Dosen Pengampu :
Ahmad Arwani Haddadi, M.Pd
Kelompok 3:
1. Wahyu Ramdani 220101011
2. Ika Sulistia 220101096
3. Ahmad Hilman Halim 220101083
Kami sadari dalam penyusunan Makalah ini mungkin jauh dari kata
sempurna karena didasari dengan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan
kami. Oleh karena itu kami mengharpkan Kritik dan Saran yang membangun dari
pihak lain
Kami berharap semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua,
AMIN YA RABBAL ‘ALAMIN.
Penulis
i
DAFTAR ISI
1. Hadas ........................................................................................................... 3
2. Na’jis ........................................................................................................... 3
2. Mandi .......................................................................................................... 9
1. Batu ........................................................................................................... 11
2. Tissu .......................................................................................................... 12
1. Wudhu’...................................................................................................... 13
2. Tayammum ............................................................................................... 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Ibadah merupakan bahasa serapan dari bahasa Arab yang berasal dari kata
عبادة- يعبد- عبدyang secara etimologi berarti; tunduk, patuh, merendahkan diri,
dan hina, artinya menurut Yusuf Qarḑawy tunduk, patuh dan merendahkan diri
dihadapan yang Maha Kuasa.1
Jika digabungkan Pemaknaan antara Fiqh dan Ibadah, dapat kita ambil
Kesimpulan bahwasannya Fiqh Ibadah merupakan Suatu disiplin Ilmu hasil
pemahaman Manusia tentang Hukum Syari’at yang kemudian dijabarkan kedalam
lingkup persoalan peribadahan seorang, yang didalamnya mengupas tuntas
tentang tata cara ataupun Ritual-ritual yang harus dilakukan oleh seorang untuk
mencapai suatu ketepatan atau kesempurnaan dalam peribadahanya kepada Allah
SWT.
Dalam Makalah ini penulis berusaha mengungkap Ilmu Fiqh Ibadah yang
sesuai tentang Sub Tema pembahasan yang sudah dipaparkan di awal berdasarkan
pemahaman Madzhab Al-Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i.
1
Yusuf Al-Qarḑawy, Al-Ibadah fie al-Islam, Muassasah al-Risalah, cet.6, Beirut, 1979, h. 27.
1
1.2 Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dari penjelasan di atas bisa digaris bawahi bahwa hadas adalah keadaan,
sedangkan na’jis adalah kotoran. Dengan keterangan tersebut, jelas sekali
perbedaannya, hadas bukan benda (keadaan), yang najis adalah benda (kotoran).
1. Hadas
Hadas ada dua macam yaitu Hadas kecil dan Hadas besar. Seseorang
dikatakan terkena Hadas kecil apabila mengalami/melakukan hal-hal sebagai
berikut :
1. Keluar sesuatu dari qubul (kemaluan) dan dubur. Sesuatu itu bisa
berwujud kencing atau kotoran.
2. Hilang akal contohnya tidur nyenyak dalam posisi berbaring.
3. Menyentuh qubul (kemaluan) dan dubur dengan telapak tangan
(tanpa batas)
Cara menghilangkan hadas kecil adalah dengan berwudhu. Bila tidak ada air
atau karena sesuatu hal sakit yang harus mengindari air umpamanya, maka bisa
dengan tayammum dengan memenuhi Rukun dan Syaratnya. Akan di bahas pada
pembahasan berikutnya.
2. Na’jis
Para Ulama Sepakat bahwa Na’jis itu ada empat macam2:
2
Ibnu Rusyd, “Bidayatul Mujtahid Jilid 1”, Pustaka Azzam
3
3. Darah yang berasal dari hewan darat itu sendiri, baik darah itu
berasal dari binatang yang telah mati ataupun yang masih hidup,
apabila darah tersebut (terhitung)banyak.
4. Air seni dan kotoran manusia.
1. Na’jis Mukhoffafah.
Najis Mukhoffafah adalah najis yang ringan, contohnya air kencing bayi
laki-laki yang belum berumur dua tahun dan belum makan apapun kecuali air susu
ibunya.
2. Na’jis Mutawassitah.
Na’jis Mutawassitah ialah Na’jis yang dikategorikan sebagai Na’jis
pertengahan, dikatakan sebagai najis yang pertengahan karena terletak antara
na’jis yang ringan dengan na’jis yang berat. Na’jis Mutawassitah sendiri
memiliki pembagiannya. Na’jis ini terbagi menjadi 2 macam, pertama Na’jis
Mutawassitah ‘Ainiyah, kedua Na’jis Mutawassitah Hukmiyah3. Contoh Na’jis
Mutawassitah ialah segala bentuk Na’jis selain Na’’jis Mugallazoh dan Na’jis
Mukhaffafah.
a. Mutawassitah ‘Ainiyah
Na’jis Mutawassitah ‘Ainiyah ialah yang memiliki warna, aroma, dan rasa.
Ialah juga yang bisa dirasakan dengan menyentuhnya, melihatnya4. Maka apabila
hendak ingin membersihkannya, wajib untuk menghilangkan warna, bau, dan rasa
yang terdapat pada Na’jis Mutawassitah ‘Ainiyah5. Contoh Na’jis ini adalah Air
seni yang masih terlihat wujudnya, dsb.
3
، دار الكتاب اإلسالمية،(جاكرتا،" "نيل الرجا بشرح سفينة النجا،سالم ابن عبد هللا بن سعد ابن سمير الحضرمي
83:) ص2001
4
Ibid
5
Ibid
4
b. Mutawassitah Hukmiyah
Na’jis Mutawassitah Hukmiyah ialah Na’jis yang tidak ada warna
padanya, tidak pula memiliki aroma, dan juga rasa padanya. Yakni Na’jis yang
sudah tidak memiliki wujud sedikitpun6. maka cara menyucikan Na’jis ini cukup
dengan mengalirkan air pada benda yang terkena Na’jis tersebut7.
3. Na’jis Mugallazoh
Na’jis Mugallazaoh merupakan bagian pertama dari bagian-bagian Na’jis.
Na’jisnya anjing dan babi,dan apa yang lahir daripada keduanya, atau salah satu
dari keduanya bersama hewan yang suci. Maka jika menyentuh sesuatu dari
anjing atau dari babi, atau peranakan dari keduanya, atau dari kotoran salah
satunya.8
6
Ibid
7
Syaikh Salim Bin Sumair Al Hadhramiy, “TERJEMAH MATAN SAFIINATUN NAJAAH Dasar-
Dasar Fiqih Madzhab Syafi'i”, Pondok Pesantren Rojaul Huda
8
80: دار الكتاب ص،(جاكرتا،" "نيل الرجا بشرح سفينة النجا،سالم ابن عبد هللا بن سعد ابن سمير الحضرمي
)2001 ،اإلسالمية
9
، دار الكتاب اإلسالمية،(جاكرتا،" "نيل الرجا بشرح سفينة النجا،سالم ابن عبد هللا بن سعد ابن سمير الحضرمي
82:) ص2001
10
Ibid
5
Menurut istilah ahli Fiqih, thaharah adalah menghilangkan sesuatu yang
menjadi kendala bagi sahnya ibadah tertentu. Pada dasarnya Thaharah memiliki
empat tingkatan. Antara lain sebagai berikut :
1. Air
َ س َماٰ ِِءِ َماٰءِِ ِليُ َط ِه َر ُك ِْمِ ِبهِِۗ َويُ ْذ ِه
ِِب َّ علَ ْي ُك ِْمِ ِمنَِِال
َ ِاسِِا َ َمنَةِِ ِم ْن ِهُِ َويُنَ ِز ُِل ِ َاِ ِْذِيُغ
َ َش ْي ُك ُِمِالنُّع
ِۗاْلَ ْقدَا َم
ْ ِطِعَلٰىِقُلُ ْو ِب ُك ْمِِ َويُث َ ِبتَِِ ِب ِِه
َِ ِنِ َو ِليَ ْرب َّ ع ْن ُك ِْمِ ِرجْ َِزِال
ِِ ٰشيْط َ
Artinya: (Ingatlah), ketika Allah membuat kamu mengantuk untuk memberi
ketenteraman dari-Nya, dan Allah menurunkan air (hujan) dari langit kepadamu
untuk menyucikan kamu dengan (hujan) itu dan menghilangkan gangguan-
gangguan setan dari dirimu dan untuk menguatkan hatimu serta memper teguh
telapak kakimu (teguhpendirian).12
11
Kitab ihyaulumad-din: At-Thaharahkarya imam Al- Gazali
12
QS. Al- Anfaal [8]: 11
6
Para ulama sepakat bahwa air yang rasa, warna, dan baunya berubah karena najis
tidak bisa di gunakan untuk berwudhu atau bersuci, begitu pun apabila
perubahannya lebih dari satu sifat yang di sebutkan tadi.
1. Air hujan
Air hujan merupakan air yang turun Allah SWT dari langit, melalui
malaikat mikail untuk menyegarkan dan membasahi bumi. Air hujan ini
bersifat suci mensucikan, sehingga sah digunakan sebagai mandi,
berwudhu dan lain sebagainya.
2. Air laut
Air laut atau air asin merupakan air yang suci lagimensucikan yang dapat
digunakan untuk berwudhu, mandi, membersihkan diri dari najis atau
kotoran dan lain sebagainya. Sebagaimana dalam sebuah hadits dikatakan:
ِِسأ َ َِلِ َر ُج ِلِ َرسُ ْو َِلِللا َ َُِِنِأَبِيِه َُري َْرةَِِ َر ِض َيِِللا
َ ِ:ِع ْنهُِِقَا َِل ُِ ِيَِاِ َرسُ ْو َِلِللاِِِإِنَّاِنَ ْرك:ِفَقَا َِل
ِِ عs َِبِالبَحْ َِرِ َونَحْ ِم ُِل
ُ ضِأ ُِب ِماَءِِِالبَحْ ِِرِ؟ِفَقَا َلِِ َر
ِ:ِس ْو َلِِللاِِِصلىِللاِعليهِوسلم ْ َِمعَنَاِالقَ ِل ْي َِلِمِ نَِِال َماءِِِفَ ِإ ْنِِت ََوضَّأْنَاِبِ ِِهِعَط
َّ شنَاِأَفَنَت ََو
َّ ه َُِوِال
ط ُه ْو ُِرِ َما ُؤهُِِالحِ ُِّلِ َم ْيتَتُهُِِرواهِالخمسة
Artinya: Dari Abi Hurairah ra bahwa ada seorang bertanya kepada
Rasulullah SAW,”Ya Rasulullah, kami mengaruhi lautan dan hanya
membawa sedikit air. Kalau kami gunakan untuk berwudhu, pastilah kami
kehausan. Bolehkah kami berwud hudengan air laut ?”. Rasulullah SAW
menjawab,”(Laut) itu suci airnya dan halal bangkainya.” (HR. Abu Daud
83, At-Tirmizi 79, Ibnu Majah 386, An-Nasai 59, Malik 1/22).
3. Air sungai
Air sungai dianggap sama karakternya dengan air sumur maupun mata air.
Seiring berkembangnya zaman air sunga isu dah banyak terkena
pencemaran, meskipun tidak najis tetapi dapat membahayakan bagi
kesehatan. Oleh karena itu tidak semua air sungaiya dapat membersihkan
atau mensucikan, pilihlah air sungai yang benar – benar bersih. Namun
tetap pada dasarnya air sungai adalah air suci yang mensucikan.
4. Air sumur
7
Air sumur merupakan air yang suci lagi mensucikan. Karena air sumur
terjaga dan muncul dari dasar tanah. Sebagaimana dalam sebuah hadits
dikatakan:
َِ نِ ِبئ ِِْرِبُضَاعَةَِِ َو ِه
ِيِ ِبئْرِِيُ ْلقَىِ ِفيهَا َّ ّللاِِأَتَتَ َو
ِْ ضِأ ُِ ِم ُ ِيَاِ َر:ِِ ِقي َِل:ِي ِِقَا َِل
َِّ ِِسو َل ِ يدِا ْل ُخد ِْر َ َِنِأ َ ِبي
ِ س ِع ِْ ع
ِِّللا ُ بِِ َوالنَّتْنُِِ؟ِ َفقَا َِلِ َر
َّ ِسو ُِل ُِ َ ا ْل ِحيs : ِِ َر َواهُِِأَحْ َم َِد.ِِسهُِِش َْيء
ِ ضِ َولُ ُحو ُمِِا ْل ِكال ِ ا ْل َما ُِءِ َط ُه
ُ ورِ ِْلَِيُنَ ِج
ِِي ُ َوأَبُوِد
ُّ َاودِ َوالتِ ْرِ ِمذ
1) Air mutlak
Air mutlak atau air suci mensucikan merupakan air yang masih murni dan
dapat digunakan untuk bersuci tanpa adanya qayidah atau ikatan yang
8
tetap. Air ini dapat digunakan untuk berwudhu, menyuci dan lain
sebagainya.
2) Air musyammas
Air musyammas merupakan air yang dipanaskan oleh sinar matahari.
Biasanya wadah yang digunakan terbuat dari logam selainemas dan perak
seperti besi maupun tembaga. Air musyammas ini makruh hukumnya jika
digunakan untuk berwudhu, mandi dan sebagainya, namun dibolehkan jika
untuk mencuci pakaian.
3) Air yang suci tidak mensucikan
Air suci tidak menyucikan ini terbagi menjadi dua bagian yakni air
musta’mal dan air mutaghayar. Air musta’maladalah air yang telah
digunakan untuk bersuci yakni untuk menghilangkan hadats (wudhu dan
mandi). Sedangkan air mutaghayaradalah air yang telah mengalami
perubahan dan salah satu sifatnya telah mengalami percampuran dengan
barang suci lainnya sehingga hilang kemutlakannya, sehingga air ini tidak
dapat digunakan untuk bersuci. Contohnya adalah air susu, air teh, air
kelapa dan sebagainya.
4) Air musta’mal
Air musta’mal merupakan air yang sedikit namun sudah digunakan untuk
bersuci, sehingga sudah tidak bisa lagi digunakan untuk bersuci. Dapat
dikatakan air musta’mal juga apabila air yang sedang kita pakai untuk
bersuci lalu air cucurannya jatuh pada suatu bejana yang tidak sampai dua
kullah, maka air tersebut termasuk air musta’mal.
5) Air mutanajjis
Air mutanajis adalah air yang terkena najis yang jumlahnya tidak sampai dua
kullah. Namun jika air tersebut sampai hingga dua kullah maka masih boleh
menggunakannya selama rasa, bau dan warnanya tidak berubah.
2. Mandi
Pardu mandi ada 2 :
األول النية
9
الثاني تعميم البدن بالماء
ِِأن،ِاإلستنشاق،ِالمضمضة،ِغسلِالكفين،ِاستقبالِالقبلة،ِالقيام،ِالسواك،التسمية
ِِالوضوءِقبلهِأوِبعدهِأو،ِإزالةِالقذرِقبله،يبولِقبلِالغسلِإنِكانِمنِخروجِالمني
ِالمواْلة،ِالتثلث،ِالتيامن،ِالدلك،ِتخليلِالشعر،ِتعهدِالمعاطف،أثناءه....
ِِغسلِخسوفِالقمرِوكسوف،ِغسلِاْلستسقاء،ِغسلِغاسلِالميت،ِغسلِالعيدين،غسلِالجمعة
ِ،ِغسلِكلِليلةِمنِلياليِرمضان،ِالغسلِلدخولِالمسجد،ِالغسل،ِغسلِالكافرِإذاِأسلم،الشمس
الغسلِلدخولِمدينةِرسولِللا......
Mandi Jumat, mandi dua hari raya, mandi orang yang memandikan mayyit, mandi
Istisqo, mandi gerhana matahari dan gerhana bulan, mandi orang kafir masuk
Islam, mandi karena masuk masjid, mandi setiap malam di malam bulan
ramadhan, mandi karena masuk (datang) ke Madinah Rasulullah Saw dan masih
lagi yang lain.
10
terdapat perbedaan. Yaitu, di mana alat atau benda yang digunakan tidak terbatas
hanya menggunakan air, tetapi dapat pula dilaksanakan dengan menggunakan
benda yang lain. Lantas, apa saja benda yang boleh digunakan untuk beristinja?
1. Batu
Beristinja dengan batu dapat kita pahami secara terang diantaranya dari
hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Aisyah berbunyi :
Dijelaskan pula oleh Syaikh Salim bin Sumair Al-Hadlrami di dalam kitab
Safinatun Naja, ia menyebutkan bahwa ada 8 (delapan) syarat yang harus
dipenuhi oleh orang yang ingin beristinja’ menggunakan batu saja tanpa
menggunakan air.
ِِأنِيكونِبثالثةِأحجارِوأنِينقيِالمحلِوأْلِيجفِالنجسِوْل:شروطِاجزاءِالحجرِثمانية
ِينتقلِوْلِيطرأِعليهِأخرِوْلِيجاوزِصفحتهِوحشفتهِوْلِيصيبهِماءِوأنِتكونِاألحجار
14
طاهرة
“Syarat beristinja; hanya dengan menggunakan batu ada delapan, yaitu (1) dengan
memakai tiga buah batu (2) batunya mampu membersihkan tempat keluarnya
najis (3) najisnya belum kering (4) najisnya belum pindah (5) najisnya tidak
terkena barang najis yang lain (6) najisnya tidak melampaui shafhah dan hasyafah
(7) najisnya tidak terkena air (8) batunya suci.”
13
https://pecihitam.org/apa-itu-istinja-bacaan-dan-benda-apa-saja-yang-dapat-digunakan/.
14
32-30: دار الكتاب ص،(جاكرتا،" "نيل الرجا بشرح سفينة النجا،سالم ابن عبد هللا بن سعد ابن سمير الحضرمي
)2001 ،اإلسالمية
11
2. Tissu
Tissu adalah sepotong kertas tipis dan lembut. Jenis kertas tissu lebih
mudah meresap kotoran dibandingkan kertas lain. Karena itu, tissu sering
digunakan untuk membersihkan kotoran dari badan manusia atau benda lainnya
dengan cara menggosok pada bagian yang terkena kotoran. Berdasarkan
pengertian ini, maka kertas jenis tissu ini lebih patut diposisikan seperti batu
dalam istinja’ dibandingkan kertas yang biasa digunakan dalam tulis menulis yang
dibolehkan oleh ulama sebagai alat istinja’.
Para ulama yang telah memasukkan kertas sebagai alat istinja’ yang dibolehkan
pada syara’, antara lain :
15
https://pecihitam.org/apa-itu-istinja-bacaan-dan-benda-apa-saja-yang-dapat-digunakan/.
12
2.4 Wudhu’ dan Tayamum
1. Wudhu’
Dalil di syariatkan berwudhu’ tertuang dalam surat Al- Maidah ayat 6 yang
berbunyi:
س ُح ْوا بِ ُر ُء ْو ِس ُك ْم َ ق َو ْام ِ ِصلوةِ َفا ْغ ِسلُ ْوا ُو ُج ْو َه ُك ْم َوا َ ْي ِديَ ُك ْم ِالَى ْال َم َراف َّ ياَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ا َمنُ ْوا ِاذَا قُ ْمت ُ ْم ِالَى ال
َسفَ ٍر ا َ ْو َجا َء ا َ َحدٌ ِ ِّم ْن ُك ْم ِ ِّمن
َ ط َّه ُر ْوا َوا ِْن ُك ْنت ُ ْم َّم ْرضى ا َ ْو َعلى َّ َواَ ْر ُجلَ ُك ْم اِلَى ْال َك ْعبَي ِْن َوا ِْن ُك ْنت ُ ْم ُجنُبًا فَا
ُ س ُح ْوا ِب ُو ُج ْو ِه ُك ْم َواَ ْي ِد ْي ُك ْم ِِّم ْنهُ َما ي ُِر ْيد َ ص ِع ْيدًا
ْ َط ِيِّبًا ف
َ ام َ ِِّْالغَاى ِط اَ ْو ل َم ْست ُ ُم الن
َ سا َء فَلَ ْم ت َِجد ُْوا َما ًء فَتَيَ َّم ُم ْوا
َط ِ ِّه َر ُك ْم َو ِل ُي ِت َّم ِن ْع َمتَه َعلَ ْي ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُك ُر ْون
َ ُّللاُ ِل َيجْ َع َل َعلَ ْي ُك ْم ِ ِّم ْن َح َر ٍ َّول ِك ْن ي ُِّر ْيد ُ ِلي
ٰ
Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan
salat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah
kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai kekedua mata kaki. Jika
kamu junub, maka mandilah. Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan
atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan,
maka jika kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan debu
yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah
tidak ingin menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan
menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, agar kamu bersyukur.
a. Niat Wudhu’
َلِل تَعَال
ِ ٰ ِ صغ َِر فَ ْرضا ِ ن ََويْتُ ْال ُوض ُْو َء ل َِر ْفعِ ْال َح َد
ْ َث اْال
13
Istimsya’ atau menghirup air kedalam hidung “Sunnah”
Membasuh muka “Farddlu”
Membesuh Tangan Sampai Siku “Farddlu”
Mengusap Kepala “Farddlu”
Dilanjutkan Membasuh Telinga dan leher bagian belakang
“Sunah”
Membasuh kaki sampai mata kaki “Farddlu”
Mengulangi tiga kali 3x dari semua rangkaian wudhu tersebut
diatas “sunah”
Tertib yakni berurutan dari rangkaian pertama hingga akhir tidak
melompat.
c. Fardhu Wudhu
فروضِالوضوءِستةِاشياء
Fardhu-fardhu Wudhu ada enam16 :
1. Niat
2. Membasuh wajah
3. Membasuh kedua tangan sampai ke siku-siku
4. Mengusap kepala
5. Membasuh kedua kaki
6. Tertib
اَللٰ ُه َّم اجْ َع ْلنِ ْى مِ نَ الت َّ َّوا ِبيْنَ َواجْ َع ْل ِن ْى.ُس ْولُه َ ا َ ْش َهدُ ا َ ْن ََلاِلهَ ا ََِّلهللاُ َوحْ دَهُ َلَش َِريْكَ لَه ُ َوا َ ْش َهدُ ا َ َّن ُم َح َّمدًا
ُ ع ْبدُهُ َو َر
َصالِحِ يْن َّ َوجْ عَ ْلنِ ْي مِ ْن ِعبَادِكَ ال، َط ِِّه ِريْن َ َ مِ نَ ْال ُمت
16
Muhammad bin Qasim bin Muhammad Al-Ghazi ibn Al-Gharabili Abu Abdillah Syamsuddin,
“Terjemah Kitab Fathul Qorib (Fath Al-Qarib)”, (Pondok Pesantren Al-Khoirot, Malang)
14
Artinya : “Aku bersaksi, tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Tunggal, tiadak ada
sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan
Utusan-Nya. Ya Allah, jadikanlah aku orang yang bertaubat dan jadikanlah aku
orang yang suci dan jadikanlah aku dari golongan hamba-hamba Mu yang shalih.”
2. Tayammum
ص ِع ْيدًا َ ِِّسفَ ٍر اَ ْو َجا َء اَ َحد ٌ ِِّم ْن ُك ْم ِ ِّمنَ ْالغَاى ِط ا َ ْو ل َم ْستُ ُم الن
َ سا َء فَلَ ْم ت َِجد ُْوا َما ًء فَتَيَ َّم ُم ْوا َ َوا ِْن ُك ْنت ُ ْم َّم ْرضى ا َ ْو َعلى
ّللاَ َكانَ َعفُ اوا َغفُ ْو ًر
ٰ س ُح ْوا ِب ُو ُج ْو ِه ُك ْم َواَ ْي ِد ْي ُك ْم ا َِّن َ
ْ َط ِيِّبًا ف
َ ام
Artinya: Adapun jika kamu sakit atau sedang dalam perjalanan atau sehabis buang
air atau kamu telah menyentuh perempuan, sedangkan kamu tidak mendapat air,
maka bertayamumlah kamu dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan
tanganmu dengan (debu) itu. Sungguh, Allah Maha Pemaaf, Maha Pengampun.17
Adapun secara Istilah Tayamum bermakna :Mengusap wajah dan kedua telapak
tangan dengan tanah (permukaan bumi) dengan tata cara tertentu (Taudhihul
Ahkan:1/409). Atau Tayammum: Bersuci dengan menggunakan debu, sebagai
pengganti wudhu’ atau mandi janabat (QS: Al-Maidah:6).
Apakah Tayamum boleh digunakan untuk membersihkan Hadast Besar?
Ya Boleh. Tayammum ialah disamping untuk pengganti wudlu untuk
menghilangkan hadats kecil juga bisa digunakan untuk pengganti menghilangkan
hadats besar (Haid/janabah) .
Apabila seorang tidak menjumpai air atau tidak mampu menggunakannya. Hal ini
berdasarkan Hadist Nabi tentang hadast kecil dan hadat besar (junub) kemudian
Allah berfirman dalam AlQur’an yang berbunyi:
17
QS. An-Nisa’ [4]: 43
15
Demikian pula wanita haid dan nifas ketika suci dari haid atau nifasnya dia tidak
menjumpai air untuk bersuci tetapi tidak mampu menggunakkan air maka
diperbolehkan ia bertayammum.
Keistimewaan Tayammum:
Tayammum merupakan kekhususan umat Islam, yang mana Allah tidak
memberikan kekhususan ini tayamum kepadaumat yang lainnya. Sebagaimana
Sabda Rasul : “Saya diberi 5 (perkara)yang tidak diberikan kepada seorang Nabi
sebelum saya: … dan dijadikan buat saya bumi sebagai masjid (tempatsholat) dan
alat untuk bersuci) (HR: Al-Bukhhori:335 & Muslim 521).Maka ini merupakan
keutamaan tersendiri bagi umat Islam yang mana Allah memberikan kekhususan
dan kemudahan yang tidak diberikan kepada selain mereka/umat Muhammad.
Adapun dalil pensyariatan tayammum didalam al-Qur`an, firman Allah ta’ala,
ط ِيِّبًاَ ص ِع ْيدًا َ سا َء فَلَ ْم ت َِجد ُْوا َما ًء فَت َ َي َّم ُم ْوا َ ِِّسف ٍَر ا َ ْو َجا َء ا َ َحدٌ ِ ِّم ْن ُك ْم ِ ِّمنَ ْالغَاىطِ ا َ ْو ل َم ْست ُ ُم النَ على َ َوا ِْن ُك ْنت ُ ْم َّم ْرضى ا َ ْو
علَ ْي ُك ْم لَ َع َّل ُك ْم َ ُعلَ ْي ُك ْم ِ ِّم ْن َح َر ٍ َّولك ِْن ي ُِّر ْيدُ ِلي
َ ط ِِّه َر ُك ْم َو ِليُتِ َّم نِ ْع َمت َه َ ّللاُ ِليَجْ َع َل ٰ ُس ُح ْوا ِب ُو ُج ْو ِه ُك ْم َوا َ ْي ِد ْي ُك ْم ِ ِّم ْنهُ َما ي ُِر ْيد
َ فَا ْم
َت َ ْش ُك ُر ْون
“Dan jikalau kalian dalam keadaan sakit atau dalam perjalanan atau seseorang
diantara kalian baru saja buang hajat atau menggauli wanita, kemudian kalian
tidak mendapatkan air, maka kalian lakukanlah tayammum dengan tanah yang
baik. Usaplah wajah kalian dan tangan kalian dari tanah tersebut. Tidaklah Allah
menghendaki untuk menjadikan beban bagi kalian, melainkan Allah berkeinginan
untuk membersihkan kalian dan menyempurnakan nikmat-Nya bagi kalian, agar
kalian bersyukur.” (QS. Al Maidah [5] : 6).
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sebelum melakukan ibadah shalat harus membersihkan tubuh dari hadas kecil dan hadas
besar,seperti melaksanakan ibadah, wudhu ',mandi dan tayamum. Wudhu' adalah salah
satu ibadah yang dilakukan dengan cara mencuci sebahagian anggota tubuh dengan udara
dengan sarat dan rukun sebagai syarat sah sholat yang dilaksanakan sebelum
melaksanakan sholat dan ibadah yang lainnya. Mandi (al-ghusl) adalah mencuci seluruh
Tubuh dengan menggunakan air yang disertai dengan rukun mandi. Sedangkan
tayammum adalah mengusapkan tanah ke sebagian anggota tubuh (muka dan tangan)
sebagai ganti wudhu' yang dilakukan karena adanya uzur bagi Orang yang tidak dapat
memakai, air yang mempunyai sarat dan rukun
17
DAFTAR PUSTAKA
Yusuf Al-Qarḑawy, Al-Ibadah fie al-Islam, Muassasah al-Risalah, cet.6,
Beirut, 1979, h. 27.
Ibnu Rusyd, “Bidayatul Mujtahid Jilid 1”, Pustaka Azzam
دار الكتاب،(جاكرتا،" "نيل الرجا بشرح سفينة النجا،سالم ابن عبد هللا بن سعد ابن سمير الحضرمي
83:) ص2001 ،اإلسالمية
Kitab ihyaulumad-din: At-Thaharahkarya imam Al- Gazali
https://pecihitam.org/apa-itu-istinja-bacaan-dan-benda-apa-saja-yang-
dapat-digunakan/.
18
19