Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

THAHARAH

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih Ibadah

Dosen Pengampu:

Dr. H. Nur Efendi, M.Ag.

Disusun Oleh Kelompok 2:

1. ADINDA THALIA IKA BILLA (1860101231078)

2. SITI HAIFATUL KHUSNA (1860101231080)

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH

TULUNGAGUNG

2023
i

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT,atas rahmat serta karunia dari-nya penulis
mampu menyelesaikan makalah yang berjudul ”THAHARAH”.Alhamdulilah
makalah ini selesai tepat pada waktunya.

Shalawat dan salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
meletakkan peradapan manusia yang di ridhoi Allah SWT.

Penulis tahu bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan dari sisi isi pembahasan, penulisan kalimat dan sebagainya. Beranjak
dari kesadaran itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif
sebagai penambahan pengetahuan bagi penulis dalam menyusun makalah ini.

Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada dosen mata kuliah ini yang telah
memberikan ilmunya serta bimbingannya kepada penulis sehingga makalah ini
dapat diselesaikan dengan baik, dan pada teman-teman yang turut memberikan
atau menyumbangkan pikiran serta tenaga dalam penyusun makalah.

Tulungagung, 01 September 2023

Penyusun
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. Latar belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................... 2
BAB II ................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN................................................................................................. 3
A. Pengertian Hadas ................................................................................... 3
B. Macam-Macam Hadas ........................................................................... 3
C. Pengertian Najis ..................................................................................... 5
D. Dasar Hukum Thaharah ......................................................................... 7
E. Macam-Macam Air dan Pembagiannya ..................................................... 9
F. Benda-Benda yang Termasuk Najis. ........................................................ 11
BAB III ............................................................................................................. 13
PENUTUP ........................................................................................................ 13
A. Kesimpulan.......................................................................................... 13
B. Saran ................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 14
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari sesuatu


(barang) yang kotor dan najis,sehingga thaharah dijadikan sebagai alat dan
cara bagaimana mensucikan diri sendiri agar sah saat menjalankan
ibadah.Hal ini tidak lain karena thaharah (bersuci) mempunyai hubungan
yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan dengan ibadah. Sebaiknya,
ibadah juga bekait erat dengan thaharah. Artinya dalam melaksanakan
suatu amalan ibadah seseorang harus terlebih dahulu dalam keadaan suci
baik dari hadas besar, maupun hadas kecil temasuk sarana dan prasarana
yang di gunakan dalam beribadah mulai dari pakaian, tempat ibadah dan
lain sebagainya. Dengan kata lain,thaharah dengan ibadah ibarat dua sisi
mata uang, dimana antara satu sisi dengan sisi lainnya tidak dapat
dipisahkan.

Dalam pembahaasan fiqih secara umum selalu di awali dengan


uraian tentang thaharah. Dalam hukum Islam bersuci dengan segala seluk
beluknya adalah termasuk bagian ilmu dan amalan yang penting terutama
karena diantaranya syarat-syarat shalat telah ditetapkan bahwa seseorang
yang akan melaksanakan shalat wajib suci dari hadas dan begitu pula suci
badan, pakaian dan tempat najis. Oleh karena itu, kami disini ingin
membahas serta mengulas lebih dalam lagi tentang thaharah.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah adalah yang dibahas pada penulisan makalah ini


adalah:
1. Apa pengertian dan macam-macam hadas
2. Apa pengertian dan macam-macam najis
3. Apa dasar hukum Thaharah
4. Apa macam-macam air dan pembagiannya
5. Apa benda-benda yang termasuk najis

1
2

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pengertian dan macam-macam hadas

2. Mengetahui pengertian dan macam-macam najis

3. Mengetahui dasar hukum thaharah

4. Mengetahui macam-macam air dan pembagiannya

5. Mengetahui benda-benda yang termasuk najis


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hadas

Hadas secara etimologi (Bahasa) ,artimya tidak suci atau keadaan


badan kotor atau tidak boleh sholat.Adapun menurut terminlogi (Istilah)
islam,hadas adalah keadaan badan yang kotor dan dapat di hilangkan
dengan cara mandi wajib,berwudhu,dan tayamum. Demikian dengan
kondisi seperti ini dilarang (tidak sah) untuk mergerjakan ibadah yang
menurut keadaan badan bersih dari hadas dan najis,seperti shalat, thawaf,
`iktikaf. 1

Artinya shalat,thawaf,dan`iktikaf yang di lakukan tidak sah karena


dalam keadaan berhadas. Adapun yang menjadi sebab-sebabnya seseorang
dihukumkan sebagai orang yang berhadas ada beracam-macam yang
kemudian oleh para fiqih di kelompokkan menjadi dua macam yaitu hadas
kecil dan hadas besar.

B. Macam-Macam Hadas

1. Hadas Kecil

Pengertian Hadas Kecil

Arti hadas kecil menurut istilah syra`ialah sesuatu kotoran yang


maknawi (tidak dapat dilihat dengan mata kasar), yang berada pada
anngota wudhu,yang melakukan amal ibadah maupun solat, selama tidak
diberi kelonggaran oleh syara`. Hadas kecil ini tidak akan terhapus

1
"... dan Allah menurunkan air atas kamu sekalian dari langit agar kalian menyucikan diri
dengannya...
(QS Al-Anfaal [8]:11)"
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang tobat dan menyukai orang-orang yang
menyucikan diri. (QS. Al-Baqarah [2]:222).”

3
4

melainkan mengambil wudhu yang sah. Selama seseorang itu mengekalkan


wudhunya, maka selama itu ia bersih dari hadas kecil.sebab yang
dinamakan hadas kecil ini kecil sahaja iaitu sekedar anggota wudhu.dan
adaun sebabsebab lainnya sebagai berikut:

1. Mengeluarkan sesuatu dari dubur atau kubulnya yang berupa:

a. Buang air kecil atau buang air besar.

b. Mengeluarkan angin busuk (kentut).

2. Mengeluarkan madzi atau wadi

3. Menyentuh kemaluan tanpa memakai alas. 2

4. Tidur nyenyak dengan posisi miring atau tanpa tetapnya pinggul di atas
lantai. 3

2. Hadas Besar

a. Pengertian Hadas Besar

Hadas besar mengikuti istilah syara` artinya sesuatu yang maknawi


(kotoran yang tidak dapat dilihat oleh mata kasar), yang berada pada seluruh
badan seseorang. Selama seseorang itu tidak melakukan salah satu perkara yang
menyebabkan hadas besar, maka selama itu badannya suci dari hadas besar.
Sebab dinamakan hadas besar ialah karerna kawasan yang dikenai oleh hadas
besar ini terlalu luas iaitu meliputi seluruh badan dan rambut.

2
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang tobat dan menyukai orang-orang yang
menyucikan diri. (QS. Al-Baqarah [2]:222).”

3
"Telah diangkat pena dari tiga perkara yaitu dari anak-anak sehingga ia dewasa (baligh), dari
orang tidur sehingga ia bangun, dan dari orang gila sehingga ia sehat kembali," (HR Abu Dawud
dan Ibnu Majah).
5

Sebagaimana yang telah kami kutip dari sebuah buku yang di tulis
oleh Musthafa Kamal Pasha beliau mengemukakan bahwa yang
menyebabkan seseorang dihukumkan kaena hadas besar antara lain sebagai
berikut:

1. Mengeluarkan mani (sperma)

2. Hubungan kelamin (jima`)

3. Haid (keluarnya darah dari alat kelamin wanita)

4. Nifas (keluarnya darah setelah wanita lahiran) 4

5. Meninggal dunia5

C. Pengertian Najis

Apa saja yang tergolong dalam najis? Najis secara Bahasa artinya
kotor.ssecara istilah najis adalah kotor yang menjadi sebab terhalangnya
seseorang untuk beribadah kepada Allah.

1. Macam-Macam Najis

Macam-macam najis terbagi menjadi tiga

a. Najis Mukhoffafah.

Najis mukhoffafah adalah najis yang ringan,seperti air kencing bayi


laki-laki yang belum berumur dua tahun yang belum makan apapun kecuali

4
"Bila seorang lelaki duduk di antara empat potongan tubuh wanita (dua tangan dan dua kaki)
dan tempat khitan (laki-laki) bertemu tempat khitan (wanita) maka sungguh wajib mandi
meskipun tidak keluar mani," (HR Muslim).
5
Dari Ibnu Abbas RA, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda tentang orang yang meninggal
karena terjatuh dari kendaraannya, mandikanlah dengan air dan bidara dan kafanilah dua
kainnya," (HR Bukhari dan Muslim).
6

air susu ibu.cara mensucikannya cukup dengan memercikkan air pada benda
yang terkena najis tersebut.6

b. Najis Mutawasitoh

Najis Mutawasitoh adalah najis sedang najis ini dibagi dua macam:

- Najis mutawasitoh hukmiyah adalah najis yang diyakini ada tapi tidak
nyata wujudnya.cara mensucikannya adalah cukup dengan mengalirkan
air pada benda atau tempat yang terkena najis.

- Najis mutawasitoh `akniyah adalah najis yang dapat wujudnya dan bias
diketahui melalui bau maupun rasanya.cara mensucikanya dengan
menghilangkan wujud,rasa,warna,dan baunya menggunakan air suci
Contoh najis mutawasitoh yaitu darah,bangkai binatang,air kencing, dan
lain sebainnya.

c. Najis Mugholladoh.

Najis mugholladoh berarti najis yang berat.cara mensucikannya secara


berahap yaitu dengan membasuh sebanyak tujuh kalisatu kali diantaranya
menggunakan air yang dicampurkan dengan tanah yang suci. 7

6
Dari UmmiQais R.A. sesungguhnya ia pernah membawa seorang anak laki-lakinya yang belum
makan makanan. Lalu anak itu dipangku oleh Rasulullah SAW. dan anak itu kencing di
pangkuannya. Kemudian Rasulullah SAW.meminta air, lalu memercikkan air itu ke bagian yang
terkana kencingnya dan tidak dibasuhnya.” (H.R. al-Bukhari dan Muslim).
7
Cara mencuci bejana seseorang di antara kamu apabila dijilat anjing hendaklah dibasuh tujuh
kali, salah satunya dicampur dengan debu” (H.R. Muslim dari AbiHurairah).
7

Contoh najis mugholladoh terdapat pada anjing dan babi.adapun yang


berasal dari anjing dan babi seperti air liyur,daging,darah,air
kencing,bulu,kotorannya. 8

D. Dasar Hukum Thaharah

Q.S Al-Baqarah ayat 222

َ ‫ي َو ُيح ُّب ْال ُم َت َط ِّهر‬


َ َّ َّ ُّ ُ َ ‫َّ ه‬
‫ين‬ ِ ِ ‫ِإن اَّلل ي ِحب التو ِاب ن‬

“Allah menyukai orang yang tobat dan menyukai orang yang menyucikan
diri"

Q.S Al-Maidah ayat 6

ُ ُُ ُ َ ْ َ
‫وسك ْم‬ َ ْ َ ْ ُ َ ْ َ َ ْ ُ َ ُ ُ ُ ْ َ َ َّ َ ْ ُ ْ ُ َ ُ َ َ ‫َ َ ُّ َ ه‬
ِ ‫يا أيها ال ِذين آمنوا ِإذا قمتم ِإَل الصَل ِة فاغ ِسلوا وجوهكم وأي ِديكم ِإَل الم َر ِاف ِق وامسحوا ِبرء‬
َ َْ ُْ ٌ َ َ َ َ َ‫َ َ ْ ُ َ ُ ْ َ ْ َ ْ َ ْ َ ْ ُ ْ ُ ْ ُ ُ ً َ َّ َّ ُ َ ْ ُ ْ ُ ْ َ ْ ن‬
‫َل َسف ٍر أ ْو َج َاء أ َحد ِمنك ْم ِم َن الغا ِئ ِط أ ْو‬ ٰ َ ‫ض أ ْو َع‬ٰ ‫ي ۚ وإن كنتم جنبا فاطهروا ۚ وإن كنتم مر‬ ‫ن‬
ِ ِ ِ ‫وأرجلكم ِإَل الكعب‬
ُ ‫يدا َط ِّي ًبا َف ْام َس ُحوا ب ُو ُجوه ُك ْم َو َأ ْيد ُيك ْم م ْن ُه ۚ َما ُير ُيد ه‬
‫اَّلل ِل َي ْج َع َل‬
ً َ ُ َّ َ َ َ ً َ ُ َ ْ َ َ َ َ ِّ ُ ُ ْ َ َ
‫َلمستم النساء فلم ت ِجدوا ماء فتيمموا ص ِع‬
ِ ِ ِ ِ ِ
َ ُ ْ َ ُ ‫َُ َ ُ َ ه‬ ُ َ ُ َ ُ َ
‫َعل ْيك ْم ِم ْن َح َر ٍج َول َٰٰ َِٰك ْن ُي ِريد ِل ُيط ِّه َرك ْم َو ِل ُي ِت َّم ِن ْع َمته َعل ْيك ْم ل َعلك ْم تشك ُرون‬

8
Cara mencuci bejana seseorang di antara kamu apabila dijilat anjing hendaklah dibasuh tujuh
kali, salah satunya dicampur dengan debu” (H.R. Muslim dari AbiHurairah).
8

"Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan salat,


maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan
(basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki. Jika kamu junub, maka
mandilah. Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat
buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, maka jika kamu tidak memperoleh
air, maka bertayamumlah dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan
tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak ingin menyulitkan kamu, tetapi Dia
hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, agar kamu
bersyukur"

Q.S An-Nisa ayat 43

َ ‫ي َ ا أ َي ُّ هَ ا ا ل َّ ِذ ي َن آ َم ن ُ وا ََل ت َق ْ َر ب ُوا ال صَّ ََل ة َ َو أ َن ْ ت ُمْ س ُ ك‬


‫َار ٰى حَ ت َّ ٰى ت َع ْ ل َ مُ وا َم ا ت َ ق ُ و ل ُ و َن َو ََل جُ ن ُ ب ًا‬
‫ح د ٌ ِم ن ْ ك ُ مْ ِم َن‬ َ َ ‫س ل ُ وا ۚ َو إ ِ ْن ك ُ ن ْ ت ُمْ َم ْر ضَ ٰى أ َ ْو ع َ ل َ ٰى س َ ف ٍَر أ َ ْو جَ ا َء أ‬ َ ‫إ ِ ََّل ع َ ا ب ِ ِر ي س َ ب ِ ي ٍل‬
ِ َ ‫ح ت َّ ٰى ت َغ ْ ت‬
ِ ِ ‫ال ْ غ َا ئ‬
َ ‫ط أ َ ْو ََل َم سْت ُم ُ الن ِ س َ ا َء ف َ ل َ ْم ت َِج د ُوا َم ا ًء ف َ ت َ ي َ َّم ُم وا‬
‫ص عِ ي د ًا ط َ ي ِ ب ًا ف َ ا ْم س َ حُ وا ب ِ ُو جُ و هِ ك ُ ْم‬
‫َو أ َي ْ ِد ي ك ُ ْم ۗ إ ِ َّن َّللاَّ َ ك َا َن ع َ ف ُ ًّو ا غ َ ف ُ و ًر ا‬

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah mendekati salat, sedangkan kamu


dalam " keadaan mabuk sampai kamu sadar akan apa yang kamu ucapkan dan
jangan (pula menghampiri masjid ketika kamu) dalam keadaan junub, kecuali
sekadar berlalu (saja) sehingga kamu mandi (junub). Jika kamu sakit, sedang dalam
perjalanan, salah seorang di antara kamu kembali dari tempat buang air, atau kamu
telah menyentuh perempuan, sedangkan kamu tidak mendapati air, maka
bertayamumlah kamu dengan debu yang baik (suci). Usaplah wajah dan tanganmu
(dengan debu itu). Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.”
9

E. Macam-Macam Air dan Pembagiannya

1. Air Mutlak (air suci dan mensucikan).


Air yang turun dari langit atau bersumber dari bumi dalam keadaan
tetap pada asal ciptaannya (tidak berubah sifat, warna, dan baunya).
Contohnya: air hujan, air sumur, air laut, air embun. Sebagaimana firman
Allah pada Q.S Al-Furqan ayat 48:

‫ َو أ َن ْ زَ ل ْ ن َا ِم َن ال س َّ َم ا ِء َم ا ًء ط َ هُ و ًر ا‬dan kami turunkan dari langit air yang suci"

“Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu


'alaihi wa sallam bersabda tentang air laut:‫" هوالطهورماؤهالحل ميتته‬suci
airnya, halal bangkainya"9

2. Air Musyammas
Air Musyammas adalah air yang telah dipanaskan dibawah terik panas
matahari dengan mengunakan wadah logam kecuali emas dan perak seperti
besi dan baja.
Air ini suci secara materinya dan dapat digunakan untuk menghilangkan
hadas dan najis namun dihukumi makruh dalam penggunaannya pada tubuh
seperti untuk wudu dan mandi, sedangkan untuk mencuci pakaian air ini
dihukumi mubah. 10

3. Air suci tapi tidak mensucikan.

Air yang sebagian atau seluruh sifatnya berubah disebabkan adanya


sesuatu, namun tidak dapat merubah kesuciannya. Contohnya:

9
Umar Abdul Jabbar, “Mabadi Fiqih Juz 4”. Halaman.2
10
SDIT ALHASANAH, “Pengetahuan Umum” halaman.6
10

a. Air Musta’mal: Air yang sudah digunakan untuk menghilangkan hadas atau
najis, tetapi tidak berubah sifatnya dan tidak bertambah ukurannya setelah
terpisah dari tempat yang dibasuh. Contoh : Air bekas mandi atau wudu
b. Air Mutaghayyar : Air yang telah berubah salah satu sifatnya (baik warna,
bau, atau rasa) karena telah tercampur oleh sesuatu yang suci dengan
perubahan yang mencegah kemutlakan nama air tersebut. Contoh : Air sumur
yang telah tercampur kopi, maka kemutlakan nama air (sumur) telah berubah
sebab telah bercampur dengan sesuatu lain yang suci (kopi) sehingga namanya
berubah dari “air sumur menjadi air kopi”.
c. Air yang berubah karena lama didiamkan atau disebabkan adanya sesuatu
yang timbul dari dalam air itu, seperti air yang berubah dikarenakan ikan
ataupun lumut.
d. Air yang berubah karena sesuatu yang menetap ditempat air atau ditempat
mengalirnya air, seperti kejatuhan debu, kapur barus, ataupun garam.
e. Air yang berubah disebabkan karena sesuatu yang berdekatan dengan air
tersebut, seperti bangkai yang berada di tepi air, sehingga air tersebut berubah
karena bau bangkai yang dibawa oleh angin atau karena adanya sesuatu yang
bercampur dan tidak dapat dipisahkan seperti minyak atau gajih. 11

4. Air yang terkena najis.


a. Air yang kejatuhan najis dan merubah salah satu sifat-sifatnya baik air itu
sedikit maupun banyak.
b. Air sedikit yang kejatuhan najis walaupun tidak merubah salah satu dari
sifatsifatnya.

11
Umar Abdul Jabbar, “Mabadi Fiqih Juz 3” halaman.8
11

F. Benda-Benda yang Termasuk Najis.

Menurut Syara’ (Peraturan Islam) yang termasuk benda najis adalah seperti
rincian di bawah ini:

1. Bangkai Binatang Darat

Semua bangkai binatang yang tinggal di darat termasuk najis. Namun ada
pengecualian untuk binatang yang tidak berdarah ketika masih hidup seperti
belalang serta mayat manusia adalah benda yang suci.

2. Darah

Segala jenis darah adalah tergolong najis kecuali dua hal, yaitu hati dan limpa.
Rasulullah Muhammad SAW bersabda dalam sebuah hadist riwayat Ibnu Majah,

“Telah halal untuk kita dua jenis bangkai dan dua jenis darah, yakni belalang dan
ikan, hati dan limpa.”

Sebagai bentuk pengecualian yaitu darah yang tertinggal dalam daging hewan
sembelihan juga dalam darah ikan. Keduanya merupakan darah yang termaafkan,
artinya halal.

3. Nanah

Karena merupakan darah yang membusuk, nanah juga merupakan benda najis.

Baik itu nanah kental maupun nanah yang hanya cair.

4. Segala Macam Sesuatu yang Keluar dari Alat Kelamin

Benda yang keluar dari dua pintu, seperti tinja, air kencing, ataupun sesuatu
yang tidak biasa semisal mazi baik dari binatang halal maupun haram merupakan
benda yang najis. Kecuali mani, tidak termasuk najis.

5. Arak
12

Benda-benda yang termasuk najis juga berasal dari segala jenis minuman yang
memabukkan.

6. Anjing atau Babi

Anjing dan babi merupakan hewan yang tidak suci. Untuk yang lainnya
merupakan hewan suci.

7. Bagian Tubuh Binatang yang Dipotong Selagi Binatang Tersebut Hidup

Ibarat bangkai, bagian tubuh dari binatang yang diambil selagi masih hidup.
Karena bangkai sendiri hukumnya najis, maka hal ini juga mengikut hukum
bangkai. Baik itu dari kambing, ayam, atau lainnya. Kecuali untuk bulu dari hewan
yang halal dimakan, seperti bulu domba, bulu unta, atau bulu kambing tidak
termasuk najis. 12

12
H. Sulaiman Rasyid “Fiqh Ibadah” halaman.21
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hadas secara etimologi(Bahasa),artimya tidak suci atau keadaan badan


kotor atau tidak boleh sholat.Adapun menurut terminlogi(Istilah)islam,hadas adalah
keadaan badan yang kotor dan dapat di hilangkan dengan cara mandi
wajib,berwudhu,dan tayamum..Dan demikian dengan kondisi sepert ini
dilarang(tidak sah)untuk mergerjakan ibadah yang menurut keadaan badan bersih
dari hadas dan najis,seperti shalat,thawaf,`iktikaf. Macam-macam hadas terbagi
menjadi dua, yaitu hadas besar dan hadas kecil sedangkan najis terbagi menjadi
tiga, yaitu najis mukhoffah, najis mutawasitoh, dan najis mugholladoh. Dasar
hukum thaharah tercantum dalam beberapa ayat Qur’an salah satunya Q.S. Al-
Maidah ayat 6. Selain itu, Air dibagi menjadi empat yaitu air suci dan mensuckan,
air musyamas, air suci tapi tidak mensucikan, dan air yang terkena najis. Benda
yang termasuk najis terbagi menjadi tujuh yaitu bangkai binatang darat, darah,
nanah, segala sesuatu yang keluar dari alat kelamin, arak, anjing atau babi, dan
bagian tubuh binatang yang dipotong selagi binatang tersebut hidup.

B. Saran

Agama islam sangat memperhatikan masalah thaharah karena dalam ilmu


fiqih poin pertama yang dijumpai adalah masalah thaharah. Shalat, adalah tiang
agama karena tanpa shalat berarti kita sama saja meruntuhkan agama. Ibarat rumah,
kalau tidak ada tiangnya tentu akan runtuh. Semoga makalah ini sangat bermanfaat
bagi kita semua. Jika terdapat kesalahan harap dimaklumi, karena manusia tidak
pernah luput dari kesalahan.

13
14

DAFTAR PUSTAKA

Drs. H. Mughni Labib, MSI, (2018). Macam-macam najis dan cara


mensucikannya. Aula kankemenag Kab. Cilacap:
https://cilacap.kemenag.go.id/profil/macam-macamnajis-dan-cara-
mensucikannya/

Husnul Abdi, (2021). Thaharah. Liputan6,Jakarta:

Rahma Indina Harbani, (2021). Pembagian hadas, penjelasannya, dan hadisnya.


Detik News: https//news.detik.com/berita/d-5733802/hadas/terbagi-
menjadi-kecil-dan-besarberikut-penjelasan-dan-haditsnya

SDIT Alhassanah (2020). Pengatuhan Umum:

Umar Abdul Jabbar, (1353H/1932M). Mabadi Fiqih Juz 3,4


H. Sulaiman Rasyid, (1976). Fiqh Ibadah. Attahariyah.

Anda mungkin juga menyukai