ILMU FIQIH
Kamis, 13 Oktober 2022
Oleh Kelompok 1
Selvi Tiara (2022140057)
DOSEN PENGAMPU
Nurusshomad, M.Pd.I
Program Studi Pendidikan Agama Islam
Sekolah Tinggi Agama Islam Ash-Shiddiqiyah
Lempuing Jaya OKI
2022
i
KATA PENGANTAR
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Cover ................................................................................................................ i
Kata Pengantar ................................................................................................. ii
Daftar Isi........................................................................................................... iii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada hakikatnya manusia diciptakan Allah Swt dan hidup di dunia ini
hanya untuk beribadah kepada-Nya, seperti firman Allah yang artinya “Dan aku
tidak menciptakan jin dan manusia supaya mereka mengambil kepada-Ku”.1
Saat kita dewasa, banyak menemui praktik ibadah yang kurang tepat atau
sempurna atau bahkan tidak sesuiai dengan tuntunan dalam agama, salah satunya
dalam thaharah (bersuci) seperti mandi, wudhu’, tayamum dan sebagainya.
Seringkali kita menemui orang wudhu’ dengan terburu-buru sehingga ada bagian
anggota tubuh yang harus dibasuh, di basauh dengan tidak sempurna, ada juga
yang lupa bacaan anggotanya, meninggalkan do’a setelah wudhu’, dan sebagainya
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian thaharah?
2. Bagaimana tata cara mandi wajib?
3. Bagaimana tata cara wudhu’?
4. Bagaimana tata cara tayamum?
C. Tujuan Penulisan
1. Memahami pengertian thaharah
2. Memahami tata cara mandi wajib
3. Memahai tata cara wudhu’
4. Memahami tata cara tayamum
1
Q.S: Adz-Daariyaat :56
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Shalih bin Fauzan, Kitab Tauhid,(Jakarta:Umul Qura’, 2014), alih bahasa: Syahirul Alim Al-Adib, Lc., hlm. 59
3
Ibid, hlm. 60
4
Ibid, hlm. 61
5
HR. Bukhari no. 2697 dan Muslim no. 1718
6
Hr. Muslim no. 1718
7
Faishal bin Abdul Aziz Alu Mubarak, Riadhus Shalihin dan penjelasannya, (Jakarta: Ummul Qura, 2014) hlm. 163
8
Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Minhajul Muslim, alibahasa: ikhwanudin, dkk (Jakarta: Ummul Qura’, 2014), hlm. 380
2
dari hadats ialah berwudhu’ mandi dan tayamum.9 An –Najasat adalah bentuk
jamak dari kata ‘najasah’ (najis) yaitu sesuatu yang keluar dari kedua kemaluan
manusia (kubul dan dubur), berupa kotoran, air kecing, wadi dan mani.10
Dari adanya pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa thaharah atau
bersuci merupakan cara membersihkan najis menggunakan air suci.
Najis dibagi menjadi tiga:
a. Mukhafafah (ringan)
b. Mutawashitah (pertengahan)
c. Mukhallazah (berat).11
Syari’at telah memerintahkan kita untuk membersihkan diri dari najis, seperti
dalam firman Allah yang artinya “dan pakaian mu sucikanlah”.12
3
membuat ‘ainun najasah (inti dari objek najis) hilang, sebagaimana
perintah nabi untuk menyiram air kencing orang badwi dengan
seember air”.
Dengan menyentuhkan pada debu atau tanah
Syaikh As Sa’di menjelaskan: “ najis yang ada pada bagian bawah
sepatu dan alas kaki lainnya, cukup disentuhkan pada permukaan
tanah atau debu, sebagaimana terdapat dalam hadis shahih.
b. Cara membersihkan najis mutawashitah
Syaik As Sa’di menjelaskan: “najasah (mutawashitah) ketika ia bisa hilang
dengan cara apapun maka itu sudah cukup untuk mensucikannya.
c. Cara membersihkan najis mukhallazah
Misalnya najis dari anjing dan babi, maka membersihkannya dengan tujuh
kali cucian, cucian yang pertama menggunakan tanah atau sejenisnya.
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa macam-macam
najis itu ada tiga yakni najis mukhafafah, mutawasithah dan mukhalazah,
dan menjelaskan tata cara membersihkan najis dengan benar dan sesuai
syari’at Islam.
15
Muhammad Abduh Tuasikal, Msc, Tata Cara Mandi Wajib, diakses dari https://muslim .or.id/3313-tata-cara-
mandi-wajib. html, pada tanggal 23 september 2017, pukul 05.52 WIB.
16 HR. An Nasa-i no. 247 Syaik Al Albani mengatakan bahwa hadis ini shahih.
4
Nabi Muhammad Saw bersabda: “saya mengambil dua telapak tangan,
tiga kali lalu saya siramkan pada kepalaku, kemudian saya tuangkan
setelahnya pada semua tubuhku”.17
3. Tata cara mandi yang sempurna
Tata cara mandi yang sempurna dan yang disunahkan oleh rasul, yaitu :
a. Mencuci tangan terlebih dahulu sebanyak tiga kali sebelum tangan
dimasukkan bejana atau sebelum mandi.
b. Membersihkan kemaluan dan kotoran yang ada dengan tangan kiri.
c. Mencuci tangan setelah membersihkan kemaluan dengan
menggosokkan ke tanah atau dengan menggunakan sabun.
d. Berwudhu dengan wudhu yang sempurna seperti ketika hendak shalat.
e. Mengguyur air pada kepala sebanyak tiga kali sampai ke pangkal
rambut.
f. Mencuci kepala bagian kanan, lalu kepala bagian kiri.
g. Menyela-nyela rambut.
h. Mengguyur air pada seluruh badan dimulai dari sisi yang kanan setelah
itu yang kiri. Aisyah ra berkata, “ Nabi Saw biasa mendahulukan yang
kanan ketika memakai sandal, ketika bersisir, ketika bersuci dan dalam
setiap perkara (yang baik-baik).18
Dari pembahasan diatas dapat diarik benang merah bahwa tata cara
mandi wajib yang benar yaikni harus mengguyur air ke seluruh tubuh,
di sini cukup sekali saja sebagaimana zhohir ( tekstual) hadis yang
membahas tentang mandi dan tertib.
17 HR
. Ahmad 4/81. Syaikh Su’aib Al Amauth mengatakan bahwa sanad hadist ini shahih sesuai syarat Bukhari
Muslim.
18
HR. Bukhari no. 168 dan Muslim no. 268
5
C. Tata Cara Wudhu’
Tata cara wudhu’ yang benar dan sesuai dengan ajaran Nabi Saw, yakni
sebagai berikut :19
1. Berniat wudhu (dalam hati) untuk menghilangkan hadats.
2. Mengucapkan basmalah.
3. Membasuh dua telapak tangan sebanyak tiga kali.
4. Mengambil air dengan tangan kanan, lalu memasukkannya ke dalam
mulut dan hidung untuk berkumur dan istinsyak (memasukan air
kedalam hidung). Kemudian beristintsar (mengeluarkan air dari
hidung) dengan tangan kiri sebanyak tiga kali.
5. Membasuh seluruh wajah dan menyela-nyela jenggot atau dagu
sebanyak tiga kali.
6. Membasuh tangan kana hingga siku bersamaan dengan menyelai
jemari sebanyak tiga kali kemudian dilanjutkan dengan yang kiri.
7. Mengusap seluruh kepala dengan cara mengusap dari depan ditarik
kebelakang, lalu ditarik kedepan, dilakukan sebanyak satu kali,
dilanjutkan mengusap bagian luar dan dalam telinga sebanyak satu
kali.
8. Membasuh kaki kanan hingga mata kaki bersamaan dengan menyela-
nyelai jemari sebanyak tiga kali kemudian dilsnjutkan dengan kaki
kiri.
Dari pejelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tata cara berwudhu
itu haruslah tertib sesuai dengan hadits atau sunahnya Nabi
Muhammad Saw.
19
Aditya Budiman, Panduan Praktis Tata Cara Wudhu’, diakses dari: https://muslim.or.id/1810-panduan-praktis -
tata-cara-wudhu.html, pada tanggal 23 september 2017, pukul 06.03 WIB
20
Aditya Budiman, S.T, Panduan Tata Cara Tayamum, diakses dari: https://muslim .or.id/1918-panduan-tata-cara-
tayamum.html, pada tanggal 23 september 2017, pukul 06.15 WIB.
6
Adapun dalil dari Rasulullah Saw daari sahabat Hudzaifah Ibnu
Yaman ra: “Dijadikan bagi kami (umat Nab Muhammad Saw)
permukaan bumi sebagai thohur/sesuatu yang digunakan untuk
berrsuci (tayamum) jika kami tidak menjumpai air”.21
Aapun dalil dari Al-Qur’an adalah firman Allah Swt. Yakni: “Dan jika
kamu sakit atau dalam perjalanan kembali dari tempat buang air atau
berhubungan badan dengan perempuan, lalu kamu tidak memperoleh
air, maka berrtayamumlah denga permukaan bumi yang baik (bersih),
sapulah wajahmu dan tangan mu dengan tanah itu.22
Menurut pendapat saya tayamum adalah cara lain untuk bersuci
ketika tidak ada air, berhalangan (sakit parah) jika menyentuh air, dan
sebagainya.
21
HR. Muslim no. 522
22
QS. Al Maidah [5]: 6
7
c. Adanya kekhawatiran jika bersuci dengan air akan membahayakan
badan atau semakin lama sembuh dari sakit.
d. Ketidakmampuan manggunakan air untuk berwudhu dikarenakan
sakit dan tidak mampu bergerak untuk mengambil air wudhu
bersamaan dengan kekhawatiran habisnya waktu shalat.
e. Khawatir kedinginan jika bersuci dengan air dan tidak adanya yang
dapat menghangatkan air tersebut.
Dari pendapat para ahli diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa keadaan yang dapat menyebabkan seseorang tayamum
yakni ketika tidak ada air sama sekali, ketika tidak mampu
menyentuh air karena sakit, adanya air tapi dengan jumlah terbatas,
dan sebagainya.
8
bagian wajah menggunakan ke dua telapak tangan, serta punggung
kedua tangan dengan tangan kanan dan kiri secara bergantian.
9
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pendapat para ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa thaharah
adalah membersihkan diri dari segala kotoran, dengan tata cara yang benar
yang sesuai dengan syari’at islam. Seperti mandi, wudhu, tayamum dan
sebagainya. Semua bentuk-bentuk ibadah tersebut kita laksanakan dengan
sebaik mungkin dalam rangka beribadah kepada Allah Swt. Karena
menghambakan diri hanya kepada-Nya, dan menjauhkan diri ari kemusrikan.
B. Saran
Penulis menyarankan kepda pembaca untuk banyak membaca buku-buku
yang berkaitan dengan thaharah, untuk menmbah dan memperkuat pemahaman
serta pemaknaan pemateri diatas. Penulis juga mengharapkan adanya kritik dan
saran dari para pembaca sekalian terhadap maklah ini, sehingga dengan
masukan terrsebut penulis dapat menjadi lebih baik lagi dalam penyusunan
karya tulis di masa depan.
10
DAFTAR PUSTAKA
Al –Jazairi, Abu Bakar Jabir,. 2014. Minhajul Muslim, alih bahasa: ikhwanudin,
dkk Jakarta: Ummul Qura’.
Faishal bin Abdul Aziz Alu Mubarak, Riadhus Shalihin dan penjelasannya,
(Jakarta: Ummul Qura, 2014) hlm. 163
11