Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN I

FIQH DAN USHUL FIQH SERTA SEJARAH PERKEMBANGANNYA


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata kuliah fiqh/ushul fiqh yang di
pimpin oleh:
Dr.H.Hasan Matsum,M.Ag
Disusun oleh:
Nama

: Wiwin Agustin

Kelas

: PAI-3

Semester : I (ganjil)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

A.Pengertian fiqh dan ushul fiqh


1.Pengertian fiqh
Menurut bahasa fiqih berasal dari kata faqiha-yafqahu-fiqihan yang berarti mengerti
atau paham berarti juga paham yang mendalam. Dari sini ditariklah perkataan fiqih, yang
memberi pengertian kepahaman dalam hukum syariat yang sangat dianjurkan oleh Allah dan
Rasul-Nya.
Berikut ini adalah pengertian fiqih secara terminologis yang dikemukakan oleh beberapa
ahli dan penulis dalam hukum islam:
Fyzee (1965:26) mengemukakan pengertian fiqih sebagai pengetahuan tentang hak-hak dan
kewajiban-kewajiban seseorang sebagaimana diketahui dari Al-Quran atau Assunnah, atau
yang disimpulkan dari keduanya atau tentang apa yang kaum cerdik-pandai telah sepakati.
Ashshiddieqy (1967:17) juga memberikan pengertian fiqih sebagai ilmu yang menerangkan
hukum-hukum syara yang diperoleh dari dalil-dalilnya yang tafshily.
Budiman (1982:17) mengemukakan pengertian fiqih ialah pengetahuan hukum yang hanya
mencakup bidang amaliyah saja dan pengetahuan hukum itu bersumber dari ijtihad.
Agnides (1984:14), memberikan pengertian fiqih sebagai ilmu yang mengambil hukum
syariah dari bukti-bukti syariah.
Hanafi (1984:10) juga memberikan pengertian mengenai fiqih adalah mengetahui hukumhukum syara yang mengenai perbuatan dengan melalui dalil-dalilnya yang terperinci. Fiqih
adalah ilmu yang dihasilkan oleh pikiran serta ijtihad dan memerlukan pemikiran dan
perenungan.
Rosyada (1995:4) memberikan pengertian fiqih, yaitu mengetahui hukum-hukum syara
yang bersifat amaliah yang dikaji dari dalil-dalilnya yang terinci.
Jadi definisi fiqih secara umum, ialah suatu ilmu yang mempelajari bermacammacam syariat atau hukum islam dan berbagai macam aturan hidup bagi manusia, baik yang
bersifat individu maupun yang berbentuk masyarakat sosial.

2.Pengertian ushul fiqh


Kata ushul fiqh adalah kata ganda yang terdiri dari kata ushul( )dan kata
fiqh (). Kata ushul yang merupakan jamak dari kata ashal ( )secara etimologi
berarti sesuatu yang menjadi dasar bagi yang lainya sedangkan kata fiqh ( )secara
etimologi berarti paham yang mendalam.
Dengan demikian ushul fiqh secara istilah teknik hukum berarti : Ilmu tentang
kaidah-kaidah yang membawa kepada usaha merumuskan hukum syara dari dalilnya yang
terinci, atau dalam artian sederhana adalah: Kaidah- kaidah yang menjelaskan cara-cara
mengeluarkan hukum-hukum dari dalil-dalinya.

B.Hubungan fiqh dan ushul fiqh

Hubungan ilmu Ushul Fiqh dengan Fiqh adalah seperti hubungan ilmu mathiq (logika)
dengan filsafat, bahwa mantiq merupakan kaedah berfikir yang memelihara akal agar tidak
ada kerancuan dalam berfikir. Juga seperti hubungan antara ilmu nahwu dalam bahasa arab,
dimana ilmu nahwu merupakan gramatikal yang menghindarkan kesalahan seseorang di
dalam menulis dan mengucapkan bahasa arab. Demikian juga Ushul Fiqh adalah merupakan
kaidah yang memelihara fuqaha agar tidak terjadi kesalahan di dalam mengistimbatkan
(menggali) hukum.

C.Ruang lingkup pembahasan fiqh dan ushul fiqh


1.Ruang lingkup pembahasan fiqh.
Untuk memudahkan pembahasan maka hukum fiqih diuraikan menjadi beberapa bagian :
1. Fiqih Ibadah, yaitu hukum-hukum yang berkaitan dengan ibadah kepada Allah.
Seperti wudhu, shalat, zakat, puasa, haji dan yang lainnya.
2. Fiqih Al Ahwal As Sakhsiyah, yaitu hukum-hukum yang berkaitan dengan masalah
kekeluargaan, seperti pernikahan, talaq, nasab, persusuan, nafkah, warisan dan yang
lainya.
3. Fiqih Muamalah, yaitu hukum-hukum yang berkaitan dengan perbuatan manusia dan
hubungan diantara sesama manusia, seperti jual beli, jaminan, sewa menyewa,
pengadilan dan yang lainnya.
4. Fiqih Siasah Syariyyah, yaitu hukum-hukum yang berkaitan dengan kewajibankewajiban pemimpin (kepala negara), seperti menegakan keadilan, memberantas
kedzaliman dan menerapkan hukum-hukum syariat, serta yang berkaitan dengan
kewajiban-kewajiban rakyat yang dipimpin, seperti kewajiban taat dalam hal yang
bukan masiat, dan yang lainnya.
5. Fiqih Al Uqubat, yaitu hukum-hukum yang berkaitan dengan hukuman terhadap
pelaku-pelaku kejahatan, serta penjagaan keamanan dan ketertiban, seperti hukuman
terhadap pembunuh, pencuri, pemabuk, dan yang lainnya.
6. Fiqih As Siyar, yaitu hukum-hukum yang mengatur hubungan negeri Islam dengan
negeri lainnya, biasanya berkaitan dengan pembahasan tentang perang atau damai dan
yang lainnya.
7. Fiqih Akhlak atau Adab, yaitu hukum-hukum yang berkaitan dengan akhlak dan
prilaku, yang baik maupun yang buruk.

2.Ruang lingkup pembahasan ushul fiqh


Ruang lingkup yang dibicarakan dalam pembahasan ilmu Ushul Fiqh ini meliputi:
a. Bentuk-bentuk dan macam-macam hukum, seperti hukum taklifi (wajib, sunnat, mubah,
makruh, haram) dan hukum wadl'i (sabab, syarat, mani', 'illat, shah, batal, azimah dan
rukhshah).
b. Masalah perbuatan seseorang yang akan dikenal hukum (mahkum fihi) seperti apakah
perbuatan itu sengaja atau tidak, dalam kemampuannya atau tidak, menyangkut hubungan
dengan manusia atau Tuhan, apa dengan kemauan sendiri atau dipaksa, dan sebagainya.
c. Pelaku suatu perbuatan yang akan dikenai hukum (mahkum 'alaihi) apakah pelaku itu
mukallaf atau tidak, apa sudah cukup syarat taklif padanya atau tidak, apakah orang itu
ahliyah atau bukan, dan sebagainya.
d. Keadaan atau sesuatu yang menghalangi berlakunya hukum ini meliputi keadaan yang
disebabkan oleh usaha manusia, keadaan yang sudah terjadi tanpa usaha manusia yang
pertama disebut awarid muktasabah, yang kedua disebut awarid samawiyah.
e. Masalah istinbath dan istidlal meliputi makna zhahir nash, takwil dalalah lafazh, mantuq
dan mafhum yang beraneka ragam, 'am dan khas, muthlaq dan muqayyad, nasikh dan
mansukh, dan sebagainya.
f. Masalah ra'yu, ijtihad, ittiba' dan taqlid; meliputi kedudukan rakyu dan batas-batas
penggunannya, fungsi dan kedudukan ijtihad, syarat-syarat mujtahid, bahaya taqlid dan
sebagainya.
g. Masalah adillah syar'iyah, yang meliputi pembahasan Al-Qur'an, As-Sunnah, ijma', qiyas,
istihsan, istishlah, istishhab, mazhabus shahabi, al-'urf, syar'u man qablana, bara'atul ashliyah,
sadduz zari'ah, maqashidus syari'ah/ususus syari'ah.
h. Masa'ah rakyu dan qiyas; meliputi. ashal, far'u, illat, masalikul illat, al-washful munasib,
as-sabru wat taqsim, tanqihul manath, ad-dauran, as-syabhu, ilghaul fariq; dan selanjutnya
dibicarakan masalah ta'arudl wat tarjih dengan berbagai bentuk dan penyelesaiannya.

D.Sejarah perkembangan fiqh dan ushul fiqh


1.Sejarah perkembangan fiqh
Sejarah fiqih islam pada hakikatnya tumbuh dan berkembang pada masa Nabi. Karena
Nabi lah yang berhak untuk mentasyri hukum. Dan berakhir dengan wafatnya Nabi SAW.
Para fuqaha hanyalah menerapkan kaidah-kaidah kulliyah (umum) kepada
masalah juziyah(khusus), kejadian yang detail, dengan mengistimbatkan nya dari nash syara
atau ruhnya tatkala tidak terdapat nash-nash yang jelas.
Sejarah fiqih islam telah melalui beberapa periode dan para ulama berbeda-beda dalam
memperiodekan sejarah perkembangan fiqih tersebut.

Periode pertama, adalah merupakan periode pertumbuhan yaitu pada mas rasul dalam
kurun waktu 22 tahun dan beberapa bulan sejak dari 13 sebelum hijriyah hingga tahun 11
setelah Hijriyah, atau 611-632 M. Periode kedua ialah periode sahabat dan tabiin.
Berlangsung dari tahun 11-101 H/632-720 M. Periode ketiga ialah merupakan periode
kesempurnaan yang dibawahi mujtahidin atau pada masa daulah abasiyah. Periode ini
berlangsung sekitar 250 tahun dari 101 H. Periode keempat ialah periode kemunduran dan
periode taqlid (jumud) yaitu sejak pertengahan abad ke 4 H yang sampai sekarangpun masih
banyak berkembang dalam masyarakat. Yang terakhir,periode kelima yaitu periode
kebangkitan atau renaisance. Yang sebenarnya tidak begitu menunjukkan perkembangan yang
signifikan bagi perkembangan ilmu fiqih.

2.Sejarah perkembangan ushul fiqh


1.Masa Nabi Muhammad SAW
Masa Nabi Muhammad saw ini juga disebut sebagai periode risalah, karena pada masamasa ini agama Islam baru didakwahkan. Pada periode ini, permasalahan fiqih diserahkan
sepenuhnya kepada Nabi Muhammad saw. Sumber hukum Islam saat itu adalah al-Qur'an dan
Sunnah. Periode Risalah ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu periode Makkah dan
periode Madinah. Periode Makkah lebih tertuju pada permasalah akidah, karena disinilah
agama Islam pertama kali disebarkan. Ayat-ayat yang diwahyukan lebih banyak pada masalah
ketauhidan dan keimanan.
Setelah hijrah, barulah ayat-ayat yang mewahyukan perintah untuk melakukan puasa,
zakat dan haji diturunkan secara bertahap. Ayat-ayat ini diwahyukan ketika muncul sebuah
permasalahan, seperti kasus seorang wanita yang diceraikan secara sepihak oleh suaminya,
dan kemudian turun wahyu dalam surat Al-Mujadilah. Pada periode Madinah ini, ijtihad
mulai diterapkan, walaupun pada akhirnya akan kembali pada wahyu Allah kepada Nabi
Muhammad SAW.
2.Masa Khulafaur Rasyidin
Masa ini dimulai sejak wafatnya Nabi Muhammad saw sampai pada masa berdirinya
Dinasti Umayyah ditangan Mu'awiyah bin Abi Sufyan. Sumber fiqih pada periode ini didasari
pada Al-Qur'an dan Sunnah juga ijtihad para sahabat Nabi Muhammad yang masih
hidup. Ijtihad dilakukan pada saat sebuah masalah tidak diketemukan dalilnya dalam nash AlQur'an maupun Hadis. Permasalahan yang muncul semakin kompleks setelah banyaknya
ragam budaya dan etnis yang masuk ke dalam agama Islam.
Pada periode ini, para faqih mulai berbenturan dengan adat, budayadan tradisi yang
terdapat pada masyarakat Islam kala itu. Ketika menemukan sebuah masalah, para faqih
berusaha mencari jawabannya dari Al-Qur'an. Jika di Al-Qur'an tidak diketemukan dalil yang
jelas, maka hadis menjadi sumber kedua . Dan jika tidak ada landasan yang jelas juga di
Hadis maka para faqih ini melakukan ijtihad.

Menurut penelitian Ibnu Qayyim, tidak kurang dari 130 orang faqih dari pria dan
wanita memberikan fatwa, yang merupakan pendapat faqih tentang hukum.

3. Masa Tabiin
Pada masa tabiin, penggunaan ushul al-fiqh ini lebih luas. Periode awal pertumbuhan
fiqh. Masa ini dimulai pada pertengahan abad ke-1 sampai awal abad ke-2 H. Periode ketiga
ini merupakan titik awal pertumbuhan fiqh sebagai salah satu disiplin ilmu dalam Islam.
Dengan bertebarannya para sahabat ke berbagai daerah semenjak masa al-Khulafaur Rasyidin
(terutama sejak Usman bin Affan menduduki jabatan Khalifah, 33 H./644 M.), munculnya
berbagai fatwa dan ijtihad hukum yang berbeda antara satu daerah dengan daerah lain, sesuai
dengan situasi dan kondisi masyarakat daerah tersebut.
Mulailah muncul perpecahan antara umat Islam menjadi tiga golongan
yaitu Sunni, Syiah, dan Khawarij. Perpecahan ini berpengaruh besar pada ilmu fiqih, karena
akan muncul banyak sekali pandangan-pandangan yang berbeda dari setiap faqih dari
golongan tersebut. Masa ini juga diwarnai dengan munculnya hadis-hadis palsu yang
menyuburkan perbedaan pendapat antara faqih.
4. Masa keemasan (kesempurnaan)
Periode keemasan. Periode ini dimulai dari awal abad ke-2 sampai pada pertengahan
abad ke-4 H. Dalam periode sejarah peradaban Islam, periode ini termasuk dalam periode
Kemajuan Islam Pertama (700-1000). Seperti periode sebelumnya, ciri khas yang menonjol
pada periode ini adalah semangat ijtihad yang tinggi dikalangan ulama, sehingga berbagai
pemikiran tentang ilmu pengetahuan berkembang.
Perkembangan pemikiran ini tidak saja dalam bidang ilmu agama, tetapi juga dalam
bidang-bidang ilmu pengetahuan umum lainnya. Semangat para fuqaha melakukan ijtihad
dalam periode ini juga mengawali munculnya mazhab-mazhab fiqh, yaitu Mazhab Hanafi,
Maliki, Syafi'i, dan Hambali. Periode keemasan ini juga ditandai dengan dimulainya
penyusunan kitab fiqh dan usul fiqh. Diantara kitab fiqh yang paling awal disusun pada
periode ini adalah al-Muwaththa' oleh Imam Malik, al-Umm oleh Imam asy-Syafi'i, dan
Zahir ar-Riwayah dan an-Nawadir oleh Imam asy-Syaibani. Kitab usul fiqh pertama yang
muncul pada periode ini adalah ar-Risalah oleh Imam asy-Syafi'i.

Anda mungkin juga menyukai