Pengertian
1
Kamrani Buseri, Dasar, Asas dan Prinsip Pendidikan Islam (Banjarmasin: IAIN Antasari,
2014), hlm. 125.
2
Ibid., hlm. 126.
berkembang dalam diri pribadi anak didik yang akan menjadi tumpuan
pengembangan kepribadiannya ke depan.3
Tantangan Globalisasi
Globalisasi adalah arus mendunia, artinya saat ini batas suatu negara
tidak bisa lagi signifikan untuk memberikan identifikasi karakteristik suatu
negara. Globalisasi menjadikan komunikasi antar manusia menjadi lebih
mudah bahkan dengan jarak yang jauh sekalipun, memberikan arus
informasi yang semakin cepat, luas, dan beragam bahkan sukar dibatasi.
Globalisasi menyebabkan IPTEK semakin berkembang pesat akibatnya
dengan pesatnya perkembangan IPTEK tersebut telah membebaskan
manusia dari serba tuhan. Manusia merasa kurang dekat dengan Tuhan
atau agama, karena ilmu pengetahuan bersifat sekuler, empirik dan
rasional menyebabkan sesuatu yang tidak riil atau sesuatu yang tidak
empirik menjadi terabaikan, termsuk nilai ilahiah.
3
Ibid.,
3) Strategi penumbuhan kesadaran melalui hak atas pemilihan, keimanan
hendaknya atas dasar kesukarelaan atau keikhlasan. Oleh karena itu
Allah memberikan kebebasan memilih apakah mau beriman atau kafir.
7) Strategi penguatan
Ibadah bagian penting dan tidak boleh tidak harus diwariskan kepada
generasi muda Islam. Ibadah merupakan tugas utama bagi manusia sebagai
abdullah, kerena manusia diciptakan agar mengabdi kepada Tuhan. Allah
telah memberikan banyak anugrah, rahmat, nikmat, berkah dalam kehidupan,
selayaknyalah manusia bersyukur atau berterima kasih kepada-Nya melalui
ibadah atau pengabdian semata-mata hanya kepada-Nya.5
Islam, iman, dan ihsan menyatukan antara akidah, ibadah, syariah dan
merefleksikan dalam perilaku sehari-hari yakni ihsan. Ibadah sebagai salah
satu hal yang normatif harus didikkan, karena ibadah merupakan refleksi
iman, dan iman menjadi semakin kuat melalui pelaksanaan ibadah secara
teratur sesuai yang ditentukan oleh agama.6
4
Ibid., hlm. 142.
5
Ibid., hlm. 143.
6
Ibid.,
Berkenaan dengan syariah yang berarti jalan yang harus dilalui atau secara
konkrit berbagai ketentuan hukum yang memandu kehidupan sehari-hari, ada
yang normatif qath’i dan normatif ijtihadi seperti berbagai hal yang
berhubungan dengan mu’amalah. Namun intinya harus selaras dengan al-
dharuruyyat al-khams (lima tujuan utama ajaran islam) atau al-dharuriyyat
al-sittah (enam tujuan utama ajaran islam). Al-dharuriyyat al-khams meliputi
pemeliharaan fisik/jiwa, akal, keturunan, harta, dan agama, sementara al-
dharuriyyat al-sittah yakni selain pemeliharaan yang lima itu ditambah satu
lagi yakni ajaran pokok Islam termasuk juga memelihara lingkungan.7
7
Ibid., hlm. 146.
8
Ibid.,
9
Ibid., hlm. 147.
terfokus kepada salah satu saja. Penyeimbangan dan simultansi keduanya
menghendaki perhatian yang terus menerus dan harus selalu dilakukan
evaluasi bagi operasional pendidikan.10
ضهتمم نعنلىَ املنمنلئقنكقة فننقاَنل أنمنبقتئوُقنيِ بقأ نمسنماَقء ههنتؤنلقء إقمن تكمنتتمم ن
صاَقدققيِنن نونعلمنم آندنم املنمسنماَنء تكلمنهاَ ثتمم نعنر ن
Dari ayat di atas tergambar bahwa Adam manjadi anak didik dari Allah
karena Allah langsung mengajarkan nama-nama benda, kemudian Allah
menantang para malaikat untuk mengemukakan nama-nama benda tersebut.
Ternayata malaikat tidak bisa menyebutkannya, kemudia Allah Menyuruh
Adam untuk memberitahu malaikat tentang nama-nama benda yang telah
diketahui atas dasar pengajaran Allah kepadanya.12
10
Ibid., hlm. 148.
11
Ibid.,
12
Ibid., hlm. 149.
ت نواملنمر ق
ض نقاَنل نياَ آندتم أنمنبقمئهتمم بقأ نمسنماَئققهمم ْ فنلنمماَ أنمنبنأ نهتمم بقأ نمسنماَئققهمم نقاَنل أنلنمم أنقتمل لنتكمم إقننيِ أنمعلنتم نغميِ ن
ب المسنماَنوا ق
نوأنمعلنتم نماَ تتمبتدونن نونماَ تكمنتتمم تنمكتتتموُنن
Ayat ini bisa difahami bahwa Adam mengjarkan nama-nama benda itu kepada
pada malaikat. Dari pemahaman ini, maka kita sebagai manusia harus selalu
belajar sekaligus mengajarkan ilmu kepada sesama. Kita tidak boleh berhenti
sebagai anak didik atau pendidik, suatu saat kita sebagai anak didik dan pada
saat lainnya kita harus menjadi pendidik. Apabila kita perhatikan sabda Nabi
“balligu ‘anni walau aayatan”, maksudnya kalaupun kita memiliki ilmu
hanya satu ayat wajib menyampikan kepada orang lain. M Natsir menegaskan
bahwa kewajiban berdakwah adalah wajib a’in bagi siapapun. Abdurrahman
an Nahlawi menggambarkan sifat pendidik antara lain:
2) Ikhlas
3) Sabar
13
Ibid., hlm. 150.