Anda di halaman 1dari 14

THAHARAH (BERSUCI)

Disajikan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Ganjil Akademik 2022/2023
Mata Kuliah

ILMU FIQIH
Kamis, 13 Oktober 2022

Oleh Kelompok 1
Selvi Tiara (2022140057)

DOSEN PENGAMPU
Nurusshomad, M.Pd.I
Program Studi Pendidikan Agama Islam
Sekolah Tinggi Agama Islam Ash-Shiddiqiyah
Lempuing Jaya OKI
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah Ta’ala karena dengan


rahmat dan hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Ilmu Fiqih dengan baik. Shalawat beriring salam semoga selau tercurah kepada
Nabi kita tercinta Muhammad Saw, keluarganya sahabatnya, dan seluruh umatnya
yang senantiasa berada diatas ajarannya hingga hari kiamat.
Penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang membantu
penyusun dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, penyusun juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu penyusun, berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan di masa yang akan datang dalam penyusunan makalah.
Semoga makalah inidapat bermanfaat, terutama bagi penyusun maupun pembaca
sekalian. Sebelumnya penyusun mohon maaf apabila tedapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan penyusun memohon kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan di masa depan.

Lempuing Jaya,13 Oktober 2022

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Cover ................................................................................................................ i
Kata Pengantar ................................................................................................. ii
Daftar Isi........................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1


A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
C. Tujuan .................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 2


A. Pengertian Thaharah dan Beberapa Hal Yang Terkait ......................... 2
B. Tata Cara Mandi Wajib ........................................................................ 4
C. Tata Cara Wudhu’ ................................................................................ 6
D. Tata Cara Tayamum ............................................................................. 6

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 10


A. Kesimpulan .......................................................................................... 10
B. Saran .................................................................................................... 10

Daftar Pustaka ................................................................................................ 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada hakikatnya manusia diciptakan Allah Swt dan hidup di dunia ini
hanya untuk beribadah kepada-Nya, seperti firman Allah yang artinya “Dan aku
tidak menciptakan jin dan manusia supaya mereka mengambil kepada-Ku”.1

Oleh karena itu, sudah selayaknya kita sebagai hamba-Nya untuk


mendekatkan diri dengan cara beribadah kepada-Nya, tentunya dengan beribadah
yang benar, yakni dengan tuntunan ibadah yang telah disyari’atkan Allah Swt dan
Nabi Muhammad Saw melalui Al-qur’an dan As-Sunah (hadis).

Saat kita dewasa, banyak menemui praktik ibadah yang kurang tepat atau
sempurna atau bahkan tidak sesuiai dengan tuntunan dalam agama, salah satunya
dalam thaharah (bersuci) seperti mandi, wudhu’, tayamum dan sebagainya.
Seringkali kita menemui orang wudhu’ dengan terburu-buru sehingga ada bagian
anggota tubuh yang harus dibasuh, di basauh dengan tidak sempurna, ada juga
yang lupa bacaan anggotanya, meninggalkan do’a setelah wudhu’, dan sebagainya

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian thaharah?
2. Bagaimana tata cara mandi wajib?
3. Bagaimana tata cara wudhu’?
4. Bagaimana tata cara tayamum?

C. Tujuan Penulisan
1. Memahami pengertian thaharah
2. Memahami tata cara mandi wajib
3. Memahai tata cara wudhu’
4. Memahami tata cara tayamum

1
Q.S: Adz-Daariyaat :56

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Thaharah (Bersuci) dan Beberapa Hal Yang Berkaitan


Sebelum membahas thaharah terlebih dahulu dibahas mengenai ibadah.
Ibadah secara bahasa berarti merendahkan diri dan tunduk.2 Ibadah adalah sebutan
yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan di ridhai Allah, baik berup ucapan
maupun perbuatan, yag lahir ataupun yang batin.3
Ibadah adalah perktra taufiqiyah. Artinya tidak ada suatu bentuk ibadah pun
yang disyari’atkan kecuali berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah.4 Rasulullah
Saw bersabda artinya “barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam urusan
kami ini (urusan agama) yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak.5
Dalam riwayat muslim “barang siapa melakukan suatu amalan yang bukan berasal
dari kami, maka amalan tersebut tertolak”.6
Oleh karena itu hadis ini dijadikan dalil untuk membatalkan semua akad-akad
yang dilarang dan menolak hal-hal baru serta hal yang dilarang.7
Menurut pendapat saya beribadah haruslah sesuai dengan syari’at agama yang
telah ditentukan, tidak boleh keluar dari syari’at agama.
Thaharah dibagi menjadi 2 yaitu, thaharah secara lahir dan batin. Thaharah
secara batin adalah mnsucikan jiwa dari dampak dosa dan maksiat. Dengan
bertaubat yang sungguh-sungguh dari dosa dan maksiat serta membersihkan hati
dari syirik, keraguan, dendam, menipu, iri hati, ujud (merasa kagum pada diri
sendiri riya’, sum’ah (menceritakan kebaikannya kepada orang lain).8
Bersuci ialah menghilangkan najis menggunakan air suci pada pakaian orang
yang melakukan shalat, serta pada badannya, dan tempat salat. Sedangkan bersuci

2
Shalih bin Fauzan, Kitab Tauhid,(Jakarta:Umul Qura’, 2014), alih bahasa: Syahirul Alim Al-Adib, Lc., hlm. 59
3
Ibid, hlm. 60
4
Ibid, hlm. 61
5
HR. Bukhari no. 2697 dan Muslim no. 1718
6
Hr. Muslim no. 1718
7
Faishal bin Abdul Aziz Alu Mubarak, Riadhus Shalihin dan penjelasannya, (Jakarta: Ummul Qura, 2014) hlm. 163
8
Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Minhajul Muslim, alibahasa: ikhwanudin, dkk (Jakarta: Ummul Qura’, 2014), hlm. 380

2
dari hadats ialah berwudhu’ mandi dan tayamum.9 An –Najasat adalah bentuk
jamak dari kata ‘najasah’ (najis) yaitu sesuatu yang keluar dari kedua kemaluan
manusia (kubul dan dubur), berupa kotoran, air kecing, wadi dan mani.10
Dari adanya pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa thaharah atau
bersuci merupakan cara membersihkan najis menggunakan air suci.
Najis dibagi menjadi tiga:
a. Mukhafafah (ringan)
b. Mutawashitah (pertengahan)
c. Mukhallazah (berat).11

Syari’at telah memerintahkan kita untuk membersihkan diri dari najis, seperti
dalam firman Allah yang artinya “dan pakaian mu sucikanlah”.12

Ada beberapa cara membersihkan najis yaitu sebagai berikut:13

a. Cara membersihkan najis mukhfafah


Caranya ada 3, yaitu
 Dengan cara memercikan air sekali percikan
Syaikh As Sa’di mnyatakan: ‘air kencng anak lali-laki yang blum
berumur dua tahun dan belum memakan makanan karena syahwat
(untuk makan) maka ini cukup dipercikan air sekali saja.
Hadis dari Abu Samh Malik, ia berkata:
“air encing anak perempuan itu dicuci, sedangkan air kencing anak
laki-laki itu dipercikan”.14
 Dengan menyiramnya sekali siram atau secukupnya hingga hilang inti
objeknya
Syaikh As Sa’di menyatakan: “ najis jika berada diatas permukaan
tanah atau lantai maka cukup disiram dengan sekali siraman yang
9
Ibid.
10
Ibid, hlm. 382
11
Yulia Purnama, Perbedaan Najasah, Hadats, Nawaqidhul Wudhu’, dan Qadzarah, diakses dari:
https://Muslim.or.id/28432-perbedaan , najasah-hadats-nawaqidhul-wudhu’-dan-qadzarah.html, pada tanggal 23 september
2017, pukul 03.39 WIB
12
QS.Al Bakarah: [2]: 125
13
Yulian Purnama, Cara Membersihkan Najis, diakses dari: https://muslim.or.id/29297-cara-membersihkan -
najis.html, pada tanggal 23 september 2017, pulul 04.12 WIB
14
HR. Abu Dawud 377, An-Nisa’i303, disahihkan Al Albani dalam Shahih An-Nasa’i

3
membuat ‘ainun najasah (inti dari objek najis) hilang, sebagaimana
perintah nabi untuk menyiram air kencing orang badwi dengan
seember air”.
 Dengan menyentuhkan pada debu atau tanah
Syaikh As Sa’di menjelaskan: “ najis yang ada pada bagian bawah
sepatu dan alas kaki lainnya, cukup disentuhkan pada permukaan
tanah atau debu, sebagaimana terdapat dalam hadis shahih.
b. Cara membersihkan najis mutawashitah
Syaik As Sa’di menjelaskan: “najasah (mutawashitah) ketika ia bisa hilang
dengan cara apapun maka itu sudah cukup untuk mensucikannya.
c. Cara membersihkan najis mukhallazah
Misalnya najis dari anjing dan babi, maka membersihkannya dengan tujuh
kali cucian, cucian yang pertama menggunakan tanah atau sejenisnya.
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa macam-macam
najis itu ada tiga yakni najis mukhafafah, mutawasithah dan mukhalazah,
dan menjelaskan tata cara membersihkan najis dengan benar dan sesuai
syari’at Islam.

B. Tata Cara Mandi Wajib


Tata cara mandi wajib yang benar, yaitu :15
1. Niat, syarat sahnya mandi
Dalam hal mandi tentu saja dibedakan dengan mandi biasa. Pembedanya
adalah niat.
2. Rukun mandi
Hakikat mandi adalah mengguyur seluruh badan dengan air, yaitu
mengenai rambut dan kulit. Dalam hadis Aisyah yang menceritakan tata
cara mandi: “kemudian ia mengguyur air pada seluruh badannya”.16

15
Muhammad Abduh Tuasikal, Msc, Tata Cara Mandi Wajib, diakses dari https://muslim .or.id/3313-tata-cara-
mandi-wajib. html, pada tanggal 23 september 2017, pukul 05.52 WIB.
16 HR. An Nasa-i no. 247 Syaik Al Albani mengatakan bahwa hadis ini shahih.

4
Nabi Muhammad Saw bersabda: “saya mengambil dua telapak tangan,
tiga kali lalu saya siramkan pada kepalaku, kemudian saya tuangkan
setelahnya pada semua tubuhku”.17
3. Tata cara mandi yang sempurna
Tata cara mandi yang sempurna dan yang disunahkan oleh rasul, yaitu :
a. Mencuci tangan terlebih dahulu sebanyak tiga kali sebelum tangan
dimasukkan bejana atau sebelum mandi.
b. Membersihkan kemaluan dan kotoran yang ada dengan tangan kiri.
c. Mencuci tangan setelah membersihkan kemaluan dengan
menggosokkan ke tanah atau dengan menggunakan sabun.
d. Berwudhu dengan wudhu yang sempurna seperti ketika hendak shalat.
e. Mengguyur air pada kepala sebanyak tiga kali sampai ke pangkal
rambut.
f. Mencuci kepala bagian kanan, lalu kepala bagian kiri.
g. Menyela-nyela rambut.
h. Mengguyur air pada seluruh badan dimulai dari sisi yang kanan setelah
itu yang kiri. Aisyah ra berkata, “ Nabi Saw biasa mendahulukan yang
kanan ketika memakai sandal, ketika bersisir, ketika bersuci dan dalam
setiap perkara (yang baik-baik).18
Dari pembahasan diatas dapat diarik benang merah bahwa tata cara
mandi wajib yang benar yaikni harus mengguyur air ke seluruh tubuh,
di sini cukup sekali saja sebagaimana zhohir ( tekstual) hadis yang
membahas tentang mandi dan tertib.

17 HR
. Ahmad 4/81. Syaikh Su’aib Al Amauth mengatakan bahwa sanad hadist ini shahih sesuai syarat Bukhari
Muslim.
18
HR. Bukhari no. 168 dan Muslim no. 268

5
C. Tata Cara Wudhu’
Tata cara wudhu’ yang benar dan sesuai dengan ajaran Nabi Saw, yakni
sebagai berikut :19
1. Berniat wudhu (dalam hati) untuk menghilangkan hadats.
2. Mengucapkan basmalah.
3. Membasuh dua telapak tangan sebanyak tiga kali.
4. Mengambil air dengan tangan kanan, lalu memasukkannya ke dalam
mulut dan hidung untuk berkumur dan istinsyak (memasukan air
kedalam hidung). Kemudian beristintsar (mengeluarkan air dari
hidung) dengan tangan kiri sebanyak tiga kali.
5. Membasuh seluruh wajah dan menyela-nyela jenggot atau dagu
sebanyak tiga kali.
6. Membasuh tangan kana hingga siku bersamaan dengan menyelai
jemari sebanyak tiga kali kemudian dilanjutkan dengan yang kiri.
7. Mengusap seluruh kepala dengan cara mengusap dari depan ditarik
kebelakang, lalu ditarik kedepan, dilakukan sebanyak satu kali,
dilanjutkan mengusap bagian luar dan dalam telinga sebanyak satu
kali.
8. Membasuh kaki kanan hingga mata kaki bersamaan dengan menyela-
nyelai jemari sebanyak tiga kali kemudian dilsnjutkan dengan kaki
kiri.
Dari pejelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tata cara berwudhu
itu haruslah tertib sesuai dengan hadits atau sunahnya Nabi
Muhammad Saw.

D. Tata Cara Tayamum


Pembahasan mengenai tayamum antara lain :20
1. Dalil disyari’atkannya tayamum

19
Aditya Budiman, Panduan Praktis Tata Cara Wudhu’, diakses dari: https://muslim.or.id/1810-panduan-praktis -
tata-cara-wudhu.html, pada tanggal 23 september 2017, pukul 06.03 WIB
20
Aditya Budiman, S.T, Panduan Tata Cara Tayamum, diakses dari: https://muslim .or.id/1918-panduan-tata-cara-
tayamum.html, pada tanggal 23 september 2017, pukul 06.15 WIB.

6
Adapun dalil dari Rasulullah Saw daari sahabat Hudzaifah Ibnu
Yaman ra: “Dijadikan bagi kami (umat Nab Muhammad Saw)
permukaan bumi sebagai thohur/sesuatu yang digunakan untuk
berrsuci (tayamum) jika kami tidak menjumpai air”.21
Aapun dalil dari Al-Qur’an adalah firman Allah Swt. Yakni: “Dan jika
kamu sakit atau dalam perjalanan kembali dari tempat buang air atau
berhubungan badan dengan perempuan, lalu kamu tidak memperoleh
air, maka berrtayamumlah denga permukaan bumi yang baik (bersih),
sapulah wajahmu dan tangan mu dengan tanah itu.22
Menurut pendapat saya tayamum adalah cara lain untuk bersuci
ketika tidak ada air, berhalangan (sakit parah) jika menyentuh air, dan
sebagainya.

2. Media yang dapat digunakan untuk tayamum


Medianya adalah seluruh permukaan bumi yang bersih baik itu
berupa pasir, bebatuan, tanah yang berair, lembab ataupun kering.
Pernyataan ini berdasarkan hadis Nabi Muhammad Saw.

3. Keadaan yang dapat menyebabkan seseorang bersuci dengan tayamum


Menurut pendapat para ahli Syaikh Dr. Sholeh bin Fauzan
Hafidzahullah menyebutkan beberapa keadaan yang dapat
menyebabkan seseorang bersuci dengan tayamum.
a. Jika tidak ada air baik dalam keadaan safar/dalam perjalanan atau
tidak.
b. Terdapat air (dalam jimlah terbatas) bersamaan dengan adanya
kebutuhan lain yang memerlukan air tersebut semisal untuk minum
dan memasak.

21
HR. Muslim no. 522
22
QS. Al Maidah [5]: 6

7
c. Adanya kekhawatiran jika bersuci dengan air akan membahayakan
badan atau semakin lama sembuh dari sakit.
d. Ketidakmampuan manggunakan air untuk berwudhu dikarenakan
sakit dan tidak mampu bergerak untuk mengambil air wudhu
bersamaan dengan kekhawatiran habisnya waktu shalat.
e. Khawatir kedinginan jika bersuci dengan air dan tidak adanya yang
dapat menghangatkan air tersebut.
Dari pendapat para ahli diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa keadaan yang dapat menyebabkan seseorang tayamum
yakni ketika tidak ada air sama sekali, ketika tidak mampu
menyentuh air karena sakit, adanya air tapi dengan jumlah terbatas,
dan sebagainya.

4. Tata cara tayamum Rasullullah Saw


Tata caranya antara lain :
a. Memukulkan kedua telapak tangan ke permukaan bumi dengan
sekali pukulan kemudian meniupnya.
b. Kemudian menyapu punggung telapak tangan kanan dengan
tangan kiri dan sebaliknya.
c. Kemudian menyapu wajah dengan telapak tangan.
d. Semua usapan baik mangusap telapak tangan dan wajah dilakukan
sekali usapan saja.
e. Bagian tangan yang diusap adalah bagian telapak tangan sampai
pegelangan tangan saja.
f. Tayamum dapat menghilangkan hadats besar semisal janabah,
demikian juga untuk hadats kecil.
g. Tidak wajibnya urut/tertib dalam tayamum.

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa tata cara


tayamum itu dengan memukulkan kedua telpak tangan
kepermukaan bumi sekali lalu ditiup, kemudian usapkan pada

8
bagian wajah menggunakan ke dua telapak tangan, serta punggung
kedua tangan dengan tangan kanan dan kiri secara bergantian.

9
BAB II
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pendapat para ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa thaharah
adalah membersihkan diri dari segala kotoran, dengan tata cara yang benar
yang sesuai dengan syari’at islam. Seperti mandi, wudhu, tayamum dan
sebagainya. Semua bentuk-bentuk ibadah tersebut kita laksanakan dengan
sebaik mungkin dalam rangka beribadah kepada Allah Swt. Karena
menghambakan diri hanya kepada-Nya, dan menjauhkan diri ari kemusrikan.

B. Saran
Penulis menyarankan kepda pembaca untuk banyak membaca buku-buku
yang berkaitan dengan thaharah, untuk menmbah dan memperkuat pemahaman
serta pemaknaan pemateri diatas. Penulis juga mengharapkan adanya kritik dan
saran dari para pembaca sekalian terhadap maklah ini, sehingga dengan
masukan terrsebut penulis dapat menjadi lebih baik lagi dalam penyusunan
karya tulis di masa depan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Terjemahnya. 2014. Jakarta: Departemen Agama RI.


Al-fAuzan, Shalih bin Fauzan. 2014. Kitab Tauhid. Alih bahasa: Syaihirul Alim
Al Adib, Lc. Jakarta: Ummul Qura’

Al –Jazairi, Abu Bakar Jabir,. 2014. Minhajul Muslim, alih bahasa: ikhwanudin,
dkk Jakarta: Ummul Qura’.
Faishal bin Abdul Aziz Alu Mubarak, Riadhus Shalihin dan penjelasannya,
(Jakarta: Ummul Qura, 2014) hlm. 163

Aditya Budiman, Panduan Praktis Tata Cara Wudhu’, diakses dari:


https://muslim.or.id/1810-panduan-praktis -tata-cara-wudhu.html,
pada tanggal 23 september 2017, pukul 06.03 WIB
Aditya Budiman, S.T, Panduan Tata Cara Tayamum, diakses dari: https://muslim
.or.id/1918-panduan-tata-cara-tayamum.html, pada tanggal 23
september 2017, pukul 06.15 WIB.
Yulia Purnama, Perbedaan Najasah, Hadats, Nawaqidhul Wudhu’, dan Qadzarah,
diakses dari: https://Muslim.or.id/28432-perbedaan , najasah-hadats-
nawaqidhul-wudhu’-dan-qadzarah.html, pada tanggal 23 september
2017, pukul 03.39 WIB

QS.Al Bakarah: [2]: 125


Yulian Purnama, Cara Membersihkan Najis, diakses dari:
https://muslim.or.id/29297-cara-membersihkan -najis.html, pada
tanggal 23 september 2017, pulul 04.12 WIB
Muhammad Abduh Tuasikal, Msc, Tata Cara Mandi Wajib, diakses dari
https://muslim .or.id/3313-tata-cara-mandi-wajib. html, pada tanggal
23 september 2017, pukul 05.52 WIB.

11

Anda mungkin juga menyukai