Anda di halaman 1dari 12

i

MAKALAH

MUJAHADAH DAN MURAQABAH

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata kuliah : Akhlak Tasawuf

Kelompok 8

Disusun Oleh :

1. Zukni Safikur rahman (204104010046)


2. Yuli Sofyana (204104010050)
3. Sinta Nur Mayliana Putri (204104010051)

KELAS IAT 2
JURUSAN ILMU AL QURAN TAFSIR
FAKULTAS USULUDDIN ADAB DAN HUMAINIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) JEMBER
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan karunia-NYA kami bisa
menyelesaikan makalah ini sesuai dengan ketepatan waktu.
Tak lupa ucapan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah mengarahkan
kami dari awal pembuatan makalah ini. Juga kepada semua pihak yang membantu kami
dalam menemukan referensi-referensi demi kesempurnaan pembahasan dalam makalah
ini. Sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan kriteria isi pembahasan yang telah
ditentukan.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini sekalipun kami telah
berusaha membuatnya sesempurna mungkin. Dan juga makalah ini merupakan makalah
pertama kami. Maka dari itu kami mengharap kritik dan saran untuk makalah ini agar bisa
lebih disempurnakan lagi.

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR …….……………………………………………………………………………………………………………………. i

DAFTAR ISI ……..………………………………………………………………………………………………………………….. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ……………………………………………………………………………………………………… 1

B. RUMUSAN MASALAH ……………………………………………………………………………………………………… 2


C. TUJUAN PENULISAN ……………………………………………………………………………………………………... 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Mujahadah ………………………………………………………....................................................

B. Dalil-dalil Mujahadah …………………………………………………….......................................................

C. Contoh Sikap Mujahadah ………………………………………………………………........................................

D. Definisi Muraqabah ............................................................................................................

E. Dalil-dalil Muraqabah ............................................................................................................

F. Contoh Sikap Muraqabah .........................................................................................................

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN .......................................................................................................................

B. DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Spiritual yang bersifat fitrah pada setiap manusia. Spiritual berfungsi sebagai
alat pengontrol, agar dimensi kemanusiaan tidak ternodai oleh modernisasi yang
mengaruh pada dekadensi moral dan anomali nilai-nilai. Melihat pentingnya
spiritualitas, tak heran jikalau manusia selalu memburu pada pemiliknya. Tanpa
dibimbing oleh spiritualitas, maka manusia dalam hidupnya akan mengalami
derita batin dan kehampaan hidup yang akut. Hidup akan terasa tidak bermakna,
kosong tidak tahu untuk apa hidup ini.

Islam merupakan agama yang sempurna. Kesempurnaannya hingga


menjadikannya Rahmatan lil‟Aalamin. Rasulullah SAW adalah pembawa
kesempurnaannya di dunia ini.Tidak heran jika hal itu sangat menjadi topik
utama dalam kehidupan ini. Menjadi awal dan dasar kehidupan seseorang untuk
menjadi bahagia di dunia dan akhirat.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Definisi Mujahadah
2. Dalil-dalil Mujahadah
3. Contoh sikap Mujahadah
4. Definisi Muraqabah
5. Dalil-dalil Muraqabah
6. Contoh Sikap Muraqabah

1.3 Tujuan Pembahasan


1. Menjelaskan Definisi Mujahadah
2. Menjelaskan Dalil-dalil Mujahadah
3. Menjelaskan Contoh Sikap Mujahadah
4. Menjelaskan Definisi Muraqabah
5. Menjelaskan Dalil-dalil Muraqabah
6. Menjelaskan Contoh Sikap Mujahadah

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Mujahadah

▪︎Dalam pengertian kaum sufi, mujahadah yaitu "upaya spiritual melawan hawa nafsu dan
berbagai kecenderungan jiwa rendah". Mujahadah adalah perang terus menerus melawan
hawa nafsu, dan perang ini dianggap sebagai perang besar (al-jihad al-akbar), dan perang ini
menggunakan senjata samawi berupa dzikir kepada Allah.

▪︎Mujahadah merupakan amalan baik lahir maupun batin. Tujuan untuk mencapai karunia
Allah. Karunia itu bisa berupa mahabbatullah, mukasyafah, musyahadah, dan ma'rifah.

Jika seseorang telah mencapai maqam ini, maka daya batinnya dapat diberdayakan secara
maksimal. Sementara itu, Allah swt berfirman agar kita harus bersungguh-sungguh dalam
meraih karunia yang empat tadi. Hal tersebut tertuang dalam QS. Al-Hajj ayat 78:

‫وجاهدوا في هللا حق جهاده هو اجتباكم وما جعل عليكم في الدين‬

Artinya : “Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya.

▪︎Maksud bersungguh-sungguh dalam ayat tersebut yakni, bersungguh-sungguh dalam


memelihara diri dari perbuatan dosa. Bersungguh-sungguh untuk berpindah dari kebiasaan
buruk ke kebiasaan baik, dari baik menjadi lebih baik lagi. Dan bersungguh-sungguh
melawan hawa nafsu.

▪︎Seseorang yang ingin menjerniihkan hatinya demi ridha Allah, tentunya harus jujur untuk
berjuang melawan hawa nafsu dan melakukan perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik.

▪︎para ulama salaf sering berpesan agar seseorang bersungguh-sungguh dalam menempuh
hidup dan menjalani kebenaran. Diantaranya adalah Imam As-sirri, beliau berkata :
“Bersungguh-sungguhlah kalian sebelum mencapai batas akhir kemampuan yang membuat
kalian lemah, dan kekurangan sebagaimana kelemahan dan kekurangan fisik kalian.”

Sedangkan sebagian ulama sufi , seperti Al-Qazaz memberikan teori tentang mujahadah
dalam menempuh jalan menuju kebenaran.

3
B. Dalil-dalil Mujahadah

Dalil tentang mujahadah :

1) Dalil yg bersumber dari al-qur'an

َ‫ْض َوالَّ ِذين‬ ٍ ‫ضهُم أَوْ لِيَا ُء بَع‬ُ ‫ك بَ ْع‬ َ ِ‫َصرُوا أُولَئ‬ ِ ِ‫إِ َّن الَّ ِذينَ آَ َمنُوا َوهَا َجرُوا َو َجاهَدُوا بِأ َ ْم َوالِ ِه ْم َوأَ ْنفُ ِس ِه ْم فِي َسب‬
َ ‫يل هَّللا ِ َوالَّ ِذينَ آَ َووْ ا َون‬
‫ِّين فَ َعلَ ْي ُك ُم النَّصْ ُر إِاَّل َعلَى قَوْ ٍم بَ ْينَ ُك ْم‬ َ ‫اجرُوا َوإِ ِن ا ْستَ ْن‬
ِ ‫صرُو ُك ْم فِي الد‬ ِ َ‫آَ َمنُوا َولَ ْم يُهَا ِجرُوا َما لَ ُك ْم ِم ْن َواَل يَتِ ِه ْم ِم ْن َش ْي ٍء َحتَّى يُه‬
ِ َ‫ق َوهَّللا ُ بِ َما تَ ْع َملُونَ ب‬
‫صي ٌر‬ ٌ ‫َوبَ ْينَهُ ْم ِميثَا‬

Surat al-anfal ayat 72 :

Artinya : Sesungguuhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan
harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan
pertolongan (kepada muhajirin), mereka itu satu sama lain saling melindungi. Dan (terhadap)
orang-orang yang beriman tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikit pun
bagimu melindungi mereka, sampai mereka berhijrah. (tetapi) jika mereka meminta
pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah terikat perjanjian antara kamu dengan mereka.
Dan Allah SWT Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.

2) Dalil yang bersumber dari al-hadits :

‫ب‬ َ ‫ك نَ ْف َسهُ ِع ْن َد ْالغ‬


ِ ‫َض‬ ُ ِ‫ إِنَّ َما ال َّش ِدي ُ„د الَّ ِذى يَ ْمل‬، ‫ْس ال َّش ِدي ُ„د بِالصُّ َر َع ِة‬
َ ‫ لَي‬: ‫قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬

hadits tersebut riwayat bukhori , muslim dan ahmad

Artinya : Rasulullah SAW bersabda : Bukanlah orang kuat itu yang (biasa menang) saat
bertarung/bergulat, tetapi orang kuat itu adalah yang (mampu) mengendalikan nafsunya
ketika marah.

▪︎makna yg terkandung dari hadits tersebut adalah :

1) Pengertian kuat dalam islam bukan yang selalu menang saat bertarung, berkelahi atau
bergulat

2) Pentingnya kontrol atau mawas diri ketika meniti kehidupan.

4
3) Kemenangan dan keberhasilan hanya dapat diraih oleh orang-orang yang mampu
mengendalikan dirinya, meredam hawa nafsunya saat marah, dan selalu meningkatkan
kesabaran saat ditimpa musibah.

C. Contoh Sikap Mujahadah

▪︎contoh mujahadah dalam kehidupan bermasyarakat :

1) Memaafkan kesalahan teman dan orang lain yang berbuat “aniaya” kepada kita.

2) Bersabar dengan tidak membalas terhadap ejekan atau cemoohan teman yang tidak suka
terhadap kamu.

3) Ikhlas terhadap segala bentuk cobaan dan musibah yang menimpa, dengan terus berupaya
memperbaiki diri dan lingkungan.

4) Menjauhi sifat dengki atau iri hati kepada orang lain dengan tidak membalas kedengkian
mereka kepada kita

5) Mensyukuri segala nikmat yang telah diberikan Allah Swt. kepada kita, dan tidak merusak
nikmat tersebut; seperti menjaga lingkungan agar selalu bersih, menjaga tubuh dengan
merawatnya, berolahraga, mengonsumsi makanan dan minuman yang halal, dan sebagainya.

D. Definisi Muraqabah

▪︎Muraqabah adalah sifat seseorang yang merasa selalu dilihat dan diawasi oleh Allah SWT.
Dengan adanya sifat ini, orang akan takut untuk melakukan keburukan karena akan selalu
merasa diawasi dan dilihat oleh Allah SWT. Sebagai manusia, jelas kita tidak pernah bisa
untuk melihat Allah SWT, namun jika kita kokoh akan pengetahuan tentang Allah SWT,
nama-nama-Nya, mempercayai bahwa Dia pencipta alam semesta, maka kita akan selalu
merasa Allah SWT sangat dekat dengan diri kita dan enggan untuk berbuat kejahatan.

▪︎Ketika bermuraqabah, kita akan selalu ingat waktu untuk bermunajat kepada Allah SWT,
untuk bermuhasabah, dan saat menikmati nikmat yang halal. Semakin tinggi orang
bermuraqabah dan bermuhasabah, akan semakin sadar pula bahwa dirinya sangat jauh
tertinggal dalam amal kebajikan. Maka, kesadaran inilah yang melahirkan tindakan positif
dengan melipatgandakan kebaikan yang dilakukan.

5
▪︎Muraqabah secara etimologi berasal dari bahasa Arab yaitu penjagaan atau pengawasan.
Sedangkan menurut istilah muraqabah adalah perasaan yang selalu dirasakan atau selalu ada
dalam pengawasan Allah SWT.

▪︎Pengertian Muraqabah Menurut Para Ulama

1.) Menurut Imam al-Qusyairi, muraqabah adalah keadaan seseorang yang meyakini bahwa
Allah SWT selalu melihat dan mengawasi makhluk-Nya.

2.) Menurut Syaikh Ibrahim bin Khawas, muraqabah adalah bersihnya segala amalan, baik
yang sembunyi-sembunyi atau yang terang-terangan hanya kepada Allah.

▪︎Sikap muraqabah akan menghadirkan kesadaran pada diri dan jiwa seseorang bahwa ia
selalu bangun dan dilihat oleh Allah SWT disetiap waktu dan dalam setiap kondisi apapun.
Sehingga dengan adanya kesadaran seseorang akan meneliti apa-apa yang telah mereka
lakukan dalam kehidupan sehari-hari, apakah sudah sesuai dengan kehendak Allah Swt atau
malah menimpang dari apa yang Ia tentukan.

E. Dalil-dalil Muraqabah

Dalil tentang keutaman muraqabah ini sangat banyak ditemukan dalam al-Quran dan Sunnah.

1) Dalil yang bersumber dari Al-Quran :

 َ‫اِ َّن هّٰللا َ َم َع الَّ ِذ ْينَ اتَّقَوْ ا وَّالَّ ِذ ْينَ هُ ْم ُّمحْ ِسنُوْ ن‬

Surat An-Nahl ayat 128:

“ Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat
kebaikan”

Orang yang selalu memiliki nilai muraqabah dalam dirinya akan mendapatkan ma’iyah
khoshshoh dari Allah Ta’ala, ini hanya untuk hamba-hamba yang bertakwa dan berbuat
kebaikan. Mereka itu orang-orang yang meraih pertolongan, bantuan dan taufiq dari Allah
Ta’ala.

6
2) Dalil yang bersumber dari Al-Hadits :

َّ ‫ب لِقَا َء هللاِ أَ َح‬


ُ‫ َو َمنْ َك ِرهَ لِقَا َء هللاِ َك ِرهَ هللاُ لِقَا َءه‬،ُ‫ب هللاُ لِقَا َءه‬ َّ ‫ َمنْ أَ َح‬:‫سلَّ َم‬
َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫قَا َل َر‬
َ ِ‫س ْو ُل هللا‬

Artinya :“Barang siapa yang merindukan pertemuan dengan Allah, maka Allah pun akan
merindukan pertemuannya dengan diri-Nya. Dan barang siapa yang tidak menyukai
pertemuan dengan Allah, maka Allah pun tidak menyukai pertemuan dengannya” (HR.
Bukhari).

Dan rasa rindu seperti ini tidak akan muncul kecuali dari adanya sifat muraqabah.

F. Contoh Sikap Muraqabah

1. Merenungi dan memahami nama-nama dan sifat-sifat Allah Ta’ala.

2. Selalu merasakan dan memikirkan nikmatnikmat-Nya kepada kita.

3. Mengingat Akhirat.

4. Memperbanyak Melakukan Ketaatan.

7
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Bagaimanapun juga, Allah pasti akan melihat, mendengar dan mengetahui segala gerak
gerik kita, meskipun kita sendiri mungkin tidak menyadari hal tersebut. Namun waktu terus
berjalan, menuju ajal dan kematian kita, sementara kita masih bergelimang dengan
kemaksiatan. Sebuah pertanyaan yang menggetarkan hati muncul, ‘ akankah kita membiarkan
diri kita terjerumus dalam neraka, dengan kemaksiatan yang kita lakukan?’ Ataukah kita akan
memperbaiki diri dengan bermuraqabah kepada Allah agar kita jauh dari kemaksiatan dan
dekat pada ketaatan hingga kita dapat menggapai ridha-Nya? Jawaban pertanyaan ini, ada
dalam diri kita masing-masing.

8
DAFTAR PUSTAKA

- Al Aziz, S., Moh. Saifulloh. 1998. Risalah Memahami Ilmu Tasawuf, Surabaya : Terbit
Terang
- Asmaran,1994. Pengantar Studi Tasawuf. Jakarta : Raja Grafindo Persada[1] Ibid

- Al-Ghazali.1980. Ihya Ulum Al-Din, Juz 8. Beirut : Dar al-Fikr

- Hawwa, Sa’id.1998. intisari ihya’ ‘ulumuddin Al-Ghazali : Mensucikan Jiwa konsep


tazkiyatun nafs terpadu . Rabbani Press

Anda mungkin juga menyukai