Dosen Pembimbing :
M. Mualif, M. Pd. I.
Disusun Oleh :
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PAMULANG
2023
BAB I
PENDAHULUAN
2
5. Apa pengertian akhlak?
6. Bagaimana pengimplementasian akhlak dalam kehidupan?
7. Apa saja manfaat mempelajari aqidah, syariah, dan akhlak?
I.3 Tujuan
3
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Akidah
Menurut bahasa (etimology), akidah berasal dari perkataan bahasa Arab yaitu kata
dasar al-aqd yaitu al-Rabith (ikatan), al-Ibram (pengesahan), al-Ahkam (penguatan), al-Tawuts
(menjadi kokoh, kuat), al-syadd bi quwwah (pengikatan dengan kuat), dan al-Itsbat
(penetapan). Sedangkan menurut istilah (terminologi), aqidah berarti perkara yang wajib
dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tenteram karenanya, sehingga menjadi suatu kenyataan
yang teguh dan kokoh, yang tidak tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan, atau dapat juga
diartikan sebagai iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang
yang meyakininya serta tidak mudah terurai oleh pengaruh mana pun baik dari dalam atau dari
luar diri seseorang. Jadi, aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang
mengambil keputusan.
Pengertian aqidah dalam agama islam berkaitan dengan keyakinan bukan perbuatan.
Seperti aqidah dengan adanya Allah dan diutusnya pada Rasul Jadi kesimpulannya, apa yang
telah menjadi ketetapan hati seorang secara pasti adalah aqidah, baik itu benar atau pun salah.
Aqidah menurut hasan al-Banna adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya
oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa yang tidak bercampur sedikit dengan keraguan-
raguan. Adapun aqidah menurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy adalah sejumlah kebenaran yang
dapat diterima secara umum oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah.
Kebenaran itu dipatrikan oleh manusia di dalam hati serta diyakini keshahihan dan
keberadaannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan
kebenaran itu.
2. Hakikat akidah dan iman
Dalam menjelaskan definisi akidah ada disebut perkataan kepercayaan atau keimanan. Ini
disebabkan Iman merupakan unsur utama kepada akidah. Iman ialah perkataan Arab yang
berarti percaya yang merangkumi ikrar (pengakuan) dengan lidah, membenarkan dengan
hati dan mempraktikkan dengan perbuatan. Ini adalah berdasarkan sebuah hadis yang artinya:
"Iman itu ialah mengaku dengan lidah, membenarkan di dalam hati dan beramal dengan
anggota." (al-Hadis) Walaupun iman itu merupakan peranan hati yang tidak diketahui oleh
orang lain selain dari dirinya sendiri dan Allah SWT, namun dapat diketahui oleh orang melalui
4
bukti-bukti amalan. Iman tidak pernah berkompromi atau bersekongkol dengan kejahatan dan
maksiat. Sebaliknya, iman yang mantap di dada merupakan pendorong ke arah kerja-kerja
yang sesuai dan secucuk dengan kehendak dan tuntutan iman itu sendiri.
3. Pemahaman Akidah
Pemahaman Akidah secara komprehensif atau menyeluruh adalah memahami suatu
keyakinan bersifat keseluruhan agar berjalan sesuai dengan kehendak sang pencipta melalui
wahyu yang dibawa oleh sang rasul. Ada yang menerima disebut rasul ada pula yang
menolaknya disebut kafir, serta ada juga yang masih ragu-ragu yang disebut munafik,
sedangkan kemunafikan merupakan bagian dari kekafiran. Akidah Islam telah menjawab
seluruh pertanyaan manusia tentang alam semesta, manusia, kehidupan, dan menetapkan bahwa
semuanya itu adalah makhluk. Akidah mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan
manusia, diantaranya:
a. Akidah Islam telah memuaskan akal dan memberikan ketenangan pada jiwa manusia.
Sebab, Akidah Islam telah menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban yang
memuaskan dan shahih.
b. Akidah Islam telah menciptakan keteguhan dan keberanian pada diri seorang muslim.
c. Akidah Islam akan membentuk ketakwaan pada diri seorang muslim.
Setelah seorang muslim menyadari hubungannya dengan Allah, dan bahwa Allah swt
akan menghisab semua perbuatannya pada hari kiamat, maka ia akan menghindarkan diri dari
perbuatan yang diharamkan serta melakukan perbuatan baik dan yang dihalalkan.
Memahami akidah, tentu perlu mengetahui klasifikasi dari akidah itu sendiri. Akidah
diklasifikasi menjadi 3 yaitu:
1. Akidah Agamis
Pembagian akidah ini dilihat dari segi nilai nilai dasar keagamaanya. Akidah agamis tidak
hanya mengkaji hal yang bersifat nyata saja. Tapi, akidah agamis juga mengkaji hal yang
bersifat tidak nyata atau ghaib. Secara garis besar akidah agamis terbagi menjadi tiga,
yaitu :
a. Diwahyukan dan dijaga
Contoh dari akidah ini adalah islam. Islam adalah agama yang diwahyukan Allah
SWT kepada Nabi Muhammad saw.
b. Diwahyukan dan berubah
Contohnya bisa kita lihat pada agama Kristen. Nama semulanya adalah nasrani
dengan kitab sucinya injil.
c. Tidak diwahyukan (berdasarkan pemikiran manusia)
5
Dalam hal ini, banyak sekali paham paham ketuhanan yang telah dibuat oleh
manusia, salah satu diantaranya yaitu, paham ateisme.
2. Akidah saintifik
Pada akidah saintifik segala sesuatunya baru dapat dipercayai jika telah melalui beberapa
serangkaian tes atau percobaan. Jika pada suatu saat teori tersebut terbukti salah atau
tidak benar, maka teori tersebut akan runtuh dengan sendirinya dan tidak dapat dipakai
lagi.
3. Akidah Filosofis
Filosofis berasal dari kata filsafat yang artinya, pandangan hidup seseorang atau
sekelompok orang yang merupakan konsep dasar dari apa yang dicita-citakannya. Jadi
akidah fiosofis berasal dari para pemikir pemikir.
1. Tanpa aqidah yang benar, seseorang akan terbenam dalam keraguan dan berbagai
prasangka, yang lama kelamaan akan menutup pandangannya dan menjauhkan
dirinya dari jalan hidup kebahagiaan.
2. Tanpa aqidah yang lurus, seseorang akan mudah dipengaruhi dan dibuat ragu oleh
berbagai informasi yang menyesatkan keimanan.
Oleh karena itu, akidah sangat dibutuhkan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Beberapa implementasi aqidah dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat dari beberapa
sisi, antara lain:
6
2. Aqidah dalam keluarga
Aqidah dalam berkeluarga mengajarkan kita untuk saling menghormati dan saling
menyayangi sesuai dengan ajaran islam. Contoh implementasi aqidah dalam
keluarga adalah shalat berjamaah yang dipimpin oleh ayah, dan berdoa sebelum
melakukan sesuatu.
3. Aqidah dalam kehidupan bermasyarakat
Aqidah sangat penting dalam hidup bermasyarakat karena dapat menjaga
hubungan dengan manusia lain. Hal ini bisa diwujudkan dengan berbagai cara,
antara lain dengan saling menghargai satu sama lain sehingga tercipta suatu
masyarakat yang tentram dan harmonis.
Contoh implementasi aqidah dalam kehidupan bermasyarakat adalah tolong
menolong, toleransi, musyawarah, bersikap adil, menyadari bahwa derajat manusia itu
sama di depan Allah swt dan pembedanya adalah nilai ketakwaannya.
4. Aqidah dalam kehidupan bernegara
Setelah tercipta aqidah suatu masyarakat, maka akan muncul kehidupan bernegara
yang lebih baik dengan masyarakatnya yang baik pada negara itu sendiri. Tak
perlu lagi menjual tenaga rakyat ke negara lain karena rakyatnya sudah memiliki
SDM yang tinggi berkat penerapan aqidah yang benar. Apabila hal ini terlaksana
dengan baik, maka negara tersebut akan memperoleh kehidupan yang baik pula
dan semua warganya akan hidup layak dan sejahtera.
5. Aqidah dalam pemerintahan
Implementasi aqidah yang terakhir adalah implementasi aqidah terhadap
pemerintahan yang dapat membuahkan hasil yang bagus untuk rakyat dan
negaranya. Contohnya saat menyelesaikan sebuah masalah pemerintahan. Dalam
menyelesaikan masalah pemerintahan, semuanya disandarkan pada ketetapan Al-
qur'an dan hadist. Apabila permasalahan tersebut tidak memiliki penyelesaian
yang pasti dalam Al-qur'an dan hadist, maka akan dibuat keputusan bersama yang
berasaskan kedua sumber ajaran tersebut.
Jika tiap orang mampu mengimplementasikan aqidah dalam semua aspek
kehidupan, maka akan terwujud kehidupan yang baik pula, baik untuk diri sendiri,
keluarganya, masyarakat disekitarnya maupun bagi bangsa dan negaranya.
7
2.3 Sistem Syariah
Hukum Islam adalah suatu sistem hukum yang nilai-nilainya didasarkan kepada
aturan dan ketetapan Allah Swt. yang disampaikan-Nya melalui Rasulullah Saw. Dasar
hukum Islam yang utama adalah Al-Quran, selanjutnya adalah hadis Nabi yang sahih.
Selanjutnya para ulama ahli melakukan pendekatan-pendekatan dan membuat
pemahaman terhadap Al-Quran dan hadis sehingga lahirlah kitab fikih. Kitab fikih
merupakan kitab pedoman yang berisi hukum serta peraturan Islam. Usaha para ulama
untuk melakukan pendekatan dan membuat pemahaman disebut juga sebagai ijtihad.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, sumber pedoman hukum Islam adalah
kitab suci Al-Quran yang diwahyukan Allah kepada Rasulullah Saw. melalui Jibril.
Sumber hukum berikutnya adalah hadis yang berisi sunah Rasul, yakni cara hidup dan
perilaku Nabi Muhammad Saw. semasa hidup dan mengamalkan ajaran Islam. Selain
kedua sumber tersebut, ada juga ijmak. Ijmak adalah kesepakatan yang dibuat oleh para
8
ulama terpercaya terkait cara hidup dan permasalahan seputar kehidupan. Ada juga
qiyas, serupa analogi untuk mengira-ngira hukum suatu kasus yang belum ada di masa
hidup Rasulullah dengan menyamakannya dengan kasus mirip yang pernah terjadi di
masa kehidupan Rasulullah Saw.
9
2.5 Tujuan Syariah
Sumber hukum syariat Islam adalah Al quran dan As sunnah. Sebagai hukum
dan ketentuan yang diturunkan Allah swt, syariat Islam telah menetapkan tujuan-tujuan
luhur yang akan menjaga kehormatan manusia, yaitu sebagai berikut.
1. Pemeliharaan atas keturunan. Misalnya, syariat Islam mengharamkan zina dan
mengharuskan dijatuhkannya sanksi bagi pelakunya. Hal ini untuk menjaga
kelestarian dan terjaganya garis keturunan. Dengan demikian, seorang anak
yang lahir melalui jalan resmi pernikahan akan mendapatkan haknya sesuai
garis keturunan dari ayahnya.
2. Pemeliharaan atas akal. Misalnya, syariat Islam mengharamkan segala sesuatu
yang dapat memabukkan dan melemahkan ingatan, seperti minuman keras atau
beralkohol dan narkoba. Islam menganjurkan setiap Muslim untuk menuntut
ilmu dan mengembangkan kemampuan berpikirnya. Jika akalnya terganggu
karena mengonsumsi minuman beralkohol, akalnya akan lemah dan aktivitas
berpikirnya akan terganggu.
3. Pemeliharaan atas kemuliaan. Misalnya, Islam mengatur masalah tentang fitnah
atau tuduhan dan melarang untuk membicarakan orang lain. Hal ini untuk
menjaga kemuliaan setiap manusia agar ia terhindar dari hal-hal yang dapat
mencemari nama baik dan kehormatannya.
4. Pemeliharaan atas jiwa. Misalnya, syariat Islam telah menetapkan sanksi atas
pembunuhan, terhadap siapa saja yang membunuh seseorang tanpa alasan yang
benar. Dalam Islam, nyawa manusia sangat berharga dan patut dijaga
keselamatannya.
5. Pemeliharaan atas harta. Misalnya, syariat Islam telah menetapkan sanksi atas
kasus pencurian dengan potong tangan bagi pelakunya. Hal ini merupakan
sanksi yang sangat keras untuk mencegah segala godaan untuk melakukan
pelanggaran terhadap harta orang lain.
6. Pemeliharaan atas agama. Misalnya, syariat Islam memberikan kebebasan bagi
setiap manusia untuk menjalankan ibadah sesuai kepercayaannya. Islam tidak
pernah memaksakan seseorang untuk memeluk Islam. Akan tetapi, Islam
10
mempunyai sanksi bagi setiap muslim yang murtad agar manusia lain tidak
mempermainkan agamanya.
11
heterogen atau beragam. Penerapan syariah oleh kelompok membentuk individu yang
teguh imannya, contohnya seperti dakwah. Implementasi syariah oleh negara bisa
dilakukan secara juziyyah dan kaffah. Kekuatan berasal dari individu dan kelompok
yang bersedia menerapkan syariah. Namun penerapan secara kaffah dalam suatu system
kenegaraan dengan lingkungan yang heterogen, masih tidak dapat dilakukan.
Implementasi syariah dapat dilakukan dalam berbagai bidang, misalnya dalam
bidang politik, sosial, kesehatan, dan hokum. Penerapadan dalam bidang politik
contohnya adalah pemegang kekuasaan dalam pemerintahan harus memperhatikan
kepentingan warga negaranya dan tidak menggunakan kekuasaannya secara sewenang-
wenang, para pemimpin tunduk hukum, dan pemegang kekuasaan bersikap amanah
terhadap kewajiban. Jika penerapan syariah dapat dilakukan secara menyeluruh, maka
keadilan akan dapat ditegakkan dan tidak aka nada lagi korupsi, kolusi dan nepotisme
dalam sistem pemerintahan. Para pemegang kekuasaan akan bersikap jujur dan adil
dalam melaksanakan kewajibannya. Pelaksanaan syariah dalam bidang sosial adalah
dengan mengharmoniskan kehidupan bermasyarakat, menjunjung tinggi tatanan syariat
dalam pola hubungan sosial antara warga muslim maupun nonmuslim, menjauhkan diri
dari perpecahan masalah SARA (suku, agama dan ras). Dengan dilakukannya penerapan
syariah dalam kehidupan sosial akan membawa perdamaian ke dunia. Karena hidup
akan saling menghargai dan menghormati. Dengan sikap seperti itu, kehidupan akan
terasa lebih tenang tanpa adanya perdebatan akan perbedaan. Dalam bidang kesehatan,
penerapan syariah dengan mewujudkan cara hidup sehat, dari segi makanan, minuman,
lingkungan dan gaya hidup juga merawat yang sakit dengan sebaik-baiknya. Penerapan
syariah dapat dilakukan dengan melakukan cara hidup sehat baik individu, keluarga
maupun kelompok. Dalam bidang hukum, penerapan syariah dapat dilakukan dengan
menegakkan hukum dan peradilan yang Islami, penegak hukum dalam hal ini adalah
polisi, hakim dan jaksa, harus amanah dan jujur dalam menjalankan kewajibannya.
Hukuman Islam berpihak pada semua termasuk korban, terdakwa, masyarakat dan
negara. Penerapan syariah dalam bidang hukum dapar dilakukan karena, hukum Islam
bersikap adil dan tidak memihak. Allah SWT berfirman, “ Wahai orang-orang yang
beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba jika kamu orang-orang
yang beriman. Maka, jika kamu tidak mengerjakan, ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-
12
Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertobat, bagimu pokok hartamu. Kamu tidak
dianiaya dan tidak pula menganiaya “ (QS. Al-Baqarah, 2:278-279).
13
a. Al-Qur’an
Al-Qur’an sebagai dasar (rujukan) Ilmu Akhlak yang pertama, hal ini dinilai karena
keontetikannya yang lebih tinggi, dibandingkan dengan dasar-dasar yang lain. Mengingat
al-Qur’an merupakan firman Tuhan, sehingga tidak ada keraguan baginya untuk
dijadikan sebagai dasar atau asas. Walau nantinya ada beberapa perangkat yang
diperlukan untuk mendukungnya.
b. Al-Hadits
Asbabul Wurud suatu hadits berbeda-beda. Ada hadits yang dikeluarkan oleh Nabi
karena seorang sahabat bertanya kepadanya, karena Nabi menegur seorang sahabat,
karena peringatan dan penjelasan Nabi terhadap al-Qur’an.
Dalam riwayat Aisyah pernah ditanya oleh seseorang tentang akhlak Nabi. Aisyah
menjawab akhlak Nabi adalah al-Qur’an. Dengan demikian, Nabi merupakan
interpretasi yang hidup terhadap al-Qur’an. Karena segala ucapan (Qauliyah), perbuatan
(Fi’liyah), dan penetapan (Taqririyah) merupakan sebuah wahyu dari Allah, dan apa-
apa yang datang dari Nabi senantiasa terjaga. Dapat disimpulkan bahwa al-Qur’an dan
al-Hadits berasal dari sumber yang sama, yaitu Allah SWT.
Di dalam al-Qur’an terlah dijelaskan bahwa Nabi itu peribadi yang agung. Karena
memang pada dirinya terdapat sebuah suri tauladan yang baik. Keistimewaan tersebut,
tidak hanya diakui oleh umat Islam saja, akan tetapi non-muslimpun mengakui hal
tersebut. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Machael H. Hart tentang 100
tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah, dia menyatakan bahwa Nabi Muhammad
menduduki posisi pertama. Jelaslah bahwa tidak ada kecacatan dalam peribadi Nabi,
karena memang tugas diutusnya beliau adalah untuk menyempurnakan akhlak.
14
c. Al-Aqlu (Akal)
Salah satu angerah Tuhan kepada manusia yang menjadi esensi dari dirinya adalah
akal. Dengannya manusia dapat berfikir secara rasional, membedakan antara yang hak
dengan yang bathil.
Jika manusia dimuliakan oleh Allah karena mempergunakan akalnya dengan baik,
maka Allah akan memberikan ganjaran atas perebuatan baik yang telah dilakukan.
Kedudukan manusia di mata Allah akan melebihi Malaikat apabilah mereka dapat
menggunakan potensi yang telah diberikan dengan baik. Dan begitu pun sebaliknya,
orang yang tidak menggunakan potensinya dengan baik, maka derajatnya lebih rendah
dibandingkan dengan binatang.
Mereka yang dapat selamat dari kesesatan adalah orang-orang yang senantiasa
mempergunakan akalnya dengan baik. Kita lihat orang-orang yang tercerahkan sebelum
datangnya al-Qur’an, apa yang mereka jadikan dasar, tidak lain adalah akal mereka.
Apakah Phytagoras, Anaximenes, Aristoteles, Plato, Socrates, Plotinus, dan beberapa
filsuf lainnya berpegang teguh dan senantiasa mengamalkan al-Qur’an, tentu tidak, Islam
saja belum ada di zaman mereka. Tapi mereka terkenal sebagai orang-orang yang bijak.
Dalam hal ini, ada dua tujuan utama Ilmu Akhlak, yaitu:
15
2. Tujuan Ilmu Akhlak adalah untuk mencapai tujuan hidup yang ideal.
Setelah kita memahami tentang apa saja yang baik dan yang buruk, maka secara
naluri kita akan berusaha untuk meninggalkan keburukan dan berusaha menuju
kepada kebaikan. Karena apa yang ditawarkan oleh Ilmu Akhlak adalah sebuah
peta perjalanan dalam menjalani kehidupan sehari-hari kita.
Mungkin ada sebuah jalan yang bisa ditempuh dan mengantarkan kita kepada
tujuan akhir kita, yaitu untuk mencapai kebahagian. Namun tidak ideal untuk
dijadikan sebagai petunjuk dan pedoman. Dengan adanya Ilmu Akhlak maka jalan
yang seharusnya ditempuh dengan begitu rumit dan menjelemet, akan terasa
nyaman dan penuh dengan kedamaian, karena konsep ideal dari Ilmu Akhlak.
Sesuai sifat dari akhlak, akhlak bisa kita bagi menjadi dua yaitu:
1. Akhlak Terpuji (Akhlak Karimah)
Yaitu sikap atau perilaku baik dari segi ucapan ataupun perbuatan yang sesuai
dangan tuntunan ajaran islam dan norma-norma aturan yang berlaku.Contoh dari
akhlak terpuji adalah amanah, shidiq, adil, pemaaf, tolong menolong, kerja keras,
islah, silaturahim
2. Akhlak Tercela (Akhlak Mazmumah)
3. Yaitu akhlak yang dilarang agama, karena dapat merugikan diri sendiri dan orang
lain, serta mengakibatkan kerusakan moral dan iman. Contoh dari akhlak tercela
adalah Ghibah, riya, ujub, takabur, namimah,tamak, su’udzon, mubadzir, bakhil
Implementasi akhlak yang akan dibahaskan disini adalah akhlak terpuji saja,
bukan akhlak tercela. Karena akhlak tercela justru adalah akhlak yang harus
dihindari. Sedangkan akhlak terpuji memang harus diimplementasikan pada
kehidupan sehari-hari manusia.
16
Pada pertama-tama akhlak yang perlu ditanamkan pada diri kita adalah toleransi
beragama seperti pada QS Al-Kafirun: 6 yang berbunyikan pesan toleransi agar
beragama sesuai kepercayaannya masing masing tanpa perlu saling bergesekan.
Disamping itu tentu kita perlu berlaku sopan, saling tolong-menolong, dan lain
lain
3. Akhlak kepada Diri
Menjaga kehormatan dan harga diri, membersihkan diri lahir dan batin, Memiliki
dan memupuk sifat-sifat terpuji, Taat menjalankan ajaran agama, Menjaga lisan,
mata, telinga, dan tangan dari perbuatan tercela, Mencari rezeki yang halal, Selalu
berusaha mendekatkan diri kepada Allah, beramal shaleh, meningkatkan iman dan
takwa,
4. Akhlak kepada Lingkungan
Memperhatikan dan merenungkan penciptaan alam semesta serta bersyukur
kepada Allah. Memanfaatkan alam semesta dengan sebesar-besarnya bagi
kemakmuran hidup manusia. Menjaga keseimbangan dan kelestarian lingkungan
flora dan fauna serta alam semesta ini untuk kepentingan manusia. Tidak berlaku
dzalim, aniaya, atau mengeksploitasi secara semena-mena, seperti penebangan
hutan secara liar, penggalian tambang tanpa mempedulikan lingkungan, membuat
polusi, dan sebagainya.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
18
Daftar Pustaka
19