Abstrak:
Pendidikan karakter merupakan salah satu hal utama yang dibutuhkan oleh pelajar. Dengan
pendidikan karakter para pelajar dibentuk menjadi pribadi yang mempunyai karakter dan
nilai-nilai yang luhur dan santun, menjadikan mereka manusia yang tangguh menghadapi
keadaan dunia saat ini. Pendidikan karakter sendiri merupakan ruh dalam Pendidikan Islam
dan ilmunya bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Rasulullah SAW. telah diutus oleh
Allah SWT. untuk mengemban tugas mulia yakni memperbaiki akhlaq manusia di muka
bumi. Maka pendidikan karakter ialah salah satunya. Langkah untuk memperbaiki akhlaq
manusia adalah dengan mengedukasi, memberikan pendidikan dan pengertian, serta
memberikan mereka teladan yang baik. Rasulullah SAW. telah menjadi teladan yang baik
bagi umat manusia. Setiap sabda beliau, perbuatan, dan tindakan beliau Rasulullah SAW.
adalah teladan berakhlaq bagi kita. Keberhasilan pendidikan karakter ini tidak tergantung
pada baik atau tidaknya salah satu komponen pendidikan melainkan keterkaitan antara satu
sama lain dan tidak dapat dipisahkan.
Pendahuluan
Dewasa ini, paradigma tentang aspek karakter menjadi hangat dibicarakan, khususnya
dalam dunia pendidikan. Banyak yang mengatakan bahwa masalah terbesar yang
dihadapi bangsa Indonesia terletak pada aspek moral. Terbukti dengan banyaknya
berita tentang tawuran pelajar, kasus-kasus narkoba, pembunuhan, hingga kasus
korupsi yang merajalela, dari tingkat elite hingga ke level yang paling bawah
sekalipun.
Pembahasan
الخلق عبارة عن هيئة فى النفس راسخة عنها تصدر االء فعال يسهولة ويسر من غير حجة الى
فكروروية
Secara umum diketahui bahwa bila setiap orang sudah menjadi orang baik maka
masyarakat akan menjadi masyarakat yang baik. Adapun tujuan pendidikan islam
menurut muhaimin ada tiga fokus,
pertama, terbentuknya insan kamil mempunyai wajah persaudaraan yang
menumbuhkan sikap egalitarianisme;
Kedua, terciptanya insan kaffah yang memiliki dimensi-dimensi religius, budaya dan
ilmiah;
Ketiga, penyadaran manusia sebagai hamba dan kholifah Allah.
َك اَن َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ِم ْن َأْح َس ِن الَّناِس ُخُلًقا: َرِض َي ُهَّللا َع ْنُه، َع ْن َأَنٍس:َقاَل َأُبو اْلِّتَّياِح
Artinya: "Abut Tayyah telah meriwayatkan dari Anas r.a. hadis berikut: Rasulullah
Saw. adalah orang yang paling baik akhlaknya".
Tujuan pendidikan karakter menurut Islam adalah membentuk pribadi yang berakhlak
mulia, karena Akhlak mulia adalah pangkal kebaikan. Orang yang berakhlak mulia
akan segera melakukankebaikan dan meninggalkan keburukan. Islam sebagai agama
tentu dasarnya adalah al-Qur’an dan Hadis. Oleh karena itu, dasar pendidikan Islam
sama dengan dasar agama Islam. Dasar tersebut dikembangkan dalam pemahaman
ulama dalam bentuk ijtihad meliputi qiyas, ijma’ yang diakui. Pendidikan Islam
berhubungan erat dengan agama Islam itu sendiri, lengkap dengan akidah, syariah,
dan sistem kehidupannya. Hubungan antara pendidikan Islam dengan agama Islam
dapat digambarkan dalam pokok-pokok sebagai berikut:
1. Agama Islam menyeru agar beriman dan bertakwa.
Pendidikan Islam berupaya menanamkan ketakwaan itu dan mengembangkannya agar
bertambah terus sejalan dengan pertambahan ilmu.
2. Agama Islam menekankan pentingnya akhlak.
Tujuan umum pendidikan Islam sebenanrnya sinkron dengan tujuan agama Islam,
yaitu berusaha mendidik individu mukmin agar tunduk, bertakwa, dan beribadah
kepada Allah, sehingga memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Olehnya itu
Allah mengutus para Rasul untuk menjadi guru dan pendidik serta menurunkan kitab
samawi. Jejak para Rasul selanjutnya diikuti oleh para ulama yang dinyatakan sebagai
pewaris para Nabi. Dengan demikian, pendidikan Islam sesungguhnya merupakan
kumpulan metode dan alat tradisional (turun-temurun) tetapi sekaligus rasional-sosial
dan ilmiah-empiris dalam mendidik, melatih, serta mengembangkan individu agar
bertakwa dan tunduk kepada Allah. Uraian tersebut menunjukkan hubungan yang erat
antara ilmu dan iman. Setelah memaparkan tujuan umum yang berpusat pada
ketakwaan dan kebahagiaan, dapat digali tujuan-tujuan khusus sebagai berikut :
a) Mendidik individu yang saleh dengan memperhatikan segenap dimensi
perkembangannya; rohaniah, emosional, sosial, intelektual, dan fisik. Pendidikan
aspek rohani misalnya, merupakan kebutuhan primer setiap individu. Tetapi
kebutuhan ini telah tertutup oleh materialisme, sehingga menyebabkan kegelisahan,
depresi, dan persaingan yang diakibatkan karena kebencian. Dalam pendidikan aspek
emosional, Islam berupaya mengantar individu untuk mencapai kematangan
emosional. Islam mengakui bahwa manusia memiliki emosi seperti kasih sayang,
sedih, gembira, dan marah. Namun, Islam memperlakukan emosi tersebut secara
seimbang dengan memenuhi tuntutannya dengan tidak berlebihan maupun
kekurangan. Ibadah-ibadah dalam Islam umpamanya, jika dilaksanakan secara benar,
akan mengantar seseorang kepada kematangan emosional. Zakat akan menumbuhkan
rasa cinta berbuat baik dan membatasi rasa cinta memiliki. Ibadah haji akan
menambah kepekaan untuk rendah hati dan menguatkan makna-makna kasih sayang.
Sedangkan pendidikan dari aspek intelektual, Islam berupaya agar individu memiliki
intelektualitas yang sehat.
Olehnya itu, Islam membebaskan akal dari berbagai belenggu dan memberi
kebebasan berpikir tentang segala sesuatu kecuali hal-hal yang gaib yang bukan
lapangan akal. Manusia hendaknya cukup berpikir tentang tanda-tanda kekuasaan
Allah, baik kealaman, sosial ataupun kejiwaan, kemudian mengambil hikmah dari
semua itu.
b) Mendidik anggota kelompok sosial yang saleh, baik dalam keluarga maupun
masyarakat muslim, yaitu dengan menanamkan kepedulian sosial serta membekali
keterampilan mental atau kerja atau keduanya, sehingga menjadi anggota yang
berguna bukan menjadi beban bagi masyarakat. Mendidik manusia yang saleh bagi
masyarakat insani yang besar yaitu dengan mencintai umat manusia dan ikut andil
dalam mengembangkannya. Dengan demikian, pada dasarnya tujuan pendidikan
Islam sejalan dengan pendidikan karakter. Hanya saja terkadang keseluruhan tersebut
tidak tercapai dalam proses belajar mengajar sehingga peserta didik hanya
berorientasi pada nilai kredit dan kelulusan.
Dalam konsep pendidikan Islam hal yang paling utama dilakukan adalah
menggunakan metodologi pendidikan Islam yang bersumber dari wahyu Allah, yang
secara tidak langsung berhubungan dengan iman manusia. Seseorang akan dikatakan
memiliki iman yang benar dan sesuai syari’at Islam jika ia memiliki akhlak yang baik.
Jadi, akhlak yang baik merupakan tanda kesempurnaan iman Seseorang kepada Allah
SWT.
Dalam proses pendidikan manusia, kedudukan akhlak dipandang sangat penting
karena menjadi pondasi dasar sebuah bangunan diri yang nantinya akan jadi bagian
dari masyarakat. Akhlak dalam Islam memiliki nilai yang mutlak karena persepsi
antara akhlak baik dan buruk memiliki nilai yang dapat diterapkan pada kondisi
apapun. Hal ini sesuai dengan fitrah manusia yang menempatkan akhlak sebagai
pemelihara eksis-tensi manusia sebagai makhluk Allah yang paling mulia. Akhlaklah
yang mem-bedakan manusia dengan makhluk yang lainnya, sebab tanpa akhlak,
manusia akan ke-hilangan derajat sebagai hamba Allah paling terhormat.
Hal ini disebutkan Allah dalam QS. At-Tin: 4-6
Artinya: "Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya. Kemudian Kami kembalikan Dia ke tempat yang serendah-rendahnya
(neraka), Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka bagi
mereka pahala yang tiada putus-putusnya.
Istilah karakter, dalam kajian Pusat Bahasa Depdiknas diartikan sebagai “bawaan,
hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen,
watak”. Sedangkan berkarakter dimaknai “berkepribadian, berperilaku, bersifat,
bertabiat, dan berwatak”. Menurut Tadkiroatun Musfiroh, seperti yang dikutip
Mujtahid, bahwa karakter mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku
(behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills). Dalam bahasa Yunani,
karakter berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan bagaimana
mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Karakter
merupakan kaidah-kaidah yang menjadi ukuran baik dan buruk terhadap suatu sikap.
Karakter adalah nilai-nilai yang semuanya mengarah ke arah kebaikan (mengerti
dengan semua nilai kebaikan, mau berbuat baik kepada siapa saja tanpa membeda-
bedakan, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang
tertanam dalam diri dan terlaksana ke-dalam semua perilaku di kesehariannya.
Karakter berkaitan dengan Aqidah , akhlak , sikap, pola perilaku dan atau kebiasaan
yang mempengaruhi interaksi seseorang terhadap Tuhan dan lingkungannya. Karakter
menentukan sikap, perkataan dan tindakan.
Setiap masalah, Ujian yang dihadapi dalam kehidupan dan kesuksesan yang
dicapai seseorang pasti sangat dipengaruhi oleh karakter yang dimiliki. Karakter/
watak yang baik secara nyata akan memancar dari hasil yang dipikirkan, hati yang
selalu merasakan , dan semua aspek yang dilakukan oleh seseorang maupun
berbentuk organisasi. Karakter merupakan ciri khas seseorang atau sekelompok orang
yang mengandung nilai, kompetensi diri, kapasitas moral, dan ketegaran dalam
menghadapi semua masalah dan ujian yang ada di hadapan.
Tujuan pendidikan karakter itu sendiri berbeda-beda antara negara satu dengan
yang lainnya, yang dipengaruhi oleh kultur dan pandangan hidup masing-masing
negara. Pendidikan karakter dalam perspektif Islam memiliki tujuan yang sangat jelas
yaitu membentuk anak didik yang berakhlaq mulia.
Implementasi pendidikan karakter dalam Islam tersimpul dalam karakter pribadi
Rasulullah SAW. Dalam pribadi Rasul, bersemai nilai-nilai akhlak yang agung dan
mulia. Al Qur’an surat Al-Ahzab ayat 21 menyatakan:
َ َلَقْد َك اَن َلُك ْم ِفْي َر ُسْو ِل ِهّٰللا ُاْس َو ٌة َح َس َنٌة ِّلَم ْن َك اَن َيْر ُجوا َهّٰللا َو اْلَيْو َم اٰاْل ِخَر َو َذ َك َر َهّٰللا َك ِثْيًر ۗا
Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Q.S Al-Ahzab:21)”.
Pada ayat tersebut dijelaskan bahwa pendidikan karakter dalam perspektif Al-
Qur’an dan hadits, telah ada sejak zaman Rasul, di mana Rasul sendiri merupakan
role model dalam pembelajaran. Sebab, tidak diragukan lagi bahwa semua yang ada
dalam diri Rasulullah SAW merupakan pencapaian karakter yang agung, tidak hanya
bagi umat Islam tetapi juga bagi umat di seluruh dunia. Dengan demikian, semakin
jelas bahwa pendidikan gaya Rasulullah SAW merupakan penanaman pendidikan
karakter yang paling tepat bagi anak didik. Pendidikan karakter yang berbasis Al
Qur’an dan Assunnah, gabungan antara keduanya yaitu menanamkan karakter tertentu
sekaligus memberi benih agar peserta didik mampu menumbuhkan karakter khasnya
pada saat menjalani kehidupannya. Hanya menjalani sejumlah gagasan atau model
karakter saja tidak akan membuat peserta didik menjadi manusia kreatif yang tahu
bagaimana menghadapi perubahan zaman, sebaliknya membiarkan sedari awal agar
peserta didik mengembangkan nilai pada dirinya tidak akan berhasil mengingat
peserta didik tidak sedari awal menyadari kebaikan dirinya.
PENUTUP
Cahyono, G. (2017). Pendidikan Karakter Perspektif Al-Quran dan Hadits. Jurnal Dosen
IAIN Salatiga.
Maskawih, Ibnu. (1934). Tahdzib Al-Akhlak wa Tathir al- A’roq. Mesir: Al Mathba’ah al
Misriyah.
Tafsir, Ahmad. (2006). Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Yasin, A. Fatah. (2008). Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam. Malang: UIN Malang Press.
Gunawan, Heri. (2013). Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung:
Alfabeta.
Syafi’i, Ulil Amri. (2012). Pendidikan Karakter Berbasis Al-Quran. Jakarta: Rajawali Pers.
Darmawan, Deni.(9 Agustus 2020).Pendidikan Karakter Pada Kisah Nabi Ibrahim AS.
https://kumparan.com/deni-darmawan-official/pendidikan-karakter-pada-kisah-nabi-ibrahim-
as-1ty7r6w56Ln (diakses pada 28 Mei 2022 pukul 12:30 WIB).