PENDAHULUAN
Pendidikan adalah suatu proses dan sistem yang bermuara pada pencapaian suatu
kualitas tertentu yang dianggap dan diyakini paling ideal. Kualitas hasil pendidikan generasi
mendatang sangat tergantung bagaimana pendidikan itu diberikan saat ini. Jika pendidikan itu
dipandang sebagai suatu proses, maka proses tersebut akan berakhir pada tercapainya tujuan
akhir pendidikan. Suatu tujuan yang hendak dicapai oleh pendidikan pada hakekatnya adalah
suatu perwujudan dari nilai-nilai ideal yang terbaik dalam pribadi yang di inginkan. 1 Nilai-
nilai ideal itu mempengaruhi dan mewarnai pola kependidikan manusia, sehingga menggejala
dalam perilaku lahiriyah. Dengan kata lain, perilaku lahiriyah dalam cerminan yang
memproyeksikan nilai-nilai ideal yang telah mengacu di dalam jiwa manusia sebagai produk
dari proses kependidikan.
Pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan dan peradaban manusia yang terus
berkembang. Hal ini sejalan dengan pembawaan manusia yang mamiliki potensi kreatif dan
inovatif dalam segala bidang kehidupan. 2 Pendidikan selalu melekat dalam kehidupan
manusia yang tidak terbatas oleh waktu kecuali datangnya kematian yang akan memutuskan
seluruh perkara yang berhubungan dengan manusia di dunia. Pendidikan merupakan suatu
kegiatan yang sentral dan kegiatan yang disengaja dan terencana untuk membantu
mengembangkan seluruh potensi anak agar dapat bermanfaat bagi kepentingan hidupnya
sebagai individu, masyarakat dan warga negara yang berilmu atau berintelektual tinggi, serta
berwawasan yang luas dan mampu untuk berpikir bebas.
1
H.M.Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 113.
2
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan : Umum dan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2009), 9.
3
Ibid., 1-8.
Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka penulis akan
mengetengahkan tentang pengertian pendidikanm dalam perpektif Alquran dan hadits,
tujuan pendidikan dalam perpektif Alquran dan hadits, metode pendidikan dalam perpektif
Alquran dan hadits, serta hadits yang berkaitan tentang metode pendidikan. Semua itu,
penulis mengajak kepada para pembaca untuk mengerti, memahami, memiliki dan
melestarikan serta menerapkan sebagaimana yang ada dalam Al-quran dan hadits.
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Pendidikan
Pengertian pendidikan ini tidak jauh berbeda dengan pengertian pendidikan Islam,
namun dalam pendidikan Islam lebih ditekankan lagi pada nilai-nilai Islam. Menurut
Achmadi, pendidikan Islam ialah segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan
fitrah manusia serta sumber daya manusia yang ada padanya menuju terbentuknya
manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam. 4 Dalam pandangan Islam,
insan kamil diformulasikan secara garis besar sebagai pribadi muslim, yakni manusia
yang beriman dan bertaqwa serta memiliki berbagai kemampuan yang teraktualisasi
dalam hubungannya dengan Tuhan, dengan sesama manusia dan dengan alam sekitarnya
secara baik, positif, dan konstruktif.
Pendidikan Islam merupakan salah satu bidang studi Islam yang mendapat banyak
perhatian dari para ilmuwan. Hal ini karena disamping perannya yang amat strategis
dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia, juga karena di dalam pendidikan
Islam terdapat berbagai masalah yang kompleks dan memerlukan penanganan segera.
Bagi mereka yang akan terjun ke dalam bidang pendidikan Islam harus memiliki
4
Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam : Paradigma Humanisme Teosentris, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008),
28-29.
wawasan yang cukup tentang pendidikan Islam dan memiliki kemampuan untuk
mengembangkannya sesuai dengan tuntunan zaman. Dari hal tersebut, dapat dikatakan
bahwa tujuan pendidikan Islam secara umum yaitu membentuk kepribadian seseorang
yang membuatnya menjadi insane kamil dengan pola takwa. Insan kamil artinya manusia
utuh rohani dan jasmani, dapat hidup dan berkembang secara wajar dan normal karena
takwanya kepada Allah swt.5
Jadi, peran pendidikan khususnya pendidikan Islam sangatlah penting bagi anak
agar kehidupannya dapat selaras dengan tujuan pendidikan Islam itu sendiri. Bagaimana
mendidik anak dan menciptakan lingkungan yang kondusif dalam upaya pengembangan
pribadi dan karakter anak, sebenarnya sudah dijelaskan secara komprehensif dalam Islam.
Dalam Islam, hak-hak anak dan upaya perlindungan terhadap anak benar-benar dijaga dan
dihormati. Semuanya berpangkal pada satu orientasi untuk menyiapkan generasi
berkualitas dari segi moral, intelektual, dan spiritual. Buku Menjadi Orangtua Bijak,
Solusi Kreatif . Menangani berbagai masalah pada Anak karya Abdul Mustaqim mencoba
menawarkan konsep pendidikan anak dalam perspektif Islam. Penulis buku ini
mengharapkan akan muncul orang tua kreatif dan bijak dalam keluarga, sehingga
pendidikan dan hak anak akan terjaga dan terealisasi dengan baik. Karena dari
keluargalah pembentukan peradaban sebenarnya dimulai. 6
5
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), 41.
6
Abdul Mustaqim, Menjadi Orangtua Bijak, Solusi Kreatif Menangani Pelbagai Masalah Pada anak,
(Bandung, Al-Bayan Mizan, 2005), 17.
2. Tujuan Pendidikan Menurut al-Qur‟an
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku
Aneka kegiatan yang dimaksud tidak lain adalah tugas kekhalifahan yakni
memakmurkan bumi, mengenal potensinya, perbendaharaan yang terpendam di
dalamnya, sambil mewujudkan apa yang dikehendaki Allah dalam penggunaan,
pengembangan, dan peningkatannya. Kekhalifahan juga menuntut upaya penegakan
syariat Allah di bumi dan mewujudkan sistem ilahi yang ditetapkannya bagi alam raya
ini. Dengan demikian, ibadah yang dimaksud di sini lebih luas jangkauan maknanya
dari pada ibadah dalam bentuk ritual. Tugas khalifahan termasuk dalam makna ibadah.
Menurut M. Quraish Shihab, hakekat ibadah dalam ayat tersebut mencakup
dua hal pokok: Pertama, kemantapan makna penghambaan diri kepada Allah dalam
hati setiap insan. Kemantapan perasaan bahwa ada hamba dan ada Tuhan, hamba
yang patuh dan Tuhan yang dipatuhi (disembah). Tidak selainnya. Tidak ada dalam
wujud ini kecuali satu Tuhan dan selainnya adalah hamba-hamba-Nya. Kedua,
mengarah kepada Allah dengan setiap gerak pada nurani, pada setiap anggota badan,
dan setiap gerak dalam hidup. Semuanya hanya mengarah kepada Allah secara tulus.
Melepaskan diri dari segala perasaan yang lain dan segala makna selain makna
penghambaan diri kepada Allah. 7
b. QS Al-Baqarah/2: 30
ِ
َ ْ ُ َ ْ ْيِّنما َ ۚ َوَْ ُ ُ َ ْيِّن ُ ِ َ ْ ِ َ َوَيُ َ ْيِّن ُ َ َ ۗ َ َاا ْيِّنْ َ ْاَ ُ َما َا ََي ِ
َ ُ ْ ََو
Terjemahnya:
Dan (ingatlah) ketika Tuhan-mu Berfirman kepada para malaikat, Aku hendak
menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, Apakah Engkau hendak menjadikan
orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih
memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu? Dia berfirman, Sungguh, Aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui.
Dari ayat di atas dipahami bahwa Allah swt. menciptakan manusia sebagai
khalifah di muka bumi. Kata khalifah pada mulanya berarti yang menggantikan atau
yang datang sesudah siapa yang datang sebelumnya. Selanjutnya khalifah dipahami
sebagai yang menggantikan Allah dalam menegakkan kehendak-Nya dan menerapkan
7
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), 50.
ketetapan-ketetapan-Nya. Ada empat sisi yang terkandung dalam tugas kekhalifahan
yang saling berkaitan yaitu: (1) pemberi tugas, dalam hal ini Allah swt.; (2) penerima
tugas, dalam hal ini manusia; (3) tempat atau lingkungan di mana manusia berada,
dalam hal ini bumi; dan (4) materi-materi penugasan yang harus dilaksanakan, dalam
hal ini memakmurkan bumi.
Tugas khalifah tidak akan dinilai berhasil apabila materi penugasan tidak
dilaksanakan atau apabila kaitan antara penerima tugas dan lingkungannya tidak
diperhatikan. Untuk dapat melaksanakan tugasnya sebagai khalifah, manusia
membutuhkan pembinaan dan pendidikan. Atau dengan kata lain pendidikan harus
mampu membantu manusia dalam melaksanakan sebagai khalifah.
c. QS Al-Hujurat/49: 13
ِ ّاَُّبَيها لَّنا َِّنا َ ْ لٰۤل ُ ْيِّنم َ َ ٍ َّنوَُْي ٰۤل و ْلٰۤل ُ ُ ا َّنوََي ا ِٕى ِ َي ا فَُي ِ َّن َ ْ م ُ ِاْل َ ٰۤل
ْ ََ ْ َ َ َ َ َ ً ُْ ْ َ َ َ ْ ْ َ ُ َ
Terjemahnya:
Wahai manusia! Sungguh, Kami telah Menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan, kemudian Kami Jadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu
di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui,
Maha teliti.
Salah satu makna yang dapat dipahami dari ayat di atas adalah bahwa manusia
yang paling mulia di sisi Allah swt. adalah manusia yang paling bertakwa, yaitu
manusia yang senantiasa melaksanakan segala perintah Allah, baik perintah yang
berkaitan dengan tugas kehambaan maupun yang berkaitan dengan tugas khalifahan
dan menjauhi segala larangan-Nya. Dengan demikian, tujuan pendidikan menurut
alQur‟an adalah membina manusia sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai
hamba Allah dan khalifah-Nya guna membangun dunia ini sesuai dengan konsep
yang di tetapkan oleh Allah atau dengan kata lain menjadikan manusia bertakwa
kepada Allah swt. Ahmad Marimba berpendapat, bahwa tujuan pendidikan Islam
adalah terbentuknya manusia yang berkepribadian muslim, tujuan terakhir pendidikan
Islam adalah perwujudan penyerahan mutlak kepada Allah Swt., pada tingkat
individual, masyarakat dan kemanusiaan pada umumnya. 8
semakna dengan itu adalah apa yang diucapkan oleh Nabi ﷺdalam hadits yang
shahih diriwayatkan oleh imam Ahmad, imam Abu Dawud, imam Ibnu Majah,
Rasulullah ﷺbersabda,
ْ َِ َْ ضا ِم َ ُّب َْيَا ِ ِ ِ َم ْن ََي َّن ِاْ ا ِِمَّنا َي َى ِِ و َّن ِ اَّن و َّن اَ َي َي َّن ِاَّن
ً َي ِ َا
َ ُ ُ ُ َ ََ َ َ َ ُ ْ َ َُْ ً َ َ
ِ ا َ ْالَّن ِ َي ْ ِ ام
َ َ َ َْ َ َْ
“Siapa orang yang mempelajari satu ilmu dari ilmu-ilmu yang mesti dipelajari karena
Allah azza wajalla seperti ilmu syar‟i tetapi dia tidak mempelajari ilmu itu kecuali
8
Achmad Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Bandung: Al-Ma‟arif, 1989), 46.
hanya untuk memperoleh keuntungan duniawi maka dia tidak akan bisa mencium
baunya surga pada hari kiamat” (HR. Abu Daud) Sanad Hadits ini Shohih
ّ ُ َاَْ ِ َو َ َّن َ ُ ْ َااِ ً ا َْو ُمََي َْيِّن ً ا َْو ُم ْ َ ِ ًا َْو ُُِمًّا َوَا َ ُ ْ َ ِام ً ا صَّن
َ َ َاا لَّنِ ُّب
“Nabi Saw bersabda: Jadilah engkau orang berilmu, atau orang yang menuntut ilmu,
atau orang yang mau mendengarkan ilmu, atau orang yang menyukai ilmu. Dan
janganlah engkau menjadi orang yang kelima maka kamu akan celaka” (HR. Baihaqi).
ِ ِْ ْوَم ْ َ َا ُُهَا فََي ََْ ِ ِا, ِ ِْ ْوَم ْ َ َا اَ ِ َ فََي ََْ ِ ِا, ِ ِْ َْم ْ َ َا ُّب َْيَا فََي ََْ ِ ِا
َ َ َ َ َ َ
“Barang siapa yang menginginkan kebahagiaan di dunia maka dengan ilmu, dan
barang siapa yang menginginkan kebahagiaan di akhirat maka dengan ilmu, dan
barang siapa yang menginginkani keduanya (kebahagiaan dunia dan akhirat) maka
dengan ilmu. (HR. Bukhori-muslim)
Sebagai ummat yang telah dianugerahi Allah Kitab Alquran yang lengkap dengan
petunjuk yang meliputi seluruh aspek kehidupan dan bersifat universal sebaiknya
menggunakan metode mengajar dalam pendidikan Islam yang prinsip dasarnya dari
Alquran dan Hadits. Diantara metode- metode tersebut adalah:
a. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah cara penyampaian inforemasi melalui penuturan secara lisan
oleh pendidik kepada peserta didik. Prinsip dasar metode ini terdapat di dalam
Alquran: “Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka, tiba-tiba mereka membuat
kezaliman di muka bumi tanpa (alasan) yang benar. Hai manusia, Sesungguhnya
(bencana) kezalimanmu akan menimpa dirimu sendiri (hasil kezalimanmu) itu
hanyalah kenikmatan hidup duniawi, kemudian kepada Kamilah kembalimu, lalu
Kami kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan” (Q.S. Yunus : 23)
b. Metode diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara penyajian/ penyampaian bahan pelajaran dimana
pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik/ membicarakan dan
menganalisis secara ilmiyah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan
atau menyusun berbagai alternative pemecahan atas sesuatu masalah. Abdurrahman
Anahlawi menyebut metode ini dengan sebutan hiwar (dialog).
c. Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas adalah suatu cara mengajar dimana seorang guru
memberikan tugas-tugas tertentu kepada murid-murid, sedangkan hasil tersebut
diperiksa oleh gur dan murid harus mempertanggung jawabkannya.
d. Metode Demontrasi
Metode demontrasi adalah suatu cara mengajar dimana guru mempertunjukan tentang
proses sesuatu, atau pelaksanaan sesuatu sedangkan murid memperhatikannya.
e. Metode eksperimen
Suatu cara mengajar dengan menyuruh murid melakukan suatu percobaan, dan
setiap proses dan hasil percobaan itu diamati oleh setiap murid, sedangkan guru
memperhatikan yang dilakukan oleh murid sambil memberikan arahan.
f. Metode Amsal/perumpamaan
Yaitu cara mengajar dimana guru menyampaikan materi pembelajaran melalui contoh
atau perumpamaan.
g. Metode Targhib dan Tarhib
Yaitu cara mengajar dimana guru memberikan materi pembelajaran dengan
menggunakan ganjaran terhadap kebaikan dan hukuman terhadap keburukan agar
peserta didik melakukan kebaikan dan menjauhi keburukan.
h. Metode pengulangan (tikror)
Yaitu cara mengajar dimana guru memberikan materi ajar dengan cara mengulang-
ngulang materi tersebut dengan harapan siswa bisa mengingat lebih lama materi yang
disampaikan.
َ َا ْ َِ ُ ََْيََ َ َاا َ َاا َ ُ ٌ َا َ ُ ْ ُا َّن ِ َم ْ َ َ ُّب لَّنا ِ ِ ُ ْ ِ ُّب ْ َ ِ ؟ َ َاا ُّبُم َ َُّن ُّبُم
Artinya: Dari Abu Hurairah r.a Berkata : ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasul.
Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak saya hormati? Beliau menjawab :
“Ibumu, kemudian ibumu, kemudian ibumu, kemudian ayahmu, kemudian yang lebih
dekat dan yang lebih dekat dengan kamu (HR. Muslim). (An-Naisaburi
1426H/2005M).
d. Metode Ceramah
Artinya: Menceritakan kepada kami Qutaibah ibn Sa‟id dan Zuhair ibn
Harb,berkata, “Menceritakan kepada kami Jarir, dari „Abdul Malik ibn „Umair, dari
Musa ibn Thalhah, dari Abu Hurairah, ia berkata, “Tatkala diturunkan ayat ini:“Dan
peringatkanlah para kerabatmu yang terdekat(Q.S. Al-Syu‟ara:125), maka Rasulullah
SAW memanggil orang-orang Quraisy. Setelah meraka berkumpul, Rasulullah SAW
berbicara secara umum dan khusus. Beliau bersabda, “WahaiBani Ka‟ab ibn Luaiy,
selamatkanlah diri kalian dari neraka! Wahai Bani „Abdi Syams, selamatkanlah diri
kalian dari neraka! Wahai Bani „Abdi Manaf, selamatkanlah diri kalian dari neraka!
Wahai Bani Hasyim, selamatkanlah dirikalian dari neraka!, wahai Fatimah,
selamatkanlah dirimu dari neraka! Karena aku tidak kuasa menolak sedikitpun siksaan
Allah terhadap kalian. Aku hanyapunya hubungan kekeluargaan dengan kalian yang
akan aku sambung dengansungguh-sungguh”. (H.R. Muslim ). (An-Naisaburi
1426H/2005M).
e. Metode Pemberian Hukuman
Artinya: Menceritakan kepada kami Mu‟ammar ibn Hisyam, yakni al-
Yasykuri, menceritakan kepada kami Isma‟il, dari Suwwar ibn Abi Hamzah- berkata
Abu Dawud, “Dia adalah Suwwar ibn Dawud Abu Hamzah al-Muzanni al-Shairafi-
dari „Amr ibn Syu‟aib, dari ayahnya, dari kakeknya, ia berkata, Rasulullah
SAWbersabda, “perintahkanlah anak-anakmu salat ketika usia mereka tujuh tahun,
dan pukullah mereka jika meninggalkannya saat mereka berusia sepuluh tahun, dan
pisahkanlah tempat tidur mereka.”(H.R. Abi Dawud).
C. ANALISIS
Pendidikan Islam berbeda dengan pendidikan barat (sekuler), terutama karena
pendidikan Islam tidak hanya di dasarkan atas hasil pemikiran manusia dalam mencapai
kemaslahatan umum atau humanisme universal namun dasar pokok pendidikan Islam adalah
Al Quran dan Al Hadits. Al Quran sebagai dasar pokok pendidikan Islam di dalamnya
terkandung sumber nilai yang absolute, yang eksistensinya tidak mengalami perubahan
walaupun interprestasi (penafsiran)-nya mengalami penyesuaian sesuai dengan konteks
zaman, keadaan, dan tempat.
Pendidikan sebagai upaya untuk membantu manusia dalam melaksankan tugasnya
sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi. Rumusan tujuan pendidikan tersebut, dari
segi redaksinya berbeda, namun mempunyai esensi dan kandungan yang sama. Yaitu sama-
sama menyatakan bahwa tujuan pendidikan ialah membentuk kepribadian seorang muslim
yang dilandasi keimanan dan ketakwaan sehingga dapat menjadi insan muslim yang
sempurna (insan kamil ).
Sebagai ummat yang telah dianugerahi Allah Kitab Alquran yang lengkap dengan
petunjuk yang meliputi seluruh aspek kehidupan dan bersifat universal sebaiknya
menggunakan metode mengajar dalam pendidikan Islam yang prinsip dasarnya dari Alquran
dan Hadits. Diantara metode- metode tersebut adalah:
a. Metode Ceramah
b. Metode diskusi
c. Metode Pemberian Tugas
d. Metode Demontrasi
e. Metode eksperimen
f. Metode Targhib dan Tarhib
g. Metode pengulangan (tikror)
Pendidikan menurut al-Qur'an adalah usaha yang dilakukan secara terencana dan
bertahap untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap kepada peserta didik
sebagai bekal dalam melaksanakan tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi.
Pengertian pendidikan yang ditawarkan pada hadis ini adalah proses mendidik yang lebih
tertuju pada pembinaan dan penyempurnaan akhlak atau budi pekerti. Dengan kata lain
bahwa kata al-ta'dib lebih terfokus pada upaya pembentukan pribadi muslim yang berakhlak
mulia.
Pendidikan sebagai upaya untuk membantu manusia dalam melaksankan tugasnya sebagai
hamba dan khalifah Allah di muka bumi, maka ada beberapa ayat yang dapat dijadikan
rujukan untuk merumuskan tujuan pendidikan menurut al-Qur‟an yaitu:
Sebagai ummat yang telah dianugerahi Allah Kitab Alquran yang lengkap dengan petunjuk
yang meliputi seluruh aspek kehidupan dan bersifat universal sebaiknya menggunakan
metode mengajar dalam pendidikan Islam yang prinsip dasarnya dari Alquran dan Hadits.
Diantara metode- metode tersebut adalah:
h. Metode Ceramah
i. Metode diskusi
j. Metode Pemberian Tugas
k. Metode Demontrasi
l. Metode eksperimen
m. Metode Targhib dan Tarhib
n. Metode pengulangan (tikror)
a. Metode Demonstrasi
b. Metode Kisah atau Cerita
c. Metode Tanya Jawab atau Diskusi
d. Metode Ceramah
e. Metode Pemberian Hukuman
DAFTAR PUSTAKA