THAHARAH
Dosen Pengampu:
TULUNGAGUNG
2023
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT,atas rahmat serta karunia dari-nya penulis
mampu menyelesaikan makalah yang berjudul ”THAHARAH”.Alhamdulilah
makalah ini selesai tepat pada waktunya.
Shalawat dan salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
meletakkan peradapan manusia yang di ridhoi Allah SWT.
Penulis tahu bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan dari sisi isi pembahasan, penulisan kalimat dan sebagainya. Beranjak
dari kesadaran itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif
sebagai penambahan pengetahuan bagi penulis dalam menyusun makalah ini.
Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada dosen mata kuliah ini yang telah
memberikan ilmunya serta bimbingannya kepada penulis sehingga makalah ini
dapat diselesaikan dengan baik, dan pada teman-teman yang turut memberikan
atau menyumbangkan pikiran serta tenaga dalam penyusun makalah.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. Latar belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................... 2
BAB II ................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN................................................................................................. 3
A. Pengertian Hadas ................................................................................... 3
B. Macam-Macam Hadas ........................................................................... 3
C. Pengertian Najis ..................................................................................... 5
D. Dasar Hukum Thaharah ......................................................................... 7
E. Macam-Macam Air dan Pembagiannya ..................................................... 9
F. Benda-Benda yang Termasuk Najis. ........................................................ 11
BAB III ............................................................................................................. 13
PENUTUP ........................................................................................................ 13
A. Kesimpulan.......................................................................................... 13
B. Saran ................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan Masalah
1
2
C. Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hadas
B. Macam-Macam Hadas
1. Hadas Kecil
1
"... dan Allah menurunkan air atas kamu sekalian dari langit agar kalian menyucikan diri
dengannya...
(QS Al-Anfaal [8]:11)"
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang tobat dan menyukai orang-orang yang
menyucikan diri. (QS. Al-Baqarah [2]:222).”
3
4
4. Tidur nyenyak dengan posisi miring atau tanpa tetapnya pinggul di atas
lantai. 3
2. Hadas Besar
2
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang tobat dan menyukai orang-orang yang
menyucikan diri. (QS. Al-Baqarah [2]:222).”
3
"Telah diangkat pena dari tiga perkara yaitu dari anak-anak sehingga ia dewasa (baligh), dari
orang tidur sehingga ia bangun, dan dari orang gila sehingga ia sehat kembali," (HR Abu Dawud
dan Ibnu Majah).
5
Sebagaimana yang telah kami kutip dari sebuah buku yang di tulis
oleh Musthafa Kamal Pasha beliau mengemukakan bahwa yang
menyebabkan seseorang dihukumkan kaena hadas besar antara lain sebagai
berikut:
5. Meninggal dunia5
C. Pengertian Najis
Apa saja yang tergolong dalam najis? Najis secara Bahasa artinya
kotor.ssecara istilah najis adalah kotor yang menjadi sebab terhalangnya
seseorang untuk beribadah kepada Allah.
1. Macam-Macam Najis
a. Najis Mukhoffafah.
4
"Bila seorang lelaki duduk di antara empat potongan tubuh wanita (dua tangan dan dua kaki)
dan tempat khitan (laki-laki) bertemu tempat khitan (wanita) maka sungguh wajib mandi
meskipun tidak keluar mani," (HR Muslim).
5
Dari Ibnu Abbas RA, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda tentang orang yang meninggal
karena terjatuh dari kendaraannya, mandikanlah dengan air dan bidara dan kafanilah dua
kainnya," (HR Bukhari dan Muslim).
6
air susu ibu.cara mensucikannya cukup dengan memercikkan air pada benda
yang terkena najis tersebut.6
b. Najis Mutawasitoh
Najis Mutawasitoh adalah najis sedang najis ini dibagi dua macam:
- Najis mutawasitoh hukmiyah adalah najis yang diyakini ada tapi tidak
nyata wujudnya.cara mensucikannya adalah cukup dengan mengalirkan
air pada benda atau tempat yang terkena najis.
- Najis mutawasitoh `akniyah adalah najis yang dapat wujudnya dan bias
diketahui melalui bau maupun rasanya.cara mensucikanya dengan
menghilangkan wujud,rasa,warna,dan baunya menggunakan air suci
Contoh najis mutawasitoh yaitu darah,bangkai binatang,air kencing, dan
lain sebainnya.
c. Najis Mugholladoh.
6
Dari UmmiQais R.A. sesungguhnya ia pernah membawa seorang anak laki-lakinya yang belum
makan makanan. Lalu anak itu dipangku oleh Rasulullah SAW. dan anak itu kencing di
pangkuannya. Kemudian Rasulullah SAW.meminta air, lalu memercikkan air itu ke bagian yang
terkana kencingnya dan tidak dibasuhnya.” (H.R. al-Bukhari dan Muslim).
7
Cara mencuci bejana seseorang di antara kamu apabila dijilat anjing hendaklah dibasuh tujuh
kali, salah satunya dicampur dengan debu” (H.R. Muslim dari AbiHurairah).
7
“Allah menyukai orang yang tobat dan menyukai orang yang menyucikan
diri"
ُ ُُ ُ َ ْ َ
وسك ْم َ ْ َ ْ ُ َ ْ َ َ ْ ُ َ ُ ُ ُ ْ َ َ َّ َ ْ ُ ْ ُ َ ُ َ َ َ َ ُّ َ ه
ِ يا أيها ال ِذين آمنوا ِإذا قمتم ِإَل الصَل ِة فاغ ِسلوا وجوهكم وأي ِديكم ِإَل الم َر ِاف ِق وامسحوا ِبرء
َ َْ ُْ ٌ َ َ َ َ ََ َ ْ ُ َ ُ ْ َ ْ َ ْ َ ْ َ ْ ُ ْ ُ ْ ُ ُ ً َ َّ َّ ُ َ ْ ُ ْ ُ ْ َ ْ ن
َل َسف ٍر أ ْو َج َاء أ َحد ِمنك ْم ِم َن الغا ِئ ِط أ ْو ٰ َ ض أ ْو َعٰ ي ۚ وإن كنتم جنبا فاطهروا ۚ وإن كنتم مر ن
ِ ِ ِ وأرجلكم ِإَل الكعب
ُ يدا َط ِّي ًبا َف ْام َس ُحوا ب ُو ُجوه ُك ْم َو َأ ْيد ُيك ْم م ْن ُه ۚ َما ُير ُيد ه
اَّلل ِل َي ْج َع َل
ً َ ُ َّ َ َ َ ً َ ُ َ ْ َ َ َ َ ِّ ُ ُ ْ َ َ
َلمستم النساء فلم ت ِجدوا ماء فتيمموا ص ِع
ِ ِ ِ ِ ِ
َ ُ ْ َ ُ َُ َ ُ َ ه ُ َ ُ َ ُ َ
َعل ْيك ْم ِم ْن َح َر ٍج َول َٰٰ َِٰك ْن ُي ِريد ِل ُيط ِّه َرك ْم َو ِل ُي ِت َّم ِن ْع َمته َعل ْيك ْم ل َعلك ْم تشك ُرون
8
Cara mencuci bejana seseorang di antara kamu apabila dijilat anjing hendaklah dibasuh tujuh
kali, salah satunya dicampur dengan debu” (H.R. Muslim dari AbiHurairah).
8
2. Air Musyammas
Air Musyammas adalah air yang telah dipanaskan dibawah terik panas
matahari dengan mengunakan wadah logam kecuali emas dan perak seperti
besi dan baja.
Air ini suci secara materinya dan dapat digunakan untuk menghilangkan
hadas dan najis namun dihukumi makruh dalam penggunaannya pada tubuh
seperti untuk wudu dan mandi, sedangkan untuk mencuci pakaian air ini
dihukumi mubah. 10
9
Umar Abdul Jabbar, “Mabadi Fiqih Juz 4”. Halaman.2
10
SDIT ALHASANAH, “Pengetahuan Umum” halaman.6
10
a. Air Musta’mal: Air yang sudah digunakan untuk menghilangkan hadas atau
najis, tetapi tidak berubah sifatnya dan tidak bertambah ukurannya setelah
terpisah dari tempat yang dibasuh. Contoh : Air bekas mandi atau wudu
b. Air Mutaghayyar : Air yang telah berubah salah satu sifatnya (baik warna,
bau, atau rasa) karena telah tercampur oleh sesuatu yang suci dengan
perubahan yang mencegah kemutlakan nama air tersebut. Contoh : Air sumur
yang telah tercampur kopi, maka kemutlakan nama air (sumur) telah berubah
sebab telah bercampur dengan sesuatu lain yang suci (kopi) sehingga namanya
berubah dari “air sumur menjadi air kopi”.
c. Air yang berubah karena lama didiamkan atau disebabkan adanya sesuatu
yang timbul dari dalam air itu, seperti air yang berubah dikarenakan ikan
ataupun lumut.
d. Air yang berubah karena sesuatu yang menetap ditempat air atau ditempat
mengalirnya air, seperti kejatuhan debu, kapur barus, ataupun garam.
e. Air yang berubah disebabkan karena sesuatu yang berdekatan dengan air
tersebut, seperti bangkai yang berada di tepi air, sehingga air tersebut berubah
karena bau bangkai yang dibawa oleh angin atau karena adanya sesuatu yang
bercampur dan tidak dapat dipisahkan seperti minyak atau gajih. 11
11
Umar Abdul Jabbar, “Mabadi Fiqih Juz 3” halaman.8
11
Menurut Syara’ (Peraturan Islam) yang termasuk benda najis adalah seperti
rincian di bawah ini:
Semua bangkai binatang yang tinggal di darat termasuk najis. Namun ada
pengecualian untuk binatang yang tidak berdarah ketika masih hidup seperti
belalang serta mayat manusia adalah benda yang suci.
2. Darah
Segala jenis darah adalah tergolong najis kecuali dua hal, yaitu hati dan limpa.
Rasulullah Muhammad SAW bersabda dalam sebuah hadist riwayat Ibnu Majah,
“Telah halal untuk kita dua jenis bangkai dan dua jenis darah, yakni belalang dan
ikan, hati dan limpa.”
Sebagai bentuk pengecualian yaitu darah yang tertinggal dalam daging hewan
sembelihan juga dalam darah ikan. Keduanya merupakan darah yang termaafkan,
artinya halal.
3. Nanah
Karena merupakan darah yang membusuk, nanah juga merupakan benda najis.
Benda yang keluar dari dua pintu, seperti tinja, air kencing, ataupun sesuatu
yang tidak biasa semisal mazi baik dari binatang halal maupun haram merupakan
benda yang najis. Kecuali mani, tidak termasuk najis.
5. Arak
12
Benda-benda yang termasuk najis juga berasal dari segala jenis minuman yang
memabukkan.
Anjing dan babi merupakan hewan yang tidak suci. Untuk yang lainnya
merupakan hewan suci.
Ibarat bangkai, bagian tubuh dari binatang yang diambil selagi masih hidup.
Karena bangkai sendiri hukumnya najis, maka hal ini juga mengikut hukum
bangkai. Baik itu dari kambing, ayam, atau lainnya. Kecuali untuk bulu dari hewan
yang halal dimakan, seperti bulu domba, bulu unta, atau bulu kambing tidak
termasuk najis. 12
12
H. Sulaiman Rasyid “Fiqh Ibadah” halaman.21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
13
14
DAFTAR PUSTAKA