Anda di halaman 1dari 13

Iman, Ilmu dan Amal

Dina nur isnaeni, Eneng Suryati, Ekky Wildan


STAI Persis Bandung
Abstrak
islam merupakan agama yang tidak hanya memuat seperangkat konsep ideal atau ilmu.
Tetapi juga memuat seperangkat amal praktek untuk diaktualisasikan dalam kehidupan sosial
kemasyarakatan. Oleh karena itu, iman yang merupakan bagian integral dari ajaran islam
pengertiannya harus secara menyeluruh dan terpadu. Hidup manusia tidak akan sempurna
apabila salah satu iman, ilmu dan amal tidak dimiliki, diasah, dan diperbaiki. Keyakinan
kalau tidak ada amal perbuatan, tidak ada artinya begitu juga ilmu yang tidak melahirkan
amal umat shaleh dalam kehidupan tidak ada artinya. Tujuan dalam penelitian bahwasanya
iman, ilmu dan amal itu berkesinambungan, adapun metode yang dilakukan dalam penelitian
ini mencari data dari referensi buku dan jurnal. Dari penelitian yang sudah dilakukan bahwa
iman, ilmu dan amal itu terdapat hubungan terintegrasi ke dalam agama islam. Iman, ilmu
dana amal itu berada dalam ruang lingkup akidah, syariah, dan akhlak. Iman berorientasi
terhadap rukun iman yang enam, sedangkan ilmu dan amal berorientasi pada rukun islam
yaitu tentang cara ibadah dan pengetahuan.
Kata kunci: iman, ilmu, amal

1
A. Pendahuluan
Setiap manusia mempunyai tujuan dalam hidupnya, sehingga apapun yang
dilakukan dalam hidup akan lebih berarti dan bermakna. Dalam hal tersebut manusia
di bekali dengan suatu kepercayaan sebagai tempat berkaca dan mengambil tindakan.
Konsep kehidupan juga menunjukkan manusia yang memiliki kepercayaan akan
mempunyai keharmonisan terhadap suatu yang diyakininya yaitu Tuhan. Manusia
akan melakukan apa yang harus dijalankan dan menghindari apa yang sudah dilarang
oleh suatu kepercayaan yang diyakini. Di Indonesia sendiri terdapat enam
kepercayaan atau agama yang dapat dianut yaitu Islam, Kristen, Protestan, Hindu,
Budha dan Konghuchu. Semua kepercayaan tersebut memiliki tujuan yang sama yaitu
untuk mengharapkan pahala dari Tuhan dengan menjalankan perintah-Nya dan
menjauhi larangan-Nya. Islam sebagai agama tidak hanya memuat seperangkat
konsep–konsep ideal (ilmu). Tetapi juga memuat seperangkat amal praktek untuk
diaktualisasikan (diterapkan) dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Dalam hal ini,
manusia muslim harus memiliki sebuah iman yang mampu mempertahankan
kayakinannya terhadap Allah lewat tindakan dan perilaku kehidupan sehari-hari.
Sebagai dasar kebenaran, maka konsepsi Iman menjadi landasan kebenaran
pada kebenaran mutlak. Kebenaran menjadi titik ideal yang manusia perlu
mengindahkannya, titik ideal ini menjadi dasar konsepsi atau sumber nilai yang
menentukan kerja amal manusia sesuai dengan kebenaran. Sebagai sarana pendekatan
diri pada kebenaran, ilmu pengetahuan sebagai pangkal bahwa manusia sebagai
makhluk Tuhan secara masif mendekatkan dirinya melalui pencarian kebenaran atau
pembelajaran. Ilmu sebagai cahaya pencerah akal manusia pada kebenaran, maka
ilmu akan senantiasa membawa manusia pada pribadi yang bernilai. Manusia yang
bernilai adalah manusia yang melakukan kerja kemanusiaan atau amal. Ilmu akan
menjadi hidup dengan membumikan ilmu dalam pola pikir dan pola tindak manusia.
Manusia harus melaksanakan amal-amal perbuatan dalam kehidupan untuk
mendapatkan Ridho-Nya. Amalan-amalan dapat dilakukan melalui tindakan yang
termasuk dalam rukun Islam dan rukun iman. Segala sesuatunya dapat berjalan secara
berkesinambungan dan sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Oleh karena itu, iman
yang merupakan bagian integral dari ajaran islam pengertiannya harus secara
menyeluruh (komprehensif) dan terpadu.Itulah tiga hal yang harus senantiasa
dijadikan prinsip dalam hidup kita. Hidup manusia tidak akan sempurna apabila salah
satu dari iman, ilmu dan amal tidak dimiliki, di asah, dan diperbaiki. Keyakinan kalau

2
tidak ada amal perbuatan, tidak ada artinya begitu juga ilmu yang tidak melahirkan
amal umat shaleh dalam kehidupan tidak ada artinya juga. Untuk mengetahui lebih
anjut tentang iman, ilmu dan amal, maka Penulis membuat makalah dengan judul
“Konsep Iman, Ilmu dan Amal”.
B. Definisi Iman, Ilmu dan Amal
1. Iman
Term iman berasal dari Bahasa Arab dari kata dasar amana yu’minu-imanan.
Artinya beriman atau percaya. Percaya dalam Bahasa Indonesia artinya meyakini atau
yakin bahwa sesuatu (yang dipercaya) itu memang benar atau nyata adanya. 1 Iman
dapat dimaknai iktiraf, membenarkan, mengakui, pembenaran yang bersifat khusus.2
Menurut WJS. Poerwadarminta iman adalah kepercayaan, keyakinan, ketetapan hati
atau keteguhan hati.3 Abul ‘Ala al-Mahmudi menterjemahkan iman dalam Bahasa
inggris Faith, yaitu to know, to believe, to be convinced beyond the last shadow of
doubt yang artinya, mengetahui, mempercayai, meyakini yang didalamnya tidak
terdapat keraguan apapun.4
Iman ialah kepercayaan yang meresap ke dalam hati, dengan penuh keyakinan, tidak
bercampur syak (ragu), serta memberi pengaruh bagi pandangan hidup, tingkah laku
dan perbuatan sehari-hari. Jadi, iman itu bukanlah semata-mata ucapan lidah, bukan
sekedar perbuatan dan bukan pula merupakan pengetahuan tentang rukun iman.
Sesungguhnya iman itu bukanlah semata-mata pernyataan seseorang dengan lidahnya,
bahwa dia orang beriman (mukmin), karena banyak pula orang-orang munafik
(beriman palsu) yang mengaku beriman dengan lidahnya, sedang hatinya tidak
percaya.5
Iman itu membentuk jiwa dan watak manusia menjadi kuat dan positif, yang
akan mengejawantah dan diwujudkan dlam bentuk perbuatan dan tingkah laku
akhlakiah menusia sehari-hari adalah didasari/ diwarnai oleh apa yang dipercayainya.
Kalau kepercayaannya benar dan baik pula perbuatannya, dan begitu pula sebaliknya.
Oleh karena itu Husain bin Muhammad Al-Jisr mengatakan bahwa setiap
orang mukmin adalah muslim, dan setiap orang muslim adalah mukmin.6 Memang
antara percaya kepada Tuhan dan menyerahkan diri dengan ikhlas kepada Tuhan tidak
1
Kaelany HD, Iman, Ilmu dan Amal Saleh, Jakarta: Rineka Cipta, 2000, hlm. 58
2
Dr.Abdul Rahman Abdul Khalid, Garis Pemisah antara Kufur dan Iman, Jakarta, Bumi Aksara,1996. Hlm. 2
3
WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2000, hlm. 18.
4
Abu A'la Al-Maududi, Toward Understanding, Comiti Riyadh: Islamic Dakwah, 1985, hlm. 18.
5
Yusuf Al-Qardhawy, Iman Dan Kehidupan, (Jakarta: Bulan Bintang), hlm. 25
6
Husain bin Muhammad Al-Jisr, Husunul Hamidiyah, Salim bin Nabhan, Surabaya: Al-Hidayah 1953, hlm 8

3
dapat dipisahkan, karena keduanya mempunyai hubungan yang erat, yang satu
mendasari dan yang lain melengkapi, menyempurnakan dan memperkuatnya.
Keimanan itu bukanlah semata-mata ucapan yang keluar dari bibir dan lidah
saja atau semacam keyakinan dalam hati saja. Tetapi keimanan yang sebenar-
benarnya adalah merupakan suatu akidah atau kepercayaan yang memenuhi seluruh
isi hati nurani, dari situ timbul bekas-bekas atau kesan-kesannya, seperti cahaya yang
disorotkan oleh matahari.
Iman juga bukan sekedar amal perbuatan ansih yang secara lahiriyah
merupakan ciri khas perbuatan orang-orang beriman. Sebab orang-orang munafik pun
tak sedikit yang secaralahiriyah mengerjakan amal ibadah dan berbuat baik,
sementara hati mereka bertolak belakang dengan perbuatan lahirnya, apa yang
dikerjakan bukan didasari keikhlasan mencari Ridha Allah.7
Abu Bakar Jabir al-Jazairi, Menuturkan bahwa iman adalah membenarkan dan
meyakini allah sebagai tuhan yang memiliki dan yang disembah. Iman sebenarnya
merupakan jalan untuk memuyakan akal pikiran manusia, dengan cara menerima
semua ketentuan Allh pada setiap sesuatu, baik yang kelihatan atau tidak kelihatan,
yang di tetapkan maupun yang di naikan. Iman juga menuntut aktif menggapai
hidayah, mendekatkan diri kepada-Nya, dan beraktifitas selayaknya aktifitas para
keksih-Nya (hambanya yang saleh).8
2. Definisi Ilmu
Kata ilmu berasal dari bahasa Arab ‘ilm (‫)علم يعلم علم‬, yang berarti pengetahuan
(al-ma’rifah),9 kemudian berkembang menjadi pengetahuan tentang hakikat sesuatu
yang dipahami secara mendalam.10 Dari asal kata ‘ilm ini selanjutnya di-Indonesia-
kan menjadi ‘ilmu’ atau ‘ilmu pengetahuan.’ Dalam perspektif Islam, ilmu merupakan
pengetahuan mendalam hasil usaha yang sungguh-sungguh (ijtihad) dari para
ilmuwan muslim (‘ulama’/mujtahid) atas persoalanpersoalan duniawi dan ukhrāwī
dengan bersumber kepada wahyu Allah.11
Menurut Wan Daud, diteliti dari aspek linguistiknya saja, i'lm memang
bermakna luas. Merujuk pada kamus Arabic-English Wan Daud Mesjelaskan,

7
Yusuf Qardhawi, Merasakan Kehadiran Tuhan, (Yogakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2005), hlm. 27-28
8
Abu Bkar Jabir al-Jazairi, Aqidatu Mu’min, Maktabah Kulliyah al-Azhariyah, 1978, hlm 31
9
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir; Kamus Arab-Indonesia (Yogyakarta:1984),hlm.1037.
10
Al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lām (Beirut : Dar al-Masyriq, 1986), hlm. 527
11
3A.Qadri Azizy, Pengembangan Ilmu-Ilmu Keislaman, (Jakarta: Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam
Departemen Agama RI, 2003), hlm. 13.

4
Perkataan i'lm berasal ari kata a'in-lam-mim yang diambil dari kata alamah yaitu
tanda penunjuk, atau indikasi yang denganya sesuatu atau seseorang yang dikenal,
kognisi atau label, ciri-ciri, indikasi, dan tanda-tanda.12
Menurut Pro. Dr. Abd, Rachman Assegaf ilmu adalah pengetahuan yang
sudah diklasifikasi, diorganisasi, dan diinterpretasi. Ilmu menghasilkan kebenaran
objektif, sudah diuji kebenaranya, dan dapat diujikembali kebenaranya.13
3. Definisi Amal
Secara bahasa "amal" berasal dari bahasa Arab yang berarti perbuatan atau
tindakan, sedangkan saleh berarti yang baik atau yang patut. Menurut istilah, amal
saleh ialah perbuatan baik yang memberikan manfaat kepada pelakunya di dunia dan
balasan pahala yang berlipat di akhirat.
Pengertian amal dalam pandangan Islam adalah setiap amal saleh, atau setiap
perbuatan kebajikan yang diridhai oleh Allah SWT. Dengan demikian, amal dalam
Islam tidak hanya terbatas pada ibadah, sebagaimana ilmu dalam Islam tidak hanya
terbatas pada ilmu fikih dan hukum-hukum agama. Ilmu dalam dalam ini mencakup
semua yang bermanfaat bagi manusia seperti meliputi ilmu agama, ilmu alam, ilmu
sosial dan lain-lain. Ilmu-ilmu ini jika dikembangkan dengan benar dan baik maka
memberikan dampak yang positif bagi peradaban manusia
Kata amal artinya pekerjaan. Dalam bahasa Arab kata amal dipakai untuk semua
bentuk pekerjaan. Tidak seperti anggapan sebagian masyarakat Muslim, yang
mengembalikan kata amal dengan kata ibadah dan memahaminya sebatas kegiatan
ritual seperti pergi ke masjid, membaca Alquran, shalat, puasa, haji, zakat, sedekah,
dan sebagainya.
Dalam Al-Quran, kata amal terbagi kepada 'amalus-shalih (pekerjaan baik)
dan 'amalun ghairus-shalih (pekerjaan yang tidak baik). 'Amalun ghairus-shalih
disebut pula dengan 'amalus-sayyi-ah (amal salah), termasuk pula ke dalam kategori
ini 'amalus-syaithan (pekerjaan setan) dan 'amalus-mufsidin (pekerjaan pelaku
kebinasaan). Umat Islam diperintah melakukan 'amalus-shalih dan wajib menjauhi
'amalus-sayyi-ah.
Ada firman Allah SWT, dalam Q.S Al-Qasas ayat 94
َ ‫َمن َجا َء بٱ ْل َح‬
َ‫سنَة فَلَهۥ َخي ٌْر م ْن َها ۖ َو َمن َجا َء بٱلسَّيئ َة فَ ََل يجْ زَ ى ٱلَّذينَ َعملوا ٱلسَّيـات إ ََّّل َما كَانوا َي ْع َملون‬

12
Adian Husaini, et. al, Filsafat Ilmu Presfektif Barat Dan Islam, (Depok: Gema Insani, 2013)hlm. 61
13
Abd. Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Rajawali Pres, 2011) hlm 266

5
''Barang Siapa yang mengerjakan kebaikan dia mendapat pahala dari perbuatannya
itu dan siapa yang mengerjakan kejahatan maka orang yang melakukan kejahatan itu
tidak dibalas kecuali menurut apa yang dikerjakannya.''
C. Hubungan antara Iman, Ilmu dan Amal
Dalam islam, antara iman, ilmu dan amal terdapat hubungan yang terintegrasi
kedalam agama islam. Islam adalah agama wahyu yang mengatur sistem kehidupan.
Dalam agama islam terkandung tiga ruang lingkup, yaitu akidah, syari’ah dan akhlak.
Sedangkan iman, ilmu dan amal barada didalam ruang lingkup tersebut. Iman
berorientasi terhadap rukun iman yang enam, sedangkan ilmu dan amal berorientasi
pada rukun islam yaitu tentang tata cara ibadah dan pengamalanya 14
merupakan landasan pokok dari setiap amal seorang muslim dan sangat
menentukan sekali terhadap nilai amal, karena akidah itu berurusan dengan hati.
Akidah sebagai kepercayaan yang melahirkan bentuk keimanan terhadap rukun
iman, yaitu iman kepada Allah, Malaikat-malaikat Allah, kitab-kitab Allah, Rosul-
rosul Allah, hari qiamat, dan takdir.
Meskipun hal yang paling menentukan adalah akidah/iman, tetapi tanpa
integritas ilmu dan amal dalam perilaku kehidupan muslim, maka keislaman seorang
muslim menjadi kurang utuh, bahkan akan mengakibatkan penurunan keimanan pada
diri muslim, sebab eksistensi prilaku lahiriyah seseorang muslim melambangkan
batinnya.
1. Hubungan iman dan ilmu
Beriman berarti meyakini kebenaran ajaran Allah SWT dan Rasulullah SAW.
Serta dengan penuh ketaatan menjalankan ajaran tersebut. Untuk dapat menjalankan
perintah Allah SWT dan Rasul kita harus memahaminya terlebih dahulu sehingga
tidak menyimpang dari yang dikehendaki Allah dan Rasulnya. Cara memahaminya
adalah dengan selalu mempelajari agama (Islam).
Iman dan Ilmu merupakan dua hal yang saling berkaitan dan mutlak adanya.
Dengan ilmu keimanan kita akan lebih mantap. Sebaliknya dengan iman orang yang
berilmu dapat terkontrol dari sifat sombong dan menggunakan ilmunya untuk
kepentingan pribadi bahkan untuk membuat kerusakan.

14
https://jendelailmu-faisal.blogspot.com/2017/07/hubungan-iman-ilmu-%20%20%20%20amal-dalam-
islam.html

6
2. Hubungan Iman Dan Amal
Amal Sholeh merupakan wujud dari keimanan seseorana. Artinya orang yang
beriman kepada Allah SWT harus menampakan keimanannya dalam bentuk amal
sholeh. Iman dan Amal Sholeh ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan.
Mereka bersatu padu dalam suatu bentuk yang menyebabkan ia disebut mata uang.
Iman tanpa Amal Sholeh juga dapat diibaratkan pohon tanpa buah.
Dengan demikian seseorang yang mengaku beriman harus menjalankan
amalan keislaman, begitu pula orang yang mengaku islam harus menyatakan
keislamannya. Iman dan Islam seperti bangunan yang kokoh didalam jiwa karena
diwujudkan dalam bentuk amal sholeh yang menunjukkan nilai nilai keislaman.
3. Hubungan Amal Dan Ilmu
Hubungan ilmu dan amal dapat difokuskan pada dua hal. Pertama, ilmu adalah
pemimpin dan pembimbing amal perbuatan. Amal boleh lurus dan berkembang bila
didasari dengan ilmu. Dalam semua aspek kegiatan manusia harus disertai dengan
ilmu baik itu yang berupa amal ibadah atau amal perbuatan lainnya. Kedua jika orang
itu berilmu maka ia harus diiringi dengan amal. Amal ini akan mempunyai nilai jika
dilandasi dengan ilmu. Begitu juga dengan ilmu akan mempunyai nilai atau makna
jika diiringi dengan amal. Keduanya tidak dapat dipisahkan dalam perilaku manusia.
Sebuah perpaduan yang saling melengkapi dalam kehidupan manusia yaitu setelah
berilmu lalu beramal.
Ajaran Islam sebagai mana tercermin dari Al -qur'an sangat kental
dengan nuansa–nuansa yang berkaitan dengan ilmu, ilmu menempati kedudukan
yang sangat penting dalam ajaran islam. Keimanan yang dimiliki oleh
seseorang akan jadi pendorong untuk menuntut ilmu, sehingga posisi orang
yang beriman dan berilmu berada pada posisi yang tinggi dihadapan Allah yang
berarti juga rasa takut kepada Allah akan menjiwai seluruh aktivitas
kehidupan manusia untuk beramal shaleh. Dengan demikian nampak
jelas bahwa keimanan yang dibarengi dengan ilmu akan membuahkan
amal–amal shaleh. Maka dapat disimpulkan bahwa keimanan dan amal
perbuatan beserta ilmu membentuk segi tiga pola hidup yang kokoh. Ilmu, iman
dan amal shaleh merupakan faktor menggapai kehidupan bahagia.
Tentang hubungan antara iman dan amal, demikian sabdanya,“Allah tidak
menerima iman tanpa amal perbuatan dan tidak pula menerima amal perbuatan tanpa
iman” [HR. Ath-Thabrani] . Kemudian dijelaskannya pula bahwa, “Menuntut ilmu

7
itu wajib atas setiap muslim” [HR. Ibnu Majah dari Anas, HR. Al Baihaqi] .
Selanjutnya, suatu ketika seorang sahabatnya, Imran, berkata bahwasanya ia pernah
bertanya, "Wahai Rasulullah, amalan-amalan apakah yang seharusnya dilakukan
orang-orang?". Beliau Saw. menjawab: "Masing-masing dimudahkan kepada suatu
yang diciptakan untuknya" [HR. Bukhari] “Barangsiapa mengamalkan apa yang
diketahuinya, niscaya Allah mewariskan kepadanya ilmu yang belum diketahuinya.”
[HR. Abu Na’im] . ”Ilmu itu ada dua, yaitu ilmu lisan, itulah hujjah Allah Ta’ala atas
makhlukNya, dan ilmu yang di dalam qalb, itulah ilmu yang bermanfaat.” [HR. At
Tirmidzi] . ”Seseorang itu tidak menjadi ‘alim (ber-ilmu) sehingga ia mengamalkan
ilmunya.” [HR. Ibnu Hibban].
Suatu ketika datanglah seorang sahabat kepada Nabi Saw. dengan mengajukan
pertanyaan: ”Wahai Rasulullah, apakah amalan yang lebih utama ?” Jawab Rasulullah
Saw : “Ilmu Pengetahuan tentang Allah ! ” Sahabat itu bertanya pula “Ilmu apa yang
Nabi maksudkan ?”. Jawab Nabi Saw : ”Ilmu Pengetahuan tentang Allah Subhanaahu
wa Ta’ala ! ” Sahabat itu rupanya menyangka Rasulullah Saw salah tangkap,
ditegaskan lagi “Wahai Rasulullah, kami bertanya tentang amalan, sedang Engkau
menjawab tentang Ilmu !” Jawab Nabi Saw. pula “Sesungguhnya sedikit amalan akan
berfaedah (berguna) bila disertai dengan ilmu tentang Allah, dan banyak amalan tidak
akan bermanfaat bila disertai kejahilan tentang Allah”[HR.Ibnu Abdil Birrdari Anas].
Kejahilan adalah kebodohan yang terjadi karena ketiadaan ilmu pengetahuan. Dengan
demikian, banyak amal setiap orang menjadi sangat berkaitan dengan keimanan dan
ilmu pengetahuan karena ”Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Rabb mereka kerana keimanannya …
QS.[10]:9. Ilmu pengetahuan tentang Allah Subhanaahu wa Ta’ala adalah
penyambung antara keimanannya dengan amalan-amalan manusia di muka bumi ini.
Sebagaimana kaedah pengaliran iman yang diajarkan oleh Rasulullah Saw.
bahwasanya iman adalah sebuah tashdiq bi-l-qalbi yang di ikrarkan bi-l-lisan dan di
amalkan bilarkan Dengan itu di simpulkan bahawa kita jangan memisah ketiga
komponen yang telah kita perhatikan tadi (iman,ilmu dan amal) karena pemisahan
setiap komponen menjadikan islam itu janggal.

4. Kaitan antara iman, ilmu dan amal


Dalam sejarah kehidupan manusia, Allah swt memberikan kehidupan yang
sejahtera, bahagia, dan damai kepada semua orang yang mau melakukan amal

8
kebaikan yang diiringi dengan iman, dengan yakin dan ikhlas karena Allah swt
semata (QS. At – Thalaq : ayat 2 – 3 ).Perbuatan baik seseorang tidak akan dinilai
sebagai suatu perbuatan amal sholeh jika perbuatan tersebut tidak dibangun diatas
nilai iman dan takwa, sehingga dalam pemikiran Islam perbuatan manusia harus
berlandaskan iman dan pengetahuan tentang pelaksanaan perbuatan.
Sumber ilmu menurut ajaran Islam :
Wahyu , yaitu sesuatu yang dibisikkan dan diilhamkan ke dalam sukma serta
isyarat cepat yang lebih cenderung dalam bentuk rahasia yang disebut ayat Allah swt
“Qur’aniyah”
Akal , yaitu suatu kesempurnaan manusia yang diberikan oleh Allah swt untuk
berpikir dan menganalisa semua yang ada dan wujud diatas dunia yang disebut ayat
Allah “Kauniyah”
Allah swt akan mengangkat harkat dan martabat manusia yang beriman
kepada Allah swt dan berilmu pengetahuan luas, yang diterangkan dalam Q.S. Al
Mujadalah : 11. Yang isinya bahwa Allah akan mengangkat tinggi-tinggi kedudukan
orang yang berilmu pengetahuan dan beriman kepada Allah swt , orang yang beriman
diangkat kedudukannya karena selalu taat melaksanakan perintah Allah swt dan
rasulnya, sedangkan orang yang berilmu diangkat kedudukannya karena dapat
memberi banyak manfaat kepada orang lain.
Islam tidak menghendaki orang alim yang digambarkan seperti lilin, mampu
menerangi orang lain sedang dirinya sendiri hancur, dan ini besar sekali dosanya,
karena dapat memberitahu orang lain dan dirinya sendiri tidak mau tau lagi juga tidak
mengerjakan seperti dalam Q.S. Ash – Shaf : 3 yang menerangkan bahwa orang alim
dan pandai hendaknya menjadi contoh dan teladan bagi orang lain. Dibawah naungan
dan lindungan Allah swt. Iman, ilmu dan amal merupakan satu kesatuan yang utuh,
tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya.
D. Cara Menyeimbangkan Iman, Ilmu dan Amal
Sejatinya menurut prespektif islam, antara iman, ilmu dan amal terdapat
keterkaitan yang harmonis serta dinamis, kemudian terintegrasi kedalam satu sistem
yang disebut Agama Islam. Dimana terkandung di dalamnya tiga unsur pokok, yaitu
Akidah, syari’ah seta akhlak, dengan kata lain dapat juga diartikan iman, ilmu dan
amal. Islam adalah agama yang sempurna, karena transendenya dapat digambarkan
dalam keutuhan ajarannya. Sebagaimana yang dinyatakan dalam Al-Qur’an :

9
َّ ‫صل َها ثَابتٌ َوفَ ْرع َها فى ٱل‬
‫س َماء‬ ْ َ ‫طي َب ٍة أ‬ َ ‫طي َبةً َك‬
َ ‫ش َج َر ٍة‬ َ ً‫ٱَّلل َمث َ ًَل َكل َمة‬
َّ ‫ب‬ َ ‫ض َر‬
َ َ ‫أَلَ ْم ت ََر َكي‬
‫ْف‬
َ‫َيتَذَ َّكرون‬ ‫ْٱْل َ ْمثَا َل للنَّاس لَ َع َّله ْم‬ َّ
‫ٱَّلل‬ ‫َو َيضْرب‬ ۗ ‫َرب َها‬ ‫ين بإذْن‬ ٍ ‫تؤْ تى أك َل َها ك َّل ح‬
“Tidakkah kamu perhatiakan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat
yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke
langit.(Termasuk kedalam kalimat yang baik ialah kalimat tauhid, segala ucapan
yang menyeru kepada kebajiakan dan mencegah dari kemungkaran serta perbuatan
yang baik. Kalimat tauhid seperti “Laa ilaa ha illallaah”.
Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah
membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu
ingat.” (QS. Ibrahim : 24-25)15
Dari ayat di atas terdapat keutuhan yang terkandung pada tiga ruang lingkup
yaitu akidah, syari’ah dan akhlak. Adapun iman, ilmu serta amal berada di dalam
ruang lingkup tersebut. Iman berorientasi terhadap rukun iman yang enam, sedangkan
ilmu dan amal berorientasi pada rukun islam yaitu tentang mekanisme
pelaksanaan ibadan dan aplikasinya.
Iman diidentikkan dengan akar sebuah pohon yang menompang tegaknya
ajaran islam. Ilmu bagaikan batang pohon yang mengeluarkan dahan-dahan dan
cabang-cabang ilmu pengetahuan, sedangkan amal ibarat buah dan pohon identik
dengan teknologi dan seni.
Islam mengajarkan dan menjamin keselamatan hidup manusia, jika mereka
berpegang teguh pada perjanjian yang telah disepakati, sebagaimana firmanya :
‫ح ب ْ ٍل م َن ال ن َّ اس َو ب َ اء وا ب غ َ ضَ ب ٍ م َن‬ َ ‫ت ع َ ل َ ي ْه م الذ ل َّ ة أ َي ْ َن َم ا ث ق ف وا إ ََّّل ب‬
َ ‫ح ب ْ ٍل م َن َّللاَّ َو‬ ْ َ‫ض ر ب‬
‫اْل َن ْ ب ي َ ا َء ب غ َ ي ْر‬ َ ‫ت ع َ ل َ ي ْه م ال ْ َم سْ ك َ ن َة ۚ ذ َ ل‬
ْ ‫ك ب أ َن َّ ه ْم ك َ ان وا ي َ كْ ف ر و َن ب آ ي َ ات َّللاَّ َو ي َ ق ْ ت ل و َن‬ ْ َ ‫َّللاَّ َو ض ر ب‬
َ ‫َح ق ٍ ۚ ذ َ ل‬
‫ك ب َم ا ع َ صَ ْو ا َو ك َ ان وا ي َ ع ْ ت َد و َن‬
Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka
berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan
mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan.
Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para
nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan
melampaui batas. (QS. Ali-Imran : 112)
Berkomitmen secara istiqomah pada ajaran allah merupakan aqidah.
Berpegang teguh pada perjanjian dengan sesama manusia adalah perwujudan akhlak.

15
Ibn Katshir, jilid 5, Terj. M. Abdul Ghoffar dan Abu Ihsan al-atsari, (Jakarta: Pustaka Iman Syafi’i, 2008), 66-
68

10
Aktivitas memegang teguh ajaran Allah dan perjanjian dengan manusia merupakan
penerapan syari’ah.
Dengan kata lain, syari’ah yang didasari oleh kelurusan aqidah akan
menghasilkan akhlak (kemanfaatanya didasari oleh manusia lain). Contohnya adalah
shalat, perbuatan shalat (syari’ah) akan bermakna apabila didasari motivasi semata-
mata karena Allah (aqidah) dan berdampak positif bagi perilaku orang yang
melaksanakan shalat untuk digunakan dalam kehidupan bermasyarakat dengan orang
lain (akhlak). Akidah, syari’ah dan akhlak pada dasarnya merupakan satu kesatuan
dalam ajaran islam. Ketiga unsur tersebut dapat dibedakan tetapi tidak dapat
dipisahkan. Aqidah sebagai sistem kepercayaan yang bermuatan elemen-elemen dasar
keyakinan,menggambarkan sumber dan hakikat keberadaan agama. Sementara
syari’ah sebagai sistem nilai berisi peraturan yang menggambarkan fungsi agama.
Sedangkan akhlak sebagai sistematika menggambarkan arah dan tujuan dan hendak
dicapai agama. Namun, sekali lahi perlu diingat sebagaimana firman-Nya :
َ َ ‫سك ْم َوأَنت ْم تَتْلونَ ٱ ْلكت‬
َ‫ب ۚ أَفَ ََل تَ ْعقلون‬ َ َّ‫أَت َأْمرونَ ٱلن‬
َ ‫اس بٱ ْلبر َوتَن‬
َ ‫س ْونَ أَنف‬

”Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu


melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)?
Maka tidaklah kamu berpikir?” (QS. Al-Baqarah : 44)16
Berdasarkan ayat tersebut, fenomena yang kerapkali melanda seorang muslim
adalah seperti yang digambarkan ayat di atas, yaitu mengajak dan mengingatkan
orang lain, tetapi dirinya sendiri terperosok pada lubang yang sama. Hal yang
demikian ini tidak akan terjadi jika iman dan aqidah orang tersebut kokoh, lalu
bersiergi pada syari’ah dan amalnya sehingga menjadi satu kesatuan yang
komprehensif.
Meskipun hal yang paling menentukan adalah aqidah atau iman, namun tanpa
integritas ilmu dan amal dalam tidak tanduk kehidupan manusia muslim, maka
keislaman seorang muslim tersebut menjadi kurang utuh. Bahkan akan
mengakibatkan degragasi keiman pada diri muslim, sebab eksistensi perbuatan
lahiriyah seorang muslim ialah perlambangbatinnya.17

16
Ibn Katshir, jilid 1, Terj. M. Abdul Ghoffar dan Abu Ihsan al-atsari, (Jakarta: Pustaka Iman Syafi’i, 2008),121-
123
17
https://id.scribd.com/document/370487911/05-menyeimbangkan-iman-ilmu-dan-amal-docx

11
E. Kesimpulan
Ilmu, Iman, dan amal merupakan tiga unsur yang diharapkan teraktulisasi
dalam pendidikan islam dengan menempatkan ketiga unsur tersebut dalam tujuan,
materi pelajaran yang mengarahkan sinjek didik menuju kearah yang harmonis antara
lain ilmu, iman, dan amal.
Islam tidak menghendaki orang alim yang digambarkan seperti lilin, mampu
menerangi orang lain sedang dirinya sendiri hancur, dan ini besar sekali dosanya,
karena dapat memberitahu orang lain dan dirinya sendiri tidak mau tau lagi juga tidak
mengerjakan seperti dalam Q.S. Ash – Shaf : 3 yang menerangkan bahwa orang alim
dan pandai hendaknya menjadi contoh dan teladan bagi orang lain. Dibawah naungan
dan lindungan Allah swt. Iman, ilmu dan amal merupakan satu kesatuan yang utuh,
tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya.
Meskipun hal yang paling menentukan adalah aqidah atau iman, namun tanpa
integritas ilmu dan amal dalam tidak tanduk kehidupan manusia muslim, maka
keislaman seorang muslim tersebut menjadi kurang utuh. Bahkan akan
mengakibatkan degragasi keiman pada diri muslim, sebab eksistensi perbuatan
lahiriyah seorang muslim ialah perlambangbatinnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

A.Qadri Azizy, 2003. Pengembangan Ilmu-Ilmu Keislaman, Jakarta: Direktorat Perguruan


Tinggi Agama Islam Departemen Agama RI.
Abd. Rachman Assegaf, 2011. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Rajawali Pres.

Abu Bkar Jabir al-Jazairi, 1978. Aqidatu Mumin, Maktabah Kulliyah al-Azhariyah.

Abu A'la Al-Maududi, 1985. Toward Understanding, Comiti Riyadh: Islamic Dakwah

Abdul Rahman Abdul Khalid,1996. Garis Pemisah antara Kufur dan Iman, Jakarta: Bumi
Aksara
Adian Husaini, et. al, 2013. Filsafat Ilmu Presfektif Barat Dan Islam, Depok: Gema Insani.

Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir; Kamus Arab-Indonesia (Yogyakarta:1984)

Husain bin Muhammad Al-Jisr, 1953. Husunul Hamidiyah, Salim bin Nabhan, Surabaya:Al-
Hidayah
Ibn Katshir, 2008, jilid 5, Terj. M. Abdul Ghoffar dan Abu Ihsan al-atsari, Jakarta: Pustaka
Iman Syafi’i.

Kaelany HD, 2000. Iman, Ilmu dan Amal Saleh, Jakarta: Rineka Cipta

Louwis bin naqula dhahir al-ma'luf. 1986. Al-Munjid fi al-Lughah wa al-Alām Beirut : Dar
al-Masyriq

WJS. Poerwadarminta, 2000. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka
Yusuf Al-Qardhawy, Iman Dan Kehidupan, Jakarta: Bulan Bintang

Yusuf Qardhawi, 2005. Merasakan Kehadiran Tuhan, Yogakarta: Pustaka Pelajar Offset

https://jendelailmu-faisal.blogspot.com/2017/07/hubungan-iman-ilmu-
%20%20%20%20amal-dalam-islam.html

https://id.scribd.com/document/370487911/05-menyeimbangkan-iman-ilmu-dan-amal-docx

13

Anda mungkin juga menyukai