Artinya: “Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada nabi-nabi sebelummu, bahwa
jika engkau betul-betul melakukan kesyirikan, maka sungguh amalmu akan hancur, dan kamu
benar-benar akan termasuk orang-orang yang merugi.” (Q.S. az-Zumar: 65)
Mengingat pentingnya kedudukan aqidah di atas, maka para Nabi dan Rasul
mendahulukan dakwah dan pengajaran Islam dari aspek aqidah, sebelum aspek yang lainnya.
Rasulullah saw berdakwah dan mengajarkan Islam pertama kali di kota Makkah dengan
menanamkan nilai-nilai aqidah atau keimanan, dalam rentang waktu yang cukup panjang,
yaitu selama kurang lebih tiga belas tahun.
Dalam rentang waktu tersebut, kaum muslimin yang merupakan minoritas di Makkah
mendapatkan ujian keimanan yang sangat berat. Ujian berat itu kemudian terbukti menjadikan
keimanan mereka sangat kuat, sehingga menjadi basis atau landasan yang kokoh bagi
perjalanan perjuangan Islam selanjutnya.
Sedangkan pengajaran dan penegakan hukum-hukum syariat dilakukan di Madinah,
dalam rentang waktu yang lebih singkat, yaitu kurang lebih selama sepuluh tahun. Hal ini
menjadi pelajaran bagi kita mengenai betapa penting dan teramat pokoknya aqidah atau
keimanan dalam ajaran Islam.
Aqidah Islam merupakan landasan seluruh ajaran Islam. Di atas keyakinan dasar inilah
dibangun ajaran Islam lainya, yaitu syari’ah (hukum islam) dan akhlaq (moral Islam). Oleh
karena itu, pengamalan ajaran Islam lainya seperti shalat, puasa, haji, etika Islam (akhlak) dan
seterusnya, dapat diamalkan di atas bagunan keyakinan dasar tersebut. Tanpa keyakinan
dasar, pengamalan ajaran agama tidak akan memiliki makna apa-apa.
Akidah Islam berfungsi membentuk kesalehan seseorang di dunia, sebagai modal awal
mencapai kebahagiaan di akhirat. Hal ini secara fungsional terwujud dengan adanya
keyakinan terhadap kehidupan kelak di hari kemudian dan setiap orang
mempertanggungjawabkan perbuatanya di dunia.
Akidah Islam berfungsi menyelamatkan seseorang dari keyakinan-keyakinan yang
menyimpang, seperti bid’ah, khurafat, dan penyelewengan-penyelewengan lainya.
Arti tauhid secara mendasar adalah pengetahuan yang meyakini bahwa sesuatu itu
satu. Dalam ajaran Islam, hal ini berkaitan dengan sifat keesaan Allah, bahwa Allah itu satu.
Di sini, setiap umat Muslim mempercayai bahwa tiada Tuhan selain Allah, Sang Pencipta
semesta alam dan segala isinya yang memiliki semua sifat kesempurnaan.
Selain meyakini sifat keesaan dan kesempurnaan Allah, orang yang mempelajari dan
menerapkan arti tauhid juga meyakini kebenaran setiap ajaran Rasul. Bahwa Rasul
merupakan manusia utusan Allah yang diberikan pengetahuan dan pelajaran agar dapat
disebarluaskan kepada seluruh umat. Dengan begitu, meyakini kebenaran pengetahuan yang
diajarkan Rasul, berarti sudah meyakini keberadaan Allah dan ajaran yang berasal dari-Nya.
Tidak ada keraguan lagi bahwa tauhid memiliki kedudukan yang tinggi bahkan yang
paling tinggi di dalam agama. Tauhid merupakan hak Allah yang paling besar atas hamba-
hamba-Nya, sebagaimana dalam hadits Mu’adz bin Jabal radiyallahu ‘anhu. Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wassallam berkata kepadanya: “Hai Mu’adz, tahukah kamu hak Allah atas
hamba-Nya dan hak hamba atas Allah? Ia menjawab: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih
mengetahui”. Beliau mengatakan: “Hak Allah atas hamba-Nya adalah mereka menyembah-
Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun.” ( HR. Bukhari dan Muslim)
Tauhid merupakan dasar dibangunnya segala amalan yang ada di dalam agama ini.
Rasulullah bersabda: “Islam dibangun di atas lima dasar, bersaksi bahwa tidak ada
sesembahan yang benar kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah, mendirikan
shalat, menunaikan zakat, berhaji dan puasa pada bulan Ramadhan.” (Shahih, HR. Bukhari
dan Muslim dari Abdullah Ibnu Umar)
Tauhid merupakan perintah pertama kali yang kita temukan di dalam Al Qur’an
sebagaimana lawannya (yaitu syirik) yang merupakan larangan paling besar dan pertama kali
kita temukan di dalam Al Qur’an, sebagaimana firman Allah:
َ ْ الَّ ِذي َج َع َل لَ ُك ُم األَر، َُوا َربَّ ُك ُم الَّ ِذي خَ لَقَ ُك ْم َوالَّ ِذينَ ِمن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُون
ض فِ َراشا ً َوال َّس َماء بِنَاء ْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ ا ْعبُد
َوا هّلِل ِ أَندَاداً َوأَنتُ ْم تَ ْعلَ ُمون
ْ ُت ِر ْزقا ً لَّ ُك ْم فَالَ تَجْ َعل
ِ َوأَن َز َل ِمنَ ال َّس َما ِء َما ًء فَأ َ ْخ َر َج بِ ِه ِمنَ الثَّ َم َرا
Artinya: “Hai sekalian manusia, sembahlah Rabb kalian yang telah menciptakan kalian dan
orang-orang sebelum kalian agar kalian menjadi orang-orang yang bertakwa. Yang telah
menjadikan bumi terhampar dan langit sebagai bangunan dan menurunkan air dari langit, lalu
Allah mengeluarkan dengannya buah-buahan sebagai rizki bagi kalian. Maka janganlah kalian
menjadikan tandingan-tandingan bagi Allah”. (Al-Baqarah: 21-22)
Dalil yang menunjukkan hal tadi dalam ayat ini adalah perintah Allah “sembahlah
Rabb kalian” dan “janganlah kalian menjadikan tandingan bagi Allah”.
Fungsi tauhid membebaskan manusia dari perbudakan mental dan penyembahan
kepada semua makhluk Sampai sekarang masih banyak manusia, termasuk umat muslim yang
cenderung mengikuti tradisi dan keyakinan nenek moyangnya. Tidak hanya itu, mereka juga
banyak yang menyerah dan tunduk begitu saja kepada para pemimpin mereka, tanpa daya
fikir kritis serta keberanian untuk mengkritik. Padahal Al- Qur’an telah mengingatkan bahwa
orang- orang yang tidak bersikap kritis terhadap para pemimpin mereka akan kecewa dan
mengeluh di hari akhir.
Mengajarkan emansipasi manusia dari nilai- nilai palsu yang bersumber pada hawa
nafsu, gila kekuasaan, dan kesenangan- kesenangan sensual belaka Suatu kehidupan yang
didedikasikan pada kelezatan sensual, kekuasaan, dan penumpukan kekayaan dapat
mengeruhkan akal sehat dan menghilangkan pikiran jernih.Sebenarnya telah dengan tajam Al-
Qur’an menyindir orang-orang seperti ini.
Sebagai pondasi keimanan yang juga menjamin kebahagiaan dan kesejahteraan hidup
seluruh umat manusia, ketika seluruh ajaran- ajarannya dilaksanakan secara konsisten.
Dengan menjadikan tauhid sebagai pegangan dalam hidup, serta merealisasikan perintah yang
ada, maka akan terwujud suatu kebahagiaan serta kedamaian hidup yang tak terhingga.
Karena telah di tancapkan dalam hati bahwa tidak ada yang memiliki kekuatan maupun
kekuasaan selain Ilahirabbi.
Dengan Tauhid, manusia tidak saja akan bebas dan merdeka, tetapi juga akan sadar
bahwa kedudukannya sama dengan manusia manapun. Tidak ada manusia yang lebih superior
atau inferior terhadap manusia lainnya. Setiap manusia adalah hamba Allah yang berstatus
sama. Jika tidak ada manusia yang lebih tinggi atau lebih rendah daripada mnusia lainnya di
hadapan Allah, maka juga tidak ada kolektivitas manusia, baik sebagai suatu suku bangsa
ataupun suatu bangsa , yang lebih tinggi atau lebih rendah daripada suku bangsa atau bangsa
lainnya. Semuanya berkedudukan sama di hadapan Allah SWT. Yang membedakan hanyalah
tingkat ketakwaan pada Allah SWT.
Fungsi dan Peran Tauhid dalam kehidupan sosial yaitu diantaranya dapat
membebaskan manusia dari perbudakan mental dan penyembahan kepada semua makhluk,
mengajarkan emansipasi manusia dari nilai-nilai palsu, sebagai frame of thought dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sebagai pondasi keimanan yang juga
menjamin kebahagiaan dan kesejahteraan hidup seluruh umat manusia, dan mengajarkan
kepada umat islam supaya menjadikan Allah SWT sebagai pusat kesadaran intelektual
mereka.
https://kumparan.com/berita-terkini/pengertian-fungsi-dan-ruang-lingkup-aqidah-
1vtec1EpWTC/full
https://www.merdeka.com/jateng/mengenal-arti-tauhid-dan-tujuan-mempelajarinya-bantu-
tingkatkan-iman-islam-kln.html
https://rabbani75.wordpress.com/2011/10/13/pengertian-dan-kedudukan-aqidah-dalam-islam/
https://www.gurupendidikan.co.id/aqidah/
https://salafy.or.id/kedudukan-tauhid-dalam-islam-dan-urgensinya/
http://ananurazizah2198.blogspot.com/2017/05/fungsi-dan-peran-tauhid-dalam-
kehidupan.html
63111011_Bab2.pdf
yr9ges1593325957.pdf
BAB II_3.pdf