Anda di halaman 1dari 11

KAIDAH FIQHIYYAH

Dosen pengampu :
Dr.H.Ali Akbar Simbolon,Lc.MA
DISUSUN
OLEH :

RIVALDY ALBEGRI SIANTURI


0101232150
RYAN HIDAYAT
RIO IRAWAN MUNTHE 0101232130

0101232182
L ATA R
kaidah-kaidah fikih atau kaidah-kaidah hukum Islam merupakan salah satu kekayaan peradaban Islam,

BELAKANG
khususnya di bidang hukum yang digunakan sebagai solusi di dalam menghadapi problem kehidupan yang
praktis baik individu maupun kolektif dengan cara yang arif dan bijaksana sesuai dengan semangat Al-Quran
dan Hadis. Kaidah-kaidah fikih telah teruji sepanjang sejarah hukum Islam, khususnya sejarah sosial umat Islam
pada umumnya selama 1400 tahun. Kaidah-kaidah tersebut masih relevan dan bisa dikembangkan lebih jauh
untuk digunakan pada masa sekarang, dengan mengedepankan sikap yang moderat sebagai Ummatan Wasathan
di dalam benturan-benturan peradaban masa kini. Prof. H. A. Djazuli di dalam bukunya ini mencoba
memaparkan kaidah-kaidah fikih tersebut, dari kaidah yang ruang lingkup dan cakupannya paling luas, yaitu
(meraih kemaslahatan dan menolak kemafsadatan) sampai kaidah yang ruang lingkupnya sempit dan
cakupannya sedikit, disertai contoh-contoh yang konkret dan aktual. Sasaran pembaca: Mahasiswa UIN, IAIN,
Perguruan Tinggi Negara dan Swasta, dan khalayak luas.
PEMBAHASAN

1. APA MAKSUD DARI SEGALA SESUATU

TERGANTUNG DENGAN NIAT ?

2. BAGAIMANA KEMUDHARATAN ITU DAPAT

HILANG ?

3. BAGAIMANA TRADISI ITU DAPAT JADI

HUKUM ?

4. BAGAIMANA KESULITAN DAPAT

MENIMBULKAN KEMUDAHAN ?

5. APA YANG DIMAKSUD, YAKIN TIDAK HILANG


1. SEGALA SESUATU TERGANTUNG NIAT ‫االمور بمقاصدها‬
Artinya: “Segala perkara tergantung dengan niatnya” (as-Suyuthi, t.,t.:6) Kaidah ini diambil dan disarikan dari sejumlah nash-nash Al-Qur‟an dan
hadits. Umpamanya firman Allah SWT:
‫َو َم ا َك اَن ِلَنْفٍس َأن َتُم وَت ِإاَّل ِبِإْذ ِن ٱِهَّلل ِكَتٰـ ًۭب ا ُّم َؤ َّج اًۭل ۗ َو َم ن ُيِرْد َثَو اَب ٱلُّد ْنَيا ُنْؤ ِتِهۦ ِم ْنَها َو َم ن ُيِرْد َثَو اَب ٱْلَٔـاِخ َرِة ُنْؤ ِتِهۦ ِم ْنَهاۚ َو َس َنْج ِز ى ٱلَّش ٰـ ِكِر يَن‬
Artinya: “Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa
menghendaki pahala dunia, niscaya kami berikan kepadanya pahal dunia, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, kami berikan (pula) kepadanya
pahala akhirat itu. Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.”(Q. 3. Ali-„Imran: 145)

Kandungan Kaidah
Ada beberapa hal yang dapat dipahami dari kaidah di atas: Pertama, tujuan niat, Pada dasarnya, tujuan dan fungsi niat itu adalah untuk membedakan antara
perbuatan ibadat dari perbuatan adat dan untuk penentuan (at-ta‟yin) spesifikasi atau kekhususan antara mandi dan berwhudu‟ untuk shalat dengan mandi
dan mencuci anggota badan untuk kebersihan biasa. Dengan niat, maka akan terbedalah menahan lapar karena berpuasa dengan menahan lapar untuk
menghindari penyakit atau untuk diet. Kemudian, memberikan sebagian harta kepada fakir miskin dengan niat zakat, akan berbeda dari memberikannya
kepada mereka tanpa niat, tindakan ini sebagai sumbangan sosial. Menyembelih hewan untuk lauk dan untuk kurban hanya dapat dibedakan dengan niat.
2. KEMUDARATAN ITU DAPAT HILANG ‫َالَّض َر ُر ُيَز اُل‬

Kaidah ‫ َالَّضَرُر ُيَز اُل‬berasal dari sabda Nabi,


‫ال َضَرَر وال ِض راَر‬
“Tidak boleh berbuat dharar, begitu pula tidak pula berbuat dhirar.” (HR Ibnu Majah no.
2340, shahih)
Lantas apa makna dharar dan dhirar di dalam hadits di atas? Para ulama berbeda pendapat di dalam
makna kedua lafadz tersebut.
Yang dimaksud dengan kaidah ini bahwa di suatu keadaan, adat bisa dijadikan pijakan untuk
mencetuskan hukum ketika tidak ada dalil dari syari’. Namun, tidak semua adat bisa dijadikan
pijakan hukum. Dan pada dasarnya atau asal mula kaidah ini ada, diambil dari realita sosial
kemasyarakatan bahwa semua cara hidup dan kehidupan itu dibentuk oleh nilai-nilai yang diyakini
sebagai norma yang sudah berjalan sejak lama sehingga mereka memiliki pola hidup dan kehidupan
sendiri secara khusus berdasarkan nilai-nilai yang sudah dihayati bersama. Dalam pengertian dan
subtansi yang sama, terdapat istilah lain dari al-‘adah, yaitu al-‘urf, yang secara bahasa berarti suatu
keadaan, ucapan, perbuatan, atau ketentuan yang dikenal manusia dan telah menjadi tradisi untuk
melaksanakannya atau meninggalkannya.
3. TRADISI ITU DAPAT JADI HUKUM ‫العا دة محكمة‬
‫‘ ﺍﻟﻌﺮﻑ ﻫﻮ ﻣﺎ ﺗﻌﺎ ﺭﻑ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻭﺍﻋﺘﺪﻩ ﻓﻰ ﺍﻗﻮﺍﻟﻬﻢ ﻭﺍﻓﻌﺎﻟﻬﻢ ﺣﺘﻰ ﺻﺎﺭ ﺫﺍﻟﻚ ﻣﻄﺮﺩﺍ ﺍﻭﻏﺎ ﻟﺒﺎ‬
Urf adalah apa yang dikenal oleh manusia dan mengulang-ngulangnya
dalam ucapannya dan perbuatannya sampai hal tersebut menjadi biasa dan
berlaku umum”. Sedangkan arti dari kata “muhakkamah” dalam ilmu hukum
Islam adalah putusan hakim dalam pengadilan dalam menyelesaikan sengketa,
artinya adat juga bisa menjadi rujukan hakim dalam memutus persoalan sengketa
yang diajukan ke meja hijau. Para ahli fiqh mengatakan hal yang mashur yang
berhubungan dengan kaidah ini,
‫“ ﻛﻞ ﻣﺎ ﻭﺭﺩ ﺑﻪ ﺍﻟﺸﺮﻉ ﻣﻄﻠﻘﺎ ﺑﻼ ﺿﺎﺑﻂ ﻣﻨﻪ ﻭ ﻻ ﻣﻦ ﺍﻟﻠﻐﺔ ﻳﺮﺟﻊ ﻓﻴﻪ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻌﺮﻑ‬
semua yang datang dari syara’, secara mutlak, tidak ada ketentuannya dalam
agama dan tidak ada dalam bahasa, maka dikembalikan kepada urf’.”.
4. KESULITAN MENIMBULKAN KEMUDAHAN ‫الَم َش َّقُة َتْج ِلُب الَّتْيِس ْيَر‬
Kaidah ini termasuk kaidah fiqih yang sangat penting untuk dipahami. Karena, seluruh rukhshah dan
keringanan yang ada dalam syari’at merupakan wujud dari kaidah ini. Di antara dalil yang menyangkut kaidah
ini, yaitu firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
‫ُيِر يُد ُهَّللا ِبُك ُم اْلُيْس َر َو اَل ُيِر يُد ِبُك ُم اْلُع ْس َر‬
“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.
[al-Baqarah/2:185].
Demikian pula, syariat ini penuh toleransi dalam hukum-hukum dan amalan-amalannya. Sebagai
contoh, ibadah-ibadah yang tercakup dalam rukun Islam. Salah satunya dalam ibadah shalat. Jika kita lihat
ibadah ini merupakan amaliah yang mudah dan hanya membutuhkan sedikit waktu. Demikian pula zakat,
hanya memerlukan sebagian kecil dari harta orang yang terkena kewajiban zakat. Itu pun diambil dari harta
yang dikembangkan, bukan harta tetap. Dan zakat ini dilaksanakan hanya sekali dalam setahun. Juga ibadah
puasa Ramadhan yang hanya dilaksanakan selama satu bulan setiap tahun. Ibadah haji yang wajib dilaksanakan
sekali saja seumur hidup bagi orang yang mempunyai kemampuan. Adapun kewajiban-kewajiban lainnya,
maka datang secara insidental sesuai dengan sebab yang melatarbelakanginnya.
5. YAKIN TIDAK HILANG DARI KERAGUAN ‫اليقين ال يزال با لشك‬

Kaidah ini menjelaskan adanya kemudahan dalam syariah Islam. Tujuannya adalah menetapkan sesuatu yang meyakinkan
dianggap sebagai hal yang asal dan dianggap. Dan bahwa keyakinan menghilangkan keraguan yang sering timbul dari was-was
terutama dalam masalah kesucian dan shalat. Keyakinan adalah ketetapan hati berdasarkan pada dalil yang pasti, sedangkan keraguan
adalah kemungkinan terjadinya dua hal tanpa ada kelebihan antara keduanya.
Maksudnya adalah bahwa perkara yang diyakini adanya tidak bisa dianggap hilang kecuali dengan dalil yang pasti dan faktual
(berdasarkan fakta) dan hukumnya tidak bisa berubah oleh keraguan. Begitu juga perkara yang diyakini tidak adanya maka tetap
dianggap tidak ada dan hukum ini tidak berubah hanya karena keraguan (antara ada dan tiada). Karena ragu itu lebih lemah dari yakin,
maka keraguan tidak dapat merubah ada dan tidak adanya sesuatu.
Dalil yang dipakai untuk kaidah keempat ini adalah berdasarkan pada hadits Nabi di mana seorang lelaki bertanya pada Nabi
bahwa dia berfikir apakah dia kentut apa tidak saat shalat. Nabi menjawab: ( ‫“ )الينصٰـرف حتى يسمع صوتا أو يجد ريحٰـا‬Teruskan shalat kecuali
apabila mendengar suara atau mencium bau (kentut).” Kaidah ini masuk dalam mayoritas bab fiqih seperti bab ibadah, muamalah,
uqubah (sanksi) dan keputusan. Karena itu, ada yang mengatakan bahwa kaidah ini mengandung 3/4 (tiga perempat) ilmu fiqih.
KESIMPULAN
Alhamdulillah telah selesainya makalah kami ini,
semoga bermanfaat untuk kita semua, Amin. dalam Ilmu Ushul
Fiqh kita belajar bahwa kemashlahatan itu lebih penting dari
individu. Dan mohon apabila ada kesalahan dalam makalaha
kami ini semoga ke depan nya lebih baik lagi.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai