Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

USHUL FIQIH

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
1. ALI ASNADAR PANJAITAN
2. AZWAR HALOMOAN SIMANJUNTAK
3. PINTA MARITO LUBIS
4. WILDA ALIYAH SIMAMORA
5. MISKAH HASIBUAN

GURU PEMBIMBING: SYARIF HADI LUBIS

MADRASAH ALYAH NEGERI (MAN) 1 PADANG


LAWAS
TAHUN AJARAN 2022/2023
Kata Pengantar
Alhamdulillah puja serta syukur kita panjatkan kehadirat
Allah SWT. Yang telah memberikan taufiq,hidayah serta
inayahnya sehingga kami dapat menggerakkan tangan untuh
memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Fiqih yang berjudul
“Ushul Fiqih”.

Serta Sholawat dan Salam kami hadiahkan ke Ruh Junjungan


Nabi Besar Muhammad SAW. Yang telah membawa kita dari
alam yg gelap gulita kealam yang terang menderang. Dan
kami berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi
pembacanya umumnya kita semua.

Kemudian dengan hati yang lapang kami menerima kritik


ataupun saran, jika ada kesalahan dan kekeliruan dalam
makalah ini guna untuk melengkapi dan membenarkan
kekeliruan tersebut.

10 Agustus 2022
A. PENGERTIAN FIKIH DAN USHUL FIKIH
1. Pengertian Fikih
Kata “Fikih” ditinjau dari segi bahasa berasal dari kata kerja dasar
bahasa Arabَ

yang memiliki beberapa arti, yaitu;


“memahami secara mendalam, mengerti, dan ahli”.
Paham di sini maksudnya adalah paham dan mengerti maksud yang
dibicarakan. Adapun “Fikih” ditinjau dari segi istilah, dikutip
sebagaimana pendapat Abdul Wahab Khalaf:

Artinya : Fikih adalah kumpulan (ketetapan) hukum syara’ yang


berkenaan dengan perbuatan manusia, yang diambil dari dalil-
dalilnya yang jelas dan terperinci.
Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa fikih itu berkaitan
dengan berbagai ketentuan hukum syara’, baik yang telah ditetapkan
langsung oleh Allah Swt. dan Rasul-Nya di dalam al-Qur’an dan al-
Hadis maupun berbagai ketetapan maupun hukum syara’ yang
ditetapkan oleh para ahli Fikih atau mujtahid dari masa ke masa.
Sedangkan yang dimaksud dengan ketentuan hukum syara’ adalah
ketentuan hukum yang terkait dengan perbuatan manusia dari
berbagai aspek kehidupan. Dengan kata lain, hukum syara’ adalah
sejumlah ketentuan hukum yang mengatur semua perbuatan manusia
yang meliputi nilai dan ukurannya, namun ia tidak mencakup
persoalan yang berhubungan dengan aqidah. Karena itu, hukum
syara’ haruslah didasarkan pada dalil-dalil yang terperinci yang
dijadikan pijakan dan merupakan sumber pembentukan hukum syara’.
2. Pengertian Ushul Fikih
Pengertian “Ushul Fikih” ditinjau secara bahasa terdiri dari dua suku
kata, yaitu “Ushul” dan “Fikih”.
Kata Ushul ( ) adalah bentuk jamak dari kata al-ashl
( ) yang berarti sesuatu yang menjadi dasar atau
landasan bagi lainnya.
Adapun kata al-fiqh ( ) sebagaimana yang diuraikan
tersebut, berarti paham atau mengerti secara mendalam.
Adapun secara istilah, Ushul Fikih sebagaimana dijelaskan oleh
Muhammad al-Syaukani :

Artinya: Fungsi Ushul Fikih adalah mengetahui kaidah-kaidah yang


dapat digunakan sebagai alat untuk menggali (istinbath) hukum-
hukum furu’ dari dalil-dalilnya yang rinci dan jelas.
Selanjutnya definisi Ushul Fikih menurut Qutub Mustafa Sanu’
dalam kitab Mu’jam Mustalahat adalah :

Artinya : Ushul Fikih adalah kaidah-kaidah kulliyyah yang


digunakan oleh seorang mujtahid untuk memahami nash al-kitab dan
al-sunnah.
Definisi di atas menyimpulkan bahwa Ushul Fikih merupakan sarana
atau alat yang dapat digunakan untuk memahami nash al-Qur’an dan
as-Sunnah agar dapat menghasilkan hukum-hukum syara’. Dengan
kata lain, Ushul Fikih merupakan metodologi atau teori yang tidak
hanya digunakan untuk memahami hukum-hukum syara’ saja,
melainkan juga dapat berfungsi untuk menetapkan dan menghasilkan
hukum-hukum syara’ yang bersifat furu’iyah.
B. OBYEK PEMBAHASAN ILMU FIKIH
1. Obyek Pembahasan Ilmu Fikih
Ilmu Fikih merupakan cabang (furu’) dari ilmu Ushul Fikih. Yang
menjadi obyek pembahasan dari ilmu Fikih adalah perbuatan
mukallaf dan nilai-nilai hukum yang berkaitan erat dengan perbuatan
tersebut.
Dapat dikatakan pula bahwa perbuatan seorang mukallaf itu
berkaitan erat dengan taklif syar’i yang menjadi beban seorang
mukallaf dalam berbagai aspek kehidupannya.
Berbagai aspek kehidupan mukallaf meliputi aspek; mu’amalah dan
jinayah. Aspek ibadah menyangkut hubungan vertikal antara manusia
dengan Allah Swt. dan juga menyangkut segala persoalan yang
berkaitan erat dengan urusan mendekatkan diri kepada Allah Swt.
seperti sholat, puasa, zakat dan haji serta berbagai bentuk amal
kebaikan yang lainnya. Dari sini pula muncul istilah ibadah mahdhah
dan ibadah ghairu mahdhah. Ibadah mahdhah adalah ibadah yang
memiliki syarat dan rukun yang ditentukan oleh syari’at dan
pelaksanaannya dijelaskan dalam al-Qur’an dan al-Hadis.
Ibadah ghairu mahdhah adalah ibadah yang sifat, bentuk, kaifiat dan
waktunya tidak dijelaskan secara terperinci, namun al-Qur’an dan al-
Hadis hanya memberikan dorongan atau motivasi yang tinggi agar
manusia berkeinginan yang tinggi mengerjakan kebajikan dan amal
shaleh dalam berbagai hal dan kesempatan semata hanya
mengharapkan ridlo Allah Swt. seperti saling tolong-menolong dalam
berbuat kebaikan, mencari ilmu, meringankan beban sesama yang
terkena musibah, dan lain sebagainya. Ibadah ini merupakan
kewajiban manusia sebagai hamba Allah Swt. dan sekaligus
merupakan bentuk pengabdian diri manusia sebagai hamba Allah Swt.
yang beriman dan bertaqwa.
Pembahasan berikutnya adalah meliputi aspek mu’amalah yang
terkait dengan interaksi sesama manusia. Seperti hal-hal yang terkait
dengan harta, jual-beli, sewa menyewa, pinjam meminjam, titipan
syirkah, siyasah dan lain sebagainya.
Selanjutnya dalam ilmu Fikih dibahas juga permasalahan ‘uqubah
yang berkaitan dengan tindak pidana dan kejahatan serta sanksi
hukumannya, seperti pembunuhan, pencurian, perampokan,
penganiayaan, dan lain sebagainya

2. Obyek Pembahasan Ushul Fikih


Obyek pembahasan ilmu Ushul Fikih adalah syari’at yang bersifat
kulli atau yang menyangkut dalil-dalil hukum. Baik dalil-dalil hukum
ini menyangkut dalil-dalil hukum nash yang terdapat dalam al-Qur’an
dan al-Hadis ataupun dalil-dalil yang ijtihadiyah.
Dalil-dalil yang ada dalam al-Qur’an dan al-Hadis kajiannya
berkaitan dengan berbagai bentuk karakteristik lafazd nash, yaitu :
a. Lafadz nash dari segi bentuknya
b. Lafadz nash dari segi cakupan maknanya
c. Lafadz nash dari dilalahnya
d. Lafadz nash dari segi jelas dan tidak jelasnya serta macam-
macam tingkatannya
e. Lafadz nash dari segi penggunaannya
f. Hukum syara’ dalam kaitannya dengan makna hukum,
pembagian hukum dan obyek serta subyek hukum.

Dalil-dalil ijtihadiyah ini merupakan dalil-dalil yang dirumuskan


berdasarkan ijtihad ulama’. Dalil-dalil tersebut seperti :
a. Al-Ijmak ( Konsensus adalah menghasilkan sebuah kesepakatan
yang disetujui secara bersama-sama contohnya,berkelompok atau
individu CONTOH:Diadakannya adzan dan iqomah dua kali di sholat
jumat,dan mulai di terapkan pada mas ke pemimpinan ustman bin
Affan).
b. Al-Qiyas ( Menyamakan sesuatu yang tidak memiliki segala
sesuatu yang tampak CONTOH:Hukum membunuh manusia baik
dengan benda ringan maupun berat).
c. Al-Istihsan (Perbuatan adil terhadap suatu permasalahan hokum
dengan memandang hukum yang lain,karena adanya suatu yang lebih
kuat yang membutuhkan keadilan CONTOH:Bila seseorsng telsh
mewakafkan sebidang tanah, maka hak pengairan dan hak lalu lintas
pada tanah itu ikut terbawa karena di qiyas kan dengan menyewakan).
d. Al-Maslahah Mursalah (Keputusan yang dasarkan guna dan
manfaat sesuai dengan tujuan hukum syara CONTOH: Pencatatan
perkawinan dalam surat resmi,tujuan agar menjadi maslahat untuk
sahnya gugatan dalam perkawinan ,pembagian harta,nasfkah,dan lain
lain).
e. Al-Istishab (Tetapnya hukum sesuatu selama belum ada dalil lain
yang merubahnya CONTOH:Sifat air yang diketahui suci sebelumnya
akan tetap suci sampai ada bukti yang menunjukkan air itu najis).
f. Sadduz Dzari’ah (Menghambat segala sesuatu yang menjadi jalan
kerusakan CONTOH:Menebang dahan pokok yang meliuk di atas
jalan umum dapat mengakibatkan timbulnya ganguan lalu lintas).
g. Al-‘Urf h. Syar’u Man Qablana (Syariat orang terdahulu
CONTOH:Ungkapan daging yang berarti daging sapi padahal kata
kata daging mencakup seluruh daging yang ada).
i. Mazhab Sahab (Pendapat seorang sahabat, dan pendapat itu
menyebar ke sahabat lain tanpa ada sahabat lain tanpa ada sahabat
yang menentangnya.CONTOH: mazhab sahab:hukum sujud
tilawah,hukum potong tangan bagi seorang pembantu mencuri).

KESIMPULAN
Tujuan mempelajari Fikih adalah sebagaimana yang dijelaskan
oleh Abdul Wahab Khalaf adalah terkait dengan penerapan hukum
syara’ yang berhubungan dengan perbuatan ataupun perkataan
seseorang. Dan fikih merupakan rujukan bagi para hakim dalam
menetapkan dan memutuskan serta menerapkan hukum yang
berkenaan dengan perbuatan dan perkataan seseorang. Begitu pula
fikih sebagai rujukan bagi setiap orang untuk mengetahui hukum
syara’ yang berkenaan dengan perbuatan dan perkataan seseorang.
Kemudian dengan mempelajari fikih manusia akan mengetahui mana
yang halal dan mana yang haram, mana yang boleh dan mana yang
tidak boleh. Kesemuanya itu merupakan kebutuhan manusia agar
tercipta kemaslahatan dalam hidup dan kehidupan manusia baik di
dunia maupun nanti di akhirat.
Mengingat posisi Ushul Fikih ini sangat vital dalam hukum Islam,
maka mengetahui tujuan mempelajari Ushul Fikih ini sangat penting.
Para ulama telah menyimpulkan bahwa mempelajari Ushul Fikih
sesungguhnya akan membawa seorang muslim sampai pada
pemahaman tentang seluk-beluk dan proses penetapan hukum dan
dalil-dalil yang melandasinya. Disamping itu, mempelajari Ushul
Fikih untuk menjadikan kita paham secara mendalam tentang
berbagai ketentuan hukum seperti ibadah, mu’amalah dan ‘uqubah.

Anda mungkin juga menyukai