MAKALAH
“Hukum Ketenagakerjaan”
Disusun Oleh:
Suryanti
11870321389
Venny Oktaviani
11870321909
AKUNTASI II E
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2019
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kam kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita Nabi Muhammad SAW yang nanti-
nantikan syafaatnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas kelimpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Hukum Bisnis yang
berjudul “Hukum Ketenagakerjaan”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari makalah ini supaya menjadi makalah yang lebih baik lagi.Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER i
KATA PENGANTAR ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang iv
B. Rumusan Masalah iv
C. Tujuan iv
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Dasar Hukum 1
B. Hak & Kewajiban Pekerja & Pengusaha 2
C. Undang-undang Ketenagakerjaan 5
D. Sistem Peradilan Hubungan Industrial (PHI) 7
E. Organisasi Pekerja/Buruh 11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan 17
B. Saran 18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini untuk memahami apa yang dimaksud dengan hukum
ketenagakeejaan, bagaimana hukumnya dan bagaimana sistem peradilan dalam
pekerja/ buruh, serta mengetahui tentang sejarah terbentuknya organisasi pekerja atau
buruh di Indonesia dan mengetahui yang mengenai upah tenaga kerja.
iv
BAB II
PEMBAHASAN
1
c. Yang dimaksud orang dewasa (telah cukup umur sebagai tenaga
kerja) ialah mereka laki-laki maupun perempuan yang berumur 18
tahun ke atas (UU No. 12/1948 jo UU No. 1/1951 pasal 1 ayat (1)b)
2
6. Mendapatkan jaminan sosial, kesehatan dan keselamatan kerja
7. Mendapatkan upah yang layak
8. Mendapatkan libur,cuti, istirahat serta memperoleh pembatasan
waktu kerja
9. Melakukan aksi mogok kerja
10. Mendapatkan persoalan jam kerja untuk pekerja perempuan
11. Mendapatkan perlindungan atas pemutusan kerja
12. Melakukan kegiatan buruh di bidang ketenagakerjaan yang tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
3
tepat waktu. (Pasal 88 ayat (1) Undang-undang Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan)
4. Kewajiban memberikan istirahat/cuti. Pihak pengusaha diwajibkan
untuk memberikan istirahat tahunan kepada pekerja secara teratur.
Cuti tahuanan yang lamanya 12 hari kerja (Pasal 79 ayat (2) Undang-
Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan)
5. Kewajiban menyediakan fasilitas kesejahteraan bagi para pekerja
untuk meningkatkan kesejaheraan pekerja penyediaan fasilitas
kesejahteraan dilaksanakan dengan memperhatikan kebutuhan
pekerja da ukuran kemampuan perusahaan. (Pasal 100 ayat (1) dan
(2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan)
6. Pengusaha wajib memberikan kesempatan secukupnya kepada
pekerja untuk melaksanakan ibadah yang diwajibkan oleh agamanya
(pasal 80 UU Ketenagakerjaan)
7. Kewajiban untuk memberitahuakn dan menjelaskan isi serta
memberkan naskah peraturan perusahaan dan perubahannya kepada
pekerja. (Pasal 114 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan)
8. Kewajiban untuk melaksanakan ketentuan waktu kerja. Waktu kerja
yang dimaksud meliputi:
a. 7 jam 1 hari dan 40 jam 1 minggu untuk 6 hari kerja dalam 1
minggu, atau
b. 8jam 1 hari dan 40 jam 1 minggu untuk 5 hari kerja dalam 1
minggu
(Pasal 77 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan)
9. Dalam hal pekerja/buruh di tahan pihak yang berwajib karena di duga
melakukan tindakan pidana bukan atas pengaduan pengusaha, maka
pengusaha tidak wajib memberikan bantuan kepada keluarga
4
pekerja/buruh yang menjadi tanggungannya (psal 160 ayat 1 UU
Ketenagakerjaan)
10. Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum
sebagaimana dimaksud dalam pasal 89 (pasal 90 UU Ketenagakerjaa)
11. Pengusaha wajib membayar upah pekerja/buruh menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku (pasal 91 UU Ketenagakerjaan)
5
5. Ordonansi Tentang Pemulangan Buruh Yang Diterima Atau
Dikerahkan Dari Luar Indonesia (Staatsblad Tahun 1939 Nomor
545)
6. Ordonansi Nomor 9 Tahun 1949 Tantang Pembatasan Kerja
Anak-Anak (Staatsblad Tahun 1949 Nomor 8)
7. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1951 Tentang Pernyataan
Berlakunya Undang-Undang Kerja Thun 1948 Nomor 12 Dari
Republik Indonesia Untuk Seluruh Indonesia (Lembaran Negara
Tahun 1951 Nomor 2)
8. Undang-Undang Nomor21 Tahun 1954 Tentang Perjanjian
Perburuan Antara Serikat Buruh Dan Majikan (Lembaran Negara
Tahun 1934 Nomor 69 Tambahan Lembaran Negara Nomor
598a)
9. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1958 Tantang Penempatan
Tenaga Asing (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 8)
10. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1961 Tantang Wajib Kerja
Sarjana ( Lembaran Negara Nomor 2270)
11. Undang-Undang Nomor 7 Pnps Tahun 1963 Tentang Pencegahan
Pemogokan Dan/Atau Penutupan (Lock Out) Di Perusahaan,
Jawatan, Dan Badan Yang Vital (Lembaran Negara Tahun 1963
Nomor 67)
12. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1969 Tentang Ketentuan
Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja (Lembaran Negara
Tahun 1969 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor
2912)
13. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1997 Tentang
Ketenagakerjaan (Lembara Negara Tahun 1997 Nomor 73,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3702)
14. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1998 Tentang Perubahan
Berlakunya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1997 Tentang
6
Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Tahun 1998 Nomor 184,
Tambahan Lenbaran Negara Nomor 3791)
15. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2000 Tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2000 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11
Tahun 1998 Tentang Perubahan Berlakunya Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 1997 Tentang Ketenagakerjaan Menjadi
Undang-Undang (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 240,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4042)
c. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial. Undang-Undang ini mencabut:
1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1957 tentang Penyelesaian
Perselisihan Perburuan (Lembaran Negara Tahun 1957 Nomor
42, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1227); dan
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1964 tentang Pemutusan
Hubungan Kerja di Perusahaan Swasta (Lembaran Negara Tahun
1964 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2686);
d. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
e. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial
Tenaga Kerja
7
industrial adalah pengadilan khusus yang dibentuk di lingkungan pengadilan
negri. Proposisi ini dapat dihubungkan dengan Pasal 55 Undang-undang Nomor
2 tahun 2004
“hubungan industrial adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para
pelaku dalam proses produksi barang/jasa yang terdiri dari unsur
8
pengusaha,pekerja/buruh, dan pemerintah yang didasarkan pada nilai-nilai
Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”
9
syarat sebagai konsiliator yang ditetapkan oleh mentri untuk bertugas
melakukan mediasi dan mempunyai kewajiban memberikan anjuran
d. Arbitrase adalah penyelesaian suatu perselisihan kepentingan, dan
perselisihan antar serikat pekerja/buruh hanya di dalam satu perusahaan,
diluar pengadilan hubungan industrial melalui kesepakatan tertulis dari
pihak yang berselisih
10
2.5 Organisasi Pekerja/Buruh
11
hak-haknya tidak dipenuhi. Untuk itulah Menteri Tenaga Kerja pada saat
membuka Kongres FBSI II tanggal 30 November 1985 mengkritik sifa federasi
organisasi pekerja ini yang dikatakan meniru model liberal karena itu
disempurnakan, ia juga tidak sependapat dengan istilah buruh yang melekat pada
nama organisasi tersebut dan mengusulkan untuk diganti dengan istilah pekerja
(Rudiono,97:1992).
1. Bersifat kesatuan
2. Mempunyai pengurus sekurang-kurangnya di 20 daerah tingkat I, 100 daerah
tingkat II, dan 1000 di tingkat unit/perusahaan.
12
Perubahan aturan yang memberikan kemudahan bagi pekerja untuk
mendirikan serikat buruh tersebut dalam kenyataannya tidak mendapat
sambutan dari para buruh, sehingga tidak ada organisasi buruh selain SPSI
yang terdaftar. Namun demikian dalam tahun 1993 telah terbentuk 13
pengurus sektor SPSI yang telah tedaftar di Depnaker dengan nomor
pendaftaran 357-369/MEN/1993, anehnya meskipun di tingkat pusat sudah
terbentuk, namun di tingkat daerah apalagi diperusahaan belum bergeming
sama sekali.
13
campur tangan pihak pengusaha maupun pemerintah dengan kata lain
serikat pekerja harus tumbuh dari bawah (battum up policy);
2. Serikat pekerja di tingkat Unit/Perusahaan ini perlu diperkuat untuk
meningkatkan “bergaining position” pekerja, karena serikat pekerja
tingkat unit/perusahaan selain sebagai subyek/ yan membuat
Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) dengan pengusaha, juga sebagai
Lembaga Bipartit;
3. Jika serikat pekerja di tingkat unit/perusahaan ingin menggabungkan
diri dengan serikat pekerja dapat dilakukan melalui wadah federasi
serikat pekerja,
4. Untuk membantu tercapainya hal-hal diatas perlu pemberdayaan
pekerja dan pengusaha. Pekerja perlu diberdayakan untuk
meningkatkann keahlian/keterampilan dan penyandaran tentang anti
pentingnya serikat pekerja sebagai sarana memperjuangkan hak dan
kepentingan dalam rangka peningkatan kesejahteraannya.
14
Dalam Undang-undang No 21 tahun 2000 tentang Serikat
Pekerja/Buruh ditemukan beberapa prinsip dasar yakni:
15
mewakili pekerja/buruh dalam lembaga ketenagakerjaan. Sanksi administratif
dicabut sampai terpenuhinya syarat-syarat seperti yang terdapat dalam pasal 5
Undang-undang
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Dalam pembuatan sebuah makalah pasti ada sesuatu keliruan baik itu dalam
penulisan dan juga mungkin penjabarannya yang kurang baik. Jadi kami sebagai penulis
sangat mengharapkan kritikan dan sarannya agar dapat memperbaiki lagi dalam
penulisan sebuah makalah berikutnya.
17
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Drs. C.S.T Kansil, S.H dan Christine S.T. Kansil, S.H., M.H. 2001,
Hukum Perusahaan Indonesia, Jakarta, PT. Pradnya Paramita
18