Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah Swt. Yang telah
memberikan  nikmat  kepada saya. Sehingga kami mampu menyelesaikan
Makalah fiqh ibadah   sesuai dengan waktu yang sudah ditetapkan. Makalah
berjudul Thaharah ini kami buat dalam  rangka memenuhi tugas salah satu FIQIH
IBADAH .
Penyusunan makalah ini tidak berniat untuk mengubah materi yang sudah
ada. Namun, hanya lebih untuk membuat makalah yang mudah dimengerti dan
menggabungkan pemikiran dari berbagai referensi.
Pembuatan makalah ini menggunakan metode study pustaka, yaitu
mengumpulkan dan mengkaji materi fiqh ibadah dari berbagai referensi. Saya 
gunakan metode pengumpulan data ini, agar makalah yang saya susun dapat
memberikan informasi yang mudah di pahami.
Saya sebagai penyusun pastinya tidak pernah lepas dari kesalahan. Begitu
pula dalam penyusunan makalah ini, yang mempunyai banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kami mohon maaf atas segala kekurangannya.
Kami ucapkan terima kasih kepada Muslindah Sari,S.Sy.,M.PD sebagai pengajar
mata kuliah fiqh ibadah yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah
ini. Sehingga selesai tepat pada waktunya.

Watampone,7 0ktober 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I
Pendahuluan 1
A. Latar belakang masalah 1
B. Rumusan masalah 1
BAB II
Pembahasan 2
A. Pengertian thaharah dan dasar hokum thaharah dalam islam 2
B. Macam-macam air dan Pembagian air 3
C. Pembagian thahara dan bentuk-bentuk thaharah 4
D. Pengertian Najis dan macam-macam najis 5
E. Macam-macam thaharah 7
BAB III
Penutup 10
A. Kesimpulan10
B. Saran 10
DAFTAR PUSTAKA 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Dalam berbagai macam buku maupun pendidikan tentang fiqih ibadah
selalu saja bab thaharah berada pada bab yang paling awal atau paling utama. Hal
itu terjadi dikarenakan thaharah adalah bagian yang pling penting dipelajari.
Melaksanakan shalat tanpa thaharah maka tentu saja shalat yang dikerjakan tidak
sah. Dalamartian jika ada seseorang yang mengerjakan shalat tanpa bersuci
terlebih dahulu maka shalat yang ia kerjakan itu sia-sia. Karena pada dasarnya
islam memang mewajibkan setiap orang yang ingin yang melaksanakn shalat itu
harus suci.
Mungkin masih banyak dikalangan orang awam yang tidakn tahu persis
tentang pentingnya thaharah. Namun tidak bias dipungkiri juga bahsanya juga ada
orang yang tahu akan thaharah namun mengabaikannya. Maka dari pada itu kami
akan mencoba sedikit menjelaskan apa yang kami ketahui tentang thaharah dari
berbagai sumber. Mudah-mudahan saja melalui makalah ini umat islam sadar akan
pentingnya thaharah dan tidak mengabaikannya pentingnya tharah kembali

B.Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Thaharah dan Dasar Hukum thaharah dalam islam?
2. ada berapa macam-macam Air dan pembagian air?jelaskan!
3. bagaimana pembagian thaharah dan bentuk tharaha?
4. Apa pengertian dan macam-macam najis?
5. Ada berapa macam-macam thaharah?jelaskan!

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian thaharah dan dasar hokum thaharah dalam islam
Secara bahasa thaharah berasal dari bahas arab yang berarti bersuci,
thaharah artinya membersihkan kotoran, baik kotoran yang berwujud maupun
kotoran yang tidak berwujud.
Secara istilah, Thaharah artinya menghilangkan hadats, najis,dan kotoran
dengan air atau tanah yang bersih, jadi thaharah adalah menghilangkan kotoran-
kotoran yang masih melekat dibadan yang membuat tidak sahnya shalat dan
ibadah lainnya
Dalam Al-Qur'an maupun Hadits banyak sekali penjelasan-penjelasan
maupun perintah-perintah, agar umat islam senantiasa bersih dan suci. adapun
dalil yang menjelaskan tentang disyariatkannya Thaharah dalam Islam adalah
sebagai berikut:

"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan
(basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka
mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat
buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air,
maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan
tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia
hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya
kamu bersyukur." (Al-Maidah :6 )
Ayat diatat dipandang sebagai dalil yang paling mewakili untuk membahas
seputar thaharah. Hal ini disebabkan, karena kandungan ayat ini memuat tiga
persoalan yang termasuk masalah tharah yaitu, Wudlu, Mandi Janabah dan
Tayamum.

2
B. Macam-macam air dan Pembagian air
1.Macam-macam air
Air yang dapat dipakaibersuci ialah air yang bersih (suci dan dapat
menyucikan) yaitu air yang turun dari langit atau keluar dari bumi yang belum
dipakai untuk bersuci, air yang suci dan menyucikan ialah:
 Air hujan
 Air sumur
 Air laut
 Air sungai
 Air salju
 Air telaga
 Air embun
2. Pembagian air
a) Air suci yang menyucikan
Yaitu air mutlak yang artinya air yang masih murni, dapat digunakan untuk
bersuci dengan tidak makruh, (air mutlak air yang sewajarnya). Air yang demikian
boleh diminum dan sah apabila dipakai untuk menyucikan (membersihkan) benda
yang lain. yaitu : air yang jatuh dari langit atau air yang berasal dari bumi yang
masih tetap (belum berubah)keadaanya, seperti air hujan, air laut, air sumur, air es
(salju), air embun, dan air yang keluar dari mata air.
b) Air suci dan dapat menyucikan,tapi makruh digunakan
merupakan air musyammas (air yang dipanaskan dengan matahari) di tempat
logam yang bukan emas. air ini makruh dipakai untuk badan, tetapi tidak makruh
untuk mensucikan pakaian. Kecuali air itu terjemmur di tanah, seperti air sawah,
air dikolamdan tempat-tempat yang bukanbejana yang mungkin berkarat.
Sabda Rasulullah Saw :
"Dari Aisyah. Sesungguhnya ia telah memanaskan air pada cahaya matahari,
maka Rasulullah Saw berkata kepadanya, janganlah engkau berbuat emikian, ya
Aisyah. Sesungguhnya air yang dijemur itu dapat menimbulkan penyakit sopak
(HR Baihaqi)

3
c) Air suci tetapi tidak dapat menyucikan
Air yang telah berubah salah satu dari sifatnya karena     bercampur
dengan sesuatu benda yang  suci, selain yang     perubahan tersebut di
atas sperti kopi, teh dan sebagainya.
Air sedikit , kurang dari dua kulah. Ini sudah terpakai untuk    
menghilangkan hadats atau menghilangkan hukum najis, sedang  air
ini tidak berubah sifatnya dan tidak pula bertambah.
keterangan :
air dua kulah: kalau tempatnya persegi panjang, panjangnya 1 1/4
hasta, lebar 1 1/4 hasta dan dalamnya 1 1/4 hasta. Dan kalau
lingkaran, garis tengahnya 1 hasta dan dalamnya 2 1/4 hasta,
kelilinya 3 1/7 hasta.
Air pepohonan atau air buah buahan, seperti air buah kelapa,  air yang
berasal dari tumbuhan
d) Air muttanajis
Yaitu air yang terkena najis(kemasukan najis), sedang jumlahnya kurang dari
2 kulah makah air yang semacam ini tidak sucu dan tidak dapat menyucikan. Jika
lebih dari 2 kulah dan tidak berubah sifatnya,maka sah untuk bersuci .   Sudah
berubah salah satu sifatnya oleh najis. Air ini tidak boleh dipakai lagi, baik air itu
sedikit ataupun banyak.

C. Pembagian thahara dan bentuk-bentuk thaharah


1.Pembagian thaharah
a. Thaharah Batin
Bersuci yang bersifat batiniah yaitu menyucikan (membersihkan) jiwa dari
segala kotoran batin yang meliputi segala perbuatan dosa dan maksiat seperti
‘ujub, sombong, angkuh, ria, takabbur, dendam, iri, dan lain sebagainya. Cara
menyucikan (membersihkan) batiniah tersebut adalah dengan bertaubat kepada
Allah SWT dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi, dan memperbanyak
berzikir, membaca Al-Qur’an, dan shalat malam (tahajjud).

4
b. Thaharah lahir
Bersuci yang bersifat lahiriah yaitu menyucikan sesuatu yang lahir (dapat dlihat
oleh mata) seperti menyucikan badan, pakaian, atau tempat dari segala kotoran
dan najis, dan bersuci dari hadas besar maupun hadas kecil.
2. Bentuk-bentuk thaharah
Thaharah dengan Air,Thaharah dengan air merupakan bentuk thaharah
yang asli. Air yang turun dari langit atau keluar dari perut bumi, selama
masih murni termasuk air yang suci. Kondisinya suci dan bisa untuk
membersihkan hadats maupun kotoran, meskipun telah berubah rasa,
warna, atau baunya, asalkan zat yang mengubahnya suci pula.
Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Sesung-guhnya air adalah suci; tidak ternajiskan oleh apa pun.” [Hadits
Shahih diriwayatkan oleh Abu Dawud, At_Tirmidzi, dan An_Nasa’I yang
dinilai shahih oleh Ahmad. Lihat Syaikh Al_Albani, Shahih Sunan Abi
Dawud (I/16)]
Oleh karena itu, air hujan, air dari mata air, air sumur, air sungai, air salju,
air es yang meleleh, dan air laut adalah suci.
Thaharah dengan debu, Debu merupakan pengganti air. Bila seseorang
terhalang menggunakan air karena sebagian anggota tubuhnya luka atau
khawatir bila menggunakan air akan menimbulkan bahaya pada dirinya,
maka debu yang bersih bisa di-gunakan.

D. Pengertian Najis dan macam-macam najis


Najis Secara bahasa najis berasal dari kata qof, dzal, ro yang biasa disebut
alqodzaroh ( ُ‫دَا َرة‬Qَ‫ ) الق‬yang bermakna kotoran.Najis Sedangkan menurut istilah
bermakna, setiap zat yang dianggap kotor dan dijauhi oleh orang-orang yang
memiliki tabiat dan perilaku yang baik.
Macam-macam najis:
1. Mukhofafah ( ٌ‫) ُم َخفَّفَة‬
Najis mukhofafah adalah najis yang ringan, yang mana cara mensucikan
najis ini adalah hanya dengan memercikan air ke daerah yang terkena

5
najis.Contoh dari najis ini adalah : Air kencing bayi laki-laki yang belum berumur
2 tahun dan belum memakan makanan lain selain air susu ibu.Kemudian contoh
berikutnya adalah madzi, yaitu air yang keluar dari kemaluan akibat terangsang
oleh sesuatu, namun keluar tidak dengan cara memuncrat dan tidak menyebabkan
lemas setelah mengeluarkannya.Untuk membersihkan kedua najis diatas cukup
dengan memercikan air ke daerah yang terkenanya.
2. Mutawasithah ( ٌ‫سطَة‬
ِ ‫) ُمتَ َو‬
Najis mutawasithah adalah najis yang sedang, yang mana cara mensucikan
najis ini adalah dengan membasuh atau mencuci bagian yang terkena najis sampai
hilang rasa, bau, dan warnanya.Contoh dari najis ini adalah : Kotoran manusia,
bangkai ( kecuali bangkai hewan laut dan belalang ), kotoran hewan yang haram
untuk dimakan, dan masih banyak lagi.
Maka jika kita ingin membersihkan sesuatu dari najis ini, kita harus mencuci dan
membasuhnya sampai warna, bau, dan rasanya telah hilang.
3. Mughollazhoh ( ٌ‫) ُم َغلَّظَة‬
Najis mughollazhoh adalah najis yang berat, yang mana cara
mensucikannya memiliki tata cara tersendiri yang dijelaskan oleh syariat..Contoh
najis ini adalah : Air liur anjing.Adapun cara mensucikannya adalah dengan cara
mencuci 7 kali benda yang terkena najis ini, yang mana satu diantaranya dicampur
antara air dengan tanah.
Benda-benda yang termasuk najis adalah sebagai berikut:
 Kencing dan tahi manusia, kencing anak laki-laki cukup dipercik saja
dengan air hingga bersih sedangkan anak kecil perempuan dicuci hingga
bersih
 Darah haid, cara membersihkannya yaitu dengan cara dibahasi dengan air
dan dicuci
 Jilatan anjing dalam wadah,cara membersihkannya yaitu dengan
mencucinya tujuh kali dan pada pencucian pertama menggunakan tanah
 Wadi adalah air putih yang keluar dari kemaluan seseorang setelah
kencing. Cara membersihkan wadi adalah dengan mencuci kemaluan,

6
kemudian berwudhu. Apabila wadi terkena badan, maka cara
membersihkannya dengan dicuci.
 Madzi adalah air putih lengket yang keluar dari kemaluan seseorang yang
membayangkan-bayangkan jima’ atau ketika suami isteri bercumbu rayu.
 Cara membersihkannya yaitu dengan apapila keluar madzi maka cucilah
kemaluan dengan bersih dan berwudhu,apabila badan kita terkena
madzi,maka cucilah dan apabila pakaian atau celana kita terkena madzi,
maka percikanlah air pada bagian yang terken.
 Mani merupakam cairan yang keluar memancar dari kemaluan yang
biasanya dibarengi rasa nikmat. Orang yang mengeluarkan air mani
diwajibkan wandi wajib

E. Macam-macam thaharah
1. Wudhu
Wudhu menurut bahasa artinya bersih dan indah, sedang menurut syara’
artinya membersihkan anggota wudhu untuk menghilangkan hadats kecil. Orang
yang hendak melaksanakan shalat, wajib terlebih dahulu berwudhu karena wudhu
merupakan syarat sahnya shalat. Dan wudhu juga menjadi salah satu cara untuk
berthaharah
Fardu wudhu:
 Niat
 Membasuh wajah seluruh muka
 Membasuh kedua tangan sampai siku-siku
 Mengusap sebagian rambut atau kulit kepala
 Membasuh kedua kaki hingga mata kaki
 Tertib(berurutan),artinya mendahulukan rukun yang harus didahulukan
dan mengakhirkan rukun yang harus diakhirkan
Hal-hal yang mewajibkan wudhu:
 Ketika hendak shalat
 Ketika ingin thawaf mengelilingi ka’bah

7
 Memegang mushaf Al-Quran
Hal-hal yang disunahkan untuk berwudhu:
 Ketika hendak berdzikir dan berdoa kepada Allah.SWT
 Ketika hendak tidur
 Setiap kali berhadats
 Sehabis membawa jenazah
 Sehabis muntah
 Ketika ingin mengulang persetubuhan

2. Mandi
Shalat sebagaimana kita ketahui, sahnya juga suci dari hadats besa. Cara
menghilangkan hadats besar yaitu dengan cara mandi wajib, yaitu membaasuh
seluruh tubuh mulai daro puncak kepala hingga ujung kaki.
Hal-hal yang mewajibkan mandi:
 Bertemunya dua khitan(bersetubuh) baik keluar sperma (mani) ataupun
tidak, baik dengan sadar ataupu tidak
 Keluar mani(sperma) baik keluarnya karena mimpi atau sebab lain, baik
disengaja maupun tidak. Dengan perbuatan sendiri atau tidak
 Mati, dan matinya itu bukan mati syahid atau bayi yang mati karena
keguguran atau tubuhnya belum terbentuk
 Selesai nifas
 Wiladah (setelah melahirkan)
Fardhu mandi:
 Niat
 Menyiram seluruh badan dengan air, yakni meratakanair keseluruh tubuh
 Menghilangkan najis
3. Tayamum
Tayamum ialah mengussap muka dan dua belah tangan dengan debu yang
suci.pada suatu ketika tayamum itu bias menggantikan wudhu dan dgn syara’-

8
syara’ tertentu. Dan dilakukan karena tidak mendapat air dan berhalangan
menggunakan air.
Jadi, muslim yang berhalangan menggunakan air atau tidak mendapatkan air
hendaknya bertayammun kapan pun dia perlu.
Yang diblehkan tayamum:
 Bila tidak mendapatkan air
 Mendapatkan air tetapi tidak cukup untuk berwudhu dan mandi
 Mendapatkan air, tetapi air itu terlalu dingin, sehinga akan membahayakn
dirinya bila ia gunakan berwudhu atau mandi, sementara ia tidak mampu
memanaskannya.
 Seseorang yang memiliki luka yang akan semakin parah atau lama
sembuhnya apabila terkena air

9
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Secara bahasa thaharah berasal dari bahas arab yang berarti bersuci.Secara
istilah, Thaharah artinya menghilangkan hadats, najis,dan kotoran dengan air atau
tanah yang bersih, jadi thaharah adalah menghilangkan kotoran-kotoran yang
masih melekat dibadan yang membuat tidak sahnya shalat dan ibadah lainnya
Kebersihan yang sempurna menurut syara’ disebut thaharah, merupakan masalah
yang sangat penting dalam beragama dan menjadi pangkal dalam beribadah yang
menghantarkan manusia berhubungan dengan Allah SWT. Tidak ada cara bersuci
yang lebih baik dari pada cara yang dilakukan oleh syarit Islam, karena syariat
Islam menganjurkan manusia mandi dan berwudlu. Walaupun manusia masih
dalam keadaan bersih, tapi ketika hendak melaksanakan sholat dan ibadah-ibadah
lainnya yang mengharuskan berwudlu, begitu juga dia harus pula membuang
kotoran pada diri dan tempat ibadahnya dan mensucikannya karena kotoran itu
sangat menjijikkan bagi manusia
B. Saran
Semoga para pembaca juga sadar akan pentingnya thaharah. Sehingga jika
umat islam sudah sadar akan pentingnya thaharah sudah barang tentu mereka
semua akan hidup sehat. Serta tidak asal-asalan dalam thaharah. Karena jika
penulis lihat di zaman ini masih banyak orang yang berwudu’ namun masih belum
benar cara mereka mengerjakannya. Masih ada yang berwudu’ seperti capung
mandi. Dalam artian dalam berwudu’ mereka asal bagian anggota wudu’nya
terkena air saja tanpa memperhatikan apakah wudu’nya sudah sah atau belum
menurut kaca mata islam.

10
DAFTAR PUSTAKA
Al Qahthani Sa’id ’Ali bin Wahf( 2004). Thaharah Nabi “Tununan bersuci lengkap”.
Jogjakarta:Maktabah Al Malik Fahd Al Watbaniyyah-Riyadh
Pur Muhammad ridhamusyafiqi (2013). Dasar Fikih Ibadah “Ringkasan Fatwa Imam Ali
Khamene’i”. Jakarta:Nur Al-Huda
Syarbashi Ahmad asy(2002). Yas alunaka”Tanya jawab lengkap tentang agama dan
kehidupan”. Jakarta:Lentera
Rifa’I Moh(1976). Tuntunan Shalat lengkap. Semarang:PT.Karya toha putra
http://santosiregar18.blogspot.co.id/2011/11/makalah-fiqh-ibadah.html

11

Anda mungkin juga menyukai