Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH PENGANTAR STUDI ISLAM

SEJARAH PEMIKIRAN ISLAM BIDANG AQIDAH


Dosen Pengampu : Syaefidin M.Pd

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK VII
AULIA (221104050027)
EVI MARDIANA HAPSARI (221104050026)
ZULFI ARIF FADHLI (22104050009)

PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillahirobbil’alamin, senantiasa kita ucapkan puji syukur kehadirat
Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan kita nikmat iman dan
kesehatan, sehingga kami diberi untuk menyelesaikan makalah tentang “AQIDAH
ISLAM" makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah pengantar studi
Islam.
Tak lupa kami juga mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya
kepada setiap pihak yang telah mendukung serta membantu kami selama proses
penyelesaian tugas akhir ini hingga selesainya makalah ini. Ucapan terima kasih
penulis sampaikan pada Bapak Syaefudin, M. Pd atas bimbingan dan tugas yang
diberikan.
Pada makalah ini akan dibahas mengenai Aqidah dalam Islam. Kami
menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ini masih jauh dari sempurna serta
kesalahan yang kami yakini diluar batas kemampuan kami. Maka dari itu, penulis
dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.
Penulis berharap karya tulis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 10 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 2
B. Rumusah Masalah 2
C. Tujuan Makalah 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Pengertian Aqidah 3
B. Ruang Lingkup Aqidah Islam 4
C. Sumber Aqidah Islam 6
D. Tujuan Aqidah 10
E. Dalil-Dalil Aqidah Islam 11
F. Macam-Macam Fungsi Aqidah 14
G. Manfaat Aqidah Bagi Umat Islam 17
BAB III PENUTUP 19
A. Kesimpulan 19
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakan Masalah

Segala puji bagi Allah yang maha Esa karena rahmat dan karunia- Nya telah
memberikan petunjuk agama yang lurus kepada hamba-Nya.Shalawat serta salam
semoga tercurahkan kepada nabi Muhammad SAWyang membimbing umat-Nya
dengan suri tauladan-Nya yang baik. Dansegala Syukur kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan anugrah,kesempatan dan pemikiran kepada kami untuk dapat
menyelesaikan makalah ini. Kami penyusun mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu proses pembuatan makalah ini. Semogamakalah
ini bermanfaat bagi kita semua.

Banyaknya paham-paham asing di seluruh lapisan masyarakat umum,


termasuk banyaknya jaringan teroris yang berkembang di sekitarkita terjadi karena
kurangnya pemahaman para generasi penerus bangsamengenai Aqidah. Maka dari
itu, kami menyusun makalah ini denganharapan agar para pembaca dapat lebih
memahami tentang apa pengertian Aqidah baik secara bahasa maupun istilah,
darimana saja sumber-sumber Aqidah tersebut diperoleh, dan apa saja fungsi dari
Aqidah sesuai dengan ajaran Islam, sehingga tidak terjadi hal-hal yang
menyimpang beratasnamakan Aqidah Islam.

Aqidah adalah pokok-pokok keimanan yang telah ditetapkan oleh Allah,


dan kita sebagai manusia wajib meyakininya sehingga kita layak disebut sebagai
orang yang beriman (mu’min). Makalah ini merupakan pengetahuan tentang
konsep aqidah dalam islam, semua ini di rangkupdalam makalah ini, agar
pemahaman terhadap permasalahan lebih mudahdi pahami dan lebih singkat dan
akurat. Makalah ini menampilkan beberapa bahasan yang bisa membantu siapa saja
yang ingin memahami aqidah.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan Aqidah?


2. Apa saja ruang lingkup Aqidah dalam Islam?
3. Darimana sajakah sumber-sumber Aqidah Islam?
4. Apa sajakah tujuan Aqidah Islam?
5. Apa sajakah dalil-dalil dalam Aqidah Islam?
6. Apa sajakah fungsi Aqidah Islam?
7. Apa sajakah manfaat Aqidah bagi umat Islam?

C. Tujuan Makalah

1. Menjelaskan pengertian Aqidah


2. Menjelaskan ruang lingkup Aqidah
3. Menjelaskan sumber-sumber dalam Aqidah Islam
4. Memaparkan tujuan Aqidah Islam
5. Menerangkan dalil-dalil tentang Aqidah Islam
6. Menjelaskan fungsi Aqidah Islam
7. Memaparkan manfaat Aqidah bagi umat Islam

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Aqidah

Kata akidah berasal dari Bahasa Arab, yaitu dari kata al-‘aqdu yang berarti
ikatan, at-tautsiqu yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-ihkamu
yang artinya mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabthu biquwwah yang berarti
mengikat dengan kuat.

Sedangkan menurut istilah, akidah adalah iman yang teguh dan pasti, yang
tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakininya. Selain pengertian
akidah secara umum, ada beberapa definisi akidah dari para ahli, yaitu

• Abu Bakar Jabir Al Jazairy

Akidah adalah kebenaran yang dapat diterima manusia berdasarkan


akal, wahyu, dan fitrah. Akidah ditanamkan dalam hati dengan keyakinan yang
kuat dan menolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran tersebut.

• Hasal Al Banna

Akidah, yaitu beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh


Muslim yang mendatangkan ketenteraman jiwa dan tidak dicampuri oleh rasa
ragu-ragu.

• Syaikh Taqiyuddin An Nabhaniy

Akidah merupakan iman atau keyakinan yang bersifat pasti


berdasarkan dalil-dalil Islam.

• Mahmud Syaltouth

Akidah merupakan cara pandang seseorang tentang segala perkara yang


tidak diikuti dengan keraguan apa pun.

3
• Muhammad Husein Abdullah

Akidah merupakan pemikiran yang menyuluruh tentang alam, manusia,


kehidupan, dan semua yang berhubungan dengan Tuhan, hari kiamat, syariat, dan
hisab.

Dari seluruh definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa akidah berarti suatu
keyakinan kuat yang tertanam dalam hati seorang Muslim dan dapat
menenteramkan hati, menyelamatkan akal, dan sesuai dengan fitrah manusia.
Keyakinan tersebut diucapkan melalui lisan dan dipraktikkan melalui perbuatan.

B. Ruang Lingkup Aqidah Islam

1. Akidah Uluhiyah

Akidah Uluhiyah adalah keyakinan atass segala macam ibadah hanya


dilakukan untuk Allah SWT. Akidah ini merepresentasikan rukun iman yang
pertama, yaitu iman kepada Allah SWT. Seperti firman Allah dalam surah Al-
Anbiyaa ayat 92 yang artinya:

Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang
satu dan Aku adalah Rabb-mu, maka beribadahlah kepada-Ku (semata-mata)” (QS
al-Anbiyaa’:92).

2. Akidah Ruhanniyah

Akidah Ruhanniyah adalah keyakinan atas satu-satunya pencipta di dunia


ini hanyalah Allah SWT. Mulai dari alam semesta, malaikat, jin, iblis, setan, dan
roh. Semuanya tunduk dan patuh terhadap perintah Allah.

Akidah ini merepresentasikan rukun iman yang kedua, yakni iman kepada malaikat
Allah. Sebagaimana firman Allah dalam surah Maryam ayat 65 yang artinya:

“Rabb (yang menguasai) langit dan bumi dan segala sesuatu yang ada di
antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadah
kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang
patut disembah)?” (QS Maryam: 65).

4
3. Akidah Nubuwwah

Akidah Nubuwwah adalah keyakinan yang berhubungan dengan nabi dan


rasul serta termasuk kitab-kitab yang diturunkan kepada mereka, mukjizat, serta
karamahnya. Akidah ini menunjukkan bagian dari rukun iman yang ketiga dan
keempat, yaitu iman kepada Kitab dan Rasul Allah.

Sebagaiman firman Allah yang tercantum dalam surah Al Baqarah ayat 285
yang artinya:

“Rasul (Muhammad) beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya (Al-


Qur'an) dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semua beriman
kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya.
(Mereka berkata), “Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-
Nya.” Dan mereka berkata, “Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami Ya
Tuhan kami, dan kepada-Mu tempat (kami) kembali.” (QS. Al Baqarah ayat 285)

4. Akidah Sam’iyyah

Akidah sam’iyyah adalah keyakinan tentang segala sesuatu yang hanya bisa
diketahui lewat dalil Al-Qur'an dan Assunah. Seperti alam barzah, akhirat, azab
kubur, hari kiamat, surga, dan neraka.

Hal tersebut juga sebagaimana rukun iman yang kelima dan keenam, yaitu
iman kepada hari akhir dan iman kepada Qada dan Qadar. Hal ini telah dijelaskan
dalam Al-Qur'an surah Al Araf ayat 187 yang artinya:

Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang Kiamat, “Kapan


terjadi?” Katakanlah, “Sesungguhnya pengetahuan tentang Kiamat itu ada pada
Tuhanku; tidak ada (seorang pun) yang dapat menjelaskan waktu terjadinya selain
Dia. (Kiamat) itu sangat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di
bumi, tidak akan datang kepadamu kecuali secara tiba-tiba.” Mereka bertanya
kepadamu seakan-akan engkau mengetahuinya. Katakanlah (Muhammad),
“Sesungguhnya pengetahuan tentang (hari Kiamat) ada pada Allah, tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Al Araf:187)

5
C. Sumber Aqidah Islam

1. Al-Qur’an sebagai sumber Aqidah

Firman Allah SWT yang diwahyukan kepada Rasulullah melalui perantara


malaikat Jibril. Di dalamnya Allah telah menjelaskan segala sesuatu yang telah
dibutuhkan oleh hamba-Nya sebagai bekal kehidupan di dunia dan di akhirat. Ia
merupakan petunjuk bagi orang-orang yang diberi petunjuk, pedoman hidup bagi
orang-orang yang beriman, dan obat bagi jiwa-jiwa yang terluka.

Sebagaimana Firman Allah dalam QS.Al-An’am:115, “dan telah sempurna


firman Tuhanmu (Al-Qur’an) dengan benar dan adil. Tidak ada yang dapat
mengubah Firman-Nya. Dan Dia Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.”

Al-Imam Asy-Syatibi mengatakan Bahwa sesungguhnya Allah telah


menurunkan syariat ini kepada Rasul-Nya yang didalamnya terdapat penjelasan
atas segala sesuatu yang dibutuhkan manusia tentang kewajiban dan peribadatan
yang dipikulkan diatas pundaknya, termasuk didalamnya perkara aqidah. Allah
menurunkan Al-Qur’an sebagai sumber hukum aqidah karena Allah mengetahui
kebutuhan manusia sebagai seorang hamba yang diciptakan untuk beribadah
kepada-Nya. Bahkan jika dicermati akan ditemui banyak ayat dalam Al-Qur’an
yang dijelaskan tentang aqidah, baik secara tersurat maupun secara tersirat. Oleh
karena itu, menjadi hal yang wajib jika kita mengetahui dan memahami aqidah yang
bersumber dari Al-Qur’an. Kitab mulia ini merupakan penjelasan langsung dari
Rabb manusia, yang hak dan tidak pernah sirna ditelan masa.

2. As-Sunnah sumber kedua Aqidah

Seperti halnya Al-Qur’an, As-Sunnah adalah satu jenis wahyu yang datang
dari Allah SWT walaupun Lafadznya bukan dari Allah tapi maknanya datang
darinya. Hal ini diketahui dalam firman Allah QS. An-Najm: 3-4. “dan tidaklah
yang diucapkan-Nya itu (Al-Qur’an) menurut keinginan-Nya. Tidak lain (Al-
Qur’an itu) adalah wahyu yang diwahyukan kepadanya.”

Rasulullah saw bersabda, ”tulislah demi dzat yang jiwaku berada ditangan-
Nya, tidak keluar dari-Nya kecuali kebenaran sambil menunjuk lidahnya” (HR.
Abu dawud).

6
Yang menjadi persoalan adalah banyaknya hadits lemah yang beredar
ditengah umat dianggap “mutiara” yang bukan berasal dari Rasulullah SAW
dinisbahakan kepada beliau. Hal ini tidak lepas dari usaha penyimpangan yang
dilakukan oleh musuh-musuh Allah untuk mendapatkan keuntungan yang sedikit.
Akan tetapi, maha suci Allah yang telah menjaga kemurnian As-Sunnah hingga
akhir zaman melalui para ulama ahli ilmu. Selain melakukan penjagaan terhadap
ahli sunnah, Allah telah menjadikan As-Sunnah sebagai sumber hukum dalam
Agama. Kekuatan As-Sunnah dalam menetapkan syari’at termasuk perkara aqidah
ditegaskan dalam banyak ayat Al-Qur’an, diantaranya firman Allah dalam QS.An-
nisa:59. “Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) diantara kamu.Kemudian, jika
kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah pada Allah (Al-
Qur’an) dan Rasul (AsSunnah), jika kamu beriman kepada Allah dan hari
kemudian.Yang demikian itu, lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya.”

Firman Allah di atas menunjukkan bahwa tidak ada pilihan lain bagi seorang
muslim untuk mengambil sumber-sumber hukum aqidah dari As-Sunnah dengan
pemahaman ulama. Ibnu Qayyim juga pernah berkata “Allah memerintahkan untuk
mentaati-Nya dan mentaati Rasul-Nya”, dengan mengulangi kata kerja (taatilah)
yang menandakan bahwa menaati Rasul wajib secara independen tanpa harus
mencocokkan terlebih dahulu dengan Al-Qur’an, jika beliau memerintahkan
sesuatu. Hal ini dikarenakan tidak akan pernah ada pertentangan antara Qur’an dan
Sunnah.

3. Ijma’ Para Ulama

Sumber aqidah yang berasal dari kesepakatan para mujtahid Umat


Muhammad saw setelah beliau wafat, tentang urusan pada suatu masa. Mereka
bukanlah orang yang sekedar tahu tentang ilmu tetap juga memahami dan
mengamalkan ilmu. Berkaitan dengan ijma’, Allah swt berfirman dalam QS.An-
Nisa:115. “dan barang siapa menentang Rasul (Muhammad) setelah jelas
kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin,
kami biarkan dia dalam kesesatan yang telah dilakukannya itu dan akan masukkan
ia kedalam Neraka Jahannam, dan itu seburuk-buruk tempat kembali.” Imam

7
Syafi’I menyebutkan bahwa ayat ini merupakan dalil pembolehan disunnatkannya
Ijma’, yaitu diambil dari kalimat “Jalannya orang-orang yang beriman” yang berarti
Ijma’. Beliau juga menambahkan bahwa dalil ini adalah dalil Syar’I yang wajib
untuk diikuti karena Allah menyebutkannya secara bersamaan dengan larangan
menyelisihi Rasul. Di dalam pengambilan Ijma’ terdapat juga beberapa
kaidahkaidah penting yang tidak boleh ditinggalkan. Ijma’ dalam masalah akidah
harus bersandarkan kepada dalil dari Al-Qur’an dan AsSunnah yang shahih karena
perkara aqidah adalah perkara tauqifiyah yang tidak diketahui kecuali dengan jalan
wahyu. Sedangkan fungsi Ijma’ adalah menguatkan Al-Qur’an dan As-Sunnah
serta menolak kemungkinan terjadinya kesalahan dalam dalil yang dzani sehingga
menjadi qotha’i.

4. Akal Sehat Manusia

Selain ketiga sumber diatas, akal juga menjadi sumber hukum aqidah dalam
Islam. Hal ini merupakan bukti bahwa Islam sangat memuliakan akal serta
memberikan haknya sesuai dengan kedudukannya, dengan cara memberikan
batasan dan petunjuk kepada akal agar tidak terjebak kedalam
pemahamanpemahaman yang tidak benar. Hal ini sesuai dengan sifat akal yang
memiliki keterbatasan dalam memahami suatu ilmu atau peristiwa.

Apa yang akan Anda lakukan jika seseorang yang Anda percaya berkata
kepada Anda bahwa ada korsleting listrik di rumah Anda yang dapat menyebabkan
kebakaran? Apa yang akan Anda lakukan jika seseorang berkata kepada Anda
bahwa di kantor tempat Anda bekerja ada bahan peledak? Walaupun kemungkinan
benarnya berita itu kecil sekali, tentu Anda akan langsung mencari dan memeriksa
rumah Anda sampai Anda yakin bahaya tersebut tidak ada.

Begitu juga jika seseorang mengatakan kepada Anda bahwa mati bukan
akhir dari segalanya, bahwa Pencipta alam ini telah menetapkan aturan-aturan yang
mengakibatkan kesengsaraan abadi (neraka) bagi orang yang tidak menaatinya.
Anda, seperti manusia lain, dengan fitrah Anda akan memperhatikan hal-hal ini
walaupun Anda sebenarnya berpikir bahwa kemungkinan benarnya kata-kata
tersebut kecil sekali. Sebab, apa yang dikatakan orang tersebut sangat penting dan
bernilai.

8
Itulah yang mendorong manusia untuk terus mencari dan mengetahui
hakikat mengenai hal tersebut sampai dia mendapatkan hasil yang meyakinkan,
terlepas dari positif atau negatifnya hasil yang dia dapatkan.

Agama Islam tidak membenarkan pengagungan terhadap akal dan tidak pula
membenarkan pelecehan terhadap kemampuan akal manusia, seperti yang biasa
dilakukan oleh beberapa golongan (firqoh) yang menyimpang. Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah mengatakan : “akal merupakan syarat untuk memahami ilmu dan
kesempurnaan beramal dengan keduanyalah ilmu dan dan amal menjadi sempurna,
hanya saja ia tidak dapat berdiri sendiri. Di dalam jiwa ia berfungsi sebagai sumber
kekuatan, sama seperti kekuatan penglihatan pada mata yang jika mendapatkannya
cahaya Iman dan Al-Qur’an seperti mendapat cahaya matahari dan api. Tetapi jika
berdiri sendiri, ia tidak akan mampu melihat (hakikat) sesuatu dan jika sama sekali
dihilangkan ia akan menjadi sesuatu yang berunsur kebinatangan”.

Eksistensi akal memiliki keterbatasan pada apa yang bisa dicerna tentang
perkara-perkara nyata yang memungkinkan panca indra untuk menangkapanya.
Adapun masalah-masalah gaib yang tidak dapat disentuh oleh panca indra maka
tertutup jalan bagi akal untuk sampai pada hakikatnya. Sesuatu yang abstrak/gaib,
seperti akidah tidak dapat diketahui oleh akal kecuali mendapatkan cahaya dan
petunjuk wahyu baik dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shahih. Al-Qur’an dan
As-Sunnah menjelaskan bagaimana cara memahami dan melakukan masalah
tersebut. Salah satu contohnya adalah akal mungkin tidak bisa menerima surga dan
neraka karena tidak bisa diketahui melalui indera. Akan tetapi melalui penjelasan
yang berasal dari Al-Qur’an dan As-Sunnah maka akan dapat diketahui
bahwasanya setiap manusia harus meyakininya. Mengenai hal ini Ibnu Taimiyah
mengatakan bahwa apa yang tidak terdapat dalam AlQur’an, As-Sunnah, dan ijma’
yang menyelisih akal sehat karena sesuatu yang bertentangan dengan akal sehat
adalah batil. Sedangkan tidak ada kebatilan dalam Al-Qur’an, Sunnah, dan ijma’.
Tetapi padanya terdapat kata-kata yang mungkin sebagian orang tidak
memahaminya atau mereka memahaminya dengan makna yang batil.

9
5. Fitrah Kehidupan

Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda : 13 “setiap anak yang lahir
dalam keadaan fitrah, maka kedua orangtuanyalah yang membuat ia menjadi
yahudi, nasrani, atau majusi.”( H. R. Muslim )

Dari hadits dapat diketahui bahwa sebenarnya manusia memiliki


kecenderungan untuk menghamba kepada Allah. Akan tetapi bukan berarti bahwa
bayi yang lahir telah mengetahui rincian agama islam. Setiap bayi yang lahir tidak
mengetahui apaapa. Tetapi setiap mamiliki fitrah untuk sejalan dengan Islam
sebelum dinodai oleh penyimpangan-penyimpangan. Bukti mengenai hal ini adalah
fitrah manusia untuk mengakui bahwa mustahil ada dua pencipta alam yang
memiliki sifat dan kemampuan yang sama. Bahkan ketika ditimpa musibah pun
banyak manusia yang menyeruh kepada Allah seperti dijelaskan dalam firmannya:
Q. S Al- Israa’:67. “dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilang
semua yang biasa kamu seru, kecuali Dia. Tapi ketika Dia menyelamatkan kamu
kedaratan, kamu berpaling dari-Nya. Dan manusia memang selalu ingkar (tidak
bersyukur).”

D. Tujuan Aqidah
Aqidah islam mempunyai banyak tujuan yang baik yang harus dipegang
teguh, yaitu;
• Untuk mengihklaskan niat dan ibadah kepada Allah semata. Karena Dia
adalah pencipta yang tidak ada sekutu baginya, maka tujuan dari ibadah
haruslah diperuntukkan hanya kepada-Nya.
• Membebaskan akal dan pikiran dari kekacauan yang timbul dari kosongnya
hati dari aqidah. Kerena orang yang hatinya kosong dari aqidah ini, ada
kalanya kosong hatinya dari setiap aqidah serta menyembah materi yang
dapat di indra saja dan ada kalanya terjatuh pada berbagai kesesatan aqidah
dan khurafat.
• Ketenangan jiwa dan pikiran, tidak cemas dalam jiwa dan tidak goncang
dalam pikiran. Karena aqidah ini akan menghubungkan orang mukmin
dengan penciptanya lalu rela bahwa Dia sebagai Tuhan yang mengatur, hakim

10
yang membuat tasyri’. Oleh karena itu, hatinya menerima takdirnya, dadanya
lapang untuk menyerah lalu tidak mencari pengganti yang lain.
• Meluruskan tujuan dan perbuatan dari penyelewengan dalam beribadah
kepada Allah dan bermuamalah dengan orang lain. Karena diantara dasar
aqidah ini adalah mengimani rasul, dengan mengikuti jalan mereka yang lurus
dalam tujuan dan perbuatan
• Bersungguh-sungguh dalam segala sesuatu dengan tidak menghilangkan
kesempatan beramal baik, kecuali digunakannya dengan mengharap pahala.
Serta tidak melihat tempat dosa kecuali menjauhinya dengan rasa takut dari
siksa. Karena diantara dasar aqidah ini adalah mengimani kebangkitan serta
balasan terhadap seluruh perbuatan, hal ini dijelaskan dalam surat berikut ini
yang bunyinya, “Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat
(seimbang) dengan apa yang dikerjakannya. Dan Tuhanmu tidak lengah dari
apa yang mereka kerjakan.” (Q.S Al-An’am; 132).

E. Dalil-dalil Aqidah Islam

Dalam ajaran Islam, aqidah memiliki kedudukan yang sangat penting. Ibarat
suatu bangunan, aqidah adalah pondasinya, sedangkan ajaran Islam yang lain,
seperti ibadah dan akhlaq, adalah sesuatu yang dibangun di atasnya. Rumah yang
dibangun tanpa pondasi adalah suatu bangunan yang sangat rapuh. Tidak usah ada
gempa bumi atau badai, bahkan untuk sekedar menahan atau menanggung beban
atap saja, bangunan tersebut akan runtuh dan hancur berantakan.

Maka, aqidah yang benar merupakan landasan (asas) bagi tegak agama
(addinu) dan diterimanya suatu amal. Aqidah Islam juga menuntut hanya nabi
Muhammad saw sebagai satu-satunya panutan di antara semua makhluk yang ada.
Tidak boleh mengikuti selain Rasulullah Muhammad, dan tidak diterima selain dari
beliau. Beliaulah yang telah menyampaikan syari’at Rabbnya. Tidak diperkenankan
mengambil syari’at selain dari beliau (siapapun orangnya), atau dari agama dan
ideologi selain Islam, atau dari para pakar hukum. Seorang muslim wajib mengikuti
dan mengambil hukum hanya dari Rasul saw berdasarkan firman Allah Swt:

11
‫ع الل‬ َ َ‫سو َل فَقَد ا‬
َ ‫طا‬ ُ ‫الر‬
َّ ‫َمن ي ُِّط ِع‬

“barangsiapa yang taat kepada rasul maka sungguh dia telah taat
kepada Allah.” (QS.An-nisaa:80)

Dan firman-Nya:

َ‫سو َل لَعَلَّ ُكم تُر َح ُمون‬ َّ ‫َواَ ِطيعُوا‬


ُ ‫الر‬

“Taatlah kalian kepada rasul semoga kalian dirahmati.” (QS.An-Nuur:56)

Dan firman-Nya Jalla wa’alaa

ُ‫علَي ُكم َّما ُح ِملتُم َواِن ت ُ ِطيعُوه‬ َ ‫سو َل فَاِن ت ََولَّوا فَ ِانَّ َما‬
َ ‫علَي ِه َما ُح ِم َل َو‬ ُ ‫الر‬ َّ ‫قُل اَ ِطيعُوا ّللاَ َواَ ِطيعُوا‬
ُ‫سو ِل ا َِّّل البَ ٰل ُغ ال ُم ِبين‬ َّ ‫علَى‬
ُ ‫الر‬ َ ‫تَهتَدُوا َو َما‬

“Katakanlah: “Taat kepada Allah dan taatlah kepada rasul; dan jika
kamu berpaling Maka Sesungguhnya kewajiban Rasul itu adalah apa yang
dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu sekalian adalah semata-mata apa
yang dibebankan kepadamu. dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu
mendapat petunjuk. dan tidak lain kewajiban Rasul itu melainkan
menyampaikan (amanat Allah) dengan terang”. (QS.An-Nuur:54)

Dan Allah Azza wajalla berfirman:

َ‫سو َل فَاِن ت ََولَّوا فَا َِّن ّللاَ َّل ي ُِحبُّ ال ٰك ِف ِرين‬ َّ ‫قُل اَ ِطيعُوا ّللاَ َو‬
ُ ‫الر‬

“Katakanlah: “Ta’atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling,


Maka Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir”.(QS.Ali
Imran:32)

Dan ayat-ayat yang masih banyak lagi dari kitabullah Azza wajalla.

Dan telah datang pula perintah dari Allah Azza wajalla untuk mengikuti
Rasul-Nya Shallallahu alaihi wasallam berupa perintah untuk menjadikannya
sebagai suri tauladan dalam banyak tempat (dalam al-qur’an).

Allah Azza wajalla berfirman

‫غفُور َّر ِحيم‬ َّ ‫ٱّللُ َويَغ ِفر لَ ُكم ذُنُو َب ُكم َو‬
َ ُ‫ٱّلل‬ َّ َ‫قُل إِن ُكنتُم ت ُ ِحبُّون‬
َّ ‫ٱّللَ فَٱتَّبِعُونِى يُحبِب ُك ُم‬

12
“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku,
niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali 'Imran:31)

Dan Allah Azza wajalla juga berfirman:

ُ ‫فَ ٰا ِمنُوا بِاّللِ َو َر‬


َ‫سو ِل ِه النَّبِي ِ اّلُ ِمي ِ الَّذِي يُؤ ِمنُ بِاّللِ َو َكلِمٰ تِه َواتَّبِعُوهُ لَعَلَّ ُكم تَهتَدُون‬

“Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, nabi yang ummi
yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya dan ikutilah Dia,
supaya kamu mendapat petunjuk”. (QS.Al-A’raf:158)

َ ‫سو ُل فَ ُخذُوهُ َو َما نَهٰ ى ُكم‬


‫عنهُ فَانتَ ُهوا‬ َّ ‫َو َما ٰا ٰتى ُك ُم‬
ُ ‫الر‬

Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah ia, dan apa yang
dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. (Q.S. Al-Hasyr:7)

Akidah Islam juga menuntut kewajiban menerapkan Islam secara sempurna


dan totlitas. Diharamkan menjalankan (hukum Islam) sebagian dan meninggalkan
sebagian lainnya, atau menerapkannya secara bertahap.

Kita tidak boleh membeda-bedakan hukum yang satu dengan hukum yang
lainnya. Seluruh hukum Allah adalah sama dalam hal kewajiban pelaksanaannya.
Oleh karena itu Abubakar dan para sahabat telah memerangi orang-orang yang
tidak mau membayar zakat, karena mereka menolak melaksanakan salah satu
hukum, yaitu hukum zakat. Disamping itu Allah Swt mengancam orang-orang yang
membeda-bedakan antara satu hukum dengan hukum yang lain, atau orang-orang
yang beriman terhadap sebagian dari Kitabullah dan kufur terhadap sebagian
lainnya. Mereka diancam dengan kehinaan di dunia dan siksa yang pedih di akhirat.

Beberapa ulama telah membahas berbagai perkara tentang akidah, antara


lain pembuktian adanya Allah Sang Pencipta, pembuktian kebutuhan akan adanya
10 Rasul dan pembuktian bahwa al-Qur’an berasal dari Allah Swt dan Muhammad
saw adalah seorang Rasul. Semua itu dibahas berdasarkan dalil ‘aqli dan naqli yang
berasal dari al-Qur’an dan Hadits mutawatir. Meraka telah membahas pula perkara
qadar, qadha dan rizki, tawakal kepada Allah, serta perkara hidayah (petunjuk) dan
dlalalah (kesesatan).

13
F. Macam Macam Fungsi Aqidah

Aqidah sesuai dengan fungsinya sebagai dasar agama, maka keberadaan


aqidah Islam sangat menentukan bagi seorang muslim, sebab dalam sistem teologi
agama ini diyakini bahwa sikap, perbuatan dan perubahan yang terjadi dalam
perilaku dan aktivitas seseorang sangat dipengaruhi oleh sistem teologi atau aqidah
yang dianutnya. Untuk itu signifikansi akidah dalam kehidupan seseorang muslim
dapat dilihat paling tidak dalam tujuh hal, yaitu:

1. Aqidah Islam merupakan landasan seluruh ajaran Islam.

Di atas keyakinan dasar inilah dibangun ajaran Islam lainnya, yaitu


syari’ah (hukum islam) dan akhlaq (moral Islam). Oleh karena itu,
pengamalan ajaran Islam lainya seperti shalat, puasa, haji, etika Islam
(akhlak) dan seterusnya, dapat diamalkan di atas keyakinan dasar tersebut.
Tanpa keyakinan dasar, pengamalan ajaran agama tidak akan memiliki
makna apa-apa.

2. Akidah Islam berfungsi membentuk kesalehan seseorang di dunia, sebagai


modal awal mencapai kebahagiaan di akhirat.

Hal ini secara fungsional terwujud dengan adanya keyakinan


terhadap kehidupan kelak di hari kemudian dan setiap orang
mempertanggungjawabkan perbuatannya di dunia, Semua ibadah yang kita
laksanakan jika tanpa ada landasan aqidah maka ibadah kita tersebut tidak
akan diterima.

3. Akidah Islam berfungsi menyelamatkan seseorang dari keyakinan-


keyakinan yang menyimpang, seperti bid’ah, khurafat, dan penyelewengan-
penyelewengan lainya,
4. Menuntun dan mengembangkan dasar ke Tuhanan yang dimiliki manusia
sejak lahir. Akidah islam berfungsi untuk menetapkan seseorang sebagai
muslim atau non muslim.
Begitu pentingnya kajian akidah islam hingga bidang ini telah
menjadi perbincangan serius dikalangan para ahli sejak zaman awal Islam
sampai hari ini, termasuk di Indonesia. Di dalam apresiasinya, kajian

14
mengenai bidang ini melahirkan beberapa aliran, seperti Muktazilah,
Asy’ariyah, Murjiah, Syiah, Khawarij, Qadariyah, Jabbariyah dan lain-lain.
Sebagai hal yang sangat fundamental bagi seseorang, aqidah oleh karenanya
disebut sebagai titik tolak dan sekaligus merupakan tujuan hidup. Atas dasar
itu maka aqidah memiliki peran yang sangat penting di dalam memunculkan
semangat peningkatan kualitas hidup seseorang
5. Akidah Dapat Menimbulkan Optimisme Dalam Kehidupan.
Sebab manusia yang di dalam dirinya tertanam akidah atau
keyakinan yang kuat, akan selalu merasa optimis dan merasa akan berhasil
dalam segala usahanya. Keyakinan ini didorong oleh keyakinan yang lain
bahwa allah sangat dekat padanya, bahkan selalu menyertainya dalam usaha
dan aktivitasaktivitasnya. Sementara bagi orang yang tidak memiliki akidah
yang benar dan kuat tidak akan memilki keyakinan yang kuat, jiwanya akan
menjadi gersang dan hampa, dan selalu diliputi keraguan dalam bertindak.
Sehingga jika tertimpa sedikit cobaan dan rintangan, ia menjadi gelisah,
keluh kesah, yang sering kali berakhir dengan putus asa, karena ia tidak
memiliki pegangan batin yang kuat di luar kemampuanya.
6. Akidah Dapat Menumbuhkan Kedisiplinan.
Disiplin dimaksud, seperti disebut oleh Yusuf Qardhawiy, adalah
kepatuhan dan ketaatan dalam mengikuti semua ketentuan dan tata tertib
yang berlaku, termasuk hukum alam (sunnah Allah) dengan kesadaran dan
tanggung jawab. Akidah yang mantap akan mampu menempatkan diri
seseorang sebagai makhluk berdisiplin tinggi dalam kehidupannya. Disiplin
adalah kata kunci untuk keberhasilan. Karena itu bila seseorang muslim
ingin berhasil, ia harus berdisplin. Tanpa disiplin, tidak mungkin seseorang
dapat meraih kesuksesannya. Dalam konteks peningkatan kualitas hidup
displin sangat dituntut terutama: Disiplin dalam waktu. Artinya, tertib dan
teratur dalam memanfaatkannya dalam penanganan kerja maupun dalam
melakukan ibadah mahdhah.
Disiplin dalam bekerja. Artinya, seorang muslim yang berakidah
menyadari bahwa ia harus bekerja, sebagai pelaksanaan tanggung jawabnya
sebagai khalifah Allah. Dan agar kerjanya berhasil baik, diperlukan sikap

15
displin. Sebab penangan kerja dengan kedisplinan akan menghasilkan
sesuatu secara maksimal dan membahagiakan.
7. Aqidah Berpengaruh Dalam Peningkatan Etos Kerja.
Sebab seseorang yang memilki keyakinan yang mantap akan selalu
berupaya keras untuk keberhasilan kerjanya, sebagai bagian dari
pemenuhan kataatanya pada Allah. Dengan demikian melalui aqidahnya
akan tersembul etos kerja yang baik yang tercermin dari ciri-ciri berikut ini:
a. Memiliki jiwa kepeloporan dalam menegakan kebenaran.
Kepeloporan disini dimaksud sebagai mengambil peran secara
aktif untuk mempengaruhi orang lain agar dapat meningkatkan
kualitas hidupnya. Jadi, ia memilki kemampuan untuk
mengambilposisi dan sekaligus memainkan peran (role) sehingga
kehadirannya selalu dirasakan memberikan spirit bagi munculnya
semangat peningkatan kualitas hidup setiap orang di sekitarnya.
b. Memiliki perhitungan (kalkulatif)

Setiap langkah dalam hidupnya selalu diperhitungkan dari


segala aspek, termasuk untung dan resikonya, dan tentu saja sebuah
perhitungan yang rasional.

c. Tidak merasa puas dalam berbuat kebajikan.

Tipe muslim yang memilki aqidah yang kaut akan tampak dari
semangatnya yang tak kenal lelah melakukan berbagai aktivitas untuk
mencapai dan menegakan kebaikan. Sekali dia berniat, ia akan
menepati cita-citanya secara serius dan cermat, serta tidah mudah
menyerah bila berhadapan dengan cobaan dan rintangan. Dengan
semangat semacam ini 18 seorang muslim selalu berusahamengambil
posisi dan memainkan peranan positif, dinamis, dan keratif dalam
penanganan kerjanya,dan memberi contoh kepada orang yang
disekitarnya. Sedemikian pentingnya peran dan kontribusi aqidah bagi
peningkatan kualitas hidup seorang muslim, hingga pemerhati
masalah-masalah tauhid, Ismail Razi alfaruqi menyebut aqidah
(tauhid) sebagai prinsip ekonomi Islam dalam bentuk etika produksi,

16
etika distribusi dan etika konsumsi. Aqidah sebagai kebenaran
merupakan landasan keyakinan bagi seorang muslim memiliki fungsi
dan peranan yang sangat besar dalam hidupnya antara lain :

1) Menopang seluruh perilaku, membentuk dan memberi


corak dan warna kehidupannya dalam hubungannya dengan
makhluk lain dan hubungannya dengan Tuhan.
2) Aqidah/ keyakinan akan memberikan ketenangan dan
ketentraman dalam pengabdian dan penyerahan dirinya
secara utuh kepada Dzat Yang Maha Besar.
3) Dengan iman seorang muslim akan senantiasa
menghadirkan dirinya dalam pengawasan Allah semata.
4) Aqidah sebagai filter, penyaring budaya-budaya non Islami
(sekuler).
5) Mengikhlaskan niat hanya kepada Allah.
6) Membebaskan akal dan pikiran dari kekeliruan yang timbul
karena jiwa yang kosong dari aqidah .
7) Memperoleh ketenangan jiwa.
8) Meluruskan tujuan dan perbuatan dari penyelewengan
dalam beribadah kepada Allah dan bermu’amallah dengan
orang lain.
9) Menuntun orang untuk berbuat dan
mempertanggungjawabkan perbuatannya dengan sungguh-
sungguh.

Seseorang yang memiliki aqidah yang kuat, pasti akan beribadah dengan
tertib, memiliki akhlaq mulia dan bermu’amallah (hubungan sesama manusia)
dengan baik dan tanpa pamrih.

G. Manfaat Aqidah Bagi Umat Islam

Aqidah Islam merupakan landasan setiap perilaku orang hidup beragama.


Oleh sebab itu memepelajari aqidah islam sangatlah bermanfa’at. Karena Aqidah
Islamiyah bersumber dari Allah yang mutlak, maka kesempurnaannya tidak
diragukan lagi. Berbeda dengan filsafat yang merupakan karya manusia, tentu

17
banyak kelemahannya. Makanya seorang mu'min harus yakin kebenaran Aqidah
lslamiyah sebagai poros dari segala pola laku dan tindakannya yang akan menjamin
kebahagiannya dunia akherat.

Adapun manfaat mempelajari aqidah islam diantaranya;

1) Memperoleh petunjuk hidup yang benar.


2) Selamat dari pengaruh kepercayaan yang akan membawa kerusakan dan
jauh dari kebenaran.
3) Memperoleh ketenangan hidup yang hakiki karena ada hubungan batin
dengan sang pencipta.
4) Tidak mudah terpengaruh dengan dunia yang sifatnya sebentar,yang kekal
adalah akherat.
5) Mendapat jaminan surga jika akidahnya tak tercampur dengan syirik dan
selamat dari kekalnya Neraka.

Manfaat yang lainnya :

1. Membebaskan dirinya dari ubudiyah/ penghambaan kepada selain Allah,


baik bentuknya kekuasaan, harta, pimpinan maupun lainnya.
2. Membentuk pribadi yang seimbang yaitu selalu ber perasangka baik kepada
Allah dalam keadaan suka maupun duka.
3. Dia merasa aman dari berbagai macam rasa takut dan cemas.
4. Aqidah memberikan kekuatan kepada jiwa , sekokoh gunung. Dia hanya
berharap kepada Allah dan ridho terhadap segala ketentuan Allah.

Aqidah Islamiyah adalah asas persaudaraan / ukhuwah dan persamaan.


Tidak beda antara miskin dan kaya, antara pinter dan bodoh, antar pejabat dan
rakyat jelata, antara kulit putih dan hitam dan antara Arab dan bukan, kecuali
takwanya disisi Allah SWT

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam keseluruhan bangunan Islam, aqidah dapat diibaratkan sebagai
fondasi. Dimana seluruh komponen ajaran Islam tegak di atasnya. Aqidah
merupakan beberapa prinsip keyakinan. Dengan keyakinan itulah seseorang
termotivasi untuk menunaikan kewajiban-kewajiban agamanya. Karena sifatnya
keyakinan maka materi aqidah sepenuhnya adalah informasi yang disampaikan oleh
Allah Swt. melalui wahyu kepada nabi-Nya, Muhammad Saw.
Pada hakikatnya filsafat dalam bahasan aqidah tetap bersumber pada Al-
Qur’an dan Sunnah. Allah menganugerahkan kebijakan dan kecerdasan berfikir
kepada manusia untuk mengenal adanya Allah dengan memperhatikan alam
sebagai bukti hasil perbuatan-Nya Yang Maha Kuasa. Hasil perbuatan Allah itu
serba teratur, cermat dan berhati-hati.
Sumber aqidah Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Akal pikiran tidaklah
menjadi sumber aqidah, tetapi hanya berfungsi memahami nash-nash yang terdapat
dalam kedua sumber tersebut dan mencoba kalau diperlukan pembuktian secara
ilmiah kebenaran yang disampaikan Al-Qur’an dan Sunnah. Itupun harus didasari
oleh suatu kesadaran bahwa kemampuan akal sangat terbatas. Sesuatu yang
terbatas/akal tidak akan mampu menggapai sesuatu yang tidak terbatas. Jadi aqidah
berfungsi sebagai ruh dari kehidupan agama, tanpa ruh/aqidah maka syari’at/jasad
kita tidak ada guna apa-apa.

19
Daftar Pustaka

M. Anugrah Arifin M.Pd.I. 2020. Aqidah Akhlaq (Berbasis Humanis). Lekeisha,


Klaten Jawa Tengah

Muh. Asroruddin Al Jumhari. 2020. Belajar Aqidah Akhlak. Deepublish.


Indonesia

Anda mungkin juga menyukai