Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

THAHARAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Fiqih

Dosen Pengampu: Samsudin, S.Pd.I., M.Pd

Kelompok 1:

1. Dzakya First Cartridge Via Sueti


2. Salsabila Melati
3. Sholiqin

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

STIT ISLAMIYAH KP PARON NGAWI

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan atas kehadiran Allah Swt. Yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga kami bias menyelesaikan makalah
Studi Fiqih yang berjudul “TAHARAH“

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini tak lepas dari
bantuan berbagai pihak yang dengan tulus memberikan do’a, saran dan kritik
supaya terselesaikannya makalah ini dengan tepat waktu.

Kami juga sepenuhnya menyadari bahwa makalah yang kami buat tidak
lepas dari kesalahan dan kekurangan karena keterbatasan pengalaman dan
pengetahuan yang kami miliki. Kami mengharapkan segala bentuk kritik, saran
serta masukan yang bisa membangun dari berbagai pihak yang akan menjadi
suatu motivasi untuk kedepannya supaya kami lebih semangat dan cerdas
dalam menyelesaikan tugas-tugas berikutnya. Dan kami berharap semoga
makalah kami memberikan dampak positif serta manfaat yang baik di dunia
Pendidikan nantinya. Terimakasih.

Paron, 9 September 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................4
1.1 Latar belakang.........................................................................................................4
1.2 Rumusan masalah..................................................................................................4
1.3 Tujuan.....................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................6
2.1 Pengertian thaharah.................................................................................................6
2.1.1 Macam-macam thaharah..................................................................................7
2.1.2 Alat yang di gunakan untuk thaharah................................................................7
2.2 Macam-macam hadas..............................................................................................8
2.3 Macam-macam najis................................................................................................9
2.3 Tata cara thaharah................................................................................................10
2.3.1 istinjak.............................................................................................................10
2.3.2 Wudhu............................................................................................................11
2.3.3 Mandi.............................................................................................................12
2.3.4 Tayamum........................................................................................................13
BAB III PENUTUP..............................................................................................................15
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................15
3.2 Saran.....................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Thaharah atau bersuci merupakan hal yang sangat penting dalam


agama Islam. Banyak sekali ibadah-ibadah dalam islam yang cara
melakukannya harus diawali dengan thaharah atau bersuci. Ibadah seseorang
hamba jika tidak dalam keadaan suci maka ibadah tersebut tidak akan
diterima oleh Allah, cotohnya saja shalat. Seseorang yang akan melaksanakan
shalat pasti harus suci, cara bersucinya adalah dengan berwudlu.

Kemudian makna thaharah sendiri secara umum adalah,


membersihkan diri dari hadats dan najis. Hadas merupakan keadaan yang
tidak suci. Sedangkan najis sendiri merupakan sesuatu yang kotor dan
menjijikkan. Pada zaman sekarang ini masih banyak orang yang belum cukup
faham mengenai cara mensucikan diri dari hadats dan najis secara tepat.
Karena hasats sendiri memiliki tingkatanya antara hadas kecil dan besar, cara
bersucinya berbeda. Dan najis, juga memiliki pengelompokan sendiri-sendiri,
yaitu najis kecil, najis sedang, dan najis besar, cara mensucikanya pun
berbeda-beda antara satu dan lainya.

Sangat diperlukanya pengetahuan dalam diri kita mengenai cara


bersuci yang baik dan benar agar kehudupan dan ibadah yang kita jalankan
sehari-hari dapat berlangsung dengan baik dan benar.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang dapat


di rumuskan adalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud denga thaharah?


2. Apa saja macam hadats dan najis?
3. Bagaimana cara bersuci dari hadats dan najis?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari ditulisnya


makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui yang dimaksud dengan thahara


2. Mengetahui macam hadats dan najis.
3. Mengetahui cara bersuci dari hadats dan najis.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian thaharah

Thaharah secara bahasa bermakna bersih. Sedangkan secara istilah,


terdapat beberapa definisi yang cukup banyak. Diantara ungkapan ulama’
thaharah adalah sesuatu yang menjadi sebab diperbolehkanya melakukan
shalat. Yaitu perbuatan berupa wudlu, mandi, tayamum, dan menghilangkan
najis.1 Dasar hukum untuk melakukan thaharah ada banyak, salah satunya
Q.S Al-Maidah ayat 6. Sebagai berikut:

‫َٰٓيَأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنٓو ۟ا ِإَذ ا ُقْم ُتْم ِإَلى ٱلَّص َلٰو ِة َفٱْغ ِس ُلو۟ا ُوُجوَهُك ْم َو َأْيِدَيُك ْم ِإَلى ٱْلَم َر اِفِق َو ٱْمَس ُحو۟ا ِبُر ُء وِس ُك ْم‬
‫َو َأْر ُج َلُك ْم ِإَلى ٱْلَكْع َبْيِن ۚ َوِإن ُك نُتْم ُج ُنًبا َفٱَّطَّهُرو۟ا ۚ َو ِإن ُك نُتم َّم ْر َض ٰٓى َأْو َع َلٰى َس َفٍر َأْو َج ٓاَء َأَح ٌد ِّم نُك م ِّم َن‬
‫ٱْلَغٓاِئِط َأْو َٰل َم ْس ُتُم ٱلِّنَس ٓاَء َفَلْم َتِج ُدو۟ا َم ٓاًء َفَتَيَّمُم و۟ا َصِع يًدا َطِّيًبا َفٱْمَس ُحو۟ا ِبُو ُجوِهُك ْم َو َأْيِد يُك م ِّم ْنُهۚ َم ا ُيِر يُد ٱُهَّلل‬
‫ِلَيْج َعَل َع َلْيُك م ِّم ْن َحَر ٍج َو َٰل ِكن ُيِريُد ِلُيَطِّهَر ُك ْم َو ِلُيِتَّم ِنْع َم َت ۥُه َع َلْيُك ْم َلَع َّلُك ْم َتْشُك ُروَن‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan


shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan
sapulah kepalamu dan basuh kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan
jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan
atau kembali dari tempat buang air [kakus] atau menyentuh perempuan, lalu
kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik
[bersih] sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak
menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan
menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.”2

Dalam ayat tersebut di terangkan bahwa hukumnya wajib untuk


melaksanakan thaharah karena itu merupakan perinta dari Allah swt. Dalam
Q.S Al-Baqarah ayat 222, di terangkan bahwa Allah menyukai orang-orang

1
Ust. H. Nailul Huda, Fathal Qorib Istimewa, 2016,[Kediri: Santri Salaf Pres,2016],hal 13
2
Bahrun Abubakar, LC, H. Anwar Abubakar, LC, Terjemah Tafsir Jalalain,[Bandung;Sinar Baru
Argesindo, 2017], hal 429 Departemen agama Republik Indonesia.
yang menyucikan diri.3 Pada hadis nabi juga disebutkan mengenai thaharah,
Berdasarkan buku Ringkasan Ihya' Ulumuddin karya Imam al-Ghazali yang
diterjemahkan oleh 'Abdul Rosyad Siddiq, Rasulullah SAW pernah bersabda:

‫اْلُوُضْو ُء َش ْطُر اِإل ْيمَاِن‬.

Artinya: "Bersuci itu merupakan sebagian dari iman." (HR Tirmidzi).

Dalam hadits tersebut dijelaskan bahwa bersuci itu merupakan salah


satu bagian dari iman kita. Ketika seseorang itu mau bersuci, atau seseorang
itu orang yang bersih maka dapat di artikan bahwa dia adalah orang yang baik
imanya.

2.1.1 Macam-macam thaharah

Macam-macam thahrah dibagi menjadi dua. Ada thaharah


ma’nawiyah dan thahara hissiyah:
1. Thaharah ma’nawiyah : merupakan bersuci secara rohani dengan
membersihkan segala penyakit hati seperti riya, iri, dengki, dan lainya.
2. Thaharah hissiyah : merupakan bersuci secara jasmani, atau
memebersihkan bagian tubuh dari sesuatu yang terkena hadats dan
najis. Untuk memebersihkan diri dari hadats dan najis, bisa dilakukan
dengan berwudlu, mandi wajib, serta tayamum.
Dan yang akan kita bahas di sini adalah mengenai thaharah hissiyah,
yaitu bersuci dari hadats dan najis.

2.1.2 Alat yang di gunakan untuk thaharah

Ketika kita hendak melakukan thaharah atau bersuci maka kita


harus mempunyai media yang dapat kita gunakan untuk bersuci.
Berdasarkan jenisnya alat thaharah ada tiga, yaitu air, batu, dan debu.

3
Bahrun Abubakar, LC, H. Anwar Abubakar, LC, Terjemah Tafsir Jalalain,[Bandung:Sinar Baru
Argesindo, 2017], hal 119
Adapun untuk air, tidak semua air dapat kita gunakan untuk
bersuci. Pembagian air sendiri dibagi menjadi lima bagian. Yang
pertama adalah air yang suci dan menyucikan, kedua air suci dan dapat
menyucikan tetapi makruh di gunakan, ketiga air suci tetapi tidak dapat
menyucikan, dan yang terahir adalah air mutanajis atau air yang terkena
najis. Jika kita akan melaksanakan thaharah harus menggunakan air
yang suci dan menyucikan, karena hanya dengan air yang suci dan
menyucikan saja yang bisa digunak.4Air yang suci dan menyucikan
maksudnya adalah air yang turun dari langit dan keluar dari bumi yang
belum dipakai untuk bersuci. Air yang suci dan menyucikan ini ada tuju
yaitu:
1. Air hujan
2. Air sumur
3. Air laut
4. Air sungai
5. Air salju
6. Air telaga
7. Air embun

Alat yang digunakan untuk thaharah selanjutnya adalah debu, dan


batu. Selain itu di perbolehkan juga menggunakan bendalain yang bisa
mnghilangkan kotoran seperti tisu, kertas, kayu, dan samak5, dan lainya.
Adapun untuk alat- alat tersebut biasanya di gunakan untuk istinja, dan
debu di gunakan untuk melakukan tayamum.

2.2 Macam-macam hadas

Hadas adalah keadaan tidak suci pada diri seseorang yang sudah balig dan
berakal sehat. Hadas di bedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:

1. Hadas kecil

4
Drs. MOH. Rifa’I, Risalah Tuntunan Shalat Lengkap,[Semarang:PT. Karya Toha Putra], hal13.
5
Kulit binatang yang di awetkan agar tahan lama.
Hadas kecil adalah sesuatu peristiwa atau kejadian yang menyebabkan
seseorang harus bersuci dengan cara wudhu atau tayamum. Contohnya
seperti buang air kecil maupun besar, bersentuhan dengan yang bukan
mahram, menyentuh kemaluan, dan lainnya.
2. Hadas besar
Hadas besar adalah seuatu perkara yang menyebabkan seseorang harus
bersuci dengan mandi wajib. Contohnya seperti haidh bagi perempuan,
keluar air mani, jima’6, dan lainya.

2.3 Macam-macam najis

Najis merupakan sesuatu yang kotor dan menjijikkan. Najis sendiri dibagi
menjadi 3 bagian, pembagian najis ini juga merujuk pada cara menyucikanya,
karena cara menyucikan tiap najis berbeda. Adapun pembagian najis sebapai
berikut:

1. Najis Mughallazhah [berat]


Ialah najis anjing, babi, dan seluruh keturunannya. Baik berupa jilatan
dan kotoran keduanya.
Cara menyucikannya adalah dengan menghilangkan benda najisnya
terlebih dahulu baru kemudian dibasuh dengan tuju kali basuhan dan
salah satu basuhannya harus dicampur dengan tanah yang suci.
2. Najis Mukhaffafah [ringan]
Contoh Ialah air kencing bayi laki-laki yang belum berumur dua tahun
dan belum pernah makan sesuatu kecuali air susu ibunya.
Cara menyucikanya adalah cukup memercikkan air pada tempat najis.
3. Najis Mutawassithah [sedang]
Ialah semua najis selain najis Mughallazhah dan Mukhaffafah,seperti
segala sesuatu yang keluar dari qubul dan dubur manusia dan
binatang[kotoran] kecuali air mani, benda cair yang memabukka, susu
hewan yang tidak halal dimkan, nanah, darah, bangkai termasuk juga
tulang dan bulunya kecuali bangkai manusia, ikan, dan belalang. Najis ini
6
Hubungan intim antara suami dan istri
dibagi menjadi dua lagi, yaitu najis ainiyah yang masih ada wujudnya
[warna, bau, dan rasa], dan najis hukmiyah yang tidak berwujud seperti
bekas kencing, arak yang sudah kering, dan sebagainya.
Cara menyucikanya dengan dibasuh sekali, asal sifat najisnya [warna,
bau, dan rasa] itu hilang. Adapun dibasuh tiga kali basuhan atau siraman
itu lebih baik. Jika najis hukmiyah cara menghilangkanya cukup dengan
mengalirkan air pada najis tadi.
 Najis yang di maafkan artinya tidak usah di basuh atau disucikan.
Misalkan najis bangkai hewan yang tidak mengalir darahnya, darah atau
nanah yang sedikit, debu dan air genangan yang memercik sedikit yang
sulit menghindarinya. Adapun tikus atau cicak yang jatuh pada makanan
dan mati di dalamnya, maka yang dibuang makanan yang terkena saja,
sedangkan lainya boleh di gunakan. Bila makanan yang di hinggapi
teksturnya cair maka wajib dibuang semuanya, karena tidak dapat di
bedakan mana yang kena najs dan mana yang tidak

2.3 Tata cara thaharah

2.3.1 istinjak

Istinjak adalah membersihkan sesuatu [najis] yang keluar dari qubul


dan dubur menggunakan air, batu, atau benda yang bersih dan suci
sejenisnya. Secara umum, tata cara beristinja ada tiga:

1. menggunakan air dan batu. Cara ini merupakan cara yang paling
utama. Batu dapat menghilangkan bentuk fisik najis. Sementara itu,
air yang digunakan harus suci dan menyucikan. Air tersebut dapat
menghilangkan bekas najis
2. menggunakan air saja.
3. menggunakan batu saja. Adapun, batu yang diperbolehkan untuk
beristinja haruslah suci bukan najis atau terkena najis, merupakan
benda padat, kesat, dan bukan benda yang di hormati.

Adap ketika istinjak :

1. tidak di tempat terbuka


2. tidak mengganggu orang lain
3. tidak berbicara kecuali keadaan darurat
4. tidak menghadap kiblat
5. tidak membawa dan membaca Al- Qur’an

2.3.2 Wudhu

Wudhu secara Bahasa artinya indah, sedangkan secara istilah artinya


memebersihkan anggota wudhu untuk menghilangkan hadats kecil.
Orang yang akan melaksanakan shalat wajib lebih dahulu wudhu,
karena wudhu adalah sarat sahnya shalat.

Fardhu wudhu:

1. Niat
Niat menyengaja menghilangkan hadats atau menyengaja wudhu.

Lafal niat wudhu:

‫َنَو ْيُت اْلُوُضْو َء ِلَر ْفِع اْلَح َد ِث ْاَالْص َغ ِر َفْر ًضاِ ِهلل َتَع اَلى‬

Artinya: "Saya niat berwudhu untuk menghilangkan hadats kecil


fardhu karena Allah Ta'ala"

2. Membasuh wajah seluruhnya, mulai dari tumbuhnya rambut kepala


bagian atas hingga bawah dagu, dan telinga kanan hingga telinga
kiri
3. Membasuh kedua tangan sampai siku
4. Mengusap sebagian rambut kepala
5. Membasuh kaki sampai mata kaki
6. Tertip

Cara berwudhu:

1. Membaca bismilah sambil mencuci kedua telapak tangan sampai


pergelangan tangan
2. Kumur-kumur tiga kali sambil membersihkan gigi
3. Mencuci hidung, atau menyedot air ke dalam hidung tiga kali
4. Membasuh muka tiga kali sambil membaca niat wudhu seperti di
atas
5. Membasuh kedua tangan sampai siku-siku tiga kali
6. Mengusap sebagian rambut kepala tiga kali
7. Mengusap kedua belah telinga tiga kali
8. Terakhir membasuh kedua kaki sampai mata kaki tiga kali
9. Membaca do’a sesudah wudhu, ini boleh iya ataupun tidak karena
merupakan sunah wudhu
Lafal doa wudhu sebagai berikut:

‫ الَّلُهَّم اْج َع ْلِنى ِم َن‬.‫َأْش َهُد َأْن َال ِإَلَه ِإَّال ُهَّللا َو ْح َد ُه َال َش ِريَك َلُه َو َأْش َهُد َأَّن ُمَحَّم ًدا َع ْبُد ُه َو َر ُسوُلُه‬
‫الَّتَّواِبيَن َو اْج َع ْلِنى ِم َن اْلُم َتَطِّهِريَن‬

Artinya:” Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah yang Maha
Esa dan tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad
adalah hamba dan utusan-Nya. Ya Allah, jadikanlah aku termasuk
orang yang bertaubat dan jadikanlah aku termasuk orang yang
menyucikan diri.”

2.3.3 Mandi

Cara menghilangkan hadats besar pada tubuh adalah dengan mandi


wajib, yaitu membasuh seluruh tubuh mulai dari pucuk kepala hingga
ujung kaki. ada beberapa perkara yang harus mewajibkan seseorang
untuk mandi.

Berikut hal-hal yang mewajibkan mandi:

1. Bersetubuh, baik keluar mani atau tidak, baik sadar maupun tidak
2. Keluar mani [sperma], baik karena mimpi atau sebab lain, baik
sengaja atau tidak, dengan perbuatan sendiri atau tidak.
3. Mati,bukan mati syahid atau bayi yang keguguran yang belum
terbentuk tubuhnya
4. Selesai nifas
5. Wiladah [setelah melahirkan]
6. Selesai haidh

Fardhu mandi:
1. Niat
Bersmaan dengan awalan menyiram tubuh
Lafat niat:

‫َنَو ْيُت اْلُغ ْس َل ِلَر ْفِع اْلَح َد ِث ْاَالْك َبِر َفْر ًضاِ ِهلل َتَع اَلى‬

Artinya: “Aku berniat mandi besar untuk menghilangkan hadas besar


fardu karena Allah.”

2. Menyiram seluruh badan dengan air, dan diratakan ke seluruh tubuh


3. Menghilangkan najis

2.3.4 Tayamum

Tayamum ialah mengusap muka dan kedua belah tangan dengan


debu yang suci. Pada waktu tertentu tayamum dapat menggantikan
wudhu dan mandi besar dengan syarat-syarat tertentu.

Sebab-sebab melakukan tayamum:


1. Karena tidak ada air yang memenuhi syarat kesucian dan telah
berusaha mencarinya, tetapi tidak mendapatkanya.
2. Berhalangan menggunakan air, misalnya karena sakit yang
menggunakan air akan memperburuk sakinya
3. Ada air tapi digunakan untuk hal yang lebih penting.

Syarat-syarat tayamum:

1. Menggunakan debu yang suci, yang belum di gunakan untuk


bersuci, tidak bercampur dengan sesuatu.
2. Mengusap wajah dengam kedua tangan.
3. Terlebih dahulu minghilangkan najis.
4. Telah masuk waktu shalat.
5. Tayamum hanya untuk satu kali shalaat fardhu.

Fardhu tayamum:

1. Niat
Lafal niat:

‫َنَو ْيُت الَّتَيُّم َم اِل ْس ِتَباَحِة الَّص اَل ِة ِهلل َتَع اَلى‬

Artinya: "Aku berniat tayamum agar diperbolehkan sholat karena


Allah ta'ala."

2. Meletakkan tangan di tempat debu yang di gunkan untuk tayamum.


3. Mengusapkan tangan ke muka dengan sekali usapan, kemudian
tangan di letakkan lagi dan berpindah posisi.
4. Mengusap dua buelah tangan sampai siku-siku dengan debu sekali
usapan
5. Tertip, berturut-turut antara kedua usapan tersebut [wajah terlebih
dahulu baru kemudian tangan]
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sesuai dengan pemaparan yang telang dijelaskan maka dapat diambil


kesimpulan sebagai berikut:

1. Thaharah merupakan sebuah proses untuk menyucikan diri kita dari hadas
dan najis. Thaharah di bagi menjadi dua, yaitu ma’nawiyah dan hassiyah
2. Hadats dan najis itu memiliki macamnya sendiri-sendiri. Hadats dibagi
menjadi dua yaitu hadats besar dan hadats kecil. Sedangkan najis dibagi
menjadi 3 yaitu najis mughallazah, najis mukhaffafah, dan najis
mutawassitah
3. Cara melakukan thaharah atau bersuci bisa dengan istinja, wudhu, mandi,
dan tayamum ketika dalam keadaan darurat

3.2 Saran

Sebagai manusia biasa yang takluput dari kesalahan mungkin dalam


penulisan materi atau yang lainya, masih terdapat kesalahan yang di sengaja
maupun tidak. Kami menyarankan kepada pembaca untuk menggali informasi
lebih lanjut dan lebih luas lagi dengan membaca buku atau sumber lainya
yang menerangkan tentang ilmu fiqih lebih mendalam.
DAFTAR PUSTAKA

Drs. MOH. Rifa’i.[2021]. Risalah Tuntunan Shalat Lengkap. PT. Karya Toha
Putra. Semarang.

Ust. H. Nailul Huda.[2016]. Fathal Qorib Istimewa. Santri Salaf Pres. Kediri

Bahrun Abubakar, LC, H. Anwar Abubakar, LC.[2017]. Terjemah Tafsir Jalalain.


Sinar Baru Argesindo. Bandung

Ust. Hambali.[2012]. Aku Anak Sholeh Pandai Sholat dan Berdo’a. Tawadhu.
Jawa Tengah

Ibnu Adillah.[2014]. Fiqih Thaharah. Pustaka Media. Surabaya

Anda mungkin juga menyukai