Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Meraih ridha Allah adalah keinginan setiap manusia yang menyadari bahwa
itulah harta termahal yang pantas diperebutkan oleh manusia. Tanpa ridha Allah,
hidup seorang manusia akan hampa, kering, tidak dapat merasakan nikmat atas
segala apa yang telah ada dimilikinya, dan bermacam masalah akan datang silih
berganti ke hidup seseorang. Ketika manusia hidup tidak berusaha mendapatkan
ridha Allah, maka hidupnya akan berlalu begitu saja, tidak tahu kemana tujuan
hidup, merasa bosan dengan keadaan, dan hari terasa berlalu begitu cepat namun
tanpa disertai dengan perubahan menuju kebaikan hari demi hari.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ridha ?
2. Apa saja macam-macam ridha ?
3. Bagaimana hikmah dari perilaku ridha ?
4. Bagaimana urgensi ridha bagi pendidik ?

C. Tujuan
1. Menguraikan pengertian ridha.
2. Menyebutkan macam-macam ridha.
3. Memaparkan hikmah ridha.
4. Menjelaskan urgensi ridha bagi pendidik.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ridha
Kata Ridha berasal dari bahasa Arab ‫ ﺍﻟﺮﺿﺎ‬yang berarti senang, suka, rela. Al-

rida merupakan lawan kata dari al-sukht ‫ ﺍﻟﺴﺨﻂ‬yang berarti kemurkaan, rasa tidak

suka. Kata yang semakna dengan al-rida adalah ridhwan ‫ﺭﺿﻮﺍﻥ‬, mardhah

‫ﻣﺮﺿﺎﺓ‬. Kata ridhwan memiliki arti ridha yang banyak, dan kata ridhwan didalam
Al-Quran khusus dari Allah.1
Sedangkan menurut istilah, para ulama memberikan definisi yang berbeda-
beda mengenai ridha, diantaranya sebagai berikut.2
1. Al-Nuri
‫ﺳﺮﻭﺭﺍﻟﻘﻠﺐ ﺑﻤﺮ ﺍﻟﻘﻀﺎﺀ‬
“Kesenangan hati dengan kepahitan putusan”
2. Al-Munawi yang dikutip oleh Salih bin Abdullah
‫ﺍﻟﺮﺿﺎ ﻃﻴﺐ ﻧﻔﺴﻲ ﻟﻼﻧﺴﺎ ﻥ ﺑﻤﺎ ﻳﺼﻴﺒﻪ ﺃﻭ ﻳﻔﻮﺗﻪ ﻣﻊ ﻋﺪ ﻡ‬
“Ridha adalah kerelaan jiwa manusia terhadap apa yang menimpanya atau
sesuatu yang hilang”
3. Al-Muhasibi yang dikutip oleh al-Qusyairi
‫ﺳﻜﻮﻥ ﺍﻟﻘﻠﺐ ﺗﺤﺖ ﻣﺠﺎﺭﻱ ﺍﻷﺣﻜﺎﻡ‬
“Ketenangan hati terhadap pemberlakuan hukum”
Ridha merupakan pelepasan ketidaksenangan dari dalam hati, sehingga yang
tertinggal adalah kebahagiaan dan kesenangan. Pada intinya, ridha adalah
menyikapi segala ketentuan dan keputusan Allah dengan senang hati.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Rabiah al-Adawiyah berikut ini;
‫ ﺇﺫﺍ ﺳﺮﺗﻪ ﺍﻟﻤﺼﻴﺒﺔ ﻛﻤﺎ ﺳﺮﺗﻪ‬: ‫ ﻣﺘﻰ ﻳﻜﻮﻥ ﺍﻟﻌﺒﺪ ﺭﺍﺿﻴﺎ ؟ ﻓﻘﺎ ﻟﺖ‬: ‫ﻭﺳﺌﻠﺖ ﺭﺍﺑﻌﺔ ﺍﻟﻌﺪﻭﻳﺔ‬
‫ﺍﻟﻨﻌﻤﺔ‬

1 Nasirudin, Akhlak Pendidik; Upaya Membentuk Kompetensi Spiritual dan Sosial,


(Semarang: CV. Karya Abadi Jaya, 2015), hlm. 67-68.
2 Nasirudin, Akhlak Pendidik; Upaya Membentuk Kompetensi Spiritual dan Sosial,.....,

hlm. 68-69.

2
Rabiah al-Adawiyah ditanya, kapan seseorang itu dinilai sebagai orang ridha,
Ia menjawab, “ketika dia berbahagia terhadap musibah sebagaimana
berbahagianya terhadap nikmat.”3

B. Macam-macam Ridha
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman

‫ﻭَﻟَﻮْ ﺃَﻧَّﻬُﻢْ ﺭَﺿُﻮﺍ ﻣَﺎ ﺁﺗَﺎﻫُﻢُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻭَﺭَﺳُﻮﻟُﻪُ ﻭَﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﺣَﺴْﺒُﻨَﺎ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺳَﻴُﺆْﺗِﻴﻨَﺎ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻣِﻦْ ﻓَﻀْﻠِﻪِ ﻭَﺭَﺳُﻮﻟُﻪُ ﺇِﻧَّﺎ ﺇِﻟَﻰ‬
َ‫ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺭَﺍﻏِﺒُﻮﻥ‬

Artinya:
“Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah
dan RasulNya kepada mereka, dan berkata: "Cukuplah Allah bagi kami, Allah
akan memberikan sebagian dari karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya,
Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah," (tentulah
yang demikian itu lebih baik bagi mereka).” (Q.S. at-Taubah: 59)
Berdasarkan ayat diatas, tampak adanya perpaduan antara ikhlas, ridha, dan
harapan. Sifat ikhlas yang disertai dengan ridha maka akan menghasilkan karunia
Allah, dan orang yang ridha selalu berikrar ُ‫ ﺣَﺴْﺒُﻨَﺎ ﺍﻟﻠَّﻪ‬dan mereka selalu berharap
kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Ridha merupakan amalan batin yang setiap diri
orang mukmin yang akan menimbulkan kesenangan dan kebahagiaan. Sebab, jika
tidak ridha atas karunia yang sedikit, akan menjadikan manusia bersikap tamak
dan rakus. Ridha yang dimaksud di sini, dapat mengantarkan seseorang untuk
dekat kepada Allah, juga merupakan jalan yang harus ditempuh untuk dekat
kepada-Nya.4

Nasirudin, Akhlak Pendidik; Upaya Membentuk Kompetensi Spiritual dan Sosial,.....,


3

hlm. 69.
4 Nasharuddin, Akhlak; Ciri Manusia Paripurna, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,

2015), hlm. 453.

3
Secara garis besar, ridha dibagi menjadi dua, yaitu :5
1. Ridha terhadap hal-hal yang terkait dengan agama.
Ridha terhadap hal-hal yang terkait dengan agama seperti menerima
syariat Islam berupa perintah dan larangan dari Allah dan menerima akidah
Islam dengan penuh kerelaan. Dengan kerelaan ini, seseorang dengan penuh
kerelaan mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Allah dan meninggalkan
apa yang dilarang. Dengan kerelaan ini, seseorang dengan senang hati
mengimani apa-apa yang telah ditentukan oleh Allah. Objek ridha ini bersifat
universal artinya setiap muslim menerima beban yang sama sesuai dengan
ketentuan yang telah ditentukan oleh Allah. Setiap orang yang mengaku
muslim menerima beban kewajiban salat yang sama kecuali dalam kondisi-
kondisi yang menyebabkan adanya dispensasi.
‫ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻛَﺎﻥَ ﻗَﻮْﻝَ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ ﺇِﺫَﺍ ﺩُﻋُﻮﺍ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺭَﺳُﻮﻟِﻪِ ﻟِﻴَﺤْﻜُﻢَ ﺑَﻴْﻨَﻬُﻢْ ﺃَﻥْ ﻳَﻘُﻮﻟُﻮﺍ ﺳَﻤِﻌْﻨَﺎ ﻭَﺃَﻃَﻌْﻨَﺎ‬
َ‫ﻭَﺃُﻭﻟَٰﺌِﻚَ ﻫُﻢُ ﺍﻟْﻤُﻔْﻠِﺤُﻮﻥ‬
Artinya: “Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka
dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di
antara mereka ialah ucapan. "Kami mendengar, dan kami patuh". dan mereka
Itulah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. al-Nur: 51)
2. Ridha terhadap ketentuan Allah.
Ridha terhadap keadaan diri yang telah ditentukan oleh Allah. Dengan
kerelaan ini seseorang rela terhadap kondisi kesehatan, status sosial, ekonomi,
jenis kelamin, kebangsaan dan keadaan-keadaan lain yang terkait dengan diri.
Keadaan ini sangat bervariasi antara orang yang satu dengan yang lainya.
Kondisi kesehatan orang yang satu dengan yang lain berbeda-beda, ada
yang sehat dan ada yang sakit. Demikian juga keadaan ekonomi seseorang
pasti tidak sama, bentuk fisik tidak sama, jenis kelaminnya tidak sama dan
kebangsaannya juga tidak sama. Allahlah yang menentukan seseorang berjenis
kelamin laki-laki atau perempuan, demikian juga kebangsaanya. Manusia
tinggal menyikapinya dengan senang hati. Allah menentukan status sosial dan
keadaan ekonomi sesuai dengan rancangannya.

5Nasirudin, Akhlak Pendidik; Upaya Membentuk Kompetensi Spiritual dan Sosial,.....,


hlm. 70-73.

4
ْ‫ﺃَﻫُﻢْ ﻳَﻘْﺴِﻤُﻮﻥَ ﺭَﺣْﻤَﺖَ ﺭَﺑِّﻚَ ﻧَﺤْﻦُ ﻗَﺴَﻤْﻨَﺎ ﺑَﻴْﻨَﻬُﻢْ ﻣَﻌِﻴﺸَﺘَﻬُﻢْ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺤَﻴَﺎﺓِ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻭَﺭَﻓَﻌْﻨَﺎ ﺑَﻌْﻀَﻬُﻢ‬
َ‫ﻓَﻮْﻕَ ﺑَﻌْﺾٍ ﺩَﺭَﺟَﺎﺕٍ ﻟِﻴَﺘَّﺨِﺬَ ﺑَﻌْﻀُﻬُﻢْ ﺑَﻌْﻀًﺎ ﺳُﺨْﺮِﻳًّﺎ ﻭَﺭَﺣْﻤَﺖُ ﺭَﺑِّﻚَ ﺧَﻴْﺮٌ ﻣِﻤَّﺎ ﻳَﺠْﻤَﻌُﻮﻥ‬
Artinya: “Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami
telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan
dunia, dan kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang
lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian
yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka
kumpulkan.” (Q.S. al-Zukhruf: 32)

ُ‫ﻫُﻮَ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﻳُﺼَﻮِّﺭُﻛُﻢْ ﻓِﻲ ﺍﻷَْﺭْﺣَﺎﻡِ ﻛَﻴْﻒَ ﻳَﺸَﺎﺀُ ﻻَ ﺇِﻟَٰﻪَ ﺇِﻻَّ ﻫُﻮَ ﺍﻟْﻌَﺰِﻳﺰُ ﺍﻟْﺤَﻜِﻴﻢ‬
Artinya: “Dialah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana
dikehendaki-Nya. Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia,
Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”(Q.S. Ali Imran: 6)

ٍ‫ﻭَﻣِﻦْ ﺁﻳَﺎﺗِﻪِ ﺧَﻠْﻖُ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﻭَﺍﺕِ ﻭَﺍﻷَْﺭْﺽِ ﻭَﺍﺧْﺘِﻼَﻑُ ﺃَﻟْﺴِﻨَﺘِﻜُﻢْ ﻭَﺃَﻟْﻮَﺍﻧِﻜُﻢْ ﺇِﻥَّ ﻓِﻲ ﺫَٰﻟِﻚَ ﻵَﻳَﺎﺕ‬
َ‫ﻟِﻠْﻌَﺎﻟِﻤِﻴﻦ‬
Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan
langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu.
Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
orang-orang yang mengetahui.” (Q.S. al-Rum: 22)

C. Hikmah Ridha
Ridha akan mendatangkan beberapa kebaikan atau hikmah bagi penyadangnya
baik di dunia maupun di akhirat, baik menyangkut individual maupun kehidupan
sosial. Diantara hikmah ridha adalah;
1. Orang yang ridha dapat merasakan manisnya iman
‫ﻋﻦ ﺍﻟﻌﺒﺎﺱ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻤﻄﻠﺐ ﺃﻧﻪ ﺳﻤﻊ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺫﺍﻕ ﻃﻌﻢ‬
(‫ﺍﻹﻳﻤﺎﻥ ﻣﻦ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﺭﺑﺎ ﻭﺑﺎﺍٌﻹﺳﻼﻡ ﺩﻳﻨﺎ ﻭﺑﻤﺤﻤﺪ ﻧﺒﻴﺎ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ‬
“Dari Abbas bin Abdul Muthalib bahwasannya dia mendengar Rasulullah
SAW bersabda: “akan merasakan manisnya iman orang yang ridha

5
menjadikan Allah sebagai Rabb dan Islam sebagai agama, dan
Muhammad sebagai Nabi.” (H.R. Tirmidzi)
2. Orang yang ridha mendapatkan surga dari Allah
‫ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﺑﻦ ﺷﺮﻳﺢ ﺍﻹﺳﻜﻨﺪﺭﺍﻧﻲ ﺣﺪﺛﻨﻲ ﺃﺑﻮ ﻫﺎﻧﺊ ﺍﻟﺨﻮﻻﻧﻲ ﺍﻧﻪ ﺳﻤﻊ ﺃﺑﺎ‬
‫ﻋﻠﻲِّ ﺍﻟﺠﻨﺒﻲَّ ﺃﻧﻪ ﺳﻤﻊ ﺃﺑﺎ ﺳﻌﻴﺪ ﺍﻟﺨﺪﺭﻱَّ ﺃﻥ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ ﻣﻦ‬
(‫ﻗﺎﻝ ﺭﺿﻴﺖ ﺑﺎﺍﻟﻠﻪ ﺭﺑﺎ ﻭﺑﺎﻹﺳﻼﻡ ﺩﻳﻨﺎ ﻭﺑﻤﺤﻤﺪ ﺭﺳﻮﻻ ﻭﺟﺒﺖ ﻟﻪ ﺍﻟﺠﻨﺔ )ﺭﻭﺍﻩ ﺃﺑﻮ ﺩﺍﻭﺩ‬
“Telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Syuraih al
Iskandarani, telah menceritakan kepada Abu Hani al Khaulani bahwa ia
mendengar Abu Ali al Hanbi bahwa Rasulullah SAW bersabda;
“Barangsiapa yang mengatakan; radhiitu billaahi rabban wa bil-islaami
diinan wa bimuhammadin rasuulan (Aku ridha Allah sebagai Tuhanku,
Islam sebagai agamaku dan Muhammad sebagai Rasul), maka wajib
baginya untuk masuk Surga.” (H.R. Abu Daud)
3. Orang yang ridha mendapatkan kasih sayang dari Allah
‫ﻋﻦ ﺛﻮﺑﺎﻥ ﻋﻦ ﺍﻟﻨﺒﻲِّ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ ﺇﻥ ﺍﻟﻌﺒﺪ ﻟﻴﻠﺘﻤﺲ ﻣﺮﺿﺎﺓ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﻻﻳﺰﺍﻝ‬
‫ﺑﺬﻟﻚ ﻓﻴﻘﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﺰ ﻭﺟﻞ ﻟﺠﺒﺮﻳﻞ ﺍﻥ ﻓﻼﻧﺎ ﻋﺒﺪ ﻳﻠﺘﻤﺲ ﺃﻥ ﻳﺮﺿﻴﻨﻲ ﺃﻻ ﻭﺇﻥ ﺭﺣﻤﺘﻲ‬
‫ﻋﻠﻴﻪ ﻓﻴﻘﻮﻝ ﺟﺒﺮﻳﻞ ﺭﺣﻤﺔ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻰ ﻓﻼﻥ ﻭﻳﻘﻮﻟﻬﺎ ﺣﻤﻠﺔ ﺍﻟﻌﺮﺵ ﻭﻳﻘﻮﻟﻬﺎ ﻣﻦ ﺣﻮﻟﻬﻢ‬
(‫ﺣﺘﻰ ﻳﻘﻮﻟﻬﺎ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺴﻤﻮﺍﺕ ﺍﻟﺴﺒﻊ ﺛﻢ ﺗﻬﺒﻂ ﻟﻪ ﺍﻟﻰ ﺍﻷﺭﺽ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﺣﻤﺪ‬
“Dari Tsauban dari Nabi SAW bersabda; “ Jika seorang hamba benar-
benar mencari ridha Allah dan senantiasa seperti itu, maka Allah ‘Azza
wa jalla berfirman kepada Jibril; “Fulan hambaKu mencari ridhaKu,
ingat! rahmatKu bersamanya.” Lalu Jibril berkata; Rahmat Allah
bersama si fulan. Para malaikat pemikul ‘arsy juga mengucapkan seperti
itu, para malaikat sekeliling mereka juga mendoakan seperti ini dan
malaikat-malaikat penghuni ketujuh langit yang ada disekitarnya juga
tidak luput mendoakannya kemudian mereka turun ke bumi untuknya.”
(H.R. Ahmad)
4. Orang yang ridha hatinya menjadi senang, jauh dari gejolak dan gelisah.
Apa yang menimpanya diyakini sebagai ketentuan yang telah ditentukan
Allah kepadanya dan menerima dan menyikapinya dengan senang hati.

6
5. Orang yang ridha akan terselamatkan dari kebencian manusia, karena
seseorang yang berusaha mencari ridha Allah tidak peduli akan komentar
apapun yang dilontarkan orang lain padanya.
6. Orang yang ridha pada Allah akan diberikan sesuatu oleh Allah meskipun
ia tidak memintanya.
7. Orang yang ridha tidak ragu terhadap qadha dan qadar serta kebijaksanaan
dan pengetahuan Allah. Ia meyakini bahwa Allah adalah Tuhan yang
Maha Bijaksana.
8. Ridha dapat membersihkan hati dari unek unek-unek dan was-was
sehingga dapat melaksanakan ibadah dengan penuh ketenangan serta dapat
mengambil manfaat dari ibadah yang dilaksanakannya.
9. Orang yang ridha tidak bersikap diskriminatif kepada orang lain
menyangkut jenis kelamin, kebangsaan, status sosial, dan sebagainya.6
10. Ridha dapat mengampuni dosa-dosa dari kesalahan.

‫ﻣﻦ ﻗﺎﻝ ﺣﻴﻦ ﻳﺴﻤﻊ ﺍﻟﻨﺪﺍﺀ ﻗﺎﻝ ﺭﺿﻴﺖ ﺑﺎﺍﻟﻠﻪ ﺭﺑﺎ ﻭﺑﺎﻹﺳﻼﻡ ﺩﻳﻨﺎ ﻭﺑﻤﺤﻤﺪ ﺭﺳﻮﻻ‬
(‫ ﻭ ﺃﺑﻮ ﺩﺍﻭﺩ‬,‫ ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ‬,‫ﻏﻔﺮﺕ ﻟﻪ ﺫﻧﻮﺑﻪ )ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ‬
“Siapa saja yang ketika mendengar suara azan meengucapkan: Aku ridha
Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama dan Nabi Muhammad sebagai
Rasul, niscaya diampuni semua dosa dan kesalahannya.” (H.R. Muslim,
al-Tirmidzi, dan Abu Daud)7
11. Ridha akan membebaskan seorang hamba dari sikap menentang Tuhannya
dalam semua perintah, hukum, dan takdirNya.
12. Ridha akan menumbuhkan dalam diri seorang hamba rasa keadilan Tuhan.
13. Ridha akan membuka pintu keselamatan dari tindak kejahatan korupsi dan
membersihkan kalbu dari rasa dendam dan dengki.
14. Ridha akan menimbulkan rasa syukur kepada pemberi nikmat dan
mensyukuri nikmat itu sendiri.8

6 Nasirudin, Akhlak Pendidik; Upaya Membentuk Kompetensi Spiritual dan Sosial,.....,


hlm. 74-77.
7 Nasharuddin, Akhlak; Ciri Manusia Paripurna,....., hlm. 454.
8 Muhammad bin Shalih al-Munajjid, Silsilah Amalan Hati, terj. Bahrun Abubakar,

(Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2006), hlm. 327-332.

7
D. Urgensi Ridha bagi Pendidik
Pendidikan yang berhasil sangat ditentukan oleh ketenangan dan kematangan
pendidik. Sedangkan kematangan dan ketenangan pendidik itu sendiri ditentukan
oleh ketenangan hatinya. Dan antara faktor yang menyebabkan hati menjadi
tenang adalah ketika pendidik menerima dengan senang, suka dan rela terhadap
keadaan yang ada pada dirinya maupun keadaan yang ada diluar dirinya.
Pendidik harus ridha terhadap keadaan diri yang telah diberikan kepadanya
seperti bentuk fisik, warna kulit, jenis kelamin dan sebagainya. Pendidik juga
harus ridha terhadap profesi yang sedang digelutinya artinya bahwa profesi yang
diembanya merupakan panggilan jiwanya. Pendidik juga harus ridha terhadap
penempatan dan tugas yang diamanahkan kepadanya sehingga pendidik tidak
akan berlaku diskriminatif terhadap perbedaan-perbedaan yang telah diberikan
Allah kepada peserta didik.
Selain itu pendidik juga harus bisa memahami dan memaklumi kelemahan
peserta didik serta membedakan kelemahan tersebut. Pendidik perlu membedakan
antara kelemahan yang bersifat bawaan (given) dengan kelamahan yang
disebabkan unsur manusianya sendiri. Prestasi rendah boleh jadi karena IQ nya
rendah dan boleh jadi karena malas belajar.
Dari sisi agama seorang pendidik mesti orang yang ridha terhadap akidah
yang telah ditentukan oleh Allah yaitu akidah tauhid. Akidah ini meniscayakan
sikap beribadah kepada Allah, meyakini hanya Allah saja yang menciptakan dan
mengatur alam semesta seisinya, serta meyakini hanya Allah saja yang memiliki
sifat-sifat kesempurnaan. Pendidik juga harus ridha menerima ketentuan-
ketentuan hukum yang telah diputuskan oleh Allah dan rasulnya baik yang
diperintahkan (wajib, sunnah), dilarang (haram, makruh) dan dibebaskan memilih
(mubah).9

9Nasirudin, Akhlak Pendidik; Upaya Membentuk Kompetensi Spiritual dan Sosial,.....,


hlm. 77-79.

8
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Kata Ridha berasal dari bahasa Arab ‫ ﺍﻟﺮﺿﺎ‬yang berarti senang, suka, rela. Al-

rida merupakan lawan kata dari al-sukht ‫ ﺍﻟﺴﺨﻂ‬yang berarti kemurkaan, rasa tidak
suka. Secara istilah ridha dapat diartikan sebagai sikap menerima segala ketentuan
dan keputusan Allah dengan senang hati.
Secara garis besar, ridha dibagi menjadi dua bagian, ridha terhadap hal-hal
yang terkait dengan agama, dan ridha terhadap ketentuan Allah. Ridha pula
memiliki hikmah yang banyak untuk seseorang yang bisa mengamalkannya,
diantaranya orang yang ridha akan mendapatkan balasan surga dari Allah.
Pendidikan yang berhasil sangat ditentukan oleh ketenangan dan kematangan
dari pribadi pendidik. Kematangan dan ketenangan itu ditentukan oleh ketenangan
hati pendidik. Diantara faktor yang menyebabkan hati pendidik menjadi tenang
adalah ketika pendidik menerima dengan senang, suka dan rela (ridha) terhadap
keadaan yang ada pada dirinya maupun keadaan yang ada diluar dirinya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Nasharuddin. 2015. Akhlak: Ciri Manusia Paripurna. Jakarta: PT RajaGrafindo


Persada.

Nasirudin. 2015. Akhlak Pendidik; Upaya Membentuk Kompetensi Spiritual dan


Sosial. Semarang: CV. Karya Abadi Jaya.

Shalih, Muhammad bin. 2006. Silsilah Amalan Hati. Terjemahan Bahrun


Abubakar. Bandung: Irsyad Baitus Salam.

10

Anda mungkin juga menyukai