Anda di halaman 1dari 16

AL ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN III

AQIDAH DAN AKHLAK

OLEH :

KELOMPOK 1

ANDI SUCI RAMADHANI (105971100122)

ANISA OKTA PURNAMASARI (105971101021)

MUMPI (105971101521)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS PERTANIAN

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. Atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga kita bisa menjalankan aktifitas sebagai mana biasanya. Shalawat
serta salam semoga tetap tercurakan kepada Nabi Muhammad SAW. Sehingga kami
dapat meyelesaikan Makalah dengan judul “AQIDAH DAN AKHLAK”. yang kami buat.
Dan tak lupa juga kami ucapkan kepada pihak yang terkait dalam pembuatan makalah.
Makalah ini dibuat sebagai tugas kelompok yang akan dikumpulkan dan
dipresentasikan.
Yang kedua, tak lupa kami ucapkan terimakasih kepadaa dosen mata
kuliah Al Islam dan Kemuhammadiyahan III yang memberikan arahan dan ajaran
tentang mata kuliah ini.
Kami menyadari dalam makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan
kurang baik dalam segi tulisan maupun kata-kata, oleh karena itu kami mohon saran
dan kritiknya demi kesempurnaan makalah ini untuk kesempurnaan terutama ilmu
Kami. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Aamiin.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, 12 Oktober 2022


Penyusun
Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PEGANTAR 1

DAFTAR ISI 2

BAB I : PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG 3
B. RUMUSAN MASALAH 3
C. TUJUAN 3

BAB II : PEMBAHASAN

A. Konsep Aqidah dalam Islam, ruang lingkupnya serta


sumber Aqidah. 5
B. Hubungan Aqidah dengan Ibadah dan Akhlak. 7
C. Pendalaman terhadap rukun Iman kepada Allah terkait makna kalimat
Laa ilaaha illa Allah dan konsekuensinya dalam kehidupan. 9
D. Bentuk dan bahaya Syirik bagi kehidupan manusia . 10
BAB II : PENUTUP 14

DAFTAR PUSTAKA 15
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Islam merupakan salah satu agama samawi yang meletakkan nilai-
nilai kemanusiaan, atau hubungan personal, interpesonal dan masyarakat
secara Agung dan Luhur, tidak ada perbedaan satu sama lain, keadilan,
relevansi, kedamaian, yang mengikat semua aspek manusia.
Karena islam yang berakar pada kata “salima” dapat diartikan sebagai
sebuah kedamaian yang hadir dalam diri manusia dan itu sifatnya fitrah,
kedamaian, akan hadir. Jika manusia itu sendiri menggunakan dorongan diri
(drive) kearah bagaimana memanusiakan manusia dan memposisikan dirinya
sebagai mahluk ciptaan tuhan yang bukan saja unik tapi juga sempurna.
Namun jika sebaliknya manusia mengikuti nafsu dan tidak berjalan,
seiring fitnah, maka janji tuhan azab dan keinahan akan datang. Tegaknya
aktifitas keislaman dalam hidup dan kehidupan seseorang itulah yang dapat
menerangkan bahwa orang itu memiliki ahlak. Jika seseorang sudah
memahami ahlak maka akan menghasilkan kebiasaan hidup yang baik.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun masalah yang akan dibahas dalam makalah ini :
1. Apa yang dimaksud konsep Aqidah dalam Islam, ruang lingkupnya serta
sumber Aqidah tersebut ?
2. Bagaimana hubungan Aqidah dengan Ibadah dan Akhlak ?
3. Bagaimana pendalaman terhadap rukun Iman kepada Allah terkait makna
kalimat Laa ilaaha illa Allah dan konsekuensinya dalam kehidupan ?
4. Jelaskan bentuk dan bahaya Syirik bagi kehidupan manusia !

C. TUJUAN
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini :
1. Untuk mengetahui konsep Aqidah dalam Islam, ruang lingkupnya serta
sumber Aqidah.
2. Untuk mengetahui hubungan Aqidah dengan Ibadah dan Akhlak.
3. Untuk mengetahui pendalaman terhadap rukun Iman kepada Allah terkait
makna kalimat Laa ilaaha illa Allah dan konsekuensinya dalam kehidupan.
4. Untuk mengetahui bentuk dan bahaya Syirik bagi kehidupan manusia .
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Aqidah dalam Islam, Ruang Lingkup serta Sumber Aqidah
 Konsep aqidah dalam islam
Secara etimologis (lughatan), aqidah berakar dari kata ‘aqada-
ya’qidu-‘aqdan-‘aqidatan. Aqdan berarti simpul, ikatan, perjanjian dan kokoh.
Setelah terbentuk menjdai ‘aqidah berarti keyakinan (Al-Munawir,1984,
hal.1023). relevansi antara arti kata ‘aqdan dan ‘aqidah yaitu keyakinan itu
tersimpul dengan kokoh di dalam hati, bersifat mengikat dan mengandung
perjanjian.
Secara terminologis (ishthilahan, terdapat beberapa definisi (ta’rif) antara
lain:
1. Menurut Hasan al- Banna :
"Aqa'id (bentuk jamak dari aqidah) adalah beberapa perkara yang wajib
diyakini kebenarannya oleh hati(mu), mendatangkan ketenteraman jiwa,
menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikit pun dengan keragu-
raguan." (Al-Banna, tt., hal. 465).

2. Menurut Abu Bakar Jabir al- Jazairy :


“Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum
(axioma) oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah (kebenaran) itu
dipatrikan di dalam hati serta diyakini kesahihan dan keberadaannya dan
ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.” (Al-
Jazairy, 1978, hal 21).

Untuk lebih mengetahui diatas kita perlu mengemukakan beberapa


catatan tambahan sebagai berikut:
1. Ilmu terbagi dua: pertama ilmu dharuri, kedua ilmu nazhari. Ilmu yang
dihasilkan oleh indera, dan tidak memerlukan dalil disebut ilmu dharuri.
Misalnya apabila Anda melihat tali di hadapan mata, Anda tidak
memerlukan lagi dalil atau bukti bahwa benda itu ada. Sedangkan ilmu
yang memerlukan dalil atau pembuktian disebut ilmu nazhari.
2. Setiap manusia memiliki fithrah mengakui kebenaran (bertuhan), indera
untuk mencari kebenaran, akal untuk menguji kebenaran dan
memerlukan wahyu untuk menjadi pedoman menentukan mana yang
benar dan mana yang tidak.
3. Keyakinan tidak boleh bercampur sedikit pun dengan keraguan.
Sebelum seseorang sampai ke tingkat yakin (ilmu) dia akan mengalami
lebih dahulu pertama: Syak. Yaitu sama kuat antara membenarkan
sesuatu atau menolaknya. Kedua: Zhan: Salah satu lebih kuat sedikit
dari yang lainnya karena ada dalil yang menguatkannya. Ketiga:
Ghalabatuz zhan: Cen derung lebih menguatkan salah satu karena
sudah meyakini dalil kebenarannya. Keyakinan yang sudah sampai ke
tingkat ilmu inilah yang disebut dengan aqidah.
4. Aqidah harus mendatangkan ketenteraman jiwa. Arti nya lahirnya
seseorang bisa saja pura-pura meyakini sesuatu, akan tetapi hal itu
tidak akan mendatangkan ketenangan jiwa, karena dia harus
melaksanakan sesuatu yang berlawanan dengan keyakinannya.
5. Bila seseorang sudah meyakini suatu kebenaran, dia harus menolak
segala sesuatu yang bertentangan dengan ke benaran itu. Artinya
seseorang tidak akan bisa meyakini se kaligus dua hal yang
bertentangan.
6. Tingkat keyakinan (aqidah) seseorang tergantung kepada tingkat
pemahaman terhadap dalil.
 Ruang Lingkup Pembahasan Aqidah
Menurut Hasan al- Banna pembagian ruang lingkup mengenai
pembahasan aqidah terbagi ke dalam 4 (empat) pembahasan, yaitu:
1. Ilahiyyat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan Ilah (Tuhan, Allah), seperti wujud Allah, nama- nama dan sifat- sifat
Allah, Af’al Allah dan lain-lain.
2. Nubuwat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan Nabi dan Rasul, termasuk pembahasan tentang kitab-kitab Allah,
mu’jizat, karamat dan lain sebagainya.
3. Ruhaniyat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan alam metafisik (ghoib) seperti Malaikat, Jin,
Iblis, Syaitan , Roh , dan lain sebagainya.
4. Sam'iyyat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa
diketahui lewat sam'i, (dalil Naqli berupa Al-quran dan as-Sunnah) seperti alam
barzkah, akhirat dan Azab Kubur, tanda-tanda kiamat, Surga-Neraka dan lain
sebagainya.

 Sumber aqidah Islam


Sumber dari Aqidah Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah, artinya apa
saja yang disampaikan oleh Allah dalam Al- Qur’an dan oleh rasulullah dalam
Sunnahnya wajib di imani (diyakini atau diamalkan).
akal pikiran tidaklah jadi sumber aqidah, tetapi hanya berfungsi
memahami nash-nash yang terdapat dalam kedua sumber tersebut dan
mencoba – kalau diperlukan – membuktikan sacaear ilmiah kebenaran yang
disampaikan oleh Al- Qur’an dan Sunnah. Itrupun harus didasari oleh
kesadaran bahwasanya kemampuan akal mempunyai batas sesuai dengan
terbatasnya kemampuan sebagai makhluk Allah. Akal tidak akan mampu
menjangkau masail ghaibiyah (masalah ghaib), bahkan akal tidak akan
mampu menjangkau sesuatu yang tidak terikat dengan ruang dan waktu.

B. Hubungan Aqidah dengan Ibadah dan Akhlak


Dalam agama Islam terdapat tiga ajaran yang sangat ditekankan oleh
Allah dan Rasul-Nya, yang harus diamalkan dan dibenarkan dalam hati. Yaitu
iman (akidah), Islam (syariat/ibadah), dan ihsan (akhlak). sebagaimana firman
Allah ;
‫َأَلْم َت َر َك ْي َف َض َر َب ُهَّللا َم َث ال َك ِلَم ًة َط ِّي َب ًة َكَش َج َر ٍة َط ِّي َب ٍة َأْص ُلَه ا َث اِبٌت َو َفْر ُع َه ا‬
‫ ُتْؤ ِتي ُأُكَلَه ا ُك َّل ِحيٍن ِبِإْذ ِن َر ِّب َه ا َو َي ْض ِر ُب ُهَّللا األْم َث اَل ِللَّن اِس َلَع َّلُهْم‬. ‫ِفي الَّس َم اِء‬
‫ َو َم َث ُل َك ِلَم ٍة َخ ِبيَث ٍة َكَش َج َر ٍة َخ ِبيَث ٍة اْج ُتَّث ْت ِم ْن َف ْو ِق األْر ِض َم ا َلَه ا‬. ‫َي َت َذ َّك ُروَن‬
‫ ُيَث ِّب ُت ُهَّللا اَّلِذيَن آَم ُنوا ِباْلَقْو ِل الَّث اِبِت ِفي اْلَح َياِة الُّد ْن َي ا َو ِفي اآلِخَر ِة ُهَّللا‬. ‫ِم ْن َق َر اٍر‬
‫َو ُيِض ُّل‬.

“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan


kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya
(menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim
dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk
manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk
seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari
permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikit pun. Allah meneguhkan (iman)
orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di
dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang lalim dan
memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (Q.S Ibrahim 24-27)

Aqidah sebagai dasar pendidikan akhlak / Dasar pendidikan akhlak bagi


seorang muslim adalah aqidah yang kokoh dan ibadah yang benar , Karena
akhlak tersarikan dari aqidah, aqidah pun terpancarkan melalui ibadah. karena
sesungguhnya aqidah yang kokoh senantiasa menghasilkan amal ataua ibadah
dan ibadah pun akan menciptakan akhlakul karimah. Oleh karena itu jika
seorang beraqidah dengan benar, niscahya akhlaknya pun akan benar, baik dan
lurus. Begitu pula sebaliknya, jika aqidah salah maka akhlaknya pun akan salah.
Aqidah seseorang akan benar dan lurus jika kepercayaan dan keyakinanya
terhadap alam juga lurus dan benar. Karena barang siapa mengetahui sang
pencipta dengan benar, niscahya ia akan dengan mudah berperilaku baik
sebagaimana perintah allah. Sehingga ia tidak mungkin menjauh bahkan
meninggalkan perilaku-perilaku yang telah ditetapkanya.
Pendidikan akhlak yang bersumber dari kaidah yang benar merupakan
contoh perilaku yang harus diikuti oleh manusia. Mereka harus mempraktikanya
dalam kehidupan mereka, karena hanya inilah yang menghantarkan mereka
mendapatkan ridha allah dan atau membawa mereka mendapatkan balasan
kebaikan dari Allah.
Rasulullah SAW menegaskan bahwa kesempurnaan iman seseorang terletak
pada kesempurnaan dan kebaikan akhlaknya. Sabda beliau:
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah mereka yang paling bagus
akhlaknya”. (HR. Muslim)

Dengan demikian, untuk melihat kuat atau lemahnya iman dapat diketahui
melalui tingkah laku (akhlak) seseorang, karena tingkah laku tersebut merupakan
perwujudan dari imannya yang ada di dalam hati. Jika perbuatannya baik,
pertanda ia mempunyai iman yang kuat; dan jika perbuatan buruk, maka dapat
dikatakan ia mempunyai Iman yang lemah. Muhammad al-Gazali mengatakan,
iman yang kuat mewujudkan akhlak yang baik dan mulia, sedang iman yang
lemah mewujudkan akhlak yang jahat dan buruk.

C. Pendalaman terhadap Rukun iman Kepada Allah terkait makna kalimat


Laa ilaaha illa Allah dalam kehidupan
kata "llah" mempunyai pengertian yang sangat luas, mancakup pengertian
Rububiyah dan Mulkiyah, maka kata inilah yang di pilih Allah SWT untuk
kalimat thayyibab yaitu: La llahaillallah
Iqrar La Ilaha Illallah bersifat komprehensif, mencakup pengertian:
 La Khaliqa Illallah (Tidak Ada Yang Maha Mencipta kecuali Allah).
 La Raziga Illallah (Tidak Ada Yang Maha Memberi Rezeki kecuali Allah).
 La Hafiza Illallah (Tidak Ada Yang Maha Memelihara kecuali Allah).
 La Mudabbira Illallah (Tidak Yang Maha Mengelola kecuali Allah).
 La Malika Illallah (Tidak Ada Yang Maha Memiliki kecuali Allah, Tidak
Ada Yang Maha Memiliki Kerajaan kecuali Allah).
 La Waliya Illallah (Tidak Ada Yang Maha Memimpin kecuali Allah).
 La Hakima Illallah (Tidak Ada Yang Maha Menentukan Aturan kecuali
Allah).
 La Ghayata Illallah (Tidak Ada Yang Maha Menjadi Tujuan kecuali
Allah).
 La Ma'buda Illallah (Tidak Ada Yang Maha Disembah kecu ali Allah).
Untuk menerjemahkan Iqrar La Ilaha Illallah ke dalam bahasa
Indonesia kita harus terlebih dahulu memahami susunan kalimatnya. La
yang terdapat pada awal iqrar tersebut adalah La Nafiyata Liljinsi, yaitu
huruf nafi yang menafikkan segala macam jenis Ilah. Illa adalah huruf
istisna (pengecualian) yang mengecualikan Allah dari segala macam jenis
Ilah yang di nafikkan. Bentuk kalimat seperti ini dinamai kalimat manfi
(negatif) lawan dari kalimat mutsbat (positif). Kata Illa berfungsi
mengitsbatkan kalimat yang manfi. Dalam kaidah bahasa Arab itsbat
sesudah nafi itu mempunyai maksud alhashru (membatasi) dan Taukid
(menguatkan). Dengan demikian kalimat Tauhid ini mengandung pengertian
sesungguhnya tiada Tuhan yang benar-benar berhak disebut Tuhan selain
Allah SWT semata.

D. Bentuk dan Bahaya Syirik Bagi Kehidupan Manusia


Syirik adalah mempersekutukan Allah SWT dengan makh luk-Nya, baik
dalam dimensi rububiyah, mulkiyah maupun ilahiyah, secara langsung atau tidak,
secara nyata atau terselubung.
Dalam dimensi rububiyah misalnya meyakini bahwa ada makhluk yang
mampu menolak segala kemudharatan dan meraih segala kemanfaatan, atau
dapat memberikan berka seperti meyakini "kesaktian para Wali Allah, sehingga
dia min ta bantuan kepada mereka untuk menolak petaka meraih keuntungan -
apalagi bila wali tersebut sudah meninggal dunia.
Dalam dimensi mulkiyah misalnya mematuhi sepenuhnya para penguasa
non muslim - bukan terpaksa- di samping menyatakan patuh kepada Allah SWT,
pada hal pemimpin non-muslim itu menghalalkan apa yang diharamkan Allah
SWT dan mengharamkan apa yang dihalalkan atau mengajaknya melakukan
kemaksiatan.
Dalam dimensi ilahiyah misalnya berdoa kepada Allah melalui perantara
orang yang sudah meninggal dunia.
Pada hakikatnya orang yang mempersekutukan Allah SWT dengan
makhluk apa atau siapa pun, memberikan sifat ketuhanan kepada makhluk
tersebut baik secara keseluruhan maupun sebagian saja, baik dalam tingkat
yang sebanding mapun berbeda. Tentu saja perbuatan seperti itu merendahkan
Allah SWT dan tidak mengakui ke-Maha Esaan-Nya, baik dalam Zat, Asma'wa
Shiffat, Af'al-Nya. Sekaligus perbuatan syirik juga merendahkan martabat
manusia, apalagi jika yan diberi sifat ketuhanan itu alam lain yang bukan
manusia.
Dilihat dari sifat dan tingkat sanksinya, syirik dapat dibagi dua: Syirik
besar (as-syirku al-akbar) dan syirik kecil (as-syirku al-asghar).
1. Syirik besar
Syirik besar adalah: "Menjadikan bagi Allah sekutu (niddan) yang (dia)
berdo'a kepadanya seperti berdoa kepada Allah, takut, harap dan cinta
kepadanya seperti kepada Allah, atau melakukan satu bentuk ibadah
kepadanya seperti ibadah kepada Allah." (Kitab al-Qaul as-Sadid, As-Sa'adi,
tt., 29). Syirik besar itu ada yang zhahirun jaliyun (nampak nyata) seperti
menyembah berhala, matahari, bulan, bintang, malaikat, benda-benda
tertentu, mempertuhankan Isa Al Masih dan lain lain; dan ada yang bathinun
khafiyun (tersembunyi) seperti berdoa kepada orang sudah meninggal,
meminta pertolongan kepadanya untuk dikabulkan keinginannya atau minta
disem buhkan dari penyakit, dihindarkan dari bahaya dan lain-lain
sebagainya. Disebut khafiyun (tersembunyi) karena yang berdoa tidak pernah
mengakui bahwa ia meminta kepada orang mati, dia menganggap orang mati
tersebut hanyalah sebagai perantara supaya doanya dikabulkan oleh Allah
SWT (Az Zumar 39:3). Dan juga dia tidak menganggap berdoa di ku buran itu
sebagai ibadah - padahal doa itu adalah otaknya ibadah (HR Tirmizi). Syirik
jenis inilah (besar) yang dosanya tidak akan diampuni Allah SWT kecuali jika
dia bertobat se belum meninggal - dan pelakunya diharamkan masuk sorga:

‫َّيَش ۤا ُء ِلَم ْن ٰذ ِلَك ُد ْو َن َم ا َو َيْغ ِفُر ِبٖه ُّيْش َر َك َاْن َيْغ ِفُر اَل َهّٰللا ِاَّن‬

ۚ ‫َع ِظ ْيًم ِاْثًم ا اْفَتٰٓر ى َفَقِد ِباِهّٰلل ُّيْش ِرْك َو َم ْن‬


"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain itu, bagi siapa yang di kehendaki-Nya.
Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat
dosa yang besar." (An-Nisa' 4: 48).

2. Syirik Kecil
Syirik kecil adalah: "Semua perkataan dan perbuatan yang akan
membawa seseorang kepada kemusyrikan." (as-Sa'adi, tt., 30). Syirik kecil
termasuk dosa besar yang dikhawatirkan akan mengantarkan pelakunya
kepada syirik besar. Jika orang yang melakukan syirik kecil meninggal
sebelum bertobat, dan di akhirat ternyata Allah tidak berkenan
mengampuninya maka ia akan masuk neraka.
Di antara amal perbuatan yang termasuk syirik kecil adalah sebagai
berikut :
a. Bersumpah dengan selain Allah:
b. Memakai azimat (untuk menolak bahaya atau memurahkan rezeki).
c. Menggunakan mantra-mantra untuk menolak kejahatan, pengobatan dan
sebagainya.
d. Sihir
e. Ramalan atau Perbintangan (Astrologi)
f. Bernazar kepada selain Allah
g. Menyembelih binatang atau mempersembahkan Qorban bukan kepada Allah
SWT.
Dalam sebuah hadits Qudsi Allah berfirman: "Akulah yang paling tidak
memerlukan sekutu, barang siapa yang melakukan amalan yang menyekutukan
Aku dengan yang lain, maka Aku berlepas dari dirinya, maka amalannya itu
untuk sekutu itu." (Hadits Qudsi Riwayat Muslim).
Artinya silahkan dia minta balasan amalannya kepada sekutu-sekutu itu.
Yang tentu saja mereka tidak bisa memberi apa-apa.
Demikianlah uraian tentang syirik besar dan syirik kecil (as-syirku al-akbar
dan as-syirku al-asghar) beserta contoh-contohnya, yang tentu saja disamping
contoh-contoh di atas masih banyak contoh-contoh lain yang belum disebutkan,
terutama yang bersifat "modern" sekarang ini (mungkin berhala-berhala yang
disembah orang pada abad modern sekarang ini bukan lagi berhala dalam arti
benda yang konkret, tapi berupa sesuatu yang abstrak, bisa berupa prestise,
jabatan, harta kekayaan, isme-isme, dan lain-lain). Tetapi dalam kesempatan
sekarang ini kita tidak akan membicarakan bentuk-bentuk kemusyrikan modern
tersebut, silakan Anda menganalogkannya dengan contoh-contoh kemusyrikan
"tradisional" di atas, sebab bagai manapun bentuknya, esensi dari kemusyrikan
itu tetap sama sepanjang masa.
BAB III
PENUTUP

Aqidah erat hubungannya dengan akhlak, karena akhlak


tersarikan dari akidah dan pancaran dirinya. Oleh karena itu jika seorang
beerakidah dengan benar, maka akhlak nya pun akan benar, baik, dan
lurus. Begitu pula sebaliknya, jika akidah salah, maka akhlak nya pun
akan salah. Aqidah erat hubungannya dengan akhlak. Aqidah merupakan
landasan dan dasar pijakan untuk semua perbuatan. Akhlak adalah
segenap perbuatan baik dari seorang mukalaf, baik hubungannya dengan
Allah, sesama manusia, maupun lingkungan hidupnya. Berbagai amal
perbuatan tersebut akan memiliki nilai ibadah dan terkontrol dari berbagai
penyimpangan jika diimbangi dengan keyakinan aqidah yang kuat. Oleh
sebab itu, keduanya tidak dapat dipisahkan, seperti halnya antara jiwa
dan raga.

Dengan baiknya Aqidah dan akhlak manusia, maka baik pula ia


dalam menjalankan ibadah kepada Allah subhanahu wata’ aala, dan tidak
ingin melakukan perbuatan yang tidak diindahkan dijalan Allah subhanahu
wata’ aala seperti perilaku syirik sebagaimana yang sudah dijelaskan
bahwa perilaku syirik sangat dibenci oleh Allah subhanahu wata’ aala dan
bahaya bagi umat manusia yang menjalankannya.
DAFTAR PUSTAKA

Ilyas, Yunahar, Kuliah Aqidah Islam, (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan. Pengamalan
Islam- LPPI, UMY, 1992).

Ilyas, Yunahar. Kuliah Akhlak. Yogyakarta: Lembaga Pengkajian. Dan Pengalaman Islam (LPPI) ,
2000.

http://realitaspendidikan.blogspot.com/2016/10/hubungan-aqidah-ibadah-dan-akhlak-
oleh.html

Anda mungkin juga menyukai