Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENDALAMAN AQIDAH AKHLAK

“PERUBAHAN AKIDAH YANG DILAKUKAN RASULULLAH SAW DAN


IMPLEMENTASINYA DALAM MASA KINI”
Dosen Pengampu :Nova Arilawati Ritonga, M.Pd

Di susun oleh :

Nama : inda maulidia 201180189


Anggita Rahayu/ 201180190
Kelas : PAI 6f
Kelompok : 6

PROGRAM STUDY PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan sehari-hari akhlak merupakan hal yang sangat penting dalam
bertingkah laku. Dengan akhlak yang baik seseorang tidak akan terpengaruh pada hal-
hal yang negatif. Dalam agama islam telah diajarkan kepada semua pemeluknya agar
dirinya menjadi manusia yang berguna bagi dirinya serta berguna bagi orang lain.
Manusia yang berakhlak akan dapat menghiasi dirinya dengan sifat kemanusiaan yang
sempurna, menjadi manusia shaleh dalam arti yang sebenarnya, selalu menjaga kualitas
kepribadiannya sesuai dengan tuntunan Allah swt dan Rasul-Nya. orientasi akhlaki
keagamaan merupakan sesuatu yang asasi di dalam pendidikan Islam. Seruan agar
berakhlak mulia, menjunjung tinggi hidayah dan berbudi pekerti luhur sebagaimana
dimuat dalam al-Qur’an, hadits Rasulullah saw dan sumber-sumber primer warisan
budaya Islam melegitimasi keutamaan orientasi tersebut.
Dalam psikologi dikenal dengan teori tabularasa yang menjelaskan bahwa pada
dasarnya manusia yang lahir ke dunia itu bagaikan kertas yang putih bersih yang belum
ada tulisannya, akan menjadi apakah manusia itu kemudian, tergantung dengan apa
yang akan dituliskan diatsanya. Danlingkungan atau pengalaman yang akan menulis,
terutama pendidikan yang merupakan usaha yang cukup mampu untuk membentuk
pribadi individu.1
Secara terminologi, ‘aqa’id ialah jamak dari „aqidah (credo), artinya
kepercayaan. Yaitu sesuatu yang mengharuskan hati membenarkannya, yang membuat
jiwa tenang tentram kepadanya, dan yang menjadi kepercayaan/keyakinan yang bersih
dari bimbang dan ragu.2 Sedangkan ulama‟ fiqh mendefinisikan akidah sebagai berikut:

1
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Andi Offset, 1989), hal. 44.
2
Suyatno Prodjodikoro, Aqidah Islamiyyah dan Perkembangannya, (Yogyakarta: Sumbangsih Offset,
1991), hlm. 29.
Akidah ialah sesuatu yang diyakini dan dipegang teguh, sukar sekali untuk diubah. Ia
beriman berdasarkan dalil-dalil yang sesuai dengan kenyataan, seperti beriman kepada
Allah Swt. para Malaikat Allah, Kitab-kitab Allah, dan Rasul-rasul Allah, adanya kadar
baik dan buruk, dan adanya hari akhir3

B. RUMUSAN MASALAH
1. Akidah masyarakat jahiliyah
2. Akidah Rosulullah SAW
3. Metode Rosulullah SAW dalam melakukan revolusioner akidah masyarkat jahiliyah.
4. Tantangan yang dihadapi Rosulullah SAW
5. Implementasi akidah dan metode perubahan akidah yang dilakukan Rosulullah SAW
dalam konteks kehiidupan kekinian.

BAB II

PEMBAHASAN

3
Muhammad Abdul Qadir Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, terj. H.A. Mustofa, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2008), hlm. 116.
1. Akidah masyarakat jahiliyah
Jahiliyah dalam ahasa arab: ‫جاهلية‬, jahiliyyah) adalah konsep dalam
agama islam yang berarti “ketidaktahuan akan petunjuk ilahi” atau “kondisi ketidaktahuan
akan petunjuk dari Tuhan”. Keadaan tersebut merujuk pada situasi bangsa Arab sendiri,
yaitu pada masa masyarakat arab pra islam sebelum diturunkannya al-Qur’an.
Pada umumnya, pengertian jahiliyyah yang beredar di masyarakat luas adalah
keadaan orang-orang Arab sebelum Islam, karena mereka bodoh terhadap Allah, Rasul
dan syari’at-syari’at-Nya serta mereka berbangga-bangga dengan keturunan, kebesaran
dan lain sebagainya.
Dalam perspektif (pandangan) Al-Qur`an, ”Jahiliyyah” adalah suatu sikap atau
keadaan masyarakat pada umumnya yang bodoh terhadap nilai-nilai Islam, entah mereka
itu bergelar Doktor ataupun Professor sekalipun, bila mereka bodoh terhadap Islam maka
mereka diberi stempel “Jahiliyyah”. Al-Qur`an telah menerangkan tentang sikap
Jahiliyyah ini, diantaranya yaitu ketika Musa a.s menyuruh kaumnya untuk mentaati
perintah Allah agar mereka menyembelih kurban. Namun Apa tanggapan kaumnya
terhadap Musa, “mereka berkata, apakah engkau mengejek kami hai Musa. Musa
menjawab, aku berlindung dari orang-orang yang bodoh.” (al-Baqarah:67)

Ciri-ciri zaman Jahiliyyah :


 Pemerintahan yang bodoh terhadap sistem/aturan dari sang khaliq, yaitu aturan
 Penguasa yang sukanya menindas rakyat, serta mementingkan diri sendiri /golongan.
 Rakyat yang mempunyai moral seperti binatang, siapa yang kuat akan memakan yang
lemah ( hukum rimba ) tidak tahu halal dan haram. bahkan yang haram bisa menjadi halal
dan yang halal menjadi haram

Agama bangsa arab sebelum datangnya Islam (pra Islam) berupa Agama Humanisme
(keunggulan sifat manusia) yang sangat beragam ada yang menyembah Allah, Matahari,
Bulan, Bintang, bahkan Api dan Patung, dan ada juga yang beragama Nasrani dan Yahudi.
Bagi mereka yang menyembah Allah SWT menjadikan berhala sebagai perantara.

Selain kesyirikan, kebiasaan jelek yang mereka lakukan adalah perjudian dan mengundi
nasib dengan 3 anak panah. Caranya dengan menuliskan “ya”, “tidak” dan dikosongkan pada
ketiga anak panah itu. Ketika ingin bepergian misalnya, mereka mengundinya. Jika yang
keluar “ya”, mereka pergi dan jika “tidak”, tidak jadi pergi. Jika yang kosong maka diundi
lagi.

Mereka juga mempercayai berita-berita ahli nujum, peramal dan dukun, serta
menggantungkan nasib melalui burung-burung. Ketika ingin melekukan sesuatu, mereka
mengusir burung. Jika terbang ke arah kanan berarti terus, jika ke arah kiri berarti harus
diurungkan. Selain itu, mereka juga pesimis dengan bulan-bulan tertentu. Misalnya karena
pesimis dengan bulan safar, mereka kemudian merubah aturan haji sehingga tidak
mengijinkan orang luar Makkah untuk haji kecuali dengan memakai pakaian dari mereka.
Jika tidak mendapatkan, maka melakukan thawaf dengan telanjang.

2. Akidah Rosulullah SAW

Pada masa Nabi Muhammad dan Khulafahurrasydin, umat islam bersatu mereka satu
akidah, satu syariah dan satu akhlakul qarimah. Kalau mereka ada perselisihan pendapat
dapat diatasi dengan wahyu dan tidak ada perselisihan diantara mereka. Perkembangan
akidah pada masa Rasulullah SAW, aqidah bukan merupakan disiplin ilmu tersendiri karena
masalahnya sangat jelas dan tidak terjadi perbedaan-perbedaan faham.

Bila terjadi perdebatan haruslah dihadapi dengan nasihat dan peringatan. Berdebat
dengan cara baik dan dapat menghasilkan tujuan dari perdebatan, sehingga terhindar dari
pertengkaran. Sehingga tidak sampai kepada perdebatan dan polemik yang berkepanjangan,
karena Rasul sendiri menjadi penengahnya.

Pada prinsipnya, ada dua karakteristik akidah di masa pembentukan atau pertumbuhan
Islam, yaitu sederhana dan integral. Maksudnya, ajaran-ajaran tentang tauhid disampaikan
secara sederhana tanpa ada pembahasan yang rumit dan bertele-tele.
Dikatakan akidah di masa Rasul Saw.. bersifat integral, karena ajaran itu berhubungan
langsung dengan aspek ibadah dan akhlak. Masalah akidah dibicarakan selalu dalam konteks
ibadah dan akhlak. Begitu pula sebaliknya. Hal ini telah dipraktikkan oleh Nabi Saw.. dan
para sahabat sejak periode Mekkah sampai periode Madinah. Pada masa ini, Tauhid murni
Islam adalah suatu tauhid praktikal (amaliy), yaitu apa yang tersimpan dalam keimanan
mereka, itulah yang tampak pada akhlak tingkah laku mereka yang mulia. Tauhid ini hanya
dapat diambil secara qudwah, yaitu dengan melihat contoh dari seorang insan yang sudah
merealisasikannya, bukan dari sekadar teoriteori ilmiah.

Berikut beberapa penyimpangan akidah pada zaman Rasulullah :

a. Prasangka buruk kaum jahiliyah, sebagaimana firman Allah ketika kaum musyrikin
menang pada perang Uhud. Sebagian kaum Muslimin menyangka bahwa mereka tidak
ditolong oleh Allah Swt dan timbullah anggapan bahwa Islam telah berakhir bersamaan
dengan kalahnya kaum muslimin dari kaum kafir, mereka menyangka yang tidak benar
terhadap Allah seperti sangkaan jahiliyah. Mereka berkata: Apakah ada bagi kita barang
sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?" (QS. Ali Imran :154)
b. Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu)
kesombongan jahiliyah lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan
kepada orang-orang mukmin

3. Metode Rosulullah SAW dalam melakukan revolusioner akidah masyarkat


jahiliyah.
Sebagai kegiatan utama yang dilakukan oleh Rasulullah Muhammad SAW yaitu,
kegiatan dakwah di Makkah Pada masa pra-Islam, kota ini dikenal dengan nama Yastrib.
Menurut Abdussalam Hasyim Hafidz dalam al-Madinah fi al-Tarikh,
Objek dakwah Rasulullah SAW pada awal kenabian adalah masyarakat Arab
Jahiliyah, atau masyarakat yang masih berada dalam kebodohan. Dalam bidang agama,
umumnya masyarakat Arab waktu itu sudah menyimpang jauh dari ajaran agama tauhid,
yang telah diajarkan oleh para rasul terdahulu, seperti Nabi Adam A.S. Mereka umumnya
beragama watsaniatau agama penyembah berhala. Berhala-berhala yang mereka puja itu
mereka letakkan di Ka’bah (Baitullah = rumah Allah SWT).
Di antara berhala-berhala yang termahsyur bernama: Ma’abi, Hubai, Khuza’ah,
Lata, Uzza dan Manar. Selain itu ada pula sebagian masyarakat Arab Jahiliyah yang
menyembah malaikat dan bintang yang dilakukan kaum Sabi’in
Dakwah pada fase Makkah lebih difokuskan pada keesaan Tuhan karena kondisi
masyarakatnya yang belum bertauhid, sehingga Rasulullah merasa perlu untu membina
keyakinan bangsa Arab terutama Makkah ketika itu.Kondisi bangsa Arab sebelum
kedatangan Islam, terutama di sekitar Mekah masih diwarnai dengan penyembahan
berhala sebagai Tuhan, yang dikenal dengan istilah paganisme.
Selain menyembah berhala, di kalangan bangsa Arab ada pula yang menyembah
agama Masehi (Nasrani), agama ini dipeluk oleh penduduk Yaman, Najran, dan Syam. Di
samping itu agama Yahudi yang dipeluk oleh penduduk Yahudi imigran di Yaman dan
Madinah, serta agama Majusi (Mazdaisme), yaitu agama orang-orang Persia. ( Amin,
2010: 63).
Adapun karakteristik dakwah Nabi Muhammad di Makkah dapat dibagi dalam
beberapa hal yaitu:
1. Dakwah dalam Bidang Ketuhanan
Sebagaimana pada uraian di atas, bahwa dakwah di Makkah lebih ditekankan
pada bidang ketauhidan. Hal ini berangkat dari keprihatian rasulullah karena melihat
keberagamaan bangsa Arab terutama penduduk Makkah yang masih musyrik pada
saat itu. Maka kepercayaan masyarakat Makkah akan dikembalikan kepada keyakinan
terhadap keesaan Tuhan (ketauhidan), sehingga patung-patung (berhala) yang
tersebar di Makkah akan dihilangkan sebagai bentuk penyembahan masyarakat
Makkah.
Upaya yang dilakukan oleh rasulullah menyiarkan agama Islam memperoleh
perlawanan yang hebat dari suku quraisy, mereka beranggapan bahwa penyembahan
terhadap berhala ini merupakan kesetiaan terhadap leluhur. Apa yang dilakukan
sekarang merupakan bentuk penghormatan terhadap nenek moyang meraka, sehingga
mereka tidak mau menghianati penyembahan yang sudah ada secara turun temurun.
Rasulullah mengajarkan kepada para sahabatnya agar menyapu bersih segala bentuk
penyekutuan terhadap Allah SWT.
Pada saat Rasulullah mengajarkan akidah kepada para sahabat dan mendidik
mereka dengannya, maka sesungguhnya beliau sedang berupaya mengembangkan
keyakinan hati akan tercermin dalam tingkah laku dan tindakan praktis. Sebab, akidah
bukan hanya sekedar konsep dan pengetahuan yang cukup dimenegrti dan diketahui
akal saja. Karena itu, akidah harus ditanamkan dalam jiwa hingga menjadi sebuah
keyakinan hati yang mampu mempengaruhi seluruh perasaan yang keluar darinya.
Sehingga pada tahap selanjutnya, mampu mempengaruhi seluruh perilaku praktis
manusia (Baihaqy; 462).
2. Dakwah dalam bidang pendidikan
dilakukan rasulullah sejak dini, yaitu beriringan dengan masuknya Islam para
sahabat satu persatu. Disamping dari rumah ke rumah, maka rasul memilih rumah
sahabat al-Arqam bin Abi Arqam dijadikan sebagai tempat pertama penyampaian
dakwah Islam secara berkelompok.
Di tempat inilah dakwah rasulullah dilakukan dengan pendekatan pendidikan. Al-
Buti (1980:94) menyampaikan bahwa dipilihnya rumah al-Arqam sebagai tempat
belajar dan mengajar, karena lokasi rumah tersebut dekat dengan ka’bah, sehingga
memudahkan jama’ah beribadah ke masjidil haram, disamping faktor keamanan
menjadi salah satu alasan. Selain itu, rumah rasulullah juga dijadikan sebagai tempet
pembelajaran, setelah masuknya Umar bin Khattab. Dengan demikian umat Islam
merasa lebih tenang dalam mempelajari agama Islam karena tempat belajar yang
sekarang lebih terbuka dan tidak dirahasiakan lagi.
Menurut Ya’kub (1997: 138-148) setidaknya ada beberapa metode pendidikan
yang digunakan Rasulullah yaitu: Dari beberapa metode pendidikan yang digunakan
oleh rasulullah, yang penting untuk dipahami adalah tumbuhnya kesadaran
masyarakat untuk menerima ajaran Islam yang dibawa oleh rasulullah.
3. Dakwah dalam Bidang Pembinaan
Sebagaimana diketahui bahwa dakwah nabi di Makkah dilaksanakan dalam dua
bentuk yang pertama dakwah dengan cara sembunyi-sembunyi. Ibnu Ishaq
menyebutkan bahwa dakwah secara sembunyi-sembunyi berlangsung selama tiga
tahun pada awal dakwahnya, rasulullah menyampaikan Islam kepada orang yang
paling dekat dengan beliau, anggota keluarganya dan sahabat-sahabat karib beliau.
Disamping tentang ketauhidan, beliau juga mengajarkan tentang kebaikan dan
kebenaran. (al-Mubarokfuri, 2012: 73). Meskipun pada masa itu dakwah masih
dilakukan secara sembunyi-sembunyi, namun ada beberapa hikmah yang dapat
diambil diantaranya:Tidak cepet-cepat membuka konfrontasi fisik dengan
1) kaumnya yang saat itu telah rusak akhlak dan perilaku sosialnya Tidak
menyampaikan pesan dakwah secara terang-
2) terangan, kecuali dalam memberikan peringatan-peringatan umum, yang dapat
dijadikan sebagai jalan untuk membuka hati dan pendengaran masyarakat tentang
perlunya perubahan pada diri mereka. (Shadiq: 595).
Dengan langkah ini diharapkan akan terbuka jalan untuk mempersiapkan kade-
kader inti yang militan dan mampu menjadi penopang dakwah dengan penuh
pengorbanan dan korban semangat jihad.
Pada masa ini, dakwah dilakukan dengan pendekatan personal, yaitu pendekatan
dilakukan dengan cara antara da’i (rasulullah) bertatap muka secara langsung dengan
dengan mad’u (umat sebagai sasaran dakwahnya dalam hal ini adalah kerabat
terdekatnya), sehingga meteri dakwah langsung diterima dan rekasi yang ditimbulkan
dapat langsung diketahui (Sa’ad, 1980: 199).
Jadi, dakwah secara sembunyi yang dilaksanakan pada saat itu merupakan upaya
untuk mengantisipasi terjadinya penganiayaan kaum quraisy dan berbagai cara
mereka untuk menghalangi manusia dari jalan Allah.
Dakwah terang-terangan Setelah selama kurang lebih tiga tahun rasulullah
berdakwah secara sembunyi-sembunyi, maka tibalah berdakwah secara terang-
terangan, yang dimulai setelah turun al-Qur’an Surat Asy-Syu’ara: 214 yang artinya “
Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang dekat” (QS.Asy-
Syu’ara:214).
Dakwah dengan cara terang-terangan ini memperoleh tantangan yang keras dari
suku quraisy. Ibnu Hisyam (I/299-300) menuturkan bahwa ada beberapa cara suku
quraisy menghadap dakwah rasulullah:Ejekan, penghinaan, olok-olok dan
penertawaan.
4. Dakwah dalam bidang Pembinaan
Sistem pembinaan dalam dakwah yang dilakukan oleh rasulullah adalah dengan
sistem kaderisasi dengan membina beberapa sahabat. Kemudian beberapa sahabat
tersebut mengembangkan Islam ke penjuru dunia. Hal ini dimulai dari khulafaur
rasyidin, kemudian generasi sesudahnya. Pembinaan di Makkah lebih difokuskan
pada bidang ketauhidan (keesaan Tuhan), sehingga ayat-ayat yang trurun di Makkah
pada saat itu lebih menekankan pada pembinaan akidah dan ibadah. Ayat-ayat yang
turun biasanya pendek-pendek dan diawali dengan ayat “ yaa ayyuha an-
nasu”.Tahapan pembinaan ini harus dijadikan sebagai ibrah bagi umat pada masa
sekarang.
Pada masa awal-awal perkembangan Islam, masyarakat Islam menampilkan diri
sebagai masyarakat alternatif, yang memberi warna tertentu pada kehidupan
kemanusiaan. Karakter paling penting yang ditampilkan oleh masyarakat Islam ketika
itu adalah keamaian dan aksih sayang ( Muhyiddin, 2002: 108).
Sejumlah karekter lain dari masyarakat Islam Makkah diantaranya adalah rajin
bekerja (pekerja keras), memiliki akidah yang kuat, konsisten dalam beramal serta
setia pada janji. Hal ini semua terjadi karena dibawah kepeminpinan rasulullah
Muhammad SAW.Disamping itu keberhasilan dakwah yang dilakukan oleh rasulullah
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya; adanya konsisten nabi dalam
menggunakan etika dakwah serta penggunaan metode keteladanan / Uswah hasanah.
Kedua faktor inilah yang sangat mempengaruhi keberhasilan dakwah yang
dilakukannya.
4. Tantangan dan Hambatan Dakwah Rasulullah SAW
Ketika Rasulullah mulai melakukan kegiatan dakwah, terutama saat dakwah
secara terang-terangan orang-orang kafir yang tidak suka dengan ajaran Islam semakin
membenci ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW. Lalu, kaum kafir Quraisy
menghambat dan menghalangi dakwah Rasulullah melalui berbagai cara diantaranya:
 Penghinaan, Ancaman dan Siksaan terhadap Rasulullah
Rasulullah dihina sebagai orang gila, tukang sihir, dan lain-lain dengan sebutan
penghinaan. Suatu saat Rasulullah pernah dilempari kotoran domba, rumah beliau juga
dilempari sampah dan kotoran. Untuk mencelakakan beliau, pernah diletakkan duri yang
tajam di depan rumahnya, juga tindakan-tindakan lain yang sangat menyakitkan.
 Penghinaan, Ancaman dan Siksaan terhadap Pengikut Rasulullah
Misalnya penghinaan dan penyiksaan yang ditimpakan kepada Bilal oleh
majikannya. Ia dijemur di tengah terik matahari sambil dilempari batu. Tidak puas,
majikannya pun mencambuknya dan menimpakan batu yang besar di tubuh bilal. Bilal
kemudian diselamatkan oleh Abu Bakar dengan cara dibelinya dari majikannya dengan
harga yang sangat tinggi.
 Bujukan Harta, Kedudukan dan Wanita
Langkah ini dilakukan oleh kafir Quraiys dengan mengutus Utbah bin Rabi’ah
untuk membujuk Rasulullah SAW dengan harta dengan janji berapapun Nabi meminta
maka akan diberikan. Bahkan mereka membujuknya untuk menjadikan Nabi sebagai raja
dan diiming-imingi wanita-wanita yang tercantik di seluruh Arab asalkan Rasulullah
menghentikan kegiatannya menyebarkan agama Islam. Namun semuanya ditolak oleh
Rasulullah.
 Membujuk Nabi untuk Bertukar Sesembahan
Kafir Quraiys menawarkan kepada Nabi untuk saling bertukar sesembahan.
Dimana mereka meminta Nabi untuk menyembah tuhan Latta dan Uzza dalam beberapa
hari, untuk kemudian mereka bersedia menyembah Allah. Namun usaha ini ditolak Nabi.
 Memprovokasi Masyarakat Mekkah
Upaya lain yang dilakukan kafir Quraisy untuk merintangi dakwah Nabi adalah
dengan mempengaruhi masyarakat Quraisy untuk tidak mendengarkan dakwah atau
bacaan-bacaan al-Qur’an, karena disebutkan oleh mereka sebagai jampi-jampi yang
membuat mereka tertenung.
 Mempengaruhi Pimpinan Negara-negara Tetangga untuk Menolak Kehadiran
Islam/Orang Islam
Ini dilakukan misalnya ketika sebagian sahabat Nabi hijrah ke Habsy. Kafir
Quraisy datang menghadap raja mereka yang beragama Nashrani dan menjelaskan
tentang ajaran Islam dengan tidak benar.

\
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Dalam perspektif (pandangan) Al-Qur`an, ”Jahiliyyah” adalah suatu sikap atau keadaan
masyarakat pada umumnya yang bodoh terhadap nilai-nilai Islam, entah mereka itu bergelar
Doktor ataupun Professor sekalipun, bila mereka bodoh terhadap Islam maka mereka diberi
stempel “Jahiliyyah”.

Dikatakan akidah di masa Rasul Saw.. bersifat integral, karena ajaran itu berhubungan
langsung dengan aspek ibadah dan akhlak. Masalah akidah dibicarakan selalu dalam konteks
ibadah dan akhlak. Begitu pula sebaliknya. Hal ini telah dipraktikkan oleh Nabi Saw.. dan para
sahabat sejak periode Mekkah sampai periode Madinah. Pada masa ini, Tauhid murni Islam
adalah suatu tauhid praktikal (amaliy), yaitu apa yang tersimpan dalam keimanan mereka, itulah
yang tampak pada akhlak tingkah laku mereka yang mulia. Tauhid ini hanya dapat diambil
secara qudwah, yaitu dengan melihat contoh dari seorang insan yang sudah merealisasikannya,
bukan dari sekadar teoriteori ilmiah.

Adapun karakteristik dakwah Nabi Muhammad di Makkah dapat dibagi dalam beberapa hal
yaitu:

 Dakwah dalam Bidang Ketuhanan


 Dakwah dalam bidang pendidikan
 Dakwah dalam Bidang Pembinaan
 Dakwah dalam bidang Pembinaan

Tantangan dan Hambatan Dakwah Rasulullah SAW:

 Penghinaan, Ancaman dan Siksaan terhadap Rasulullah


 Penghinaan, Ancaman dan Siksaan terhadap Pengikut Rasulullah
 Bujukan Harta, Kedudukan dan Wanita
 Membujuk Nabi untuk Bertukar Sesembahan
 Memprovokasi Masyarakat Mekkah
 Mempengaruhi Pimpinan Negara-negara Tetangga untuk Menolak Kehadiran
Islam/Orang Islam
DAFTAR PUSTAKA

Farhan Syaddad,https://farhansyaddad.files.wordpress.com/2009/04, diakses tanggal 2


November 2016.

https://infodakwahislam.wordpress.com/2013/02/11/dinamika-dakwah-islam, diakses tanggal 2


November 2016

Irah Wati Murni,https://www.islampos.com/meneladani-dakwah-rasul-2-204003, diakses tanggal


2 November 2016.

Nurfitri Hadi, https://kisahmuslim.com/4552-pengkhianatan-yahudi-bani-qainuqa.html, diakses


tanggal 2 November 2016.

Bimo Walgito,1989, Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta: Andi Offset

Suyatno Prodjodikoro, 1991, Aqidah Islamiyyah dan Perkembangannya, Yogyakarta:


Sumbangsih Offset

Muhammad Abdul Qadir Ahmad, 2008, Metodologi Pengajaran Agama Islam, terj. H.A.
Mustofa, Jakarta: Rineka Cipta,

Anda mungkin juga menyukai