Anda di halaman 1dari 11

THAHARAH

Disusun oleh:
KELOMPOK 3

Nama : Nabilla Ananda (4022023009)


Arifa (4022023062)
Sukma Aulia (4022023069)

Unit : 1 (Satu)
Mata Kuliah : Fikih Praktis
Prodi : Ekonomi syariah
Dosen Pengampu : Sufrizal, Lc,M.Sh

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
LANGSA
2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Puji beserta syukur kita limpahkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Thaharah dan Pembagian Thaharah”. Selanjutnya tak lupa pula kita
sanjung-sajikan keribaan Nabi besar Muhammad S.A.W keluarga dan
sahabat beliau. Penulisan makalah dilakukan sebagai bagian dari tugas mata
kuliah Fikih Praktis.
Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan berkat kerjasama
kelompok hingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Terlepas dari
segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karenanya kami dengan lapang dada menerima segala saran dan
kritik agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata kami
berharap semoga makalah ilmiah bisa memberikan manfaat maupun inspirasi
untuk pembaca.

Langsa, Oktober 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................... 2


A. Pengertian Thaharah .......................................................................... 2
B. Hikmah disyariatkan Thaharah serta pembagian Air ........................ 2
C. Pengertian Nahis, Hadast dan Istinja’ ................................................ 3

BAB III PENUTUP ..............................................................................


A. Kesimpulan ........................................................................................ 6
B. Saran .................................................................................................. 6

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 7

ii
BAB I
PENDAHULAN
A. Latar belakang
Islam menganjurkan untuk selalu menjaga kebersihan baik lahiriah
maupun rohaniah. Kebersihan lahiriah tercermin dengan bagaimana umat
muslim selalu bersuci sebelum mereka melakukan ibadah menghadap Allah
SWT. Pada hakikatnya tujuan bersuci adalah agar umat muslim terhindari
dari kotoran atau debu yang menempel di badan sehingga secara sadar atau
tidak sengaja membatalkan rangkaian ibadah kita kepada Allah SWT.
Ibadah merupakan suatu kewajiban bagi umat manusia terhadap
Tuhannya dan dengan ibadah manusia akan mendapat ketenangan dan
kebahagiaan di dunia dan di akhirat nanti. Bentuk dan jenis ibadah sangat
bermacam-macam, seperti Sholat puasa, naik haji, jihad, membaca AlQur'an,
dan lainnya. Dan setiap ibadah memiliki syarat-syarat untuk dapat
melakukannya, dan ada pula yang tidak memiliki syarat mutlak untuk
melakukannya.
Namun, yang terjadi sekarang adalah, banyak umat muslim hanya
tahu saja bahwa bersuci itu sebatas membasuh badan dengan air tanpa
mengamalkan rukun-rukun bersuci lainnya sesuai syariat Islam. Bersuci atau
istilah dalam Islam yaitu “Thaharah” mempunyai makna yang luas tidak
hanya berwudhu saja. Dalam thaharah juga terdapat mandi wajib, istinja dan
tayamum. Meskipun dalam praktiknya umat muslim lebih banyak
mengartikan thaharah (bersuci) dengan berwudhu.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis bermaksud
untuk memaparkan penjelasan lebih rinci tentang thaharah khususnya
pengertian thaharah serta pembagian thaharah, serta menjelaskan pengertian
najis, hadast dan Istinja menurut pandangan islam. Dengan demikian umat
muslim akan lebih tahu makna bersih dan suci kemudian mulai
mengamalkannya untuk peningkatan kualitas ibadah yang lebih baik

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian thaharah?
2. Bagaimana hikmah disyariatkan dalam berthaharah?
3. Apa itu pengertian Najis, Hadast dan Istinja’?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian thaharah menurut para ahli?
2. Untuk mengetahui hikmah disyariatkan dalam berthaharah?
3. Untuk mengetahui pengertian Najis, Hadast dan Istinja’?

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Thaharah menurut para ahli
Thaharah menurut bahasa berasal dari kata ‫ )طهور‬Thohur), artinya
bersuci atau bersih. Menurut istilah adalah bersuci dari hadas, baik hadas
besar maupun hadas kecil dan bersuci dari najis yang meliputi badan, pakaian,
tempat, dan benda-benda yang terbawa di badan.1 Sehubungan pengertian
thaharah merupakan bersuci dari hadast kecil maupun hadast besar.
Berdasarkan pernyataan tersesbut Kata thaharah yang menurut bahasa
berarti suci (bersih dari kotoran). Adapun menurut syara’ yaitu suatu
perbuatan yang karenanya seseorang diperbolehkan mengerjakan sholat,
seperti wudhu, mandi, tayammum, dan menghilangkan najis.2 Berdasarkan
pendapat tersebut thaharah merupakan bersuci untuk melakukan ibadah yang
diwajibkan dalam islam.
Thaharah memiliki pengertian secara umum yaitu mengangkat
penghalang (kotoran) yang timbul dari hadas dan najis yang meliputi
badan, pakaian, tempat, dan benda-benda yang terbawa di
badan.Thaharah merupakananak kunci dan syarat sah salat. Hukum thaharah
ialah wajib di atas tiap-tiap mukallaf lelaki dan perempuan.Syarat wajib
melakukan thaharah yang paling utama adalah beragama Islam dan sudah akil
baligh. Sarana yang digunakan untuk melakukan thaharah adalah air suci,
tanah, debu serta benda-benda lain yang diperbolehkan.
Bersih adalah tidak kotor atau bebas daripenyakit. Hidup bersih
adalah hidup dalam keadaan tidak kotor, teratur, rapi dan suci. Tidak
kotor adalah terbebas dari kotoran, baik yang mengandung penyakit
maupun yang merusak keindahan. Hukum thaharah ialah wajib di atas tiap-
tiap mukallaf lelaki dan perempuan. Dalam halini banyak ayat Al qur`an
dan hadist Nabi Muhammad saw, menganjurkan agar kita senantiasa
menjaga kebersihan lahir dan batin.
B. Hikmah disyariatkan dalam berthaharah
Thahârah terbagi menjadi dua, yakni bersuci dari najis dan bersuci
dari hadas. Bersuci dari najis dilakukan dengan berbagai cara tergantung
dengan tingkatan najis: berat (mughalladhah), sedang (mutawassithah), atau
ringan (mukhaffafah). 3 Pertama, bersuci merupakan bentuk pengakuan
Islam terhadap fitrah manusia. Manusia memiliki kecenderungan alamiah

1
Imron Mashadi, “PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN HIDUP BERSIH DAN
SEHAT DALAM PERSPEKTIF ISLAM”, Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Keislaman, Vol.
2, no. 1, p-ISSN 2809-2732, e-ISSN 2809-2554, April, 2022, Hal 16.
2
Hikmatu Ruwaida, “STRATEGI PEMBELAJARAN FIQIH THAHARAH DI SDN
MUNDAR KECAMATAN LAMPIHONG KABUPATEN BALANGAN”, Vol. 3, No. 2,
2019 P-ISSN: 2620-5807; E-ISSN: 2620-7184 hal 181
3
https://tirto.id/gaCy

2
untuk hidup bersih dan menghindari sesuatu yang kotor dan jorok. Kedua,
menjaga kemuliaan dan wibawa umat Islam. Orang Islam mencintai
kehidupan bermasyarakat yang aman dan nyaman. Ketiga, menjaga
kesehatan. Kebersihan merupakan bagian paling penting yang memelihara
seseorang dari terserang penyakit. Keempat, menyiapkan diri dengan kondisi
terbaik saat menghadap Allah: tidak hanya bersih tapi juga suci.
Dalam shalat, doa, dan munajatnya, seorang hamba memang
seharusnya dalam keadaan suci secara lahir batin, bersih jasmani dan rohani,
karena Allah yuhhibbut tawwâbîna yayuhibbul mutathahhirîna (mencintai
orang-orang yang bertobat dan menyucikan diri).
C. Pengertian Najis, Hadast dan Istinja’
a. Pengertian Najis
Najis menurut bahasa adalah sesuatu yang kotor. Sedangkan menurut
istilah adalah sesuatu yang dipandang kotor atau menjijikkan yang harus
disucikan, karena menjadikan tidak sahnya melaksanakan suatu ibadah
tertentu.
Macam-macam Najis dan Cara MensucikannyaBerdasarkan berat
dan ringannya, najis dibagi menjadi tiga macam. Najis tersebut adalah
Mukhafafah, Najis Mutawasitah, dan Najis Muqalazah. 1) Najis
MukhafafahNajis mukhafafah adalah najis ringan. Yang tergolong najis
mukhafafah yaitu air kencing bayi laki-laki yang berumur tidak lebih dua
tahun dan belum makan apa-apa kecuali air susu ibunya. Cara mensucikan
najis mukhafafah cukup dengan mengusapkan/ memercikkan air pada benda
yang terkena najis. 2)Najis MutawasitahNajis mutawasitah adalah najis
sedang. Termasuk najis mutawasitah antara lain air kencing, darah,
nanah, tina dan kotoran hewan. Najis mutawasitah terbagi menjadi dua
bagian, yaitu : Najis hukmiah adalah najis yang diyakini adanya,
tetapi, zat, bau, warna dan rasanya tidak nyata. Misalnya air kencing yang
telah mengering.
Cara mensucikannya cukup dengan mengalirkan air pada benda
yang terkena najis tersebut. -Najis ainiyah adalah najis yang nyata zat, warna,
rasa dan baunya. Cara mensucikannya dengan menyirkan air hingga
hilang zat, warna, rasa dan baunya. 3)Najis MugalazahNajis mugalazah
adalah najis berat, seperti najisnya anjing dan babi. Adapun cara
mensucikannya ialah dengan menyiramkan air suci yang mensucikan air
suci yang mensucikan (air mutlak) atau membasuh benda atau tempat
yang terkena najis sampai tujuh kali. Kali yang pertama dicampur
dengan tanah atau debu sehingga hilang zat, warna, rasa, dan baunya.
b. Pengertian Hadast
Hadas menurut bahasa artinya berlaku atau terjadi. Menurut
istilah, hadas adalah sesuatu yang terjadi atau berlaku yang
mengharuskan bersuci atau membersihkan diri sehingga sah untuk

3
melaksanakan ibadah. Berkaitan dengan hal ini Nabi Muhammad saw,
bersabda : “Artinya : “Rasulullah saw, telah bersabda : Allah tidak akan
menerima salat seseorang dari kamu jika berhadas sehingga lebih
dahulu berwudhu.” (HR Mutafaq Alaih). 4 Ayat dan hadist diatas
menjelaskan bahwa bersuci untuk menghilangkan hadas dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu berwudhu dan mandi.
Bermacam hadas dan cara mensucikannya Menurut fiqih, hadas
dibagi menjadi dua yaitu :1)Hadas kecil hadaskecil adalah adanya sesuatu
yag terjadi dan mengharuskan seseorang berwudhu apabila hendak
melaksanakan salat. Contoh hadas kecil adalah sebagai berikut : Keluarnya
sesuatu dari kubul atau dubur. Tidur nyenyak dalam kondisi tidak
duduk. Menyentuh kubul atau dubur dengan telapak tangan tanpa pembatas.
Hilang akal karena sakit atau mabuk. Hadas besar 2) Hadas besar adalah
sesuatu yang keluar atau terjadi sehingga mewajibkan mandi besar atau
junub. Contoh-contoh terjadinya hadas besar adalah sebagai berikut :
Bersetubuh (hubungan suami istri)-Keluar mani, baik karena mimpi
maupun hal lain Keluar darah haid, Nifas, Meninggal dunia.
c. Pengertian Istinja’
Ulama sepakat bahwa hukum istinja dari sisa kotoran yang menempel
setelah buang hajat adalah wajib. Bahkan, walau tak diwajibkan pun tabiat
setiap orang pasti mendorong melakukannya. Karena tabiat yang sehat tentu
risih dan terganggu dengan kotoran yang ada pada dirinya. Allah berfirman
yang Artinya, “Di dalam masjid itu terdapat penduduk Quba yang bersuci dan
membersihkan dirinya, Allah sangat cinta kepada hamba-Nya yang bersuci.”
(QS at-Taubah: 108).5
Alat istinja ada dua: (1) air; dan (2) batu atau benda lain yang memiliki
kesamaan sifat dan fungsi dengannya, yaitu bukan benda cair, suci, berpotensi
membersihkan najis yang melekat di kubul maupun dubur, dan bukan
termasuk benda yang dimuliakan, seperti buku, roti, dan semisalnya.
Dalam istinja, orang boleh memilih tiga cara; (1) istinja dengan batu
terlebih dahulu lalu dengan air, dan ini cara terbaik; (2) istinja dengan air saja;
dan (3) istinja dengan batu saja. Namun, jika dibandingkan antara pilihan
kedua dan ketiga, lebih baik pilihan kedua, yaitu menggunakan air.
Ada beberapa ketentuan khusus yang harus dipenuhi ketika orang
istinja dengan batu atau benda lain yang memiliki kesamaan fungsi
dengannya. Minimal menggunakan tiga batu, atau satu namun memiliki tiga
sisi. Tiga batu tersebut dapat membersihkan tempat keluarnya kotoran,
kubul atau dubur, sehingga bila belum bersih, maka harus ditambah. Tidak
boleh ada tetesan air atau najis lain selain tinja dan kencing yang mengenai

4
Imron Mashadi, “PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN HIDUP BERSIH DAN
SEHAT DALAM PERSPEKTIF ISLAM”, Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Keislaman, Vol.
2, no. 1, p-ISSN 2809-2732, e-ISSN 2809-2554, April, 2022, Hal 15.
5
https://islam.nu.or.id/thaharah/istinja-pengertian-hukum-dan-tata-caranya-L1KH6

4
kubul dan dubur. Najis yang keluar saat buang hajat tidak boleh melewati
shafhah (lingkaran batas dubur), atau melewati hasyafah (pucuk
zakar). Najis yang dibersihkan bukan najis yang sudah kering. Najis yang
keluar tidak berpindah ke anggota tubuh yang lain semisal selangkangan,
paha, dan lain-lain.

5
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Thaharah memiliki pengertian secara umum yaitu mengangkat
penghalang (kotoran) yang timbul dari hadas dan najis yang meliputi badan,
pakaian, tempat, dan benda-benda yang terbawa di badan. Thaharah
merupakan anak kunci dan syarat sah salat. Hukum thaharah ialah wajib di
atas tiap-tiap mukallaf lelaki dan perempuan.
Syarat wajib melakukan thaharah yang paling utama adalah
beragama Islam dan sudah akil baligh. Sarana yang digunakan untuk
melakukan thaharah adalah air suci, tanah, debu serta benda-benda lain yang
diperbolehkan. Air digunakan untuk mandi dan berwudhu, debu dan tanah
digunakan untuk bertayamum jika tidak ditemukan air, sedangkan benda lain
seperti batu, kertas, tisur dapat digunakan untuk melakukan istinja’.
Thaharah memiliki fungsi utama yaitu membiasakan hidup bersih dan
sehat sebagaimana yang diperintahkan agama. Thaharah juga merupakan
sarana untuk berkomunikasi dengan Allah Swt. Manfaat thaharah dalam
kehidupan sehari-hari yaitu membersihkan badan, pakaian, dan tempat dari
hadas dan najis ketika hendak melaksanakan suatu ibadah.
B. SARAN
Dalam penulisan tugas ini penulis menyadari masih jauh dari
kesempurnaan, masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan, baik dalam
bahasanya, materi dan penyusunannya. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritik, saran dan masukan yang dapat membangun penulisan
tugas ini

6
DAFTAR PUSAKA

https://islam.nu.or.id/thaharah/istinja-pengertian-hukum-dan-tata-
caranya-L1KH6
Imron Mashadi, “PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN HIDUP
BERSIH DAN SEHAT DALAM PERSPEKTIF ISLAM”, Jurnal Ilmiah
Pendidikan dan Keislaman, Vol. 2, no. 1, p-ISSN 2809-2732, e-ISSN 2809-
2554, April, 2022, Hal 15.
https://tirto.id/gaCy
Hikmatu Ruwaida, “STRATEGI PEMBELAJARAN FIQIH
THAHARAH DI SDN MUNDAR KECAMATAN LAMPIHONG
KABUPATEN BALANGAN”, Vol. 3, No. 2, 2019 P-ISSN: 2620-5807; E-
ISSN: 2620-7184 hal 18

Anda mungkin juga menyukai