Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Aktifitas manusia sehari-hari dalam dunia tidak terlepas dari hukum Allah
SWT, manusia diberikan akal oleh Allah sebagai bentuk kesempurnaan, dengan akal
itu pula manusia dapat berfikir secara mendalam tentang hukum-hukum Allah, namun
dalam menggali hukum-hukum  Allah yang begitu luas sebagaimana yang terdapat
dalam Al-qur’an, para mujtahid Mutlaq Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i dan
Imam Hanbali mengambil langkah-langkah baru dalam menterjemahkan kandungan
Ayat-ayat al-Qur’an yakni Ijtihad.

Diyakini atau tidak,  bahwa manusia tidak bisa lepas dari hukum fiqih,
semenjak manusia balig disitu pula hukum fiqih mulai bekerja dalam mengurus
persoalan manusia, hingga manusia meninggal dunia persoalan fiqih masih terus  ada
hubungannya, tetapi hubungan tersebut lebih menitik beratkan kepada orang yang
masih hidup.

Dengan segala keterbatasan pemahaman yang penulis miliki,  penulis akan


mencoba sedikit menjelaskan tentang Pengertian Ilmu Fiqih dan Ruang lingkup Ilmu
Fiqih.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian Ilmu Fiqih?
2.      Apa saja Ruang Lingkup Ilmu Fiqih?

C.    Tujuan
1.      Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu Fiqih
2.      Untuk mengetahui pengertian ilmu Fiqih
3.      Untuk mengetahui ruang lingkup dari Ilmu Fiqih
4.      Kaum muslimin harus memperdalam pengetahuan dalam hukum – hukum
agama baik dalam bidang aqoid dan akhlak maupun dalam bidang ibadah dan
muamalah
BAB II

PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN ILMU FIQIH


1.      Pengertian Menurut Bahasa dan Istilah
Fiqih menurut bahasa artinya pemahaman yang mendalam (‫تفهم‬  )
dan membutuhkan pada adanya pengarahan potensi akal. Kata fiqih (‫ )فقه‬secara
bahasa punya dua makna. Makna pertama adalah al-fahmu al-mujarrad (‫)الفهم المجرّد‬,
yang artinya kurang lebih adalah mengerti secara langsung atau sekedar mengerti
saja.Makna yang kedua adalah al-fahmu ad-daqiq (‫)الفهم الدقيق‬, yang artinya adalah
mengerti atau memahami secara mendalam dan lebih luas. sebagaimana firman allah
swt. Dan sabda nabi muhammad saw, yaitu :

      Al-qur’an : surat al-taubah : 122

‫فلو ال نفر من كل فرقة منهم طائفة ليتفقهوا في الدين‬

“Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk
memperdalam pengetahuan mereka tentang agama.”

  Al-hadits, HR. Bukhori, muslim, ahmad ibn hanbal, turmudzi dan ibnu majah
sebagai berikut

‫من يرد هللا خيرا يفقهه في الدين‬

“jika allah menginginkan suatu kebaikan bagi seseorang , dia akan memberikan suatu
pemahaman keagamaan (yang mendalam) kepadanya.

Sedangkan pengertian fiqh menurut istilah adalah sebagaimana yang telah


dikemukakan oleh para fuqoha’ ialah:

1.       Abdul Wahab Kholaf

 ‫الفقه هو العلم باالحكام الشرعية العلمية المكتسب من ادلتها التفصلية‬

“Fiqh ialah ilmu tentang hukum syara’ yang bersifat praktis (amaliyah) yang
diperoleh melalui dalil-dalilnya yang terperinci.”

2.       Wahbah Az-Zuhaili

 ‫الفقه هو مجموعة االحكام الشرعية العلمية المكتسب من ادلتها التفصلية‬

“Fiqh ialah himpunan hukum syara’ yang bersifat praktis (amaliyah) yang diperoleh
melalui dalil-dalilnya yang terperinci.”

3.      Ahmad Bin Muhammad Dimyati

‫معرفة االحكام الشرعية التي طريقها االجتهاط‬


“Mengetahui hukum-hukum syara’ dengan menggunakan jalan ijtihad.”

2.      Pengertian Secara Terminologi

(Ar: al-fiqh = paham yang mendalam). Salah satu bidang ilmu dalam syariat
Islam yang secara khusus membahas persoalan hukum yang mengatur berbagai aspek
kehidupan manusia, baik kehidupan pribadi, bermasyarakat maupun hubungan
manusia dengan Penciptanya.

3.      Pengertian Fiqih Secara Etimologi

Fiqh (‫ )الفقه‬adalah bahasa Arab dalam bentuk mashdar (kata dasar) yang fi’il-
nya (kata kerjanya) adalah ‫فقه يفقه فقها‬. Kata fiqh semula berarti ‫العلم‬ (pengetahuan)
dan ‫الفهم‬ (pemahaman). Al-fiqh, al-‘ilm dan al-fahm merupakan kata-kata yang
sinonim.

4.      Pengertian Menurut Para Ulama

Fiqih menurut bahasa bermakna : tahu dan paham, sedangkan menurut istilah,


banyak ahli fiqih (fuqoha’) mendefinisikan berbeda-beda tetapi mempuyai tujuan
yang sama diantaranya :

a.       Ulma’ Hanafi mendifinisikan fiqih adalah :

َ‫آل ْال ُم َكلَّفِ ْين‬


ِ ‫ق بَِأ ْف َع‬
ُ َّ‫ت الَّتِي تَتَ َعل‬ َ ‫ق َو ْا‬
ِ ‫لوا ِجبَآ‬ َ ْ‫ِع ْل ٌم يُبَيِّنُ ْال ُحقُو‬

“Ilmu yang menerangkan segala hak dan kewajiban yang berhubungan amalan para
mukalaf”.

b.      menurut pengikut Asy Syafi’i mengatakan bahwa fiqih     (ilmu fiqih) itu
ialah :

ِ ‫ق بَِأ ْف َعآ ِل ْال ُم َكلَّفِ ْينَ ْال ُم ْستَ ْنبِظَ ِة ِم ْن اَ ِدلَّتِهَآ التَّ ْف‬
‫ص ْيلِيَّ ِة‬ ُ َّ‫ال ِع ْل ُم الَّ ِذي يُبَيِّنُ اَألحْ َكا َم ال َّشرْ ِعيَّةَ الَّتِي تَتَ َعل‬

“ilmu yang menerangkan segala hukum agama yang berhubungan dengan pekerjaan
para mukallaf, yang dikeluarkan (diistimbatkan) dari  dalil-dalil yang jelas (tafshili)”.

c.       Sedangkan Jalalul Mahali mendifinisikan fiqih sebagai :

ِ ‫اَألحْ َكا ُم ال َّشرْ ِعيَّةُ ال َع َملِيَّةُ ال ُم ْكتَ ِسبَةُ ِم ْن اَ ِدلَّتِهَآ التَ ْف‬
‫ص ْيلِيَّ ِة‬

“ilmu yang menerangkan hukum-hukum syara’ yang berhubungan dengan amaliyah


yang diusahakan memperolehnya dari dalil yang jelas (tafshili)”.

d.      Sedangkan menurut Abdul Wahab Khallaf pengertian fiqih adalah :

“pengetahuan tentang hukum-hukum syariat Islam memngenahi perbuatan manusia,


yang diambil dari dalil-dalilnya secara rinci”.
B.     RUANG LINGKUP ILMU FIQIH

Disamping hukum itu ditunjukan pula alat dan cara (melaksanakan suatu
perbuatan dalam dalam menempuh garis lintas hidup yang tak dapat dipastikan oleh
manusia liku dan panjangnya. Sebagai mahluk sosial dan budaya manusia hidup
memerlukan hubungan, baik hubungan dengan dririnya sendiri ataupun dengan
sesuatu di luar dirinya. Ilmu fiqh membicarakan hubungan itu yang meliputi
kedudukannya, hukumnya, caranya, alatnya dan sebagainya. Hubungan-hubungan itu
ialah:

a. Hubungan manusia dengan Allah, Tuhannya dan para Rasulullah;

b. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri;

c. Hubungan manusia dengan keluarga dan tetangganya;

d. Hubungan manusia dengan orang lain yang seagama dengan dia;

e. Hubungan manusia dengan orang lain yang tidak seagama dengan dia;

f. Hubungan manusia dengan makhluk hidup yang lain seperti binatang dan
lainnya;

g. Hubungan manusia dengan benda mati dan alam semesta;

h. Hubungan manusia dengan masyarakat dan lingkungannya;

i. Hubungan manusia dengan akal fikiran dan ilmu pengetahuan; dan

j. Hubungan manusia dengan alam gaib seperti syetan, iblis, surga, neraka, alam
barzakh, yaumil hisab dan sebagainya.

Hubungan-hubungan ini dibicarakan dalam fiqh melalui topik-topik bab permasalahan


yang mencakup hampir seluruh kegiatan hidup perseorangan, dan masyarakat, baik
masyarakat kecil seperti sepasang suami-isteri (keluarga), maupun masyarakat besar
seperti negara dan hubungan internasional, sesuai dengan macam-macam hubungan
tadi. Meskipun ada perbedaan pendapat para ulama dalam menyusun urutan
pembahasaan dalam membicarakan topik-topik tersebut, namun mereka tidak berbeda
dalam menjadikan Al-Qur’an, Sunnah dan Ijtihad sebagai sumber hukum.Walaupun
dalam pengelompokkan materi pembicaraan mereka berbeda, namun mereka sama-
sama mengambil dari sumber yang sama.

Dilihat dari segi ilmu pengetahuan yang berkembang dalam kalangan ulama Islam,
fiqh itu ialah ilmu pengetahuan yang membiacarakan/membahas/memuat hukum-
hukum Islam yang bersumber bersumber pada Al-Qur’an, Sunnah dalil-dalil Syar’i
yang lain; setelah diformulasikan oleh para ulama dengan mempergunakan kaidah-
kaidah Ushul Fiqh. Dengan demikian berarti bahwa fiqh itu merupakan formulasi dari
Al-Qur’an dan Sunnah yang berbentuk hukum amaliyah yang akan diamalkan oleh
ummatnya. Hukum itu berberntuk amaliyah yang akan diamalkan oleh
setiap mukallaf (Mukallaf artinya orang yang sudah dibebani/diberi tanggungjawab
melaksanakan ajaran syari’at Islam dengan tanda-tanda seperti baligh, berakal, sadar,
sudah masuk Islam).

Hukum yang diatur dalam fiqh Islam itu terdiri dari


hukum wajib, sunat, mubah, makruh dan haram; disamping itu ada pula dalam bentuk
yang lain seperti sah, batal, benar, salah, berpahala, berdosadan sebagainya.

Karena rumusan fiqh itu berbentuk hukum hasil formulasi para ulama yang bersumber
pada Al-Qur’an, Sunnah dan Ijtihad, maka urutan dan luas pembahasannya
bermacam-macam. Setelah kegiatan ijtihad itu berkembang, munculah imam-imam
madzhab yang diikuti oleh murid-murid mereka pada mulanya, dan selanjutnya oleh
para pendukung dan penganutnya. Diantara kegiatan para tokoh-tokoh aliran madzhab
itu, terdapat kegiatan menerbitkan topik-topik (bab-bab) pembahasan fiqh. Menurut
yang umum dikenal di kalangan ulama fiqh secara awam, topik (bab) pembahasan
fiqh itu adalah empat, yang sering disebut Rubu’:

- Rubu’ ibadat

- Rubu’ muamalat

- Rubu’ munakahat dan

- Rubu’ jinayat.

Ada lagi yang berpendapat tiga saja yaitu: bab ibadah, bab mu’amalat, bab ’uqubat.
Menurut Prof. T.M. Hasbi Ashiddieqqi, bila kita perinci lebih lanjut, dapat
dikembangkan menjadi 8 (delapan) topik (bab):

1.       Fiqih ibadah

Dalam bab ini dibicarakan dan dibahas masalah masalah yang dapat dikelompokkan
ke dalam kelompok persoalan berikut ini:

1. Thaharah (bersuci); 8. Jihad (perjuangan);

2. Ibadah (sembahyang); 9. Nadzar;

3. Shiyam (puasa); 10. Udhiyah (kurban);

4. Zakat; 11. Zabihah (penyembelihan);

5. Zakat Fithrah; 12. Shayid (perburuan);

6. Haji; 13. ’Aqiqah;

7. Janazah (penyelenggaraan 14.
Makanan dan minuman.
jenazah);
2.       Fiqih Al Ahwal As Sakhsiyah, yaitu hukum-hukum yang berkaitan dengan

masalah-masalah yang dapat dikelompokkan ke dalam kelompok persoalan pribadi


(perorangan), masalah kekeluargaan, seperti pernikahan, talaq, nasab, persusuan,
nafkah, warisan dan yang lainya.

1. Nikah 10. Ila’;

2. Khithbah (melamar) 11. ’Iddah;

3. Mu’asyarah (bergaul) 12. Rujuk;

4. Nafaqah 13. Radla’ah;

5. Talak 14. Hadlanah;

6. Khulu’ 15. Wasiat;

7. Fasakh 16. Warisan;

8. Li’an 17. Hajru; dan

9. Zhihar; 18. Perwalian.

3.       Fiqih Muamalah, yaitu hukum-hukum yang berkaitan dengan perbuatan


manusia dan hubungan diantara sesama manusia, seperti jual beli, jaminan, sewa
menyewa, pengadilan dan yang lainnya, muamalah terbagi menjadi 2 macam yaitu :

      Muamalah Madaniyah

Biasanya disebut muamalah saja. Dalam bab ini dibicarakan dan dibahas masalah-
masalah yang dikelompokkan ke dalam kelompok persoalan harta kekayaan, harta
milik, harta kebutuhan, cara mendapatkan dan menggunakan, yang meliputi masalah :

1. Buyu’ (jual-beli) 13. Hiwalah

2. Khiyar 14. Syarikah

3. Riba (renten) 15. Wadi’ah

4. Sewa-menyewa 16. Luqathah

5. Hutang-piutang 17. Ghasab

6. Gadai 18. Qismah

7. Syuf’ah 19. Hibah dan Hadiyah


8. Tasharruf 20. Kafalah

9. Salam (pesanan) 21. Waqaf

10. Jaminan (borg) 22. Perwalian

11. Mudlarabah dan Muzara’ah 23. Kitabah dan

12. Pinjam-meminjam 24. Tadbir

Dari segi niat dan manfaat, waqaf ini kadang-kadang dimasukkan dalam kelompok
ibadah; tetapi dari segi barang/benda/harta dimasukkan ke dalam kelompok
muamalah.

      Muamalah Maliyah

Kadang-kadang disebut Baitul mal saja. Dalam bab ini dibicarakan dan dibahas


masalah-masalah yang dapat dikelompokkan ke dalam kelompok persoalan harta
kekayaan milik bersama, baik masyarakat kecil atau besar seperti negara
(perbendaharaan negara = baitul mal). Pembahasan di sini meliputi:

1. Status milik bersama baitul mal;

2. Sumber baitul mal;

3. Cara pengelolaan baitul mal;

4. Macam-macam kekayaan atau materi baitul mal;

5. Obyek dan cara penggunaan kekayaan baitul mal;

6. Kepengurusan baitul maal; dan lain-lain.

4.       Fiqih Siasah Syar’iyyah, yaitu hukum-hukum yang berkaitan dengan masalah-


masalah yang dapat dikelompokkan ke dalam kelompok persoalan ketatanegaraan.
Pembahasan ini meliputi:

1. Kepala negara dan Waliyul amri;

2. Syarat menjadi kepala negara dan Waliyul amri;

3. Hak dan kewajiban Waliyul amri;

4. Hak dan kewajiban rakyat;

5. Musyawarah dan demokrasi;


6. Batas-batas toleransi dan persamaan; dan lain-lain

5.       Fiqih Al ‘Uqubat, yaitu hukum-hukum yang berkaitan dengan masalah-masalah


yang dapat dikelompokkan ke dalam kelompok persoalan pelanggaran, kejahatan,
pembalasan, denda, hukuman dan sebagainya. Pembahasan ini meliputi:

1. Pelanggaran

2. Kejahatan

3. Qishash (pembalasan)

4. Diyat (denda)

5. Hukuman pelanggaran dan kejahatan

6. Hukum melukai/mencederai

7. Hukum pembunuhan

8. Hukum murtad

9. Hukum zina

10. Hukuman Qazaf

11. Hukuman pencuri

12. Hukuman perampok

13. Hukuman peminum arak

14. Ta’zir

15. Membela diri

16. Peperangan

17. Pemberontakan

18. Harta rampasan perang

19. Jizyah

20. Berlomba dan melontar

6.       Fiqih As Siyar, yaitu hukum-hukum yang mengatur hubungan negeri Islam


dengan negeri lainnya, biasanya berkaitan dengan pembahasan tentang masalah-
masalah yang dapat dikelompokkan ke dalam kelompok masalah hubungan
internasional. Pembicaraan pada bab ini meliputi:

1. Hubungan antar negara, sama-sama Islam, atau Islam dan non-Islam,


baik ketika damai atau dalam situasi perang;

2. Ketentuan untuk orang dan damai;

3. Penyerbuan;

4. Masalah tawanan;

5. Upeti, Pajak, rampasan;

6. Perjanjian dan pernyataan bersama;

7. Perlindungan;

8. Ahlul ’ahdi, ahluz zimmi, ahlul harb; dan

9. Darul Islam, darul harb, darul mustakman.

7.       Fiqih Akhlak atau Adab, yaitu hukum-hukum yang berkaitan dengan akhlak
dan prilaku, yang baik maupun yang buruk.

8.       Dalam bab ini dibicarakan dan dibahas masalah-masalah yang dapat


dikelompokkan ke dalam kelompok persoalan peradilan dan pengadilan. Pembahasan
pada bab ini meliputi:

1. Peradilan dan pendidikan

2. Hakim dan Qadi

3. Gugatan

4. Pembuktian dakwaan

5. Saksi

6. Sumnpah dan lain-lain

Setelah memperhatikan begitu luasnya ruang lingkup pembahasan fiqh. dapatlah kita
bayangkan seluas apa pula ruang lingkup pengajaran agama.
BAB III

PENUTUPAN

A.    KESIMPULAN

Dapat diambil kesimpulan dari pembahasan di atas bahwasanya ilmu fikih memiliki
pengertian secara Bahasa, Istilah, Etimologi, Terminologi dan juga pengertian
menurut para ulama atau ahli pada bidangnya.

Didalam ilmu fikih ada ruang lingkup yang harus kita ketahui yaitu:

- Rubu’ ibadat

- Rubu’ muamalat

- Rubu’ munakahat dan

- Rubu’ jinayat.

Menurut Prof. T.M. Hasbi Ashiddieqqi bila kita perinci lebih lanjut, dapat
dikembangkan menjadi 8 (delapan) topik (bab):

1.      Fiqih ibadah

2.      Fiqih Al Ahwal As Sakhsiyah

3.      Fiqih muamalah

4.      Fiqih Siasah Syar’iyyah

5.      Fiqih Al ‘Uqubat

6.      Fiqih As Siyar

7.      Fiqih Akhlak atau Adab


8.      Fiqih yang membahas persoalan peradilan dan pengadilan

B.     SARAN

Sebagai muslimin dan sebagai umat rosululloh Saw kita harus mengetahui tentang ilmu fiqih
yang dimana akan kita amalkan  pada kehidupan sehari-hari agar kita tidak salah dalam
melaksanakan ibadah   kepada Alloh SWT.

DAFTAR PUSTAKA

https://islamguardians.blogspot.co.id/2017/05/pengertian-ilmu-fiqih-menurut-bahasa.html

http://ilmu-islamm.blogspot.co.id/2012/05/pengertian-fiqih-secara-etimologi.html

http://pustaka.abatasa.co.id/pustaka/detail/fiqih/ilmu-fiqih/116/terminologi-ilmu-fiqh.html

http://gurufiqh.blogspot.co.id/2015/08/pengertian-ilmu-fiqh-menurut-ulama.html

http://www.hamba-allah.com/2014/08/ruang-lingkup.html

http://pustaka.abatasa.co.id/pustaka/detail/fiqih/ilmu-fiqih/117/pengertian-dan-ruang-
lingkup-fiqh.html

Anda mungkin juga menyukai