Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan banyak
nikmat, taufik dan hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik.

Makalah ini telah penulis selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama


dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu saya sampaikan banyak terima
kasih kepada segenap pihak yang telah berkontribusi secara maksimal dalam
penyelesaian makalah ini.

Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa


masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa,
susunan kalimat maupun isi. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati , saya
selaku penyusun menerima segala kritik dan saran yang membangun dari
pembaca. Dengan karya ini, semoga bisa menambah wawasan dan informasi para
pembaca mengenai aqidah, akhlak, ibadah dan muamalah.

Demikian yang bisa saya sampaikan, semoga makalah ini dapat


menambah khazanah ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat nyata untuk
masyarakat luas.

Malang, 18 Agustus 2016

Muh. Tajrin
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………..

A. LATAR BELAKANG …………………………………………………...


B. RUMUSAN MASALAH ………………………………………………...
C. TUJUAN ………………………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………..

 AQIDAH ………………………………………………………………..
 IBADAH ………………………………………………………………..
 AKHLAK ……………………………………………………………….
 MUAMALAH …………………………………………………………..

BAB III PENUTUP ……………………………………………………………...

 KESIMPULAN ………………………………………………………….
 SARAN …………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam merupakan salah satu agama samawi yang meletakkan nilai-
nilai kemanusiaan, atau hubungan personal, interpesonal dan masyarakat
secara Agung dan Luhur, tidak ada perbedaan satu sama lain, keadilan,
relevansi, kedamaian, yang mengikat semua aspek manusia. Karena islam
yang berakar pada kata “salima” dapat diartikan sebagai sebuah
kedamaian yang hadir dalam diri manusia dan itu sifatnya fitrah,
kedamaian, akan hadir. Jika manusia itu sendiri menggunakan dorongan
diri (drive) kearah bagaimana memanusiakan manusia dan memposisikan
dirinya sebagai mahluk ciptaan tuhan yang bukan saja unik tapi juga
sempurna. Namun jika sebaliknya manusia mengikuti nafsu dan tidak
berjalan, seiring fitnah, maka janji tuhan azab dan keinahan akan datang.
Tegaknya aktifitas keislaman dalam hidup dan kehidupan seseorang itulah
yang dapat menerangkan bahwa orang itu memiliki ahlak. Jika seseorang
sudah memahami ahlak maka akan menghasilkan kebiasaan hidup yang
baik.
Nilai suatu ilmu ditentukan oleh kandungan ilmu tersebut. Semakin
besar nilai manfaatnya, semakin penting ilmu tersebut untuk dipelajari.
Ilmu yang paling utama adalah ilmu yang mengenalkan kita kepada Allah
SWT, Sang Pencipta. Sehingga orang yang tidak kenal Allah SWT adalah
orang yang bodoh, karena tidak ada orang yang lebih bodoh dari pada
orang yang tidak mengenal penciptanya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Aqidah, ibadah, akhlak, dan Muamalah?
2. Bagaimana hubungan antara Aqidah, ibadah, akhlak, dan Muamalah?
3. Contoh perilaku muslim yang sebenar-benarnya dalam bidang Aqidah,
ibadah, akhlak, dan Muamalah?
C. Tujuan
1. Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan Aqidah, ibadah, akhlak,
dan Muamalah?
2. Dapat mengetahui hubungan antara Aqidah, ibadah, akhlak, dan
Muamalah?
3. Dapat menegtahui contoh perilaku muslim yang sebenar-benarnya
dalam bidang Aqidah, ibadah, akhlak, dan Muamalah?
BAB II

PEMBAHASAN

Aqidah

Pengertian Aqidah

Aqidah menurut etimologi berasal dari kata al-aqdu, yang bermakna ikatan
atau janji atau simpul yang kuat. Sedangkan menurut terminology mempunyai dua
sudut tinjau yaitu :

 Secara umum : Aqidah adalah sebuah ketetapan akal yang bersifat pasti,
baik Hukum tersebut bersifat benar ataupun batil. Kalau ketetapan akal
sesuai dengan kenyataan dan sesuai dengan wahyu Allah maka dia
dinamakan aqidah yang benar (Aqidah Ash-shahihah) dan akan
melahirkan keselamatan dari siksa Allah, dan kebahagiaan dunia akhirat,
seperti keyakinan kaum muslimin akan keEsa`an Allah. Dan jika
ketetapan tersebut tidak sesuai dengan kenyataan dan bertentangan dengan
Wahyu Allah maka dinamakan aqidah yang batil dan akan melahirkan
siksa bagim pemeluknya di dunia dan akhirat, seperti keyakinan orang
Nasrani yang menyatakan Allah itu salah satu dari tiga sembahan (trinitas).
 Secara khusus : Aqidah bermakna aqidah Islam, yaitu keimanan yang
pasti kepada Allah, para Malaikat, kitab-kitab-Nya, Rosul-rosul-Nya,
kepada Hari kiamat, serta takdir yang baik dan yang buruk. Serta beriman
pada semua yang datang dari Alqur`an dan Assunah yang shahih berupa
pokok-pokok agama, perintah dan larangan-Nya. Serta beriman dengan
semua yang disepakati oleh para pendahulu yang shaleh dan berserah diri
kepada Allah, dan ta`at pada Rasullulah SAW. Dengan kata lain makna
Aqidah secara khusus adalah sesuatu yang mengharuskan hati
membenarkannya, yang membuat jiwa tenang dan menjadi kepercayaan
yang bersih dari kebimbangan dan keragu-raguan. Aqidah didalam
Alqur`an disebut dengan iman yang artinya, membenarkan dalam hati,
mengucapkan dengan lisan dan melaksanakan dengan amal perbuatan.
Allah berfirman dalm surat dalam surat Annisa ayat 136 artinya: “Hai
orang-orang yang beriman Tetaplah beriman kepada Allah dan Rasulnya,
dan kepada kitab-kitab yang Allah Turunkan kepada Rasulnya, serta kitab
yang Allah turunkan sebelum-sebelumnya. Barang Siapa yang kafir
kepada Allah, malaikatNya, kitabNya,Rasul rasulnya Hari Kemudian,
maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya”.

Sumber Aqidah Islam

Aqidah Islam adalah sesuatu yang bersifat tauqifi, artinya suatu ajaran
yang hanya dapat ditetapkan dengan adanya dalil dari Allah dan Rasul-Nya.
Maka, sumber ajaran aqidah Islam adalah terbatas pada al-Quran dan Sunnah saja.
Sebab tidak ada seorangpun yang mengetahui tentang Allah, tentang apa-apa yang
wajib bagiNya dan apa yang harus disucikan dariNya melainkan Allah sendiri.
Dan tidak ada seorangpun selain Allah yang lebih mengetahui tentang Allah selain
Rasulullah Muhammad SAW.

Kedudukan Aqidah Dalam Islam

Dalam ajaran Islam, aqidah memiliki kedudukan yang sangat penting.


Ibarat suatu bangunan, aqidah adalah pondasinya, sedangkan ajaran Islam yang
lain, seperti ibadah dan akhlaq, adalah sesuatu yang dibangun di atasnya. Rumah
yang dibangun tanpa pondasi adalah suatu bangunan yang sangat rapuh. Tidak
usah ada gempa bumi atau badai, bahkan untuk sekedar menahan atau
menanggung beban atap saja, bangunan tersebut akan runtuh dan hancur
berantakan.

Maka, aqidah yang benar merupakan landasan (asas) bagi tegak agama (din) dan
diterimanya suatu amal. Allah SWT berfirman,

َ ُ‫أَ َحداا َر ِِّب ِه ِب ِعبَادَةِ َوالَيُش ِرك‬.


‫صا ِل احا َع َملا فَليَع َمل َر ِِّب ِه ِلقَآ َء يَر ُجوا َكانَ فَ َمن‬
Artinya: “Maka barangsiapa mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya (di
akhirat), maka hendaklah ia beramal shalih dan tidak menyekutukan seorang pun
dalam beribadah kepada Tuhannya” (Q. S. Al – Kahfi: 110)

Allah SWT juga berfirman,

‫ى َولَقَد‬ ِ ُ ‫ط َّن أَش َركتَ لَئِن قَبلِكَ ِمن الَّذِينَ َو ِإلَى ِإ َليكَ أ‬
َ ‫وح‬ َ ‫الخَا ِس ِرينَ ِ ِّمنَ َولَت َ ُكون ََّن َع َملُكَ لَ َيح َب‬.

Artinya: “Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada nabi-nabi


sebelummu, bahwa jika engkau betul-betul melakukan kesyirikan, maka sungguh
amalmu akan hancur, dan kamu benar-benar akan termasuk orang-orang yang
merugi” (Q.S. az-Zumar: 65)

Mengingat pentingnya kedudukan aqidah di atas, maka para Nabi dan


Rasul mendahulukan dakwah dan pengajaran Islam dari aspek aqidah, sebelum
aspek yang lainnya. Rasulullah salallahu `alaihi wasalam berdakwah dan
mengajarkan Islam pertama kali di kota Makkah dengan menanamkan nilai-nilai
aqidah atau keimanan, dalam rentang waktu yang cukup panjang, yaitu selama
kurang lebih tiga belas tahun. Dalam rentang waktu tersebut, kaum muslimin yang
merupakan minoritas di Makkah mendapatkan ujian keimanan yang sangat berat.
Ujian berat itu kemudian terbukti menjadikan keimanan mereka sangat kuat,
sehingga menjadi basis atau landasan yang kokoh bagi perjalanan perjuangan
Islam selanjutnya. Sedangkan pengajaran dan penegakan hukum-hukum syariat
dilakukan di Madinah, dalam rentang waktu yang lebih singkat, yaitu kurang lebih
selama sepuluh tahun. Hal ini menjadi pelajaran bagi kita mengenai betapa
penting dan teramat pokoknya aqidah atau keimanan dalam ajaran Islam.

Ruang Lingkup Aqidah Islam

Ruang lingkup aqidah Islam meliputi :

 Illahiyat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan


dengan ketuhanan (Allah SWT), nama-nama dan sifat Allah, perbuatan-
perbuatan Allah dan lain-lain.
 Nubuat, Yaitu membahas tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan nabi dan rasul, pembicaraan mengenai kitab-kitab Allah, mukjizat,
wahyu dan lain-lain.
 Ruhaniyyat, yaitu pembahasan tetntang segala sesuatu yang berhubungan
dengan alam metafisika, seperti halnya malaikat, jin, setan, roh, iblis dan
lain-lain.
 Sam'iyyat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya dapat
diketahui melalui sami' (dalil naqli al Qur'an dan sunnah), seperti
pembahasan tentang alam kubur, akhirat, tanda-tanda kiamat, alam barzah,
surga, neraka, dan lain-lain.

Prinsip – Prinsip Aqidah Dalam Agama Islam

1) Iman kepada Allah


2) Iman kepada malaikat
3) Iman kepada kitab suci
4) Iman kepada Nabi dan Rasul
5) Iman kepada hari akhir
6) Iman kepada qada’ dan qadar

Bahaya Penyimpangan Pada Aqidah

Penyimpangan pada aqidah yang dialami oleh seseorang berakibat fatal


dalam seluruh kehidupannya, bukan saja di dunia tetapi berlanjut sebagai
kesengsaraan yang tidak berkesudahan di akherat kelak. Dia akan berjalan tanpa
arah yang jelas dan penuh dengan keraguan dan menjadi pribadi yang sakit
personaliti. Biasanya penyimpangan itu disebabkan oleh sejumlah faktor
diantaranya :

 Tidak menguasainya pemahaman aqidah yang benar karena kurangnya


pengertian dan perhatian. Akibatnya berpaling dan tidak jarang menyalahi
bahkan menentang aqidah yang benar.
 Fanatik kepada peninggalan adat dan keturunan. Karena itu dia menolak
aqidah yang benar. Seperti firman Allah SWT tentang ummat terdahulu
yang keberatan menerima aqidah yang dibawa oleh para Nabi dalam Surat
Al-Baqarah 170 yang artinya : "Dan apabila dikatakan kepada mereka,
"Ikutlah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak),
tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan)
nenek moyang kami." (Apabila mereka akan mengikuti juga), walaupun
nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak
mendapat petunjuk"
 Taklid buta kepada perkataan tokoh-tokoh yang dihormati tanpa melalui
seleksi yang tepat sesuai dengan argumen Al-Qur'an dan Sunnah.
Sehingga apabila tokoh panutannya sesat, maka ia ikut tersesat.
 Berlebihan (ekstrim) dalam mencintai dan mengangkat para wali dan
orang sholeh yang sudah meninggal dunia, sehingga menempatkan mereka
setara dengan Tuhan, atau dapat berbuat seperti perbuatan Tuhan. Hal itu
karena menganggap mereka sebagai penengah/arbiter antara dia dengan
Allah. Kuburan-kuburan mereka dijadikan tempat meminta, bernadzar dan
berbagai ibadah yang seharusnya hanya ditujukan kepada Allah. Demikian
itu pernah dilakukan oleh kaumnya Nabi Nuh AS ketika mereka
mengagungkan kuburan para sholihin. Lihat Surah Nuh 23 yang artinya :
"Dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan penyembahan) Wadd,
dan jangan pula Suwa', Yaghuts, Ya'uq dan Nasr"
 Lengah dan acuh tak acuh dalam mengkaji ajara Islam disebabkan silau
terhadap peradaban Barat yang materialistik itu. Tak jarang
mengagungkan para pemikir dan ilmuwan Barat serta hasil teknologi yang
telah dicapainya sekaligus menerima tingkah laku dan kebudayaan
mereka.
 Pendidikan di dalam rumah tangga, banyak yang tidak berdasar ajaran
Islam, sehingga anak tumbuh tidak mengenal aqidah Islam. Pada hal Nabi
Muhammad SAW telah memperingatkan yang artinya : "Setiap anak
terlahirkan berdasarkan fithrahnya, maka kedua orang tuanya yang
meyahudikannya, menashranikannya, atau memajusikannya" (HR:
Bukhari).
Apabila anak terlepas dari bimbingan orang tua, maka anak akan
dipengaruhi oleh acara / program televisi yang menyimpang,
lingkungannya, dan lain sebagainya.

Tidak ada jalan lain untuk menghindar bahkan menyingkirkan pengaruh


negatif dari hal-hal yang disebut diatas adalah mendalami, memahami dan
mengaplikasikan Aqidah Islamiyah yang shahih agar hidup kita yang sekali dapat
berjalan sesuai kehendak Sang Khalik demi kebahagiaan dunia dan akherat kita,
Allah SWT berfirman dalam Surah An-Nisa' 69 yang artinya : "Dan barangsiapa
yang menta'ati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan
orang-orang yang dianugerahi ni'mat Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiqin,
orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh. Dan mereka itulah teman
yang sebaik-baiknya"

IBADAH

Pengertian Ibadah

 Secara bahasa ibadah berarti mematuhi, tunduk, berdo’a. Hal ini


ditemukan penjelasannya dalam Al-Qur’an Surah yaasin ayat 60 yang
berbunyi :

٦٠ ‫ين‬ َ َٰ ‫ش ۡي‬
ّٞ ‫ُّو ُّم ِب‬ٞ ‫ط َۖنَ ِإنا ۥهُ لَ ُك ۡم َعد‬ ‫۞أَلَ ۡم أ َ ۡع َه ۡد ِإلَ ۡي ُك ۡم َٰ َي َب ِن ٓي َءادَ َم أَن اَّل ت َعۡ بُد ُواْ ٱل ا‬

Artinya : “Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam


supaya kamu tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah
musuh yang nyata bagi kamu”
 Sedangkan pengertian ibadah menurut istilah adalah kepatuhan kepada
dzat yang memiliki puncak keagungan, Tuhan Yang Maha Esa. Ibadah
mencakup segala bentuk kegiatan yang dilakukan oleh setiap mukmin
muslim dengan tujuan untuk mencari keridhaan Allah SWT.
 Sedangkan dalam pengertian yang lebih khusus, ibadah adalah segala
kegiatan yang semua ketentuannya telah ditetapkan oleh nash didalam Al-
Qur’an dan hadits.

Dari aspek pelaksanaan, ibadah dapat dikategorisasikan menjadi tiga :

1. Ibadah Jasmaniyah Ruhiyah, yaitu ibadah yang pelaksanaannya


memerlukan kegiatan dan kekuatan fisik disertai jiwa yang penuh ikhlas
dan khusyu kepada Allah SWT.
2. Ibadah Ruhaniyah Maliyah, yaitu ibadah yang pelaksanaannya berkaitan
dengan harta seperti zakat
3. Ibadah Jasmaniyah Ruhaniyah Maliyah, yaitu ibadah yang pelaksanaannya
disamping memerlukan kekuatan fisik dan mental, juga memerlukan
materi seperti haji.

Dasar Hukum Ibadah

Didalam Al-Qur’an terdapat penjelasan bahwa penciptaan manusia oleh Allah


tidak mengandung maksud lain kecuali agar mereka menyembah Allah

ِ ‫نس إِ اَّل ِليَعۡ بُد‬


٥٦ ‫ُون‬ ِ ۡ ‫َو َما َخلَ ۡقتُ ۡٱل ِج ان َو‬
َ ‫ٱۡل‬

Artinya : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku”

Macam Macam Ibadah

Ibadah terbagi dalam empat macam berdasarkan : khusus-umum, pelaksanaan,


kepentingan pribadi dan masyarakat, bentuk dan sifatnya.

Dari segi umum dan khususnya, ibadah terbagi kepada :


 Ibadah khusus : Ibadah yang ketentuannya telah ditetapkan oleh nash Al-
Qur’an atau Hadits seperti shalat, puasa, haji. Ibadah yang siffatnya
khusus tidak menerima penambahan
 Ibadah umum : Semua perbuatan baik / terpuji yang terlaksana oleh
manusia mukmin-muslim dengan niat ibadah dan diamalkan semata-mata
karena Allah SWT.

Dari segi pelaksanaannya, ibadah terbagi kepada :

 Ibadah Jasmaniyah dan Ruhaniyah, yaitu ibadah yang dilasanakan dengan


menggunakan jasmani dan ruhani seperti shalat dan puasa
 Ibadah Ruhaniyah dan maliyah, yaitu ibadah yang dilaksanakan dengan
menggunakan jasmani, ruhani, dan harta sekaligus, seperti haji.

Dari segi pribadi dan masyarakatnya, ibadah terbagi kepada :

 Ibadah fardhi : ibadah yang dapat dilaksanakan secara perseorangan


seperti shalat dan puasa.
 Ibadah Ijtima’i : Ibadah yang dilaksanakan dalam rangka memenuhi
kebutuhan sosial kemasyarakatan, seperti zakat dan haji.

Dari segi bentuk dan sifatnya, ibadah terbagi kepada :

1. Ibadah yang terdiri atas perkataan seperti berdzikir, tahlil, shalawat, dan
sebagainya
2. Ibadah yang sudah terinci perkataan dan perbuatannya seperti shalat,
zakat, puasa dan haji.
3. Ibadah yang tidak ditentukan pelaksanaannya, seperti menolong orang
lain, berjihad, membela diri, mendirikan madrasah, masjid, dan sebaginya
4. Ibadah dalam bentuk menahan diri seperti puasa, ihram, i’tikaf
5. Ibadah yang sifatnya menggugurkan hak, seperti membebaskan seseorang
dari kewajiban membayar hutangnya kepada kita, memaafkan kesalahan
yang dilakukan orang lain kepada kita, dan sebagainya.
Tujuan Ibadah

Tujuan Allah dalam menciptakan manusia sangat jelas dalam Al-Qur’an


sebagaimana tertera dalam Al-Qur’an Surah Al-Mu’minun ayat 115 :

١١٥ َ‫أَفَ َحس ِۡبت ُ ۡم أَنا َما َخلَ ۡق َٰنَ ُك ۡم َع َب ٗثا َوأَنا ُك ۡم ِإلَ ۡينَا ََّل ت ُ ۡر َجعُون‬

Artinya : “Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan


kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada
Kami”

AKHLAK

Pengertian Akhlak

Disebutkan bahwa akhlak adalah buah dari keimanan dan keistiqomahan


seseorang dalam menjalankan ibadah baca istiqomah dalam islam dan cara agar
tetap istiqomah dijalan Allah). Akhlak yang kita ketahui tersebut memiliki
pengertian baik secara bahasa maupun secara istilah. Selain itu ada beberapa
ulama yang juga menjabarkan pengertian akhlak sebagaimana ibnu Miskawaih
menyebutkan bahwa akhlak adalah keadaan jiwa atau sifat seseorang yang
medorong melakukan sesuatu tanpa perlu mempertimbangkannya terlebih dahulu.

 Secara bahasa
Kata akhlak secara bahasa verasal dari bahasa Arab “Al Khulk” yang
diartikan sebagai perangai, tabiat. Budi pekerti, dan sifat seseorang. Jadi
akhlak seseorang diartikan sebagai budi pekerti yang dimiliki oleh
seseorang terkait dengan sifat-sifat yang ada pada dirinya. (baca istri-istri
nabi muhammad dan sifatnya)
 Secara istilah
Kata akhlak menurut istilah khususnya dalam islam diartikan sebagai sifat
atau perangai seseorang yang telah melekat dan biasanya akan tercermin
dari perilaku orang tersebut. Seseorang yang mmeiliki sifat baik biasanya
akan memiliki perangai atau akhlak yang baik juga dan sebaliknya
seseorang yang memiliki perangai yang tidak baik cenderung memiliki
akhlak yang tercela. Kata akhlak disebutkan dalam firman Allah pada ayat
berikut ini

َ ‫إِنَّا أَخلَصنَاهُم بِخَا ِل‬


‫ص ٍة ذِك َرى الد َِّار‬

Artinya : “Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan


(menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu
mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat” (QS Shad : 46)

Golongan Akhlak

Akhlak sendiri dibedakan menjadi dua golongan yakni akhlak terpuji atau
akhlakul karimah dan akhlak tercela atau akhlakuk mazmumah.

 Akhlak Terpuji
Diantara beberapa akhlak terpuji yang seharusnya dimiliki oleh seorang
muslim adalah kesopanan, sabar, jujur, derwaman, rendah hati, tutur kata
yang lembut dan santun, gigih, rela berkorban, adil, bijaksana,tawakal dan
lain sebagainya. Seseorang yang mmeiliki akhlak terpuji biasanya akan
selalu menjaga sikap dan tutur katanya kepada orang lain dan merasa
bahwa dirinya diawasi oleh Allah SWT. (baca cara meningkatkan akhlak
terpuji)

 Akhlak tercela
Akhlak tercela adalah akhlak yang harus dijauhi oleh muslim karena dapat
mendatangkan mudharat baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain.
Contoh akhlak tercela diantaranya adalah dusta (baca bahaya berbohong
dan hukumnya dalam islam), iri, dengki, ujub, fitnah, sombong, bakhil,
tamak, takabur, hasad, aniaya, ghibah, riya dan sebagainya.
Keutamaan Akhlak Dalam Islam

Telah disebutkan sebelumnya pengertian tentang akhlak dan sebagai umat


muslim kita tahu bahwa akhlak memiliki kedudukan yang tinggi dalam agama
islam. Beberapa keutamaan mmeiliki akhlak yang terpuji antara lain :

1. Berat timbangannya diakhirat


Seseorang yang memiliki akhlak terpuji disebutkan dalam hadits bahwa ia
akan memiliki timbangan yang berat kelak dihari akhir atau kiamat dimana
semua amal manusia akan ditimbang, sebagaimana sabda Rasulullah SAW
berikut :
“Tidak ada sesuatu yang diletakkan pada timbangan hari kiamat yang
lebih berat daripada akhlak yang mulia, dan sesungguhnya orang yang
berakhlak mulia bisa mencapai derajat orang yang berpuasa dan shalat”
[HR Tirmidzi]
2. Dicintai Rasul SAW
Rasul SAW diutus tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak
manusia didunia. Dan tentu saja Rasul SAW sendiri mencintai manusia
yang mmeiliki akhlak yang baik. Dari Jabir RA; Rasulullah SAW
bersabda :
“Sesungguhnya yang paling aku cintai dari kalian dan yang paling dekat
tempatnya dariku di hari kiamat adalah yang paling mulia akhlaknya, dan
yang paling aku benci dari kalian dan yan paling jauh tempatnya dariku
di hari kiamat adalah yang banyak bicara, angkuh dalam berbicara, dan
sombong” [Sunan Tirmidzi: Sahih]
3. Memiliki kedudukan yang tinggi
Dalam suatu hadits disebutkan bahwa seseorang yang memiliki akhlak dan
budi pekerti yang mulia memiliki kedudukan yang tinggi diakhirat kelak.
Rasul SAW bersabda :
“Tidak ada kemelaratan yang lebih parah dari kebodohan dan tidak ada
harta (kekayaan) yang lebih bermanfaat dari kesempurnaan akal. Tidak
ada kesendirian yang lebih terisolir dari ujub (rasa angkuh) dan tidak ada
tolong-menolong yang lebih kokoh dari musyawarah. Tidak ada
kesempurnaan akal melebihi perencanaan (yang baik dan matang) dan
tidak ada kedudukan yang lebih tinggi dari akhlak yang luhur. Tidak ada
wara’ yang lebih baik dari menjaga diri (memelihara harga dan
kehormatan diri), dan tidak ada ibadah yang lebih mengesankan dari
tafakur (berpikir), serta tidak ada iman yang lebih sempurna dari sifat
malu dan sabar” (HR. Ibnu Majah dan Ath-Thabrani)
4. Dijamin rumah disurga
Memiliki akhlak yang mulia sangat penting bagi seorang muslim dan
keutamaan memiliki akhlak mulia sangatlah besar. Dalamsebuah hadits
disebutkan bahwa Rasul menjamin seseorang sebuah rumah disurga
apabila ia memiliki akhlak yang mulia. Dari Abu Umamah ra; Rasulullah
SAW bersabda :
“Saya menjamin sebuah rumah tepi surga bagi orang meninggalkan debat
sekalipun ia benar, dan sebuah rumah di tengah surga bagi orang yang
tidak berbohong sekalipun hanya bergurau, dan rumah di atas surga bagi
orang yang mulia akhlaknya” [HR Abu Daud]

MUAMALAH

Pengertian Muamalah

 Dari segi bahasa, muamalah berasal dari kata aamala, yuamilu, muamalat
yang berarti perlakuan atau tindakan terhadap orang lain, hubungan
kepentingan. Kata-kata semacam ini adalah kata kerja aktif yang harus
mempunyai dua buah pelaku, yang satu terhadap yang lain saling
melakukan pekerjaan secara aktif, sehingga kedua pelaku tersebut saling
menderita dari satu terhadap yang lainnya.
 Pengertian Muamalah dari segi istilah dapat diartikan dengan arti yang
luas dan dapat pula dengan arti yang sempit. Di bawah ini dikemukakan
beberapa pengertian muamlah;
Menurut Louis Ma’luf, pengertian muamalah adalah hukum-hukum syarat
yang berkaitan dengan urusan dunia, dan kehidupan manusia, seperti jual beli,
perdagangan, dan lain sebagainya. Sedangkan menurut Ahmad Ibrahim Bek,
menyatakan muamalah adalah peraturan-peraturan mengenai tiap yang
berhubungan dengan urusan dunia, seperti perdagangan dan semua mengenai
kebendaan, perkawinan, thalak, sanksi-sanksi, peradilan dan yang berhubungan
dengan manajemen perkantoran, baik umum ataupun khusus, yang telah
ditetapkan dasar-dasarnya secara umum atau global dan terperinci untuk dijadikan
petunjuk bagi manusia dalam bertukar manfaat di antara mereka.

Dalam arti yang sempit adalah pengertian muamalah yaitu muamalah


adalah semua transaksi atau perjanjian yang dilakukan oleh manusia dalam hal
tukar menukar maupun dalam hal utang piutang.

Allah SWT berfirman dalam surat Al Baqarah Ayat 280 yang berbunyi

Artinya : “Dan jika (orang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah
tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua
utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui”

Dari berbagai pengertian muamalah tersebut, dipahami bahwa muamalah


adalah segala peraturan yang mengatur hubungan antara sesama manusia, baik
yang seagama maupun tidak seagama, antara manusia dengan kehidupannya, dan
antara manusia dengan alam sekitarnya. Dan Allah SWT juga memerintahkan
manusia untuk berinterksi dan bermuamalah dengan cara bertebaran di muka
bumi untuk mencari rezki Allah. Sebagaiman Allah SWT berfirman dalam surat
Al Jumah ayat : 10

Artinya : “Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di


muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya
kamu beruntung”
Hubungan Antara Aqidah, Ibadah, Muamalah, dan Ahklak

Hubungan Aqidah dengan Akhlak

Aqidah merupakan suatu keyakinan hidup yang dimiliki oleh manusia.


Keyakinan hidup inidiperlukan manusia sebagai pedoman hidup untuk
mengarahkan tujuan hidupnya sebagai mahluk alam. Pedoman hidup ini dijadikan
pula sebagai pondasi dari seluruh bangunan aktifitas manusia.

“Aqidah sebagai dasar pendidikan akhlak“ Dasar pendidikan akhlak bagi


seorang muslim adalah aqidah yang benar terhadap alam dan kehidupan, Karena
akhlak tersarikan dari aqidah dan pancaran dirinya. Oleh karena itu jika seorang
beraqidah dengan benar, niscahya akhlaknya pun akan benar, baik dan lurus.
Begitu pula sebaliknya, jika aqidah salah maka akhlaknya pun akan salah.

Ilmu yang menjelaskan baik dan buruk, menjelaskan yang seharusnya


dilakukan manusia kepada yang lainya, yang disebut dengan akhlak. Dengan
akhlak yang baik seseorang akan bisa memperkuat aqidah dan bisa menjalankan
ibadah dengan baik dan benar. Ibadah yang dijalankan dinilai baik apabila telah
sesuai dengan muamalah. Muamalah bisa dijalankan dengan baik apabila
seseorang telah memiliki akhlak yang baik.

Aqidah seseorang akan benar dan lurus jika kepercayaan dan keyakinanya
terhadap alam juga lurus dan benar. Karena barang siapa mengetahui sang
pencipta dengan benar, niscahya ia akan dengan mudah berperilaku baik
sebagaimana perintah allah. Sehingga ia tidak mungkin menjauh bahkan
meninggalkan perilaku-perilaku yang telah ditetapkanya. Pendidikan akhlak yang
bersumber dari kaidah yang benar merupakan contoh perilaku yang harus diikuti
oleh manusia. Mereka harus mempraktikanya dalam kehidupan mereka, karena
hanya inilah yang menghantarkan mereka mendapatkan ridha allah dan atau
membawa mereka mendapatkan balasan kebaikan dari allah.
Hubungan Aqidah dengan Ibadah

Akidah menempati posisi terpenting dalam ajaran agama Islam. Ibarat


sebuah bangunan, maka perlu adanya pondasi yang kuat yang mampu menopang
bangunan tersebut sehingga bangunan tersebut bisa berdiri dengan kokoh.
Demikianlah urgensi akidah dalam Islam, Akidah seseorang merupakan pondasi
utama yang menopang bangunan keislaman pada diri orang tersebut. Apabila
pondasinya tidak kuat maka bangunan yang berdiri diatasnya pun akan mudah
dirobohkan.

Selanjutnya Ibadah yang merupakan bentuk realisasi keimanan seseorang,


tidak akan dinilai benar apabila dilakukan atas dasar akidah yang salah. Hal ini
tidak lain karena tingkat keimanan seseorang adalah sangat bergantung pada kuat
tidaknya serta benar salahnya akidah yang diyakini orang tersebut. Sehingga
dalam diri seorang muslim antara akidah, keimanan serta amal ibadah mempunyai
keterkaitan yang sangat kuat antara ketiganya.

Muslim apabila akidahnya telah kokoh maka keimanannya akan semakin


kuat, sehingga dalam pelaksanaan praktek ibadah tidak akan terjerumus pada
praktek ibadah yang salah. Sebaliknya apabila akidah seseorang telah melenceng
maka dalam praktek ibadahnya pun akan salah kaprah, yang demikian inilah akan
mengakibatkan lemahnya keimanan.

Pondasi aktifitas manusia itu tidak selamanya bisa tetap tegak berdiri,
maka dibutuhkan adanya sarana untuk memelihara pondasi yaitu ibadah. Ibadah
merupakan bentuk pengabdian dari seorang hamba kepada allah. Ibadah dilakukan
dalam rangka mendekatkan diri kepada allah untuk meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan terhadap allah.

Manusia sebagai makhluk yang paling sempurna, sejak kelahirnya telah dibekali
dengan akal pikiran serta perasaan (hati). Manusia dengan akal pikiran dan
hatinya tersebut dapat membedakan mana yang baik dan mana yang benar, dapat
mempelajari bukti-bukti kekuasaan Allah, sehingga dengannya dapat membawa
diri mereka pada keyakinan akan keberadaan-Nya.
Hubungan Aqidah dengan Ibadah

Ibadah mempunyai hubungan yang erat dengan aqidah. Antaranya :

 Ibadah adalah hasil daripada aqidah yaitu keimanan terhadap Allah


sebenarnya yang telah membawa manusia untuk beribadat kepada Allah
swt.
 Aqidah adalah asas penerimaan ibadah yaitu tanpa aqidah perbuatan
seseorang manusia bagaimana baik pun tidak akan diterima oleh Allah
swt.
 Aqidah merupakan tenaga penggerak yang mendorong manusia
melakukan ibadah serta menghadapi segala cabaran dan rintangan.
 Aqidah adalah merupakan pondasi utama kehidupan keislaman seseorang.
Apabila pondasi utamanya kuat, maka bangunan keimanan yang
terealisasikan dalam bentuk amal ibadah orang tersebut pun akan kuat
pula.

Amal ibadah tidak akan bisa benar tanpa dilandasi akidah yang benar.
amal ibadah dinilai benar apabila dilakukan hanya untuk Allah semata dengan
ittiba’ Rasul SAW.

Manusia diberi bekali akal pikiran agar dengan akal pikiran tersebut
mereka dapat membedakan mana yang hak dan mana yang batil, mempelajari
tanda-tanda kekuasaan Allah, menganalisa hakikat kehidupannya sehingga dia
tahu arah dan tujuan dirinya diciptakan di dunia. Akal pikiran dan perasaan inilah
yang membedakan manusia dengan makhluk-makhluk lain. Oelh karena itu
manusia dipercaya untuk menjadi khalifah Allah di Bumi.

Hubungan aqidah dengan muamalah

Pola pikir, tindakan dan gagasan umat Islam hendaknya selalu bersendikan
pada aqidah Islamiyah. Ungkapan “buah dari aqidah yang benar (Iman) tidak lain
adalah amal sholeh” harus menjadi spirit dan etos ummat Islam. Pribadi yang
mengaku muslim mestinya selalu menebar amal shalih sebagai implementasi
keimanannya di manapun mereka berada. Tidak kurang 60 ayat Al Qur’an
menerangkan korelasi antara keimanan yang benar dengan amal sholeh ini. Ayat-
ayat tersebut menegaskan bahwa perintah beriman kepada Allah dan hari akhir
selalu diikuti dengan perintah untuk melaksanakan amal shalih. Inilah makna
operatif dari ungkapan “al-Islamu ‘aqidatun wa jihaadun”, bahwa kebenaran Islam
itu harus diyakini sekaligus juga diperjuangkan pengamalannya secara sungguh-
sungguh dalam konteks kemaslahatan dan bebas dari perilaku teror.

Aqidah adalah pondasi keber-Islaman yang tak terpisahkan dari ajaran


Islam yang lain: akhlaq, ibadah dan Muamalat. Aqidah yang kuat akan
mengantarkan ibadah yang benar, akhlaq yang terpuji dan muamalat yang
membawa maslahat. Selain sebagai pondasi, hubungan antara aqidah dengan
pokok-pokok ajaran Islam yang lain bisa juga bersifat resiprokal dan simbiosis.
Artinya, ketaatan menuanaikan ibadah, berakhlaq karimah, dan bermuamalah
yang baik akan memelihara aqidah.

Dengan kata lain, ibadah adalah pelembagaan aqidah dalam konteks


hubungan antara makhkluq dengan Khaliq; akhlaq merupakan buah dari aqidah
dalam kehidupan yang etis dan egaliter; dan muamalah sebagai implementasi
aqidah dalam masyarakat yang bermartabahat dan menebar maslahat. Karena itu,
agar aqidah tumbuh dan berkembang, aqidah harus operatif dan fungsional. Amal
usaha atau unit pelayanan umat seperti Panti sosial dan anak yatim, lembaga
pendidikan dan pondok pesantren, balai pengobatan dan rumah sakit, lembaga
pengumpul dan penyalur zakat serta lembaga-lembaga sosial keagamaan lainnya
meminjam istilah M. Amin Abdullah, merupakan bentuk faith in action, buah
keimanan yang aktif dan salah satu bentuk penjelmaan ‘tauhid sosial’. Sayanya,
tidak sedikit buah faith in action tersebut yang terjebak pada berbagai kepentingan
mulai dari ekonomi hingga politik.

Agar tetap kokoh dan kuat serta menjadi penyangga seluruh sendi keber-
Islaman, aqidah harus dijaga, dipelihara dan dipupuk sehingga bisa hidup subur
dalam pribadi setiap Muslim. Pentingnya memelihara aqidah ini juga tersirat
dalam Sirrah Nabawiyah. Saat membangun masyarakat Islam di Makkah dan
Madidah selama 23 tahun Rasulullah Muhammad SAW tidak kenal lelah
membina aqidah umatnya. Mengingat pentingnya aqidah ini bisa dimengerti bila
setiap surat dalam Al Quran mengandung pokok-pokok ajaran keimanan.

Contoh Pribadi Muslim yang Sebenar-benarnya

Aqidah

 Bertauhid murni, bebas dari gejala-gejala kemusyrika, bid’ah dan kurafat


 Yakin bahwa islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada para
rasuln-Nya, sejak nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan seteruddnya
sampai kepada nabi Muhammad SAW, sebai hidayah dan rahmat Allah
kepada ummat manusia sepanjang masa dan menjamin kesejahteraan
hidup materiil dan sprituiil, duniawi dan ukhrawi.
 Yakin bahwa agama islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad adalah apa
yang diturunkan Allah didalam Al Qur’an dan yang tersebut dalam sunnah
yang sahih, berupa perintah-perintah, larangan-larangan serta petunjuk-
petunjuk untuk kebaikan hambanya didunia dan akhirat.

Akhlak

 Berakhlak mulia, meneladani Nabi Muhammad SAW, jujur, amanah,


istiqomah, memiliki iffah, berani, tawadhu, malu, sabar, pemaaf,
dermawan dan sifa-sifat mulia lainnya.
 Meninggalkan akhlak buruk seperti dusta, khianat, mudah tergoda, tak
punya harga diri, malas, penakut, takabur, pemarah, pendendam, kikir, dan
akhlak buruk lainnya.
 Melaksanakan birrul walidain(berbakti kepada orang tua), baik kepada
orang lain, suka menolong dan memuliakan orang lain.

Ibadah
 Tertib thaharah(bersuci);Ia berwudhu, mandi, bertayamum, dan beristinjak
dengan benar dan baik sesuai tuntunan Rasulullah.
 Tertib shalat; Ia terbiasa melaksanakan shalat wajib diawal waktu dan
berjamaah, shalat rawatib, tahajud setiap malam, dhuha setiap pagi. Smua
kewajiban shalat ia laksanakan, smua gerakan, bacaan, dan tata caranya
sesuai tuntunan Rasulullah, tidak ditambahi atau dikurangi, ia hapal
seluruh bacaan shalat, wirid dan doa sesudahnya. Ia mengerti arti kata
demi kata bacaan-bacaan tersebut.
 Tertib ber-ZIS(zakat, infaq, shadaqah);ia selalu menyisihkan sekurang-
kurangnya 2,5% dari total penghasilannya unutu ZIS.
 Tertib puasa;melaksanakan puasa Ramadhan dengan baik, termasuk
melaksanakan amalan-amalan yang dituntunkan didalamnya. Juag
melaksanakan puasa-puasa sunnah yang dituntunkan nabi. ia membiasakan
puasa tiga hari dalam sebulan, puasa senin-kamis, atau seperti puasanya
Nabi Daud as.

Muamalah

 Kehidupan berkeluarga
(1) Membiasakan perilaku islami dalam keluarga
(2) Mendidik anak-anaknya memahami dan mengamalkan ajaran islam
(3) Membina keluarganya menjadi keluarga sakinah
 Hidup bermasyarakat
(1) Berprinsip memberikan mamfaat kepada orang lain, senang
berbuat baik dan menolong orang
(2) Hidup berjama’ah bersama orang-orang yang seiman
 Dalam melaksanakan jual beli dan kehidupan ekonominya didasarkan
atas prinsip-prinsip syari’ah
 Bayak beramal untuk kemaslahatan ummat, seperti membangun dan
menyelenggarakan sekolah, madrasah, panti asuhan yatim, poliklinik,
rumah sakit dan lain-lain.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

 Aqidah menurut etimologi berasal dari kata al-aqdu, yang bermakna ikatan
atau janji atau simpul yang kuat.
 Muamalah berasal dari kata aamala, yuamilu, muamalat yang berarti
perlakuan atau tindakan terhadap orang lain, hubungan kepentingan.
 Kata akhlak secara bahasa verasal dari bahasa Arab “Al Khulk” yang
diartikan sebagai perangai, tabiat, budi pekerti, dan sifat seseorang.
 Secara bahasa ibadah berarti mematuhi, tunduk, berdo’a

Dalam kehidupan ini, kita mesti menjalankan apa yang telah dituntunkan oleh
Rasulullah dan mengamalkannya agar mendapat ridhoh Allah SWT.

Saran

Al Quran dan sunah merupakan dua pegangan, tuntunan dan pedoman hidup serta
sebagai sumber utama bagi umat islam untuk dijadikan sebagai panduan analisis
dalam mengkaji setiap persoalan yang muncul dalam kehidupan. Oleh karena itu
penting kiranya bagi umat islam untuk terus berpegang teguh pada Al quran dan
As sunah serta untuk memahami makna-makna yang terkandung dalam Al quran
dan As sunah. Dan dengan Al quran dan As sunah juga dapat memperkuat
Aqidah, Ibadah, Muamalah dan Akhlak umat manusia.
DAFTAR PUSTAKA

https://anitadeka.wordpress.com/2013/07/15/hubungan-aqidah-ibadah-muamalah-
dan-ahklak/

https://dalamislam.com/akhlaq/akhlak-dalam-islam

https://al-badar.net/ibadah-dari-aspek-pengertian-dasar-macam-dan-tujuannya/

http://blogislami11.blogspot.co.id/2016/12/materi-lengkap-tentang-aqidah.html

http://www.materibelajar.id/2016/04/pengertian-muamalah-jual-beli-khiyar.html

Anda mungkin juga menyukai