dilegalisasi oleh notaris, apabila pemohon adalah badan hukum
d. 24 lembar etiket merek (4 lembar dilekatkan pada formulir) yang
dicetak diatas kertas
e. Fotokopi kartu tanda penduduk pemohon
f. Bukti prioritas asli dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia
apabila permohonan dilakukan dengan hak prioritas
g. Bukti pembayaran biaya permohonan sebesar Rp. 600.000,-

 Perlindungan Hukum Terhadap Merek


Perlindungan Hukum terhadap Hak Merek di Indonesia saat ini diatur
berdasarkan UU 15/2001 tentang Merek yang merupakan hasil pembaruan dari UU
16
Iswi Hariyani, S.H., M.H., M.H., prosedur mengurus HAKI yang benar, (Yogyakarta: pustaka yustisia,
2010), hlm. 121

18
merek lama, yaitu UU 19/1992 dan UU 14/1997. Didalam era perdagangan global,
sejalan dengan konvensi-konvensi internasional yang telah di ratifikasi Indonesia,
peranan merek sangat penting terutama dalam menjaga persaingan usaha yang sehat
sehingga diperlukan pengaturan yang memadai tentang merek guna memberikan
peningkatan layanan bagi masyarakat.
Beberapa perbedaan yang menonjol dalam UU 15/2001 dibandingkan UU
merek lama antara lain menyangkut proses penyelesaian permohonan. Dalam UU
15/2001 pemeriksaan substantif dilakukan setelah permohonan dinyatakan memenuhi
syarat administratif. Perlindungan atas merek atau hak atas merek adalah hak
eksklusif yang diberikan Negara kepada pemilik merek yang terdaftar dalam daftar
umum merek. Perlindungan atas merek terdaftar yaitu adanya kepastian hukum atas
merek terdaftar, baik untuk digunakan, diperpanjang, dialihkan, dan dihapuskan
sebagai alat bukti bila terjadi sengketa pelanggaran atas Merek terdaftar.17

B. Hak Cipta

 Latar Belakang Lahirnya UU Hak Cipta


Kelahiran UU hak cipta dilatar belakangi oleh kenyataan Bahwa
permasalahan HAKI termasuk Hak Cipta, saat ini telah menjadi isu Global yang
menuntut Indonesia untuk turut serta berpartisipasi dalam perjanjian internasional
tentang HAKI. Keikutsertaan Indonesia tersebut dibutuhkan agar supaya produk-
produk industri kreatif dari Indonesia dapat menembus pasar Internasional. Indonesia,
Melalui UU 7/1994, telah meratifikasi persetujuan pembentukan WTO atau
Agreement Establishing the World Trade Organization yang didalamnya mencakup
pula persetujuan TRIP’s atau Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual
Property Rights atau persetujuan tentang aspek-aspek Dagang Hak Kekayaan
Intelektual.
17
Iswi Hariyani, S.H., M.H., M.H., prosedur mengurus HAKI yang benar, (Yogyakarta: pustaka yustisia,
2010), hlm. 90

19
Pengelolaan Hak Cipta di Indonesia saat ini diatur melalui UU 19/2002
tentang Hak Cipta yang merupakan hasil revisi dari UU Hak Cipta lama yaitu UU
6/1982, UU 7/1987, dan UU 12/1997, Hak Cipta terdiri atas Hak Ekonomi dan Hak
Moral. Perlindungan Hak Cipta tidak diberikan kepada ide atau gagasan karena karya
cipta harus memiliki bentuk yang khas, bersifat pribadi dan menunjukkan keaslian
sebagai ciptaan yang lahir berdasarkan kemampuan, kreativitas, atau keahlian
sehingga ciptaan itu dapat dilihat, dibaca, atau didengar.

 Pengertian dan Ruang Lingkup Hak Cipta


Hak Cipta adalah hak ekskulsif bagi pecipta atau penerima hak untuk
mengumukan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan
tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Secara hakiki Hak Cipta termasuk hak milik immaterial karena
menyangkut ide, gagasan pemikiran, maupun imajinasi dari seseorang yang
dituangkan dalam bentuk karya cipta, seperti buku ilmiah, karangan sastra, maupun
karya seni. Disamping itu, dalam hak cipta juga dikenal adanya beberapa prinsip
dasar, yaitu :
a) Yang dilindungi Hak Cipta adalah ide yang telah berwujud dan asli
(orisinal)
b) Hak cipta timbul dengan sendirinya (otomatis)
c) Hak cipta merupakan hak yang diakui hukum (legal right) yang
harus dibedakan dari penguasaan fisik suatu ciptaan
d) Hak Cipta bukan Hak multlak (absolut)18

Hak khsus yang diberikan kepada pencipta itu sifatnya tidak mutlak karena
terdapat pembatasan-pembatasan atau pengecualian-pengecualian. Ciptaan yang
dilindungi dalam bidang ilmu pengetahuan, kesenian dan kesusastraan meliputi :

18
Iswi Hariyani, S.H., M.H., M.H., prosedur mengurus HAKI yang benar, (Yogyakarta: pustaka yustisia,
2010), hlm. 40-45

20
a. Buku, program komputer, pamflet, susunan perwajahan karya tulis yang
diterbitkan dan semua karya tulis lainnya.
b. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lainnya yang diwujudkan dengan cara
diucapkan
c. Alat peraga untuk kepentingan pengetahuan
d. Ciptaan lagu, music dengan/tanpa teks, termasuk karawitan dan rekaman
suara
e. Drama, tari, perwayangan, pantonim dam koreografi
f. Karya pertunjukkan
g. Karya siaran
h. Seni rupa seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni
patung, kolase, seni terapan, dan berupa seni kerajinan tangan.
i. Arsitektur, peta, seni batik, fotografi, dan sinemafotografi
j. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, dan karya lainnya dari hasil
pengalihwujudan.
Jangka waktu perlindungan paling lama adalah selama hidup pencipta dan terus
berlangsung selama 50 tahun setelah pencipta meninggal dunia. Untuk beberapa
ciptaan tertentu, dilindungi 50 tahun sejak pertama kali diumumkan. Jangka waktu
perlindungan paling pendek selama 25 tahun sejak pertama kali diumumkan.
Sedangkan yang tidak dapat didaftarkan sebagai ciptaan adalah :
a. Ciptaan diluar bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra
b. Ciptaan yang tidak orisinil
c. Ciptaan yang tidak diwujudkan dalam suatu bentuk yang nyata
d. Ciptaan yang sudah merupakan milik umum
e. Ketentuan yang diatur dalam pasal 12 Undang-Undang Hak Cipta19

 Pendaftaran Ciptaan
19
Adrian Sutedi, S.H, M.H., Hak atas kekayaan intelektual (sinar grafika, 2010), hlm. 117-119

21
Pendaftaraan ciptaan dalam daftar umum ciptaan dilakukan atas permohonan
yang diajukan oleh pencipta atau oleh pemegang hak cipta atau oleh kuasanya.
Permohonan diajukan kepada Ditjen HKI dengan surat rangkap dua yang ditulis
dalam bahasa Indonesia dan disertai contoh ciptaan atau penggantinya dengan dikenai
biaya. Terhadap permohonan tersebut, Ditjen HKI akan memberikan keputusan
paling lama 9 bulan terhitung sejak tanggal diterimanya permohonan secara lengkap.
Kuasa yang dimaksud adalah konsultan HKI yang terdaftar pada Ditjen HKI20.
Daftar umum ciptaan antara lain memuat data-data mengenai :
a. Nama pencipta dan pemegang Hak Cipta
b. Tanggal penerimaan surat permohonan
c. Tanggal lengkapnya persyaratan menurut pasal 37 UU 19/2002
d. Nomor pendaftaran ciptaan21
Prosedur pendaftaran ciptaan saat ini semakin di permudah, antara lain dapat
diajukan melalui kantor wilayah departemen Hukum dan HAM di masing-masing ibu
kota provinsi. Kebijakan ini dimulai sejak tahun 2000, khusus untuk hak cipta, paten
dan merek, berdasarkan peraturan menteri kehakiman RI Nomor M.09-PR.07.06
Tahun 1999 tentang penunjukkan kantor wilayah Departemen Kehakiman untuk
menerima permohonan HAKI, serta berdasarkan petunjuk pelaksanaan Ditjen HKI
Nomor H-08-PR.07.10 Tahun 2000.22

Permohonan Pendaftaran Ciptaan23

20
Lihat pasal 37 UU 19/2002
21
Lihat pasal 39 dan 40 UU 19/2002
22
Iswi Hariyani, S.H., M.H., M.H., prosedur mengurus HAKI yang benar, (Yogyakarta: pustaka yustisia,
2010), hlm. 71-71
23
Departemen Hukum dan HAM (www.depkumham.go.id)

22
No Prosedur Permohonan Pendaftaran Hak Cipta
1 Permohonan pendaftaraan ciptaan diajukan dengan cara mengisi formulir
yang disediakan untuk itu dalam bahasa Indonesia dan diketik rangkap 2
(dua)
2 Permohonan Wajib melampirkan :
a. Surat kuasa khusus, apabila permohonan diajukan melalui kuasa
b. Contoh ciptaan dengan ketentuan sebagai berikut :
- Buku dan karya tulis lain : 2 buah yang telah dijilid dengan edisi
terbaik apabila suatu buku berisi foto seseorang, harus
dilampirkan surat tidak keberatan dari orang orang yang difoto
atau ahli warisnya
- Program komputer : 2 buah disket disertai buku petunjuk
pengoperasiaan
- CD/VCD/DVD : 2 buah disertai dengan uraian ciptaannya
- Alat peraga : 1 buah disertai dengan buku petunjuknya
- Lagu : 10 buah berupa notasi dan syair
- Drama : 2 buah naskah tertulis atau rekamannya
- Tari (koreografi) : 10 buah gambar atau 2 buah rekamannya
- Pewayangan : 2 buah naskah tertulis atau rekamannya
- Pantonim : 10 buah gambar atau 2 buah rekamannya
- Karya pertunjukkan : 2 buah rekamannya
- Karya siaran : 2 buah rekamannya
- Seni lukis, seni motif, seni batik, seni kaligrafi, logo, dan
gambar: masing-masing 10 lembar berupa foto
- Seni ukir, seni pahat, seni patung, seni kerajinan tangan, dan
kolase: masing-masing 10 lembar berupa foto
- Arsitektur: 1 buah gambar arsitektur
- Peta: 1 buah
- Fotografi : 10 lembar

23
- Sinematografi : 2 buah rekamannya
- Terjemahan : 2 buah naskah yang disertai izin dari pemegang
hak cipta
- Tafsir, saduran, dan bunga rampai: 2 buah naskah
c. Salinan resmi akta pendirian badan hukum atau fotokopiannya yang
dilegalisasi oleh notaris, apabila pemohon adalah badan hukum
d. Fotokopi kartu tanda penduduk dan bukti pembayaran biaya
permohonan Rp. 200.000,- dan khusus untuk program komputer Rp.
300.000,-

3 Untuk permohonan pendaftaran ciptaan yang pemegang hak ciptaannya


bukan si pencipta sendiri, pemohon wajib melampiaskan bukti pengalihan
hak cipta tersebut

Permohonan pendaftaraan Ciptaan24

Permohonan Pendaftaran Ciptaan

24
Ditjen HKI (www.dgip.go.id)

24
1. Mengisi formulir pendaftaran
2. Melampirkan contoh ciptaan dan uraian atas ciptaan yang dimohonkan
3. Melampirkan bukti kewarganegaraan pencipta dan pemegang hak
cipta
4. Melampirkan bukti badan hukum bila pemohon adalah badan hukum
5. Melampirkan surat kuasa bila melalui kuasa membayar biaya
permohonan

Pemeriksaan Tidak lengkap


Dilengkapi
Administrasi
Maks. 3 bulan

Lengkap

Evaluasi Ditolak

Didaftarkan

Pemberian surat
pendaftaran ciptaan
Tarif Biaya Hak Cipta sesuai PP 38/200925

No Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Tarif (Rp)


1 Permohonan pendaftaran suatu ciptaan 200.000
2 Permohonan pendaftaran suatu ciptaan berupa 300.000
program komputer
25
Iswi Hariyani, S.H., M.H., M.H., prosedur mengurus HAKI yang benar, (Yogyakarta: pustaka yustisia,
2010), hlm. 86

25
3 Penerbitan Sertifikat Hak Cipta 100.000
4 Permohonan pencatatan pemindahan ha katas 75.000
suatu ciptaan yang terdaftar dalam daftar umum
ciptaan
5 Permohonan perubahan nama dan alamat suatu 50.000
ciptaan yang terdaftar dalam daftar umum
ciptaan
6 Permohonan petikan tiap pendaftaran ciptaan 50.000
dalam daftar umum ciptaan
7 Pencatatan lisensi Hak Cipta 75.000

 Perlindungan Hukum terhadap Hak Cipta


Pengakuan dan penghormatan atas hak cipta menjadi tidak memadai
apabilatidak diikuti dengan upaya dan tindakan perlindungan hukum. Berkaitan
dengan perlindungan hukum terhadap hak cipta, terlebihdahulu perlu diketahui
mengenai perlindungan hukum pada umumnya.Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-
Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menyatakan bahwa:
Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian
hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. Adapun pengertian
perlindungan hukum tidak diatur secara khusus, akan tetapi SudiknoMertokusumo,
memberikan gambaran terhadap perlindungan hukum,yaitu: Segala upaya yang
dilakukan untuk menjamin adanya kepastian hukum yang didasarkan pada
keseluruhan peraturan atau kaidah-kaidah yang ada dalam suatu kehidupan bersama.
Keseluruhan peraturan itu dapat dilihat baik dari Undang-undang maupun ratifikasi
Konvensi Internasional.26
Perlindungan hukum terhadap suatu ciptaan dimulai sejak ciptaan tersebut ada
atau berwujud, bukan karena pendaftaran. Artinya, suatu ciptaan baik yang terdaftar
maupun yang tidak terdaftar tetap mendapat perlindungan hukum. Hak cipta tidak

26
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Liberty, Yogyakarta,2008, hal.70

26
melindungi ide–ide atau gagasan, tetapi hak cipta melindungi perwujudan ide atau
expression of ideas, dalam hal ini hak cipta melindungi hak cipta yang dapat dilihat,
dibaca dan didengar.Berkenaan dengan persoalan ruang lingkup “ ciptaan atau karya
“ apa saja yang mendapat perlindungan hak cipta adalah ciptaan tersebut dalam
bentuk (karya tersebut dapat dilihat, dibaca, maupun didengar). Hak cipta
dilindungi secara sendiri dengan tidak mengurangi hak cipta atau karya asli.
Berdasarkan keterangan dari Dirjen HKI dalam situsnya menjelaskan bahwa:
Pendaftaran hak cipta bersifat sukarela dan lebih merupakan sebagai alat bukti awal
di pengadilan apabila di kemudian hari timbul sengketa. Apabila terdapat sengketa di
bidang hak cipta terhadap ciptaan yang tidak terdaftar, maka hakim dapat
menentukan siapa yang memiliki hak cipta atas ciptaan yang dipersengketakan
berdasarkan pemeriksaan di muka pengadilan dengan melihat pihak mana yang dapat
menunjukkan sumber dari ciptaannya.
32 UUHC 2002 telah membuka upaya memaksimalkan perlindungan terhadap
hak cipta melalui perubahan status tindak pidana hak cipta dari delik aduan menjadi
delik umum (delik biasa), artinya pihak aparat penegak hukum dapat dengan serta
merta menindak dan memproses pelaku tindak pidana hak cipta tanpa harus
menunggu laporan atau aduan dari masyarakat atau pihak yang merasa dirugikan oleh
pelaku tindak pidana hak cipta. Pasal 33 UUHC 2002 menyebutkan bahwa jangka
waktu perlindunganbagi hak pencipta sebagaimana dimaksud dalam:
a. Pasal 24 ayat (1) berlaku tanpa batas
b. Pasal 24 ayat (2) dan ayat (3) berlaku selama berlangsungnya jangka
waktu hak Cipta atas Ciptaan yang bersangkutan, kecuali untuk
pencantuman dan perubahan nama atau nama samaran Penciptanya.

C. Hak Paten
 Pengertian dan Ruang Lingkup Hak Paten

27
Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada inventor atas
hasil innvensinya dibidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu
melaksanakan sendiri invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada
pihak lain untuk melaksanakannya. Invensi (penemuan) adalah ide inventor yang
dituangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan masalah yang spesifik dibidang
teknologi dapat berupa produk atau proses, atau penyempurnaan dan pengembangan
produk atau proses. Inventor (penemu) adalah seorang yang secara sendiri atau
beberapa orang yang secara bersama-sama melakukan ide yang dituangkan kedalam
kegiatan yang menghasilkan invensi. Pemegang paten adalah inventor sebagai
pemilik atau pihak yang menerima hak tersebut dari pemilik paten atau pihak lain
yang menerima lebih lanjut hak tersebut, yang terdaftar dalam Daftar Umum Paten.
Hak paten, seperti juga Hak Cipta dan Hak Merek juga mengenal adanya
Lisensi, Royalti, dan Hak Prioritas. Lisensi adalah izin yang diberikan pemegang
Paten kepada pihak lain berdasarkan perjanjian pemberian hak untuk menikmati
manfaat ekonomi dari suatu paten yang diberi perlindungan dalam jangka waktu dan
syarat tertentu.pemberian lisensi akan diikuti dengan pembayaran Royalti yang
umumnya dalam bentuk uang kepada pemegang paten selaku pemberi lisensi.
Sedangkan yang dimaksud Hak Prioritas hak pemohon untuk mengajukan
permohonan yang berasal dari Negara yang tergabung dalam Paris Convention for the
Protection of Industrial Property (konvensi paris untuk perlindungan kekayaan
industri) atau Negara yang ikut menandatangani Agreement Establishing the World
Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia atau
WTO) untuk memperoleh pengakuan bahwa tanggal penerimaan di Negara asal
merupakan tangga prioritas di Negara tujuan yang juga anggota salah satu dari kedua
perjanjian itu selama pengajuan permohonan paten dilakukan dalam kurun waktu
yang telah ditentukan berdasarkan Konvensi Paris tersebut.
Hak Paten adalah salah satu bagian dari Hak Kekayaan Industri, sehingga
ruang lingkup Hak Paten berkaitan dengan teknologi industri. Dalam Hukum HAKI
perlindungan Hukum terhadap hasil-hasil ilmu pengetahuan maupun hasil-hasil

28
teknologi digolongkan secara berbeda. Hasil-hasil ilmu pengetahuan dimasukkan
kedalam Hak Cipta, sedangkan hasil-hasil teknologi dimasukkan kedalam Hak
Kekayaan Intelektual (khususnya hak paten).
Perlindungan Hukum terhadapa Hak Paten di Indonesia saat ini telah diatur
dalam UU 14/2001 tentang paten yang merupakan hasil pembaruan lebih lanjut dari
UU paten lama yaitu UU 13/1997 dan UU 6/1989. Selain itu hak di dunia juga
dilindungi berdasarkan perjanjian internasional baik yang sudah diratifikasi maupun
yang belum diratifikasi oleh Negara kita. Jika sudah diratifikasi, maka
konsekuensinya Negara kita harus tunduk pada perjanjian internasional tersebut.
Pengaturan paten secara global diperlukan untuk memperlancar perdagangan dunia.27

 Prosedur Pendaftaran Hak Paten


Setiap Pendaftaran Hak paten hanya dapat diajukan untuk satu invensi atau beberapa
invensi yang merupakan satu kesatuan invensi. Yang dimaksud dengan satu kesatuan invensi
adalah beberapa invensi yang baru dan masih memiliki keterkaitan langkah inventif yang
erat. Pendaftaran hak paten di Indonesia diajukan dengan membayar biaya kepada Ditjen Hak
Kekayaan Intelektual. Pendaftaran hak paten diajukan oleh pendaftar hak paten bukan
inventor. Pendaftaran hak paten tersebut harus disertai pernyataan yang dilengkapi bukti yang
cukup bahwa ia berhak atas invensi tersebut. Pendaftaran hak paten yang bukan inventor
adalah pihak lain yang menerima pengalihan invensi dari inventor.
1. Bukti yang cukup dapat berupa pernyataan dari perusahaan bahwa inventor
adalah karyawannya, atau invensi telah dialihkan dari inventor kepada
perusahaan tempatya bekerja. Inventor dapat meneliti surat permohonan
pendaftaran hak paten yang diajukan oleh yang mendaftarkan hak paten bukan
inventor, dan atas biayanya sendiri inventor dapat meminta salinan dokumen
pendaftaran hak paten tersebut. Ketentuan ini berguna untuk melindungi inventor
dari kemungkinan yang dapat merugikannya.

27
Iswi Hariyani, S.H., M.H., M.H., prosedur mengurus HAKI yang benar, (Yogyakarta: pustaka yustisia,
2010), hlm. 129-131

29
Untuk prosedur paten di dalam negeri disebutkan, bahwa :
Pemohon paten harus memenuhi segala persyaratan.
2. Dirjen HAKI akan mengumumkannya 18 (delapan belas) bulan setelah tanggal
penerimaan permohonan paten.
3. Pengumuman berlangsung selama 6 (enam) bulan untuk mengetahui apakah ada
keberatan atau tidak dari masyarakat.
4. Jika tahap pengumuman ini terlewati dan permohonan paten diterima, maka
pemohon paten berhak mendapatkan hak patennya untuk jangka waktu 20 (dua
puluh) tahun sejak terjadi filling date.
Adapun prosedur pendaftaran yang diberlakukan oleh Dirjen HAKI adalah sebagai
berikut :
1. Permohonan Paten diajukan dengan cara mengisi formulir yang telah
disediakan, dalam Bahasa Indonesia yang kemudian diketik rangkap 4
(empat).
2. Dalam proses pendaftaran paten ini, pemohon juga wajib melampirkan hal-
hal sebagai berikut :
a. Surat Kuasa Khusus, apabila permohonan pendaftaran paten diajukan
melalui konsultan Paten terdaftar selaku kuasa;
b. Surat pengalihan hak, apabila permohonan diajukan oleh pihak lain yang
bukan penemu;
c. Deskripsi, klaim, abstrak serta gambar (apabila ada) masing-masing
rangkap 3 (tiga);
d. Bukti Prioritas asli, dan terjemahan halaman depan dalam bahasa
Indonesia rangkap 4 (empat) (apabila diajukan dengan Hak Prioritas);
e. Terjemahan uraian penemuan dalam bahasa Inggris, apabila penemuan
tersebut aslinya dalam bahasa asing selain bahasa Inggris, dibuat dalam
rangkap 2 (dua);
f Bukti pembayaran biaya permohonan Paten sebesar Rp. 575.000,- (lima
ratus tujuh puluh lima ribu rupiah); dan
g Bukti pembayaran biaya permohonan Paten Sederhana sebesar Rp.
125.000,- (seratus dua puluh lima ribu rupiah) dan untuk pemeriksaan

30
substantif Paten Sederhana sebesar Rp. 350.000,- (tiga ratus lima puluh ribu
rupiah);
h.Tambahan biaya setiap klaim, apabila lebih dari 10 (sepuluh) klaim: Rp.
40.000,- (empat puluh ribu rupiah) per klaim.
3. Penulisan deskripsi, klaim, abstrak dan gambar sebagaimana dimaksud diatas
ditentukan sebagai berikut :
a. Setiap lembar kertas hanya salah satu mukanya saja yang boleh
dipergunakan untuk penulisan dan gambar;
b. Deskripsi, klaim dan abstrak diketik dalam kertas HVS atau yang sejenis
yang terpisah dengan ukuran A-4 (29,7 x 21 cm ) dengan berat minimum 80
gram dengan batas : dari pinggir atas 2 cm, dari pinggir bawah 2 cm, dari
pinggir kiri 2,5 cm, dan dari pinggir kanan 2cm;
c. Kertas A-4 tersebut harus berwarna putih, rata tidak mengkilat dan
pemakaiannya dilakukan dengan menempatkan sisinya yang pendek di
bagian atas dan bawah (kecuali dipergunakan untuk gambar);
d. Setiap lembar deskripsi, klaim dan gambar diberi nomor urut angka Arab
pada bagian tengah atas;
e. Pada setiap lima baris pengetikan baris uraian dan klaim, harus diberi
nomor baris dan setiap halaman baru merupakan permulaan (awal) nomor
dan ditempatkan di sebelah kiri uraian atau klaim;
f. Pengetikan harus dilakukan dengan menggunakan tinta (toner) warna
hitam, dengan ukuran antar baris 1,5 spasi, dengan huruf tegak berukuran
tinggi huruf minimum 0,21 cm;
g. Tanda-tanda dengan garis, rumus kimia, dan tanda-tanda tertentu dapat
ditulis dengan tangan atau dilukis;
h. Gambar harus menggunakan tinta Cina hitam pada kertas gambar putih
ukuran A-4 dengan berat minimum 100 gram yang tidak mengkilap dengan
batas sebagai berikut : dari pinggir atas 2,5 cm, dari pinggir bawah 1 cm, dari
pinggir kiri 2,5 cm, dan dari pinggir kanan 1 cm;
i. Seluruh dokumen Paten yang diajukan harus dalam lembar-lembar kertas
utuh, tidak boleh dalam keadaan tersobek, terlipat, rusak atau gambar yang

31
ditempelkan;
j. Setiap istilah yang dipergunakan dalam deskripsi, klaim, abstrak dan
gambar harus konsisten antara satu dengan lainnya.
4. Permohonan pemeriksaan substantif diajukan dengan cara mengisi formulir
yang telah disediakan untuk itu dalam bahasa Indonesia dengan melampirkan
bukti pembayaran biaya permohonan sebesar Rp. 2.000.000,- (dua juta
rupiah).

Dan berdasarkan penjelasan diatas, setelah terdaftarnya hak paten atas nama
inventornya, maka menimbulkan hak dan kewajiban bagi pemegang paten, dan hak eksklusif
yang akan diperoleh pemegang paten adalah hak untuk melaksanakan sendiri hak paten yang
dimilikinya, memberikan hak lebih lanjut kepada orang lain dan hak untuk melarang orang
lain untuk melaksanakan patennya tanpa adanya persetujuan dari pemegang paten. 28

 Perlindungan Hukum bagi Paten


Proses pengajuan permintaan paten melibatkan pemeriksaan administrarif dan
pemeriksaan substantif. Dalam pemeriksaan administratif, yang dinilai hanyalah
kelengkapan persyaratan administrasinya, sedangkan pemeriksaan substantive yang
dinilai isi dari penemuan tersebut.
Jangka waktu perlindungan paten adalah 20 tahun dan selama jangka waktu
tersebut pemegang paten wajib membayar biaya tahunan pemeliharaan paten setiap
tahunnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Setelah jangka waktu 20 tahun
berakhir, paten dengan sendirinya hapus dan penemuan (merek took buku) tersebut
menjadi milik umum (public domain), yang bebas dilaksanakan oleh siapa saja. Suatu
penemuan dianggap baru jika pada saat pengajuan paten penemuan tersebut tidak
sama atau tidak merupakan bagian dari penemuan terdahulu.
Masa berlakunya paten bergantung pada ketentuan Undang–Undang Paten
masing-masing negara. Ada yang memberikan sampai 20 tahun terhitung mulai

28
Abi Jam'an Kurnia, S.H.,cara mengajukan permohonan paten
https://www.hukumonline.com/klinik/detail

32
diberikannya hak paten. Ada yang memberikan sampai 5, 10, atau 15 tahun, tetapi
pada prakteknya perlindungan paten sekitar 5 tahun sampai 20 tahun. Masa
berlakunya paten menurut 25 UU Paten 2001, sebagaimana yang dimaksud pada
Pasal 8 ayat (1) maka jangka waktu untuk paten biasa adalah 20 tahun terhitung mulai
diberikannya surat paten, dan jangka waktu itu tidak dapat diperpanjang lagi.
Sedangkan jangka waktu untuk paten sederhana sebagaimana yang dimaksud pada
Pasal 9, jangka waktu pelindungannya yaitu 10 tahun dan juga tidak dapat
diperpanjang lagi.
Perjanjian TRIPs mengatur mengenai jangka waktu perlindungan hak-hak
paten, yaitu jangka waktu perlindungan yang tersedia tidak boleh berakhir sebelum
habisnya suatu periode dua puluh tahun terhitung dari tanggal penerimaan. Dalam hal
ini para anggota diminta untuk menentukan jangka waktu perlindungan paten
minimum 20 tahun setelah tanggal penerimaan. Persoalan yang saat ini menjadi
perhatian dunia internasional mengenai paten adalah menyangkut perlindungan
hukum yang diberikan oleh masing-masing negara di dunia. Perlindungan yang
demikian menjadi lebih penting lagi setelah adanya kebijakan berbagai negara
tersebut. Bahkan negara-negara maju sudah mulai terlihat jelas untuk perlidungan
hukum hak atas kekayaan intelektual ini.adanya kerangka WTO sebagai
kelangsungan era GATT, bahwa alih teknologi tidak dapat dilakukan begitu saja
tanpa memperhatikan aspek yuridisnya.
Paten dapat berakhir sebelum jangka waktunya apabila :
1.Selama tiga tahun berturut-turut pemegang paten tidak membayar
biaya tahunan, maka paten dinyatakan batal demi hukum terhitung sejak
tanggal yang menjadi akhir batas waktu kewajiban pembayaran untuk
tahun yang ketiga tersebut.
2.Tidak dipenuhinya kewajiban pembayaran biaya tahunan yang
berkaitan dengan kewajiban pembayaran biaya tahunan untuk tahun
kedelapan belas dan tahun-tahun berikutnya, maka paten dianggap

33
berakhir pada akhir batas waktu kewajiban pembayaran biaya tahunan
untuk tahun yang kedelapan belas tersebut.29

2.6 Sifat dan Dasar Hukum Hak Kekayaan Intelektual (HAKI)


Hukum yang mengatur HAKI bersifat teritorial, pendaftaran ataupun
penegakan HAKI harus dilakukan secara terpisah di masing-masing yurisdiksi
bersangkutan. HAKI yang dilindungi di Indonesia adalah HAKI yang sudah
didaftarkan di Indonesia.
Dasar Hukum HAKI antara lain:
1. Perjanjian Internasional
a. Berne Convention 1883 – Hak Cipta
b. Paris Convention 1886 – Paten, Merek, Desain Industri
c. Perjanjian TRIPs (agreement on Trade Related Aspects of Intellectual
Property Rights) – WTO 1994
d. Dan Konvensi lainnya yang berkaitan dengan Teknis antara lain: WCT,
WPPT,  Madrid Protokol, PCT.
2. Undang-Undang Nasional
a.       UU No. 30 tahun 2000 tentang Rahasia Dagang
b.      UU No. 31 tahun 2000 tentang Desain Industri
c.       UU No. 32 tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
d.      UU No. 14 tahun 2001 tentang Paten
e.       UU No. 15 tahun 2001 tentang Merek
f.       UU no. 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta

Siti Nurhayati, SH. MH., Perlindugan Hukum Bagi Pemegang Hak Paten Menurut Undang-Undang
29

NO. 14 Tahun 2001 Tentang Paten. https://library.pancabudi.ac.id/jurnal_files/

34
Undang-Undang Dan Peraturan Pemerintah Terkait HAKI30

HAKI 1. Keppres Nomor 4 Tahun 2006 tentang


Pembentukan Tim Nasional Penanggulangan
Pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual
2. PP Nomor 2 Tahun 2002 tentang Konsultan HAKI
Hak Cipta UU Nomor 19 Tahun 2002 TENTANG Hak Cipta
Paten 1. UU Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten
2. Perlindungan UU Nomor 14 Tahun 2001 tentang
Paten
3. PP Nomor 27 Tahun 2004 tentang Tata Cara
Pelaksanaan oleh Pemerintah.
Merek 1. UU Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek.
2. PP Nomor 23 Tahun 1993 tentang Tata Cara
Permintaan Pendaftaran Merek.

2.7 Pentingnya Hak Kekayaan Intelektual (HAKI)


Memperbincangkan masalah HAKI bukanlah masalah perlindungan hukum
semata. HAKI juga erat dengan alih teknologi, pembangunan ekonomi, dan martabat
bangsa. Secara umum disepakati bahwa Hak Kekayaan Intelektual (selanjutnya
disebut HAKI) memegang peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi saat ini.
Dalam hasil kajian World Intellectual Property Organization (WIPO) dinyatakan
pula  bahwa HAKI memperkaya kehidupan seseorang, masa depan suatu bangsa
secara material, budaya, dan sosial.
Secara umum ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari sistem HAKI
yang baik, yaitu meningkatkan posisi perdagangan dan investasi, mengembangkan
teknologi,  mendorong perusahaan untuk bersaing secara internasional,  dapat
membantu komersialisasi dari suatu invensi (temuan),  dapat mengembangkan sosial
budaya, dan  dapat menjaga reputasi internasional untuk kepentingan ekspor. Oleh
30
Haris Munandar, M.A.,dkk.,Mengenal HAKI,hak cipta,paten,merek dan seluk-beluknya
(Jakarta:erlangga, 2008) hlm.5

35
karena itu, pengembangan sistem HAKI nasional sebaiknya tidak hanya melalui
pendekatan hukum (legal approach) tetapi juga teknologi dan bisnis (business and
technological approach) dan  sistem perlindungan yang baik terhadap HAKI dapat
menunjang pembangunan ekonomi masyarakat yang menerapkan sistem tersebut.31

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hak Kekayaan intelektual (HAKI) adalah ha katas kekayaan yang timbul atau
lahir karena kemampuan intelektual manusia. Kemampuan intelektual menghasilkan
karya-karya intelektual berupa pengetahuan, seni, sastra teknologi dan lainnya.
Karya-karya intelektual ini dalam menghasilkan membutuhkan tenaga, waktu, serta
biaya sehingga HAKI perlu dilindungi.
Hak Kekayaan intelektual (HAKI) tidak boleh digunakan oleh oranglain tanpa
seizing pemiliknya, kecuali apabila ditentukan oleh undang-undang. Dan dalam
pembahasan ini dapat disimpulkan HAKI adalah bagian penting suatu karya dengan
menghargai hasil karya pencipta yang kreatif dan inovasi agar dapat doterima dan
tidak menjatuhkan hasil karya seseorang seseorang.

3.2 Saran
Pengetahuan tentang HAKI dan perundang-undangannya dimasyarakat masih
kurang dan perlu ditingkatkan, sehingga perlindungan HAKI betul dapat ditegakkan

31
Anak kampung,, Hak Atas Kekayaan Intelektual, http://dinnirwanrusti20.blogspot.com/

36
DAFTAR PUSTAKA

Adrian Sutedi, S.H., M.H. 2010. Hak Atas Kekayaan Inteletual. Sinar Grafika

Iswi Hariyani, S.H., M.H. 2010. Prosedur Mengurus HAKI yang Benar.
Yogyakarta : Pustaka Yustisia

DR. H. Ok. Saidin, S.H., M.Hum. 2015 Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual
Edisi Revisi. Depok : RajaGrafindo Persada

Haris Munandar, MA, Sally Sitanggang, S.H dan Muchtar Pakpahan & Associates.
2008. Mengenal HAKI (hak kekayaan intelektual), Hak Cipta, Paten, Merek dan
Seluk-beluknya. Jakarta. Erlangga

http://fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB%20I%20-%20V
%20SKRIPSI.pdf

https://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl60/cara-mengajukan-permohonan-
paten/

37
https://library.pancabudi.ac.id/jurnal_files/fc98b5f720dbcee81bee0b6feab1cb3695e6a
590_4._Siti_Nurhayati.pdf

http://dinnirwanrusti20.blogspot.com/2014/09/makalah-hak-atas-kekayaan-
intelektual.html

38

Anda mungkin juga menyukai