NIM : 858768191
1. Ketiga aspek dalam struktur iman - pembenaran dalam hati, ikrar dengan lisan, dan
pembuktian melalui perbuatan - saling terkait dan saling mempengaruhi satu sama lain.
Pertama, pembenaran dalam hati adalah dasar dari iman. Ini mencakup keyakinan yang kuat
dan tulus dalam hati seseorang tentang keberadaan Tuhan, kebenaran ajaran agama, dan
prinsip-prinsip moral yang dipegang. Pembenaran dalam hati adalah fondasi dari iman dan
mempengaruhi sikap dan tindakan seseorang.
Kedua, ikrar dengan lisan adalah ekspresi verbal dari iman. Melalui ikrar ini, seseorang
secara terang-terangan menyatakan keyakinan dan komitmen mereka terhadap ajaran agama
dan prinsip-prinsip moral yang mereka anut. Ikrar dengan lisan adalah cara untuk
mengungkapkan iman kepada orang lain dan memperkuat keyakinan dalam diri sendiri.
Ketiga, pembuktian melalui perbuatan adalah implementasi nyata dari iman dalam kehidupan
sehari-hari. Tindakan dan perilaku seseorang mencerminkan iman mereka. Jika seseorang
memiliki iman yang kuat, mereka akan berusaha untuk hidup sesuai dengan ajaran agama dan
prinsip-prinsip moral yang mereka yakini. Pembuktian melalui perbuatan adalah cara untuk
menunjukkan kepada dunia bahwa iman seseorang adalah nyata dan berdampak dalam
kehidupan mereka.
Jadi, ketiga aspek ini saling melengkapi dan saling memperkuat satu sama lain. Pembenaran
dalam hati menjadi dasar bagi ikrar dengan lisan, dan ikrar dengan lisan memberikan
dukungan dan kekuatan bagi pembuktian melalui perbuatan. Ketika ketiga aspek ini berjalan
sejalan, seseorang dapat mengalami iman yang kokoh dan hidup sesuai dengan nilai-nilai
yang diyakininya.
3. ")َم ْن َس َلَك َط ِر يًقا َي ْلَت ِمُس ِفيِه ِع ْلًما َسَّهَل ُهَّللا َلُه ِبِه َط ِر يًقا ِإَلى اْلَج َّن ِة" (رواه مسلم
Artinya: "Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan
memudahkan baginya jalan menuju Surga." (HR. Muslim)
Ayat ini menunjukkan kewajiban bagi setiap muslim untuk menuntut ilmu. Allah
menjanjikan kemudahan menuju Surga bagi mereka.
4. Dalam Al-Qur'an, terdapat beberapa kata derivasi yang memiliki kesamaan makna dengan
"ilmu" dalam beragam bentuknya. Berikut adalah beberapa contoh kata derivasi tersebut :
1) 'Ilm ()ِع ْلم: Kata ini merupakan bentuk dasar dari "ilmu" dalam bahasa Arab. Kata ini
digunakan dalam Al-Qur'an untuk merujuk pada pengetahuan yang diperoleh melalui
pembelajaran dan pengamatan. Contoh penggunaan kata ini dapat ditemukan dalam
Surah Al-Baqarah ayat 31, di mana Allah memberikan pengetahuan kepada Nabi
Adam tentang nama-nama segala sesuatu.
2) 'Alim ()َعاِلم: Kata ini merupakan bentuk isim fa'il (pelaku) dari kata 'ilm. Kata ini
digunakan dalam Al-Qur'an untuk merujuk pada Allah sebagai Yang Maha
Mengetahui atau sebagai sifat-Nya yang memiliki pengetahuan yang luas. Contoh
penggunaan kata ini dapat ditemukan dalam Surah Al-Baqarah ayat 32, di mana Allah
mengetahui segala sesuatu.
3) 'Alam ()َعاَلم: Kata ini merupakan bentuk isim maf'ul (objek) dari kata 'ilm. Kata ini
digunakan dalam Al-Qur'an untuk merujuk pada alam semesta atau dunia yang
diciptakan oleh Allah. Contoh penggunaan kata ini dapat ditemukan dalam Surah Al-
An'am ayat 38, di mana Allah menciptakan langit dan bumi.
4) 'Alimun ( )َع ِلْيٌم: Kata ini merupakan bentuk sifat dari kata 'ilm. Kata ini digunakan
dalam Al-Qur'an untuk merujuk pada Allah sebagai Yang Maha Mengetahui. Contoh
penggunaan kata ini dapat ditemukan dalam Surah Al-Baqarah ayat 158, di mana
Allah mengetahui apa yang ada di dalam hati manusia.
5) 'Alimun bihakim ( )َع ِلْيٌم ِبَحِكْيٍم: Kata ini merupakan kombinasi dari kata 'alim (Maha
Mengetahui) dan hakim (Maha Bijaksana). Kata ini digunakan dalam Al-Qur'an untuk
merujuk pada Allah sebagai Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana. Contoh
penggunaan kata ini dapat ditemukan dalam Surah Al-Hajj ayat 70, di mana Allah
mengetahui segala sesuatu dengan penuh kebijaksanaan.
Dalam Al-Qur'an, kata-kata derivasi ini digunakan untuk menggambarkan pengetahuan yang
luas dan mendalam yang dimiliki oleh Allah serta pentingnya pengetahuan dalam kehidupan
manusia.
5. Ayat yang menyebutkan bahwa manusia bisa lebih sesat atau buruk dari hewan ternak
terdapat dalam Al-Qur'an Surah Al-A'raf ayat 179. Berikut adalah ayat tersebut beserta
tafsirnya :
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan untuk Jahannam banyak dari jin dan manusia;
mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah)
dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda
kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk
mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi.
Mereka itulah orang-orang yang lalai." (QS. Al-A'raf: 179)
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah menciptakan banyak jin dan manusia yang akan masuk ke
dalam neraka Jahannam. Meskipun mereka memiliki hati, mata, dan telinga, mereka tidak
menggunakan organ-organ tersebut untuk memahami dan mengamati tanda-tanda kekuasaan
Allah. Mereka lebih buruk daripada binatang ternak karena mereka lalai dan tidak mengambil
pelajaran dari ayat-ayat Allah yang ada di sekitar mereka. Ayat ini mengingatkan kita akan
pentingnya menggunakan akal dan indera yang Allah berikan kepada kita untuk mencari dan
mengikuti kebenaran-Nya.