Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahtsul Kutub
Tasawuf
Oleh :
2023
PRAKATA
Puji syukur pemakalah panjatkan kehadirat Allah swt. atas limpahan rahmat,
hidayah, serta inayah-Nya pemakalah dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Adab Memasuki Kamar Kecil (WC) dalam Perspektif Tasawuf (Terjemah Kitab
Maraqil ‘Ubudiyah Syarh Bidayatul Hidayah) Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Bahtsul Kutub Tasawuf. Dalam pembuatan makalah
ini, pemakalah mengalami banyak kesulitan, namun dengan bantuan dari berbagai
pihak, pemakalah mampu menyelesaikan makalah ini. Terima kasih pemakalah
sampaikan kepada.
1. Bapak Dosen Pengampu Dr. H. Subaidi, M.Pd. Mata Kuliah Bahtsul Kutub
Tasawuf.
2. Bapak dan Ibu pemakalah yang telah memberikan dukungan baik moral maupun
material kepada pemakalah.
Pemakalah
ii
DAFTAR ISI
Halaman
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan
2. Untuk mengetahui adab ketika akan memasuki kamar mandi dalam perspektif
tasawuf.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Adab
Adab menurut bahasa adalah kesopanan, kehalusan, akhlak atau bisa juga
sopan santun dan dalam kosa-kata bahasa Arab, kata Adab berasal dari tashrifan
(adaba-ya’dubu) yang berarti mengundang atau mengajak. Dinamakan adab karena
ia mengajak manusia kepada perbuatan terpuji dan mencegah manusia dari
perbuatan keji dan munkar. Sedangkan menurut istilah, Adab berarti norma atau
perilaku sopan santun kepada orang lain terutama kepada orang yang lebih tua agar
pergaulan sesama manusia tetap terjaga dan harmonis yang didasarkan atas aturan
agama, terutama agama Islam.(Sari, Rahman and Baryanto, 2020, p. 82)
B. Adab Ketika Masuk dan Keluar Kamar Mandi dalam Perspektif Tasawuf
Apabila engkau hendak ke kamar kecil (WC), maka dahulukanlah kaki kirimu
di waktu masuk dan kaki kananmu di waktu keluar.
Semua tempat kotor adalah tempat yang tidak terhormat (hina). Dan setiap
memasuki tempat yang kotor, dahulukan kaki kiri. Demikian dikatakan oleh Al-
Wana’iy. Janganlah engkau membawa sesuatu yang bertuliskan nama Allah dan
rasul-Nya ke dalam tempat kotor dan janganlah masuk tanpa memakai penutup
kepala. Dan jangan memasukinya dalam keadaan telanjang kaki untuk menghindari
3
najis, saat di depan pintu pada waktu masuk ucapkanlah doa di bawah ini, apabila
terlanjur masuk baru ingat, maka ucapkanlah di dalam hati:
" أعوذ باهلل من الرجس النجس الخبيث المخبث الشيطان الرجيم،" بسم هللا
artinya : "Dengan nama Allah. Aku berlindung kepada Allah dari kotoran yang najis
setan yang jahat lagi suka menyuruh orang lain membuat kejahatan, yaitu syaitan
yang terkutuk."
Lalu doa ini juga terdapat dalam riwayat ibnu adiy yaitu :
“Ya Allah, aku mohon kepada-Mu perlindungan dari kotoran yang najis dan setan
yang jahat dan menjadikan jahat, yaitu setan yang terkutuk,”
“Ya Allah, ampunilah aku. Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan dariku
kotoran yang menggangguku dan menyisakan padaku kekuatan yang bermanfaat
bagiku.”
Janganlah engkau beristinja dengan air di tempat buang hajat yang bukan
pada tempatnya, karena ditakutkan terkena percikan air kencing hingga
menajiskannya. Lain halnya jika dengan batu, karena tidak menimbulkan percikan.
Lain halnya dengan tempat yang telah disediakan, dan istinja di tempat itu
menjadikannya bersih, kecuali bila di tempat tersebut ada udara yang berlawanan
arah sehingga ditakutkan percikan air kencingnya kembali,
4
Menuntaskan sisa air kencing dan membersihkannya dengan cara
mengusapnya atau memijit dari pangkal hingga ujung kemaluan tiga kali dengan
tangan kirimu dengan pijitan yang lembut. Jika perempuan hendaknya meletakkan
jari-jari tangannya yang kiri pada rambut kemaluannya dan memijitnya perlahan.
Demikian dinukil oleh Al-Bujairami dari Syarh Ar-Raudh oleh Syaikhul Islam.
Setiap orang berbeda dalam menyucikan anggota tubuhnya.
Hukumnya sunah jika diyakini bahwa kencingnya sudah berhenti, dan wajib
bila besar dugaannya kencingnya belum habis
Tutuplah auratmu meski tidak ada orang melihatmu. Apabila engkau berada
di dalam bangunan, maka hal itu sudah cukup, jika tidak ada orang yang melihatnya.
Kalau tidak, maka wajib menutup aurat, karena diharamkan membuka aurat di
hadapan orang banyak sebagaimana dikatakan oleh Al-Wana’iy. Janganlah engkau
membuka auratmu sampai di tempat duduk.
Apabila engkau sampai ke situ, maka bukalah pakaianmu sedikit demi sedikit.
Kecuali bila engkau takut terkena najis, maka engkau boleh mengangkatnya sesuai
keperluanmu. Kemudian turunkan lagi sebelum engkau berdiri tegak.
Janganlah menghadap matahari dan bulan di waktu buang air kecil maupun
buang air besar di waktu terbit atau terbenamnya tanpa penutup seperti awan.
Tidaklah mengapa bagimu bila engkau membelakanginya. Janganlah menghadap
kiblat dan jangan membelakanginya. walaupun dada tidak menghadap ke arah
kiblat tapi tanpa penutup ketika buang hajat adalah haram di tempat yang tidak
disiapkan baginya.
5
Yang dimaksud dengan membelakangi kiblat adalah menampakkan
kemaluan depan atau belakang ke arahnya di saat membuang hajat. Barangsiapa
menunaikan dua hajat sekaligus, tidaklah wajib baginya menutut aurat, kecuali dari
arah kiblat saja jika ia menghadap atau membelakanginya.
Disyaratkan antara ia dan penutup itu berjarak tiga hasta atau kurang
sepanjang hasta manusia yang sedang. Diharamkan menghadap atau membelakangi
Mushaf di waktu buang hajat karena bias menimbulkan kesan penghinaan, bahkan
bisa menjadi kufur. Demikian pula dikatakan tentang menghadap atau
membelakangi kubur orang yang dimuliakan sebagaimana disebutkan oleh Al-
Wana’iy.
Janganlah kencing pada air yang diam (kolam renang). Adapun air yang
mengalir, maka tidak dilarang. Diharamkan pula kencing di tempat yang
diwakafkan dan air yang berhenti di situ, meskipun sedikit. Buang air pada malam
hari di air tidaklah disukai, baik pada air yang mengalir atau diam, yang luas atau
tidak, karena air di waktu malam adalah tempat tinggal jin. Dan di bawah pohon
berbuah, walaupun buahnya boleh dimakan, tetapi demi memelihara buah yang
jatuh, meskipun di masa musim buah. Hal itu tidak disukai selama tidak ada sesuatu
yang dapat menghilangkan najis di tempat itu seperti, hujan dan lainnya.
6
dalamnya. Diharamkan buang hajat di dalam lubang apabila diduga terdapat
binatang yang tidak dianjurkan untuk dibunuh, karena ia terganggu oleh barang
najis itu atau dapat menyebabkannya mati. Demikian dikatakan oleh Al-Wana’iy.
Janganlah kencing di tanah yang keras atau kencing di tempat angin bertiup
yang berlawanan arah sebagaimana dikatakan oleh Ar-Ramli. Maka janganlah
menghadappya demi menghindari percikannya atau bau dari kotoran tersebut,
seperti sabda Rasulullah SAW.
ُب اَ ْلقَب ِْر مِ ْنه َ فَإِ َّن,اِ ْست َ ْن ِزهُوا مِ ْن ا َ ْلبَ ْو ِل
َ َعا َّمة
ِ عذَا
Bertumpulah di atas kaki kiri di waktu engkau duduk sambil meletakkan kaki
kanan di atas tanah dan mengangkat anggota lainnya di atas tanah, karena hal itu
lebih memudahkan keluarnya kotoran disamping istirahatnya anggota-anggota
utama seperti lambung yang penuh. Jika dimiringkan, mudahlah keluarnya kotoran
dan apabila ditegakkan, maka sulitlah keluarnya. Dan karena yang sesuai bagi kita
kaki kanan adalah dijaga dari penggunaannya di tempat yang kotor ini.Apabila
kencing sambil berdiri, maka bertumpulah di atas dua kaki, sebagaimana dikatakan
oleh As-Syeikh Athiyyah yang menukil dari Al-Minhaaj.
Usahakan waktu kencing maupun buang air besar tidak dengan berdiri,
karena hal itu makruh, kecuali dalam keadaan darurat, maka tidak ada larangan dan
tidak bertentangan dengan yang utama. Karena Nabi pernah mendatangi tempat
pembuangan sampah umum, lalu kencing sambil berdiri Mengenai hadis tersebut
ada tiga pendapat, Pertama, Rasulullah melakukan itu karena tidak bisa duduk
7
akibat adanya bagian tubuhnya yang sakit. Kedua, karena beliau berobat dengan
cara itu untuk mengatasi sakit pada sulbinya sebagaimana kebiasaan orang arab
yang mengobatinya dangan cara kencing sambil berdiri. Ketiga, beliau tidak bisa
duduk di situ karena terdapat banyak barang najis.
Jika engkau ingin membatasi salah satunya, maka lebih utama menggunakan
air. Jika engkau menggunakan batu saja, maka hendaklah engkau menggunakan
tiga batu yang suci dan mengeringkan bendanya. Janganlah menggunakan batu
yang najis maupun yang basah dan yang halus seperti tanah.
Usaplah bagian tubuhmu yang kotor secara merata dari depan ke belakang
supaya najis tidak berpindah dari tempatnya. Begitu pula usaplah kemaluanmu di
tiga tempat dengan sebuah batu yang besar atau dengan tiga batu atau tiga kali pada
sebuah dinding hingga tidak terlihat kebasahan di tempat usapan. Demikianlah
disebutkan dalam Al-Ihya’. Jika tercapai pembersihan dengan dua kali, wajiblah
engkau sempurnakan untuk kali yang ketiga. Jika dengan tiga kali usapan masih
ada bekas, maka engkau gunakan batu keempat dan demikian seterusnya. Apabila
dengan dengan batu keempat sudah bersih, maka sempurnakan dengan batu kelima
supaya menjadi bilangan ganjil. Jika engkau membersihkan dengan enam batu,
maka sempurnakan menjadi tujuh. Demikianlah seterusnya hingga bersih dengan
8
bilangan ganjil. Mengusap dengan bilangan ganjil adalah mustajab sedang
membersihkan adalah wajib.
ِ ظ ِه ْر قَ ْل ِب ْي مِ نَ النِفَا
ق َ اَللّٰ ُه َّم َحس ِْن فَ ْر ِج ْى مِ نَ ْالف ََواخِ ِش َو
Artinya: "Ya Allah jagalah kemaluanku dari perbuatan keji dan bersihkanlah
hatiku dari nifak,"
9
tangan, tidak melihat ke kanan dan ke kiri, tidak memandang ke langit atau
kemaluan atau ke luar tanpa keperluan.
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Berikut Adab memasuki kamar mandi adalah dahulukanlah kaki kirimu di
waktu masuk dan kaki kananmu di waktu keluar. Janganlah engkau membawa
sesuatu yang bertuliskan nama Allah dan rasul-Nya. Janganlah engkau beristinja
10
dengan air di tempat buang hajat yang bukan pada tempatnya, karena ditakutkan
terkena percikan air kencing hingga menajiskannya. Janganlah menghadap
matahari dan bulan di waktu buang air kecil maupun buang air besar di waktu terbit
atau terbenamnya tanpa penutup seperti awan. Tidaklah mengapa bagimu bila
engkau membelakanginya. Janganlah menghadap kiblat dan jangan
membelakanginya. Janganlah buang hajat di tempat berkumpulnya orang-orang,
tempat umum milik orang banyak tempat mencari nafkah atau tempat untuk
beristirahat. Janganlah kencing pada air yang diam (kolam renang). Janganlah
kencing di dalam lubang. Janganlah kencing di tanah yang keras atau kencing di
tempat angin bertiup yang berlawanan arah dan sebagainya.
B. SARAN
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan
dan kekhilafan oleh karena itu, kepada para pembaca kami mengharapkan saran dan
kritik ataupun tegur sapa yang sifatnya membangun akan diterima dengan senang
hati demi kesempurnaan makalah selanjutnya.
11
DAFTAR PUSTAKA
12