Anda di halaman 1dari 3

1.

1. Pembenaran dalam Hati Ini mengacu pada keyakinan dan keimanan yang mendalam di dalam hati
seseorang. Pembenaran dalam hati adalah dasar dari iman dan mencakup pengakuan dan
penerimaan terhadap keberadaan Tuhan, risalah-Nya, dan prinsip-prinsip ajaran agama. Ini adalah
inti atau akar dari iman seseorang

2. Ikrar dengan lisan

Setelah pembenaran dalam hati, langkah berikutnya adalah mengucapkan ikrar atau pernyataan
keimanan dengan lisan. Ini melibatkan mengucapkan kalimat syahadat, yang merupakan kesaksian
tentang keesaan Tuhan dan kenabian Muhammad. Dengan mengucapkan ikrar ini, seseorang secara
terbuka menyatakan keyakinannya dan menyatakan komitmen terhadap ajaran agama.

3. Pembuktian Melalui Perbuatan Iman yang sejati tercermin dalam tindakan dan perilaku sehari-
hari. Ini mencakup mempraktikkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari, berusaha untuk hidup
sesuai dengan nilai-nilai moral dan etika yang diajarkan oleh agama. Pembuktian melalui perbuatan
merupakan manifestasi konkret dari keimanan seseorang dan mencerminkan konsistensi antara
keyakinan dalam hati dan amal perbuatan.

Keterkaitan ketiga aspek ini

Pembenaran dalam hati adalah dasar dari iman, sementara ikrar dengan lisan adalah ekspresi
terbuka dari keyakinan tersebut. Pembuktian melalui perbuatan adalah implementasi konkret dari
iman dalam kehidupan sehari-hari.

2. Ciri-ciri orang beriman

Orang-orang seperti ini selalu mengandalkan Allah dalam segala aspek kehidupan mereka dan tidak
terpengaruh oleh keragu-raguan atau cobaan. Ciri-ciri orang yang beriman yaitu selalu berjihad di
jalan Allah SWT, selalu mendirikan salat dan menginfaqkan hartanya, dan mencintai mukmin yang
lainnya.

3. ALLAH MENERANGKAN ANJURAN UNTUK MENUNTUT ILMU DI DALAM AL-QURAN Q.S. AL-
MUJADALAH AYAT 11:

‫َٰٓي َأُّيَه ا ٱَّلِذيَن َء اَم ُنٓو ۟ا ِإَذ ا ِقيَل َلُك ْم َتَفَّسُحو۟ا ِفى ٱْلَم َٰج ِلِس َف ٱْف َس ُحو۟ا َي ْف َس ِح ٱُهَّلل َلُك ْم ۖ َو ِإَذ ا ِقيَل ٱنُشُز و۟ا َف ٱنُشُز و۟ا َي ْر َف ِع ٱُهَّلل ٱَّلِذيَن َء اَم ُنو۟ا ِمنُك ْم َو ٱَّلِذيَن‬
‫ُأوُتو۟ا ٱْلِع ْلَم َد َر َٰج ٍت ۚ َو ٱُهَّلل ِبَم ا َت ْع َم ُلوَن َخ ِبيٌر‬

Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”,
maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:
“Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Kutipan ayat tersebut menerangkan bahwa betapa Allah akan mengangkat derajat mereka yang
menuntut ilmu beberapa kali lebih tinggi daripada yang tidak menuntut ilmu. Isyarat ini menandakan
bahwa dengan ilmu lah manusia bisa menjadi lebih mulia, tidak dengan hartanya apalagi nasabnya.
Dalam sebuah Hadis pun disebutkan tentang keutamaan mempelajari ilmu pengetahuan dalam
Islam, Rasulullah SAW bersabda:

‫َو َم ْن َس َلَك َط ِر يًقا َي ْلَت ِمُس ِفيِه ِع ْلًما َس َّهَل ُهَّللا َلُه ِبِه َط ِر يًقا ِإَلى اْلَج َّنِة‬

Artinya: “Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan
menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699)

Dari kedua dalil di atas menerangkan bahwa umat Islam diwajibkan untuk menuntut ilmu, karena
Allah telah berjanji di dalam Al-Qur’an bahwa barang siapa yang pergi untuk menuntut ilmu maka
Allah akan mengangkat derajatnya, dan Rasulullah juga menjelaskan bahwa dengan belajar atau
berjalan untuk mencari ilmu maka Allah akan memudahkan jalannya menuju surga.

Di dalam kata-kata mutiara orang Arab juga menjelaskan tentang belajar:

‫ُأْط ُلِب اْلِع ْلَم ِمَن اْلَمْهِد ِإَلى الَّلْح ِد‬


Artinya: “Tuntutlah ilmu dari buaian (bayi) hingga liang lahat.”

Bahwa kewajiban menuntut ilmu itu sepanjang hidup kita dimulai dari kita dilahirkan sampai akhir
hayat kita. Kewajiban ini akan terus ada dan tidak akan terlepas hingga akhir hayat kita. Semoga kita
dapat menjadi muslim yang dimuliakan Allah dengan ilmu kita. Amiin.

4. Al-Qur'an memberikan penekanan pada pentingnya pengetahuan dan pembelajaran. Beberapa


kata dan konsep yang terkait dengan ilmu pengetahuan muncul dalam beragam bentuk dalam Al-
Qur'an. Beberapa derivasi atau kata-kata yang memiliki kesamaan makna dengan ilmu dalam
beragam bentuknya antara lain:

‘Ilm (‫)علم‬: Ini adalah kata Arab yang secara langsung diterjemahkan sebagai “ilmu” atau
“pengetahuan”. Terdapat berbagai ayat dalam Al-Qur'an yang menekankan pentingnya mencari
pengetahuan dan memahami tanda-tanda Allah di sekitar kita.

Contoh ayat: “Dan Allah mengajarkan kepadanya (Nabi Adam) nama-nama (segala sesuatu).
Kemudian Allah menyuruh mereka: ‘Sebutkanlah kepada-Ku nama-nama barang-barang ini, jika
kamu memang orang-orang yang benar (dalam pendirianmu).' ” (QS. Al-Baqarah [2:31])

Ma'rifah (‫)معرفة‬: Kata ini berasal dari akar kata yang sama dengan ‘ilm, yang mengandung makna
pemahaman atau pengetahuan yang mendalam. Dalam konteks Islam, ma'rifah mencakup
pengetahuan tentang Allah dan pemahaman spiritual.

Contoh ayat: “Sesungguhnya hanya orang-orang yang berilmu di antara hamba-hamba-Ku yang takut
kepada Allah.” (QS. Fussilat [41:38])
Hikmah (‫)حكمة‬: Meskipun tidak secara langsung berkaitan dengan kata ‘ilm, hikmah memiliki
hubungan erat dengan pemahaman dan penerapan pengetahuan dengan bijaksana. Ayat-ayat dalam
Al-Qur'an sering kali merujuk pada pemberian hikmah oleh Allah.

Contoh ayat: “Dan barangsiapa yang diberi hikmah, maka sesungguhnya ia telah diberi kebajikan
yang banyak.” (QS. Al-Baqarah [2:269])

‘Alim (‫ )عالم‬dan ‘Alam (‫)عالم‬: ‘Alim adalah kata yang merujuk pada orang yang memiliki pengetahuan
atau ilmu, sedangkan ‘alam berhubungan dengan dunia atau segala sesuatu yang ada. Kedua kata ini
mencerminkan pemahaman Islam tentang pencarian ilmu dan pengamatan terhadap dunia.

Contoh ayat: “Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan bumi seperti itu (dengan peraturan-Nya).
Perintah (menurut ketentuan-Nya) diturunkan di antara keduanya, supaya kamu mengetahui bahwa
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu dan Allah mengetahui segala sesuatu.” (QS. At-Talaq [65:12])

Melalui penggunaan beragam kata dan konsep semacam ini, Al-Qur'an mendorong umat Islam untuk
mencari pengetahuan, memahami tanda-tanda Allah dalam ciptaan-Nya, dan mengembangkan
pemahaman yang mendalam tentang agama dan dunia.

5. Surah Al-A'raf, ayat 179, memberikan gambaran yang sangat mendalam tentang potensi buruk
manusia jika mereka tidak menggunakan akal, penglihatan, dan pendengaran dengan baik.

Ayat ini tidak hanya menyoroti perbandingan antara manusia dan binatang ternak, tetapi juga
menekankan pentingnya memanfaatkan nikmat akal yang Allah berikan kepada kita.

Teks Ayat dan Tafsirnya:

"Dan sesungguhnya Kami telah ciptakan banyak jin dan manusia yang telah Kami jadikan untuk
neraka Jahannam. Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-
ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda
kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar
(ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-
orang yang lalai." (QS. Al-A'raf: 179)

Tafsir ayat ini menegaskan bahwa Allah menciptakan manusia dan jin dengan berbagai potensi,
termasuk akal, penglihatan, dan pendengaran.

Namun, sebagian dari mereka tidak menggunakan nikmat tersebut dengan baik. Mereka tidak
memahami ayat-ayat Allah sebagai petunjuk hidup, sehingga disebut lebih buruk daripada binatang
ternak yang tidak diberi akal.

Pelajaran dari Ayat Ini:

Ayat ini memberikan pelajaran berharga tentang tanggung jawab manusia terhadap akal yang
diberikan oleh Allah.

Anda mungkin juga menyukai