DISUSUN OLEH :
Ucapan puji-puji dan syukur semata-mata hanyalah milik Allah SWT. Hanya
kepada-Nya lah kami memuji dan hanya kepada-Nya lah kami bersyukur, kami
meminta ampunan dan kami meminta pertolongan.
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi
gung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah
SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni
Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling
besar bagi seluruh alam semesta.Dengan hormat serta pertolongan-Nya, puji syukur
pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah kami dengan judul “Makalah
Cara Bersuci (Thaharah) Rasulullah.”
Penulis pun menyadari dengan sepenuh hati bahwa tetap terdapat kekurangan pada
makalah ini.Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Rinaldi,M.Ed.,Ph.D,
selaku Dosen Agama yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan
makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB II ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
2.3Macam-macam Thaharah atau Bersuci
B. Thaharah Hissiyah
Thaharah hissiyah adalah bersuci jasmani, atau membersihkan bagian tubuh
dari sesuatu yang terkena najis (segala jenis kotoran) maupun hadas (kecil dan
besar).
Untuk membersihkan dari najis dan hadas ini, bisa dilakukan dengan
menggunakan air seperti berwudu, mandi wajib, serta tayamum (bila dalam
kondisi tidak ada air).
Akan tetapi, air yang boleh dipakai untuk bersuci juga bukan sembarang air.
1.Wudu
Wudu adalah membasuh bagian-bagian tertentu dari anggota badan dengan air
dengan tata cara yang telah ditentukan secara syar‟i untuk membersihkan diri
3
dari hadats kecil, seperti buang air kecil, buang air besar, keluar angin dari
dubur (kentut), dan lain-lain.
Wudu hukumnya wajib bagi seorang muslim yang akan melakukan ibadah
shalat dan thawaf, sebagaimana firman Allah Swt. yang artinya,
Wudu menjadi bagian penting dalam Praktik Thaharah atau Bersuci Nabi
Muhammad SAW
4
Dari Abu Hurairah r.a., bahwa Rasulullah saw. bersabda,
Lalu, mencuci muka. Batas muka adalah dari batas tum- buhnya
rambut kepala bagian atas sampai dagu dan mulai dari batas telinga
kanan hingga telinga kiri dan rambut tipis yang ada pada muka wajib
dicuci hingga kulit dasarnya. Tetapi, jika tebal seperti jambang atau
janggut, maka wajib mencuci bagian atasnya saja. Namun, disunahkan
menyela-nyela rambut yang tebal tersebut.
Dari Anas bin Malik, bahwasanya Rasulullah saw. apabila berwudu beliau
mengambil air dengan telapak tangannya, lalu memasukkannya ke bawah
dagunya, lalu beliau menyela-nyela di antara janggutnya dan bersabda,
“Beginilah Rabb-ku „Azza wa Jalla memerintahkan aku.” (HR Abu Dawud)
5
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan
shalat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah
kepalamu, dan (basuh) kedua kakimu sampai dengan kedua mata kaki ….”
(QS Al-Ma‟idah, 5: 6)
Catatan:
2. Mandi
A. Pengertian dan Definisi Mandi
Mandi adalah menyiramkan air ke seluruh tubuh untuk menyucikan diri dari
hadats besar, seperti junub dan haid.
6
Dan firman Allah, “… dan jangan pula (kamu hampiri masjid ketika kamu)
dalam keadaan junub kecuali sekadar melewati untuk jalan saja, sebelum
kamu mandi (mandi junub) ….” (QS An-Nisa‟, 4: 43)
Mandi terbagi dua, yaitu mandi wajib dan sunah. Mandi yang diwajibkan
adalah mandi yang dilakukan setelah bersetubuh, baik keluar mani atau pun
tidak, baik laki-laki maupun perempuan, masuknya (tenggelam) kepala zakar
(ke vagina) secara sempurna atau pun tidak, lama atau sebentar, berdasarkan
hadits yang artinya,
Begitu juga, wajib mandi disebabkan seseorang mimpi setubuh lalu mendapati
bekas air mani, berdasarkan hadits yang artinya,
Dari Ummu Salamah, Ummul Mukminin berkata, “Ummu Sulaim, istri Abu
Talhah, datang kepada Rasulullah saw. dan berkata, „Wahai Rasulullah,
sesungguhnya Allah tidak malu dengan kebenaran. Apakah seorang wanita
wajib mandi bila bermimpi?‟ Maka Rasulullah saw. men- jawab, „Ya jika dia
melihat air.‟” (HR Muttafaqun Alaih)
Mandi hari Jumat: mandi untuk shalat jumat ini hu- kumnya sunah
muakad (ditekankan) kecuali bagi orang yang mempunyai kelainan
bau badan maka wajib mandi.
Dari Abu Sa‟id Al Khudri, dari Nabi saw., beliau bersabda,
“Mandi pada hari Jumat adalah wajib bagi orang yang sudah bermimpi
(balig).” (HR Muttafaqun Alaih)
Mandi Hari Raya Idul fitri dan Hari Raya Idul adha.
Dari Al Faqih bin Saad, dia adalah salah seorang sahabat, “Sesungguhnya,
Rasulullah saw. mandi pada hari Jumat, hari Arafah, Idulfitri, dan
Iduladha.” (HR Ahmad)
7
Mandi orang gila apabila dia telah sembuh dari gilanya karena ada
kemungkinan dia keluar mani.
Mandi tatkala hendak ihram haji atau umrah.
Dari Zaid bin Sabit, beliau melihat Nabi saw. ihram dengan melepas pakaian
beliau yang dijahit lalu mandi. Abu „Isa berkata, “Ini merupakan hadits
hasan garib. Sebagian ulama menyunahkan mandi pada waktu ihram. Ini
juga pendapat Syafi‟i.” (HR Tirmizi)
Tata cara yang mencukupi dan diterima (sah) ialah mencuci kepala
dan seluruh badannya.
Adapun tata cara yang sempurna adalah sesuai yang tercantum dalam
hadits yang artinya,
Dari Ibnu „Abbas, dari Maimunah, dia berkata, “Aku menutupi Nabi saw.
saat beliau sedang mandi junub. Beliau mencuci kedua tangannya, lalu
dengan tangan ka- nannya beliau menuangkan air pada tangan kirinya, lalu
mencuci kemaluannya dan apa yang terkena (mani). Beliau kemudian
menggosokkan tangannya ke dinding atau tanah kemudian berwudu,
sebagaimana wudu untuk shalat kecuali kedua kakinya. Kemudian, beliau
mengguyurkan air ke seluruh badannya kemudian menyudahi dengan
mencuci kedua kakinya.” (HR Bukhari)
8
Tidaklah wajib bagi wanita untuk menguraikan kepang rambutnya saat mandi,
berdasarkan hadits yang artinya,
Dari Ummu Salamah, dia berkata, “Saya berkata, „Wahai Rasulullah, aku
seorang wanita yang mengepang rambut kepalaku lalu aku membukanya
untuk mandi junub.‟ Beliau saw. bersabda, „Jangan (kamu buka). Cu- kuplah
kamu menumpahkan air pada kepalamu tiga kali kemudian kamu
mencurahkan air padamu maka kamu telah suci.‟” (HR Muslim)
3. Tayamum
A. Definisi Tayamum
Tayamum secara etimologi (bahasa) diartikan sebagai al qasdu yang berarti
„bermaksud‟, sedangkan secara terminologi (istilah syariat) adalah „mengusap
wajah dan kedua tangan dengan menggunakan sa‟id (tanah atau debu) yang
bersih‟ sebagai pengganti wudu atau mandi bagi orang yang uzur syar‟i,
seperti tidak ada air atau sedang sakit yang tidak boleh menggunakan air.
B. Dalil Tayamum
“… dan jika kamu sakit, atau dalam perjalanan, atau kembali dari tempat
buang air (kakus), atau menyentuh perempuan, maka jika kamu tidak
memperoleh air, maka bertayamumlah dengan debu Bumi yang baik (suci);
usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu ….” (QS Al-Ma‟idah, 5:
6)
9
Memakai tanah/debu yang suci dari najis dan layak digunakan
tayamum.
Memenuhi alasan atau sebab dibolehkannya melakukan tayamum.
Sudah berusaha mencari air, namun tidak ditemukan.
Tidak haid maupun nifas bagi wanita.
Menghilangkan najis yang yang melekat pada tubuh.
E. Tata Cara Tayamum
Praktik Thaharah atau Bersuci Nabi Muhammad SAW pembahasan mengenai
Tayamum.
Niat, berdasarkan hadits yang artinya,
Dari Umar bin Al Khatab, dia berkata, “Saya mendengar Rasulullah saw.
bersabda, „Semua perbuatan bergantung niatnya dan (balasan) bagi tiap-tiap
orang (bergantung) apa yang diniatkan.‟” (HR Bukhari)
4. Istinja
Istinja‟ adalah bersuci dengan air atau yang lainnya untuk
membersihkan najis yang berupa kotoran yang ada atau menempel pada
tempat keluarnya kotoran tersebut (qubul dan dubur) seperti berak dan
kecing. Jadi segala sesuatu yang keluar dari qubul dan dubur adalah
sesuatu yang dianggap kotor dan wajib dibersihkan atau dihilangkan,
dengan menggunakan air atau yang lainnya.
10
متیب ان ىم م شًی اَخ س, ق بس ك م ع هى ف و ضع نیك ضسث ف كسھا دةیب جس دعا ث م
م ىھما
ك ضسة, ن ھ لیف ق: ق ال ھرا؟ ف ع هج ن م هلل ل از صوی: ن م ما ع ىھما خ ففی أن ن ع هھ
ب ضایث
ب ضاٌ ی أن إن ى أو.
Artinya:
“diriwayatkan dari Ibn „Abbas r.a.: Pada suatu hari ketika Rasulullah
saw. Bejalan melintasi hiytan (pekuburan) di Madinah atau
Makkah, beliau mendengar suara kesakitan dua orang yang sedang
mengalami siksa kubur. Nabi Muhammad saw. bersabda, “Dua
orang ini disiksa karena melakukan dosa besar.” Nabi saw.
menambahkan, “Benar! (mereka disiksa karena satu dosa besar).
Yang seorang tidak membersihkan dirinya dari kotoran air kencing
(setelah buang air kecil) sementara yang lainnya karena suka
memfitnah.” (HR. Bukhari : 216)23
11
4. Air yang terkena najis; jika mengubah rasa, warna, atau aromanya
maka hukumnya najis, tidak boleh dipakai bersuci menurut ijmak.
Sedangkan jika tidak meng- ubah salah satu sifatnya, maka
menyucikan menurut Imam Malik, baik air itu banyak atau sedikit;
tidak menyucikan menurut Mazhab Hanafi; menyucikan menurut
Mazhab Syafi‟i jika telah mencapai dua kulah yang diperkirakan
sebanyak volume tempat yang berukuran 60 cm3.
5. Su‟r (sisa), yaitu air yang tersisa di tempat minum setelah diminum.
Sisa anak Adam (manusia) hukumnya suci meskipun dia seorang kafir, junub,
atau haid.
6.Sisa kucing dan hewan yang halal dagingnya hukumnya suci.
7.Sisa keledai dan binatang buas, juga burung hukumnya suci menurut
Mazhab Hanafi.
8.Sisa anjing dan babi hukumnya najis menurut seluruh ulama.
1. Definisi Najis
Najis adalah kotoran yang wajib dibersihkan oleh setiap muslim dengan
mencuci benda yang terkena. Praktik Thaharah atau Bersuci Nabi Muhammad
SAW, kita harus mengetahui macam-macam najis.
Macam-macam Najis:
Air kencing, dan tinja manusia, dan hewan yang tidak halal dagingnya,
telah disepakati para ulama. Sedangkan kotoran hewan yang halal
dimakan dagingnya maka hukumnya najis menurut Mazhab Hanafi
dan Syafi‟i; dan suci menurut Mazhab Maliki dan Hanbali.
Mazi, yaitu air putih lengket yang keluar ketika sese- orang sedang
berpikir tentang seks dan sejenisnya.
1. Wadi, yaitu air putih yang keluar setelah buang air kecil.
2. Darah yang mengalir, sedangkan yang sedikit di-ma‟fu (dimaafkan).
Menurut Mazhab Syafi‟i, darah nyamuk, kutu, dan sejenisnya di-
ma‟fu jika secara umum diang- gap sedikit.
1. Anjing dan babi.
2. Bangkai kecuali mayat manusia, ikan, dan belalang,dan hewan
yang tidak berdarah mengalir.
12
B. Menghilangkan Najis
Dalam Praktik Thaharah atau Bersuci Nabi Muhammad SAW, cara
menghilangkan najis adalah sebagai berikut:
Jika ada najis yang mengenai badan, pakaian manusia, atau lainnya,
maka wajib dibersihkan. Jika tidak terlihat, maka wajib dibersihkan
tempatnya sehingga dugaan kuat najis telah dibersihkan. Sedangkan
pembersihan bejana yang pernah dijilat anjing maka wajib dibasuh
dengan tujuh kali dan salah satunya dengan debu. (Walaga:
menjulurkan lidah ke air atau benda cair lainnya).
Sedangkan sentuhan anjing dengan fisik manusia maka tidak
membutuhkan pembersihan melebihi cara pembersihan yang biasa.
Sedangkan najis sedikit yang tidak memungkinkan dihindari maka
hukumnya dima- afkan. Demikianlah hukum sedikit darah dan
muntahan. Diringankan pula hukum air kencing bayi yang belum
makan makanan maka hanya cukup dengan diperciki air.
Anjing najis semua menurut Jumhurul Fuqaha karena hadits, “Jika anjing
menjilat wadah salah seorang di antaramu maka tumpahkanlah dan basuhlah
dengan tujuh kali basuhan” (HR Muslim). Mereka mengatakan bahwa hadits
ini menunjukkan najis air liurnya dan air liur adalah bagian dari mulutnya
maka mulutnya najis juga. Sedangkan mulut adalah organ yang paling mulia
maka selebihnya lebih layak disebut najis.
Menurut Imam Malik, anjing itu suci semua termasuk air liurnya karena
firamn Allah, “… maka makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu …”
(QS Al-Ma‟idah, 5: 4); dan hewan buruan itu pasti terjilat liur anjing dan kita
tidak disuruh mencucinya. Jika anjing menjilat air, maka tidak membuatnya
najis, boleh diminum, berwudu dengannya. Mencuci tempat bekas dijilat
anjing adalah ta‟abbudi (ibadah).
Menurut Mazhab Hanafi, air liur anjing itu najis, sedangkan organ tubuh
lainnya suci. Sedangkan babi hukumnya najis menurut Jumhurul Fuqaha,
termasuk Mazhab Hanafi. Tidak seorang pun yang berbeda pendapat dalam
hal ini kecuali sebagian pengikut Maliki. Jumhur berdalil bahwa babi lebih
menjijikkan daripada anjing dan Allah berfirman, “… sesungguhnya ia najis
….”
Ini menurut jumhurul ulama, sedangkan menurut Maliki dan Hanafi maka
tidak perlu pembersihan karena menurut mereka fisik anjing itu tidak najis.
13
7. Adab Buang Hajat
Bagian dalam Praktik Thaharah atau Bersuci Nabi Muhammad SAW, adalah
mengetahui Adab Buang Hajat. Jika seorang muslim hendak buang hajat,
maka harus memperhatikan hal-hal berikut ini.
Tidak membawa apa pun yang ada nama Allah kecuali jika takut
hilang.
Membaca basmalah, istiazah ketika masuk, dan tidak berbicara ketika
ada di dalamnya.
Tidak menghadap kiblat atau membelakanginya. Hal ini harus menjadi
perhatian setiap muslim jika mem- bangun kamar mandi.
Jika sedang berada di perjalanan, maka tidak boleh melakukannya di
jalan atau di bawah teduhan, harus menjauhi liang hewan.
Tidak kencing berdiri kecuali jika aman dari percik- an (seperti
kencing di tempat kencing yang tinggi; urinoir).
Wajib membersihkan najis yang ada di organ pembuangan dengan air
atau dengan benda keras lainnya (asal bukan benda yang dihormati),
tidak dengan tangan kanan. Membersihkan tangan dengan air dan
sabun jika ada.
Mendahulukan kaki kiri ketika masuk dengan membaca doa masuk
WC
Keluar dengan kaki kanan sambil membaca doa keluar WC
14
Definisi Thaharah Wahai saudaraku muslim, sesungguhnya kesempurnaan
thaharah (bersuci) akan memudahkan untuk menunaikan ibadah dan
membantu untuk menyempurnakan dan melengkapi ibadah serta menegakkan
perkara-perkara yang disyariatkan padanya.Al-Imam Ahmad rahimahullah
meriwayatkan dari seseorang dari para shahabat Nabi shallallahu „alaihi wa
sallam, bahwa Nabi mengimami mereka shalat subuh, beliau membaca Surat
Ar-Rum padanya. Kemudian beliau tersamarkan. Ketika selesai shalat, beliau
bersabda:ان الة ھد فمه انوضو ٌحضىون ال معىا ٌ هون مىكم أقواما إن انقس ن عهٍىا ٌهبش إوه
”انوضو فهٍحضه ىا معSesungguhnya yang telah menyamarkan al-qur‟an atas
kami adalah orang-orang di antara kalian yang shalat bersama kami, tetapi
mereka tidak bagus wudhunya. Maka barangsiapa yang menghadiri shalat
bersama kami, maka perbaguslah wudhunya.”Sesungguhnya Allah telah
memuji jamaah Masjid Quba dengan firman-Nya:{و ٌتطھسوا أن ٌحبون ز ال فٍه
”}انمطھسٌه ٌحبDi sana ada orang-oran yang suka berthaharah (bersuci). Dan
Allah menyukai orang-orang senantiasa yang bersuci.” (QS. At-Taubah: 108)
Hikmah Bersuci
Bersuci dari najis adalah sebagai cermin membersihkan kotoran dari badan,
pakaian. tempat, makanan dan lain sebagainya dengan menggunakan alat
bersuci, seperti : air, yang bisa dipakai untuk bersuci. Dengan demikian, maka
segala sesuatunya bersifat bersih dan suci, sehingga bisa diambil hikmahnya
didalam kehidupan setiap hari. Adapun hikmah bersuci antara lain
15
BAB III
3.1 Kesimpulan
16
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Internet:
http://fey777.com/2020/03/31/praktik-thaharah-atau-bersuci-nabi-
muhammad-saw/
https://nia457.wordpress.com/2015/11/11/makalah-thaharah-bersuci/
Fadholi, Arif. Ketentuan Thaharah (bersuci). http://ariffadholi.blogspot.com.
Sumber: Kitab Al-Mulakhosh Al-Fiqhiy 1/27
17