Anda di halaman 1dari 6

POINT OF VIEW MEMAHAMI ISLAM

SUBSTANSI ISLAM

1. Akidah (keimanan)
2. Syariah
3. Akhlak

Sebagai sebagai islam kaffah, harus bisa menjalankan praktik kehidupan beragama dengan tiga dimensi
substansi agama (akidah, syariah, akhlak)

SUMBER HUKUM ISLAM

1. Al-Quran
2. Hadist

Kita tentu saja tidak bisa merujuk sumber hukum islam secara langsung karena kita hidup kini dimasa
yang sangat jauh dengan sumber wahyu. Dengan demikian, kita tidak bisa merujuk ke sumber islam
secara langsung, tanpa perantara para ulama yang telah diakui

SUNAH

Sunah adalah tata cara atau petunjuk nabi Muhammad SAW baik secara umum maupun khusus. Sunah
terdiri dari perbuatan, perintah, ketetapan, dan penolakan atau larangan

BID’AH

Bid’ah adalah perkara baru yang tidak pernah ada sebelumnya, atau sudah pernah ada tapi ditolak karena
tidak legal, bukan merupakan bentuk ibadah, menerjang larangan nash, perpotensi menimbulkan
mafsadah (larangan menikah), mengamalkan hadist palsu yang berkonsekuensi padapenisbatan nabi
Muhammad SAW

PEMBATASAN IBADAH MUTLAK DENGAN WAKTU, VOLUME, TEKNIS

1. Madzhab Syafi’i
Mengkhususkan dzikir sebelum sholat dengan bacaan tersebut
2. Madzhab Hambali
Memberikan ucapan selamat secara khusus kepada orang yang memperoleh nikmat
3. Madzhab Maliki
Mengucapkan kalimat tasdiq setiap selesai membaca Alquran
4. Madzhab Hanafi
Imam abu hanifah menentukan volume sholatnya setiap malam dengan 300 rakaat.

Pembatasan ibadah mutlak dengan waktu, volume sifat dibolehkan jika:

1. Tidak merubah substansi ibadah


2. Memiliki nilai maslahad
3. Tidak ada dalil yang melarangnya secara khusus
4. Tidak diyakini kepastian hukum sunahnya

TRADISI

Tradisi atau uruf adalah perbuatan atau ucapan yang dilakukan secara berulang-ulang sehingga bisa
diterima khalayak, dan tertancap dihati, diterima diakal sehat, dan dijaga keberlangsungannya.
Dalam menghadapi tradisi kita menggunakan sebuah kaidah. Dalam fiqih sunni, tradisi bahkan
dijadikan bahan pertimbangan dalam sebuah hukum
PRINSIP PRINSIP ISLAM

TUJUAN

Dimensi kehidupan seorang muslim, sesungguhnya telah diberi petunjuk dan “clue” oleh Allah dalam
upaya menegakkan prinsip-prinsip keIslaman di setiap fase yang dijalani dan dilalui. Hal ini dimaksudkan
agar setiap muslim dalam menjalani kehidupan, tidak salah langkah dan lari menjauh dari tujuan
penciptaan manusia pada hakikatnya, yakni beribadah kepada Allah Swt.

PRINSIP POKOK ISLAM

1. Akidah
Akidah secara bahasa berasal dari kata arab “a-q-d” yang berarti ikatan. Secara istilah adalah
keyakinan hati atas sesuatu. Prinsip akidah merupakan prinsip dasar yang harus diyakini dan
diimani oleh setiap muslim Prinsip akidah merupakan prinsip dasar bagi manusia, bahkan sejak
sebelum ia dilahirkan ke muka bumi
2. Ibadah
Pengertian Ibadah menurut bahasa Ibadah artinya patuh dan tunduk, sedangkan menurut istilah
ibadah adalah segala amal atau perbuatan yang dicintai dan diridhai Allah baik berupa perkataan,
perbuatan atau tingkah laku. Prinsip ibadah merupakan tindak lanjut terhadap rajutan “aqad” ma-
nusia kepada Allah sebelumnya
3. Akhlak
Kalimat akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu bentuk jamak dari pada “al-khuluq” yang berarti
perangai. Pemaknaan akhlak akan mencakup budi pekerti, adab, perangai, tingkah laku,
pegangan, sikap ataupun tabiat. Prinsip akhlak merupakan cerminan seorang manusia terhadap
segala bentuk perbuatan yang ia sajikan dalam kehidupan.

Melalui ketiga prinsip tersebut, hidup seorang muslim telah terhias dengan baik jikalau secara konsisten
menjalankannya Siapapun yang mengaku sebagai muslim harus teguh menerapkan prinsip akidah dan
harus bersinergitas pula dengan ibadah, karena dengan ibadah-lah akan memunculkan karakter akhlak
yang baik.

Akidah sebagai pondasi dalam diri harus kuat meyakini Allah di dalam hati, ibadah sebagai pengakuan
kehambaan kepada Allah harus didasari pula dengan komitmen diri, dan berakhlak sebagai penunjukkan
jati diri kepada sesama manusia harus tetap dijunjung tinggi. Akidah tanpa disertai ibadah tentu adalah
hal yang sia-sia. Beribadah tanpa adanya akhlak baik dalam kehidupan, juga dianggap belum beriman
(berakidah) sepenuhnya kepada Allah Swt. Tiada gunanya sekiranya seseorang itu tinggi amal ibadahnya
tetapi akhlaknya sesama manusia tidak dipelihara. maka sebelum seluruh fase kehidupan ini terlambat,
mari pastikan sejak saat ini apakah diri sudah menjadi muslim yang memegang prinsip-prinsip Islam
FIKIH DAN SYARI’AH

FIKIH

Fikih secara bahasa mempunyai arti pengetahuan dan pemahaman terkait suatu hal. Secara istilah,
sebagian ulama berpendapat bahwa fikih adalah displin ilmu yang membahas tentang hukum-hukum
syara’ (bersifat amaliah) yang diperoleh dari dalil-dalil yang terperinci, baik dari Quran maupun Hadits.
Fikih bisa dimaknai sebagai elaborasi terhadap syari’ah yang berisi rincian atau kejelasan dari syari’ah.

Ruang lingkup fikih berkaitan dengan amaliah atau perbuatan manusia, yang pemahaman hukumnya
didapatkan dari sumber hukum melalui serangkaian proses ijtihad. Karena didapatkan melalui proses
ijtihad, maka banyak sekali perbedaan pendapat tentang suatu hukum yang disampaikan oleh Mujtahid

SYARI’AH

Ibnu Hazm dalam kitab Al-Ihkam fi Ushulil Ahkam berpendapat bahwa Syariah adalah nash (teks yang
tidak multitafsir) yang terdapat di dalam Al-Quran, nash hadits, nash yang didapat dari perbuatan Baginda
NAbi, nash yang didapat dari taqrir Baginda Nabi, dan ijma’ sahabat.

Dari penjelasan di atas, syariah bisa dipahami sebagai segala tuntunan, perintah, atau larangan yang
diberikan oleh Allah kepada hambaNya, baik dalam bidang akidah, amaliah, (perbuatan fisik), dan
akhlak. Semua sumber tuntunan, perintah, atau larangan bisa didapatkan dari teks yang terdapat dalam
Quran dan Hadits.

HUBUNGAN FIKIH DAN SYARI’AH

Fikih dan Syari’ah memiliki hubungan kausalitas atau sebab akibat, serta hubungan antara keumuman dan
kekhususan. Karena ada Syari’ah di situlah ada fikih. Ini bisa dilihat dari poin berikut ini:

1. Obyek kajian syariat sifatnya lebih umum karena mencakup akidah, perbuatan, dan akhlak
manusia. Sedangkan, tidak membahas persoalan akidah dan akhlafikih hanya berlaku pada
amaliah perbuatan manusia
2. Syari’ah bersifat absolut karena memang hakikat syariah itu diterima begitu saja sesuai dengan
apa yang dijelaskan oleh Allah (Taken for Granted). Sedangkan fikih tidak memiliki sifat absolut
semacam itu karena merupakan temuan dari ijtihad masing-masing mujtahid. Perbedaan
pendapat pasti ada dalam memutuskan sebuah hukum fikih, dan Rasulullah tidak
mempermasalahkan hal tersebut karena ia menganggap keduanya sebagai sesuatu yang bisa
membuahkan pahala.
3. Syariat menggunakan bahasa yang terkadang lebih umum dan membutuhkan yang rincian dari
sebuah perintah atau tuntunan, sehingga di sinilah peran mujtahid untuk menggali sebuah hukum.

Contohnya, kewajiban salat adalah syariat yang dijelaskan nash Quran sedangkan teknis
pelaksanaannya dijelaskan oleh teks Hadits yang bervariasi, dan dipahami berbeda oleh kalangan
mujtahid, misal terkait kesunahan qunut dan letak sujud sahwi.

Anda mungkin juga menyukai