Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PEMBIASAAN AKHLAK TERPUJI (IKHTIAR, TAWAKAL, SABAR,

SYUKUR, QANA’AH)

Dosen Pengampu: Zahra Rahmatika M,Pd,I

Disusun oleh kelompok 9:

1. Ayu Andini :2211010264


2. Diky Ferianto Suseno : 2211010274
3. Endari Eka Peratiwi : 2211010284

Kelas H Semester 2

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

1444 H / 2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah swt. yang telah melimpahkan taufiq, hidayah,
rahmat dan Inayah-Nya kepada kami (penulis), sehingga dengan izin dan Kekuatan dari-Nya
untuk kami, kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan baik dan tepat pada
waktunya, sebagai bentuk tugas kelompok dari Mata kuliah aqidah akhlak smp/mts.

Kami mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan dan juga semua unsur yang
telah banyak membantu kami dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini dari awal hingga
akhir. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi diri pribadi penulis
sendiri maupun bagi pembaca pada umumnya, baik sebagai bahan bacaan ataupun sebagai
bahan referensi dalam penyusunan suatu tulisan.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Zahra Rahmatika M,Pd,I. Sebagai
Dosen Pembimbing Mata Kuliah yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan
kepada kami dalam penyusunan makalah ini dengan baik dan benar.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, 8 Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................................. 1


B. Rumusan masalah ........................................................................................................ 1
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................... 2

A. IKHTIAR. .................................................................................................................... 2
B. TAWAKAL ................................................................................................................. 3
C. SABAR ........................................................................................................................ 5
D. SYUKUR ..................................................................................................................... 6
E. QONA’AH ................................................................................................................... 7

BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 9

A. KESIMPULAN ................................................................................................................... 9

B. SARAN ............................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kata akhlak berasal dari dari bahasa arab khuluq yang jamaknya akhlak yang artinya
perangi atau budi pekerti. Ukuran akhlak itu baik atau buruk adalah motif yang mendasari
perbuatan dan tindakan dan adanya petunjuk yang mengatakan itu baik berdasarkan firman
Allah dan sabda Rasul saw. Jadi pemahaman akhlak adalah seseorang yang mengerti benar
tentang segala sesuatu tindakannya hanya mengharap ridha Allah SWT.

Kata akhlak berasal dari dari bahasa arab khuluq yang jamaknya akhlak yang artinya perangi
atau budi pekerti. Ukuran akhlak itu baik atau buruk adalah motif yang mendasari perbuatan
dan tindakan dan adanya petunjuk yang mengatakan itu baik berdasarkan firman Allah dan
sabda Rasul saw. Jadi pemahaman akhlak adalah seseorang yang mengerti benar tentang
segala sesuatu tindakannya hanya mengharap ridha Allah SWT.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pengertian Ikhtiar ?


2. Bagaimana Pengertian Tawakal ?
3. Bagaimana Pengertian Sabar ?
4. Bagaimana Pengertian Syukur ?
5. Bagaimana Pengertian Qona’ah ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Pengertian Ikhtiar


2. Untuk mengetahui Pengertian Tawakal
3. Untuk mengetahui Pengertian Sabar
4. Untuk mengatahui Pengertian Syukur
5. Untuk mengetahui pengertian qona’ah

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. IKHTIAR

Ikhtiar berasal dari kata bahasa arab ikhtiyar yang memiliki arti mencari hasil yang
lebih baik, memilih. Sedangkan dalam KBBI kata ikhtiar berarti alat, syarat untuk mencapai
tujuan yang dimaksud. Adapun secara istilah pengertian ikhtiar yakni, suatu usaha yang
dilakukan dengan segala cara untuk mendapat hasil yang maksimal, ikhtiar juga dapat
diartikan sebagai usaha yang dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk dapat merasakan
kebahagiaan dalam hidup, baik di dunia maupun di akhirat.1

Ikhtiar merupakan sebuah usaha yang seharusnya dilakukan manusia untuk dapat
memenuhi segala kebutuhan dalam kehidupannya, baik secara material, emosional, spiritual,
kesehatan, seksual, dan juga masa depannya agar tujuan hidup untuk dapat sejahtera dunia
akhirat dapat terpenuhi.2 Ikhtiar disini memang seharusnya dilakukan dengan sungguh-
sungguh, sepenuh hati dan semaksikmal mungkin tapi juga tak lepas dari seberapa besar
kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya. Mengingat manusia memiliki cita-cita dan
kenginan untuk dapat sukses dan bahagia, dan sewajarnya tidak ada orang yang
menginginkan sebuah kegagalan. Apabila keinginan atau cita-cita yang dikehendakinya dapat
dikelola dengan baik, maka akan didapatkan jalan untuk menggapai kesuksesan yang
diinginkan, tentu saja kesuksesan itu tidak akan diperoleh tanpa adanya usaha. Seperti halnya
firman Allah dalam surat Ar-Ra’d ayat 11 :

‫ّللاَ ََ يََُ ِيّ ُر َم ِبقَ ۡو ٍٍ ََّٰ ٰ يََُ ِيّ ُر ۡوا َم بِ َ ۡنفُ ِِ ِِ ۡۡؕ َواََِا‬ ُ َ‫لَهٗ ُم َع ِقّبٰتٌ ِ ّم ۡۢۡن بَ ۡي ِن َيدَ ۡي ِه َو ِم ۡن خ َۡل ِف ٖه َي ۡحف‬
ٰ ‫ظ ۡونَهٗ ِم ۡن اَمۡ ِر‬
ٰ َّ ِ‫ّللاِؕ ا‬

ٍٍ ‫س ۡو ًءا فَ ََل َم َرد َلهٗ ۚ َو َم لَ ُِ ۡۡ ِ ّم ۡن د ُۡو ِن ٖه ِم ۡن وا‬ ٰ َ‫ا َ َراد‬


ُ ٍٍ ‫ّللاُ ِبقَ ۡو‬

1
Subandi, Sabar: Sebuah Konsep Psikologi Jurnal Psikologi: Volume 38, No 2, Desember 2011: hlm
215-227.
2
Yusuf al-Qardhawy, “sabar, sifat orang beriman: Tafsir tematik Al-quran” Jakarta: Rabbani Press,
2003. Hlm 18.
2
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan
terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada
pelindung bagi mereka selain Dia”

Dari ayat ini dapat dipahami bahwasanya usaha merupakan faktor penting untuk
mengubah diri menjadi lebih baik. Salah satu bentuk ikhtiar untuk dapat mewujudkan sebuah
cita-cita diantaranya terdapat lima hal yang harus diperhatikan3 , yaitu: fokus pada cita-cita
dan masa dengan yang diimpikan. Memikirkan dengan seksama apa yang benar-benar
diinginkan, menyusun sebuah rencana, menggali potensi dan kelebihan yang dimiliki,
menemukan strategi, cara dan segala kemungkinan untuk dapat mewujudkannya, yakin dan
percaya bahwa diri ini bisa untuk mewujudkan itu. Apabila gagal dalam suatu ikhtiar, setiap
orang terutama muslim dianjurkan untuk bersabar dan berdoa pada Allah, karena orang yang
sabar dan berserah tidak akan gelisah dan berkeluh kesah ataupun putus asa. Agar ikhtiar atau
usaha dapat berhasil dan sukses, maka hendaknya usaha tersebut dilandasi dengan niat ikhlas
untuk mendapatkan ridho Allah SWT.

B. TAWAKAL

Tawakal adalah salah satu sifat yang harus dimiliki bagi setiap orang muslim.
Tawakal merupakan akhlak iman yang agung. Menurut Muhammad bin Hasan asy-Syarif,
tawakal adalah orang yang mengetahui bahwa hanya Allah penanggung rizkinya dan
urusannya. Oleh karena itu ia bersandar kepada-Nya semata-mata dan tidak bertawakal
kepada selain-Nya.3 Menurut imam al-Ghazali tawakal adalah pengendalian hati kepada

3
Haidarotul Milla, Hubungan Tawakal Dengan Kecemasan Pada Jama’ah Pengajian AlIman Stasiun
Jerakah Semarang, Skripsi, (Semarang: Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Walisongo, 2015), hlm
18.

3
Tuhan Yang Maha Pelindung karena segala sesuatu tidak keluar dari ilmu dan kekuasaan-
Nya, sedangkan selain Allah tidak dapat membahayakan dan tidak dapat memberikan
manfaat. Menurut al-Imam Ahmad tawakal adalah amal hati, karena ia merupakan amal hati,
maka ia bukan dinyatakan dengan perkataan lisan dan amal anggota tubuh. Sahl mengatakan
bahwa tawakal merupakan kepasrahan kepada Allah menurut apa pun yang dikehendaki-Nya.
Sedangkan Dzun-Nun mengatakan bahwa tawakal artinya tidak bersandar kepada pengaturan
diri sendiri, berlepas dari daya dan kekuatan diri sendiri, tawakal seorang hamba semakin
kuat jika dia mengetahui bahwa Allah mengawasi dan melihat dirinya.4

Menurut pandangan Islam, tawakal adalah tumpuan terakhir setelah melakukan


ikhtiar/usaha yang sungguh-sungguh secara maksimal, kemudian menyerahkan segalanya dan
yakin hanya kepada Allah Swt. yang mampu menyelesaikan segala urusan, setelah manusia
tidak mampu lagi menyelesaikannya. Setiap amal kebajikan telah ditetapkan balasannya
dengan jelas oleh Allah Swt. dan Dia telah menjadikan diri-Nya sebagai balasan orang yang
tawakal (berserah diri) kepada-Nya.5

Allah Swt. berfirman dalam Q.S. al-Ahzab : 3

‫ّللاِ َۗو َك ٰف بِ ّٰٰللِ َو ِكي ًَْل‬


ٰ َ‫عل‬
َ ‫وت ََوك ْل‬

“Dan bertawakalah kepada Allah, dan cukuplah Allah sebagai Pemelihara.”

Bila dikatakan cukuplah Allah Swt. sebagai pemelihara, maka hal ini hanya dimiliki
oleh Allah dan tidak ada satupun makhluk yang bisa dijadikan sebagai satu-satunya
pemelihara. Hanya Allah Swt. yang mendatangkan manfaat dan menghindarkan mudharat
apabila makhluk-Nya bertawakal kepada-Nya.

4
Abu Hamid Muhammad al-Ghazali, Muhtashar Ihya Ulum al-Din, terj.Moh. Solikhim, (Jakarta:
Pustaka Amani, 1995), hlm 290.

5
Haidarotul Milla, “Hubungan Tawakal Dengan Kecemasan Pada Jama’ah Pengajian Al-Iman
Stasiun Jerakah Semarang,” Skripsi, 9

4
C. SABAR

Sabar (Shabr) adalah salah satu konsep yang penting dalam alquran. Alquran sangat
memperhatikan masalah kesabaran ini karena ia memiliki nilai keagamaan dan akhlak yang
sangat tinggi. Perlu disadari, sabar bukanlah masalah sekunder atau pelengkap, tetapi
merupakan masalah primer yang dibutuhkan manusia untuk meningkatkan kualitas material
dan moralnya, serta mencapai kebahagiaan individual dan sosial. Agama tidak akan tegak,
dan dunia tidak akan bangkit kecuali dengan sabar. Tidak akan ada kemenangan yang
tercapai baik di dunia maupun di akhirat kecuali dengan sabar. Siapa yang bersabar pasti
akan mendapatkan tujuan, tetapi bagi yang tidak sabar maka tidak akan mendapatkan sesuatu
karena sabar mencakup segenap cabang iman dan akhlak Islam. Masyarakat Indonesia sendiri
banyak menggunakan konsep sabar baik dalam konteks agama, maupun budaya. Dalam
kehidupan sehari- hari konsep ini banyak sekali digunakan orang ketika menghadapi berbagai
persoalan psikologis seperti stress, musibah, atau sedang dalam kondisi marah. Oleh karena
itulah konsep sabar pada umumnya dikaji dalam konteks moralitas dan religius.6

Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna. Allah memberi karunia
berupa akal kepada manusia yang mana dengan akal inilah yang membedakan antara manusia
dengan makhluk yang lainnya. Oleh karena itu manusia adalah makhluk yang mukallaf
(dibebani) dan diberi cobaan, maka sabar adalah suatu kekhasan yang menonjol. Imam al-
Ghazali memberikan penjelasan dan analisisnya mengenai makna sabar sebagai berikut :

“Sabar adalah suatu sifat khas yang dimiliki manusia, sesuatu yang tidak dimiliki oleh
binatang sebagai faktor kekurangannya, dan malaikat sebagai faktor kesempurnaannya” 7

Sabar bukan hanya di saat manusia mendapat musibah atau saat diuji oleh Allah
seperti yang kebanyakan orang fahami selama ini saja, sabar juga meliputi sabar dalam
peperangan, sabar dalam perbedaan pendapat, dan sabar dalam melaksanakan segala perintah

6
Subandi, Sabar: Sebuah Konsep Psikologi Jurnal Psikologi: Volume 38, No 2, Desember 2011: 215-
227 Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada

7
Yusuf Al-Qardhawy,”Sabar, Sifat Orang Beriman: Tafsir Tematik Alquran” Jakarta: Rabbani
Press,2003 hal.18

5
Allah dan menjauhi larangan-Nya, dan Sabar juga bermakna ketundukan secara total terhadap
kehendak Allah. Dari sinilah, manusia bisa memahami mengapa alquran menjadikan sabar
sebagai syarat bagi kebahagiaan manusia baik didunia maupun di akhirat, sebagai tiket masuk
ke syurga, dan sarana untuk mendapatkan sambutan dari para malaikat, sabar juga mencakup
segenap cabang iman dan akhlak Islam.

D. SYUKUR

Kata syukur diambil dari kata syakara, syukuran, wa syukuran,dan wa syukuran yang
berarti berterima kasih kepada-Nya. inila disebut kata asy-syukru, maka artinya ucapan
terimakasih, syukranlaka artinya berterima kasih bagimu, asy-syukru artinya berterima kasih,
asy-syakir artinya yang banyak berterima kasih.

Kebersyukuran merupakan kontruksi kognitif, emosi, dan perilaku. Kebersyukuran


sebagai kontruksi positif ditunjukkan dengan mengakui adanya kemurahan dan kebaikan hati
atas berkah yang telah diterimanya dan fokus terhadap hal positif di dalam dirinya saat ini.
Sebagai konstruksi emosi, kebersyukuran ditandai dengan kemampuan mengubah respon
emosi terhadap suatu peristiwa sehingga menjadi lebih bermakna.8

Dalam Surah al-insan, ayat 9 :

ُ ُ َ ُ ْ ُ ُ َ ٰ ْ َ ُ ْ ُ َّ
‫اّلل ا ن ْي ْد ِنكك ْم َج َاا ًء َّو ا شك ْو ًرا‬
ِ ‫ِان َما نط ِع ُمك ْم ِلوج ِه‬

“sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan


Allah, kami tidak menghendaki balasan darikamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih”.

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah tidak meminta dan mengharapkan dari kalian
balasan dan lain-lainnya yang mengurangi pahala, kemudian Allah memperkuat dan
menjelaskan lagi bahwa (ia tidak mengharapkan balasan dari hamba-Nya, dan tidak pula
meminta agar kalian berterimakasih kepada-Nya.

8
Emmons, R. A., McCullough, M. E, “ The Psychology of Gratitude”, ( New York : Oxford University
Press, Inc. 198 Madison Avenue, 2004), hal. 190

6
Tidak perlu diragukan lagi akan keutamaan syukur dan ketinggian derajatnya, yakni
syukur kepada Allah atas nikmat-nikmat-Nya yang datangterus beruntung dan tiada habis-
habisnya. dii dalam Al-quran Allah menyuruh bersyukur dan melarang kebalikannya. Allah
memuji $rang-$rangyang mau bersyukur dan menyebut mereka sebagai makhluk-makhluk-
Nyayang istimewa. Allah menjadikan syukur sebagai tujuan penciptaan-Nya, dan
menjanjikan $rang-$rang yang mau melakukannya dengan balasan yangsangat baik. Allah
menjadikan syukur sebagai sebab untuk menambahkankarunia dan pemberian-Nya, dan
sebagai sesuatu yang memelihara nikmat- Nya. Allah memberitahukan bahwa $rang-$rang
yang mau bersyukur adalah orang-orang yang dapat meman#aatkan tanda-tanda kebesaran-
Nya.

E. QONA’AH

Amanah menurut bahasa adalah merasa cukup atau rela, sedangkan menurut istilah
ialahsikap rela menerima dan merasa cukup atas hasil yang diusahakannya serta menjauhkan
diridari dari rasa tidak puas dan perasaan kurang.&asulullah mengajarkan kita untuk ridha
dengan apa yang telah ditetapkan oleh AllahSW', baik itu berupa nikmat kesehatan,
keamanan, maupun kebutuhan harian. Qona’ah adalah gudang yang tidak akan habis.

Sebab, qona’ah adalah kekayaan jiwa. dan kekayaan jiwa lebih tinggi dan lebih mulia
dari kekayaan harta. kekayaan jiwa melahirkan sikapmenjaga kehormatan diri dan menjaga
kemuliaan diri, sedangkan kekayaan harta dan tamak pada harta melahirkan kehinaan diri.

Sudah dijelaskan bahwa qona’ah merupakan sikap rela menerima dan merasa cukup
atas hasilyang diusahakannya serta menjauhkan diri dari dari rasa tidak puas dan perasaan
kurang.Meski demikian, orang sorang yang memiliki sikap qana’ah tidak berarti atalis dan
menerima nasib begitu saja tanpa ikhtiar. -rang$orang hidup qana’ah bisa saja memiliki harta
yangsangat banyak, namun bukan untuk menumpuk kekayaan. kekayaan dan dunia yang
dimilikinya, dibatasi dengan rambu rambu Allah SWT. dengan demikian, apa pun yang
dimilikinya tak pernah melalaikannya dari mengingat Sang Maha Pemberi rezky. Sebaliknya,
kenikmatan yang ia dapatkan justru menambah sikap Qana’ah nya dan mempertebal rasa
syukurnya.

7
Adapun contoh bersikap qana’ah dalam kehidupan, diantaranya :

1. saat bekerja dan berusaha untuk mencapai hasil terbaik.


2. jika hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan yang diharapkan, tidak mudah kecewa dan
berputus asa.
3. Selalu bersyukur atas apa yang menjadi hasil usahanya, dan tidak pernah merasa iri
ataskeberhasilan yang diperoleh orang lain.
4. Hidupnya sederhana dan menyesuaikan diri dengan keadaan, tidak rakus dan tidak
tamak.
5. Selalu yakin bahwa apa yang didapatnya dan yang ada pada dirinya merupakan
anugerahdari Allah SWT.

Perbuatan qana’ah yang dapat kita lakukan misalnya puas terhadap apa yang kita
miliki saatini, Maka hendaklah dalam masalah keduniaan kita melihat orang yang di bawah
kita, dandalam masalah kehidupan akhirat kita melihat orang yang di atas kita. Hal ini
sebagaimanatelah ditegaskan rasulullah dalam sebuah hadis yang artinya1 lihatlah orang yang
di bawahkalian dan janganlah melihat orang di atas kalian, karena yang demikian itu lebih
layak bagikalian agar kalian tidak memandang hina nikmat Allah yang dilimpahkan kepada
kalian. (Muttafakun Alaih)

8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari makalah tersebut yaitu sebagai berikut:


1. Ikhtiar adalah usaha sungguh-sungguh seorang hamba untuk memperoleh apa yang
dikehendakinya. Orang yang berikhtiar berarti dia memilih suatu pekerjaan kemudian dia
melakukan pekerjaannya dengan sungguh-sungguh agar dapat berhasil dan sukses.
2. Tawakkal ialah menyandarkan kepada Allah swt tatkala menghadapi suatu kepentingan,
bersandar kepadaNya dalam waktu kesukaran, teguh hati tatkala ditimpa bencana disertai
jiwa yang tenang dan hati yang tenteram.
3. Sabar adalah suatu rin menahan emosi dan keinginan, serta bertahan dalam situasi sulit
dengan tidak mengeluh. Sabar merupakan kemampuan mengendalikan diri yang juga
dipandang sebagai sikap yang mempunyai nilai tinggi dan mencerminkan kekokohan jiwa
orang yang memilikinya.
4. Syukur adalah berterima kasih kepada yang telah memberikan sesuatu kepada kita.
Menurut istilah syara', syukur adalah pengakuan terhadap nikmat yang diberikan oleh
Allah subhanahu wa ta'alla dengan disertai ketundukan kepada-Nya dan mempergunakan
nikmat tersebut sesuai dengan kehendak Allah.
5. Qanaah adalah sikap rela menerima dan merasa cukup atas hasil yang diusahakannya
serta menjauhkan diri dari dari rasa tidak puas dan perasaan kurang. Orang yang memiliki
sifat qana'ah memiliki pendirian bahwa apa yang diperoleh atau yang ada didirinya adalah
kehendak Allah .

B. SARAN
Tidak ada manusia yang sempurna seperti halnya dalam ungkapan “manusia tidak
luput dari kesalahan dan kekhilafan”. Oleh karna itu, setelah manusia berusaha keras
melakukanya yang terbaik kita hanya bisa bertawakal kepada Allah sehingga segala keritik
dan saran yang membangun untuk makalah ini (khususnya penulis) sangat kami terima dari
para pembaca, sebab kami meyadari bahwa pemaparan dalam makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan.
9
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah bin umar Ad-Dumaiji, At-Tawakkal Alallah Ta’al. Jakarta : PT Darul Falah, 2006.

Abu Hamid Muhammad al-Ghazali, Muhtashar Ihya Ulum al-Din, terj.Moh. Solikhim,
Jakarta: Pustaka Amani, 1995.

Labib Mz, Rahasia kehidupan orang Sufi, Memahami ajaran Thoriqot dan Tashowwuf.
Surabaya : Bintang usaha jaya, 2006

Subandi, Sabar: Sebuah Konsep Psikologi Jurnal Psikologi : Gadjah Mada, 2011.

Yusuf Al-Qardhawy,”Sabar, Sifat Orang Beriman: Tafsir Tematik Alquran” Jakarta: Rabbani
Press,2003

10

Anda mungkin juga menyukai