Anda di halaman 1dari 6

HUBUNGAN ILMU DAKWAH DENGAN ILMU LAIN

Oleh : Dr. Nawawi, M.Hum

Pendahuluan

Keilmuan dakwah dewasa ini semakin intens dibicarakan diberbagai forum baik
dilakukan melalui seminar maupun kajian didunia akademis. Pembahasan ilmu dakwah ini sering
dikaitkan dengan berbagai disiplin ilmu kainnya. Bisa dilihat dalam pembahasan keagamaan
terdapat beberapa ilmu yaitu tafsir, hadits, fiqh, filsafah, nahwu dan saraf. Dakwah secara praktis
senantiasa melibatkan keilmuan lain seperti sosiologi, psikologi, antropologi, hukum, pendidikan
dan sejarah. Sementara dalam sperpektif dakwah, individu atau masyarakat adalah berfungsi
sebagai subjek dan objek dakwah. Oleh karena itu, secara makro, eksistensi dakwah senantiasa
bersentuhan dan bergelut dengan realitas sosio-kultural yang mengitarinya. Konsekuensi dari
pergumulan dakwah itulah yang menyebabkan ilmu-ilmu lain diperlukan dukungannya bagi
pengembangan dakwah sebagai suatu disiplin ilmu. Mengingat begitu kentalnya ilmu dakwah
dengan ilmu-ilmu lainnya, maka dalam tulisan ini dicoba untuk menarik titik singgung atau
korelasi diantara keilmuan dakwah dengan bidang keilmuan lainnya. Dengan tujuan agar ilmu
dakwah dapat menjawab dan berdaya guna dalam mengatasi berbagai problematika hidup
manusia dengan segala tantangan yang dihadapinya. Dengan kata lain agama benar-benar
menjadi rahmat bagi sekalian alam. Ilmu dakwah sebagai salah satu cabang ilmu agama islam,
dalam operasionalisasinya berpijak pada landasan agamawi di satu pihak dan realitas sosio-
kultural di pihak lain. Karena itu Ilmu dakwah erat hubungannya dengan ilmu-ilmu lain, secara
garis besar dibagi menjadi dua yaitu ilmu agama dan ilmu umum. Untuk lebih jelasnya
diuraikan berikut ini.

A. Ilmu Agama yang meliputi :

1. Tafsir
Tafsir ialah mensyarahkan Al-Qur’an, menerangkan maknanya, dan apa yang
dikehendakinya dengan nasahnya atau dengan isyaratnya, atau dengan tujuannya. Beberapa
pendapat tentang tafsir. Menurut pendapat As Zarkasi dalam Al-Burhan : Tafsir itu ialah
menerangkan ma’na ma’na Al-Qur’an dan mengeluarkan hukum-hukumnya dan hikmah-
hikmahnya. · Menurut pendapat As Shahibut Taujih, Asy Syikh al Jazairi : Tafsir pada
hakekatnya ialah mensyarahkan lafadh yang sukar dipahamkan oleh pendengar dengan uraian
yang menjelaskan maqsud. Yang demikian itu adakalanya dengan menyebut murodifnya, atau
yang mendekatinya, atau ia mempunyai petunjuk kepadanya melalui sesuatu jalan adalah
(petunjuk). · Menurut pendapat Al-Jurjany : Tafsir pada asalnya ialah membuka dan melahirkan.
Pada istilah syara’ ialah menjelaskan makna ayat, urusannya, kisah-kisahnya dan sebab
karenanya diturunkan ayat, dengan lafadh yang menunjuk kepadanya secara terang. Hubungan
tafsir dengan ilmu dakwah adalah dengan mempelajari ilmu Tafsir dapatlah mengetahui isi yang
terkandung dalam Al-Qur’an, dan lebih mudah untuk disampaikan kepada orang-orang. Bagi
seorang da’i sangat membutuhkan ilmu tafsir yang mana pada ilmu tersebut banyak terkandung
beberapa percikan ilmu pengetahuan penting untuk menjadi bahan bicara seorang da’i.

2. Hadits
Hadits adalah segala perkataan (sabda), perbuatan dan ketetapan dan persetujuan dari
Nabi Muhammad SAW yang dijadikan ketetapan ataupun hukum dalam agama Islam. Hadits
dijadikan sumber hukum dalam agama Islam selain Al-Qur'an, Ijma dan Qiyas, dimana dalam
hal ini, kedudukan hadits merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur'an. Ada banyak ulama
periwayat hadits, namun yang sering dijadikan referensi hadits-haditsnya ada tujuh ulama, yakni
Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Daud, Imam Turmudzi, Imam Ahmad, Imam Nasa'i,
dan Imam Ibnu Majah. Disini akan menjelaskan sedikit tentang jenis-jenis hadits yaitu : · Hadits
Mutawatir Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang dari beberapa sanad yang
tidak mungkin sepakat untuk berdusta. Berita itu mengenai hal-hal yang dapat dicapai oleh panca
indera. Dan berita itu diterima dari sejumlah orang yang semacam itu juga. Berdasarkan itu,
maka ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar suatu hadits bisa dikatakan sebagai hadits
Mutawatir: 1. Isi hadits itu harus hal-hal yang dapat dicapai oleh panca indera. 2. Orang yang
menceritakannya harus sejumlah orang yang menurut adat kebiasaan, tidak mungkin berdusta.
Sifatnya Qath'iy. 3. Pemberita-pemberita itu terdapat pada semua generasi yang sama. · Hadits
Ahad Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh seorang atau lebih tetapi tidak mencapai tingkat
mutawatir. Sifatnya atau tingkatannya adalah "zhonniy". Sebelumnya para ulama membagi
hadits Ahad menjadi dua macam, yakni hadits Shahih dan hadits Dha'if. Namun Imam At
Turmudzy kemudian membagi hadits Ahad ini menjadi tiga macam, yaitu: a) Hadits Shahih
Menurut Ibnu Sholah, hadits shahih ialah hadits yang bersambung sanadnya. Ia diriwayatkan
oleh orang yang adil lagi dhobit (kuat ingatannya) hingga akhirnya tidak syadz (tidak
bertentangan dengan hadits lain yang lebih shahih) dan tidak mu'allal (tidak cacat). Jadi hadits
Shahih itu memenuhi beberapa syarat sebagai berikut : 1. Kandungan isinya tidak bertentangan
dengan Al-Qur'an. 2. Harus bersambung sanadnya 3. Diriwayatkan oleh orang / perawi yang
adil. 4. Diriwayatkan oleh orang yang dhobit (kuat ingatannya) 5. Tidak syadz (tidak
bertentangan dengan hadits lain yang lebih shahih) 6. Tidak cacat walaupun tersembunyi. b)
Hadits Hasan Ialah hadits yang banyak sumbernya atau jalannya dan dikalangan perawinya tidak
ada yang disangka dusta dan tidak syadz. c) Hadits Dha'if Ialah hadits yang tidak bersambung
sanadnya dan diriwayatkan oleh orang yang tidak adil dan tidak dhobit, syadz dan cacat.
Hubungan hadits dengan ilmu dakwah adalah didalam kandungan hadits juga banyak mendapat
dalil-dalil tentang materi pembahasan yang disampaikan oleh seorang da’i, karena seorang da’i
harus mampu menguasai beberapa hadits untuk dijadikan sebagai pedoman dalam
penyampainya.
3. Fiqh
Fiqih menurut bahasa berarti paham, seperti dalam firman Allah : “Maka mengapa orang-
orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun?” (QS.An
Nisa :78) Dan sabda Rasulullah Saw : Sesungguhnya panjangnya shalat dan pendeknya khutbah
seseorang, merupakan tanda akan kepahamannya. (Muslim no.1437, Ahmad no.17598, Daarimi
no.1511) Fiqih Secara istilah mengandung dua arti: 1. Pengetahuan tentang hukum-hukum
syari’at yang berkaitan dengan perbuatan dan perkataan mukallaf (mereka yang sudah terbebani
menjalankan syari’at agama), yang diambil dari dalil-dalilnya yang bersifat terperinci, berupa
nash-nash al Qur’an dan As sunnah serta yang bercabang darinya yang berupa ijma’ dan ijtihad.
2. Hukum-hukum syari’at itu sendiri. Jadi perbedaan antara kedua definisi tersebut bahwa yang
pertama di gunakan untuk mengetahui hukum-hukum (Seperti seseorang ingin mengetahui
apakah suatu perbuatan itu wajib atau sunnah, haram atau makruh, ataukah mubah, ditinjau dari
dalil-dalil yang ada), sedangkan yang kedua adalah untuk hukum-hukum syari’at itu sendiri
(Yaitu hukum apa saja yang terkandung dalam shalat, zakat, puasa, haji, dan lainnya berupa
syarat-syarat, rukun –rukun, kewajiban-kewajiban, atau sunnah-sunnahnya) Hubungan fiqh dan
aqidah islam adalah diantara keistimewaan fiqih Islam “yang kita katakan sebagai hukum-hukum
syari’at yang mengatur perbuatan dan perkataan mukallaf” memiliki keterikatan yang kuat
dengan keimanan terhadap Allah dan rukun-rukun aqidah Islam yang lain. Terutama Aqidah
yang berkaitan dengan iman dengan hari akhir. Yang demikian Itu dikarenakan keimanan kepada
Allah-lah yang dapat menjadikan seorang muslim berpegang teguh dengan hukum-hukum
agama, dan terkendali untuk menerapkannya sebagai bentuk ketaatan dan kerelaan. Contohnya:
Allah memerintahkan bersuci dan menjadikannya sebagai salah satu keharusan dalam keiman
kepada Allah sebagaimana firman-Nya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak
mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah
kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki.” (QS.Al maidah:6) Fiqh Islam
mencakup seluruh kebutuhan manusia : Tidak ragu lagi bahwa kehidupan manusia meliputi
segala aspek. Dan kebahagiaan yang ingin dicapai oleh manusia mengharuskannya untuk
memperhatikan semua aspek tersebut dengan cara yang terprogram dan teratur. Manakala fiqih
Islam adalah ungkapan tentang hukum-hukum yang Allah syari’atkan kepada para hamba-Nya,
demi mengayomi seluruh kemaslahatan mereka dan mencegah timbulnya kerusakan ditengah-
tengah mereka, maka fiqih Islam datang memperhatikan aspek tersebut dan mengatur seluruh
kebutuhan manusia beserta hukum-hukumnya. 1. Hukum-hukum yang berkaitan dengan ibadah
kepada Allah. Seperti wudhu, shalat, puasa, haji dan yang lainnya. Dan ini disebut dengan Fiqih
Ibadah. 2. Hukum-hukum yang berkaitan dengan masalah kekeluargaan. Seperti pernikahan,
talaq, nasab, persusuan, nafkah, warisan dan yang lainya. Dan ini disebut dengan fikih Al ahwal
As sakhsiyah. 3. Hukum-hukum yang berkaitan dengan perbuatan manusia dan hubungan
diantara mereka, seperti jual beli, jaminan, sewa menyewa, pengadilan dan yang lainnya. Dan ini
disebut fiqih mu’amalah. 4. Hukum-hukum yang berkaitan dengan kewajiban-kewajiban
pemimpin (kepala negara). Seperti menegakan keadilan, memberantas kedzaliman dan
menerapkan hukum-hukum syari’at, serta yang berkaitan dengan kewajiban-kewajiban rakyat
yang dipimpin. Seperti kewajiban taat dalam hal yang bukan ma’siat, dan yang lainnya. Dan ini
disebut dengan fiqih siasah syar’iah. 5. Hukum-hukum yang berkaitan dengan hukuman terhadap
pelaku-pelaku kejahatan, serta penjagaan keamanan dan ketertiban. Seperti hukuman terhadap
pembunuh, pencuri, pemabuk, dan yang lainnya. Dan ini disebut sebagai fiqih Al ‘ukubat. 6.
Hukum-hukum yang mengatur hubungan negeri Islam dengan negeri lainnya. Yang berkaitan
dengan pembahasan tentang perang atau damai dan yang lainnya. Dan ini dinamakan dengan
fiqih as Siyar. 7. Hukum-hukum yang berkaitan dengan akhlak dan prilaku, yang baik maupun
yang buruk. Dan ini disebut dengan adab dan akhlak Demikianlah kita dapati bahwa fiqih Islam
dengan hukum-hukumnya meliputi semua kebutuhan manusia dan memperhatikan seluruh aspek
kehidupan pribadi dan masyarakat. Maka disanalah terdapat hubungan antara fiqh dengan ilmu
dakwah, kerena dalam dakwah harus memecahkan satu persatu, tentang hukum-hukum fiqh yang
merupakan kebutuhan manusia dalam beramal kepada Allah.
4. Filsafah
Falsafah ialah satu disiplin yang mengusahakan kebenaran yang umum dan asas.
Perkataan falsafah dalam bahasa Melayu berasal daripada bahasa Arab ‫ فلسفة‬yang juga berasal
daripada perkataan yunani philosophia, yang bermaksud "cinta kepada hikmah" Secara
umumnya, falsafah mempunyai ciri-ciri seperti berikut: · Merupakan satu usaha pemikiran yang
tuntas · Tujannya adalah untuk mendapatkan kebenaran Hubungan falsafah dengan ilmu dakwah,
yaitu sama-sama memiliki ciri atau pemikiran seorang da’i dalam menuntaskan sesuatu dan
menegakkan kebenaran.
5. Nahwu dan Saraf Ilmu nahu ialah suatu ilmu dengan mempunyai kaidah-kaidah yang bisa
diketahui olehnya setiap bentuk kalimah bahasa arab hal-hal ihwalnya, baik pada kata demi kata,
maupun pada susunan kalimatnya. Ilmu Saraf adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang
peraturan dan undang-undang dalam penetapan kalimat-kalimat dalam bahasa arab. Ilmu nahu
dan saraf sangat penting kedudukanya, bahkan jadi dasar bagi setiap orang yang akan memahami
bahasa arab. Kita tahu bahwa, pada setiap bahasa menjadi cara pemakaian yang tersendiri,
termasuk didalamnya bahsa arab.Alat pertama untuk dasar mempelajari dan memahami
kaidahnya, adalah ilmu nahwu. Dengan jalan mempelajari ilmu nahwu walaupun masih
memerlukan ilmu-ilmu lainnya.Al-quran dan Al-Hadits sebagai pokok dasar utama pegangan
umat islam dan ilmu-ilmu lainnya yang kebanyakan di susun oleh para ulama islam dalam
bahasa arab.

B. Ilmu Pengetahuan Umum


1. Sosiologi
Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berarti kawan, teman sedangkan
Logos ilmu pengetahuan. Ungkapan ini dipublikasikan diungkapkan pertama kalinya dalam
buku yang berjudul "Cours De Philosophie Positive" karangan (1798-1857). Walaupun
banyak namun umumnya sosiologi dikenal sebagai ilmu pengetahuan tentang masyarakat.
Masyarakat adalah sekelompok individu yang mempunyai hubungan, memiliki kepentingan
bersama, dan memiliki budaya. Sosiologi hendak mempelajari masyarakat, perilaku
masyarakat, dan perilaku sosial manusia dengan mengamati perilaku kelompok yang
dibangunnya. Sebagai sebuah ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang
tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain
atau umum. Kelompok tersebut mencakup keluarga, suku bangsa, negara, dan berbagai
organisasi politik, ekonomi, sosial. Hubungannya dengan ilmu dakwah adalah saling
mambagikan informasi atau mensosialisi ilmu pengetahuan terhadap masyarakat.
2. Psykologi Ilmu yg berkaitan dengan proses mental, baik normal maupun abnormal dan
pengaruhnya pada perilaku ilmu pengetahuan tentang gejala dan kegiatan jiwa. Sehingga
seorang da’i perlu memotifasi tetang psikologi untuk mengetahui keadaan seorang pendengar
sehingga nyaman dalam menyampaikan materi.

3. Antropologi Ilmu tentang manusia, khususnya tentang asal-usul, aneka warna bentuk fisik,
adat istiadat, dan kepercayaannya pada masa lampau. Disini perlu dijelaskan yaitu tentang
adat istiadat dan kepecayaannya seseorang pada masa lalu, dan bagi seorang da’i harus
memantau serta menguatkan aqidahnya dari segi budaya dan disegi kepercayaanya.Maka
dalam hal itu jelas sekali hungannya dengan ilmu dakwah

4. Hukum
Hukum adalah sistem yang terpenting atau peraturan dalam melakukan ibadah kepada Allah
dan dalam menjalani aktivitas duniawi. Dalam ilmu dakwah banyak sekali tersinggung
tentang hukum-hukum yang harus di pahami oleh manusia, dan seorang da’i musti
disampaikan tentang hukum dalam beribadah kepada Allah dan hukum yang berhubungan
dengan Duniawi.
5. Pendidikan
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dalam
pengajaran dan pelatihan itu juga termasuk tugas seorang da’i dalam memasukkan aqidah-
aqidah islami kedalam jiwa manusia. Jelas sekali disini terdapat hubungan dengan ilmu
dakwah.
6. Sejarah
Sejarah dalam arti kata digunakan untuk mengetahui masa lampau berdasarkan fakta-fakta
dan bukti-bukti yang sahih bagi membolehkan manusia memperkayakan pengetahuan supaya
waktu sekarang dan akan datang menjadi lebih cerah. Dengan itu akan timbul sikap waspada
(awareness) dalam diri semua kelompok masyarakat kerana melalui pembelajaran sejarah, ia
dapat membentuk sikap tersebut terhadap permasalahan yang dihadapi agar peristiwa-
peristiwa yang berlaku pada masa lampau dapat dijadikan pengajaran yang berguna.
Pengertian Sejarah boleh dilihat dari tiga dimensi iaitu epistomologi (kata akar), metodologi
(kaedah sesuatu sejarah itu dipaparkan) dan filsafat atau pemikiran peristiwa lalu yang
dianalisa secara teliti untuk menentukan sama ada ia benar atau tidak. Ilmu dakwah juga
membutuhkan serta berhubungannya dengan sejarah karena banyak sekali ilmu dan
pengalaman yang kita dapati dari sejarah tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Al-Ghalusiy, Al-Da’wah Al-Islamiyah,Kairo : Dar Al-Kutub Al-Mishr.tt
Adnan Syarif, psikologi Qurani, terjemahan
Suisyanto Pengertian Filsafah Dakwah, Depok Sleman, Yogyakarta teras 2003.
Syaikh Mushthafa Masyhur, Fiqh Dakwah, Jilid 2. Terjemahan abu Ridho, dkk.Jakarta : Al-
I’tishom Cahaya Umat, 2000.

Anda mungkin juga menyukai