Anda di halaman 1dari 83

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Penjelasan Judul

Dalam menentukan keseluruhan isi skripsi supaya lebih mudah dan praktis

dalam memahami isi skripsi ini, maka penulis akan menjelaskan terenih dahulu

secara singkat apa sajakah yang terkandung dalam skripsi ini. Judul skripsi ini

yaitu“Aspek Pendidikan Akhlak Dalam Surat Al-Hujurot Ayat 11-13”kaena

adanya beberapa pengertian atau istilah dalam skripsi ini, maka peneliti akan

menjelaskan terlebihdahulu apa arti dan maksud dari setiap pengertian tersebut

agar tidak terjadi kesalahan penafsiran antara lain:

1. Aspek-aspek yakni pemunculan atau penginterpretasian gagasan, masalah,

situasi, dan sebagainya sebagai pertimbangan yang dilihat dari sudut pandang

tertentu1Pengertian aspek adalah suatu pandangan jauh ke depan atau

pandangan bagaimana jangkauan yang akan terjadi pada masa depan.

Yang berarti pendidikan mengenai dasar-dasar akhlak dan keutamaan

perangai, tabiat yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh anak

sejak masa analisa sampai ia menjadi seorang mukallaf, seseorang yang

telah siap mengarungi lautan kehidupan. .

1
KBBI, 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).[Online] Available at:
http://kbbi.web.id/pusat,Diakses 15 oktober 2019.
2

2. Pendidikan yakni pengembangan dan pembinaan dari setiap kepripadian

seseorang baik itu dalam bentuk jasmani maupun rohani agar lebih baik lagi.

menjelaskAda juga para beberapa orang ahli mengartikan pendidikan itu

adalah diperlukan dirinya, masyarakat, dan Negara.2

3. Akhlak adalah pembawaan dari manusia yaitu kecendrungan kepada

kebaikan atau fitah yang ada dalam diri manusia, dan dapat juga berupa

kata hati yang selalu cendrung kepada kebenaran.3

Akhlak dalam prespekif pendidikan Islam adalah untuk

membentuk manusia yang bermoral baik, keras kemauan, sopan

dalam berbicara dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku perangkai,

bersifat bijaksana, sempurna sopan dan beradab, ikhlas jujur dan suci.

Dengan kata lain pendidikan akhlak bertujuan untuk melahirkan

manusia yang memiliki keutamaan (al-fadhilah). Dengan demikian

bahwa tujuan pendidikan akhlak pada prinsipnya adalah untuk

mencapai kebahagiaan dan keharmonisan dalam berhubungan dengan

Allah SWT, di samping berhubungan dengan sesama makhluk dan juga

alam sekitar, hendak menciptakan manusia sebagai makhluk yang

tinggi dan sempurna serta lebih dari makhluk lainya

4. Al-Quran (surat Al-hujurot ayat 11-13)

Al-Quran yang secara harfiah berarti “bacaan sempurna”

merupakan suatu nama pilihan alloh yang sungguh tepat, karena tiada

2
Haryanto : dalam artikel “pengertian pendidikan menurut para akhli
http://belajarpsikologi. com/pengertian-pendidikan-menurut-ahli/ diakes pada
tanggal 25 November 2019
3
Nata abuddin, akhlak tasawuf dan karakter mulia, (jakarta: rajawali pers,2014),hal.134.
3

suatu bacaan pun sejak manusia mengenal tulis baca lima ribu tahun

yang lalu yang dapat menandingi Al-Quran Al-karim, bacaan sempurna

lagi mulia itu.4 Al-Quran adalah mukjizat islam yang abadi dimana

semakin maju ilmu pengetahuan, semakin tampak validitas

kemukjizatannya. Al-Quran menurut bahasa berarti bacaan dan menurut

istilah usul fiqih Al-Quran berarti “kalam (perkataan) Alloh yang di

turunkannya dengan perantara malaikat jibril kepada nabi Muhammad

SAW, dengan bahasa arab serta dianggap ibadah membacanya5

Surat Al-Hujurãt terdiri dari 18 ayat yang termasuk dalam

golongan surat Madaniyah atau diturunkan sesudah Nabi hijrah ke

Madinah. Pokok isi kandungan dalam surat Al-Hujurãt adalah

melengkapi dasar-dasar kesopanan yang tinggi serta menunjukan

manusia kepada pekerti-pekerti utama. Selain itu juga menjelaskan

sikap para muslim terhadap Allah dan Rasul-Nya, bagaimana cara

mereka menerima berita-berita (keterangan) dari orang-orang yang

tidak dapat dipercaya, dan bagaimana memperlakukan saudara

seagama, baik sewaktu mereka berhadapan muka atau pun tidak.

Dalam surat ini dijelaskan pula hakikat iman dan hakikat mukmin

yang sebenarnya.

B. Alasan Memilih Judul

Alasan penulis memilih judul tersebut adalah:


4
M.Quraish Shihab,Wawasan Al-Qur’an,Cet XVI (Bandung:PT.Mizan
Pustaka,2005),Hal 3
5
Satria Effendi,Ushul Fiqh,Cet III (Jakarta: Kencana 2009) Hal,79
4

1. Penulis merasa tertarik pada judul tersebut mengigat betapa pentingnya

pemahaman kita terhadap arti pendidikan akhlak yang terkandung di Al-

Quran.

2. Selain alasan di atas penulis juga merasa tertarik pada judul ini karena dalam

kebiasaan sehari-hari yang biasa kita lakukan dan lumrah di lakukan di

masyarakat dan dianggap biasa saja, akan tetapi hal tersebut bertentangan

dengan hukum di dalam islam. Jadi dalam skripsi ini penulis akan sedikit

membahas tentang hal tersebut agar lebih dapat memahami akhlak baik dalam

pendidikan islam.

C. Latar belakang Masalah

Untuk membentuk manusia yang berkarakter agamis dan mempunyai

nilai-nilai spiritual dalam dirinya diperlukan pendidikan yang terarah. Chairul

anwar dalam bukunya mengatakan “pendidikan yang gerarah merupakan

pendidikan yang berbasis pada prinsip-prinsip hakikat fitrah manusia dalam

pendidikan”. Artinya, pendidikan terarah adalah pendidikan yang bisa

membentuk manusia secara utuh, baik dari sisi dimensi jasmani (materi)

maupun dari sisi mental/inmateri (rohani,akal,rasa dan hati)6

Ahlak dalam islam bukanlah moral yang kondisional dan situasional,

tetapi ahlak yang benar memiliki nilai-nilai mutlak. Nilai-nilai baik dan

buruk tidak dibatasi ruang dan waktu . seseorang yang berahlak mulia selalu

melaksanakan kewajiban-kewajibannya, memberikan hak yang harus

6
Chairul Anwar,Hakikat Manusia Dalam Pendidikan;Sebuah Tujuan Filosofis,
(Yogyakata: SUKA-Press,2014)Hal.6
5

diberikan kepada yang berhak. Islam menjadikan ahlak yang baik sebagai

bukti dan buah dari ibadah kepada Alloh.itulah kenapa Alloh memerintakan

kita untuk selalu beetaqa kepadanya , karna selain kita lebih dekat dengan

Alloh, dngan kita selalu bertaqwa kepadanya, Alloh juga memandang lebih

terhadap orang yang bertaqwa kepadanya . orang yang bertaqwa kepada

Alloh adalah orang yang lebih mulia di sisi NYA.

Dalam dunia pendidikan, ahlak juga menjadi masalah yang mendapat

perhatian lebih dan banyak disoroti masyarakat. Karena akhlak ini sebagai

cermin manusia. Apabila ahlaknya baik makan akan melahirkan perbuatan

manusia yang baik baik terhadap Alloh, diri sendiri, ataupun terhadap mahluk

lainnya.

Pendidikan tidak bisa lepas dari bidang keilmuan lain, terutama

psikologi. Pendidikan adalah bidang yang memfokuskan kegiatannya pada

proses belajar mengajar (transfer ilmu). Dalam proses tersebut, ranah

psikolog sangat diperlukan untuk memahami keadaan politik dan peserta

didik. Oleh karenanya, jika menelaan literature psikologi, kita akan

menemukan banyak teori belajar yang bersumber dari aliran-aliran psikolog 7

Sadar atau tidak, pendidikan yang dialami oleh bangsa Indonesia saat

ini dari berbagai jenjang mulai dari SD sampai ke jenjang yang paling tinggi

merupakan tamparan yang sangat menyakitkan bagi para pendidik pada

umumnnya dan sungguh ironis kalau kita melihat para peserta didik pada

saat ini, banyaknya peserta didik yang tiidak menyadari pentingnya

7
Chairul Anwar, Buku Terlengkap Teori-Teori Pendidikan Klasik Hingga Kontemporer,
(Yogyakarta:IrcisoD,2017) Hal.13
6

pendidikan ahlak sehingga merugikan dirinya sendiri maupun lingkungan

sekitarnya. Yang perlu kita sadari saat ini bukanlah sistem ataupun yang

lainnya, namun yang harus di sorot adalah akhlak pendidik dan peerta didik

yang semakin hari semakin tidak karuan.

Dalam hal ini banyak sekali materi atau teori yang mempelajari

tentang ahhlak dari tingkatan yang mendasar sampai tingkatan yang paling

tiingggi, namun dalam prakteknya yang terjadi saat ini para peserta didik

selalu menyoroti tingkahlaku para gurunya. Peserta didik tidak memandang

apakah sikap seorang guru baik atau tidaksehingga memunculkan perspektif

yang berasumsi kepada hal yang negatif.

Seiring dengan gelombang kehidupan ini, dalam setiap kurun waktu dan

tempat tertentu muncul tokoh-tokoh yang mengambil dari kitab suci yakni

Al-Quran yang memperjuangkan tegaknya konsep-konsep akhlak dengan

berupaya untuk menegakkan konsep-konsep akhlak menjadi sangat penting

dalam rangka mencapai kehidupan yang lebih baik.

Untuk itu akhlak di dalam dunia pendidikan sangatlah penting sekali,

karena pendidikan merupakaan pokok utama dalam menentuukan akktifitas

sehari-har, maka dari itu pendidikan yang baik bisamemberikan contoh dan

sikap akhlak yang maksimal berdadarkan dengan apa yang telah dicontohkan

dalam Al-Quran, sehingga perilaku pendidik tidak sewenang-wenang dalaam

mempraktekan apa yyaang telah diajarkan dan peserta didik akan

mencontohnya.
7

Proses pendidikan merupakan upaya untuk mengembangkan serta

mengaktualisasikan peserta didik dengan maksimal sesuai dengan bakat dan

minat baik secaraa formal maupun informal. Pendidikan juga dapat

diartikansebagai sebuah proses dengan proses tertentu sehingga orang

memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara tingkah laku yang sesuai

dengan kebutuhan.8

Sebagai contoh bahwa surat Al-Hujurat ayat 11-13 yang

menunjukkan bukti adanya konsep Akhlak yang tercantum di dalamnya,

berbunyi sebagai berikut.

Terjemah ayat :

8
Muhibbin Syah,Psikologi Pendidikan Islam Dengan Pendekatan Baru
(Bandung:Remaja Rosda Karya,2005), Hal.10
8

11. Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum

yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka

(yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-

wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih

baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu

sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. 

Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan

barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang lalim.

12. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka,

sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-

cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing

sebahagian yang lain.  Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging

saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan

bertakwalah kepada Allah.  Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi

Maha Penyayang.

13. Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki

dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-

suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling

mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara

kamu.  Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.9

D. Rumusan Masalah

9
Depag Agama RI,Al-Quran Dan Terjemah,(Bandung:Sayamil Al-Quran,2010),Hal 517
9

Masalah adalah inti persoalan yang tersirat dalam judul penelitian.

Masalah menurut S. Margono adalah kesenjangan antara harapan akan

sesuatu yang seharusnya ada dengan kenyataan yang ada.10 Perumusan

masalah suatu kegiatan penelitian akan menjadi sia- sia dan bahkan tidak

akan akan membuahkan hasil apa- apa.

Berdasarkan dari apa yang sudah diuraikan pada pembahasan mengenai

latar belakang yang sebelumya sudah dikemukakan, maka rumusan masalah

penelitian ini disusun dalam kalimat pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah konsep ahlak yang terkandung dalam Al-Quran surat

Al-hujurot ayat 11-13?

2. Bagaimana implementasi konsep akhlak yang terkandung dalan Al-

Quran surat Al-hujurot ayat 11-13 dalam kehidupan sehari-hari ?

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan dan kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Tujuan penelitian

a. Mengetahui konsep akhlak yang terkandung pada surat Al-Hujurot

ayat 11-13 ?
10
S. Margono,Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta:Rineka Cipta, 2004),h. 54
10

b. Mengetahui implementasi konsep Akhlak yang terkandung pada

surat Al-Hujurot ayat 11-13 ?

2. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian dapat berguna baik dari manfaat teoritis maupun

yang praktis antara lain adalah :

a. Manfaat teoritis

Manfaat teoritis adalah menjelaskan bahwa hasil penelitian

ini bermanfaat memberikan sumbangan pemikiran atau

memperkaya konsep-konsep atau teori-teori terhadap ilmu

pengetahuan dari penelitian yang sesuai dengan bidang ilmu

dalam suatu penelitian. Diantara manfaat teoritis dari penelitian

ini adalah Untuk menambah khazanah pengetahuan kita tentang

nilai-nilai akhlak dalam surat Al-Hujurat ayat 11-13.

b. Manfaat praktis

a. Memberikan sikap yang positif kepada masyarakat agar

memiliki akhlak yang mulia dalam melakukan suatu perbuatan

agar tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang negatif.

b. Agar masyarakat secara umum memiliki akhlak sesuai dengan

tuntutan Al-Quran dan Hadits.

F. Metode Yang Digunakan


11

1. Jenis Metode Yang Digunakan

Untuk memperoleh data yang representatif dalam pembahasan

skripsi ini, digunakan metode kepustakaan (library reseach) dengan cara

mencari , mengumpulkan, membaca,dan menganalisa buku-buku, ada

relevansinya dengan masalah penelitian. Secara sederhana penelitian

kepustakaan merupakan jenis penelitian yang berusaha meghimpun data

penelitian dari khazanah literature dan menjadikan “dunia teks” sebagai

objek utama analisisnya.11

Ditinjau dari objek tempatnya penelitian ini termasuk kategori

penelitian research kepustakaan atau library research, yaitu penelaahan yang

dilakukan dengan cara mengadakan studi terhadap buku-buku yang

berkaitan dengan pokok permasalahan yang dibahas secara deskriptif

analitik dengan melalui pendekatan kualitatif rasionalistik, sehingga dalaam

hal ini yang digunakan adalah analisis konsep.

Pendekatan kualitatif rasionalistik yang dimaksudkan penulis yaitu

suatu pengetahuan yang diperoleh atas dasar pemahaman intelektual dan

kemampuan argumentasi secara logis yang menekankan pada pemaknaan

empirik. Pendektan rasioanalistik memiliki esai penelitian sebagaimana

yang disampaikan oleh Noeng Muhadjir bahwa desain pendekatan

rasionalistik bertolak dari kerangka teoritik yang dibangun dari

pemaknaan hasil penelitian terdahulu, teoriteori yang dikenal atau buah

pemikiran para tokoh kemudian dikonstruksi menjadi sesuatu yang

mengandung sejumlah problematika yang perlu diteliti lebih lanjut.


11
Beni Ahmad Saebani,M.Si,Ilmu Akhlak,(Bandung:Pustaka Setia,2010).Hal. 205
12

Dalam kaitannya dengan penelitian ini maka penulis mengambil

sumber dari kitab-kitab tafsir Al-Qur'an dan buku-buku yang mempunyai

relevansi dengan problematika yang penulis bahas mengenai konsep

Akhlak Dalam surat Al-Hujurat Ayat 11-13.

2. Sumber Data

Data penelitian ini diperoleh dari surat Al-Quran Al-Hujurat ayat 11-13

Selain itu, sumber data penulis juga di ambil dari buku-buku yang relevan

dalam pembahasan skripsi ini. Sumber data ini di bedakan menjadi dua

yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.

a) Sumber data primer

Sumber data primer adalah data yang diperoleh dari sumber inti.

Sumber data primer di sini adalah berasal dari Al-Qur‟an dan terjemah

dari Depag, tafsir Al-Misbah karya M.Quraish Shihab, kitab tafsir Ibnu

Katsir, dan buku-buku lain yang relevan

b) Sumber data sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang di peroleh dari sumber data

lain yang masih berkaitan dengan masalah penelitian. Berupa buku-

buku yang berkaitan dengan pendidikan akhla

3. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian

ini adalah dengan mengumpulkan dan yang menjadi sumber data primer
13

yaitu surat Al-Hujurat ayat 11-13, Al-Quran dan tafsir kementrian

agama RI, asbabunnuzul, serta sumber data sekunder yang relevan

dengan permasalahan. Setelah data terkumpul selanjutnya dilakukan

penelaah secara sistematis yang berkaitan dengan penelitian tersebut.

Sehingga dapat diperoleh bahan-bahan dan penyajian data.

4. Teknik Analisis Data

Proses pengumpulan data sangat diperlukan agar data diperolah

relevan untuk mengkaji hipotesis. Pada langkah ini penulis menggunakan

teknik pengumpulan data dokumentasi, yaitu mengumpulkan data yang

relevan dengan fokus penelitian yang penulis laksanakan ini yang

berbentuk konsep, teori dan preposisi yang bisa terdapat pada Al-Qur'an,

kitab-kitab tafsir, dan buku-buku, majalah, jurnal jurnal, internet,

ataupun manuskrip-manuskrip lainnya.

Dalam penelitian ini penulis mengambil Al-Qur'an Surat Al-

Hujurat Ayat 11-13 dan menelaah ayat tersebut dengan mengkaji

penafsiran surat tersebut dari para ahli tafsir seperti Al-quran dan tafsir

kementrian agama RI, asbabunnuzul Al-quran , tafsir ibnu katsir.

Data yang telah terkumpul, terseleksi dan tersusun sedemikian rupa

selanjutnya dianalisis menggunakan analisis isi (content analysis) yaitu


14

suatu teknik penelitian untuk membuat referensi yang dapat ditiru

(replicate) dan shahih data dengan memperhatikan konteksnya.12kemudian

dilakukan deskripsi yaitu memberikan penafsiran atau uraian tentang

data yang telah terkumpul. Setelah data terkumpul dianalisis dan

ditafsirkan, kemudian disimpulkan dengan metode deduktif dan induktif.

Metode Induktif, yaitu analisa yang berpangkal pada kaidah khusus

kemudian disusun perumusan-perumusanya yang bersifat umum.

Deduktif, yaitu analisa yang berpangkal dari kaidah-kaidah yang

umum kemudian ditetapkan pada kaidah yang bersifat khusus.

Cara lain dalam menganalisis penelitian ini yaitu dengan metode

tahlili. Metode tahlili adalah metode tafsir yang bermaksud menjelaskan

kandungan ayat-ayat Al-Quran dan seluruh aspeknya dalam metode tahlili

mufassir biasanya mengikuti urutan ayat dan surat sebagaimana yang

tersusun didalam mushaf Mufassir memulai uraiannya dengan

menggemukan arti kosa kata yang diikuti dengan penjelasan ayat secara

global. Mufassir juga menggemukan munasabah, membahas asbabunnuzul

dan menyampaikan dari hadits atau dari sahabat, dan dari para tabiin 13

12
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian (Jakarta: Rajawali Press, 1983), hal. 94.
13
Budiharjo,pembahasan ilmu Al-Qur’an (yogyajarta,lokus:2012) hal.132
15

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Redaksi Surat Al-Hujurat Ayat 11-13 dan Terjemahanya.

Sesuai dengan judul bab ini, maka penulis menyajikan kompilasi ayat-

ayat yang menjadi tema pembahasan dalam skripsi ini. Adapun ayat yang

dikaji adalah ayat 11 sampai dengan 13 dari surat Al-hujurot


16

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki


merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih
baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan
kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan
janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil
dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan
adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan Barangsiapa yang tidak
bertobat, Maka mereka Itulah orang-
orang yang zalim (Q.s al Hujurãt,11).
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-
sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa.dan
janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan
satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan
daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik
kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Penerima taubat lagi Maha Penyayang
(Q.s al Hujurãt, ayat 12).

Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari


seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi
17

Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui lagi Maha Mengenal (Q.s al Hujurãt ayat, 13).14

1. Arti Kosa Kata (Mufrodat)

Setelah menyajikan teks ayat dan terjemahnya, perlu bagi penulis untuk

menyajikan beberapa kosakata penting terkait dengan ayat-ayat tersebut.

Kosa kata yang disajikan sesuai dengan urutan ayat, yaitu ayat 11 sampai

dengan 13 dari surat Al-hujurot

a. Ayat 11 dari surat Al-hujurot

Suatu kaum Jangan (mereka) Orang-orang Wahai


memperolo beriman Yang

Dari pada Lebih baik Bahwa mereka Boleh jadi Dari kaum
mereka adalah

Lebih baik Bahwa Boleh jadi Dari wanita Dan


mereka adalah Jangan wanita

Dengan Dan jangan Dirimu sendiri Dan jangan Dari


julukan/gelar kamu kamu mencela mereka
panggil-
memanggil

Keimanan Sesudah Fasik/jahat/buruk Nama Seburuk-


Buruk

14
Depag Agama RI,Al-Quran Dan Terjemah,(Bandung:Sayamil Al-Quran,2010),Hal 517
18

Orang-orang Mereka Maka mereka itu Tidak Dan barang


Zalim Bertaubat Siapa

b. Ayat 12 dari surat al-hujurot

Dalam ayat ini akan disajikan seluruh kosa kata yang terdapat

dalam ayat 12 untuk memperjelas makna kosa kata seluruhnya,

sebagaimana dalam ayat 11 di atas.

Kebanyakan Jauhilah Beriman Orang-orang Wahai


yang

Dan jangan Dosa Prasangka Sesungguh Dari


Kamu mencari Nya sebagian prasangka
Kesalahan

Salah seorang Apakah Sebagian Bagian Dan jangan


Diantara kamu menyukai kamu Kamu mengumpat

Maka Bangkai/mati Saudaranya Daging Bahwa


kamu memakan
benci/jijik
padanya

Maha Maha Sesungguhn Allah Dan


Penyayang penerima ya allah bertakwalah
taubat
19

c. Ayat 13 dari surat Al-Hujurat

Sebagaimana ayat sebelumnya, dalam ayat ini akan disajikan

seluruh kosa kata yang terdapat dalam ayat 13 untuk memperjelas

makna kosa kata seluruhnya.

Dari seorang Kami Sesungguhnya Manusia Wahai


laki-laki menciptkan Kami
kamu

Supaya kamu Dan bersuku- Berbangsa- Dan kami Dan


saling suku Bangsa menjadikan seorang
mengenal kamu wanita

Paling Allah Disisi paling mulia Sesungguh


bertakwa diantara kamu nya
Diantara kamu

Maha melihat Maha Sesungguh


mengetahui nya allah

2. Pokok-Pokok Kandungan Surat Al-Hujurat Ayat 11-13

Setelah menyajikan teks ayat dan terjemahnya, selanjutnya penulis

akan menyajikan beberapa pokok kandungan ayat 11 sampai dengan 13 dari

surat Al-hujurot.

Redaksi ayat 11 dari surat Al-hujurot,dalam ayat ini Alloh mengingatkan

kaum mukminin supaya jangann ada suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain

karena boleh jadi, mereka yang di olok-olok itu pada sisi alloh jauh lebih mulia dan

terhormat dari mereka yang mengolok-olok. Demikian pula dikalangan perempuan,


20

jangan seorang perempuan mengolok-olok perempuan yang lain karena boleh jadi,

mereka yang di olok-olok itu pada sisi alloh jauh lebih mulia dan terhormat dari pada

perempuan yang mengolok-olok.

Alloh melarang kaum mukminin mencela kaum mereka sendiri karena kaum

mukminin semuanya harus dipandang satu tubuh yang diikan dengan kesatuan dan

persatuan. Alloh melarang pula memanggil dengan panggilan yang buruk seperti

panggilan kepasa seorang yang sudah beriman dengan kata-kata : hai fasik, hai

kafir,dan sebagainya15.tersebut dalam sebuah hadits riwayat Al-bukhari dan muslim

dari an-Nu’man bin basyir :

Perumpamaan orang-orang mukmin dalam kasih mengasihi dan saying menyayangi

antara mereka seperti tubuh yang satu ;bila salah satu anggota badannya sakit

demam maka badan yang lain merasa terganggu pula (riwayat muslim dan ahmad

dari an-Nu’man bin basyir)

Hadis ini mengandung isyarat bahwa seorang hamba Alloh jangan memastikan

kebaikan atau keburukan seorang semata-mata karena melihat kepada perbuatannya

saja, sebab ada kemungkinan seoreang tampak mengerjakan kebajikan padahal Alloh

melihat di dalam hatinya da sifat yang tercela. Sebaliknya pula mungkin ada orang

yang kelihatan melakukan sesuatu yang tampak buruk tapi Alloh melihat dalam

hatinya tampak ada rasa penyesalan yang besar yang mendorongnya bertobat dari

15
Kementrian Agama RI,Al-Quran Dan Tafsirnya,jilid IX,(Jakarta:Ikrar Mandiri
Abadi,2010),Hal 410
21

dosanya. Maka perbuatan yang tampak dari luat itu hanya merupakan tanda tanda

saja yang menimbulkan sangkaan yang kuat, tetapi belum sampai ke tingkat

meyakinkan. Alloh melarang kaum mukminin memanggil seorang dengan panggilan

yang buruksetelah mereka beriman. 16

Surat Al-hujurot ayat 12 menyampaikan tentang Alloh memberi peringatan

kepada orang yang beriman supaya mereka menjauhkan diri dari prasangka terhadap

orang-orang yang beriman. Jika mereka mendengan sebuah ucapan yang keluar dari

mulut saudaraanya yang mukmin, maka ucapan itu harus menndapaat tanggapaan

yang baik, sehingga tidak menimbulkan salah paham apalagi menyelewengkannya

sehingga menimbulkan fitnah dan prasangka 17. Sedangkan ahlak bertalian dengan

faktor rahani, sifat atau sikap batin,faktor lahir dan batin adalah dua unsur yang tidak

dapat dipisahkan dari manusia,sebahgaimana tidak dapat dipisahkannya jasmani dan

rohani18

Surat Al-hujurot ayat 13, dalam ayat ini dijelaskan bahwa Alloh

menciptakan seorang manusia dari seorang laki-laki (adam) dan seorang perempuan

(hawa) dan menjadikannya berbangsa-bangsa, bersuku-suku, dan berbeda-beda

warna kulit bukan untuk saling mencemoohkan, tetapi untuk saling menngenal dan

menolong. Alloh tidak menyukain orang-orang yang memperlihatkan kesombongan

dengan keturunan, kepangakatan atau kekayaannya karena yang paling mulia di

antara manusia pada sisi Alloh hanyalah orang yang paling bertaqwa kepadanya. 19

B. Pendidikan

1. Pengetian Pendidikan

16
Ibid.hal 411
17
Ibid, hal 414
18
Zuhairiri,Dkk,Filsafat Pendidikan Islam,(Jakarta:PT. Bumi Aksara,1994),Hal.50
19
Kementrian Agama RI,Op.Cit,hal.420
22

Pendidikan ddalam bahasa yunani berasal dari kata pedagogik

yaitu ilmu menuntun anak. Orang romawi melihat penndidikan

sebagai educare,yaitu mengeluarkan dan menuntun tindakan

merealisasikan potensi anak yang dibawa waktu dilahirkan di

dunia.20 Secara etimologi, istilah pendidikan dalam bahasa indonesia

berasal dari kata “didik” dengan memberinya awalan “pe” dan

akhiran “kan”, mengandung arti “perbuatan” (hal, cara, dan

sebagainya).21

Secara definitif pendidikan (Padagogie) diartikan oleh para

tokoh pendidikan, sebagai berikut:

a. Rousseau

Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada

masa anak-anak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu

dewasa.

b. Ahmad D. Marimba, memberikan pengertian bahwa pendidikan

adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh

pendidikan terhadap perkembangan jasmani dan rohani

siterdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.

20
Nurkholiis,Pendidikan Dalam Upaya Memajukan Teknologi,Jurnal
Kependidikan,Vol.1 No.1 Nopember.2019,Hal.25
21
H. Ramayulis, Dasar-Dasar Kependidikan Suatu Pengantar Ilmu Pendidikan,
(Jakarta: Kalam Mulia, 2015), Cet. I, h. 15.
23

c. W.J.S. Poerwadarminta menjelaskan secara linguistis, sebagai

kata benda, pendidikan berarti proses perubahan sikap dan tinglah

laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.22

Makna pendidikan yang lebih hakiki lagi adalah pembinaan

akhlak manusia guna memiliki kecerdasan membangun kebudayaan

masyarakat yang lebih baik dan mampu meningkatkan kesejahteraan

hidupnya. Oleh karena itu, dalam pendidikan terdapat proses timbal

balik antara pendidik,anak didik, ilmu pengetahuan dan

keterampilan yang saling berbagi.

Istilah yang berhubungan erat dengan peserta didik yaitu al-

muta‟allimyang berarti orang yang mencari ilmu pengetahuan. Istialh

al-mutaa‟llim yang menunjukkan peserta didik sebagai orang yang

menggali ilmu pengetahuan merupakan istilah yang populer dalam

karya-karya ilmiah para ahli pendidikan Islam.23

Peserta didik adalah salah satu komponen dalam sistem pendidikan

Islam. Peserta didik merupakan “raw material” (bahan mentah) di

dalam proses transformasi yang disebut pendidikan. Berbeda dengan

komponen-komponen lain dalam sistem pendidikan karena kita

menerima material ini sudah setengah jadi sedangkan komponen-

komponen lain dapat dirumuskan dan disusun sesuai dengan keadaan


22
Tatang S, Ilmu Pendidikan, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2012), Cet. I, h. 13.
23
Deden Makbuloh, Pendidikan Islam dan Sistem penjaminan Mutu,(Jakarta: Raja
Grafinfdo, 2016), h. 179.
24

fasilitas dan kebutuhan yang ada. Mentalnya dilatih sehingga

keinginan mendapatkan pengetahuan bukan semata-mata untuk

memuaskan rasa ingin tahu intelektualnya saja atau hanya untuk

memperoleh keuntungan material semata. Melainkan untuk

mnejadikan makhluk rasional yang berbudi luhur serta melahirkan

kesejahteraan spiritual, mental dan juga fisik.24

2. Tujuan pendidikan

Ketika kita berbicara tentang tujuan pendidikan, spontan kita

teringat akan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang tertuang

dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 yaitu:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, sehat, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab”25

Menurut John Dewey, “Tujuan pendidikan dapat diklasifikasikan

dalam dua kategori, yaitu means dan ends. Means merupakan tujuan

yang berfungsi sebagai alat yang dapat mencapai ends. Means

adalah tujuan “antara”, sedangkan ends adalah tujuan “akhir”.

24
Miftahul Huda, “Peran Pendidikan Islam Terhadap Perubahan Sosial” Edukasi: Jurnal
Penelitian Pendidikan Islam, 10.1 Feberuari (2015), h. 165–88
25
Muhammad Jafar anwar dan Muhammad Salam, Membumikan Pendidikan
Karakter, (Jakarta: CV. Tatu’uw, 2013), Cet. I, hal. 33
25

Dengan kedua kategori ini, tujuan pendidikan harus memiliki tiga

kriteria, yaitu:

1) Tujuan harus dapat menciptakan perkembangan yang lebih

baik dari pada kondisi yang sudah ada.

2) Tujuan itu harus fleksibel, yang dapat disesuaikan dengan

keadaan.

3) Tujuan itu harus mewakili kebebasan aktivitas

Pada akhirnya, setiap tujuan harus mengandung nilai, yang

dirumuskan melalui observasi, pilihan dan perencanaan, yang

dilaksanakan dari waktu kewaktu. Apabila tujuan tidak mengandung

nilai, bahkan dapat menghambat pikiran sehat peserta didik, itu

dilarang.26

C. AKHLAK

1. Pengertian Akhlak

Term akhlak berasal dari bahasa arab. Ia adalah bentuk jama’ dari

khuluk. secara etimologi khuluk berarti ath-thab’u (karakter) dan assajiyah

(perangai).27

Sebelum sampai pada pengertian akhlak lebih dahulu perlu diketahui

bahwa kata akhlak Dalam buku Imas Kurinasih dan Berlin Sani,sikap

merupakan sebuah ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang

26
Toto Suharto,Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), Cet. I,
hal. 86
27
Ibrahim Bafadhol,Pendidikan Akhlak Dalam Perspektif Islam,Jurnal Edukas Islami
Jurnal Pendidikan Islam,Vol.06,No12,Juli 2017.hal.46
26

dimiliki oleh seseorang. Sikap dapat dibentuk, sehingga terjadi perilaku

atau tindakan yang diinginkan.28

Begitupun dalam bahasa Yunani istilah “akhlak” dipergunakan istilah

ethos atau ethikos atau etika (tanpa memakai H) yang mengandung arti “Etika

adalah usaha manusia untuk memakai akal budi dan daya pikirnya untuk

memecahkan masalah bagaimana ia harus hidup kalau ia mau menjadi baik”.

Dan etika itu adalah sebuah ilmu bukan sebuah ajaran.

Ibn al-Jauzi (w. 597 H) sebagaimana dikutip oleh Rosihon Anwar,

menjelaskan bahwa al-Khuluq adalah etika yang dipilih seseorang.

Dinamakan khuluq karena etika bagaikan khalqah (karakter) pada dirinya.

Dengan demikian, khuluq adalah etika yang menjadi pilihan dan diusahakan

seseorang. Adapun etika yang sudah menjadi tabiat bawaannya dinamakan al-

KhaymIbn al-Jauzi (w. 597 H) sebagaimana dikutip oleh Rosihon Anwar,

menjelaskan bahwa al-Khuluq adalah etika yang dipilih seseorang.

Dinamakan khuluq karena etika bagaikan khalqah (karakter) pada dirinya.

Dengan demikian, khuluq adalah etika yang menjadi pilihan dan diusahakan

seseorang. Adapun etika yang sudah menjadi tabiat bawaannya dinamakan al-

Khaym.

Menurut istilah pengertian akhlak banyak dikemukakan oleh para

pakar, diantaranya oleh Imam al-Ghazali di dalam kitab Ihya Ulumuddin

sebagaimana dikutip oleh Saefuddaulah dan Ahmad Basuni dinyatakan

28
Imas Kurniasih dan Berlin Sani. 2014. Implementasi Kurikulum 2013: Konsep
& Penerapan. Surabaya: Kata Pena,hal.65
27

bahwa hakikat akhlak adalah suatu hai’at atau bentuk jiwa yang benar-benar

telah meresap dan dari padanya timbul berbagai perbuatan dengan cara

spontan dan mudah, tanpa dibuat-buat dan tanpa membutuhkan pemikiran

atau angan-angan.29

Dari uraian mengenai pendidikan dan akhlak diatas penulis memberi

kesimpulan bahwa pendidikan akhlak adalah sebuah bentuk upaya berupa

bimbingan untuk mengarahkan seseorang kepada terbentuknya kebaikan

lahir dan batin sehingga terwujudlah pribadi utama (insan kamil) yang sesuai

dengan fitrah dalam ajaran agama Islam.

2. Dasar dan Tujuan Akhlak

Sumber untuk menentukan akhlak dalam Islam, apakah termasuk

akhlak yang baik atau akhlak yang tercela, sebagaimana keseluruhan ajaran

Islam lainnya adalah Al-Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad Saw. Baik

dan buruk dalam akhlak Islam ukurannya adalah baik dan buruk menurut

kedua sumber itu, bukan baik dan buruk menurut ukuran manusia. Sebab

jika ukurannya adalah manusia, maka baik dan buruk itu bisa berbeda-

beda. Seseorang mengatakan bahwa sesuatu itu baik, tetapi orang lain
29
H.M. Saefuddaulah dan Ahmad Basyuni, Akhlak Ijtima’iyyah, (Jakarta: PT.
Pramator, 1998), Cet. I, hal. 2
28

belum tentu menganggapnya baik. Begitu juga sebaliknya, seseorang

menyebut sesuatu itu buruk, padahal yang lain bisa saja menyebutnya baik.

Kedua sumber pokok ajaran Islam yang pokok itu (Al-Qur’an dan

sunnah) diakui oleh semua umat Islam sebagai dalil naqli yang tinggal

mentransfernya dari Allah Swt dan Rasulullah Saw. Keduanya hingga

sekarang masih terjaga keautentikannya, kecuali sunnah Nabi yang memang

dalam perkembangannya banyak ditemukan hadits-hadits yang tidak benar

(dha’if / palsu). Melalui kedua sumber inilah kita dapat memahami bahwa

sifat-sifat sabar, tawakkal, syukur, pemaaf, dan pemurah termasuk sifat-sifat

baik dan mulia. Sebaliknya, kita juga memahami bahwa sifat-sifat syirik,

kufur, nifak, ujub, takabbur, dan hasad merupakan sifat-sifat tercela. Jika

kedua sumber itu tidak menegaskan mengenai nilai dari sifat-sifat tersebut,

akal manusia mungkin akan memberikan nilai yang berbeda-beda.30

Sebagai sebuah disiplin ilmu yang lahir dari rahim Islam, akhlak dan

tasawuf yang obyek studinya adalah kondisi jiwa yang melahirkan aktivitas

horizontal untuk akhlak dan aktivitas vertikal untuk tasawwuf, tentu tidak

akan terlepas dari originalitas konsep dasar keislaman, yang dalam hal ini

adalah Al-Qur’an dan Al-Hadits serta berbaga aktivitas Rasulullah Saw dan

para sahabatnya. Hal ini penting, oleh karena dalam berbagai aktivitas

keilmuan dewasa ini, cenderung ada tumpang tindih antara ilmu-ilmu yang

lahir dari dasar konsep keislaman, yang keberadaannya hadir

sejak perkembangan dan pertumbuhan |Islam pada abad ke-7 sampai abad ke-

30
Marzuki, Prinsip Dasar Akhlak Mulia, (Yogyakarta: Debut Wahana Press, 2009),hal.19
29

14 M, dengan ilmu-ilmu yang terinspirasi oleh renaisance dan aufklarung

pada sekitar abad ke 15 dan 16 M di Barat, khususnya Eropa.

Selanjutnya,ilmu-ilmu tersebut berkembang sebagai ilmu positivisme

sekuler yang mengedepankan rasionalisme dan emperisme pada sekitar

abad ke 17 dan 18 M.

Menurut Hamzah Ya’kub sebagaimana dikutip oleh Hasyim Syamhudi,

menyatakan tujuan dari setiap aktivitas hidup dan aktivitas pendidikan secara

implisit adalah jika seorang Muslim mencari rizki bukanlah sekedar untuk

mengisi perut bagi diri dan keluarganya. Pada hakikatnya ia mempunyai

tujuan yang lebih tinggi atau tujuan filosofis. Dia mencari tujuan yang lebih

dekat dan masih ada tujuan yang lebih tinggi lagi. Ia mencari rizki untuk

mendapatkan makanan guna membina kesehatan jasmani dan rohani,

sedangkan tujuan membina kesehatan itu ialah supaya kuat beribadah dan

beramal itulah dia dapat mencapai tujuan terakhir, yakni ridha Allah Swt. Jika

dia belajar bukan hanya sekedar untuk memiliki ilmu, ilmu itu akan menjadi

jembatan emas dalam membina takwa dan taqarrub kepada Allah Swt, agar

menjadi insan yang diliputi ridha Ilahi.31

Mustafa Zahri mengatakan bahwa tujuan perbaikan akhlak itu ialah

untuk membersihkan kalbu dari kotoran-kotoran hawa nafsu dan amarah

sehingga hati menjadi suci bersih bagaikan cermin yang dapat menerima Nur

31
Hasyim Syamhudi, Akhlak-Tasawuf dalam Konstruksi Piramida Ilmu Islam, (Malang:
Madani Media, 2015), hal. 42
30

cahaya Tuhan.37 Di antara ayat yang menyebutkan pentingnya akhlak adalah

dalam surat Ali Imran ayat 104:

Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang


menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan
mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.”

Selain disebutkan pentingnya pendidikan akhlak, Al-Qur’an

menunjukkan siapa yang patut untuk diteladani dan dijadikan

sebagai uswatun hasanah. Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an surat

Al-Ahzab ayat 21:

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri


teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.”

Ayat tersebut menunjukkan bahwa Rasulullah merupakan figur utama

sebagai manusia dan utusan Allah yang patut dijadikan panutan

dalam menjalani kehidupan di dunia ini.

3. Ruang Lingkup Akhlak


31

Ruang lingkup pembahasan ilmu akhlak adalah membahas

tentang perbuatan-perbuatan manusia, kemudian menetapkannya apakah

perbuatan tersebut tergolong perbuatan yang baik atau yang buruk.

Objek pembahasan dalam ilmu akhlak berkaitan dengan norma atau

penilaian terhadap sesuatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang.

Pokok-pokok masalah yang dibahas dalam ilmu akhlak pada

intinyaadalah perbuatan manusia. Perbuatan tersebut selanjutnya

ditentukan kriterianya apakah baik atau buruk. Dalam hubungan ini

Ahmad Amin mengatakan sebagai berikut, bahwa objek ilmu akhlak

adalah membahas perbuatan manusia yang selanjutnya perbuatan

tersebut ditentukan baik atau buruk.

Berbagai bentuk dan ruang lingkup akhlak Islam atau akhlaqul

karimah (perilaku terpuji) dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Akhlak Kepada Allah

Akhlakul karimah terhadap Allah Swt pada prinsipnya dapat

diartikan penghambaan diri kepada-Nya atau dapat diartikan

sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh

manusia sebagai makhluk kepada Allah Swt sebagai Khalik. Sebagai

makhluk yang dianugerahi akal sehat, kita wajib menempatkan diri

kita pada posisi yang tepat, yakni sebagai penghamba dan

menempatkan-Nya sebagai satu-satunya zat yang kita per-Tuhan.

Ada empat alasan mengapa manusia perlu berakhlak kepada

Allah :
32

1. Allah yang telah menciptakan manusia. Dia menciptakan

manusia dari air yang tumpahkan keluar dari antara tulang

punggung dan tulang rusuk, sebagaimana dalam al-Qur’an

surat ath-Thariq ayat 5-7

2. Allah yang telah memberikan perlengkapan pancaindra,

berupa pendengaran, penglihatan, akal pikiran dan

hati sanubari, disamping anggota badan yang kokoh

dan sempurnakepada manusia sebagaimana dalam al-

Qur’an surat an-Nahl ayat78

3. Allah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana

yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia,

seperti bahan makanan yang berasal dari tumbuh-

tumbuhan, air, udara, binatang ternak dan sebagainya.

Sebagaimana dalam al-Qur’an surat al-

Jatsiyah ayat 12-13

4. Allah yang telah memuliakan manusia dengan

diberikannya kemampuan menguasai daratan dan lautan.

Sebagaimana dalam al-Qur’an surat al-Isra’ ayat 70.

Titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan

kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dia memiliki sifat-sifat

terpuji demikian agung sifat itu, yang jangankan manusia,

malaikatpun tidak akan mampu menjangkau hakikat-Nya.32

32
H. Moh. Ardani, Nilai-Nilai Akhlak/Budi Pekerti dalam Ibadat, (Jakarta:
CV. Karya Mulia, 2001), cet, 1, hal. 43.
33

Firman Allah Swt dalam Al-Qur’an surat Adz-Dzariyat ayat 56 :

Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan


supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”

Ahli tafsir berpendapat maksud ayat tersebut ialah bahwa Allah

Swt tidak menjadikan jin dan manusia kecuali tunduk kepada-Nya

dan untuk merendahkan diri. Maka, setiap makhluk baik jin atau

manusia wajib tunduk kepada peraturan Allah. Ayat tersebut juga

menguatkan perintah mengingat Allah Swt dan memerintah manusia

agar senantiasa melakukan ibadah kepada Allah Swt .

b. Akhlak Terhadap Sesama Manusia

Manusia adalah sebagai makhluk sosial yang kelanjutan


eksistensinya secara fungsional dan optimal banyak bergantung
pada orang lain. Oleh karenanya ia perlu menciptakan suasana yang
baik, satu dan yang lainnya saling berakhlak baik, diantaranya
mengiringi jenazah, mengabulkan undangan, dan mengunjungi
orang yang sakit.33

Akhlakul karimah terhadap manusia pada dasarnya bertolak

kepada keluhuran budi dalam menempatkan diri kita dan

menempatkan diri orang lain pada posisi yang tepat. Hal ini

merupakan refleksi dari totalitas kita dalam menghambakan diri

kepada Allah Swt. Sehingga akhlakul karimah yang kita alamatkan

33
Ibid,Hal.51
34

terhadap sesama manusia semata-mata didasari oleh akhlakul karimah

yang kita persembahkan kepada-Nya.

c. Akhlak Terhadap Lingkungan

Lingkungan yang dimaksud disini adalah segala sesuatu yang

berada disekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun

benda-benda tak bernyawa. Akhlakul karimah terhadap lingkungan

pada prinsipnya menempatkan sesuatu itu sesuai dengan posisinya

masing-masing. Ia merupakan refleksi dari totalitas penghambaan

diri kita kepada Allah Swt. Sehingga apa yang kita perbuat

terhadap mereka, semata-mata hanya didasari oleh akhlakul karimah

kita kepada Allah Swt

4. Macam macam akhlak

a. Akhlak Terpuji (Al-Akhlak Al-Karimah)

Akhlak yang baik ialah segala tingkah laku yang terpuji

(mahmudah) juga bisa dinamakan fadhilah (kelebihan). Al-Ghazali

menggunakan perkataan munjiyat yang berarti segala sesuatu yang

memberikan kemenangan atau kejayaan .34

34
M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an,(Jakarta: Amzah, 2008),
Cet. II, h. 38
35

yang baik, yaitu sebagai berikut: Al-Ghazali menerangkan

adanya empat pokok keutamaan akhlak

a) Mencari hikmah. Hikmah ialah keutamaan yang lebih baik.

Ia memandang bentuk hikmah yang harus dimiliki oleh

seseorang, yaitu jika berusaha untuk mencpai kebenaran dan

ingin terlepas dari semua kesalahan dari semua hal.

b) Bersikap berani. Berani berarti sikap yang dapat

mengendalikan kekuatan amarahnya dengan akal untuk maju.

Orang yang memiliki akhlak baik biasanya pemberani, dapat

menimbulkan sifat-sifatyang mulia, suka menolong cerdas,

dapat mengendalikan jiwanya, suka menerima saran dan kritik

orang lain,penyantun, memiliki perasaan kasih dan cinta.

c) Bersuci diri. Suci berarti mencapai fitrah, yaitu sifat yang

dapat mengendalikan syahwatnya dengan akal dan

agama. Orang yang memiliki sifat fitrah dapat menimbulkan

sifat-sifat pemurah, pemalu sabar, toleransi, sederhana, dan

suka menolong, cerdik, dan tidak rakus. Fitrah merupakan

potensi yang diberikan oleh Allah, dibawa oleh manusia sejak

lahir yang menurut tabiatnya cenderung kepada kebaikan dan

mendorong manusia untuk berbuat baik.

d) Berlaku adil. Adil, yaitu seseorang yang dapat membagi

dan memberi haknya sesuai dengan fitrahnya, atau seseorang

mampu menahan kemarahannya dan nafsu syahwatnya untuk


36

mendapatkan hikmah di balik peristiwa yang terjadi. Adil juga

berarti tindakan keputusan yang dilakukan dengan cara tidak

berat sebelah atau merugikan satu pihak tetapi saling

menguntungkan. Pepatah mengatakan langit dan bumi

ditegakkan dengan keadilan.

b. Akhlak Tercela (Al-Akhlak Al-Madzmumah)

Akhlaqul madzmumah ialah perangai atau tingkah laku pada tutur

kata yang tercermin pada diri manusia, cenderung melekat

dalam bentuk yang tidak menyenangkan orang lain.48

Akhlak yang buruk menyempitkan hati pemiliknya

karena tidak memperluaskan tempat selain yang dikehendakinya,

sebagaimana tempat yang sempit tidak akan memberi keluasan

selain pemiliknya. Akhlak yang baik tidak akan menjadikan

engkau berubah karena seseorang yang berdiri di shaf di

sampingmu. Sedangkan keburukan akhlak terdapat pada kejatuhan

pandanganmu pada keburukan akhlak terhadap selainmu. Rasulullah

Saw pernah ditanya tentang kesialan, lalu dijawab, “keburukan

akhlak”.35

Keburukan akhlak seseorang dapat dipengaruhi oleh bawaan

yang buruk dan lingkungan sosial yang tidak menguntungkan

perkembangan jiwanya, baik lingkungan rumah tangganya, sekolah

dan masyarakatnya.

35
Abul Qasim Abdul Karim Hawazin Al-Qusyairi An-Naisaburi, Risalah
Qusyairiyah, (Jakarta: Pustaka Amani, 2007), Cet. II, h. 360.
37

D. Pendidikan Akhlak Dalam Surat Al-Hujurot Ayat 11-13

Al-Quran adalah kalamulloh yang diturunkan kepada penutup para rasul, nabi

Muhammad Saw. Alloh menurunkan Al-Quran dengan bahasa arab melalui lisan

nabi Muhammad.36 Orang yang membaca Al-Quran hendaknya merenungkan

bagaimana Alloh telah berbuat baik kepada hamba Nya dengan menyampaikan

makna firman Nya.

Surat Al-Hujurot menrupakan satu dari sekian surat yang membahas tentang

Akhlah, untuk lebih jelasnya penulis uraikan sebagai berikut:

a. Pendidikan menjunjung kehormatan kaum muslim

Pendidikan menjunjung kehormatan kaum muslim yaitu mencontohkan

perilaku kaum muslim yang beradab. Kata adab sebagai asal kata dari

ta‟dib untuk istilah pendidikan Islam adalah bahwa kata adab telah

mencakup amal dalam pendidikan, sedangkan proses pendidikan Islam

itu sendiri adalah untuk menjamin bahwasannya ilmu („ilm)

dipergunakan secara baik di dalam masyarakat.37

terdapat dalam firmannya :

36
Raghib dan abdurrohman,cara cerdas hafal al-quran,(solo, aqwam:2011),hal. 5
37
Abdul Ghoni, “Pemikiran Pendidikan Naquib al-Attas Dalam Pendidikan Islam
Kontemporer,” Lentera: Kajian Keagamaan, Keilmuan dan Teknologi, 3.1 March (2017),h. 198–
211
38

Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki


merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih
baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan
kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan
janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil
dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan
adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan Barangsiapa yang tidak
bertobat, Maka mereka Itulah orang-
orang yang zalim (Q.s al Hujurãt,11).38

Dalam ayat ini Alloh tidak hanya memerintahkan untuk menjunjung

kehormatan nama baik kaum muslimin tapi dijelaskan juga cara menjaga nama

baik/kehormatan kaum muslimin tersebut.

Dalam sebuah kutipan ayat dijelaskan :

dan janganlah mencela diri sendiri

makna yang dimaksud adalah ,janganlah kamu mencela orang lain. Pengumpat

dan pencela dari kalangan kaum lelaki adalah orang-orang yang tercela dan

dilaknat.39 Dalam potongan surat Al-hujurot ayat 11 yang berbunyi

janganlah beberapa orang dari orang-orang mukmin megolok-olok orang-

orang mukmin yang lain. Maka seyogyanya agar tidak seorangpun mengolok-

olok orang lain yang dia pandang hina karena keadaannya yang compang-

camping , atau karena dia cacat pada tubuhnya atau karena dia tidak lancar dalam

berbicara. Orang yang sifatnya seperti itu dengan demikina berarti dia

menganiaya diri sendiri dengan menghina orang lain yang dihormati oleh Alloh. 40

38
Depag Agama RI,Al-Quran Dan Terjemah,(Bandung:Sayamil Al-Quran,2010),Hal 517
39
Al-imam abus fida isma’il ibnu kasir ad-dimasyqi,tafsir ibnukasir,hal. 320
40
Ahmad Mustafa Al-Marghi,terjemahan tafsir Al-marghi,(semarang:Pt. karya toha
putra,1993) hal. 222
39

Adapun panggilan yang menngandung penghormatan tidak dilarang, seperti

sebutan kepada abu bakar dengan sebutan as-Sidiq, kepada umar dengan sebutan

Al-faruq, kepada utsman dengan sebutan Zu’an-Nurain, kepada ali dengan

sebutan abu turob, dan kepada khalid bin walid dengan sebutan saifulloh.

Panggilan yang buruk dilarang diucapkan setelah orangnya beriman karena

gelar-gelar untuk mengingatkan kepada kedurhakaan yang sudah lewat,dan sudah

tidak pantas lagi dilontarkan. Barang siapaa tidak bertobat dan terus memanggil

dengan gelarr-gelar yang buruk itu, maka mereka di cap oleh sebagai orang-orang

yang dzolim terhadap diri sendiri dan pasti akan menerika konsekuensinya

berupa azab dari Alloh pada hari kiamat 41.

b. Pendidikan berburuk sangka dan taubat

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-


sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu
dosa.dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah
menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang
suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah
kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.

Ghazali memahami larangan ini dalam arti, jangan tidak membiarkan

orang berada dalam kerahasiaannya. Yaitu setiap orang berhak

menyembunyikan apa yang enggan diketahui orang lain. Jika demikina

jangan berusaha menyingkap apa yang dirahasiakan itu. Mencari-cari

41
Kementrian Agama RI,Al-Quran Dan Tafsirnya,jilid IX,(Jakarta:Ikrar Mandiri
Abadi,2010),Hal 411
40

kesalahan orang lain, biasanya lahir ari dugaan negative terhadapnya,karea

itu disebut larangan menduga42

Ghibah (mengumpat) merupakan salah satu perbuatan lisan yang harus

dijaga. Karena dosanya lebih besar daripada zina. Ghibah dengan lisan

hukumnya haram, karena dengan ucapan itu orang lain dapat mengetahui

kekurangan atau keburukan seorang yang tidak disukainya. Ghibah tidak

terbatas dengan lisan, ghibah dapat dilakukan dengan lisan,tulisan isyarat

mata, tangan kepala ataupun tingkah laku.43

Penyesalan atau menyesal karena telah melakukan suatu kesalahan

dengan cara berjanji sepenuh hati tidak akan lagi melakukan dosa atau

kesalahan yang sama dan kembali kepada Alloh . taubat adalah awal ataau

permulaan didalam hidup seseorang yang telah memantapkan diri unruk

berjalan di jalan Alloh. Taubat merupakan akkar, atau modal pokok pangkal

bagi orang-orang yang berhasil meraih kemenangan.

Seorang yang telah berbuat dosa atau kesalahan sudah menjadikan

kewajiban baginya agar segera kembali (taubat) kepada Alloh. Sehingga dia

tidak bergelimang secara terus menerus dalam jurang kemaksiatan. Sesuai

firman Alloh yang berbunyi :

Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang


mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka
bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah
42
M.Quraish Shihab,Tafsir Al-Misbah,Hal. 254
43
Ibrahim m.Al-jamal,penyakit-penyakit hati, (bandung : pustaka hidayah,1995),hal 86
41

taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana


(QS,Annisa:4:17)

c. Pendidikan ta’aruf

Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang


laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa -
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui lagi Maha Mengenal
Untuk menciptakan yang harmonis tidak cukup hanya dengan ta’aruf,

akan tetapi harus dibina dan dipupuk dengan subur melalui upaya yang dapat

membuat hubungan diantara manusia dapat bertahan lama. Upaya ini dikenal

dengan istilah silaturahim. Silaturahim artinya menyambungkan tali

persaudaraan. Silaturahim merupakan ajaran yang harus senantiasa dipupuk

agar bias tumbuh dengan subur. Selain itu, silaturahim memiliki nilai yyang

luas dan mendalam, yang tidak hanya bias menyambungkan tali

persaudaraan, lebih dari itu, silaturahim juga bisa dijadikan sara untuk

mempermudah datangnya sebuah rezeki.

Pendidikan taaruf senantiasa harus selalu kita jaga dalam

kehidupan bermasyarakat yang beragam suku dan budaya, atau sering kita

sebut dengan masyarakat multikultural. Secara sederhana, pendidikan

multikultural merupakan satu model pandidikan yang berbasis pada

pemanfaatan keragaman yang adadi masyarakat, khususnya di tujukan

kepada para siswa untuk memahami dan bersikap toleran terhadap

keragaman etnis, budaya, bahasa, agama, status sosial, gender, kemampuan,


42

umur, dan ras. Dengan kata lain pendidikan multikultural adalah pendidikan

untuk atau tentang keragaman kebudayaan dalam merespon perubahan

demografis dan kultural lingkungan masyarakat tertentu atau bahkan dunia

secara keseluruhan 44

Salah satu kebesaran Alloh yang diperlihatkan kepada umat manusia

adalah keragaman. Dalam setiap keragaman akan selalu ada persamaan dan

perbedaan. Umat manusia yang berada diatas permukaan bumi inni lahir

dengan bentuk dan rupa yang tidak sama. Namun, semuanya memiliki satu

persamaan dari sisi kemanusiaan, yaitu sebagai mahluk ciptaan Alloh. 45

Orang beradab adalah yang dapat memahami dan meletakkan

sesuatu pada tempatnya, sesuai dengan harkat martabat yang

ditentukan oleh Allah Swt. Didalam Islam orang yang tidak mengakui

Allah Swt sebagai satu-satunya Tuhan bisa dikatakan tidak adil dan

tidak beradab. Sebab di dalam Al-Qur‟an, syirik dikatakan sebagai

kezaliman besar.46

Pentingnya menegakkan nilai-nilai akhlak dalam menegakkan

masyarakat yang kokoh, pada taraf selanjutnya mengarah kepada

terbentuknya masyarakat madani. Yaitu masyarakat yang mengaplikasikan

nilai-nilai ilahiah dan insaniah sebagaimana dijumpai pada masa rosululloh

Saw. Perubahan kota yastrib menjadi madinah seperti yang dikenal sekarang

adalah berasal dari kata madaniah yang berarti berperadaban. 47


44
Chairul Anwar, Multikulturalisme, Globalisme,Dan Tantangan Pendidikan Abad Ke
21, (Yogyakarta:Diva Press,2019) Hal.56
45
Ahmad Badran,Managemen Ahlak,(Yogyakarta: Muntaz,2012) Hal.82
46
Toha Machsum, “Pendidikan adab, Kunci sukses Pendidikan”, (EL-BANAT: Jurnal
Pemikiran Islam. Vol. 6, No. 2, juli-Desember 2016), h. 228.
47
Abuddin Nata,Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan,(Tafsir At-Tarbawiy),Hal,241
43

BAB III

ASBABUN NUZUL SURAT AL-HUJURAT

A. Sejarah Turunnya Surat Al-Hujurat.

Kata Hujurãt adalah bentuk jamak dari al-Hujrah yang berarti

kamar, ruang sebagai tempat tidur. Nama surat ini diambil dari

makna kata Hujurãt dalam ayat ke 4 yang berarti kamar-kamar 48.

Al-Hujurãt merupakan satu-satunya nama bagi surat ini, yang

merupakan kata satu-satunya dalam Al-Qur‟an. Surat Al-hujurot

termasuk dalam kategori surat Madaniyah yang diturunkan setelah

Nabi hijrah, Al-hujurot sendiri terdiri dari 18 ayat yang menempati

urutan ke 49 di dalam Al-Qur‟an.

Mengenai kisah turunnya surat Al-Hujurãt ini ulama sepakat

menyatakan bahwa surat ini turun setelah Nabi Muhammad saw,

berhijrah ke Madinah. Bahkan, salah satu ayatnya yang dimulai

dengan “Ya ayyuha an-Nas” (ayat 13) yang bisa dijadikan ciri surat
48
Imani Allamah Kamal Faqih.Tafsir Nurul-Qur’an. (Jakarta: Nur Al-Huda 2013).
Hal.311
44

Makiyah yang turun sebelum hijrah, disepakati juga turun pada

periode Madaniyah. Walaupun demikian, ada riwayat yang

diperselisihkan nilai kesahahihannya yang menyatakan bahwa ayat

tersebut turun di Makkah pada saat Haji Wada‟/Haji Perpisahan Nabi

saw. Namun demikian, kalaupun riwayat itu benar, ini tidak

menjadikan ayat tersebut Makkiyah, kecuali bagi mereka yang

memahami istilah Makkiyah sebagai ayat yang turun di Mekkah.

B. Tema Dan Tujuan Utama

Tema utama dalam surat Al-Hujurãt adalah tentang tatakrama,

etika, dan akhlak, yakni tatakrama terhadap (1) Allah swt, (2)

Rasul saw, (3) sesama muslim yang taat, (4) terhadap yang durhaka,

dan (5) terhadap sesama manusia. Karena itu terdapat lima kali

panggilan Ya ayyuha al-ladzina’Amanu’ yang terulang pada surat

ini, masing-masing untuk kelima macam objek tersebut.

Dalam konteks uraian tentang tema itu, maka ditemukan dalam

surat ini banyak nilai luhur yang dipaparkan, seperti tentang

kesatuan kemanusiaan, substansi iman, demikian juga tuntutan

menghadapi perbedaan dan perselisihan, serta uraian tentang cara

menghindarinya. Dengan memperhatikan dan menerapkan

tentang nilai1-nilai itu, akan tercipta kehidupan bahagia bagi setiap

individu sekaligus wujud system kemasyarakatan yang sejahtera.


45

Tujuan utama dalam surat ini adalah mendidik setiap umat

Islam bagaimana seharusnya berperilaku baik sehingga tercipta

lingkungan yang bersih dan sejahtera yang dihiasi dengan sopan

santun terhadap Allah swt, Rasul saw, diri sendiri dan orang lain.

Sopan santun, bukan saja berkaitan dengan sikap lahiriah, tetapi

berkaitan juga dengan bisikan hati.

Dengan memahami tentang isi kandungan surat Al-Hujurot ayat 11-

13 ,kita dapat mempelajari lebih mendalam tentang akhlak dalam kehidupan

sehari-hari , akhlak kita terhadap Alloh dan akhlak terhadap sesama manusia.

Dengan kita paham dengan sikap akhlak tehadap Alloh kita sebagai manusia

akan menjadi lebih bertaqwa kepada alloh dan lebih dipandang lebih baik di sisi

alloh. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran dalam surat.

Dalam ayat tersebut dijelaskan, orang yang bertqwa akan lebih

dipandang mulia di sisi alloh dari pada orang-yang lain. Alloh

mengistimewakan orang yang patuh terhadapNYA dan itulah kewajiban kita

sebagai seorang hamba.

Orang yang bertaqwa kepada Alloh berarti dia selalu menjalankan apa

yang di perintahkan dan menjauhi apa yang telah di larang oleh Alloh, salah

satunya yaitu dengan selalu menjalankan sholat 5 waktu. Karna dengan selalu

mengerjakan sholat berarti kita telah menjalan suatu rukun island an merupakan

sebuah tiang agama bagi umat muslim. Orang yang taat mengerjakan sholat

akan terhindar dari perbuatan-perbuatan tercela yang tidak di sukai Alloh

sebagai mana di jelaskan dalam Al-Quran surat


46

Jadi kita sebagai muslim yang sudah seharusnya untuk selalu

menjalankan apa yang diperintahkan oleh Alloh , selain kita medapatkan

ganjaran berupa pahala yang berlimpah kita juga selalu dijaga dari perbuatan

buruk dan mendapat tempat mulia di sissi Alloh sebagai mana yang di jelaskan

pada ayat diatas.

C. Asbabun Nuzul

Ungkapan asbab-an-nuzul merupakan bentuk idhafah dari kata

“asbab” dan “nuzul”, secra etimologi, asbab nuzul adalah sebab-

sebab yang melatar belakangi terjaadinya sesuatu meskipun segala

fenomena yang melatar belakangi terjadinya sesuatu dapat disebut

asbab nuuzul dalam pemakaiannya, ungkapan ini husus digunakan

untuk menyatakan sebab-sebab yang melatar belakangi turunnya Al-

Quran, seperti halnya asbab al-wurud secara husus digunakan bagi

sebab terjadinya hadis.49

Al-Qur‟an diturunkan melalui musabab (Asbabun Nuzul), tetapi

tidak semua ayat yang ada di dalam Al-Qur‟an mempunyai Asbabun

Nuzul. Demikian juga dengan surat Al-Hujurat.

Menurut bahasa “Sabab Al-Nuzul” berarti turunya ayat-ayat Al-

Qur‟an. Sabab Al-Nuzul atau Asbab Al-Nuzul (sebab turun ayat) di

49
Pan Suaidi,Asbabub Nuzul:Penertian ,Macam-Macam,Redaksi Dan
Urgensi,Almufida,Vol.1,No.1 Juli-Desember,2016. Hal.111
47

sini dimaksudkan sebab-sebab yang secara khusus berkaitan dengan

turunya ayat-ayat tertentu. Menurut Shubhi Al-Shalih Asbabun

Nuzul adalah Sesuatu yang dengan sebabnya turun suatu ayat atau

beberapa ayat yang mengandung sebab itu, atau memberi jawaban

terhadap sebab itu, atau menerangkan hukumnya pada masa

terjadinya sebab tersebut.50

Berikut ini dipaparkan beberapa sebab turunya ayat dari surat

Al-Hujurat ayat 11-13 dan tidak seluruhnya memiliki Asbabun Nuzul

karena hanyalah ayat tertentu saja yang memiliki peristiwa

turunnya ayat yang ada di dalam Al-Qur‟an. Di antara ayat-ayat

yang memilik Asbabun Nuzul adalah sebagai berikut:

Pada ayat 11, dalam suatu riwayat dikemukakan Ayat tersebut

diturunkan berkenaan dengan tingkah laku Bani Tamim yang pernah

berkunjung kepada Rasulullah saw, lalu mereka memperolok-olok

beberapa sahabat yang fakir dan miskin seperti „Ammar, Suhaib,

Billal, Khabbab, Salman al-Farisi, dan lain-lain karena pakaian

mereka sangat sederhana.

Ada pula yang mengemukakan bahwa ayat ini diturunkan

berkaitan dengan kisah Safiyyah binti Huyay bin Akhtab yang

pernah datang menghadap Rasulullah saw, melaporkan bahwa

beberapa perempuan di Madinah pernah menegur dia dengan kata-

50
Syadali Dan Rofi‟I, Ahmad. Ulumul Qur’an I Untuk Fakultas Tarbiyah
Komponen MKDK. (Bandung: CV Pustaka Setia 1997).Hal.90
48

kata yang menyakitkan hati seperti, “Hai perempuan Yahudi, dan

sebagainya,” sehingga Nabi saw bersabda kepadanya, “Mengapa

tidak engkau jawab saja ayahku Nabi Harun, pamanku Nabi Musa,

dan suamiku adalah Muhammad.” Ada pula yang mengaitkan ayat

ini dengan situasi di Madinah. Ketika Rasulullah saw tiba di kota

Madinah, orang-orang Ansar banyak yang mempunyai nama

yang tidak disukainya, dan setelah hal itu dilaporkan kepada

Rasulullah saw, maka turunlah ayat tersebut.51

Dalam ayat di turun berkenaan dengan salman al-farisi yang

bila selesai makaan, suka terus tidur dan mendengkur. Pada waktu itu

ada orang yang mempergunjingkan perbuatannya. Maka turunlah ayat

ini.52

Ayat ini di awali dengan larangan Allah untuk

berprasangka buruk terhadap orang lain. Persaudaraan yang kuat

sangatlah mustahil jika dibentuk dengan sikap prasangka buruk

terhadap satu sama lain. Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw

bersabda “Jauhilah olehmu berburuk sangka, karena keburukan

sangka itu termasuk perkataan yang paling dusta. Dan janganlah

mencari-cari kesalahan orang lain jangan pula berburuk sangka.

Dalam ayat 13 diriwayatkan oleh Abu Dawud mengenai

turunnya ayat ini yaitu tentang peristiwa yang terjadi pada seorang

51
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Tafsirnya (edisi yang disempurnakan)Jilid IX.
(Jakarta: LP Al-Qur‟an Departemen Agama,2009),.hal 409
52
Asbabun Nuzul,Edisi Kedua,(Bandung:Cv Penerbit Diponegoro2004).Hal 517
49

sahabat yang bernama Abu Hindin yang biasa berkhidmat kepada

Nabi Muhammad untuk mengeluarkan darah kotor dari kepalanya

dengan pembekam, yang bentuknya seperti tanduk. Rasulullah saw

menyuruh kabilah Bani Bayadah agar menikahkan Abu Hindin

dengan seorang perempuan di kalangan mereka. Mereka bertanya,

“Apakah patut kami mengawinkan gadis-gadis kami dengan

budak-budak?” Maka Allah menurunkan ayat ini agar tidak

mencemooh seseorang karena memandang rendah kedudukanya.

Diriwayatkan oleh Abu Mulaikah bahwa tatkala terjadi

pembebasan Makkah, yaitu kembalinya negri Makkah di bawah

kepemimpinan Rasulullah SAW pada tahun 8 hijriah, maka

Bilal disuruh Rasulullah SAW untuk mengumandangkan azan. Ia

memanjat Ka‟bah dan mengumandangkan azan. Berseru pada kaum

Muslimin untuk salat berjamaah.

Attab bin Usaid ketika melihat Bilal naik ke atas Ka‟bah

untuk berazan berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah

mewafatkan ayahku sehingga tidak sempat menyampaikan

peristiwa hari ini.” Haris bin Hisyam ia berkata, “Muhammad

tidak akan menemukan orang lain untuk berazan kecuali burung

gagak yang hitam ini.” Maksudnya mencemoohkan Bilal karena

warna kulitnya yang hitam. Maka datanglah Malaikat Jibril

memberitahukan kepada Rasulullah SAW, apa yang mereka

ucapkan itu. Maka turunlah ayat ini yang melarang manusia untuk
50

menyombongkan diri karena kedudukan, kepangkatan, kekayaan,

keturunan dan mencemoohkan orang-orang miskin. Diterangkan pula

bahwa kemuliaan itu dihubungkan dengan ketakwaan kepada

Allah.53

53
Departemen Agama RI,opcit.hal 419
51

BAB IV

HASIL ANALISI

A. Tafsir Surat Al-Hujurot Menurut Para Ahli Tafsir

1. Tafsir Surat Al-hujurot Ayat 11-13

a. Menurut Al-Quran dan tafsirnya departemen agama jilid IX

Dalam ayat 11 Alloh mengingatkan kaum muslimin supaya jangan

ada suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain karena boleh jadi

mereka yang diolok-olok itu pada sisi alloh jauh lebih mulia dan

terhormat dari mereka yang di olok-olok demikina pula di

kalangan perempuan, jangamn ada segolongan perempuan yang

mengolok-olok perempuan lain karena boleh jadi mereka yang

diolok-olok itu pada sisi alloh jauh lebih mulia dan terhormat dari

pada perempuan yang di mengolok-olok.54

Alloh melarang kaum mukminin mencela kaum mereka

sendiri karena kaum mukmminin semuanya harus dipandang satu

tubuh yang diikat dengan persatuan dan kesatuan. Alloh melarang

pula memanggil dengan panggilan yang buruk seperti panggilan

kepada seseorang yang sudah berimah dengan kata-kata : hai fasik,

hai kafir, dan sebagainya.

54
Kementrian Agama RI,Al-Quran Dan Tafsirnya,jilid IX,(Jakarta:Ikrar Mandiri

Abadi,2010).hal.408
52

Dalam ayat 12 Alloh memberi peringatan kepada orang-

orang yang beriman, supaya mereka menjauhkan diri dari

prasangka terhadap orang-orang yang beriman jika mendengar

sebuah ucapan yang keluar dari mulut saudaranya yang mukmin,

maka ucapan itu harus mendapat tanggapan yang baik, dengan

ungkapan yang baik, sehingga tidak menimbulkan salah paham ,

apa lagi menyelewengkan sehingga meninbulkan fitnah dan

prasangka.’ummar r.a. berkata,” janganlah sekali-kali kamu

menerima ucapanyang keluar dari mulut saudaramumelainkan

dengan maksud dan pengertian yang baik, sedangkan kamu sendiri

menemukan arah pengertian yang baik itu”.

Diriwayatkan dari rasulullah saw bahwa sesungguhnya

Alloh mengharamkan dari orang mukmin darah dan

kehormatannnya sehingga dilarang berburuk sangka diantara

mereka. adapun orang yang secara terang-terangan berbuat

maksiat, atau sering diumpai berada di tempat biasa minum-

minuman keras sehingga mabuk maka buruk sangka terhadap

mereka itu tidak dilarang.

Dalam ayat 13 ini dijelaskan bahwa Alloh menciptakan

manusia dari seorang laki-laki (adam) dan seorang perempuan

(hawa) dan menjadikan berbangsa bangsa, bersuku-suku, dan

berbeda-beda warna kulit bukan untuk saling mencemoohkan,

tetapi untuk saling mengenal dan saling menolong. Alloh tidak


53

menyukai orang-orang yang memperlihatkan kesombongan dengan

keturunan, kepangkatan atau kekayaannya karena yang paling

mulia diantara manusia pada sisi Alloh hanyalah orang yang

bertaqwa kepadanya.

Kebiasaan manusia memandang kemuliaan itu selalu ada

sangkut-pautnya dengan kebangsaan dan kekayaan, padahal

menurut pandangan Alloh, orang yang paling mulia itu adalah

orang yang paling bertaqwa kepadannya.

b. Tafsir ibnu katsir

Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum

mengolokolokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi (mereka

yang diolokolokkan lebih baik dari mereka (yang mengolok-

olokkan), dan janganpula wanita-wanita (mengolok-olokkan)

wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang

diperolok-olokkan) lebih baik daripada wanita (yang mengolok-

olokkan). Secara nas larangan ditujukan kepada kaum laki-laki,

lalu diiringi dengan larangan yang ditujukan kepada kaum

perempuan.
54

Dari makna ayat diatas, yang dimaksud dengan

memperolok-olok ialah menganggap rendah derajat orang lain,

meremehkannya dan mengingatkan cela-cela dan kekurangan-

kekurangan dengan cara yang dapat menyebabkan ketawa. Cara ini

dapat terjadi adakalanya meniru percakapan atau perbuatan orang

itu, dan adakalanya dengan berjalan berisyarat dengan apa-apa

yang menunjukkan kearah tersebut.55

Dan janganlah mencela dirimu sendiri

Makna yang dimaksud ialah janganlah kamu mencela orang

lain. Pengumpat dan pencela dari kalangan kaum lelaki adalah

orang-orang yang tercela dan dilaknat, seperti yang disebutkan oleh

Allah Swt.

Dalam firmannya :

Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela.(AlHumazah:1)

Al-Hamz adalah ungkapan celaan melalui perbuatan,

sedangkanal-Lamz adalah ungkapan celaan dengan lisan.

Dalam kehidupan dan pergaulan sering pula terjadi hina

menghina. Seakan-akan didalam kalangan masyarakat sudah

menjadihobi dan pekerjaan rutin baginya untuk melontarka hinaan

kepada orang lain, bahkan mengobralkanya ke sana kemari, padahal

55
Zainuddin, Bahaya Lidah, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), hal. 169
55

tidak ada kepentingan dan tidak ada keuntungan buat diri sendiri.

Ini merupakan penyakit rohaniah.56

Mayoritas masyarakat sekarang banyak terjerumus kedalam

kedzaliman dengan perkataan, berbuat dosa dengan lisan dan

merusak lisan tersebut. Dan terlepas diri dari orang yang menyakiti

dengan lisannya dan menahannya dari menjaga kehormatan kaum

muslimin, agar mereka tidak memperoleh keburukan.

Dan janganlah kamu panggil-memanggil dengan gelar

yang buruk. yakni janganlah memanggil orang lain dengan gelar

yang buruk yang tidak enak didengar oleh yang bersangkutan.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ismail,

telah menceritakan kepada kami Daud Ibnu Abu Hindun dari Asy-

Sya’bi yang mengatakan telah menceritakan kepadaku Abu

Jubairah ibnu Ad-Dahhak yang mengatakan bahwa berkenaan

dengan kami, Bani Salamah ayat tersebut diturunkan. Ketika

Rosulullah SAW tiba di Madinah, tiada seorang pun dari kami

melainkan mempunyai dua nama atau tiga nama. Tersebutlah pula

apabila beluau memanggil seseorang dari mereka dengan salah satu

namanya, mereka mengatakan “wahai Rosulullah, sesungguhnya

dia tidak menyukai nama panggilan itu. Maka turunlah firman

Alloh.

56
Imam Ghazali, Bahaya Lidah, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hal. 172
56

Ayat 12 :

Allah Swt. Melarang hamba-hambanya-Nya yang beriman

dari banyak berprasangka buruk, yakni mencurigai keluarga dan

kaum kerabat serta orang lain dengan tuduhan yang buruk yang

bukan pada tempatnya. Karena sesungguhnya sebagian dari hal

tersebut merupakan hal yang murni dosa.57

Buruk sangka merupakan suatu perbuatan yang timbulnya

dari lidah. Tidak ada buruk sangka terhadap seseorang, jika lidah

tidak berbicara. Buruk sangka terhadap siapapun sangat tercela dan

dicela oleh agama. Baik buruk sangka terhadap Allah maupun

terhadap sesama manusia. Dalam keadaan yang demikian, biasanya

pikiran manusia melantur dan membayangkan bahwa keadaan kita

yang terjepit itu disebabnkan oleh Tuhan yang membenci kita,

Allah membiarkan kita hidup seorang diri tanpa memberikan

petunjuk-Nya.58

Diriwayatkan oleh Rasulullah SAW bahwa sesungguhnya

Allah mengharamkan dari orang Mu’min darah dan

kehormatannya sehingga dilarang berburuk sangka diantara

57
Al-Imam Abul Fida Isma’il Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Kasir, hal. 322
58
Imam Ghazali, Bahaya Lidah,), hal. 45
57

mereka. Adapun orang yang secara terag-terangan berbuat maksiat

atau sering dijumpai berada ditempat orang yang biasa minum-

minuman keras higga mabuk, maka berburuk sangka terhadap

mereka itu tidak dilarang.59

Imam al-Baihaqi dalam kitabnya Syu’abul Iman

meriwayatkan sebuah atsar dari Sa’id bin al-Musayyab sebagai

berikut:

Beberapa saudaraku di antara sahabat Rasulullah saw telah


menyampaikan sebuah tulisan kepadaku yang berisi beberapa
petunjuk, diantaranya, “Kerjakanlah urusan saudaramu dengn
sebaik-baiknya selagi tidak dating kepadamu urusan yag
mengalahkanmu dan jangan sekali-kali engkau memandang buruk
perkataaan yang pernah diucapkan oleh seorang muslim, jika
engkau menemukan tafsiran yang baik pada ucapannya itu. Siapa
yang menempatkan dirinya ditempat tuduhan buruk, maka
janganlah ia mencela, kecuali kepada dirinya sendiri. Dan siapa
yang menyembunyikan rahasianya, maka piliha itu berada
ditangannya, dan kemaksiatan seseorang kepada Allah pada diri
kamu, tidak akan mengimbangi ketaatanmu kepada Allah pada
orang tersebut. Hendaklah engkau selalu bersahabat dengan orag-
orang yang benar sehingga engkau berada didalam lingkup budi
pekerti yang mereka upayakan, karea mereka itu menjadi
perhiasan dalam kekayaan dan
mejadi perisai ketika menghadapi bahaya yang benar. Dan jangan
sekali-kali meremehkan sumpah agar ksmu tidak dihinakan oleh
Allah. Dan jangan sekali-kali bertanya tetang sesuatu yang belum
ada sehingga berwujud terlebih dahulu dan jangan engkau
sampaikan pembicaraan kecuali kepada orang yang mencintainya.
Dan tetaplah berpegang kepada kebenaran walaupun kamu akan
terbunuh olehnya. Hindarilah musuhmu dan tetaplah menaryh
curiga kepada kawanmu, kecuali orang yang benar-benar sudah
dapat dipercaya. Dan tidak dapat dipercaya kecuali orang yang
takut kepada Allah. Dan bermusyawarahlah dalam urusanmu
dengan orang-orang yang takut kepada Tuhan mereka dalam
keadaan ghaib.” (Riwayat al-Baihaqi).

59
Kementrian Agama, Al-Qur’an dan Tafsirnya, hal. 415
58

Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada

kami Muhammad Ibn Abdullah Al-Qurmuti Al-Adawi telah

menceritakan kepada kami Bakr ibnu Abdul Wahhab Al-Madani

telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Qais Al-Ansari, telah

menceritakan kepadaku Abdur Rahman ibnu Muhammad ibnu

Abur Rijal, dari ayahnya dari kakeknya Harisah Ibnun Nu’man r.a

yang mengatakan bahwa Rasulullahsaw pernah bersabda:

Ada tiga perkara yang ketiganya memastikan bagi umatku, yaitu


tiyarah, dengki dan buruk sangka

Dan janganlah kamu mencari kesalahan orang lain,

Yakni sebagian dari kalian terhadap sebagian yang lain. Lafadz

tajassus pada umumnya menunjukkan pengertian negative, karena

itulah mata-mata dalam bahasa Arabnya disebut jasus. Adapun

mengenai lafadz tahassus pada umumnya ditujukan kepada

kebaikan, seperti pengertian yang terdapat di dalam firman Allah

swt surat Yusuf : 87 yang artinya :

Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang


Yusuf dan saudaranya, dan janganlah kamu berputus asa dari
Rahmat Allah.

Ayat ke 13 :
59

Setelah Allah Swt melarang pada ayat-ayat yang lalu

mengolokolok sesama manusia, mengejek serta meghina dan

panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk, maka disini

Allah menyebutkan ayat yang lebih menegaskan lagi larangan

tersebut dan memperkuat cegahan tersebut.

Semua manusia bila ditinjau dari unsur kejadiannya yaitu

tanah liat, sampai dengan Adam dan Hawa sama saja.

Sesungguhnya perbedaan keutamaannya di atara mereka karena

perkara agama, yaitu ketaatannya kepada Allah dan Rasul-Nya.

Karena itulah sesudah melarang perbuatan menggunjing da

menghina orang lain. Allah Swt berfirman mengingatkan mereka

dalam ayat ini, bahwa manusia mempunyai martabat yang sama.60

Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang


laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu salin g
kenalmengenal.(Al-Hujurat ayat 13).

Supaya kamu saling mengenal ( ‫) تَ َع\\ا َرفُوْ ا‬. Allah menciptakan

manusia agar saling mengenal dan bersaudara baik laki-laki

maupun perempuan.

60
Al-Imam Abul Fida Isma’il Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Kasir, hal. 348
60

Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.Yakni

Dia Maha Mengetahui kalian dan Maha Mengenal semua urusan

kalian,maka Dia member petunjuk, merahmati serta mengutamakan

kepada siapa yang dikehendaki-Nya.

c. Menurut tafsir Ahmad Mustafa Al-Maraghi

Ayat 11

Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang lakilaki


merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu
lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan
merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih
baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil
dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan
adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman, dan Barangsiapa yang
tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim..61

Jangan mencela dirimu sendiri Maksudnya ialah mencela antara

sesama mukmin karana orang-orang mukmin seperti satu tubuh.

Panggilan yang buruk ialah gelar yang tidak disukai oleh orang yang

digelari, seperti panggilan kepada orang yang sudah beriman, dengan

panggilan seperti: Hai fasik, Hai kafir dan sebagainya.

61
Al-Imam Abul Fida Isma’il Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Kasir, hal. 355
61

Janganlah beberapa orang dari orang-orang mukmin mengolokolok

orang-orang mukmin yang lain. Maka seyogyanya agar tidak seorang pun

mengolok-olok orang lain yang ia pandang hina karena keadaannya yang

compang-camping, atau karena ia cacat pada tubuhnya atau karena ia

cacat pada tubuhnya atau karena ia tidakn lancer dalam berbicara. Orang

yang sifatnya seperti itu, dengan demikian berarti ia menganiaya diri

sendiri dengan menghina orang lain yang dihormati oleh Allah Ta’ala. 62

Firman Allah Ta’ala Anfusakum merupakan peringatan bahwa

orang yang berakal tentu takkan mencela dirinya sendiri. Oleh karena itu,

tidak sepatutnya ia mencela orang lain. Karena orang lain itupun seperti

dirinya juga. Karena sabda Nabi Saw. “Orang-orang mukmin itu seperti

halnya satu tubuh. Apabila salah satu anggota tubuh itu menderita sakit,

maka seluruh tubuh akan merasakan tak bisa tidur dan demam.

Hal ini merupakan isyarat bahwa seorang tak bisa dipastikan

berdasarkanpujian maupun celaan orang lain atas rupa, amal, ketaatan

atau pelanggaran yangtampak padanya. Karena barang kali seseorang

yang memelihara amal-amallahiriyah, ternyata Allah mengetahui sifat

tercela dalam hatinya, yang tidak patutamal-amal tersebut dilakukan,

disertai dengan sifat tersebut. Dan barangkali orangyang kita lihat lalai

atau melakukan maksiat, ternyata Allah mengetahui sifatterpuji dalam

hatinya, sehingga ia mendapat ampunan karenanya.

Dengan demikian jelaslah bahwa mengolok-olok itu hukumnya

haram karenabisa memutuskan persaudaraan, menimbulkan perselisihan

dan permusuhan.Masyarakat unggul yang hendak ditegakkan Islam

62
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Terjemahan Tafsir Al-Maragi,(Semarang: PT. Karya
Toha Putra, 1993) hal. 222
62

dengan petunjuk al-Qur’an ialah masyarakat yang memiliki etika yang

luhur. Pada masyarakat itu, setiap individu memiliki kehormatan yang

tidak boleh disentuh. Ia merupkan kehormatan yang kolektif.

Megolokolok individu manapun berarti mengolok-olok pribadi umat.

Sebab, seluruh jamah itu satu dan kehormatannya pun satu.

Pada ayat ini, jelas terdapat larangan supaya jangan meghina atau

merendahkan orang lain. Bukan saja kepada laki-laki, tetapi berlaku juga

terhadap kaum wanita. Lebih-lebih lagi mengingat bahwa kaum wanita

pada umumya lebih emosional dan sensitive, paling raji memberikan

penilaian atau sangka terhadap sesama kaum perempuan, baik mengenai

bentuk, pakaian maupun tentang gaya dan pembawaan. 63

Orang yang telah mengolok-olok orang lain, tanpa disadari dia

telah mengok-olok dirinya sendiri dan menganggap dirinya paling

sempurna. Sedangkan, belum tentu orang yang diperolok-olokkan lebih

jelek dari yang mengolok-olok. Bisa jadi orang yang diperolok-olokkan

lebih baik dari kita. Karena, tidak semua dapat dilihat dari sisi jeleknya

saja. Terkadang dibalik sisi jeleknya mengandung hal-hal yang positif.

Dan janganlah sebagian dari kamu memanggil sebagian yang

lain dengan gelar yang menyakiti dan tidak disukai. seperti halnya

berkata kepada sesama muslim. “hai fasik, hai munafik, atau berkata

kepada orang yang masuk Islam. “hai yahudi, nasrani.”

Ayat 12

63
Zainuddin, Bahaya Lidah, hal. 170
63

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan


purbasangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa.
dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah
menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang
suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah
kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka


(kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa.

Hai orang-orang yang beriman jauhilah oleh kalian kebanyakan

purba sangka terhadap sesame Mukmin, yaitu kamu menyangka mereka

dengan perasangka yang buruk selagi hal itu dapat kamu lakukan.

menurut sebuah hadits: “sesungguhnya Allah mengharamkan darah dan

kehormatan orang Islam dan disangka dengan perasangka yang buruk.” 64

Namun demikian, prasangkaan yang buruk itu hanya diharamkan

terhadap orang yang disaksikan sebagai orang yang menutupi aibnya,

saleh dan terkenal amanatnya. Adapun orang yang mempertontonkan diri

sebagai orang yang gemar melakukan dosa, seperti orang yang masuk ke

tempat-tempat pelacuran atau berteman dengan penyanyi-penyanyi cabul,

maka tidaklah berburuk sangka terhadapnya.

64
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Terjemahan Tafsir Al-Maragi, hal. 228
64

auhilah olehmu akan prasangka, sebab sesungguhnya prasangka


adalah sejelek-jelek pembicaraan. Dan jangan mencari-cari kesalahan
orang lain, jangan buruk sangka, jangan membuat rangsangan dalam
penawaran barang, jangan benci-membenci, jangan dengki-mendengki,
jangan belakang-membelakangi, dan jadilah kamu hamba-hamba Allah
yang bersaudara (HR. Bukhari- Muslim dari Abi Hurairah).

Dengan demikian berburuk sangka tidak akan memberikan

manfaatsedikitpun, oleh karena itu seorang Muslim harus berusaha

menghindari sifatburuk sangka tersebut, baik terhadap semua

orang, dan jika mereka mendengar sebuah kalimat yang keluar dari

mulutsaudaranya yang mukmin, maka kalimat itu harus diberi

tanggapan yang baik,ditujukan kepada pengertian yang baik, dan

jangan sekali-kali timbul salah faham,apalagi menyelewengkannya

sehingga menimbulkan fitnah dan prasangka.

artinya dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan

orang lain. Lafadz ( )pada asalnya adalah tatajassasu lalu salah

satu dari kedua huruf ta dibuang sehigga menjadi ( ) yang artinya

janganlah kalian mencari-cari aurat dan keaiban mereka dengan cara

menyelidikinya.65

(dan janganlah kamu menceritakan

sebagian dari yang lain dengan sesuatu yang tidak ia sukai ketika ia tidak

65
Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuti, Terjemahan Tafsir
Jalalain berikut Asbabun Nuzul,h. 894
65

ada). Adapun yang dimaksud disini adalah menyebut-nyebut dengan

terang-terangan, atau dengan isyarat atau dengan cara lain yang bias

diartikan sebagai perkataan. Karena itu, semua berarti menyakiti orang

yang digunjing dan memanaskan hatinya serta memecah belah jamaah.

Karena menggunjing memang merupakan api yang menyala, ia takkan

membiarkan sesuatupun dan takkan menyisakan.66

Ghibah merupakan perbuatan tercela yang harus segera diobati.

Untuk menyembuhkan penyakit-penyakit akhlak yang buruk itu, maka

dalam penyembuhannya bisa dengan cara pengolahan ilmu pegetahuan

serta perbuatan. Secara pokoknya, maka obat untuk menahan lidah dari

kegemaran menggunjing ialah supaya seseorang itu benar-benar

menyadari akibatnya yakni kemurkaan Allah SWT, sebab apabila

seseorang itu menggunjing orang lain, pastilah akan dibenci oleh-Nya

dengan sebab orang itu menumpuk-numpukkan apa-apa yang dilarang

oleh-Nya.67

Ayat 13

Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari


seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi

66
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Terjemahan Tafsir Al-Maragi, halaman 231
67
Imam Ghazali, Bahaya Lidah, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hal. 74
66

Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya


Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.

Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dan at-Tirmizi dari Ibnu ‘Umar


bahwa ia berkata yang artinya : Rasulullah Saw melakukan tawaf di atas
untanya yang telinganya tidak sempurna (terputus sebagian) pada hari
Fath Makkah (pembebasan Mekkah). Lalu beliau menyentuh tiang
Ka’bah dengan tongkat yang bengkok ujungnya. Beliau tidak
mendapatkan tempat untuk menderumkan untanya dimasjid, sehingga
unta itu dibawah keluar meuju lembah lalu menderumkannya disana.
Kemudian Rasulullah Saw memuji Allah dengan mengagumkan-Nya,
kemudian berkata: “wahai manusia, sesungguhnya Allah telah
menghilangka dari kalian kesombongan dan keangkuhan Jahiliah. Wahai
manusia, sesungguhnya manusia itu ada dua macam: orang yang
berbuat kebijakan, bertakwa dan mulia disisi Tuhannya. Da orang yang
durhaka, celaka dan hina disisi Tuhannya. Kemudian Rasulullah
membaca ayat: ya ayyuhan-nas inna khalaqnakum min zakarin wa
unsa...Beliau membaca sampai akhir ayat, lalu berkata : “inilah yang
aku katakana dan aku memohon ampun kepada Allah untukku dan untuk
kalian. (Riwayat Ibnu Hibban dan at-Tirmizi dari Ibnu ‘Umar).

Hai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kalian dari

Adam dan Hawa. Maka kenapakah kamu saling mengolok-olok sesama

kamu, sebagian kamu mengejek sebagian yang lain padahal kalian

bersaudara dalam nasab dan sangat mengherankan bila saling mencela

sesama saudaramu atau saling mengejek atau memaggil dengan gelar-

gelar yang jelek.68

Dan Kami menjadikan kalian bersuku-suku dan berkabilah-

kabilah supaya kamu kenal-megenal, yakni saling kenal, bukan saling

mengingkari. Sedangkan mengejek, mengolok-olok dan menggunjing

menyebabkan terjadiya saling mengingkari.

68
Kementrian Agama, Al-Qur’an dan Tafsirnya, hal. 420
67

Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi

Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Jadi jika kamu

hendak berbangga maka banggakanlah takwamu. Artinya barang siapa

yang ingin memperoleh derajat-derajat yang tinggi maka hendaklah ia

bertakwa.

B. Analisis Temuan Pendidikan Akhlak Dalam Surat Al-Hujurot Ayat


11-13
Akhlakul karimah merupakan hal yang sangat penting

untuk diperhatikan dalam pendidikan keluarga. Yang paling utama

ditekankan dalam pendidikan Islam adalah pendidikan akhlak dengan

jalan melatih anak membiasakan hal-hal yang baik, menghormati

kepada orang tua, bertingkah laku yang sopan baik dalam perilaku

keseharian maupun bertutur kata. Pendidikan akhlak tidak hanya

dikemukakan secara teoritik, melainkan disertai contoh-contoh

konkrit untuk dihayati maknanya, dicontohkan bagaimana

kesusahan ibu yang mengandung serta jeleknya suara khimar bukan

untuk sekedar diketahui, melainkan untuk dihayati apa dibalik yang

nampak tersebut, kemudian direfleksikan dalam kehidupan

kejiwaannya.69

69
Mahfud Junaedi, Pendidikan Keluarga Berbasis Pesantren, (Bandung: Walisongo
Press, 2009), h. 39.
68

Dari pemaparan tafsir surat al-Hujurat ayat 11-13 penulis

menganalisis adanya nilai-nilai pendidikan yang terkandung didalamnya

yaitu pendidikan akhlak yang akan penulis paparkan:

1. Sikap Menghargai Orang Lain

Mengolok-olok atau mengejek adalah perbuatan yang dilarang dan

diharamkan. Pada al-Qur’an surat al-Hujurat ayat 11 dijelaskan

larangan supaya jangan menghina atau merendahkan orang lain,

karena manusia tidak ada yang sempurna. Setiap kelebihan pasti akan

ada kekurangan, begitu juga sebaliknya.

Rasulullah sangat menjaga supaya seseorang jangan menghina

atau mengejek orang lain karena kekurangan-kekurangan yang

terdapat pada orang yang bersangkutan. 70

Dalam potongan ayat 11 surat al-Hujurat dijelaskan “janganlah

kamu mencela dirimu sendiri..” kata talmizu terambil dari kata al-Lamz.

Para ulama berbeda pendapat dalam memaknai kata ini. Ibnu Asyur

misalnya memahaminya dalam arti ejekan yang langsung

dihadapkan kepada yang di ejek, baik dengan isyarat, bibir, tangan

atau kata-kata yang dipahami sebagai ejekan atau ancaman.71

Ayat diatas melarang melakukan lamz terhadap diri sendiri,

sedangkan maksudnya adalah orang lain. Redaksi tersebut dipilih

70
Zainuddin, Bahaya Lidah, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), h. 170
71
M. Quraish Shihab, Lentera Al-Qur’an, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2008), Cet. II, h.251
69

untuk mengisyaratkan masyarakat dan bagaimana seseorang

merasakan bahwa penderitaan dan kehinaan yang menimpa orang lain,

maka menimpa dirinya sendiri.

Abu Ja’far Muhammad bin Jarir ath-Thabari mengatakan

maksud dari firman Allah “Dan janganlah kamu mencela dirimu

sendiri,” maksudnya adalah Allah menjadikan orang yang mencela

saudaranya sama dengan orang yang mencela dirinya sendiri, sebab

sesama orang beriman, layaknya satu tubuh, sebagian terikat dengan

sebagian lainnya dalam memperbaiki urusannya, mencari

kemaslahatannya, dan menghendaki saudaranya mendapatkan

kebaikan.

Maka dalam hal ini sama halnya bagi seorang pendidik.

Adapun “cara yang baik” (atau sikap terbaik) menunjukkan bahwa

seorang Muballigh atau pendidik harus memiliki “lidah yang manis”,

berujar dengan baik dan menarik, menunjukan watak yang terpuji,

serta menjauhkan diri dari terjerumus kedalam polemik dan

kontroversi yang berlarut-larut. Orang yang beragumentasi dengan

cara yang baik tidak bernada menuduh, tidak menggunakan argumen

yang dangkal, tidak menyindir atau mempermalukan rekan debatnya

guna mengalahkannya dan mendapatkan sorak sorai tepuk tangan

karena kehebatan argumentasinya.72

72
Abu Ja’far Muhammad bin Jarir ath-Thabari, Tafsir Ath-Thabari, (Jakarta: Pustaka
Azzam, 2009), Cet. I, jil. 23,hal. 292
70

2. Sikap Humanis

Salah satu sifat dan kebiasaan buruk serta tercela dalam

berhubungan dengan masyarakat ialah buruk sangka atau su’udzhan

tentang orang lain. Sebagian orang, lantaran perasaan buruk dan

pandangan negatif yang mereka miliki, biasanya memandang

perbuatan dan ucapan orang lain dengan mata keburukan, meskipun

hal itu di luar kenyataan yang ada, maka inilah yang disebut dengan

buruk sangka. Sikap ini di satu sisi berdosa dan buruk serta disisi lain

merupakan tempat timbulnya dosa-dosa lain. Dalam al-Qur’an Allah

berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari

prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan jangan

lah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan jangan lah

sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain.” (QS al-Hujurat: 12).

Jika memperhatikan ayat diatas, Allah Swt mengatakan bahwa

sebagian prasangka itu dosa. Hal ini tidak akan berlaku pada sebagian

perkara yang sangkaan kita sesuai dengan kenyataan. Kita menyangka

demikian, maka jika itu benar demikian, berarti sangkaan kita tidak salah

dan tidak dosa. Adapun jika sebagian sangkaan berlawanan dengan

kenyataan yang ada maka itu dosa. Si satu sisi, apabila kita ingin

menepis sangkaan diri kita kepada orang lain,kita mau tidak mau

memata-matai dan mencampuri kehidupan, keadaan dan sifat orang itu.

Sementara memata-matai kehidupan pribadi orang juga merupakan


71

dosa dan kejahatan besar, sebagaimana yang disebutkan oleh ayat di

atas.73

Oleh karena itu, dalam bergaul dan berteman, ukuran dan dasar

paling pokok bagi orang-orang mukmin ialah baik sangka dan

memandang baik (sekuat mungkin) terhadap tingkah laku orang lain.

Namun, harus diketahui bahwa baik sangka pada orang juga ada

batasnya dan apabila ia melampaui batas, maka hal itu tidak lagi

dikatakan sifat yang baik dan terpuji. Karena itu, harus kita tahu

bahwa dengan ketentuan apa kita harus dan tidak harus baik

sangka.74

Prof. Dr. H. Ramayulis mengatakan dalam bukunya “Psikologi

Agama” bahwa sifat-sifat buruk seperti kikir, buruk sangka, mudah

marah, sangat cinta kepada dunia, suka menggunjing, banyak bicara,

adu domba, dan lain-lain tidak akan muncul pada orang yang berjiwa

agamis, dan bertingkah laku keagamaan. Ia bahkan akan lebih suka

kepada kedermawanan terhadap orang lain, memiliki kepekaan dan

kepedulian sosial, mudah memberi maaf kepada orang lain, sebab ia

menyadari bahwa dirinya pun berpotensi pula melakukan kesalahan

seperti apa yang diperbuat orang lain itu.75

3. Larangan Menggunjing/Ghibah

73
Tim Akhlak, Etika Islam: Dari Kesalehan Individual Menuju Kesalehan Sosial,
(Jakarta: Al-Huda, 2003), Cet. I, h. 234
74
Ibid.Hal.238
75
Ramayulis, Psikologi Agama, (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), Cet. X, h. 119.
72

An-Nawawi sebagaimana dikutip oleh Rosihon Anwar

menjelaskan bahwa ghibah adalah menuturkan keburukan orang lain,

baik yang dibicarakannya itu ada pada badannya, agamanya,

dunianya, dirinya, kejadiannya, akhlaknya hartanya, anaknya, orang

tuanya, istri atau suaminya, pembantu rumah tangganya, pakaiannya,

gaya berjalannya, gerakannya senyumnya, cemberutnya, air mukanya,

atau yang lainnya. Tetap disebut ghibah baik yang dengan lisan

maupun tulisan, atau yang berbentuk rumus, isyarat dengan mata,

tangan, kepala, atau yang lain.76

Dalam al-Qur’an surat an-Nisa ayat 148 Allah Swt berfirman :

“Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan


terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha
mendengar lagi Maha mengetahui.”
Abu Laits as-Samarqandi mengatakan bahwa ghibah

(membicarakan kejelekan orang) itu ada empat macam: menyebabkan

kufur (kafir), munafik, dosa, dan mubah berpahala.

Adapun yang menyebabkan kekufuran, maka yaitu ghibah

terhadap seorang muslim, dan ketika diperingatkan, ia berkata: ini

bukan ghibah, sebab saya berkata sebenarnya, maka ini telah

menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah dan siapa yang

menghalalkan apa yang diharamkan Allah maka hukumnya kafir.

76
Rosihon Anwar, Akhlak Tasawwuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), h. 135.
73

Adapun yang bernama nifak yaitu jika ghibah orang, tetapi tidak

disebut namanya di depan orang yang mengetahui bahwa ia menuju nama

fulan dan ia merasa bahwa ia berlagak wara’ (menjauhi yang haram)

maka ini nifaq.

Adapun yang bernama ma’shiyat ialah ghibah pada orang dan

merasa bahwa itu memang haram dan ma’shiyat. Adapun yang

mubah, jika ia ghibah pada seorang fasik yang terang-terangan

fasiknya atau orang ahli bid’ah, maka ini akan mendapat pahala sebab

orang-orang lalu menghindarinya dan menyelamatkan dari padanya.

Sebagaimana sabda Nabi Saw, sebutkan kejahatan orang yang lacur

supaya orang-orang berhati-hati dari padanya.77

Maka disini Islam hadir sebagai jalan untuk menyempurnakan

karakter. Al-Qur’an adalah buku ajar yang menghadapi peserta didik

masyarakat arab yang berkarakter belum sempurna. Sejarah mencatat,

misalnya, bangsa Arab memiliki muruah (keutamaan demi

kehormatan) tertentu yang terbatas pada kehormatan sukunya belaka.

Melalui al-Qur’an, secara perlahan dan bertahap, karakter itu dibentuk

kedalam prinsip “ketundukan, kepasrahan, serta kedamaian” (makna

dasar Islam).78

4. Tawqa

77
Abu Laits as-Samarqandi, Tanbihul Ghafilin: Peringatan Bagi yang Lupa, Ter.
dari Tanbihul Ghafilin, oleh H. Salim Bahreisy, (Surabaya: PT Bina Ilmu), h. 216.
78
Bambang Q-Anees dan Adang Hambali, Pendidikan Karakter Berbasis al-
Qur’an, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008), Cet. I, h. 100.
74

Konsep persamaan yang menjadi ciri utama masyarakat Islam

menunjuk pada konsep hukum dalam makna persamaan kedudukan.

Sendi ini tersimpul dalam al-Qur’an surat al-Hujurat (49): 13 yang

intinya menyatakan bahwa pada sisi Allah, kedudukan manusia adalah

sama. Yang melebihkan seseorang dari yang lain hanyalah

ketakwaannya semata.

Penggalan pertama ayat sesungguhnya Kami menciptakan kamu

dari seorang laki-laki dan seorang perempuan adalah pengantar untuk

menegaskan bahwa semua manusia derajat kemanusiaannya sama

disisi Allah, tidak ada perbedaan antara satu suku dengan yang lain.

Tidak ada juga perbedaan pada nilai kemanusiaan antara laki-laki dan

perempuan karena semua diciptakan dari seorang laki-laki dan

seorang perempuan. Pengantar tersebut mengantar pada kesimpulan

yang disebut oleh penggalan terakhir ayat ini yakni “Sesungguhnya

yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah yang paling

bertakwa.” Karena itu berusahalah untuk meningkatkan ketakwaan

agar menjadi yang termulia di sisi Allah.

Menurut Muhammad Ali ash-Shabuni, kelebihan antara umat

manusia hanya dengan ketakwan, bukan dengan keturunan dan darah.

Barangsiapa ingin kemuliaan di dunia dan kedudukan tinggi di

akhirat, maka hendaknya dia bertakwa kepada Allah. Sebagaimana


75

sabda Nabi Saw, “Barangsiapa suka jika menjadi manusia yang paling

mulia, maka hendaknya dia bertakwa kepada Allah.79

Prof. DR. Wahbah az-Zuhaili mengatakan bahwa cara yang

dapat memperkokoh ikatan manusia, dan untuk merealisasikan

hubungan manusia yang tidak pandang bulu baik asal daerah,

keturunan maupun bangsa adalah melakukan perbuatan yang menitik

beratkan pada saling tolong menolong untuk mencapai kebajikan yang

diinginkan, bekerja keras dan gigih demi tercapainya kebahagiaan

untuk seluruh umat manusia, hidup dibawah atap keselamatan,

keamanan dan ketentraman. Juga menjauhi dari tindakan yang bisa

menimbulkan kekacauan, fitnah dan tindakan yang bisa merusak

hubungan bangsa, menghilangkan sifat “keakuan” (egoistis) dan

selalu mengkaji tentang langkah-langkah tercapainya kebahagiaan bagi

segenap umat manusia.

Selanjutnya tampak bahwa sementara al-Qur’an berulang-ulang

menerangkan tidak berartinya perbedaan status untuk kehidupan

akhirat, al-Qur’an tidak berusaha untuk menghilangkannya dalam

kehidupan duniawi. Sebaliknya, bisa dilihat bahwa al-Qur’an

membenarkan beberapa bentuk ketidaksetaraan duniawi. Selain

mengakui perbudakan dan superioritas sosial pria atas wanita, al-

Qur’an juga menegaskan bahwa Seandainya Allah tidak menolak

(keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, pasti

79
Muhammad Ali Ash-Shabuni, Shafwatut Tafasir, Ter. KH. Yasin, (Jakarta: Pustaka
al-Kautsar, 2011), Cet. I, Jil. V, h. 47.
76

rusaklah bumi ini (QS al-Baqarah [2]:251), dan bahwa Tuhan Telah

meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa

derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang

lain (QS az-Zukhruf [43]:32). Al-Qur’an juga menyatakan,

Perhatikanlah bagaimana Kami lebihkan sebagian dari mereka atas

sebagian (yang lain). Dan pasti kehidupan akhirat lebih tinggi

tingkatnya dan lebih besar keutamaannya (QS al-Isra’ [17] : 21). Inti

dari semua itu tampaknya adalah bahwa ketidaksetaraan tersebut

tidaklah mempengaruhi nilai moral seseorang dan nasibnya di akhirat

nanti.80

Ketidaksamaan itu bukan disebabkan oleh fanatisme ras atau

keluarga, sebab dalam hal itu tidak ada bedanya antara manusia yang

satu dan manusia yang lain. Semua orang beriman adalah saudara.

Tak ada perbedaan antara satu bangsa dan bangsa lain, antara satu

suku dengan suku yang lain dan tak ada pula perbedaan antara orang

yang satu dengan orang yang lain kecuali dalam hal memelihara hak dan

kewajiban. Sebagaimana yang telah di firmankan Allah Swt dalam

surat al-Hujurat ayat 13 :

80
Louise Marlow, Masyarakat Egaliter Visi Islam, Ter. dari Hierarchy and Egalitarianism in
Islamic Thought, oleh Nina Nurmila, (Bandung: Mizan, 1999), Cet.I, h. 17.
77

“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari


seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi
Maha Mengenal.”

Dengan demikian, banyaknya jumlah bangsa hanyalah sebagai

sarana untuk saling mengenal dan saling bantu. Dan bukan menjadi

sarana untuk bertengkar dan membanggakan diri, untuk melahirkan

fanatisme kebangsaan, dan bukan pula untuk ,merasa lebih unggul

satu sama lainnya.

BAB V

PENUTUP

G. KESIMPULAN
78

Pendidikan Islam sangat memperhatikan penataan individual dan sosial

yang membawa penganutnya pada pemelukan dan pengaplikasian Islam

secara komprehensif. Agar penganutnya memikul amanat dan yang

dikehendaki Allah, pendidikan Islam harus dimaknai secara rinci, karena itu

keberadaan referensi atau sumber pendidikan Islam harus merupakan sumber

utama Islam itu sendiri, yaitu Al-Qur'an dan As-Sunnah. Surat al-Ḥujurāt

ayat 11 dan 13 memiliki makna yang luas dan mendalam, membahas tentang

akhlāk sesama kaum Muslim khususnya. Ayat ini dapat dijadikan pedoman

agar terciptanya sebuah kehidupan yang harmonis, tentram dan damai.

Sebagai makhluk sosial setiap manusia tentu tidak ingin haknya terganggu.

Oleh karena itu, di sinilah pentingnya bagaimana memahami agar hak

setiap orang tidak terganggu sehingga tercipta kehidupan masyarakat

harmonis.

Berdasarkan analisis dan pembahasan tentang sikap sosial dalam

surat Al-Ḥujurāt ayat 11-13 maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Sikap Sosial pada QS. Al-Ḥujurāt ayat 11-13, yakni :


a) Sikap Kemuliaan
b) Sikap Memaafkan
c) Sikap Mendoakan Orang lain
d) Sikap Ḥusn al-ẓon
e) Sikap Merahasiakan Aib Orang Lain
f) Sikap menjunjung tinggi hidup dalam perbedaan sesama
manusia
g) Sikap Menggalang Persatuan dan Kesatuan

2. Implikasi sikap sosial QS. Al-Ḥujurāt ayat 11-13 pada pendidikan

Akhlāk
79

Akhlāk perlu dibina, seseorang yang tidak dibina akhlāknya

atau dibiarkan tanpa bimbingan, arahan atau pendidikan, akan

menjadi anak yang nakal, mengganggu masyarakat, dan

melakukan perbuatan tercela. Pembinaan akhlāk dalam pendidikan

Islam mempunyai peranan yang amat penting dalam pengaturan

berinteraksi terhadap orang lain.

a. Implikasi Sikap Kemuliaan, Memaafkan dan Mendoakan

Orang Lain

Pembinaan akhlāk yang tepat untuk ketiga sikap ini

adalah pembinaan dengan metode ceramah dan nasihat.

Dengan memberikan pengertian kepada anak didiknya

bahwa kedudukan semua manusia adalah sama, tidak ada

perbedaan anatara yang kaya dan miskin, kulit hitam dan

putih.

b. Implikasi Sikap Ḥusn al-ẓon

Allah melarang kita untuk berburuk sangka dengan

memberikan perintah kepada kita untuk senantiasa berbaik

sangka (ḥusn al-ẓon). Dalam kehidupan sehari-hari,

menerapkan ḥusn al-ẓon sangatlah berat, sehingga

pendidikan berprasangka baik ini harus ditanamkan kepada

anak dari kecil, karena dari buruk sangka akan mengakibatkan

banyak kerugian.
80

Pembinaan akhlāk yang tepat untuk sikap ḥusn al-

ẓon ini seseorang dapat menggunakan beberapa metode

diantaranya metode keteladanan yaitu dengan cara memberi

contoh.

c. Implikasi Sikap Merahasiakan Aib Orang Lain

Akhlāk tersebut diusahakan dengan mujahadah dan

riaḍah (latihan). Atau bisa dikatakan dengan model

pembiasaan, bertujuan untuk mencapai keseimbangan

antara ilmu dan amal. Kemudian diusahakan dengan

latihan (riaḍah), pada permulaannya, segala perbuatan

yang timbul daripadanya, dilaksanakan dengan perasaan

berat. Supaya pada kesudahannya menjadi tabiat (dapat

dilaksanakan dengan mudah, sudah menjadi kebiasaan).

d. Implikasi Sikap Menjunjung Tinggi Hidup dalam Perbedaan

SesamaManusia

Metode dialog dan debat, pembinaan akhlāk melalui

model-model dialog dan debat semacam ini tentunya akan

memberi didikan yang membawa pengaruh pada perasaan

yang amat dalam bagi diri seorang yang beriman. Model ini

dapat digunakan untuk memberikan penjelasan kepada anak

didik tentang pentingnya menjunjung tinggi hidup dalam

perbedaan dalam kehidupan serta menjelaskan alasan

mengapa harus menghormati sesama manusia yang pada


81

dasarnya memiliki suku atau budaya yg berbeda-beda ,atau

bisa disebut masyarakat multikultural.

e. Sikap tersebut dapat dibina dengan model larangan,

model larangan disini dimaknai tersebut karena pada

pembahasan point menggalang persatuan dan kesatuan

terdapat lima perkara yang harus dihindari oleh manusia

khusunya umat Islam dalam berinteraksi dengan sesamanya.

H. SARAN

1. Bagi setiap pendidik :

a. Guru sebagai pendidik di sekolah: diharapkan bukan hanya

mengajarkan secara teori dan pelaksanaannya saja, namun diharapkan

dapat mendidik dan memberi pengertian yang eksplisit sehingga

peserta didik mampu menerima dengan baik dan dapat dipraktekkan

dengan lapang hati.

b. Orang tua sebagai pendidik di rumah: berkewajiban

memperhatikan pendidikan akidah dan hal-hal yang beraitan

dengannya. Karena orang tua berada pada lingkungan terdekat dengan

seorang anak.

c. Lingkungan: bagi siapa saja terutama orang dewasa,

diharapkan memperingatkan, mengajarkan serta menjadi teladan

yang baik bagi sekitarnya


82

2. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi batu loncatan bagi

penelitian selanjutnya. Karena menurut penulis, setiap tulisan

mengandung banyak aspek jika ditinjau melalui pandangan yang

berbeda. Dan hal tersebut dapat menyadarkan pembaca ketika aspek

yang berbeda tersebut dimunculkan. Namun kesemua penelitian

pendidikan tidak akan ada apa-apanya tanpa sebuah tindakan

pendidikan.
83

Anda mungkin juga menyukai