INDIKATOR
1. Meyakini pentingnya mujaahadah dan riyaadah (tazkiyah al-nafs) sebagai ajaran Islam
untuk
membentuk akhlak karimah
2. Membiasakan sikap jujur dan disiplin sebagai cermin pemahaman setelah mempelajari
mujaahadah dan riyaadah (tazkiyah al-nafs)
3. Menelaah hakikat dan sifat dasar nafsu syahwat dan gadab
4. Menguraikan pengertian nafsu syahwat dan gadab
5. Memerinci bahaya menuruti nafsu syahwat dan gadab
6. Menguraikan cara menundukkan nafsu syahwat dan gadab melalui mujaahadah dan
riyaadah (tazkiyah al-nafs)
Hawa nafsu adalah sesuatu yang disenangi oleh jiwa, baik bersifat positif maupun
negatif, baik bersifat jasmani maupun ruhani. Perbuatan baik ataupun buruk digerakkan
oleh nafsu, artinya menjadi pusat komando segala kegiatan manusia, sekaligus sebagai
motor penggerak yang menggerakkan segala macam tingkah laku manusia. Nafsu itu
ibarat seperti sungai dia bisa mengalir dengan tenang dan bisa meluap atau
menghancurkan, dan karena itu perlu dikontrol dengan sistem bendungan dan irigasi
yang baik sehingga memberikan manfaat yang maksimal bagi kehidupan manusia dan
lingkungannya. Sehingga pada hakikatnya nafsu itu penting bagi diri manusia akan tetapi
penggunaan nafsu yang tidak terkontrol pada diri manusia itu yang berbahaya.
Salah satu sifat dari nafsu syahwat adalah “tidak pernah terpuaskan”, disaat kita
menuruti satu keinginannya, nafsu itu akan menuntut hal lain dan akan terus begitu
hingga tak ada habisnya. Mempunyai satu gunung emas pun masih tak cukup ia masih
ingin yang lebih. Orang yang mengikuti hawa nafsu tidak akan mementingkan agamanya
dan tidak mendahulukan ridha Allah Swt. dan Rasul-Nya. Dia akan selalu menjadikan
hawa nafsu menjadi tolak ukurnya, dia dibuat buta dan tuli oleh hawa nafsunya. Orang
yang mengikuti hawa nafsu tanpa terkendali akan mengakibatkan bahaya besar sebagai
berikut.
1) Merusak potensi diri seseorang. Nabi Saw. mengingatkan bahwa mengikuti hawa
nafsu akan membawa kehancuran.
Tiga perkara yang membinasakan dan tiga perkara yang menyelamatkan . adapaun tiga
perkara yang membinasakan adalah kebakhilan, dan kerakusan yang ditaati, hawa nafsu yang
diikuti, dan seseorang yang membanggakan diri sendiri. Sedangkan tiga perkara yang
menyelamatkan adalah takut kepada Allah di waktu sendirian dan dilihat orang banyak,
sederhana di waktu kekurangan dan kecukupan, dan (berkata/berbuat) adil di waktu marah dan
ridha.” (HR. Anas, Ibnu Abbas, Abu Hurairah, Adullah bin Abi aufa, dan Ibnu Umar).
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia,
supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar
mereka kembali (ke jalan yang benar).”(QS. ar- Rum [30]: 41)
untuk menundukkan nafsu itu demi keselamatan dan kesejahteraan dunia akhirat dengan jalan
sebagai berikut.
1) Meningkatkan taqwa kepada Allah dengan menerapi diri dengan rasa takut kepada Allah Swt.
2) Dengan Mujaahadah berasal dari kata al-jihad yaitu berusaha dengan segala kesungguhan,
kekuatan dan kesanggupan pada jalan yang diyakini benar.
Mujaahadah artinya berusaha untuk melawan dan menundukkan kehendak hawa nafsu.
Rasulullah bersabda seorang mujahid yaitu seorang yang berjihad, yaitu dia yang melawan
hawa nafsunya karena Allah.
”Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami
tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta
orang-orang yang berbuat baik.” (QS. al- Ankabut [29]: 69)
Nafsu amarah adalah satu musuh dalam (musuh batin) yaitu nafsu yang selalu memerintahkan
kepada keburukan dan jauh lebih berbahaya dibandingkan musuh-musuh yang lainnya.
“Sesungguhnya amarah itu datangnya dari setan dan setan diciptakan dari api. Api akan padam
dengan air. Apabila salah seorang dari kalian marah, hendaknya berwudhu” (HR. Abu Daud, no.
4784 Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadis ini hasan)
Oleh karena itu, umat Islam yang bertakwa kepada Allah Swt. Meskipun tidak luput dari sifat
marah, akan tetapi karena mereka selalu berusaha melawan keinginan nafsu. Sehingga mereka
mampu meredam kemarahan mereka. Allah berfirman:
“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan
orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai
orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS.ali- Imran [3]: 134).
b. Bahaya Marah (Gadab)
Marah akan mengakibatkan bahaya besar baik bagi pelakunya maupun orang lain. Berikut
bahaya marah.
1) Bagi diri sendiri, akan mengakibatkan tekanan darah menjadi tinggi, sehingga membuka
peluang terkena serangan jantung, cepat tua, gangguan tidur, gangguan pernapasan,
sakit kepala, struk dan depresi
2) Bagi orang lain dan lingkungan, keputusan dan tindakan orang marah cenderung
menambah masalah bukan menyelesaikan masalah, menimbulkan kerusakan hubungan
dengan teman, dapat merusak keharmonisan keluarga, bisa mengakibatkan rusaknya
lingkungan, bisa mengakibatkan pembunuhan.
a) Dengan riyadah
Cara menundukan sifat-sifat tercela marah diperlukan pelatihan diri (riyadah) dan
kesabaran dalam menghadapi segala rintangan. Riyaadah yang diperlukan
diantaranya adalah dengan mengetahui akibat-akibat buruk dari sifat-sifat tersebut.
Setelah itu menerapkan dalam diri anda kebalikan dari sifat-sifat itu, misalnya
sombong dengan tawadhu’, haus harta dengan qana’ah.
b) Mujahadah
Berusaha sungguh-sungguh dengan sekuat tenaga menahan hawa nafsu untuk tidak
melampiaskannya kepada kemarahan, dan menyadari akan dampak negatifnya bila
melampiaskan marah.
c) Menahan hawa nafsu
Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah Saw. dan meminta diberi wasiat. Lalu
Rasulullah bersabda:
“Dari Abu Hurairah ra. Bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi Saw.:
Berilah wasiat kepadaku. Sabda Nabi Saw.: Janganlah engkau marah. Maka
diulanginya permintaan itu beberapa kali. Sabda Beliau: Janganlah engkau marah”.
(HR. Bukhari)
Dalam kitab adab al-Dunya wa al-Din, Imam al- Mawardi mengemukakan beberapa
metode penyembuhan marah yaitu dengan cara yang pertama, menimbulkan rasa
takut (khauf) kepada Allah, yang kedua menyadari dampaknya dan yang ketiga
menyadari betapa besar pahalanya bila mampu menahannya.