Anda di halaman 1dari 7

Latar Belakang

Syariah, fiqih dan hukum islam adalah suatu kebutuhan bagi kita semua khususnya
bagi seorang muslim dan muslimat. Banyak dari kita yang kurang mengerti bahkan ada yang
belum mengerti sama sekali tentang apa itu Syariah, fiqih dan hukum islam. Maka dari itu,
kami selaku penulis mencoba untuk menerangkan tentang apa yang dimaksud dengan
syariat, fiqih dan hukum islam.
Dengan menguasai syariah, fiqih dan hukum islam kita akan mengetahui seberapa
banyakkah kita sudah melakukan tentang apa yang telah dijelaskan dalam pengertian
syariah, fiqih dan hukum islam. Selain itu, kita juga akan lebih leluasa di dalam menyikapi
masalah-masalah sosial, ekonomi, politin, budaya dan lebih mudah mencari solusi terhadap
masalah-masalah yang terus muncul dan berkembang di dalam masyarakat.
A. Pengertian Syariat
Syariat menurut bahasa berarti jalan menuju tempat keluarnya air untuk minum. Kata
ini kemudian di konotasikan sebagai jalan lurus yang harus di ikuti. Menurut istilah, syariat
adalah hukum-hukum dan tata aturan allah yang ditetapkan bagi hamba-Nya.[1] Bahkan ada
yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan syariat adalah



.
Aturan yang di syariatkan oleh Allah atau dasar peratura yang di syariatkan oleh Allah
agar manusia mengamil dengannya di dalam berhubungan dengan Tuhannya, berhubungan
dengan sesama muslim, berhubungan dengan sesame manusia, berhubungan dengan
keadaan dan juga kehidupan.[2]
Selain itu, istilah syariah juga dapat didefinisikan sebagai berikut


suatu perkara yang dijelaskan memlalui lisannya nabi dari beberapa nabi dan perkara
yang diturunkan oleh allah dari beberapa hukum.

Menurut beberapa pengertian diatas, dapat dipahami bahwa syariah meliputi seluruh
aspek kehidupan manusia, baik aspek hubungan manusia dengan allah swt. Manusia dengan
manusia dan manusia dengan alam semesta.
Syariah mengatur hidup manusia sebagai individu, yaitu hamba yang harus taat,
tunduk dan patuh kepada Allah swt. ketaatan dan ketundukan tersebut ditunjukkan dengan
cara melaksanakan ibadah yang tata caranya telah diatur sedemikian rupa dalam aturan yang
disebut dengan syariah. Syariah juga mengatur hubungan antara manusia dengan dirinya
sendiri untuk mewujudkan sosok individu yang saleh dan mencerminkan sosok pribadi yang
sempurna.

B. Pengertian Fiqih
Fiqih menurut bahasa artinya pemahaman yang mendalam ( ) dan
membutuhkan pada adanya pengarahan potensi akal , sebagaimana firman allah swt. Dan
sabda nabi muhammad saw, yaitu :
1. Al-quran : surat al-taubah : 122


Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk
memperdalam pengetahuan mereka tentang agama.
2. Al-hadits, HR. Bukhori, muslim, ahmad ibn hanbal, turmudzi dan ibnu majah sebagai berikut


jika allah menginginkan suatu kebaikan bagi seseorang , dia akan memberikan suatu
pemahaman keagamaan (yang mendalam) kepadanya.[3]
Sedangkan pengertian fiqh menurut istilah adalah sebagaimana yang elah dikemukakan oleh
para fuqoha ialah:
1. Abdul Wahab Kholaf

Fiqh ialah ilmu tentang hukum syara yang bersifat praktis (amaliyah) yang diperoleh
melalui dalil-dalilnya yang terperinci.
2. Wahbah Az-Zuhaili



Fiqh ialah himpunan hukum syara yang bersifat praktis (amaliyah) yang diperoleh
melalui dalil-dalilnya yang terperinci.
3. Ahmad Bin Muhammad Dimyati


Mengetahui hukum-hukum syara dengan menggunakan jalan ijtihad.[4]
Dari beberapa pengertian di atas, memberikan suatu pengertian bahwa definisi pertama, fiqh
dapat dipandang sebagai suatu ilmu yanfg didalamnya menjelaskan masalah hukum, sedang
definisi kedua, fiqh dipandang sebagai suatu hukum, sebab didalam keduanya terdapat
kemiripan antara fiqh sebagai ilmu dan fiqh sebagai hukum. Artinya ketika ia dipandang
sebagai ilmu, maka dalam penyajiannya diungkapkan secara deskriptif, akan tetapi ketika ia
dipandang sebagai suatu hukum, maka penyajiannya diungkapkan secara analisis induktif.[5]
Para ulama sependapat bahwa setiap perkataan dan perbuatan manuasia, baik yang
menyangkut hubungan manusia dengan tuhannya, ataupun yang menyangkut dengan
sesamanya, semuanya telah diatur oleh syara. Peraturan-peraturan ini sebagiannya
diterangkan melalui wahyu, baik diterangkan dalam al-Quran maupun Sunnah, dan sebagian
lagi diterangkan dengan jelas melalui wahyu, namun oleh nash ditunjuk tandatanda (qarinah) atau melalui tujuan umum syariat itu sendiri, maka berdasarkan petunjuk itu
para mujtahid menetapkan hukumnya. Semua ketentuan-ketentuan hukum baik yang

ditetapkan melalui nash atau ijtihad para mujtahid pada bidang yang tidak ada nashnya,
dinamakan fiqih.[6]

C. Pengertian Hukum Islam


Yang dimaksud dengan hukum islam didalam pembahasan ini adalah 7 macam
hukum, yaitu
1. Wajib, yaitu sesuatu yang apabila dikerjakan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan
mendapat dosa.
2. Sunah, yaitu sesuatu perkara yang apabila dikerjakan mendapat pahala dan apabila di
tinggalkan tidak mendapat dosa.
3. Mubah, yaitu sesuatu perkara yang apabila dikerjakan atau ditinggalkan tidak mendapat
pahala dan apabila di tinggalkan tidak mendapat dosa.
4. Haram, yaitu sesuatu perkara yang apabila dikerjakan mendapat dosa dan apabila
ditinggalkan mendapat pahala.
5. Makruh, yaitu sesuatu perkara yang apabila ditinggalkan mendapat pahala, dan apabila
dikerjakan tidak mendapat dosa.
6. Sah, yaitu suatu perkara yang digantungkan kepadanya nufudz dan itidad.
7. Batal, yaitu suatu perkara yang tidak digantungkan kepadanya nufudz dan itidad.[7]
D. Ruang Lingkup Kajian Ilmu Fiqih
Pokok bahasan dalam ilmu fiqih ialah perbuatan mukallaf menurut apa yang telah
ditetapkan syara tentang ketentuan hukumnya. Karena itu dalam ilmu fiqih yang dibicarakan
tentang perbuatan-perbuatan yang menyangkut hubungannya dengan Tuhannya yang
dinamakan ibadah dalam berbagai aspeknya, hubungan manusia sesamanya baik dalam

hubungan keluarga, hubungan dengan orang lain dalam bidang kebendaan dan sebagainya[8].
Dari hubungan-hubungan tersebut menumbuhkan beberapa pendapat para ulama fiqih.
menurut para ulama fiqih pada umumnya, pokok pembahasan ilmu fiqih terdiri dari empat
pembahasan yang sering disebut dengan Rubu, yaitu:
1. Rubu Ibadat
2. Rubu Muamalat
3. Rubu Munakahat
4. Rubu Jinayat
Ada lagi yang berpendapat tiga saja, yaitu: bab ibadah, bab muamalat, bab uqubat.
Menurut Prof. T.M. Hasbi Ashiddieqqi, bila kita perinci lebih lanjut, dapat dikembangkan
menjadi delapan pokok pembahasan, yaitu: ibadah, Ahwalusy Syakhshiyyah, Muamalah
Madaniyah,

Muamalah

Maliyah,

Jinayah dan Uqubah (pelanggaran

hukuman), Murafaah atau Mukhashamah,

Ahkamud

dan

Dusturiyyah dan Ahkamud

Dualiyah (hukum internasional).[9]

E. Dasar-dasar Ilmu Fiqih


Dasar-dasar ilmu fiqih itu terbagi menjadi 2 yaitu:
1. Dasar-dasar yang bersifat Muttafaq (disepakati)
Adapun untuk dasar-dasar fiqih yang bersifat muttafaq dibagi menjadi 4, yaitu Al-Quran,
Hadits, Ijma dan Qiyas.
2. Dasar-dasar yang bersifat Mukhtalaf (berbeda-beda)

3. Adapun untuk dasar-dasar fiqih yang bersifat Mukhtalaf dibagi menjadi 6,


yaitu Istihsan, Mashalihul Mursalah, Istishab, Urf, Qoulus Shohabiy dan Syaru Man
Qoblana.[10]

DAFTAR PUSTAKA
Al-Hasyimiy, Muhammad Masum Zainy. 2008. Sistematika Teori Hukum Islam, Jombang :
Darul Hikmah.
http://kangmuz.wordpress.com/2011/08/01/fiqih-pengertian-dan-ruang-lingkupnya.
Junaedi, M.S. Wawan. 2008. Fikih. Jakarta: PT. Listafariska Putra.
Mahalli, Ahmad. 2009. Syarh Al-Waraqat. Jakarta: Darul Kutub.
Syukur, Drs. H. M. Asywadi e, LC. Pengantar Ilmu Fiqih Dan Ushul Fiqih. Surabaya:
PT. Bina Ilmu.
Umar asy-syathiriy, Sayyid Ahmad Ibnu. 1368. Al-Yaqutu An-Navisu. Surabaya: AlHaromain.
Rohim, Dr. Husni. 1998. Ushulul Fiqh. Jakarta.
S, Mahmud.1986. Al Islamu Alaqidatu Was Syariatu. Jakarta: Darul Kutub

M.S. Wawan Junaedi, Fikih (Jakarta: PT. Listafariska Putra, 2008), h. 2


Mahmud S, Al Islamu Alaqidatu Was Syariatu, (Jakarta: Darul Kutub, 1986) h. 6
Muhammad Masum Zainy Al-Hasyimiy, Sistematika Teori Hukum Islam, (Jombang:
Darul Hikmah, 2008), 12
[4] Ahmad Mahalli, Syarh Al-Waraqat (Jakarta: Darul Kutub, 2009), 9
[5] Muhammad Masum Zainy Al-Hasyimiy, 12
[6] Drs. H. M. Asywadi e Syukur, LC, Pengantar Ilmu Fiqih Dan Ushul Fiqih (Surabaya: PT.
Bina Ilmu), h. 1
[7] Ahmad Mahalli, 10
[8] Ibid, h. 2
[9] http://kangmuz.wordpress.com/2011/08/01/fiqih-pengertian-dan-ruang-lingkupnya
[1]
[2]
[3]

[10]

Ibid, Jilid I, h. 23

Anda mungkin juga menyukai