Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH AGAMA

KAIDAH FIQHIYAH

Dosen Pengampu:

Dian Mohammad Hakim S.Pd., m.Pd

Disusun oleh Kelompok 2 :

Busthomi : 21901073002

Khoirotun Nisak : 21901073008

Firda Rohmatul Aimah : 21901073009

PROGRAM STUDI BAHASA INGGRIS

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS ISLAM MALANG

2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke-hadirat Allah S.W.T, karena atas rahmat dan hidayah-Nya. Adapun
tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas makalah mata kuliah Agama
Islam III, dengan judul “KAIDAH FIQHIYAH”.

Dengan tulisan ini kami berharap agar teman-teman mahasiswa khususnya di mata
kuliah Agama Islam III bisa sedikit memahami apa itu Kaidah Fiqhiyah dan bias di jadikan
referensi belajar. Kami sadar bahwa makalah ini terdapat banyak kekurangan.

Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat
membangun dari berbagai pihak, agar bisa menjadi lebih baik lagi. Sekali lagi kami berharap
semoga tulisan ini dapat memberi informasi yang berguna bagi pembacanya, terutama
mahasiswa.

Malang, 10 Oktober 2020

Penulis

Kelompok 2 (dua)

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………....……………………… ii

Daftar Isi……………………………………………………………… ………………….. iii

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………….................... 1

1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………...… 1

1.3 Tujuan Penulisan………………………………………………………………. ………... 1

BAB II

Pembahasan

2.1 Pengertian Kaidah Fidhiyah..………………………………………………….. ……….. 2

2.2 Macam Macam Kaidah Fiqhiyah………………………………………………………. 3

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….. 7

iii
BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

BAB II

Pembahasan

2.1 Pengertian Kaidah Fiqhiyah

Kaidah fiqhiyah merupakan kaidah kaidah yang di simpulkan dari dalil dalil Al-Quran
dan As-Sunnah mengenai hukum hukum fiqih. Dengan demikian kaidah kaidah fiqih ini
adalah rumusan para ulama’ setelah merek melakukan istiqra (observasi) terhadap dalil dalil
Al-Quran dan As-Sunnah mengenKaidah

2.2 Macam Macam Kaidah Fiqhiyah

Terdapat banyak sekali kaodah fiqhiyah. Namun, kaidah kaidah yang asasi ada lima,
biasa di sebut sebagai. Al-qowa’id Al-fiqhiyah Al-khams atau Al-qowaid Al-fiqhiyah Al-
kubro. Berikut ini ringkasan mengenai lima kaidah fiqhiyah tersebut

1. 1. Kaidah 1

‫األمور بمقاصدها‬

(Perkara tergantung pada tujuannya)

Diantara dalilnya adalah sabda Rasulullah saw:

‫إنما األعمال بالنيات‬

"Sesungguhnya amalan itu hanya tergantung pada niatnya."

Dalam hal ini, amalan tergantung kepada niat dalam hal: 1) diterima tidaknya amalan
oleh Allah tergantung pada niatnya, apakah ikhlas karena Allah ataukah tidak, 2) amalan
mubah bernilai ibadah ataukah tidak, 3) untuk membedakan perbuatan biasa (adat) dengan
ibadah, 4) untuk membedakan ibadah yang satu dengan ibadah yang lainnya.

Contoh penerapan kaidah ini untuk membedakan perbuatan biasa dengan ibadah:

1) Duduk di masjid bisa jadi sekadar untuk beristirahat atau dengan tujuan untuk
i'tikaf, tergantung niatnya.

1
2) Memberi harta kepada orang lain bisa jadi untuk zakat, atau kafarah, atau sekadar
sedekah biasa, tergantung niatnya.

3) Menyembelih binatang bisa jadi untuk ibadah kurban, atau aqiqah, atau sekadar
untuk makan-makan biasa, tergantung niatnya.

Contoh penerapan kaidah ini untuk membedakan ibadah yang satu dengan ibadah
yang lainnya:

1) Sholat empat rakaat bisa jadi sholat zhuhur atau sholat asar, tergantung niatnya.

2) Sholat dua rakaat di waktu shubuh bisa jadi sholat shubuh atau sholat sunnah
sebelum shubuh, tergantung niatnya.

3) Puasa bisa jadi puasa qadha' atau puasa sunnah, tergantung niatnya.

Kaidah kedua:

‫اليقين ال يزول بالشك‬

(Keyakinan tidak hilang oleh keraguan, atau: keyakinan tidak bisa dihilangkan oleh
keraguan)

Diantara dalilnya adalah hadits tentang orang yang ragu-ragu apakah telah buang
angin dalam sholatnya, dimana Rasulullah saw bersabda:

‫ال ينصرف حتى يسمع صوًتا أو يجد ريًحا‬

"Hendaknya ia tidak meninggalkan (membatalkan) sholatnya sampai ia mendengar


suara atau mendapati bau (dari kentutnya)."

Juga hadits Rasulullah saw dari Abu Sa'id Al-Khudri:

‫ فلم َيْد ِر كم صلى ثالثا أم أربعا؟ َفْلَيْطَر ِح الشك َو ْلَيْبِن على ما اْسَتْيَقَن‬،‫إذا شك أَح ُدكم في صالته‬

"Jika salah seorang kalian ragu-ragu dalam sholatnya dan dia tidak tahu apakah dia
sudah sholat tiga atau empat rakaat, maka hendaklah dia buang keraguannya dan
menetapkan hatinya atas apa yang ia yakini."

Contoh penerapan kaidah ini adalah sebagaimana yang disebutkan dalam kedua
hadits diatas

Kaidah ketiga:

‫المشقة تجلب التيسير‬

(Kesempitan mendatangkan kemudahan)

Diantara dalilnya adalah firman Allah Ta'ala:

2
‫ُيِريُد الَّلـُه ِبُك ُم اْلُيْس َر َو اَل ُيِر يُد ِبُك ُم اْلُعْس َر‬

"Allah menginginkan kemudahan buat kalian dan tidak menginginkan kesulitan buat
kalian."

dan juga firman Allah Ta'ala:

‫َو َم ا َجَعَل َع َلْيُك ْم ِفي الِّديِن ِم ْن َحَر ٍج‬

"Dan tidaklah Allah jadikan atas kalian dalam agama ini suatu kesukaran."

Kemudian juga sabda Rasulullah saw:

‫بعثت بالحنيفية الَّسْم َح ة‬

"Sesungguhnya aku diutus dengan membawa agama yang lurus dan mudah
(lapang)."

dan juga sabda Rasulullah saw:

‫يسروا وال تعسروا‬

"Permudahlah dan jangan mempersulit."

Contoh dari kaidah ini adalah berbagai macam rukhshah (kemudahan) dalam ibadah
bagi mereka yang memiliki kesempitan atau kesulitan, seperti sholat qashar bagi musafir,
sholat dengan duduk atau berbaring bagi orang yang sakit, qadha' puasa bagi musafir dan
yang sakit, dan membayar fidyah bagi orang yang sudah tidak lagi sanggup berpuasa.

Kaidah keempat :

‫الضرر ُيزال‬

(Kemudharatan hendaknya dihilangkan)

Diantara dalilnya adalah sabda Rasulullah saw:

‫ال ضرر وال ضرار‬

"Janganlah memberikan madharat kepada orang lain dan juga diri kalian sendiri."

Diantara contoh penerapan kaidah ini adalah:

1) Haramnya makanan yang diharamkan menjadi hilang jika seseorang tidak


mendapati satu makanan pun kecuali itu dan jika ia tidak memakannya maka ia akan mati.

2) Seseorang yang dipaksa untuk mengucapkan kalimat kekafiran dibawah ancaman


yang nyata diperbolehkan untuk mengucapkan kalimat tersebut asalkan hatinya masih
mantap dalam keimanan.

3
Kaidah kelima:

‫العادة ُمَح َّك مة‬

(Adat/kebiasaan bisa dijadikan landasan hukum)

Diantara dalilnya adalah sabda Rasulullah saw:

‫ما رآه المسلمون حسًنا فهو عند هللا حسن‬

"Apa yang kaum muslimin menganggapnya baik maka ia di sisi Allah juga baik."

Contoh penerapan kaidah ini adalah penetapan masa haidh, kadar nafkah, kualitas
bahan makanan untuk kafarah, dan sahnya akad jual beli tanpa ucapan eksplisit "aku jual"
dan "aku beli" dalam sistem jual beli modern.ai hukum fiqih.

4
.

DAFTAR PUSTAKA

.content://com.whatsapp.provider.media/item/f59c9bca-cd44-49d8-be1b-3531c8852efc

Anda mungkin juga menyukai