Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

THAHARAH DAN SHALAT

Dosen Pengampu: Akhmad Syaifullah, M.Pd

TUGAS KELOMPOK 3

FITRIATUNNISA 2011030364

FITRIA ANGGRAINI 2011030367

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

2020/2021
Kata Pengantar

Segala puji bagi ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat taufik dan
hidayahnya

Segala puji bagi Allah, tuhan semesta alam yang telah memberikan taufiq,
hidayah serta inayah-Nya kepada kami sehingga kami dalam menyelesaikan tugas
makalah ini tanpa adanya hambatan yang di luar kemampuan.

Shalawat beserta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Agung kita
Muhammad SAW, yang telah membawa risalah dari Allah terutama nabi yang
telah membawa mu’jizat-Nya yang berupa Al-Qur’an, yang dengannya bisa kita
peroleh petunjuk dan segala macam ilmu.

Untuk yang selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada segenap rekan-
rekan kami, terutama kepada dosen kami yang telah memberi tugas dan
bimbingan kepada kami, sehingga dapat tersusun makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam makalah kami masih banyak terdapat kesalahan
yang itu memang kelemahan dari kami, untuk itu kami mohon untuk diberikan
kritik dan saran untuk kemajuan kami khususnya dan rekan-rekan umumnya.

Akhirnya kami berharap, makalah ini semoga dapat bermanfaat bagi kita
semua.Amiin.

Bandar Lampung, 13 Oktober 2020

Penyusun

………

Kelompok 3

II
Daftar Isi:

Halaman judul………………………………………………………….. i

Kata Pengantar…………………………………………………………. ii

Daftar isi……………………………………………………………..… iii

BAB I PENDAHULUAN

Latar belakang………………………………………………………….. 4

Rumusan masalah……………………………………………....…...…. 5

Tujuan penulisan……………………………………………………...... 5

BAB II PEMBAHASAN

Thaharah……....………………. ……………………………………. 6

Shalat………………….………………………...…………...……….. 15

PENUTUP

Kesimpulan……………………………………………………………. 24

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………... 25

III
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
1. Thaharah

Setiap sendi kehidupan yang dijalani manusia mempunyai muatan ibadah


di sisi Allah SWT. Di dalam terminologi fiqih. Ibadah di bedakan menjadi dua
macam yaitu ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah. Ibadah mahdhah adalah
ibadah yang mempunyai tata cara tertentu dan aturan-aturan yang tertentu
pula. Sedangkan ibadah ghairu mahdhah adalah ibadah yang tidak di tentukan
tata cara dan bersifat umum.

Pada pembahasan tentang ibadah khususnya shalat – thaharah menempati


posisi yang sangat penting dalam pelaksanaannya karena thaharah adalah
syarat mutlak sah dan tidaknya shalat yang dilaksanakan oleh seorang muslim.

Thaharah secara bahasa berarti nazhafah (kebersihan) atau bersih dari


kotoran baik yang bersifat nyata seperti najis maupun yang bersifat
maknawiyah seperti aib.

Adapun secara syar’I thaharah adalah menghilangkan hal-hal yang dapat


menghalangi kotoran berupa hadast atau najis dengan menggunakan air dan
sebagainya sedangkan untuk mengangkat najis harus dengan tanah.

2. Shalat

Shalat secara etimologi kata shalat berasal dari bahasa arab yang berarti
do’a. secara terminologi shalat adalah yang terdiri atas beberapa ucapan dan
perbuatan, yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam sesuai
dengan syarat dan rukun-rukun yang telah ditetapkan.

IV
B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam pembahasan


makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana penjelasan mengenai Thaharah?


2. Bagaimana penjelasan mengenai Shalat?

C. Tujuan Penulisan

Makalah yang berjudul “Thaharah dan Shalat” ini kami susun sebagai :

1. Sarana berbagi ilmu pengetahuan tentang islam khususmya mengenai ilmu


Thaharah, Shalat dan Kemuhammadiyaan secara lebih jelas dan rinci.
2. Sarana dakwah karena saling mengingatkan pentingnya mempelajari ilmu
Thaharah, Shalat dan Kemuhammadiyaan dalam menjalankan ibadah
kepada Allah SWT.
3. Menyiarkan bahwa mempelajari ilmu Thaharah dan Shalat wajib diketahui
dan diamalkan oleh seorang muslim.

V
BAB II
PEMBAHASAN

THAHARAH

A. Pengertian Thaharah

Thaharah menurut arti bahasa “suci dan lepas dari kotoran”, dan menurut
istilah syara’ ialah menghilangkan halangan yang berupa hadast atau najis. Kata
thaharah sama dengan “Nadlafah” artinya bersih atau suci, sedangkan jika dibaca
thuharah maka berarti “kelebihan dari air yang dipergunakan untuk bersuci”.
Dikalangan para ahli Fiqh, thaharah memiliki banyak pengertian yang antara lain
ialah suatu perkara yang menyebabkan seseorang diperbolehkan mengerjakan
shalat. Seperti wudlu, mandi tayamum, dan menghilangkan najis 1. Secara umum
thaharah adalah mengangkat kotoran dan najis yang dapat mencegah sahnya
shalat, baik najis atau kotoran yang menempel di badan, maupun yang ada pada
pakaian, atau tempat ibadah seorang muslim.

1.
B. Jenis-Jenis Thaharah
Taharah terbagi kepada 2 bagian:
1. Taharah daripada najis
Najis dari hukum syara' ialah segala benda yang kotor yang mencegah  
kita dari melakukan solat, tawaf, memberi khutbah Juma'at dan  sebagainya.
Akan tetapi, ini tidak bermakna semua benda yang kotor itu adalah  najis tetapi
najis adalah kotor.
2. Taharah daripada hadas
Hadas pula terbahagi 2, hadas kecil dan hadas besar.
Berhadas kecil dikatakan sebagai perkara-perkara yang membatalkan
wudu dan boleh dihilangkan dengan sekadar mengambil wudu.

1
Abu Amar, Imron. Fha-hul Qarib jilid I. Kudus. Menara Kudus.1983, hal.2

VI
Berhadas besar pula mencegah dari melakukan solat dsb dan ianya  mewajibkan
seseorang itu mandi wajib.2
C.

C. Macam-Macam Air dan Pembagiannya

1. Air yang Suci dan Menyucikan

Air yang demikian boleh diminum dan sah dipakai untuk menyucikan
(membersihkan) benda yang lain. Yaitu air yang jatuh dari langit atau terbit dari
bumi dan masih tetap (belum berubah) keadaannya, seperti air hujan, air laut, air
sumur, air es yang sudah hancur kembali, air embun, dan air yang keluar dari mata
air.

2. Air Suci, tetapi tidak Menyucikan

Zatnya suci, tetapi tidak sah dipakai untuk menyucikan sesuatu. Yang
termasuk dalam bagian ini ada tida macam air, yaitu :

a. Air yang sudah berubah salah satu sifatnya karena bercampur dengan
sesuatu benda yang suci, selain dari perubahan yang tersebut diatas, seperti
air kopi, teh dan sebagainya.
b. Air sedikit, kurang dari dua kulah, sudah terpakai untuk menghilangkan
hadas atau menghilangkan hukum najis, sedangkan air itu tidak berubah
sifatnya dan tidak pula bertambah timbangannya.
c. air pohon-pohonan atau air buah-buahan, seperti air yang keluar dari
tekukan pohon kayu ( air nira ), air kelapa, dan sebagainya.

1. Air yang Bernajis


Air yang termasuk dalam bagian ini ada dua macam, yaitu :
a. Sudah berubah salah satu sifatnya oleh najis. Air ini tidak boleh dipakai
lagi, baik airnya sedikit maupun banyak, sebab hukumnya seperti najis.
2
http://halaqah.net/v10/index.php?topic=2395.0 diunduh : Rabu, 3 oktober 2013

VII
b. Air bernajis, tetapi tidak berubah salah satu sifatnya. Air ini kalau sedikit,
berarti kurang dari dua kulah, tidak boleh dipakai lagi, bahkan hukumnya
sama seperti najis. Kalau air itu banyak, berarti dua kulah atau lebih,
hukumnya tetap suci dan menyucikan.
2. Air yang Makruh

Yaitu air yang terjemur oleh matahari dalam bejana selain bejana emas
atau perak. Air ini makruh dipakai untuk badan, tetapi tidak makruh untuk
pakaian. Kecuali air yang terjemur ditanah, seperti air sawah, air kolam, dan
tempat-tempat yang bukan bejana yang mungkin berkarat.3

D. Benda-Benda yang Termasuk Najis

Benda najis itu banyak diantaranya :

1. Anjing dan babi


2. Air kencing dan tahi
3. Air mazi; yaitu cecair nipis berwarna kekuningan yang keluar dari kemaluan
ketika naik syahwat.
4. Air madi; yaitu cecair kental berwarna putih yang keluar dari kemaluan selepas
kencing atau selepas keletihan.
5. Arak dan semua minuman yang memabukkan seperti tuak dan seumpamanya.
6. Bangkai/mayat; kecuali mayat manusia, bangkai hewan laut (ikan dan
sebagainya) dan belalang.
7. Darah; semua jenis darah adalah najis, kecuali hati dan limpa.
8. Nanah
9. Anggota yang terpisah dari hewan ketika masih hidupnya; kecuali bulu
binatang yang halal dimakan seperti bulu biri-biri, bulu ayam dan sebagainya.
10. Susu binatang yang tidak halal dimakan dagingnya.
11. Muntah.4
E. Macam-Macam Najis dan Cara Mensucikannya

3
Rasjid Sulaiman, Fiqh Islam, Sinar Baru Algensindo, Bandung: 2010, Hal 13-16.
4
http://halaqah.net/v10/index.php?topic=2395.0 diunduh : Rabu, 3 oktober 2013

VIII
1. Najis Mugallazah (berat), yaitu najis anjing. Benda yang terkena najis ini
hendaklah dibasuh tujuh kali, sau kali diantaranya hendaklah dibasuh dengan
air yang dicampur dengan tanah.
2. Najis Mutawassitah
Najis ini dibagi atas dua bagian, yaitu:
a. Najis Hukumiyah, yaitu yang kita yakini adanya, tetapi tidak nyata zat,
bau, rasa, dan warnanya, sepreti kencing yang sudah lama kering,
sehingga sifatnya telah hilang.
Cara mencuci najis ini cukup dengan mengalirkan air diatas benda yang
kena najis itu.
b. Najis ‘Ainiyah, yaitu najis yang masih ada zat, warna, rasa dan baunya,
kecuali warna atau bau yang sangat sukar untuk dihilangkan, sifat ini
dimaafkan.
Cara mencuci najis ini hendaklah dengan menghilangkan zat, rasa,
warna, dan baunya.5

F. Wudu

1. Pengertian

Menurut bahasa, Wudhu artinya Bersih dan Indah. sedangkan menurut


istilah (syariah islam) artinya menggunakan air pada anggota badan tertentu
dengan cara tertentu yang dimulai dengan niat guna menghilangkan hadast kecil.
Wudhu merupakan salah satu syarat sahnya sholat (orang yang akan sholat,
diwajibkan berwudhu lebih dulu, tanpa wudhu shalatnya tidak sah.6
Perintah wajib wudhu bersamaan dengan perintah wajib sholat lima waktu,
yaitu satu tahun setengah sebelum tahun hijriyah firman Allah pada QS. Al
Maidah ayat :

5
Rasjid Sulaiman, Fiqh Islam, Sinar Baru Algensindo, Bandung: 2010, Hal 21-22.
6
http://fajarnoverdi.blogspot.com/2013/03/pengertian-dan-definisi-wudhu.html

IX
Yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak
mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku,
dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan
jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau
kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu
tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih);
sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan
kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya
bagimu, supaya kamu bersyukur.

2. Syarat-syarat Wudu
a. Islam,
b. Mumayiz, karena wudu itu merupakan ibadat yang wajib diniati, sedengkan
orang yang tidak beragama Islam dan orang yang belum mumayiz tidak diberi
hak untuk berniat.
c. Tidak berhadas besar.
d. Dengan air yang suci dan menyucikan.
e. Tidak ada yang menghalang sampainya air ke kulit, seperti getah dan
sebagainya yang melekat diatas kulit anggota wudu.

3. Fardu (Rukun) Wudu

X
1. Niat

Disetiap ibadah, kita diharuskan memulai dengan niat, begitu pula wudhu,
wudhu juga harus dimulai dengan niat.

Dan sebagaimana lazim niat wudhu’ orang-orang islam diseluruh dunia, inilah
bacaan niat ketika hendak memulai wudhu’ :

‫نويت الوضوء لرفع الحدث األصغر هلل تعالى‬


2. Membasuh Wajah
Fardhu yang kedua adalah membasuh wajah, adapun wajah mempunyai
batasan, yaitu dari pangkal kening hingga ujung dagu, dan diantara 2 anak telinga.
Maka batasan itu harus terkena air saat kita membasuh wajah kita.
3. Membasuh Tangan Hingga Siku.
Fardhu yang ketiga adalah membasuh kedua tangan kita dimulai dari
ujung jari sampai ujung siku, atau sebaliknya tidak masalah, yang terpenting
adalah tidak ada sesuatu apapun yang menghalangi air masuk ke kulit.
4. Mengusap sebagian kepala.
Fardhu yang ke empat adalah mengusapkan air kekepala, diperbolehkan
hanya mengusap Rambut, asalkan rambut yang diusap tidak melebih dari bagian
kepala, seperti ujung rambut panjang pada wanita.
5. Membasuh kaki hingga mata kaki.
Anggota selanjutnya adalah kaki, diwajibkan mengalirkan air dari ujung
jari kaki sampai mata kaki atau sebaliknya.
6. Tertib
Dan yang terakhir adalah melakukan 5 fardhu-fardhu diatas dgn tertib,
tertib disini adalah melakukan fardhu dengan fadhu yang lain secara berurutan.7

4. Sunah Wudu
a. Membaca “bismillah” pada permulaan wudu.

7
http://syechanbaraqbah.wordpress.com/2012/02/17/wudhu-fardhu-dan-sunnah-wudhu/

XI
b. Membasuh kedua tangan hingga pergelangan.
c. Berkumur-kumur.
d. Memasukkan air kedalam hidung.
e. Membasahi seluruh kepala.
f. Membasuh telinga.
g. Menyela jari-jari tangan dan kaki.
h. Mendahulukan anggota kanan dari pada kiri.
i. Membasuh setiap anggota tiga kali.
j. Menggosok anggota wudu.

5. Hal-hal yang Membatalkan Wudu


a. Apa yang keluar dan salah satu dari kedua jalan yaitu dari qubul maupun dubur.
b. Hilang akal.
c. Bersentuhan kulit laki-laki dengan kulit perempuan.
d. Menyentuh kemaluan atau pintu dubur dengan telapak tangan.

G. Tayamum
1. Pengertian
Tayamum ialah mengusapkan tanah kemuka dan kedua tangan sampai siku
dengan beberapa syarat. Tayamum adalah pengganti wudu atau mandi, sebagai
rukhsah (keringanan) untuk orang yang tidak dapat memakai air karena beberapa
halangan (uzur), yaitu;
a. Uzur karean sakit. Kalau ia memakai air, bertambah sakitnya atau lambat
sembuhnya, menurut keterangan dokter atau dukun yang telah berpengalaman
tentang penyakit tersebut.
b. Karena dalam perjalanan.
c. Karena tidak ada air.

2. Syarat-syarat Tayamum
1. Sudah masuk waktu sholat. Jika seseorang akan melaksanakan sholat Zuhur,
misalnya, ia boleh melakukan tayamum jika waktu sholat Zuhur sudah tiba. Tidak

XII
seperti wudhu, tayamum harus dilakukan pada saat waktu sholat telah tiba. Dan
tayamum hanya untuk sekali pelaksanaan sholat. Jika orang bertayamum untuk
sholat Zuhur maka jika ia ingin melaksanakan sholat Ashar, ia harus melakukan
tayamum kembali.

2. Telah berusaha mencari air tapi tidak mendapatkannya. Upaya pencarian ini
hanya dilakukan jika penyebab tayamum adalah tidak adanya air.

3. Ada alasan jelas, misalnya dari tenaga medis, bahwa ia tidak boleh
menggunakan air. Ini disyaratkan kepada mereka yang bertayamum karena takut
untuk menggunakan air. Misalnya, penyakitnya akan bertambah parah jika
menggunakan air. Cerita seorang sahabat yang terluka lalu meninggal karena
memaksakan diri mandi menggunakan air adalah salah satu dasar hukumnya.
4. Menggunakan debu atau tanah yang suci.
5. Menghilangkan najis.

3. Fardu (rukun) Tayamum


a. Niat Tayamum.
b. Menyapu muka dengan debu atau tanah.
c. Menyapu kedua tangan dengan debu atau tanah hingga ke siku.
d. Menertibkan rukun-rukun.

4. Sunah Tayamum
a. Membaca basmalah
b. Menghadap ke arah kiblat
c. Membaca doa ketika selesai tayamum
d. Mendahulukan anggota kanan dari pada anggota kiri
e. Meniup debu yang ada di telapak tangan8

8
http://organisasi.org/pengertian-tayamum-cara-syarat-rukun-sebab-sunat-tayammum-wudhu-
dengan-debu-tanah

XIII
5. Yang Membetalkan Tayamum
a. Tiap-tiap hal yang membatalkan wudu juga membatalkan tayamum.
b. Ada air. Mendapatkan air sebelum shalat, batallah tayamum bagi orang yang
tayamum karena ketiadaan air, bukan karena sakit.

H. Mandi Wajib

1. Pengertian Mandi Wajib

Mandi besar, mandi junub atau mandi wajib adalah mandi dengan
menggunakan air suci dan bersih (air mutlak) yang mensucikan dengan
mengalirkan air tersebut ke seluruh tubuh mulai dari ujung rambut sampai ujung
kaki. Tujuan mandi wajib adalah untuk menghilangkan hadas besar yang harus
dihilangkan sebelum melakukan ibadah sholat.

2. Sebab/Alasan Seseorang Harus Mandi Wajib/Mandi Besar/Mandi Junub

a. Mengeluarkan air mani baik disengaja maupun tidak sengaja


b. Melakukan hubungan seks / hubungan intim / bersetubuh
c. Selesai haid / menstruasi
d. Melahirkan (wiladah) dan pasca melahirkan (nifas)
e. Meninggal dunia yang bukan mati syahid

Bagi mereka yang masuk dalam kategori di atas maka mereka berarti telah
mendapat hadas besar dengan najis yang harus dibersihkan. Jika tidak segera
disucikan dengan mandi wajib maka banyak ibadah orang tersebut yang tidak
akan diterima Allah SWT.

3. Tata Cara Mandi Wajib / Mandi Besar / Mandi Junub (Janabat)

Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan selama mandi karena
wajib untuk dilakukan :

XIV
1. Membaca niat : "Nawaitul ghusla lirof'il hadatsil akbari fardlol lillaahi ta'aalaa"
yang artinya "AKu niat mandi wajib untuk menghilangkan hadas besar fardlu
karena Allah".
2. Membilas/membasuh seluluh badan dengan air (air mutlak yang mensucikan)
dari ujung kaki ke ujung rambut secara merata.

3. Hilangkan najisnya bila ada.

4. Sunah/Sunnat Mandi Wajib / Mandi Junub / Mandi Besar

Berikut ini adalah hal-hal yang boleh-boleh saja dilakukan (tidak wajib
hukum islamnya) :

1. Sebelum mandi membaca basmalah.


2. Membersihkan najis terebih dahulu.
3. Membasuh badan sebanyak tiga kali
4. Melakukan wudhu/wudlu sebelum mendi wajib
5. Mandi menghadap kiblat
6. Mendahulukan badan sebelah kanan daripada yang sebelah kiri
7. Membaca do'a setelah wudhu/wudlu
8. Dilakukan sekaligus selesai saat itu juga (muamalah)9

SHALAT
A. Pengertian Shalat
Asal makna shalat menurut bahasa Arab ialah “doa”, tetapi yang dimaksud
disini ialah “ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang
dimulai dengan takbir, disudahi dengan salam, dan memenuhi beberapa syarat
yang ditentukan.10
Firman Allah Swt.
‫واقم الصالة ان الصالة تنهى عن الفحشاءوالمنكر‬

9
http://organisasi.org/pengertian-mandi-wajib-besar-junub-tata-cara-dan-hukum-dalam-islam
10
Rasjid Sulaiman, Fiqh Islam, Sinar Baru Algensindo, Bandung: 2010, Hal 53

XV
“Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-
perbuatan) keji dan munkar.” (Al-Ankabut: 45)

B. Syarat-syarat Wajib Shalat

1. Islam. Orang yang bukan Islam tidak diwajibkan shalat, berarti ia tidak
dituntut untuk mengerjakannya didunia hingga ia masuk Islam, karena
meskipun dikerjakannya, tetap tidak sah
2. Suci dari haid (kotoran) dan nifas
3. Berakal. Orang yang tidak berakal tidak diwajibkan untuk shalat.
4. Balig (dewasa)
5. Telah sampai dakwah (perintah Rasulullah Saw. kepadanya).

C. Syarat Sah Shalat


1. Mengetahui masuknya waktu shalat
2. Suci dari hadats kecil dan hadats besar
3. Suci badan, pakaian dan tempat dari najis
4. Menutup aurat
5. Menghadap kiblat
D. Rukun Shalat
1. Niat
2. Berdiri bagi orang yang kuasa
3. Takbiratul ihram
4. Membaca surat al fatihah
5. Rukuk serta tuma’ninah
6. Bangun dari rukuk (i’tidal) serta tuma’ninah
7. Sujud dua kali secara tuma’ninah
8. Duduk antara dua sujud dengan tuma'ninah
9. Duduk tasyahud akhir
10. Membaca tasyahud akhir
11. Membaca salawat nabi pada tasyahud akhir

XVI
12. Membaca salam
13. Tertib ( melakukan rukun secara berurutan)11

E. Sunah-Sunah Shalat
1. Mengangkat kedua tangan ketika takbirotil ihram, ruku’, dan i’tidal
2. Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri
3. Membaca doa iftitah sesudah takbiratul ihram (tawajjuh)
4. Membaca a’uzubillah sebelum membaca bismillah
5. Takmin (membaca amiin)
6. Membaca surat lain setelah membaca al fatihah
7. Takbir intiqal
8. Bertakbir ketika hendak rukuk dan sujud
9. Mengucapkan (‫)سمع هللا لمن حمده ربنا لك الحمد‬
10. Membaca tasbih tiga kali dalam ruku’ dan sujud
11. Meletakkan kedua tangan di atas kedua paha ketika duduk
12. Menggenggam jari-jari tangan kanan, kecuali jari telunjuk dalam
bertasyahud, dan mengembangkan jari-jari tangan kiri
13. Duduk iftirasy dalam semua duduk
14. Duduk tawarruk pada saat duduk terakhir
15. Melakukan salam kedua

F. Hal-hal yang Membatalkan Shalat


1. Berbicara dengan disengaja
2. Banyak bergerak
3. Hadats
4. Merubah niat
5. membelakangi kiblat
6. Makan, minum, tertawa, murtad

11
http://makalahmajannaii.blogspot.com/2012/10/makalah-shalat-dan-hukumnya.html
diunduh : hari rabu, 3 oktober 2013 jam 10.30

XVII
7. Meninggalkan salah satu rukun atau sengaja memutuskan rukun sebelum
sempurna, umpamanya melakukan i’tidal sebelum sempurna rukuk.

G. Waktu Shalat Fardu

1. Shalat Isya. Waktunya mulai dari terbenam syafaq merah (sehabis waktu
maghrib) sampai terbit fajar kedau.
2. Shalat Subuh. Waktunya dari mulai terbit fajar kedua sampai terbit matahari.
3. Shalat Dzuhur. Awal waktunya adalah setelah tergelincir matahari dari
pertengahan langit. Akhir waktunya apabila bayang-bayang sesuatu telah sama
dengan panjangnya, selain dari bayang-bayang yang ketika matahari menonggak
(tepat diatas ubun-ubun.).
4. Shalat Ashar. Waktunya mulai dari habisnya waktu Dzuhur, bayang-bayang
sesuatu lebih daripada panjangnya selain dari bayang-bayang yang ketika
matahari sedang menonggak, sampai terbenam matahari.
5. Shalat Maghrib. Waktunya dari terbenam matahari sampai terbenam syafaq
(teja) merah.

H. Waktu yang Dilarang Untuk Shalat

1. Sesudah shalat Subuh sampai terbit matahari.


2. Sesudah shalat Ashar sampai terbenam matahari.
3. Tatkala istiwa (tengah hari) selain hari jum’at.
4. Tatkala terbit matahari sampai matahari setinggi tombak.
5. Tatkala mataharu hampir terbenam sampai terbenamnya.

I. Macam-Macam Shalat
a. Shalat fardhu
Shalat fardlu meliputi shalat Subuh, Dzuhur, Ashar, Magh-rib, dan Isya.
b. Shalat Sunnah
1) Arti Shalat Sunnah

XVIII
Shalat-shalat sunah/nawafil ialah shalat-shalat sunnah yang diluar dari
pada shalat-shalat yang difardhukan. Shalat itu dikerjakan oleh Nabi
Muhammad untuk mendekatkan diri kepada Allah dan untuk
mengharapkan tambahan pahala.
2) Shalat Sunnah Rawatib.
Shalat sunnah rawatib ialah shalat sunnah yang dikerjakan sebelum dan
sesudah shalat fardhu. Seluruh dari shalat rawatib ini 22 raka'at.
 2 raka'at sebelum shalat Subuh (sesudah shalat shubuh tidak ada
sunnat ba'diyah); 2 raka'at sebelum shalat Zhuhur; 2 atau 4 raka'at
sesudah shalat zhuhur.
 2 raka'at 4 raka'at sebelum shalat `ashar, (sesudah shalat `ashar
tidak ada sunah ba'diyah).
 2 raka'at sesudah shalat mahgrib.
 2 raka'at sebelum shalat isya.
 2 raka'at sesudah shalat isya.
Shalat-shalat tersebut, yang dikerjakan sebelum shalat fardhu dinamakan
“Qabliyah” dan sesudahnya disebut "Ba’diyah".
3) Shalat Tahyatul Masjid
Shalat sunnah yang dikerjakan oleh jama'ah yang sedang masuk ke
masjid, baik pada hari Jum'at maupun lainya, diwaktu malam atau siang.
Sabda Rasulullah saw.
‫إذا جاء احدكم املسجد فليصل سجد تني من قبل ان جيلس‬

Artinya
"Jika salah seorang diantaramu masuk di masjid, maka hendaklah ia
shalat dua raka'at sebelum duduk ".
4) Shalat Sunnah Taubat
Shalat yang disunnahkan, shalat ini dilaksanakan setelah seseorang
melakukan dosa atau merasa berbuat dosa, lalu bertaubat kepada Allah swt.

Doanya :
"Saya memohon ampunan kepada Allah yang Maha Agung, saya

XIX
mengaku bahwa tiada tuhan yang hidup terus selalu jaga. Saya
memohon taubat kepadanya, selaku taubatnya seorang hamba yang
banyak dosa, yang tidak mempunyai daya upaya untuk bertaubat
madlarat atau manfa'at, untuk mati atau hidup maupun bangkit nanti.
5) Shalat Sunnah Awwabin
Sesudah sunnah ba'da maghrib (ba'diyyah), disunnahkan pula bagi
siapa saja yang mengerjakan sunnah dua sampai dengan enam raka'at, yang
dinamakan shalat sunnah awwabin.

6) Shalat Sunnah Tarawih


Shalat malam yang dikerjakan pada bulan ramadhan. Shalat ini
hukumnya sunnah muakkad, boleh dikerjakan sendiri-sendiri atau
berjama'ah. Shalat tarawih ini dilakukan sesudah shalat isya sampai
waktu fajar. Bilangan raka'atnya ada 8 raka'at sampai 20 raka'at.
7) Shalat Sunnah Witir.
Shalat witir hukumnya sunnah, yakni shalat sunnah yang sangat
diutamakan. Dalam hadits dinyatakan yang artinya:
"Dari Ali .r.a berkata : "Shalat witir itu bukan wajib sebagaimana
shalat lima waktu, tetapi Rasulullah saw. telah mencontohkannya dan
bersabda: "sesungguhnya Allah itu witir (Esa) dan suka kepada witir,
maka shalat witirlah wahai ahli Qur'an". (H.R. Abu Daud dan At-
Tirmidzi).
Waktunya sesudah shalat isya sampai terbit fajar, biasanya shalat witir itu
dirangkaikan dengan shalat tarawih. Bilangan raka'at nya 1, raka'at 3, 5, 7, 9,
dan 11.
8) Shalat Id atau Shalat Hari Raya
Shalat Hari Raya ada dua, yaitu hari Raya Fitrah dan hari Raya Adha.
Waktu shalat id dimulai dari terbit matahari sampai tergelincirnya.
Hukumnya sunnah muakkad bagi laki-laki dan perempuan mukim atau
musafir. Boleh dikerjakan sendirian dan sebaiknya dilakukan berjama'ah.
9) Shalat Istiqarah

XX
Shalat istiqarah ialah shalat sunnah dua raka'at untuk memohon
kepada Allah ketentuan pilihan yang lebih baik diantara dua hal atau
lebih yang belum dapat ditentukan baik buruknya. Shalat istiqarah lebih
utama dikerjakan seperti shalat tahajud yakni dimalam hari. Hukumnya
sunnah muakkad bagi yang sedang menghajatkan petunjuk itu.

Sabda Nabi Muhammad saw yang artinya : "Tidak akan kecewa bagi
orang yang melaksanakan shalat istiqarah, dan tidak akan menyesal
bagi orang yang suka bermusyawarah dan tidak akan kekurangan
bagi orang yang suka berhemat". (H.R.Thabrani).
10) Shalat Hajat.
Shalat Hajat adalah shalat sunnat yang dilakukan seorang muslim ia memiliki
hajat tertentu dan ia ingin hajat tersebut dikabulkan oleh AllahSWT.

Shalat hajat dilakukan minimal 2 raka'at dan maksimal 12 raka'at dengan


salam setiap 2 rakaat. Shalat ini dapat dilakukan kapan saja asalkan tidak
pada waktu-waktu yang dilarang untuk melakukan shalat.

11) Shalat Tasbih.


Shalat sunnah tasbih ialah shalat yang sebagaimana diajarkan oleh
Rasulullah saw. Kepada pamannya Sayidina Abbas Ibnu Muthalib.
Shalat tasbih ini dianjurkan mengamalkan, kalau dapat tiap-tiap malam
kalau tidak dapat tiap malam maka sekali seminggu, kalau, juga tak
sanggup sekali seminggu, dapat juga dilakukan sebulan sekali atau
setahun sekali dan kalau tak dapat setahun, setidak-tidaknya sekali
seumur hidup.
12) Shalat Tahajjud
Shalat Tahjjud ialah shalat sunnah yang dikerjakan pada waktu malam,
sedikitnya dua raka'at dan sebanyak-banyaknya tidak terbatas. Waktunya
sesudah shalat isya sampai terbit fajar. Shalat dapat disebut tahajjud,
dengan syarat apabila dilakukan sesudah bangun dari tidur malam,
sekalipun tidur itu hanya sebentar. Hadits Rasulullah saw.

XXI
Hadist Rasulullah saw :
"Perintah Allah turun ke langit dunia diwaktu hingga sepertiga yang
akhir dari waktu malam, lalu berseru: adakah orang-orang yang
memohon (berdo'a, pasti akan Ku kabulkan, adakah orang yang meminta,
pasti akan Ku beri dan adakah yang menharap/memohon ampunan, pasti akan
Ku ampuni baginya. Sampai tiba waktu subuh.
13) Shalat Dhuha
Shalat sunnah yang dikerjakan pada waktu matahari sedang naik,
hukumnya sunnah. Permulaan shalat Dhuha ini kira-kira matahari
sedang naik setinggi kurang lebih 7 hasta dan berakhir diwaktu matahari
lingsir. Sekurang-kurangnya shalat ini dua raka'at, sebanyak-banyaknya 8
raka'at.
Dari Zaid bin Arqam r.a. berkata :
‘Abu Hurairah na berkata : " Kekasihku Rasulullah saw berpesan pada
saya supaya berpuasa tiga hari tiap-tiap bulan dan shalat dhuha dua raka'at,
dan shalat witir sebelum tidur". (H.R. Bukhari dan Muslim).

J. Hikmah Shalat
a. Meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah.
b. Memberikan ketenangan dalam diri (lahir dan bathin).
c. Mendapatkan kecintaan kepada Allah.
d. Mencegah perbuatan keji dan mungkar.
e. Mendapatkan ridha Allah Swt.

K. Hukum Meninggalkan Shalat

Bila yang meninggalkan shalat tersebut tidak meyakini kewajiban shalat


maka ulama sepakat bahwa orang tersebut kafir menurut nash/dalil yang ada dan
ijma’. Namun bila meninggalkannya karena malas maka ada perbedaan pendapat
dalam hal ini.

XXII
Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu berkata, “Orang yang meninggalkan
shalat karena mengingkari kewajibannya maka orang itu kafir menurut
kesepakatan kaum muslimin. Ia keluar dari Islam, kecuali jika orang itu baru
masuk Islam dan tidak berkumpul dengan kaum muslimin sesaatpun yang
memungkinkan sampainya berita tentang wajibnya shalat padanya dalam masa
tersebut. Bila ia meninggalkan shalat karena malas-malasan sementara ia
meyakini akan kewajibannya sebagaimana keadaan kebanyakan manusia, mereka
tidak mengerjakan shalat karena malas padahal tahu hukum shalat tersebut maka
ulama berbeda pendapat dalam masalah ini.”

Wallahu a’lam bish-shawab.

XXIII
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

2. Dikalangan para ahli Fiqh, thaharah memiliki banyak pengertian yang


antara lain ialah suatu perkara yang menyebabkan seseorang diperbolehkan
mengerjakan shalat. Seperti wudlu, mandi tayamum, dan menghilangkan najis.
Secara umum thaharah adalah mengangkat kotoran dan najis yang dapat
mencegah sahnya shalat, baik najis atau kotoran yang menempel di badan,
maupun yang ada pada pakaian, atau tempat ibadah seorang muslim.

Seorang muslim diwajibkan bersuci setiap akan melaksanakan shalat. Pada


waktu membasuh daerah-daerah yang sempit harus diratakan, contohnya: sela-sela
jari kaki, jari tangan, dan lain-lain. Wudlu memiliki kedudukan yang penting
dalam agama kita. Tidak sahnya wudlu seseorang dapat menyebabkan sholat yang
dikerjakan menjadi tidak sah, sedangkan sholat adalah salah satu rukun Islam
yang tidak dapat ditawar-tawar lagi.
Jika ada alasan yang masuk akal, maka kewajiban berwudlu tersebut dapat
digantikan dengan cara bertayamum, bukan dengan menghilangkannya sama
sekali. Tidak sah sholat sesorang tanpa ia berwudlu atau bertayamum terlebih
dahulu, jika ia berada dalam keadaan berhadats kecil. Wudlu akan membersihkan
seseorang dari hadats kecil. Sedangkan bagi yang sedang berhadast besar,
diwajibkan untuk melakukan mandi junub. Wudlu merupakan salah satu ritual
pensucian diri yang di dalamnya sarat akan keutamaan-keutamaan bagi yang
melakukannya. Oleh karena itu wudlu merupakan suatu kewajiban bagi setiap
muslim sebelum melaksanakan shalat.
Sedangkan Shalat merupakan kewajiban hamba Allah Swt yang beriman.
Bentuknya adalah serangkaian gerakan dan do’a dengan menghadapkan wajahnya
kepada Yang Maha Pencipta. Shalat merupakan ibadah yang pertama kali
diperhitungkan dan pertama kali dihisab di hari akhir. Di dalam ibadah shalat ada
dua macam bentuk, yaitu: shalat wajib dan shalat sunat.

XXIV
DAFTAR PUSTAKA

 Rasjid Sulaiman, Fiqh Islam, Sinar Baru Algensindo, Bandung: 2010, Hal
21-22.
 Abu Amar, Imron. Fha-hul Qarib jilid I. Kudus. Menara Kudus.1983, hal.2

 http://halaqah.net/v10/index.php?topic=2395.0 Diunduh : Rabu, 3 Oktober


2013

 http://fajarnoverdi.blogspot.com/2013/03/pengertian-dan-definisi-wudhu.html
Diunduh : 05 Oktober 2013

 http://syechanbaraqbah.wordpress.com/2012/02/17/wudhu-fardhu-dan-
sunnah-wudhu/ Diunduh : 05 Oktober 2013

 http://organisasi.org/pengertian-tayamum-cara-syarat-rukun-sebab-sunat-
tayammum-wudhu-dengan-debu-tanah. Diunduh : 05 Oktober 2013

 http://makalahmajannaii.blogspot.com/2012/10/makalah-shalat-dan-
hukumnya.html Diunduh : 3 oktober 2013

 http://hadirukiyah2.blogspot.com/2009/12/ibadah-sholat.html. Diunduh : 06
Oktober 2013

XXV

Anda mungkin juga menyukai