Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

FIQIH IBADAH DAN FIQIH WASIAT


Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Fiqih
Dosen Pembimbing: Ust.Salman hasani

Oleh:
Julia Adriana (121)

M. Yusuf Nurhafiz (121)

Teguh Dwi Putra (12160111236)

Yesir Rahmad (121)

KELAS C
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2021

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang bertemakan tentang "Fiqih
Ibadah”

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Fiqih. Selain itu, makalah
ini bertujuan menambah wawasan tentang Fiqih Ibadah bagi para pembaca dan
juga bagi kami.

Kami mengucapkan terima kasih kepada selaku dosen Mata Kuliah Fiqih.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
diselesaikannya makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………… i

KATA PENGANTAR ………………………………………………………. ii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………. 1

1.1 Latar Belakang ……………………………………………………. 1

1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………… 2

1.3 Tujuan Penulisan ………………………………………………….. 2

BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………….. 3

2.1 Thaharah…...………...........……………………………………… 3

2.2 Solat………...........……………………………………………….. 5

2.3 Puasa..........……………………………..………………………… 7

BAB III PENUTUP …………………………………………………………. 9

3.1 Kesimpulan………………………………………………………... 9

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….. 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fiqih merupakan ilmu yang bersifat ilmiyah dan logis. Sebagai umat Islam
mempelajari fiqih sangatlah penting. Karena fiqih merupakan bidang ilmu dalam
syariat Islam yang membahas khusus tentang hukum yang mengatur berbagai
aspek kehidupan, baik kehidupan pribadi, bermasyarakat maupun persoalan
manusia kepada Allah.

Pada makalah ini kami akan membahas tentang Fiqih Ibadah dan. Jadi,
beribadah kepada Allah sudah diatur di dalam Ilmu Fiqih. Sangat penting
mempelajari Fiqih Ibadah, agar kita mengetahui hukum-hukum dan juga tata cara
saat melaksanakan ibadah. Karena Ibadah merupakan pilar penting dalam
kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat.

Di zaman yang penuh dengan kemajuan sekarang ini, banyak sekali


perubahan-perubahan yang baik maupun buruk. Tidak jarang terjadi
penyimpangan dan perbedaan pendapat dalam dalam penafsiran Ilmu Fiqih. Kita
sebagai umat Islam harus cerdas dalam memilah ilmu tersebut. Marilah kita
bersama-sama belajar dan mendalami Ilmu Fiqih demi menjadi pribadi yang lebih
baik.

1
1.2 Rumusan Masalah
1.Apa itu Tharah
2.Apa itu Solat
3.Apa itu puasa

1.3 Tujuan Penulisan


1.Untuk Mengetahui pebahsan tentang Tharah
2.Untuk mengetahui pembahsan tentang solat
3. untuk mengetahui pembahasan tentang puasa

2
A.THAHARAH

PENGERTIAN THAHARAH

Thaharah menurut bahasa berarti bersuci. Menurut syara’ atau istilah adalah
membersihkan diri, pakaian, tempat, dan benda-benda lain dari najis dan hadas menurut
cara-cara yang ditentukan oleh syariat islam.

Thaharah atau bersuci adalah syarat wajib yang harus dilakukan dalam beberapa macam
ibadah. Seperti dalam QS Al-maidah ayat : 6

[5:6] Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh)
kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika
kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau
menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan
tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak
hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan
nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.

Thaharah atau bersuci menurut pembagiannya dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu
:

A. Bersuci lahiriah

Beberapa contoh yang bersifat lahiriah adalah membersihkan diri, tempat tinggal dan
lingkungan dari segala bentuk kotoran, hadas dan najis. Membersihkan diri dari najis
adalah membersihkan badan, pakaian atau tempat yang didiami dari kotoran sampai
hilang rasa, bau dan warnanya. QS Al-Muddassir ayat : 4

[74:4] dan pakaianmu bersihkanlah,

8
B. Bersuci batiniah

Bersuci batiniah adalah membersihkan jiwa dari kotoran batin berupa dosa dan perbuatan
maksiat seperti iri, dengki, takabur dll. Cara membersihkannya dengan taubatan nashoha
yaitu memohon ampun dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi.

MACAM-MACAM ALAT THAHARAH

Allah selalu memudahkan hambanya dalam melakukan sesuatu. Untuk bersuci misalnya,
kita tidak hanya bisa menggunakan air, tetapi kita juga bisa menggunakan tanah, batu,
kayu dan benda-benda padat lain yang suci untuk menggantikan air jika tidak ditemukan.

Dalam bersuci menggunakan air, kita juga harus memperhatikan air yang boleh dan tidak
boleh digunakan untuk bersuci.

Macam-macam air

Air yang dapat digunakan untuk bersuci adalah

· Air mutlak yaitu air yang suci dan mensucikan, yaitu air :

1. Air hujan

2. Air sumur

3. Air laut

4. Air sungai

5. Air danau/ telaga

8
6. Air salju

7. Air embun

QS Al- Anfal ayat : 11[8:11] (Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk
sebagai suatu penenteraman daripada-Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari
langit untuk mensucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu
gangguan-gangguan setan dan untuk menguatkan hatimu dan memperteguh denganya
telapak kaki(mu).

· Air yang suci tetapi tidak dapat mensucikan, yaitu air yang halal untuk diminum tapi
tidak dapat digunakan untuk bersuci seperti air teh, kopi, sirup, air kelapa dll.

· Air musyammas yaitu air yang terjemur oleh matahari dalam bejana selain emas dan
perak. Air ini makruh digunakan untuk bersuci

· Air mustakmal yaitu air yang telah digunakan untuk bersuci. Air ini tidak boleh
digunakan untuk bersuci walaupun tidak berubah rasa, bau maupun warnanya

· Air mutanajis yaitu air yang sudah terkena najis. Baik yang sudah berubah rasa, warna
dan baunya maupun yang tidak berubah dalam jumlah yang sedikit yaitu kurang dari dua
kullah (270 liter menurut ulama kontemporer)

CARA-CARA THAHARAH

Ada berbagai cara dalam bersuci yaitu bersuci dengan air seperti berwudhu dan mandi
junub atau mandi wajib. Ada juga bersuci dengan menggunakan debu, tanah yaitu dengan
bertayamum. Dan bisa juga menggunakan air,tanah,batu dan kayu (tissue atau kertas itu
masuk kategori kayu) yaitu dengan beristinja.

Cara-cara thaharah menurut pembagian najisnya:

8
1. Najis ringan (najis mukhafafah)

Najis mukhafafah adalah najis yang berasal dari air kencing bayi laki-laki yang belum
makan apapun kecuali air susu ibunya saja dan umurnya kurang dari 2 tahun. Cara
membersihkan najis ini cukup dengan memercikkan air kebagian yang terkena najis.

2. Najis sedang (najis mutawassitah)

Yang termasuk kedalam golongan najis ini adalah kotoran, air kencing dsb. Cara
membersihkannya cukup dengan membasuh atau menyiramnya dengan air sampai najis
tersebut hilang (baik rasa, bau dan warnanya).

3. Najis berat (najis mughalazah)

Najis berat adalah suatu materi yang kenajisannya ditetapkan berdasarkan dalil yang pasti
(qat’i) . yaitu anjing dan babi. Cara membersihkannya yaitu dengan menghilangkan
barang najisnya terlebih dahulu lalu mencucinya dengan air bersih sebanyak tujuh kali
dan salah satunya dengan tanah atau batu.

A.SOLAT
Pengertian shalat

Asal makna shalat menurut bahasa ialah “doa” tetapi yang di maksud disini ialah
“ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang di mulai
dengan takbir, di sudahi dengan salam, dan memenuhi beberapa syarat yang di
tentukan.

Firman Allah Swt:

)٤٥ ‫َو َاِقْيِم الَّص َالَةِاَّن الَّص َالَةَتْنَهى َع ِن اْلَفْح َشاِءَو اْلُم ْنَك ِر (سورةالعنكبوت‬

8
Artinya:”Dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan-
perbuatan keji dan munkar”(Q.S. Al-‘ankabut; 45)

2.Syarat wajib salat adalah sebagai berikut:

1.Islam

Orang yang bukan islam tidak di wajibkan shalat, berarti ia tidak di tuntut untuk
mengerjakannya di dunia hingga ia masuk islam, karena meskipun di kerjakannya,
tetap tidak sah. Tetapi ia akan mendapat siksaan di akhirat karena ia tidak shalat,
sedangkan ia dapat mengerjakan shalat dengan jalan masuk islam terlebih dahulu.

Firman Allah Swt:

‫ِفى َج َّنٍت َيَتَس اَء ُلْو ّّن َع ِن اْلُم ْج ِر ِمْيّّن َم اَس َلَكُك ْم ِفى َس َقّّر َقاُلْو َلْم َنُك ِم َن اْلُم َص ِّلْيّّن َو َلْم َنُك ُنْطِع ُم اْلِمْسِكْيّّن‬

Artinya: “Berada di dalam surga mereka tanya menanya tentang keadaan orang-
orang yang berdosa, ‘Apakah yang memasukan kamu kedalam saqor(neraka)?’
Mereka menjawab, kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan
shalat, dan kami tidak pula memberi makan orang miskin’”.(Al-mudassir; 40-44)

2.Berakal

Orang gila, orang kurang akal (ma’tuh) dan sejenisnya seperti penyakit sawan
(ayan) yang sedang kambuh tidak diwajibkan shalat, karena akal merupan prinsip
dalam menetapkan kewajiban (taklif), demikian menurut pendapat jumhur ulama
alasannya adalah hadits yang diterima dari Ali r.a. yang artinya: “dan dari orang
gila yang tidak berperan akalnya sampai dia sembuh”

3. Balingh

Anak-anak tidak terbebani kewajiban shalat sampai menginjak usia baligh.


Berdasarkan sabda Rasulullah, "..Dan anak kecil sampai berusia baligh." Namun,
sebagai ajang latihan mereka tetap diperintahkan untuk mengerjakannya.

Sebagaimana Rasulullah bersabda:

8
‫ َو ُهْم َأْبَناُء َعْش ٍر َو َفِّر ُقوا َبْيَنُهْم ِفي‬،‫ َو اْض ِر ُبوُهْم َع َلْيَها‬، ‫ُم ُر وا َأْو اَل َد ُك ْم ِبالَّص اَل ِة َو ُهْم َأْبَناُء َسْبِع ِس ِنيَن‬
‫اْلَم َض اِج ع‬

"Suruhlah anak-anakmu mengerjakan shalat ketika mereka berumur tujuh tahun,


dan pukullah mereka jika tidak mau menunaikannya ketika berumur sepuluh
tahun, dan pisahkanlah tempat tidur mereka." (HR. Abu Dâud: 26, dan Ibnu
Majah: 275, 276)

4.masuk waktunya solat

Berdasarkan firman allah ..

‫وحيث ما كنتم فولوا وجوهسات شطرة‬

dan dimana saja kamu berada palingkanlah mukamu ke arahnya (ALBaqarah (2


144)

maksud dari memlingkan ke arah nya adalah ke kakbah

5. Suci dari darah haidh dan nifas

Dengan demikian, wanita yang sedang haidh dan wanita yang nifas tidak
terbebani kewajiban shalat sampai suci. Berdasarkan sabda Rasulullah:

‫َعْن َعاِئَش َة َقاَلْت َقاَل الَّنِبُّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ِإَذ ا َأْقَبَلْت اْلَح ْيَض ُة َفَد ِع ي الَّص اَل َة َو ِإَذ ا َأْد َبَر ْت َفاْغ ِسِلي َع ْنِك‬
‫ رواه البخاري‬.‫الَّد َم َو َص ِّلي‬.

Dari Aisyah r.a., ia berkata, Nabi saw. bersabda, “Jika haid datang, maka
tinggalkanlah shalat. Dan jika haid telah selesai, maka basuhlah darah itu dari
dirimu (bersucilah) dan laksanakanlah shalat.” (HR. Al-Bukhari)

B. Syarat-syarat sahnya shalat

Adapun syarat-syarat sahnya shalat adalah sebagai berikut.

1. Suci dari hadats kecil, yaitu hal yang mewajibkan berwudhu, suci dari hadats
besar, yaitu hal yang mewajibkan mandi besar, dan dari najis baik pada pakaian
orang yang mengerjakan shalat, tubuhnya, dan tempat shalatnya.l

Berdasarkan sabda Rasulullah

8
َ‫اَل َيْقَبُل ُهَّللا َص اَل َة َأَح ِد ُك ْم ِإَذ ا َأْح َد َث َح َّتى َيَتَو َّض َأ‬

“Tidak akan diterima shalat seseorang yang berhadats sehingga dia berwudhu.”
(Mutaafaq ‘alaih).

2Menutup aurat

Berdasarkan firman Allah:

‫َٰي َبِنٓى َء اَد َم ُخ ُذ و۟ا ِز يَنَتُك ْم ِع نَد ُك ِّل َم ْس ِج ٍد َو ُك ُلو۟ا َو ٱْش َر ُبو۟ا َو اَل ُتْس ِر ُفٓو ۟ا ۚ ِإَّن ۥُه اَل ُيِحُّب ٱْلُم ْس ِر ِفيَن‬

Arti: Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki)
mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan

Tidak sah shalat seseorang yang dikerjakan dengan membuka aurat. Karena fungsi
pakaian adalah untuk menutupi aurat.

Adapun batasan aurat bagi laki-laki yaitu antara pusar dan kedua lututnya,
sedangkan batasan aurat bagi perempuan, yaitu seluruh anggota tubuh selain muka
dan kedua telapak tangannya.

3.Menghadap ke arah Kiblat

Dalam QS Al-Baqarah ayat 150 disebutkan, "...maka palingkanlah wajahmu ke


Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu (sekalian) berada, maka palingkanlah
wajahmu ke arahnya...".

Nabi Muhammad SAW disebutkan dalam hadis shahih Bukhari berkata, "Jika
engkau hendak sholat, maka berwudhulah dengan sempurna. Kemudian
menghadaplah ke Kiblat…". Sholat dibolehkan tidak menghadap ke Kiblat ketika
dalam keadaan takut yang sangat atau ketika shalat sunnah di atas kendaraan
sewaktu perjalanan.

Bagi seorang Muslim yang telah berusaha mencari arah Kiblat, lalu ia sholat
menghadap ke arah yang disangka namun ternyata salah, maka dia tidak wajib
mengulang.

8
rukun shalat menurut mamazhab syafi’i ada 13, antara
lain:

1Niat

Berdasarkan Sabda rasulullah saw:

‫ رواه البخارى ومسل‬. ‫ِاَّنَم ااَاْلْع َمُل ِبالِّنَياِت‬

Artinya: sesungguhnya segala amal itu hendaklah dengan niat (riwayat bukhari
dan muslim)

2.Berdiri bagi orang yang kuasa

Orang yang tidak kuasa berdiri, boleh shalat sambil berdiri dengan lutut,kalau
tidak kuasa boleh duduk; kalau tidak kuasa duduk, boleh berbaring; dan kalau
tidak kuasa berbaring, boleh menelentang; kalau tidak kuasa juga demikian,
salatlah sekuasanya, meskipun dengan isyarat.yang penting shalat tidak boleh
ditinggalkan selama iman masih ada.

3Takbiratul ihram (membaca “Allahu Akbar”)

4.membaca surat al fatihah

‫ رواه ا لبخارى‬. ‫َالَص اَل َةِلَم ْن َلْم َيْقَر ْأِبَفاِتَح ِة اْلِكَتاِب‬

Artinya: Tiadalah shalat bagi seorang yang tidak membaca fatihah (riwayat
bukhari)

5.Ruku’

‫ رواه البخارى ومسلم‬. ‫ُثَّم اْر َك َع َح َّتى َتْطَم ِئَّن َر اِكًعا‬

Artinya: Kemudian rukuklah engkau hingga engkau diam sebentar untuk rukuk.
(riwayat bukhari dan muslim)

6. I’tidal

I’tidal pada istilah bahasa adalah bersamaan dan arti I’tidal pada istialah syara’
adalah kembali orang sembahyang kepada hal sebelum ruku’

8
7. Sujud

Syarat sujud ada tujuh

1. Sah rukun sebelum nya

2. Tidak menqashadkan yang ain

3. Tuma’ninah dengan yakin

Sabda rasulullah saw:

‫ زواه البخارى ومسلم‬. ‫ًثَّم اْسُج ْد َح ّتى َتْطَم ِئَّن َس اِج ًداُثَّم اْر َفْع َح ّتى َتْطَم ِئَّن َج اِلًس اُثَّم اْسُج ْد َح ّتى َتْطَم ِئَّن َس اِج ًدا‬

Artinya: kemudian sujudlah engkau hingga diam sebentar untuk sujud. Kemudian
bangkitlah engkau hingga engkau bangkit untuk duduk. Kemudian sujudlah
engkau hingga diam untuk sujud. (riwayat bukhari dan muslim)

4. Sujud dengan tujuh anggota

5. Dahi harus terbuka

6. Tidak sujud atas sesuatu yg terbawa dalam shalat

7. Tahammul dengan kepala

8. Duduk antara dua sujud serta tuma’ninah

Sabda rasulullah saw:

‫ُثَّم اْسُج ْد َح ّتى َتْطَم ِئَّن َس اِج ًداُثَّم اْر َفْع َح ّتى َتْطَم ِئَّن َج اِلًس اُثَّم اْسُج ْد َح ّتى َتْطَم ِئَّن‬
‫ رواه البخارى ومسلم‬. ‫َس اِج ًدا‬
Artinya: kemudian sujudlah engkau hingga diam sebentar untuk sujud. Kemudian
bangkitlah engkau hingga engkau bangkit untuk duduk. Kemudian sujudlah
engkau hingga diam untuk sujud. (riwayat bukhari muslim)

9.Duduk akhir

Untuk tasyahud akhir, shalawat atas nabi saw, dan atas keluarga beliau,
keterangan yaitu amal Rasulullah saw. (beliau selalu duduk ketika membaca
tasyahud dan shalawat).

8
10. Membaca Tasyahhud akhir

Dinamakan tasyahhud akhir karena pada padanya ada sebutan dua kaimat
shahadat

11.Membaca salawat kepada rasulullah

Syarat syarat nya seperti Syarat syarat bacaan tasyahhud Akhir

Waktu membacanya ialah ketika duduk akhir sesudah membaca tasyahud akhir.
Adapun membaca shalawat atas keluarga beliau menurut syafi’i tidak wajib
melainkan hanya sunah ab’az.

12.Memberi salam

Dalam mazhab syafii Yang wajib adalah salam pertama saja,namun demikian bila
terjadi hal yang membatal kan setelah salam pertama dan sebelum salam kedua
maka shalat itu dianggab batal kecuali ada rencana untuk sekali salam saja.

13.tertib

Artinya meletakkan rukun pada tiap-tiap tempatnya masing-masing menurut


susunan yang telah di sebutkan di atas.

Macam-macam shalat sunah:

 Shalat sunah tahajud adalah shalat yang dikerjakan pada waktu tengah
malam di antara shalat isya’ dan Shalat shubuh setelah bangun tidur. Jumlah
rakaat shalat tahajud minimal dua rokaat hingga tidak terbatas. Saat hendak
kembali tidur sebaiknya membaca ayat kursi, surat al-ikhlas, surat al-falaq dan
surat an-nas.

 Shalat Dhuha adalah shalat sunah yang dilakukan pada pagi hari setelah
naik matahari ukuran segalah pada pandangan mata (16 menit) setelah waktu
isyrak hingga menjelang waktu dhuhur. Jumlah raka’at shalat dhuha minimal dua
rakaat dan maksimal delapan rakaat menurut imam Ramli dan dua belas
raka’atmenurut imam Ibnu Hajar . Manfaat dari shalat dhuha adalah supaya
dilapangkan dada dalam segala hal, terutama rejeki

 Shalat istikharah adalah shalat yang tujuannya adalah untuk mendapatkan


kebaikan harian atau petunjuk dari Allah SWT dalam menentukan pilihan hidup
baik yang terdiri dari dua hal/perkara maupun lebih dari dua.

8
• Shalat tasbih adalah shalat yang bertujuan untuk memperbanyak
memahasucikan Allah SWT. Waktu pengerjaan shalat bebas. Setiap rokaat
dibarengi dengan 75 kali bacaan tasbih.

• Shalat taubat adalah shalat dua roka’at yang dikerjakan bagi orang yang
ingin bertaubat, insyaf atau menyesali perbuatan dosa yang telah dilakukannya
dengan bertekat tidak akan melakukan serta mengulangi perbuatan dosanya
tersebut

• Shalat Hajat adalah shalat agar hajat atau cita-citanya dikabulkan oleh
Allah SWT. Shalat hajat dikerjakan bersamaan dengan ikhtiar atau usaha untuk
mencapai hajat atau cita-cita. Shalat sunah hajat dilakukan minimal dua rakaat dan
maksimal dua belas bisa kapan saja dengan satu salam setiap dua roka’at, namun
lebih baik dilakukan pada sepertiga terakhir waktu malam.

• Shalat sunah rawatib dilakukan sebelum dan setelah shalat fardhu. Yang
sebelum Shalat Fardhu disebut shalat qabliyah, dan yang setelah shalat fardhu di
sebut shalat Ba’diyah. Keutamaannya adalah sebagai pelengkap dan penambal
shalat fardhu yang mungkin kurang khusu’ atau tidak sempurna adabnya

• Shalat istishqa Shalat sunah ini di lakukan untuk memohon turunnya


hujan. dilakukan secara berjamaah saat musim kemarau.

• Shalat sunah witir dilakukan setelah sampai sebelum fajar. bagi yang
yakin akan bangun malam diutamakan dilakukan saat sepertiga malam setelah
shalat Tahajud. Shalat witir disebut juga shalat penutup. Shalat tahiyatul masjid
ialah shalat untuk menghormati masjid. Disunnahkan shalat tahiyatul masjid bagi
orang yang masuk ke masjid, sebelum ia duduk. Shalat tahiyatul masjid itu dua
raka’at.

• Shalat Tarawih yaitu shalat malam pada bulan ramadhan hukumnya


sunnah muakad atau penting bagi laki-laki atau perempuan, boleh dikerjakan
sendiri-sendiri dan boleh pula berjama’ah.

• Shalat iedSebagaimana telah diterangkan bahwa waktu shalat hari raya


idul fitri adalah tanggal 1 syawal mulai dari terbit matahari sampai tergelincirnya.
Akan tetapi, jika diketahui sesudah tergelincirnya matahari bahwa hari itu tanggal
1 syawal jadi waktu shalat telah habis, maka hendaklah shalat di hari kedua atau
tanggal 2 saja. Sedangkan untuk shalat hari raya Idul Adha tanggal 10 Dzulhijjah.

• Shalat khusuf Kusuf adalah gerhana matahari dan khusuf adalah gerhana
bulan. Shalat kusuf dan khusuf hukumnya sunnah muakaddah berdasarkan sabda
Nabi saw. Yang artinya : “Sesungguhnya matahari dan bulan tidak mengalami
gerhana karena kematian seseorang maupun kehidupannya. Maka apabila kalian
menyaksikan itu, hendaklah kalian shalat dan berdoa kepada Allah Ta’ala.” (H.R.
Syaikhain).

8
1. Tiga hal dalam shalat berjamaah

1.Muwafiq

Muwafiq adalah Seorang makmum Yang antara berdirinya dan ruku’ imam ada
waktu yang bisa menghabiskan fatihah.Hukum bagi makmum yang muwafiq
adalah bisa mukhalafah satu rukun atau terdahulu satu rukun walau pun hokum
nya makruf

2. Masbuq

Masbuk adalah seorang makmum yang antara berdirinya dan ruku’ imam ada
waktu yang tidak bisa menghabiskan fatihah.

Hukum bagi makmum yang masbuk adalah wajib mengikuti dan mendapat kan
ruku’sebelum imam bangkit dari sekurang kurang ruku’,dan tidak wajib
menghabiskan bacaan fatihah nya,Bacaan fatihahnya di tanggung oleh imam yang
sah shalatnya,dan makmum yang terlambat tidak dianjur kan untuk membaca
yang sunat,dan kalau pun sempat membaca yang sunat maka dikala imam rukuk
makmum wajib menambahkan fatihah nya seukuran bacaan sunat yang yang telah
dibaca

 Ma’zur (uzur).

Ma’zur adalah keadaan seorang makmum yang tidak bisa menghabiskan


fatihahnya dikala imam sudah ruku’ dikarenakan beberapa keuzuran seperti Orang
yang lambat bacaan nya atau lupa fatihah dikala imam mau ruku’ atau lain
sebagainya

Hikmah dilaksanakannya shalat

-Dari sudut religious shalat merupakan hubungan langsung antara hamba dengan
khaliq-nya yang di dalamnya terkandung kenikmatan munajat, pernyataan
ubudiyah, penyerahan segala urusan kepada Allah, keamanan dan ketentraman
serta perolehan keuntungan. Di samping itu dia merupakan suatu cara untuk
memperoleh kemenangan serta menahan seseorang dari berbuat kejahatan dan
kesalahan.

-Secara individual shalat merupakan pendekatan diri (taqarrub) kepada Allah


SWT, menguatkan jiwa dan keinginan, semata-mata mengagungkan Allah SWT,
bukan berlomba-lomba untuk memperturutkan hawa nafsu dalam mencapai
kemegahan dan mengumpulkan harta. Shalat mengajar seseorang untuk

8
berdisiplin dan menta’ati berbagai peraturandan etika dalam kehidupan dunia.
Hal ini terlihat dari penetapan waktu sholat yang mesti di pelihara oleh setiap
muslim dan tata tertib yang terkandung di dalamnya. Dengan demikan orang yang
melakukan shalat akan memahami peraturan, nilai dan sopan santun, ketentraman
dan mengkonsentrasikan pikiran kepada hal-hal yang bermamfaat

-Dari segi social kemasyarakatan shalat merupakan pengakuan aqidah setiap


anggota masyarakat dan kekuatan jiwa mereka yang berimplikasi terhadap
persatuan dan kesatuan umat. Persatuan dan kesatuan ini menumbuhkan hubungan
social yang harmonis dan kesamaan pemikiran dalam menghadapi segalam
problemakehidupansocialkemasyarakatan.

C.Puasa
Makna puasa

Puasa dalam bahasa Arab disebut dengan Ash Shiyaam (‫ )الصيام‬atau Ash Shaum (
‫)الصوم‬. Secara bahasa Ash Shiyam artinya adalah al imsaak (‫ )اإلمساك‬yaitu
menahan diri. Sedangkan secara istilah, ash shiyaam artinya: beribadah kepada
Allah Ta’ala dengan menahan diri dari makan, minum dan pembatal puasa
lainnya, dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari.

Hukum puasa Ramadhan

Puasa Ramadhan hukumnya wajib berdasarkan firman Allah Ta’ala:

‫يا أيها الذين آمنوا كتب عليكم الّصَيام كما ُك تب على الذين من قبلكم لعّلكم تّتقون‬

“wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana


diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kalian bertaqwa” (QS. Al
Baqarah: 183).

Dan juga karena puasa ramadhan adalah salah dari rukun Islam yang lima. Nabi
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

8
،‫ وِإيتاء الزكاة‬،‫ وإقام الصالة‬،‫ ش¡هادة أن ال ِإل¡ه ِإال هللا وأّن محّم دًا رس¡ول هللا‬:‫ُب ني اِإل س¡الم على خمس‬
‫ وصوم رمضان‬، ‫والحّج‬

“Islam dibangun di atas lima rukun: syahadat laa ilaaha illallah muhammadur
rasulullah, menegakkan shalat, membayar zakat, haji dan puasa Ramadhan” (HR.
Bukhari – Muslim).

Keutamaan puasa

 -Puasa adalah ibadah yang tidak ada tandingannya.

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda kepada Abu Umamah Al Bahili:

‫عليك بالصيام فإنه ال مثل له‬

“hendaknya engkau berpuasa karena puasa itu ibadah yang tidak ada
tandingannya” (HR. Ahmad, An Nasa-i. Dishahihkan Al Albani dalam Shahih An
Nasa-i)

Allah Ta’ala menyandarkan puasa kepada diri-Nya.

‫ فإنه لي وأنا أجزي به‬،‫ كل عمل ابن آدم له إال الصوم‬:‫قال هللا عز وجل‬

“Allah ‘azza wa jalla berfirman: setiap amalan manusia itu bagi dirinya, kecuali
puasa. Karena puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalas pahalanya” (HR.
Bukhari – Muslim).

Puasa menggabungkan 3 jenis kesabaran: sabar dalam melakukan ketaatan kepada


Allah, sabar dalam menjauhi hal yang dilarang Allah dan sabar terhadap takdir
Allah atas rasa lapar dan kesulitan yang ia rasakan selama puasa.

 -Puasa akan memberikan syafaat di hari kiamat.

8
‫الصيام والقرآن يشفعان للعبد‬

“Puasa dan Al Qur’an, keduanya akan memberi syafaat kelak di hari kiamat” (HR.
Ahmad, Thabrani, Al Hakim. Al Haitsami mengatakan: “semua perawinya
dijadikan hujjah dalam Ash Shahih“).

 -Orang yang berpuasa akan diganjar dengan ampunan dan pahala yang
besar.

Allah Ta’ala berfirman:

‫ِإَّن اْلُم ْسِلِم يَن َو اْلُم ْسِلَم اِت َو اْلُم ْؤ ِمِنيَن َو اْلُم ْؤ ِم َناِت َو اْلَق اِنِتيَن َو اْلَقاِنَت اِت َو الَّص اِدِقيَن َو الَّص اِد َقاِت َو الَّص اِبِر يَن‬
‫َو الَّص اِبَر اِت َو اْلَخ اِشِع يَن َو اْلَخ اِشَعاِت َو اْلُم َتَص ِّد ِقيَن َو اْلُم َتَص ِّد َقاِت َو الَّص اِئِم يَن َو الَّص اِئَم اِت َو اْلَح اِفِظ يَن ُف ُر وَج ُهْم‬
‫َو اْلَح اِفَظاِت َو الَّذ اِكِر يَن َهَّللا َك ِثيًر ا َو الَّذ اِكَر اِت َأَعَّد ُهَّللا َلُهم َّم ْغ ِفَر ًة َو َأْج ًر ا َع ِظ يًم ا‬

“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan


yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki
dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan
perempuan yang khusyu’, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan
perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara
kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah,
Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar” (QS. Al
Ahzab: 35)

Hikmah disyariatkannya puasa

 Puasa adalah wasilah untuk mengokohkan ketaqwaan kepada Allah

 Puasa membuat orang merasakan nikmat dari Allah Ta’ala

 Mendidik manusia dalam mengendalikan keinginan dan sabar dalam


menahan diri

 Puasa menahan laju godaan setan

 Puasa menimbulkan rasa iba dan sayang kepada kaum miskin

8
 Puasa membersihkan badan dari elemen-elemen yang tidak baik dan
membuat badan sehat

Rukun puasa

 Menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa

 Menepati rentang waktu puasa

Awal dan akhir bulan Ramadhan (bulan puasa)

Rentang waktu puasa

Puasa dimulai ketika sudah terbit fajar shadiq atau fajar yang kedua. Allah Ta’ala
berfirman:

‫َفاآلَن َباِش ُر وُهَّن َو اْبَتُغوْا َم ا َكَتَب ُهَّللا َلُك ْم َو ُك ُلوْا َو اْش َر ُبوْا َح َّتى َيَتَبَّيَن َلُك ُم اْلَخ ْيُط اَألْبَيُض ِم َن اْلَخ ْيِط اَألْسَوِد ِم َن‬
‫اْلَفْج ِر‬

“Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah
untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang
hitam, yaitu fajar” (QS. Al Baqarah: 187).

Puasa berakhir ketika terbenam matahari. Allah Ta’ala berfirman:

‫ُثَّم َأِتُّم وا الِّصَياَم ِإَلى الَّلْيِل‬

“lalu sempurnakanlah puasa hingga malam” (QS. Al Baqarah: 187).

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

‫ فقد أفطر الصائم‬،‫ وغربت الشمس‬،‫إذا أقبل الليل من هاهنا وأدبر النهار من هاهنا‬

8
“jika datang malam dari sini, dan telah pergi siang dari sini, dan terbenam
matahari, maka orang yang berpuasa boleh berbuka” (HR. Bukhari – Muslim).

Syarat sah puasa

 Islam

 Baligh

 Berakal

 Muqim (tidak sedang safar)

 Suci dari haid dan nifas

 Mampu berpuasa

 Niat

Sunnah-sunnah terkait berbuka puasa

 Makan sahur

 Mengakhirkan sahur

 Menyegerakan berbuka puasa

 Memberi makan orang puasa

 Membaca alquran

 Memperbanyak shodaqah

 Menjaga tutur kata dan sikap

 Meninggalkan nafsu syahwat

Orang-orang yang dibolehkan tidak berpuasa

 Orang sakit yang bisa membahayakan dirinya jika berpuasa.

8
Jumhur ulama mengatakan bahwa orang sakit yang boleh meninggalkan puasa
adalah yang jika berpuasa itu dikhawatirkan akan menimbulkan gangguan serius
pada kesehatannya.

Adapun orang yang sakit ringan yang jika berpuasa tidak ada pengaruhnya sama
sekali atau pengaruhnya kecil, seperti pilek, sakit kepala, maka ulama empat
madzhab sepakat orang yang demikian wajib tetap berpuasa dan tidak boleh
meninggalkan puasa.

 Musafir.

Orang yang bersafar boleh meninggalkan puasa Ramadhan, baik perjalanannya


sulit dan berat jika dilakukan dengan berpuasa, maupun perjalanannya ringan dan
tidak berat jika dilakukan dengan berpuasa.

Namun jika orang yang bersafar itu berniat bermukim di tempat tujuan safarnya
lebih dari 4 hari, maka tidak boleh meninggalkan puasa sejak ia sampai di tempat
tujuannya.

Para ulama khilaf mengenai musafir yang perjalanannya ringan dan tidak berat
jika dilakukan dengan berpuasa, semisal menggunakan pesawat atau kendaraan
yang sangat nyaman, apakah lebih utama berpuasa ataukah tidak berpuasa. Yang
lebih kuat, dan ini adalah pendapat jumhur ulama, lebih utama tetap berpuasa.

Orang yang hampir selalu bersafar setiap hari, seperti pilot, supir bus, supir truk,
masinis, dan semacamnya, dibolehkan untuk tidak berpuasa selama bersafar,
selama itu memiliki tempat tinggal untuk pulang dan menetap. Pendapat ini
dikuatkan oleh Ibnu Taimiyah dan Ibnu Al Utsaimin.

 Orang yang sudah tua renta

Orang yang sudah tua renta dan tidak lagi mampu untuk berpuasa dibolehkan
untuk tidak berpuasa Ramadhan. Ulama ijma akan hal ini.

Wajib bagi mereka untuk membayar fidyah kepada satu orang miskin untuk setiap
hari yang ditinggalkan.

 Wanita hamil dan menyusui

Wanita hamil atau sedang menyusui boleh meninggalkan puasa Ramadhan, baik
karena ia khawatir terhadap kesehatan dirinya maupun khawatir terhadap
kesehatan si bayi. Ulama berbeda pendapat mengenai apa kewajiban wanita hamil
dan menyusui ketika meninggalkan puasa.

Sebagian ulama berpendapat bagi mereka cukup membayar fidyah tanpa qadha,
ini dikuatkan oleh Syaikh Al Albani.

8
Sebagian ulama berpendapat bagi mereka cukup meng-qadha tanpa fidyah, ini
dikuatkan oleh Syaikh Ibnu Baz, Syaikh Ibnu Al Utsaimin, Syaikh Shalih Al
Fauzan, Al Lajnah Ad Daimah, juga pendapat Hanafiyah dan Malikiyah.

Sebagian ulama madzhab juga berpendapat bagi mereka qadha dan fidyah jika
meninggalkan puasa karena khawatir akan kesehatan si bayi.

Yang lebih rajih –insya Allah– adalah pendapat kedua, bagi mereka wajib qadha
saja tanpa fidyah.

Orang yang memiliki sebab-sebab yang membolehkan tidak berpuasa,


diantaranya:

 Orang yang pekerjaannya terasa berat

. Orang yang demikian tetap wajib meniatkan diri berpuasa dan wajib berpuasa.
Namun ketika tengah hari bekerja lalu terasa sangat berat hingga dikhawatirkan
dapat membahayakan dirinya, boleh membatalkan puasa ketika itu, dan wajib
meng-qadha-nya di luar Ramadhan.

 Orang yang sangat kelaparan dan kehausan sehingga bisa membuatnya


binasa

. Orang yang demikian wajib berbuka dan meng-qadha-nya di hari lain.

 Orang yang dipaksa untuk berbuka atau dimasukan makanan dan


minuman secara paksa ke mulutnya

. Orang yang demikian boleh berbuka dan meng-qadha-nya di hari lain dan ia
tidak berdosa karenanya.

 Mujahid fi sabilillah yang sedang berperang di medan perang.

Dibolehkan bagi mereka untuk meninggalkan berpuasa. Berdasarkan hadits:

Pembatal-pembatal puasa

 Makan dan minum dengan sengaja

 Keluar mani dengan sengaja

8
 Muntah dengan sengaja

 Keluarnya darah haid dan nifas

 Menjadi gila atau pingsan

 Riddah (murtad)

 Berniat untuk berbuka

 Merokok

 Jima (bersenggama) di tengah hari puasa. Selain membatalkan puasa dan


wajib meng-qadha puasa, juga diwajibkan menunaikan kafarah
membebaskan seorang budak, jika tidak ada maka puasa dua bulan
berturut-turut, jika tidak mampu maka memberi makan 60 orang miskin.

 Hijamah (bekam) diperselisihkan apakah dapat membatalkan puasa atau


tidak. Pendapat jumhur ulama, hijamah tidak membatalkan puasa.
Sedangkan pendapat Hanabilah bekam dapat membatalkan puasa.
Pendapat kedua ini dikuatkan oleh Ibnu Taimiyah, Ibnu Baz dan Ibnu Al
Utsaimin.

 Inhaler dan sejenisnya berupa aroma yang dimasukan melalui hidung,


diperselisihkan apakah dapat membatalkan puasa atau tidak. Pendapat
jumhur ulama ia dapat membatalkan puasa, sedangkan sebagian ulama
Syafi’iyyah dan Malikiyyah mengatakan tidak membatalkan. Pendapat
kedua ini juga dikuatkan oleh Ibnu Taimiyah.

8
http://mysharing.co/pengertian-fikih-secara-bahasa-dan-istilah/

https://www.nasehatquran.com/2019/05/pengertian-fiqih-menurut-para-
ulama.html

https://lpsi.uad.ac.id/fiqih-ibadah-dan-prinsip-ibadah-dalam-islam/

https://www.merdeka.com/quran/al-asr

https://republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-digest/17/08/24/ov6h1t313-
wasiat-dalam-pandangan-islam

https://alamisharia.co.id/id/kamus-keuangan-syariah/tabarru/

https://repository.uin-suska.ac.id/2730/3/BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai