Anda di halaman 1dari 1

DALAM UUD 45 Pasal 30 disebutkan, bela negara merupakan kewajiban semua warga negara.

Dan, semangat nasionalisme adalah akar dari aksi bela negara. Artinya, seorang warga negara
tak mungkin membela negara jika tak memiliki rasa cinta dan nasionalisme pada negaranya.
Jadi semangat nasionalisme wajib dimiliki semua warga negara.

Ada berbagai wujud nasionalisme. Banyak peristiwa kita dengar dan lihat di media sebagai
bentuk nasionalisme. Kisah tim nasional sepakbola yang berlaga pada Piala AFF, Desember
silam, tak hanya menunjukkan nasionalisme para pemain. Namun juga membakar semangat
nasionalisme kita untuk lebih bangga sebagai bangsa Indonesia.

Juga para atlet cabang olah raga lain, para pelajar peserta olimpiade sains, sineas, dan
penyanyi yang berkompetisi di tingkat dunia. Serta kisah para blogger yang “berperang”
melawan Malaysia ketika Malaysia mencuri hasil kebudayaan kita hingga aksi berbagai
demonstrasi yang tak pernah sepi mewarnai hari.

Berbagai contoh itu bisa disebut wujud nasionalisme, entah positif, entah negatif. Entah
membangun atau destruktif. Wujud nasionalisme yang destruktif mesti diluruskan. Semangat
nasionalisme tak bisa 100% disebut nasionalisme jika bersifat destruktif. Sudah saatnya kita
membangun nasionalisme ke arah yang membangun, tidak membabi buta karena hanya akan
berujung pada kerugian negara.

Jika negara mendapat reputasi buruk akan berimbas terhadap kemerosotan investasi asing,
ketidaklakuan tenaga kerja kita di luar negeri, bahkan terkadang merugikan sesama anak
bangsa. Mari kita bangun nasionalisme yang sehat dengan pertimbangan logis dari setiap
tindakan yang hendak kita lakukan.

Meski bertujuan membela kehormatan negara ini, dengan prinsip right or wrong is my country,
kita tak boleh bertindak membabi buta, yang mengandalkan ego dan emosi. Ingat, kita
berpendidikan, sudah saatnya menunjukkan nasionalisme yang positif. Tunjukkan lewat
prestasi, bukan sekadar demonstrasi!

Anda mungkin juga menyukai