PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
Dalam makalah ini, penulis mengemukakan beberapa tujuan dan kegunaan
yang ingin dicapai sebagai berikut :
1. Memahami makna thaharah dan dapat mengamalkannya,
2. Memahami pembagian thaharah,
3. Memahami macam-macam alat thaharah dan pembagiannya,
4. Memahami macam-macam hadas dan najis,
5. Memahami cara dan tahapan bersuci dari hadas dan najis,
6. Memahami hikmah dan urgensi dari thaharah,
7. Memahami dan dapat mengamalkan fungsi thaharah dalam kehidupan
sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
Artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan salat,
Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah
kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu
junub Maka mandilah, dan jika kamu sakit4atau dalam perjalanan atau kembali
dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh5perempuan, lalu kamu tidak
memperoleh air, Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah
mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu,
tetapi dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu,
supaya kamu bersyukur.”
Berdasarkan bunyi ayat di atas, Allah swt. memerintahkan kepada orang-orang
yang beriman agar dalam melaksanakan ibadah kondisi tubuh atau badan harus
bersih dan suci dari segala kotoran baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat,
tidak ada alasan bagi orang yang beriman untuk tidak bersuci dalam
melaksanakan ibadah terutama salat.
2.2 Pembagian Thaharah
Para ulama telah mengklasifikasikan thaharah menjadi dua macam:
a. Thaharah haqiqiyyah, yaitu bersuci dari najis, yang meliputi badan, pakaian
dan tempat.
b. Thaharah hukmiyyah, yaitu bersuci dari hadas
Thaharah jenis ini hanya berkenaan dengan badan, yang terbagi menjadi:
1) Thaharah qubra yaitu mandi.
2) Thaharah shugrah yang berupa wudhu.
3) Pengganti keduanya dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk
melakukan keduanya (mandi dan wudhu), yaitu tayammum.
2.3 Alat Thaharah
Allah selalu memudahkan hambanya dalam melakukan sesuatu. Untuk bersuci
misalnya, kita tidak hanya bisa menggunakan air, tetapi kita juga bisa
menggunakan tanah, batu, kayu dan benda-benda padat lain yang suci untuk
menggantikan air jika tidak ditemukan.
a. Benda Padat
Benda padat yang dapat digunakan untuk bersuci adalah debu, batu, pecahan
genting, bata merah, kertas, daun, dan kayu yang dalam keadaan bersih dan
tidak terpakai. Syarat benda padat yang dapat digunakan bersuci adalah :
1. Kasar/ Dapat membersihkan
2. Suci.
b. Benda Cair
Benda Cair dapat yang dipergunakan untuk bersuci adalah air mutlak, yaitu
air yang tidak tercampuri oleh najis.
Macam-macam air
Air yang dapat dipergunakan untuk bersuci ada tujuh macam:
a. Air hujan.
b. Air sungai.
c. Air laut.
d. Air dari mata air.
e. Air sumur.
f. Air salju.
g. Air embun.
QS Al- Anfal ayat : 11[8:11] (Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu
mengantuk sebagai suatu penenteraman daripada-Nya, dan Allah menurunkan
kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu dengan hujan itu dan
menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan setan dan untuk menguatkan
hatimu dan memperteguh denganya telapak kaki(mu).
Pembagian air
Air tersebut dibagi menjadi 4, yaitu :
a. Air mutlak (air yang suci dan mensucikan), yaitu air yang masih murni,
dan tidak bercampur dengan sesuatu yang lain. Ariefudin (2015)
mengatakan bahwa “Air suci dan mensucikan, yaitu air mutlak artinya air
yang masih sewajarnya dikatakan air atau air yang masih murni, dapat
digunakan untuk bersuci tanpa ada makruh padanya. Air seperti ini
disebut sebagai air mutlaq karena jika ia dimutlakkan (pengertiannya tidak
dibatasi), maka masih tetap dinamakan air dan kondisinya serta
karakternya sebagai air tidak berubah, tetap pada kondisi aslinya. Jadi
yang air mutlak (air yang suci mensucikan) adalah air yang suci zat dan
esensinya yaitu ketika dimasuki zat lain ia tidak menjadi najis. Air yang
termasuk dalam kategori ini ada tujuh macam yaitu air hujan, air sumur,
air laut, air sungai, air salju, air telaga, air embun. Pada initinya jika air itu
masih tetap dalam kondisi dan karakter awal sebagai air, tidak berubah
satupun dari rasa, warna dan bau maka hukum menggunakan air ini adalah
suci mensucikan tanpa ada keraguan padanya”.
b. Air musyammas (air yang suci dan dapat mensucikan tetapi makhruh
digunakan), yaitu air yang dipanaskan dengan terik matahari di tempat
logam yang bukan emas. Air makruh yaitu air suci, dapat mensucikan
namun makruh di gunakan. Air yang masuk dalam kategori ini adalah air
musyammas yaitu air yang menjadi panas atau di panaskan dengan
matahari dalam bejana logam, besi atau tembaga selain emas dan perak.
Hukum makruh yang di maksud adalah jika penggunaan air musyammas
digunakan untuk badan. Jika digunakan untuk tujuan lain seperti cuci baju,
menyiram bunga dan lain-lain maka hukumnya tidak makruh alias boleh-
boleh saja. Karena menurut dugaan menggunakan air musyammas dapat
menyebabkan penyakit kusta.
c. Air musta’mal (air suci tetapi tidak dapat mensucikan), yaitu air yang
sudah digunakan untuk bersuci. Air suci tapi tidak mensucikan atau air
musta’mal yaitu air yang telah digunakan untuk menghilangkan najis
meskipun rasa, warna, dan bau tidak berubah. Air musta’mal tidak dapat
digunakan untuk bersuci karena tidak bisa menyucikan zat lain karena
fungsi awalnya adalah sebagai air suci mensucikan,namun setelah dipakai
untuk bersuci maka fungsi tersebut telah hilang,bergantilah ia menjadi air
musta’amal yaitu air hasil atau bekas dari bersuci, Meskipun air tersebut
masih tetap dalam kondisi dan karakter awal dari sebuah air. Namun jika
air musta’mal tersedia dalam jumlah yang banyak sehingga mencapai dua
qullah maka hukumnya menjadi suci mensucikan. Air yang mencapai dua
qullah tidak menjadi najis karena ada najis di dalamnya kecuali jika
perubahan karakter sebuah air telihat dengan jelas maka air tersebut
menjadi najis. Contoh lain dari air ini adalah air suci namun hanya tersedia
dalam jumlah sedikit. Misalnya segelas atau hanya segayung.
d. Air mutanajis (air yang najis dan tidak dapat mensucikan), yaitu air telah
kemasukan benda najis atau yang terkena najis. Air mutanajis atau air najis
yaitu air yang terkena najis sedang jumlahnya kurang dari qullah. Atau
mencapai dua qullah atau lebih tapi karakternya sebagai air sudah berubah
dengan jelas, baik dari segi rasa, warna ataupun bau. Air dua qulllah atau
air yang banyak menurut kebiasaan tidak menjadi najis hanya karena ada
najis yang memasukinya kecuali jika terjadi perubahan pada air tersebut
meskipun sedikit. Maka air ini tidak suci dan tidak mensucikan. Jika
perubahan terjadi dengan hilangnya perubahan karena najis maka air
tersebut menjadi suci, jika perubahan tersebut karena penambahan air suci
lain. Namun jika karena hal lain misalnya minyak kesturi, minyak, debu
dan lain-lain maka air tersebut tetap dalam keadaa tidak suci.,Sedangkan
air yang tidak mencapai dua qullah jika kemasuka najis maka air itu
dihukumi najis, meskipun air tersebut tidak berubah sifatnya sama sekali.
Najis menurut bahasa adalah sesuatu yang kotor. Sedangkan menurut istilah
adalah sesuatu yang dipandang kotor atau menjijikkan yang harus disucikan,
karena menjadikan tidak sahnya melaksanakan suatu ibadah tertentu.
B. WUDLU
1. Pengertian Wudlu
Wudlu secara bahasa berarti keindahan dan kecerahan. Sedangkan menurut istilah
syara’ bersuci dengan air dalam rangka menghilangkan hadas kecil yang terdapat
pada wajah, kedua tangan, kepala dan kedua kaki disertai dengan niat.
2. Rukun Wudlu
Antara lain:
a. Niat
b. Membasuh muka
c. Membasuh dua tangan sampai siku
d. Mengusap sebagian kepala
e. Membasuh kaki sampai mata kaki
f. Tertib, artinya urut.
3. Sunnah Wudlu
a. Membaca basmallah
b. Membasuh tangan sampai pergelangan terlebih dahulu
c. Berkumur-kumur
d. Membersihkan hidung
e. Menyela-nyela janggut yang tebal
f. Mendahulukan anggota yang kanan
g. Mengusap kepala
h. Menyela-nyela jari tangan dan jari kaki
i. Megusap kedua telinga
j. Membasuh sampai tiga kali
k. Berturut-turut
l. Berdo’a sesudah wudlu
4. Hal-hal yang membatalkan wudlu
a. Keluarnya sesuatu dari dua jalan
b. Tertidur dengan posisi tidak duduk yang tetap
c. Hilangnya akal (gila, pingsan, mabuk dan sebagainya)
d. Tersentuh kemaluan dengan telapak tangan
e. Tersentuhnya kulit laki-laki dengan kulit perempuan yang bukan muhrim dan
tidak beralas
C. MANDI
1. Pengertian
Mandi dalam bahasa arab al ghuslu artinya mengalirkan alir pada apa saja.
Menurut pengertian syara’ berarti meratakan air yang suci pada seluruh tubuh
disertai dengan niat. Pengertian lain ialah mengalirkan air ke seluruh tubuh baik
yang berupa kulit, rambut, ataupun kuku dengan memakai niat tertentu. Mandi ini
ada yang hukumnya wajib dan ada yang sunnah.
2. Hal-hal yang mewajibkan mandi (mandi besar/ mandi wajib)
a. Hubungan suami istri
b. Mengeluarkan mani
c. Mati
d. Haid
e. Nifas
f. Wiladah (melahirkan)
3. Rukun mandi
a. Niat
b. Menghilangkan najis bila terdapat pada badannya
c. Meratakan air ke seluruh tubuh, baik berupa rambut maupun kulit
4. Sunnah mandi
a. Membaca basmallah
b. Berwudlu sebelum mandi
c. Menggosok badan dengan tangan
d. Menyela-nyela pada rambut yang tebal
e. Membasuh sampai tiga kali
f. Berturut-turut
g. Mendahulukan anggota yang kanan
h. Memakai basahan
D. TAYAMMUM
1. Pengertian
Tayammum adalah salah satu cara bersuci, sebagai ganti berwudlu atau mandi
apabila berhalangan memakai air. (Imam Zarkasyi, 1995:20)
2. Syarat tayammum
a. Islam
b. Tidak ada air dan telah berusaha mencarinya, tetapi tidak bertemu
c. Berhalangan mengguankan air, misalnya karena sakit yang apabila
menggunakan air akan kambuh sakitnya
d. Telah masuk waktu shalat
e. Dengan debu yang suci
f. Bersih dari Haid dan Nifas
3. Rukun tayammum
a. Niat
b. Mengusap muka dengan debu dari tangan yang baru dipukulkan atau diletakkan
ke debu
c. Mengusap kedua tangan sampai siku, dengan debu dari tangan yang baru
dipukulkan atau diletakkan ke debu, jadi dua kali memukul.
d. Tertib
4. Sunnah tayammum
a. Membaca basmallah
b. Mendahulukan anggota kanan
c. Menipiskan debu di telapak tangan
d. Berturut-turut
5. Hal-hal yang membatalkan tayammum
a. Semua yang membatalkan wudlu
b. Melihat air, bagi yang sebabnya ketiadaan air
c. Karena murtad
E. ISTINJA’
Apabila keluar kotoran dari salah satu dua jalan, wajib istinja’ dengan air atau
dengan tiga buah batu, yang lebih baik mula-mula dengan batu atau sebagainya
kemudian diikuti dengan air. (Sulaiman Rasjid, 1981:37)
Adab buang air:
1. Sunnah mendahulukan kaki kiri ketika masuk ke dalam kamar mandi,
mendahulukan kaki kanan ketika keluar dari kamar mandi.
2. Tidak berbicara selama ada di dalam kamar mandi.
3. Memakai alas kaki.
4. Hendaklah jauh dari orang sehingga bau kotoran tidak sampai kepadanya.
5. Tidak buang air di air yang tenang.
6. Tidak buang air di lubang lubang tanah.
7. Tidak buang air di tempat perhentian.
KESIMPULAN
Kebersihan yang sempurna menurut syara’ disebut thaharah, merupakan
masalah yang sangat penting dalam beragama dan menjadi pangkal dalam
beribadah yang menghantarkan manusia berhubungan dengan Allah SWT. Tidak
ada cara bersuci yang lebih baik dari pada cara yang dilakukan oleh syarit Islam,
karena syariat Islam menganjurkan manusia mandi dan berwudlu. Walaupun
manusia masih dalam keadaan bersih, tapi ketika hendak melaksanakan sholat dan
ibadah-ibadah lainnya yang mengharuskan berwudlu, begitu juga dia harus pula
membuang kotoran pada diri dan tempat ibadahnya dan mensucikannya karena
kotoran itu sangat menjijikkan bagi manusia
DAFTAR PUSTAKA
https://www.bacaanmadani.com/2016/09/alat-atau-benda-yang-dapat-untuk.html
http://bodohtapisemangat.blogspot.com/2015/05/makalah-tentang-thaharah.html
http://kumpulanmakalah-mey.blogspot.com/2015/03/makalah-tentang-thaharah.html
https://nia457.wordpress.com/2015/11/11/makalah-thaharah-bersuci/
Ahmad Ariefudin. 2015. Thaharah. Makalah. Yogyakarta. Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga.
Mairita Fitri. 2015. Thaharah. Makalah. Riau. Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim.