Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

THAHAROH (AIR DAN PEMBAGIANNYA)

Disusun oleh:
1. Dzakki Abid Mustofa (2111100)
2. Syihada Hilwati (2111092)
3. Abdullah Chabib Al Ulumi (2111090)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil`alamin. Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala


limpahan rahmat,taufik,hidayah,serta inayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “Thaharoh (air dan pembagiannya)” dengan tepat waktu. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah FIQIH IBADAH . Selain itu,makalah ini
bertujuan untuk menambah wawasan mengenai sesuci dengan air bagi para pembaca dan
khususnya bagi para penulis.
Kami mengucapkan trimakasih kepada “Bpk Shofiullahul kahfi.” selaku dosen
pengampu mata kuliah FIQIH IBADAH. Kami juga mengucapkan trimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kata sempurna, baik dari segi
penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat menghargai kritik
dan saran yang membangun dari pembaca agar makalah ini menjadi lebih baik di masa depan
yang akan mendatang.

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...................................................................................................................1
Daftar Isi............................................................................................................................2
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang.......................................................................................................3
B. Rumusan Masalah..................................................................................................3
C. Tujuan Masalah.....................................................................................................3
BAB II
Pembahasan
1. Pengertian Thaharoh..............................................................................................4
2. Pengertian Air........................................................................................................4
3. Pembagian Air.......................................................................................................5
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan............................................................................................................7
B. Saran......................................................................................................................7
Daftar Pustaka....................................................................................................................8

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Allah itu bersih dan suci. Untuk menemuinya, manusia harus terlebih dahulu
bersuci atau disucikan. Allah mencintai sesuatu yang bersih dan suci. Dalam hukum
Islam bersuci dan segala seluk beluknya adalah termasuk bagian ilmu dan amalan
yang penting terutama karena diantaranya syarat-syarat sholat telah ditetapkan bahwa
seseorang yang akan melaksanakan sholat, wajib suci dari hadas dan suci pula badan,
pakaian dan tempatnya dari najis. Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari
sesuatu (barang) yang kotor dan najis sehingga thaharah dijadikan sebagai alat dan
cara bagaimana mensucikan diri sendiri agar sah saat menjalankan ibadah.
Air menduduki masalah penting dalam Islam. Boleh dikatakan bahwa tanpa adanya
air, bagaimana kita hendak bersuci, mandi, wudhu dan sebagainya. Sebab sholat tidak
sah tanpa wudhu. Tanpa air, ibadah tidak sah. Bila ibadah tidak sah, maka tidak akan
diterima Allah. Kalau tidak diterima Allah, maka konsekuensinya adalah kesia-siaan.
Perhatian Islam atas dua jenis kesucian baik jasmani maupun rohani merupakan bukti
otentik tentang konsistensi Islam atas kesucian dan kebersihan. Dan bahwa Islam
adalah peri hidup yang paling unggul dalam urusan keindahan dan kebersihan.
Allah SWT telah memuji orang-orang yang selalu menjaga kesucian di dalam Al-
Quran Al-Kariem.

‫ِإَّن َهَّللا ُيِح ُّب الَّتَّواِبيَن َو ُيِح ُّب اْلُم َتَطِّهِر يَن‬
Artinya: Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang taubat dan orang-orang
yang membersihan diri. (QS. Al-Baqarah : 222).

B. Rumusan masalah
 Apa pengertian thaharoh?
 Apa pengertian air ?
 Apa saja pembagian air?

C. Tujuan masalah
 Untuk mengetahui pengertian thaharoh
 Untuk mengetahui pengertian air
 Untuk mengetahui pembagian air

3
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian thaharoh
Thaharah menurut bahasa ialah bersih dan bersuci dari segala kotoran, baik
yang nyata seperti najis, maupun yang tidak nyata seperti aib. Menurut istilah para
fuqaha’ berarti membersihkan diri dari hadas dan najis, seperti mandi berwudlu dan
bertayammum. (Saifuddin Mujtaba’, 2003:1) Suci dari hadas ialah dengan
mengerjakan wudlu, mandi dan tayammum. Suci dari najis ialah menghilangkan najis
yang ada di badan, tempat dan pakaian.
Urusan bersuci meliputi beberapa perkara sebagai berikut:
a. Alat bersuci seperti air, tanah, dan sebagainya.
b. Kaifiat (cara) bersuci.
c. Macam dan jenis-jenis najis yang perlu disucikan.
d. Benda yang wajib disucikan.
e. Sebab-sebab atau keadaan yang menyebabkan wajib bersuci.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
Artinya:
“Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu
kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh;
dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah
suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang
yang mensucikan diri. (QS. 2:222)
Bersuci ada dua bagian:
1) Bersuci dari hadas. Bagian ini khusus untuk badan, seperti mandi, berwudhu
dan tayamum.
2) Bersuci dari najis. Bagian ini berlaku pada badan, pakaian dan tempat.
Adapun thaharah dalam ilmu fiqh ialah:
a. Menghilangkan najis.
b. Berwudlu.
c. Mandi.
d. Tayammum.
Alat yang terpenting untuk bersuci ialah air. Jika tidak ada air maka tanah, batu dan
sebagainya dijadikan sebagai alat pengganti air.

2. Pengertian air
Air adalah salah satu alat untuk wudlu, mandi dan mensucikan najis, dan tidak
semua air bisa digunakan untuk itu, sehingga kita perlu mengetahui dan mempelajari
tentang jenis-jenis air.
Air yang suci yang bisa digunakan untuk bersuci (wudlu, mandi dan mensucikan
najis) adalah Air yang kurag dari 175 liter yang belum digunakan untuk bersuci, atau
lebih dari 175 liter yang tidak mengalami perubahan sifat
(warna,rasa,aroma),walaupun sudah digunakan bersuci berkali-kali. Jika ada air

4
sedikit (kurang dari 175 liter) dan akan digunakan untuk bersuci, Maka satu-satunya
cara adalah : dengan menyiramkan pada anggota badan atau benda yang akan
disucikan,tidak dengan cara memasukkan anggota badan atau benda ke dalam air
tesebut,sebab jika melakukan hal ini air tidak bisa lagi digunakan untuk bersuci,dan
bahkan bisa menjadi air najis. Air yang lebih dari 175 liter bisa digunakan untuk
bersuci berkali-kali selama tidak mengalami perubahan sifat yang disebabkan terkena
benda lain (pewarna,pengharum).

3. Pembagian air
a) Air yang suci dan menyucikan.
Air yang demikian boleh diminum dan sah dipakai untuk menyucikan
(membersihkan) benda yang lain. Yaitu air yang jatuh dari langit atau terbit dari bumi
dan masih tetap (belum berubah) keadaannya, seperti air hujan, air laut, air sumur, air
es yang sudah hancur kembali, air embun, dan air yang keluar dari mata air.
Firman Allah Swt:
)١١ ‫ـوُيَنّز ُل َع َلْيُك ْم ِّم َن الَّس َم اِء َم اًء ِّلُيَطِّهَر ُك ْم ِبِه (االتفل‬
“dan allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk menyucikan kamu dengan
hujan itu.” (Al-anfal:11)
Perubahan air yang tidak menghilangkan keadaan atau sifatnya “suci mensucikan”
walaupun perubahan itu terjadi pada salah satu dari semua sifatnya yang tiga (warna,
Rasa, dan baunya) adalah sebagai berikut;
 Berubah karena tempatnya, seperti air yang tergenang atau mengalir di batu
belerang.
 Berubah karena lama tersimpan, seperti air kolam
 Berubah karena sesuatu yang terjadi padanya, seperti berubah di sebabkan
ikan atau kiambang
 Berubah karena tanah yang suci, begitu juga segala perubahan yang sukar
memeliharannya, misalnnya berubah karena daun-daunan yang jatuh dari
pohon -pohon yang berdekatan dengan sumur atau tempat tempat air itu.

b) Air suci, tapi tidak menyucikan


Zatnya suci, tetapi tidak sah dipakai untuk menyucikan. Sesuatu yang termasuk dalam
bagian ini ada tiga macam air, yaitu;
 Air yang telah berubah salah satu sifatnya karena bercampur dengan suatu
benda yang suci, selain dari perubahan tersebut seperti air kopi, teh dan
sebagainnya.
 Air sedikit, kurang dari dua kulah, sudah terpakai untuk menghilangkan hadas
atau menghilangkan hukum najis sedangkan air itu tidak berubah sifatnya dan
tidak pula bertambah timbangan-timbangannya.
 Air pohon-pohonan atau air buah-buahan, seperti air yang keluar dari tekukan
pohon kayu (air nira), air kelapa, dan sebagainya.

5
c) Air yang bernajis
Air yang termasuk bagian ini ada 2 macam:
 Sudah berubah salah satu sifatnya oleh najis. Air ini tidak boleh di pakai lagi,
baik airnya sedikit ataupun banyak, sebab hukumnya seperti najis.
 Bernajis, tapi tidak berubah salah satu sifat nya, air ini kalau Sedikit berarti
kurang dari dua kulah tidak boleh di pakai lagi, bahkan hukumnya sama
dengan najis.
namun bila air tersebut sampai 2 kulah maka air tetap suci lagi menyucikan.
Sabda Rosulullah Saw:

‫َاْلمَـاُء َالَيَنِّج ُسُه َش ْي ٌءِاَّالَم اَغ َلَب َع َلي َطْغ ِمِه َاْو َلْو ِنِه َاْو ِر ْيِحِه‬
‫روه ابن ماجه والبيهقي‬.
“air itu tidak dinajisi sesuatu, kecuali apabila berubah rasa, warna, atau baunya.”
(Riwayat ibnu majah dan baihaqi ).
‫ روه الخمسة‬. ‫ِاَذ اَكاَنْالَم اُء ُقَّلَتْيِن َلْم ُيَنِّجْسُه َش ْي ٌء‬
“apabila air cukup dua kulah, tidaklah dinajisi oleh sesuatu apapun.” (Riwayat lima
ahli hadis)

d) Air makruh
Air yang terjemur oleh matahari dalam bejana selain bejana emas dan perak. Air ini
makruh untuk badan namun tidak untuk pakaian; kecuali air yang berjemur di tanah,
seperti air sawah, air kolam, dan tempat-tempat yang bukan bejana yang mungkin
berkarat.

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Thaharoh yaitu bersuci dari hadas besar dan hadas kecil, dengan wudhu mandi dan
tayamum, alat utama bersuci yaitu menggunakan air batu dan debu sebagai
penggantinya .
Air merupakan sebuah bagian yang penting bagi kita, baik itu untuk kelangsungan
hidup maupun dalam beribadah, hampir setiap ibadah memerlukan air, contoh nya
sholat. Begitu pula air berguna untuk bersuci dari hadas dan najis, baik bersuci dari
fisik dan bersuci dari pakaian yang kita pakai.
Sedangkan pembagian air yaitu terdapat empat bagian
a) Air yang suci dan menyucikan
b) Air suci tapi tidak menyucikan
c) Air yang bernajis dan
d) Air makruh.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan baik dari segi penulisan maupun
pemaparan makalah ini, untuk itu kami mohon kritik dan saran kepada pembaca untuk
perbaikan makalah ini. Semoga bermanfaat dan barokah amin.

7
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Wahbah az-Zuhaili dalam Al-Fiqhul Islami Wa Adillatuhu.


Al Husni, Taqiyudin Abu Bakar bin Muhammad Al Husaini, Kifayatul Akhyar Fi Halli
Ghoyati Ikhtishor, Damaskus: Darul Basya'ir, 2001.
An-Nawawi , Imam Abu Zakariya Muhyiddin bin Syarof, Al-Majmu' Syarah Al-Muhadzdzab
Lis-Syirozi Juz 1, Jeddah -Arab Saudi: Maktabah Al-Irsyad
Sarwat, Ahmad, Fiqh Thaharah, Bandung: DU CENTER, 2009
Fiqh islam Sulaiman Rasyid

Anda mungkin juga menyukai