Oleh:
Julia Adriana (121)
KELAS C
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
2021
i
KATA PENGANTAR
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Fiqih. Selain itu, makalah
ini bertujuan menambah wawasan tentang Fiqih Ibadah bagi para pembaca dan
juga bagi kami.
Kami mengucapkan terima kasih kepada selaku dosen Mata Kuliah Fiqih.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
diselesaikannya makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
2.1 Thaharah…...………...........……………………………………… 3
2.2 Solat………...........……………………………………………….. 5
2.3 Puasa..........……………………………..………………………… 7
3.1 Kesimpulan………………………………………………………... 9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fiqih merupakan ilmu yang bersifat ilmiyah dan logis. Sebagai umat Islam
mempelajari fiqih sangatlah penting. Karena fiqih merupakan bidang ilmu dalam
syariat Islam yang membahas khusus tentang hukum yang mengatur berbagai
aspek kehidupan, baik kehidupan pribadi, bermasyarakat maupun persoalan
manusia kepada Allah.
Pada makalah ini kami akan membahas tentang Fiqih Ibadah dan. Jadi,
beribadah kepada Allah sudah diatur di dalam Ilmu Fiqih. Sangat penting
mempelajari Fiqih Ibadah, agar kita mengetahui hukum-hukum dan juga tata cara
saat melaksanakan ibadah. Karena Ibadah merupakan pilar penting dalam
kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat.
1
1.2 Rumusan Masalah
1.Apa itu Tharah
2.Apa itu Solat
3.Apa itu puasa
2
A.THAHARAH
PENGERTIAN THAHARAH
Thaharah menurut bahasa berarti bersuci. Menurut syara’ atau istilah adalah
membersihkan diri, pakaian, tempat, dan benda-benda lain dari najis dan hadas menurut
cara-cara yang ditentukan oleh syariat islam.
Thaharah atau bersuci adalah syarat wajib yang harus dilakukan dalam beberapa macam
ibadah. Seperti dalam QS Al-maidah ayat : 6
[5:6] Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh)
kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika
kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau
menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan
tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak
hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan
nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.
Thaharah atau bersuci menurut pembagiannya dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu
:
A. Bersuci lahiriah
Beberapa contoh yang bersifat lahiriah adalah membersihkan diri, tempat tinggal dan
lingkungan dari segala bentuk kotoran, hadas dan najis. Membersihkan diri dari najis
adalah membersihkan badan, pakaian atau tempat yang didiami dari kotoran sampai
hilang rasa, bau dan warnanya. QS Al-Muddassir ayat : 4
8
B. Bersuci batiniah
Bersuci batiniah adalah membersihkan jiwa dari kotoran batin berupa dosa dan perbuatan
maksiat seperti iri, dengki, takabur dll. Cara membersihkannya dengan taubatan nashoha
yaitu memohon ampun dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi.
Allah selalu memudahkan hambanya dalam melakukan sesuatu. Untuk bersuci misalnya,
kita tidak hanya bisa menggunakan air, tetapi kita juga bisa menggunakan tanah, batu,
kayu dan benda-benda padat lain yang suci untuk menggantikan air jika tidak ditemukan.
Dalam bersuci menggunakan air, kita juga harus memperhatikan air yang boleh dan tidak
boleh digunakan untuk bersuci.
Macam-macam air
· Air mutlak yaitu air yang suci dan mensucikan, yaitu air :
1. Air hujan
2. Air sumur
3. Air laut
4. Air sungai
8
6. Air salju
7. Air embun
QS Al- Anfal ayat : 11[8:11] (Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk
sebagai suatu penenteraman daripada-Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari
langit untuk mensucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu
gangguan-gangguan setan dan untuk menguatkan hatimu dan memperteguh denganya
telapak kaki(mu).
· Air yang suci tetapi tidak dapat mensucikan, yaitu air yang halal untuk diminum tapi
tidak dapat digunakan untuk bersuci seperti air teh, kopi, sirup, air kelapa dll.
· Air musyammas yaitu air yang terjemur oleh matahari dalam bejana selain emas dan
perak. Air ini makruh digunakan untuk bersuci
· Air mustakmal yaitu air yang telah digunakan untuk bersuci. Air ini tidak boleh
digunakan untuk bersuci walaupun tidak berubah rasa, bau maupun warnanya
· Air mutanajis yaitu air yang sudah terkena najis. Baik yang sudah berubah rasa, warna
dan baunya maupun yang tidak berubah dalam jumlah yang sedikit yaitu kurang dari dua
kullah (270 liter menurut ulama kontemporer)
CARA-CARA THAHARAH
Ada berbagai cara dalam bersuci yaitu bersuci dengan air seperti berwudhu dan mandi
junub atau mandi wajib. Ada juga bersuci dengan menggunakan debu, tanah yaitu dengan
bertayamum. Dan bisa juga menggunakan air,tanah,batu dan kayu (tissue atau kertas itu
masuk kategori kayu) yaitu dengan beristinja.
8
1. Najis ringan (najis mukhafafah)
Najis mukhafafah adalah najis yang berasal dari air kencing bayi laki-laki yang belum
makan apapun kecuali air susu ibunya saja dan umurnya kurang dari 2 tahun. Cara
membersihkan najis ini cukup dengan memercikkan air kebagian yang terkena najis.
Yang termasuk kedalam golongan najis ini adalah kotoran, air kencing dsb. Cara
membersihkannya cukup dengan membasuh atau menyiramnya dengan air sampai najis
tersebut hilang (baik rasa, bau dan warnanya).
Najis berat adalah suatu materi yang kenajisannya ditetapkan berdasarkan dalil yang pasti
(qat’i) . yaitu anjing dan babi. Cara membersihkannya yaitu dengan menghilangkan
barang najisnya terlebih dahulu lalu mencucinya dengan air bersih sebanyak tujuh kali
dan salah satunya dengan tanah atau batu.
A.SOLAT
Pengertian shalat
Asal makna shalat menurut bahasa ialah “doa” tetapi yang di maksud disini ialah
“ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang di mulai
dengan takbir, di sudahi dengan salam, dan memenuhi beberapa syarat yang di
tentukan.
)٤٥ َو َاِقْيِم الَّص َالَةِاَّن الَّص َالَةَتْنَهى َع ِن اْلَفْح َشاِءَو اْلُم ْنَك ِر (سورةالعنكبوت
8
Artinya:”Dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan-
perbuatan keji dan munkar”(Q.S. Al-‘ankabut; 45)
1.Islam
Orang yang bukan islam tidak di wajibkan shalat, berarti ia tidak di tuntut untuk
mengerjakannya di dunia hingga ia masuk islam, karena meskipun di kerjakannya,
tetap tidak sah. Tetapi ia akan mendapat siksaan di akhirat karena ia tidak shalat,
sedangkan ia dapat mengerjakan shalat dengan jalan masuk islam terlebih dahulu.
ِفى َج َّنٍت َيَتَس اَء ُلْو ّّن َع ِن اْلُم ْج ِر ِمْيّّن َم اَس َلَكُك ْم ِفى َس َقّّر َقاُلْو َلْم َنُك ِم َن اْلُم َص ِّلْيّّن َو َلْم َنُك ُنْطِع ُم اْلِمْسِكْيّّن
Artinya: “Berada di dalam surga mereka tanya menanya tentang keadaan orang-
orang yang berdosa, ‘Apakah yang memasukan kamu kedalam saqor(neraka)?’
Mereka menjawab, kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan
shalat, dan kami tidak pula memberi makan orang miskin’”.(Al-mudassir; 40-44)
2.Berakal
Orang gila, orang kurang akal (ma’tuh) dan sejenisnya seperti penyakit sawan
(ayan) yang sedang kambuh tidak diwajibkan shalat, karena akal merupan prinsip
dalam menetapkan kewajiban (taklif), demikian menurut pendapat jumhur ulama
alasannya adalah hadits yang diterima dari Ali r.a. yang artinya: “dan dari orang
gila yang tidak berperan akalnya sampai dia sembuh”
3. Balingh
8
َو ُهْم َأْبَناُء َعْش ٍر َو َفِّر ُقوا َبْيَنُهْم ِفي، َو اْض ِر ُبوُهْم َع َلْيَها، ُم ُر وا َأْو اَل َد ُك ْم ِبالَّص اَل ِة َو ُهْم َأْبَناُء َسْبِع ِس ِنيَن
اْلَم َض اِج ع
Dengan demikian, wanita yang sedang haidh dan wanita yang nifas tidak
terbebani kewajiban shalat sampai suci. Berdasarkan sabda Rasulullah:
َعْن َعاِئَش َة َقاَلْت َقاَل الَّنِبُّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ِإَذ ا َأْقَبَلْت اْلَح ْيَض ُة َفَد ِع ي الَّص اَل َة َو ِإَذ ا َأْد َبَر ْت َفاْغ ِسِلي َع ْنِك
رواه البخاري.الَّد َم َو َص ِّلي.
Dari Aisyah r.a., ia berkata, Nabi saw. bersabda, “Jika haid datang, maka
tinggalkanlah shalat. Dan jika haid telah selesai, maka basuhlah darah itu dari
dirimu (bersucilah) dan laksanakanlah shalat.” (HR. Al-Bukhari)
1. Suci dari hadats kecil, yaitu hal yang mewajibkan berwudhu, suci dari hadats
besar, yaitu hal yang mewajibkan mandi besar, dan dari najis baik pada pakaian
orang yang mengerjakan shalat, tubuhnya, dan tempat shalatnya.l
8
َاَل َيْقَبُل ُهَّللا َص اَل َة َأَح ِد ُك ْم ِإَذ ا َأْح َد َث َح َّتى َيَتَو َّض َأ
“Tidak akan diterima shalat seseorang yang berhadats sehingga dia berwudhu.”
(Mutaafaq ‘alaih).
2Menutup aurat
َٰي َبِنٓى َء اَد َم ُخ ُذ و۟ا ِز يَنَتُك ْم ِع نَد ُك ِّل َم ْس ِج ٍد َو ُك ُلو۟ا َو ٱْش َر ُبو۟ا َو اَل ُتْس ِر ُفٓو ۟ا ۚ ِإَّن ۥُه اَل ُيِحُّب ٱْلُم ْس ِر ِفيَن
Arti: Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki)
mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan
Tidak sah shalat seseorang yang dikerjakan dengan membuka aurat. Karena fungsi
pakaian adalah untuk menutupi aurat.
Adapun batasan aurat bagi laki-laki yaitu antara pusar dan kedua lututnya,
sedangkan batasan aurat bagi perempuan, yaitu seluruh anggota tubuh selain muka
dan kedua telapak tangannya.
Nabi Muhammad SAW disebutkan dalam hadis shahih Bukhari berkata, "Jika
engkau hendak sholat, maka berwudhulah dengan sempurna. Kemudian
menghadaplah ke Kiblat…". Sholat dibolehkan tidak menghadap ke Kiblat ketika
dalam keadaan takut yang sangat atau ketika shalat sunnah di atas kendaraan
sewaktu perjalanan.
Bagi seorang Muslim yang telah berusaha mencari arah Kiblat, lalu ia sholat
menghadap ke arah yang disangka namun ternyata salah, maka dia tidak wajib
mengulang.
8
rukun shalat menurut mamazhab syafi’i ada 13, antara
lain:
1Niat
Artinya: sesungguhnya segala amal itu hendaklah dengan niat (riwayat bukhari
dan muslim)
Orang yang tidak kuasa berdiri, boleh shalat sambil berdiri dengan lutut,kalau
tidak kuasa boleh duduk; kalau tidak kuasa duduk, boleh berbaring; dan kalau
tidak kuasa berbaring, boleh menelentang; kalau tidak kuasa juga demikian,
salatlah sekuasanya, meskipun dengan isyarat.yang penting shalat tidak boleh
ditinggalkan selama iman masih ada.
Artinya: Tiadalah shalat bagi seorang yang tidak membaca fatihah (riwayat
bukhari)
5.Ruku’
Artinya: Kemudian rukuklah engkau hingga engkau diam sebentar untuk rukuk.
(riwayat bukhari dan muslim)
6. I’tidal
I’tidal pada istilah bahasa adalah bersamaan dan arti I’tidal pada istialah syara’
adalah kembali orang sembahyang kepada hal sebelum ruku’
8
7. Sujud
زواه البخارى ومسلم. ًثَّم اْسُج ْد َح ّتى َتْطَم ِئَّن َس اِج ًداُثَّم اْر َفْع َح ّتى َتْطَم ِئَّن َج اِلًس اُثَّم اْسُج ْد َح ّتى َتْطَم ِئَّن َس اِج ًدا
Artinya: kemudian sujudlah engkau hingga diam sebentar untuk sujud. Kemudian
bangkitlah engkau hingga engkau bangkit untuk duduk. Kemudian sujudlah
engkau hingga diam untuk sujud. (riwayat bukhari dan muslim)
ُثَّم اْسُج ْد َح ّتى َتْطَم ِئَّن َس اِج ًداُثَّم اْر َفْع َح ّتى َتْطَم ِئَّن َج اِلًس اُثَّم اْسُج ْد َح ّتى َتْطَم ِئَّن
رواه البخارى ومسلم. َس اِج ًدا
Artinya: kemudian sujudlah engkau hingga diam sebentar untuk sujud. Kemudian
bangkitlah engkau hingga engkau bangkit untuk duduk. Kemudian sujudlah
engkau hingga diam untuk sujud. (riwayat bukhari muslim)
9.Duduk akhir
Untuk tasyahud akhir, shalawat atas nabi saw, dan atas keluarga beliau,
keterangan yaitu amal Rasulullah saw. (beliau selalu duduk ketika membaca
tasyahud dan shalawat).
8
10. Membaca Tasyahhud akhir
Dinamakan tasyahhud akhir karena pada padanya ada sebutan dua kaimat
shahadat
Waktu membacanya ialah ketika duduk akhir sesudah membaca tasyahud akhir.
Adapun membaca shalawat atas keluarga beliau menurut syafi’i tidak wajib
melainkan hanya sunah ab’az.
12.Memberi salam
Dalam mazhab syafii Yang wajib adalah salam pertama saja,namun demikian bila
terjadi hal yang membatal kan setelah salam pertama dan sebelum salam kedua
maka shalat itu dianggab batal kecuali ada rencana untuk sekali salam saja.
13.tertib
Shalat sunah tahajud adalah shalat yang dikerjakan pada waktu tengah
malam di antara shalat isya’ dan Shalat shubuh setelah bangun tidur. Jumlah
rakaat shalat tahajud minimal dua rokaat hingga tidak terbatas. Saat hendak
kembali tidur sebaiknya membaca ayat kursi, surat al-ikhlas, surat al-falaq dan
surat an-nas.
Shalat Dhuha adalah shalat sunah yang dilakukan pada pagi hari setelah
naik matahari ukuran segalah pada pandangan mata (16 menit) setelah waktu
isyrak hingga menjelang waktu dhuhur. Jumlah raka’at shalat dhuha minimal dua
rakaat dan maksimal delapan rakaat menurut imam Ramli dan dua belas
raka’atmenurut imam Ibnu Hajar . Manfaat dari shalat dhuha adalah supaya
dilapangkan dada dalam segala hal, terutama rejeki
8
• Shalat tasbih adalah shalat yang bertujuan untuk memperbanyak
memahasucikan Allah SWT. Waktu pengerjaan shalat bebas. Setiap rokaat
dibarengi dengan 75 kali bacaan tasbih.
• Shalat taubat adalah shalat dua roka’at yang dikerjakan bagi orang yang
ingin bertaubat, insyaf atau menyesali perbuatan dosa yang telah dilakukannya
dengan bertekat tidak akan melakukan serta mengulangi perbuatan dosanya
tersebut
• Shalat Hajat adalah shalat agar hajat atau cita-citanya dikabulkan oleh
Allah SWT. Shalat hajat dikerjakan bersamaan dengan ikhtiar atau usaha untuk
mencapai hajat atau cita-cita. Shalat sunah hajat dilakukan minimal dua rakaat dan
maksimal dua belas bisa kapan saja dengan satu salam setiap dua roka’at, namun
lebih baik dilakukan pada sepertiga terakhir waktu malam.
• Shalat sunah rawatib dilakukan sebelum dan setelah shalat fardhu. Yang
sebelum Shalat Fardhu disebut shalat qabliyah, dan yang setelah shalat fardhu di
sebut shalat Ba’diyah. Keutamaannya adalah sebagai pelengkap dan penambal
shalat fardhu yang mungkin kurang khusu’ atau tidak sempurna adabnya
• Shalat sunah witir dilakukan setelah sampai sebelum fajar. bagi yang
yakin akan bangun malam diutamakan dilakukan saat sepertiga malam setelah
shalat Tahajud. Shalat witir disebut juga shalat penutup. Shalat tahiyatul masjid
ialah shalat untuk menghormati masjid. Disunnahkan shalat tahiyatul masjid bagi
orang yang masuk ke masjid, sebelum ia duduk. Shalat tahiyatul masjid itu dua
raka’at.
• Shalat khusuf Kusuf adalah gerhana matahari dan khusuf adalah gerhana
bulan. Shalat kusuf dan khusuf hukumnya sunnah muakaddah berdasarkan sabda
Nabi saw. Yang artinya : “Sesungguhnya matahari dan bulan tidak mengalami
gerhana karena kematian seseorang maupun kehidupannya. Maka apabila kalian
menyaksikan itu, hendaklah kalian shalat dan berdoa kepada Allah Ta’ala.” (H.R.
Syaikhain).
8
1. Tiga hal dalam shalat berjamaah
1.Muwafiq
Muwafiq adalah Seorang makmum Yang antara berdirinya dan ruku’ imam ada
waktu yang bisa menghabiskan fatihah.Hukum bagi makmum yang muwafiq
adalah bisa mukhalafah satu rukun atau terdahulu satu rukun walau pun hokum
nya makruf
2. Masbuq
Masbuk adalah seorang makmum yang antara berdirinya dan ruku’ imam ada
waktu yang tidak bisa menghabiskan fatihah.
Hukum bagi makmum yang masbuk adalah wajib mengikuti dan mendapat kan
ruku’sebelum imam bangkit dari sekurang kurang ruku’,dan tidak wajib
menghabiskan bacaan fatihah nya,Bacaan fatihahnya di tanggung oleh imam yang
sah shalatnya,dan makmum yang terlambat tidak dianjur kan untuk membaca
yang sunat,dan kalau pun sempat membaca yang sunat maka dikala imam rukuk
makmum wajib menambahkan fatihah nya seukuran bacaan sunat yang yang telah
dibaca
Ma’zur (uzur).
-Dari sudut religious shalat merupakan hubungan langsung antara hamba dengan
khaliq-nya yang di dalamnya terkandung kenikmatan munajat, pernyataan
ubudiyah, penyerahan segala urusan kepada Allah, keamanan dan ketentraman
serta perolehan keuntungan. Di samping itu dia merupakan suatu cara untuk
memperoleh kemenangan serta menahan seseorang dari berbuat kejahatan dan
kesalahan.
8
berdisiplin dan menta’ati berbagai peraturandan etika dalam kehidupan dunia.
Hal ini terlihat dari penetapan waktu sholat yang mesti di pelihara oleh setiap
muslim dan tata tertib yang terkandung di dalamnya. Dengan demikan orang yang
melakukan shalat akan memahami peraturan, nilai dan sopan santun, ketentraman
dan mengkonsentrasikan pikiran kepada hal-hal yang bermamfaat
C.Puasa
Makna puasa
Puasa dalam bahasa Arab disebut dengan Ash Shiyaam ( )الصيامatau Ash Shaum (
)الصوم. Secara bahasa Ash Shiyam artinya adalah al imsaak ( )اإلمساكyaitu
menahan diri. Sedangkan secara istilah, ash shiyaam artinya: beribadah kepada
Allah Ta’ala dengan menahan diri dari makan, minum dan pembatal puasa
lainnya, dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari.
يا أيها الذين آمنوا كتب عليكم الّصَيام كما ُك تب على الذين من قبلكم لعّلكم تّتقون
Dan juga karena puasa ramadhan adalah salah dari rukun Islam yang lima. Nabi
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
8
، وِإيتاء الزكاة، وإقام الصالة، ش¡هادة أن ال ِإل¡ه ِإال هللا وأّن محّم دًا رس¡ول هللا:ُب ني اِإل س¡الم على خمس
وصوم رمضان، والحّج
“Islam dibangun di atas lima rukun: syahadat laa ilaaha illallah muhammadur
rasulullah, menegakkan shalat, membayar zakat, haji dan puasa Ramadhan” (HR.
Bukhari – Muslim).
Keutamaan puasa
“hendaknya engkau berpuasa karena puasa itu ibadah yang tidak ada
tandingannya” (HR. Ahmad, An Nasa-i. Dishahihkan Al Albani dalam Shahih An
Nasa-i)
فإنه لي وأنا أجزي به، كل عمل ابن آدم له إال الصوم:قال هللا عز وجل
“Allah ‘azza wa jalla berfirman: setiap amalan manusia itu bagi dirinya, kecuali
puasa. Karena puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalas pahalanya” (HR.
Bukhari – Muslim).
8
الصيام والقرآن يشفعان للعبد
“Puasa dan Al Qur’an, keduanya akan memberi syafaat kelak di hari kiamat” (HR.
Ahmad, Thabrani, Al Hakim. Al Haitsami mengatakan: “semua perawinya
dijadikan hujjah dalam Ash Shahih“).
-Orang yang berpuasa akan diganjar dengan ampunan dan pahala yang
besar.
ِإَّن اْلُم ْسِلِم يَن َو اْلُم ْسِلَم اِت َو اْلُم ْؤ ِمِنيَن َو اْلُم ْؤ ِم َناِت َو اْلَق اِنِتيَن َو اْلَقاِنَت اِت َو الَّص اِدِقيَن َو الَّص اِد َقاِت َو الَّص اِبِر يَن
َو الَّص اِبَر اِت َو اْلَخ اِشِع يَن َو اْلَخ اِشَعاِت َو اْلُم َتَص ِّد ِقيَن َو اْلُم َتَص ِّد َقاِت َو الَّص اِئِم يَن َو الَّص اِئَم اِت َو اْلَح اِفِظ يَن ُف ُر وَج ُهْم
َو اْلَح اِفَظاِت َو الَّذ اِكِر يَن َهَّللا َك ِثيًر ا َو الَّذ اِكَر اِت َأَعَّد ُهَّللا َلُهم َّم ْغ ِفَر ًة َو َأْج ًر ا َع ِظ يًم ا
8
Puasa membersihkan badan dari elemen-elemen yang tidak baik dan
membuat badan sehat
Rukun puasa
Puasa dimulai ketika sudah terbit fajar shadiq atau fajar yang kedua. Allah Ta’ala
berfirman:
َفاآلَن َباِش ُر وُهَّن َو اْبَتُغوْا َم ا َكَتَب ُهَّللا َلُك ْم َو ُك ُلوْا َو اْش َر ُبوْا َح َّتى َيَتَبَّيَن َلُك ُم اْلَخ ْيُط اَألْبَيُض ِم َن اْلَخ ْيِط اَألْسَوِد ِم َن
اْلَفْج ِر
“Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah
untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang
hitam, yaitu fajar” (QS. Al Baqarah: 187).
فقد أفطر الصائم، وغربت الشمس،إذا أقبل الليل من هاهنا وأدبر النهار من هاهنا
8
“jika datang malam dari sini, dan telah pergi siang dari sini, dan terbenam
matahari, maka orang yang berpuasa boleh berbuka” (HR. Bukhari – Muslim).
Islam
Baligh
Berakal
Mampu berpuasa
Niat
Makan sahur
Mengakhirkan sahur
Membaca alquran
Memperbanyak shodaqah
8
Jumhur ulama mengatakan bahwa orang sakit yang boleh meninggalkan puasa
adalah yang jika berpuasa itu dikhawatirkan akan menimbulkan gangguan serius
pada kesehatannya.
Adapun orang yang sakit ringan yang jika berpuasa tidak ada pengaruhnya sama
sekali atau pengaruhnya kecil, seperti pilek, sakit kepala, maka ulama empat
madzhab sepakat orang yang demikian wajib tetap berpuasa dan tidak boleh
meninggalkan puasa.
Musafir.
Namun jika orang yang bersafar itu berniat bermukim di tempat tujuan safarnya
lebih dari 4 hari, maka tidak boleh meninggalkan puasa sejak ia sampai di tempat
tujuannya.
Para ulama khilaf mengenai musafir yang perjalanannya ringan dan tidak berat
jika dilakukan dengan berpuasa, semisal menggunakan pesawat atau kendaraan
yang sangat nyaman, apakah lebih utama berpuasa ataukah tidak berpuasa. Yang
lebih kuat, dan ini adalah pendapat jumhur ulama, lebih utama tetap berpuasa.
Orang yang hampir selalu bersafar setiap hari, seperti pilot, supir bus, supir truk,
masinis, dan semacamnya, dibolehkan untuk tidak berpuasa selama bersafar,
selama itu memiliki tempat tinggal untuk pulang dan menetap. Pendapat ini
dikuatkan oleh Ibnu Taimiyah dan Ibnu Al Utsaimin.
Orang yang sudah tua renta dan tidak lagi mampu untuk berpuasa dibolehkan
untuk tidak berpuasa Ramadhan. Ulama ijma akan hal ini.
Wajib bagi mereka untuk membayar fidyah kepada satu orang miskin untuk setiap
hari yang ditinggalkan.
Wanita hamil atau sedang menyusui boleh meninggalkan puasa Ramadhan, baik
karena ia khawatir terhadap kesehatan dirinya maupun khawatir terhadap
kesehatan si bayi. Ulama berbeda pendapat mengenai apa kewajiban wanita hamil
dan menyusui ketika meninggalkan puasa.
Sebagian ulama berpendapat bagi mereka cukup membayar fidyah tanpa qadha,
ini dikuatkan oleh Syaikh Al Albani.
8
Sebagian ulama berpendapat bagi mereka cukup meng-qadha tanpa fidyah, ini
dikuatkan oleh Syaikh Ibnu Baz, Syaikh Ibnu Al Utsaimin, Syaikh Shalih Al
Fauzan, Al Lajnah Ad Daimah, juga pendapat Hanafiyah dan Malikiyah.
Sebagian ulama madzhab juga berpendapat bagi mereka qadha dan fidyah jika
meninggalkan puasa karena khawatir akan kesehatan si bayi.
Yang lebih rajih –insya Allah– adalah pendapat kedua, bagi mereka wajib qadha
saja tanpa fidyah.
. Orang yang demikian tetap wajib meniatkan diri berpuasa dan wajib berpuasa.
Namun ketika tengah hari bekerja lalu terasa sangat berat hingga dikhawatirkan
dapat membahayakan dirinya, boleh membatalkan puasa ketika itu, dan wajib
meng-qadha-nya di luar Ramadhan.
. Orang yang demikian boleh berbuka dan meng-qadha-nya di hari lain dan ia
tidak berdosa karenanya.
Pembatal-pembatal puasa
8
Muntah dengan sengaja
Riddah (murtad)
Merokok
8
http://mysharing.co/pengertian-fikih-secara-bahasa-dan-istilah/
https://www.nasehatquran.com/2019/05/pengertian-fiqih-menurut-para-
ulama.html
https://lpsi.uad.ac.id/fiqih-ibadah-dan-prinsip-ibadah-dalam-islam/
https://www.merdeka.com/quran/al-asr
https://republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-digest/17/08/24/ov6h1t313-
wasiat-dalam-pandangan-islam
https://alamisharia.co.id/id/kamus-keuangan-syariah/tabarru/
https://repository.uin-suska.ac.id/2730/3/BAB%20II.pdf