Anda di halaman 1dari 7

TUGAS 3

Berikut adalah soal Tugas ke-3 yang wajib Anda kerjakan. Bacalah pertanyaan
dengan cermat kemudian jawablah pertanyaan-pertanyaan tersebut.

1. Struktur iman ada tiga yaitu pembenaran dalam hati, ikrar dengan lisan, dan
pembuktian melalui perbuatan. Jelaskan keterkaitan tiga aspek ini!
2. Sebutkan ciri-ciri orang yang beriman!
3. Tuliskan satu ayat Al-Quran atau hadits beserta tafsir atau syarahnya yang
menunjukkan kewajiban menuntut ilmu!
4. Al-Qur’an memberikan apresiasi terhadap ilmu pengetahuan, maka banyak
kata ilmu ataupun derivasinya yang muncul. Jelaskan kata derivasi yang
memiliki kesamaan makna dengan ilmu dalam beragam bentuknya!
5. Al-Qur’an pernah menyebutkan bahwa manusia bisa lebih sesat (buruk) dari
hewan ternak. Di ayat manakah Al-Quran menyebutkan demikian? Tuliskan
ayat tersebut beserta tafsirnya!

Selamat mengerjakan tugas, perhatikan batas waktu pengiriman tugas, pastikan bahwa
tugas Anda sudah terkirim, dan file jawaban tugas dalam bentuk doc/docx/pdf hanya
diunggah pada tempat unggah tugas pada Tuton ini.

Jawaban

1. Iman, sebagai pilar utama dalam berbagai ajaran agama, memiliki struktur yang
kokoh dan terdiri dari tiga aspek utama: pembenaran dalam hati, ikrar dengan lisan,
dan pembuktian melalui perbuatan. Ketiga elemen ini saling berkaitan dan saling
memperkuat, membentuk fondasi yang solid bagi kehidupan spiritual seseorang.

Pembenaran dalam Hati

Pembenaran dalam hati menciptakan dasar kuat bagi iman seseorang. Ini melibatkan
keyakinan yang mendalam dan tulus terhadap ajaran agama yang dianut. Pembenaran
dalam hati mencerminkan kekuatan iman yang bersumber dari hati nurani, menjadi
titik awal dari perjalanan spiritual. Keyakinan yang kuat ini mendorong individu
untuk menggali lebih dalam, mencari pemahaman yang lebih mendalam tentang
kepercayaannya.

Ikrar dengan Lisan

Ikrar dengan lisan adalah langkah berikutnya dalam membangun struktur iman.
Setelah memiliki pembenaran dalam hati, seseorang mengungkapkan keyakinannya
secara verbal. Ungkapan ini bisa berupa doa, pengakuan iman, atau ikrar kepatuhan
terhadap ajaran agama.

Ikrar dengan lisan adalah cara untuk memanifestasikan keyakinan secara eksternal,
berbagi dengan sesama dan, dalam banyak kasus, mengikat diri pada komitmen
spiritual.
Pembuktian Melalui Perbuatan

Pentingnya pembuktian melalui perbuatan tidak dapat diabaikan dalam struktur iman.
Tindakan nyata yang mencerminkan keyakinan dan ikrar menjadi bentuk konkret dari
spiritualitas seseorang. Ini melibatkan penerapan nilai-nilai agama dalam kehidupan
sehari-hari, menjadi teladan yang hidup dari ajaran yang diyakini.

Pembuktian melalui perbuatan tidak hanya menguatkan iman seseorang tetapi juga
membangun jembatan antara kepercayaan pribadi dan pengaruh positif dalam
masyarakat.

Kesatuan yang Membentuk Kekuatan Iman

Ketiga aspek ini saling terkait dan memperkuat satu sama lain. Pembenaran dalam
hati menjadi dasar bagi ikrar dengan lisan, karena keyakinan yang kuat akan
mendorong seseorang untuk berbicara terbuka tentang imannya.

Selanjutnya, ikrar dengan lisan perlu diikuti oleh pembuktian melalui perbuatan,
menciptakan kesinambungan antara ungkapan verbal dan tindakan nyata.

Dengan memahami dan merangkul struktur iman yang melibatkan pembenaran dalam
hati, ikrar dengan lisan, dan pembuktian melalui perbuatan, seseorang dapat
memperkuat dan memperdalam hubungannya dengan kepercayaan spiritualnya.
Fondasi yang kokoh ini memberikan landasan yang berkelanjutan untuk menjalani
kehidupan berdasarkan nilai-nilai agama dan memberikan dampak positif dalam
hubungan dengan sesama.

2. Berikut adalah beberapa ciri-ciri yang mencerminkan kehadiran iman yang kuat
dalam diri seseorang:

1. Taqwa

Orang yang beriman menunjukkan tingkat ketakwaan yang tinggi kepada Allah.
Mereka tidak hanya mengenal perintah-Nya tetapi juga menjalankannya dengan
penuh kesadaran. Ketakwaan ini menciptakan landasan moral bagi keputusan dan
tindakan mereka sehari-hari.

2. Ibadah

Orang beriman adalah individu yang aktif dalam menjalankan ibadah. Shalat, puasa,
zakat, dan haji bukan sekadar rutinitas, tetapi menjadi wujud ketaatan dan pengabdian
kepada Allah. Ibadah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari
mereka.

3. Keadilan

Keadilan merupakan ciri khas dari orang beriman. Mereka bersikap adil dalam setiap
aspek kehidupan, baik dalam hubungan sosial maupun dalam keputusan yang mereka
ambil. Keadilan adalah cermin dari nilai-nilai Islam yang mereka anut.
4. Kesabaran

Orang beriman tidak hanya menjalani kehidupan saat senang dan mudah, tetapi juga
memiliki kesabaran dalam menghadapi cobaan dan ujian hidup. Kesabaran ini muncul
dari keyakinan bahwa setiap ujian memiliki hikmah yang tersembunyi.

5. Kejujuran

Kejujuran menjadi prinsip dasar dalam perkataan dan perbuatan orang beriman.
Mereka menjaga amanah yang diberikan kepada mereka dan selalu berbicara yang
benar tanpa adanya kecurangan.

6. Kasih Sayang

Orang beriman membawa kasih sayang dalam setiap interaksi mereka. Mereka
memiliki kepedulian terhadap sesama manusia dan seluruh makhluk Allah. Kasih
sayang ini menciptakan ikatan harmonis dalam hubungan antarmanusia.

7. Tawakkal

Kepercayaan sepenuhnya kepada Allah, atau tawakkal, menjadi ciri khas orang
beriman. Mereka melepaskan diri dari kecemasan dan berserah diri kepada kehendak-
Nya, menunjukkan keyakinan bahwa Allah adalah pemegang kendali segala hal.

8. Ilmu

Orang beriman senantiasa haus akan ilmu. Mereka tidak hanya mencari pengetahuan
tentang agama tetapi juga tentang dunia. Ilmu menjadi alat untuk lebih mendekatkan
diri kepada Allah dan memahami makna kehidupan.

Ciri-ciri ini menciptakan sebuah pola hidup yang mencerminkan nilai-nilai agama
yang dianut. Orang yang memiliki iman yang kuat tidak hanya hidup untuk diri
mereka sendiri tetapi juga untuk memberikan dampak positif pada dunia di sekitar
mereka.

3. Salah satu ayat Al-Quran yang menekankan kewajiban ini adalah ayat dari Surah
Thaha (QS. Thaha: 114):

"Dan katakanlah: 'Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.'"

Ayat ini memberikan pesan kuat tentang pentingnya menuntut ilmu dan memahami
nilai-nilai ilmu pengetahuan dalam Islam. Berikut adalah tafsir atau syarah dari ayat
tersebut:

Memohon Ilmu kepada Allah:

Ayat ini dimulai dengan permohonan kepada Allah, yang menggarisbawahi bahwa
ilmu pengetahuan adalah karunia dari-Nya. Dalam Islam, semua ilmu pengetahuan
berasal dari Allah, dan manusia sebagai makhluk-Nya diberi tanggung jawab untuk
mengejar pengetahuan.

Menekankan Kepentingan Ilmu:

Ayat ini mengungkapkan bahwa seorang Muslim seharusnya tidak hanya berhenti
pada pengetahuan yang dimilikinya saat ini, melainkan harus terus mencari dan
meningkatkan pengetahuannya. Dengan kata lain, kewajiban menuntut ilmu adalah
proses yang berkelanjutan dalam kehidupan seorang Muslim.

Pengetahuan sebagai Sarana Mendekatkan Diri kepada Allah:

Dalam Islam, ilmu pengetahuan dilihat sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada
Allah. Semakin banyak pengetahuan yang dimiliki seseorang, semakin baik mereka
dapat memahami keagungan Allah dan tata cara hidup yang benar sesuai dengan
ajaran agama.

Ilmu Pengetahuan dan Perbaikan Diri:

Menuntut ilmu juga mencakup pemahaman tentang etika dan moralitas. Dengan ilmu
pengetahuan, seorang Muslim dapat memahami bagaimana menjadi individu yang
lebih baik dan memberikan kontribusi positif dalam masyarakat.

Ilmu Pengetahuan sebagai Penyelamat:

Dalam banyak hadits dan ayat lain dalam Al-Quran, pentingnya ilmu pengetahuan
dalam memahami agama dan menjauhi kesesatan ditekankan. Ilmu pengetahuan
adalah penuntun yang dapat membantu melindungi seorang Muslim dari kesalahan
dan kesesatan.

Dengan demikian, ayat ini dan tafsirnya menyiratkan bahwa menuntut ilmu adalah
kewajiban yang tak terpisahkan bagi seorang Muslim. Ilmu pengetahuan adalah alat
yang membantu mereka dalam memahami agama, berkontribusi dalam masyarakat,
dan tumbuh sebagai individu yang lebih baik. Sebagai umat Islam, kita harus selalu
berupaya untuk meningkatkan pengetahuan kita dan memohon kepada Allah agar
diberikan pemahaman yang lebih dalam dan berkah dalam perjalanan ilmiah kita.

4. Ilmu adalah salah satu kata yang sering digunakan dalam Al-Qur'an untuk
menggambarkan pengetahuan dan pemahaman.

Terdapat beberapa kata derivasi yang memiliki kesamaan makna dengan "ilmu"
dalam beragam bentuknya. Berikut adalah beberapa contoh:

- 'Alim:

Kata ini berasal dari akar kata "ilmu" dan memiliki arti "yang mengetahui" atau "yang
memiliki pengetahuan".
Kata ini digunakan untuk menggambarkan Allah sebagai Yang Maha Mengetahui dan
juga untuk menggambarkan orang-orang yang memiliki pengetahuan yang luas.

- 'Alam:

Kata ini berasal dari akar kata "ilmu" dan memiliki arti "alam semesta" atau "dunia".

Dalam Al-Qur'an, kata ini digunakan untuk menggambarkan penciptaan Allah dan
keajaiban-keajaiban yang ada di alam semesta.

- 'Alimun:

Kata ini juga berasal dari akar kata "ilmu" dan memiliki arti "orang yang mengetahui"
atau "orang yang memiliki pengetahuan".

Kata ini digunakan untuk menggambarkan orang-orang yang memiliki pengetahuan


dan kebijaksanaan.

- 'Alimun bihakim:

Kata ini merupakan gabungan dari kata "alimun" (orang yang mengetahui) dan
"bihakim" (dengan hukum).

Kata ini digunakan untuk menggambarkan orang-orang yang memiliki pengetahuan


dan kebijaksanaan dalam menjalankan hukum-hukum Allah.

- 'Alimun ladun:

Kata ini juga berasal dari akar kata "ilmu" dan memiliki arti "pengetahuan yang
berasal dari sisi Allah".

Kata ini digunakan untuk menggambarkan pengetahuan yang hanya dimiliki oleh
Allah dan tidak dapat dipahami sepenuhnya oleh manusia.

- 'Alimun khabir:

Kata ini merupakan gabungan dari kata "alimun" (orang yang mengetahui) dan
"khabir" (yang mengetahui segala sesuatu).

Kata ini digunakan untuk menggambarkan Allah sebagai Yang Maha Mengetahui
tentang segala sesuatu.

Kesamaan makna antara kata-kata derivasi ini dengan "ilmu" menunjukkan


pentingnya pengetahuan dan pemahaman dalam Islam.

Al-Qur'an memberikan apresiasi yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan dan


mengajak umat Muslim untuk mencari pengetahuan yang bermanfaat dan
menggunakannya untuk kebaikan umat manusia.
5. Surat Al-A’raf Ayat 179

‫َو َلَقْد َذ َر ْأَنا ِلَجَهَّنَم َك ِثيًرا ِّم َن ٱْلِج ِّن َو ٱِإْل نِس ۖ َلُهْم ُقُلوٌب اَّل َيْفَقُهوَن ِبَها َو َلُهْم َأْع ُيٌن اَّل ُيْبِص ُروَن ِبَها َو َلُهْم َء اَذ اٌن اَّل‬
‫َٰٓل‬ ‫َٰٓل‬
‫َيْس َم ُعوَن ِبَهٓا ۚ ُأ۟و ِئَك َك ٱَأْلْنَٰع ِم َبْل ُهْم َأَض ُّل ۚ ُأ۟و ِئَك ُهُم ٱْلَٰغ ِفُلوَن‬

Arab-Latin: Wa laqad żara`nā lijahannama kaṡīram minal-jinni wal-insi lahum


qulụbul lā yafqahụna bihā wa lahum a'yunul lā yubṣirụna bihā wa lahum āżānul lā
yasma'ụna bihā, ulā`ika kal-an'āmi bal hum aḍall, ulā`ika humul-gāfilụn

Artinya: Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan
dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk
memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka
mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat
Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka
itulah orang-orang yang lalai.

# Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

Dan sungguh Kami telah menciptakan sebagai penghuni neraka (yang Allah
menimpakan siksaan di dalamnya bagi orang yang berhak untukk menerima siksaan
di akhirat) banyak dari golongan jin dan manusia, mereka memiliki hati yang tidak
bisa mereka gunakan untuk berpikir, sehingga mereka tidak pernah berharap pahala
dan tidak pernah takut siksaanm dan mereka memiliki mata yang tidak bisa dipakai
untuk melihat dengannya kepada ayat-ayat Allah dan dalil-dalilNya, dan mereka
memiliki telingan yang tidak bisa dipakai untuk mendengar dengannya ayat-ayat kitab
Allah sehingga mereka bertafakur dengannya, mereka itu seperti binatang tidak
memahami ucapan yang disampaikan kepadanya, dan tidak memahami apa yang
mereka lihat, dan tidak bisa berpikir dengan hatinya tentang kebaikan dan keburukan
sehingga mampu untuk membedakan diantara keduanya, bahkan mereka lebih sesat
daripada binatang itu, karena sesungguhnya binatang bisa melihat apa yang
bermanfaat untuknya dan apa yang berbahaya untuknya dan bisa mengikuti
penggembalanya, sedangkan mereka kebalikan dari itu, mereka adalah orang-orang
yang lalai dari keimanan kepada Allah dan ketaatan kepadaNya.

Referensi : https://tafsirweb.com/2633-surat-al-araf-ayat-179

https://www.smol.id/

Anda mungkin juga menyukai