Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ADAB KETIKA MASUK DAN KELUAR KAMAR MANDI (WC) DALAM


PERSPEKTIF TASAWUF

(Terjemah Kitab Maraqil ‘Ubudiyah Syarh Bidayatul Hidayah)

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahtsul Kutub
Tasawuf

Dosen Pengampu Dr. H. Subaidi, M.Pd.


Kelas 7 PAI A8

Oleh :

No. Nama NIM

1. Nana Ulfatun Najmah 201310004482


2. Shofa Rizqi Amalia 201310004537

PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA

2023
PRAKATA

Puji syukur pemakalah panjatkan kehadirat Allah swt. atas limpahan rahmat,
hidayah, serta inayah-Nya pemakalah dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Adab Memasuki Kamar Kecil (WC) dalam Perspektif Tasawuf (Terjemah Kitab
Maraqil ‘Ubudiyah Syarh Bidayatul Hidayah) Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Bahtsul Kutub Tasawuf. Dalam pembuatan makalah
ini, pemakalah mengalami banyak kesulitan, namun dengan bantuan dari berbagai
pihak, pemakalah mampu menyelesaikan makalah ini. Terima kasih pemakalah
sampaikan kepada.

1. Bapak Dosen Pengampu Dr. H. Subaidi, M.Pd. Mata Kuliah Bahtsul Kutub
Tasawuf.
2. Bapak dan Ibu pemakalah yang telah memberikan dukungan baik moral maupun
material kepada pemakalah.

3. Semua pihak yang tidak dapat pemakalah sebutkan satu persatu.

Dengan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan, pemakalah menyadari


bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh sebab itu,
pemakalah mengharapkan kritik dan saran agar makalah lebih sempurna. Akhir
kata, pemakalah berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pemakalah dan
pembaca, serta dapat menjadi salah satu sumber pembelajaran mengenai karya tulis
bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Jepara, 3 Oktober 2023

Pemakalah

ii
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


PRAKATA ............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang .....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...............................................................................................2
C. Tujuan .................................................................................................................2
PEMBAHASAN
A.Pengertian Adab ...................................................................................................3
B. Adab Ketika Masuk Keluar Kamar Mandi dalam Perspektif Tasawuf ...............3
PENUTUP
A. Simpulan ...........................................................................................................11
B. Saran ..................................................................................................................11
DAFTARPUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Memahami adab memasuki kamar mandi dalam perspektif tasawuf memiliki


dampak positif terhadap kesehatan fisik dan mental seseorang. Misalnya, menjaga
kebersihan dan tata cara yang benar saat memasuki kamar mandi dapat mencegah
penularan penyakit, menjaga kebersihan tubuh, serta meningkatkan rasa nyaman
dan kepuasan diri. Selain itu, pemahaman adab dalam tasawuf juga dapat membantu
seseorang untuk mencapai keseimbangan dan harmoni dalam hidupnya, baik dari
segi fisik, mental, maupun spiritual.

Dalam makalah ini, akan dibahas mengenai pentingnya adab memasuki


kamar mandi dalam perspektif tasawuf berapa aspek yang akan dibahas antara lain
tata cara memasuki kamar mandi, kebersihan fisik dan spiritual, serta menghormati
keberadaan Tuhan dalam setiap aktifitas kehidupan sehari-hari. Melalui
pemahaman ini, diharapkan bahwa manusia dapat menjalani kehidupan dengan
lebih baik dan sejalan dengan ajaran agama Islam, serta menjaga kesehatan secara
menyeluruh.

Islam mengatur dan memberikan pedoman kehidupan sehari-hari bagi para


pemeluknya, dimulai ketika bangun tidur hingga ketika akan tidur. Betapa
kompleksnya islam dalam memperhatikan kehidupan manusia di muka bumi.
Dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai tuntunan tuntunan dalam menjalani
rutinitas ketika hendak memasuki kamar mandi yang dinukil dari beberapa kitab,
khususnya dari kitab Maraqil Ubudiyah Syarh Bidayatul Hidayah karya Syekh An-
Nawawi Al-Bantani secara ringkas dan padat.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Adab?


2. Bagaimana adab ketika akan masuk dan keluar kamar mandi dalam perspektif
tasawuf ?

1
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian adab.

2. Untuk mengetahui adab ketika akan memasuki kamar mandi dalam perspektif
tasawuf.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Adab
Adab menurut bahasa adalah kesopanan, kehalusan, akhlak atau bisa juga
sopan santun dan dalam kosa-kata bahasa Arab, kata Adab berasal dari tashrifan
(adaba-ya’dubu) yang berarti mengundang atau mengajak. Dinamakan adab karena
ia mengajak manusia kepada perbuatan terpuji dan mencegah manusia dari
perbuatan keji dan munkar. Sedangkan menurut istilah, Adab berarti norma atau
perilaku sopan santun kepada orang lain terutama kepada orang yang lebih tua agar
pergaulan sesama manusia tetap terjaga dan harmonis yang didasarkan atas aturan
agama, terutama agama Islam.(Sari, Rahman and Baryanto, 2020, p. 82)

Adab merupakan bagian pendidikan yang sangat penting yang berkenaan


dengan aspek-aspek sikap dan nilai, baik individu ataupun berhubungan dengan
sosial masyarakat. Adab yang baik akan memberikan pengaruh dalam kehidupan.
Sehingga ada pepatah yang mengatakan “adab lebih tinggi dari ilmu”. Oleh karena
itu nilai yang terkandung dalam agama perlu diketahui, dipahami, diyakini dan
diamalkan agar dapat menjadi dasar kepribadian sehingga dapat menjadi manusia
yang selalu Mengingat begitu pentingnya adab dalam kehidupan, sampai hal
terkecil pun mempunyai aturan tersendiri.(zainudin Ali, 2011, p. 10)

B. Adab Ketika Masuk dan Keluar Kamar Mandi dalam Perspektif Tasawuf

Apabila engkau hendak ke kamar kecil (WC), maka dahulukanlah kaki kirimu
di waktu masuk dan kaki kananmu di waktu keluar.

Semua tempat kotor adalah tempat yang tidak terhormat (hina). Dan setiap
memasuki tempat yang kotor, dahulukan kaki kiri. Demikian dikatakan oleh Al-
Wana’iy. Janganlah engkau membawa sesuatu yang bertuliskan nama Allah dan
rasul-Nya ke dalam tempat kotor dan janganlah masuk tanpa memakai penutup
kepala. Dan jangan memasukinya dalam keadaan telanjang kaki untuk menghindari

3
najis, saat di depan pintu pada waktu masuk ucapkanlah doa di bawah ini, apabila
terlanjur masuk baru ingat, maka ucapkanlah di dalam hati:

" ‫ أعوذ باهلل من الرجس النجس الخبيث المخبث الشيطان الرجيم‬،‫" بسم هللا‬

artinya : "Dengan nama Allah. Aku berlindung kepada Allah dari kotoran yang najis
setan yang jahat lagi suka menyuruh orang lain membuat kejahatan, yaitu syaitan
yang terkutuk."

Lalu doa ini juga terdapat dalam riwayat ibnu adiy yaitu :

‫اللهم إني أعوذ بك من الرجس النجس الخبيث المخبث الشيطان الرجيم‬

“Ya Allah, aku mohon kepada-Mu perlindungan dari kotoran yang najis dan setan
yang jahat dan menjadikan jahat, yaitu setan yang terkutuk,”

Dan ketika keluar dari kamar mandi juga maka ucapkan :

‫غفرانك الحمد هلل الذي أذهب عنى ما يؤذيني وأبقى فى ما ينفعني‬

“Ya Allah, ampunilah aku. Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan dariku
kotoran yang menggangguku dan menyisakan padaku kekuatan yang bermanfaat
bagiku.”

Disunahkan mengucapkan: ”Ghufranaka”, dua atau tiga kali sebelum


mengucapkan doa tersebut.

Hendaklah menyiapkan batu-batu sebelum buang hajat untuk istinja sesuai


dengan sabda Nabi : ”Hindarilah tempat-tempat yang menimbulkan laknat dan
sediakanlah batu-batu.”

Janganlah engkau beristinja dengan air di tempat buang hajat yang bukan
pada tempatnya, karena ditakutkan terkena percikan air kencing hingga
menajiskannya. Lain halnya jika dengan batu, karena tidak menimbulkan percikan.
Lain halnya dengan tempat yang telah disediakan, dan istinja di tempat itu
menjadikannya bersih, kecuali bila di tempat tersebut ada udara yang berlawanan
arah sehingga ditakutkan percikan air kencingnya kembali,

4
Menuntaskan sisa air kencing dan membersihkannya dengan cara
mengusapnya atau memijit dari pangkal hingga ujung kemaluan tiga kali dengan
tangan kirimu dengan pijitan yang lembut. Jika perempuan hendaknya meletakkan
jari-jari tangannya yang kiri pada rambut kemaluannya dan memijitnya perlahan.
Demikian dinukil oleh Al-Bujairami dari Syarh Ar-Raudh oleh Syaikhul Islam.
Setiap orang berbeda dalam menyucikan anggota tubuhnya.

Hukumnya sunah jika diyakini bahwa kencingnya sudah berhenti, dan wajib
bila besar dugaannya kencingnya belum habis

Jika engkau berada di padang terbuka, maka menjauhlah dari pandangan


orang-orang schingga sosokmu tidak terlihat. Kejauhan ini lebih baik daripada
menjauhkan diri dari orang-orang ke tempat di mana orang yang keluar dari situ
tidak mendengar suaranya dan tidak mencium baunya sebagaimana dinukil oleh Al-
Wana’iy dari Ar-Ramli.

Tutuplah auratmu meski tidak ada orang melihatmu. Apabila engkau berada
di dalam bangunan, maka hal itu sudah cukup, jika tidak ada orang yang melihatnya.
Kalau tidak, maka wajib menutup aurat, karena diharamkan membuka aurat di
hadapan orang banyak sebagaimana dikatakan oleh Al-Wana’iy. Janganlah engkau
membuka auratmu sampai di tempat duduk.

Apabila engkau sampai ke situ, maka bukalah pakaianmu sedikit demi sedikit.
Kecuali bila engkau takut terkena najis, maka engkau boleh mengangkatnya sesuai
keperluanmu. Kemudian turunkan lagi sebelum engkau berdiri tegak.

Janganlah menghadap matahari dan bulan di waktu buang air kecil maupun
buang air besar di waktu terbit atau terbenamnya tanpa penutup seperti awan.
Tidaklah mengapa bagimu bila engkau membelakanginya. Janganlah menghadap
kiblat dan jangan membelakanginya. walaupun dada tidak menghadap ke arah
kiblat tapi tanpa penutup ketika buang hajat adalah haram di tempat yang tidak
disiapkan baginya.

5
Yang dimaksud dengan membelakangi kiblat adalah menampakkan
kemaluan depan atau belakang ke arahnya di saat membuang hajat. Barangsiapa
menunaikan dua hajat sekaligus, tidaklah wajib baginya menutut aurat, kecuali dari
arah kiblat saja jika ia menghadap atau membelakanginya.

Disyaratkan penutup itu meliputi semua bagian tubuhnya yang menghadap


kiblat, yaitu dari pusat sampai ke tanah. Sama halnya antara orang yang berdiri dan
yang duduk. Andaikata ia buang hajat sambil berdiri, maka ia harus menutupi dari
pusatnya sampai ke dua telapak kakinya, meskipun aurat itu sampai ke lutut.

Disyaratkan antara ia dan penutup itu berjarak tiga hasta atau kurang
sepanjang hasta manusia yang sedang. Diharamkan menghadap atau membelakangi
Mushaf di waktu buang hajat karena bias menimbulkan kesan penghinaan, bahkan
bisa menjadi kufur. Demikian pula dikatakan tentang menghadap atau
membelakangi kubur orang yang dimuliakan sebagaimana disebutkan oleh Al-
Wana’iy.

Janganlah buang hajat di tempat berkumpulnya orang-orang, tempat umum


milik orang banyak tempat mencari nafkah atau tempat untuk beristirahat. Hal itu
tidaklah disukai jika mereka berkumpul untuk suatu perkara yang mubah. Tetapi
jika bukan tempat untuk berkumpul, maka tidak ada larangan, bahkan wajib, jika
hal itu bisa menghilangkan maksiat.

Janganlah kencing pada air yang diam (kolam renang). Adapun air yang
mengalir, maka tidak dilarang. Diharamkan pula kencing di tempat yang
diwakafkan dan air yang berhenti di situ, meskipun sedikit. Buang air pada malam
hari di air tidaklah disukai, baik pada air yang mengalir atau diam, yang luas atau
tidak, karena air di waktu malam adalah tempat tinggal jin. Dan di bawah pohon
berbuah, walaupun buahnya boleh dimakan, tetapi demi memelihara buah yang
jatuh, meskipun di masa musim buah. Hal itu tidak disukai selama tidak ada sesuatu
yang dapat menghilangkan najis di tempat itu seperti, hujan dan lainnya.

Janganlah kencing di dalam lubang, karena dikatakan lubang adalah tempat


tinggal jin. Mereka (jin) telah membunuh Saad bin Ubadah ketika kencing di

6
dalamnya. Diharamkan buang hajat di dalam lubang apabila diduga terdapat
binatang yang tidak dianjurkan untuk dibunuh, karena ia terganggu oleh barang
najis itu atau dapat menyebabkannya mati. Demikian dikatakan oleh Al-Wana’iy.

Janganlah kencing di tanah yang keras atau kencing di tempat angin bertiup
yang berlawanan arah sebagaimana dikatakan oleh Ar-Ramli. Maka janganlah
menghadappya demi menghindari percikannya atau bau dari kotoran tersebut,
seperti sabda Rasulullah SAW.

ُ‫ب اَ ْلقَب ِْر مِ ْنه‬ َ ‫ فَإِ َّن‬,‫اِ ْست َ ْن ِزهُوا مِ ْن ا َ ْلبَ ْو ِل‬
َ َ‫عا َّمة‬
ِ ‫عذَا‬

Artinya: Bersihkanlah dari kencing oleh kalian semua karena kebanyakan


azab kubur dikarenakan olehnya. (Hadis riwayat Ad Daraquthni daripada Anas
R.A)

Ibnu Hajar dan Asy-Syarbini mengatakan bahwa: ”Yang diperhitungkan


dalam karohah (bau yang ditimbulkan) itu adalah bertiupnya angin yang kencang
pada saat itu, meskipun tidak selalu bertiup, karena boleh jadi ia bertiup setelah
mulai kencing atau buang air besar sehingga terganggu olehnya.”

Bertumpulah di atas kaki kiri di waktu engkau duduk sambil meletakkan kaki
kanan di atas tanah dan mengangkat anggota lainnya di atas tanah, karena hal itu
lebih memudahkan keluarnya kotoran disamping istirahatnya anggota-anggota
utama seperti lambung yang penuh. Jika dimiringkan, mudahlah keluarnya kotoran
dan apabila ditegakkan, maka sulitlah keluarnya. Dan karena yang sesuai bagi kita
kaki kanan adalah dijaga dari penggunaannya di tempat yang kotor ini.Apabila
kencing sambil berdiri, maka bertumpulah di atas dua kaki, sebagaimana dikatakan
oleh As-Syeikh Athiyyah yang menukil dari Al-Minhaaj.

Usahakan waktu kencing maupun buang air besar tidak dengan berdiri,
karena hal itu makruh, kecuali dalam keadaan darurat, maka tidak ada larangan dan
tidak bertentangan dengan yang utama. Karena Nabi pernah mendatangi tempat
pembuangan sampah umum, lalu kencing sambil berdiri Mengenai hadis tersebut
ada tiga pendapat, Pertama, Rasulullah melakukan itu karena tidak bisa duduk

7
akibat adanya bagian tubuhnya yang sakit. Kedua, karena beliau berobat dengan
cara itu untuk mengatasi sakit pada sulbinya sebagaimana kebiasaan orang arab
yang mengobatinya dangan cara kencing sambil berdiri. Ketiga, beliau tidak bisa
duduk di situ karena terdapat banyak barang najis.

Kumpulkanlah antara penggunaan batu dan air di waktu beristinja dengan


mendahulukan batu dan ini lebih utama daripada membatasi pada salah satunya
untuk menghindari najis guna menghilangkan bendanya dengan batu dan
tercapailah sunah.

Rasulullah berkata kepada penduduk Suba’: “Sesungguhnya Allah telah


memujimu mengenai bersuci. Apakah itu?”Mereka menjawab: ”Kami beristinja
dengan air.” Sebelumnya Rasulullah berkata dengan mereka: “Apabila seseorang
dari kamu mendatangi tempat buang air, hendaklah ia beristinja dengan tiga buah
batu. Demikianlah istinja dilakukan pada mulanya.”Ada yang mengatakan, ketika
mereka ditanya tentang hal itu, mereka menjawab: “Kami menggunakan air sesudah
batu.” Demikianlah disebutkan dalam Awaaritul Ma’ari .

Jika engkau ingin membatasi salah satunya, maka lebih utama menggunakan
air. Jika engkau menggunakan batu saja, maka hendaklah engkau menggunakan
tiga batu yang suci dan mengeringkan bendanya. Janganlah menggunakan batu
yang najis maupun yang basah dan yang halus seperti tanah.

Usaplah bagian tubuhmu yang kotor secara merata dari depan ke belakang
supaya najis tidak berpindah dari tempatnya. Begitu pula usaplah kemaluanmu di
tiga tempat dengan sebuah batu yang besar atau dengan tiga batu atau tiga kali pada
sebuah dinding hingga tidak terlihat kebasahan di tempat usapan. Demikianlah
disebutkan dalam Al-Ihya’. Jika tercapai pembersihan dengan dua kali, wajiblah
engkau sempurnakan untuk kali yang ketiga. Jika dengan tiga kali usapan masih
ada bekas, maka engkau gunakan batu keempat dan demikian seterusnya. Apabila
dengan dengan batu keempat sudah bersih, maka sempurnakan dengan batu kelima
supaya menjadi bilangan ganjil. Jika engkau membersihkan dengan enam batu,
maka sempurnakan menjadi tujuh. Demikianlah seterusnya hingga bersih dengan

8
bilangan ganjil. Mengusap dengan bilangan ganjil adalah mustajab sedang
membersihkan adalah wajib.

Ketahuilah, bahwa pengarang menyebut enam syarat dalam menggunakan


batu. Dua kali membersihkan kotorannya, yaitu harus sampai Suci untuk
menghilangkan najisnya, sedangkan yang ketiga mengusap tiga kali dengan
meratakan setiap usapan pada seluruh tempat yang dibersihkannya. Salah satunya
tempat di mana ia beristinja, yaitu tidak berpindahnya benda yang keluar.

Janganlah beristinja, kecuali dengan tangan kiri, yaitu mengambil batu


dengan tangan kiri dan menuangkan air dengan tangan kanan, lalu menggosoknya
dengan tangan kiri hingga tidak tersisa bekasnya yang dapat diraba. Cukuplah
dalam hal itu jika diduga najis telah lenyap dan tidak disunahkan mencium tangan.

Hendaklah ia mengendorkan anggota supaya bekasnya tidak tertinggal di


sela-sela lubang dubur. Maka perhatikanlah hal itu. Demikianlah dikatakan oleh
Ibnu Hajar. Sehabis beristinja, ucapkanlah:

ِ ‫ظ ِه ْر قَ ْل ِب ْي مِ نَ النِفَا‬
‫ق‬ َ ‫اَللّٰ ُه َّم َحس ِْن فَ ْر ِج ْى مِ نَ ْالف ََواخِ ِش َو‬

Artinya: "Ya Allah jagalah kemaluanku dari perbuatan keji dan bersihkanlah
hatiku dari nifak,"

Ketahuilah bahwa berbicara ketika memasuki tempat buang hajat adalah


makruh sekali pun tidak buang hajat. Misalnya masuk untuk meletakkan kendi atau
menyapu, kecuali untuk suatu kepentingan. Tidaklah dihukum makruh seperti
berzikir di dalam hati. Cukuplah dalam keadaan ini bila kita malu kepada Allah dan
melakukan muragabah serta mengingat nikmat Allah dalam mengeluarkan kotoran,
andaikata tidak keluar, niscaya akan membunuhnya. Ini termasuk peringatan besar,
walaupun tidak mengucapkan dengan lisan sebagaimana dikatakan oleh Umar Al-
Bashri.

Setelah selesai beristinja, gosokkan tanganmu di tanah atau di dinding untuk


menghilangkan bau yang melekat, kemudian cucilah tanganmu. Termasuk adab
pula adalah duduk lama tanpa keperluan mendesak dan tidak mempermainkan

9
tangan, tidak melihat ke kanan dan ke kiri, tidak memandang ke langit atau
kemaluan atau ke luar tanpa keperluan.

BAB III

PENUTUP
A. SIMPULAN
Berikut Adab memasuki kamar mandi adalah dahulukanlah kaki kirimu di
waktu masuk dan kaki kananmu di waktu keluar. Janganlah engkau membawa
sesuatu yang bertuliskan nama Allah dan rasul-Nya. Janganlah engkau beristinja

10
dengan air di tempat buang hajat yang bukan pada tempatnya, karena ditakutkan
terkena percikan air kencing hingga menajiskannya. Janganlah menghadap
matahari dan bulan di waktu buang air kecil maupun buang air besar di waktu terbit
atau terbenamnya tanpa penutup seperti awan. Tidaklah mengapa bagimu bila
engkau membelakanginya. Janganlah menghadap kiblat dan jangan
membelakanginya. Janganlah buang hajat di tempat berkumpulnya orang-orang,
tempat umum milik orang banyak tempat mencari nafkah atau tempat untuk
beristirahat. Janganlah kencing pada air yang diam (kolam renang). Janganlah
kencing di dalam lubang. Janganlah kencing di tanah yang keras atau kencing di
tempat angin bertiup yang berlawanan arah dan sebagainya.

B. SARAN

Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan
dan kekhilafan oleh karena itu, kepada para pembaca kami mengharapkan saran dan
kritik ataupun tegur sapa yang sifatnya membangun akan diterima dengan senang
hati demi kesempurnaan makalah selanjutnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Al-Bantani, Syaikh Nawawi. Maraqi Al-Ubudiyyah Syarh Bidayatul Hidayah.


An-Nadwi, Abu Ali Al-Banjari (1995). Terjemahan Kitab Bidayatul Hidayah.
Pustaka Darussalam
Sari, L. E., Rahman, A. and Baryanto, B. (2020) ‘Adab kepada Guru dan Orang
Tua: Studi Pemahaman Siswa pada Materi Akhlak’, Edugama: Jurnal
Kependidikan dan Sosial Keagamaan,
zainudin Ali (2011) Pendidikan Agama Islam. jakarta: Bumi Aksara.

12

Anda mungkin juga menyukai