THAHARAH
1. Pengertian
2. Jenis-jenis Thaharah
3. Landasan Hukum Thaharah
4. Tujuan dan Fungsi
5. Alat Thaharah
6. Najis & Hadats
7. Macam-macam Thaharah
8. Hikmah dan makna spiritual
9. Masalah-masalah yang berhubungan dengan thaharah
A. PENDAHULUAN
Dalam hukum Islam, masalah bersuci dan segala seluk-beluknya termasuk bagian ilmu
dan amalan yang sangat penting, karena, diantara syarat-syarat sahnya sholat adalah
harus dalam keadaan suci dari hadats dan suci pula badan, pakaian dan tempat sholat dari
najis. Sementara sholat adalah tiang agama Islam.
Pengertian thaharah adalah mensucikan diri, pakaian dan tempat sholat dari hadats dan
najis menurut syariat Islam. Bersuci dari hadats dan najis adalah syarat syahnya seorang
muslim dalam mengerjakan ibadah tertentu.
Dalam hukum Islam, kata-kata thaharah (bersuci) adakalanya dipakai dalam arti yang
sesungguhnya (dzati atau ‘aini) misalnya bersuci dengan air. Adakalanya dipakai dalam
arti hukmi atau syar’i, bersuci memakai debu (tayamum). Oleh karena itu thaharah dalam
konteks ini pengertiannya berbeda dengan pengertian bersuci dalam konteks lain,
misalnya kesucian ruhani dalam ilmu tasawuf.
B. Pengertian Thaharah
a) Secara bahasa : thaharah berarti suci dan bersih, baik itu suci dari kotoran lahir
maupun dari kotoran batin berupa sifat dan perbuatan tercela. Hal ini tampak dalam
firman-Nya:
Artinya :
“Sesungguhnya Allah mencintai orang orang yang bertaubat( yang kembali) dan
mencintai orang orang mensucikan diri”. (QS. Al-Baqarah /2:222).
b) Secara istilah : Thaharah adalah mensucikan diri dari najis dan hadas yang
menghalangi shalat dan ibadah-ibadah sejenisnya dengan air atau tanah, atau batu.
Penyucian diri disini tidak terbatas pada badan saja tetapi juga termasuk pakaian dan
tempat.
C. Landasan Hukum Thaharah (bersuci) ini adalah Wajib, khususnya bagi orang yang
akan melaksanakan shalat. Hal ini didasarkan pada firman Allah swt.
a) Al Qur-an Surat Al-Baqarah/2 : 222).
Artinya :
“Sesungguhnya Allah mencintai orang orang yang bertaubat (yang kembali) dan
mencintai orang orang mensucikan diri”. (QS. Al-Baqarah /2:222).
鈐ଢ_j回oాni mŨmj鈐acoun 嶸m⺁ oű_iȲmhoȲji oű_iȲଢ_ _i 鈐ଢ_ m回o jj mCଢ Ȩhun 嶸m⺁ oű_eoc_û 鈐 m⺁ 鈐ଢ_źi鈐 rȲmȨjn _ Ȭh
oi⺁ aɂĢ ⺁ oi⺁ Ȭ oaȨi ű_eź_j 奘 鈐i_aȨ_Ȩŋjj q _ź_ oű_eź_j 奘 moǻ ohĸoûn 嶸m⺁ oű_i _ oŰ⺁i oű_imĢi_ _am
鈐ଢ_j回oాjj q mnjŋ 鈐qhjmhj 鈐ଢ_cȨcje q i 鈐i_hmʼn oű j 回mn ûn _ű_eo回c oi⺁ mřmj moûn rmni ű_iźmni hŲ⺁
Ȩűme_m i oű_iamn_i_m _hema_Ȳ rmi i ɧaŲ ormni ű_ioj Ůhošm _Ȩଝn _hema_Ȳ i _ oźmni ű_iȲmhoȲji oű_imȲଢ_ _ଢm
Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah
mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu
sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit
atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh
perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang
baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak
menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-
Nya bagimu, supaya kamu bersyukur. (Al Qur-an Surat Al Maidah/5 : 6)
c) QS. Al Muddatstsir/74: 3 - 4
oamn_i ū jm i, omnkĸj ūȨğŰi
Artinya:
“Terhadap Tuhanmu agungkanlah dan pakaianmu sucikanlah” (QS Al
Muddatstsir/74:3-4)
d) Hadits Nabi:
ab: V Γ˴ϼV Ρ ˴
Artinya:
“Kunci sholat itu adalah bersuci…”(HR. Tirmidzi, Ibn Majah, Ahmad, Darimi, dari
Ali bin Abi Thalib.
D. FUNGSI THAHARAH
Fungsi Thaharah adalah untuk memenuhi syarat syahnya sholat dan untuk
menyempurnakan ibadah. Orang sholat tanpa bersuci sholatnya tidak syah
Dalam hal ini Rasulullah bersabda:
a.
Nabi saw. bersabda, “Allah tidak akan menerima shalat salah satu dari kalian jika ia
berhadas sampai ia berwudhu.” HR. imam Al-Bukhari, imam Muslim, imam Abu
Daud, imam At-Tirmidzi, dan imam Ibnu Majah dari shahabat Abu Hurairah.
Istimbat Hukum
Hadits pertama menyatakan tidak syahnya sholat yang tidak didahului bersuci, termasuk
bersuci ialah: mandi janabat, wudhu, tayamum, istinja’ atau menghilangkan najis. Jadi
hadits pertama berisi perintah bersuci secara umum. Sedangkan hadits kedua khusus
menekankan pentingnya wudhu bagi yang berhadats kecil bila hendak melaksanakan
sholat.
Berdasarkan kedua hadits tersebut dapat diambil konsepsi hukum bahwa fungsi thaharah
atau bersuci, baik bersuci dari hadats bersar maupun dari hadats kecil dann juga bersuci
dari najis mutlak perlu bagi orang yang hendak mengerjakan sholat agaar sholatnya syah.
E. ALAT THAHARAH
Alat untuk bersuci terdiri dari air, debu, dan batu atau benda padat lainnya.
1. Air
Air sebagai alat bersuci yang paling besar peranannya dalam kegiatan bersuci. Air
yang dapat digunakan untuk bersuci adalah :
a) Air Muthlaq yaitu air yang suci lagi mensucikan, seperti air mata air, air sungai,
zam zam, air hujan, salju, embun, air laut. Firman Allah dalam Al Qur-an surat
Al Anfal/8 : 11.
oű_iź ĶmȲoŸ_ei m m ű_iamn_i_mn q i m cȨ回un rmni ű_ioj _^mnk_ei _ oźmni qĹźi⺁ M h n _ű_ijmn m_ o m⺁
_鈐ho oûn m m ĺmn _ei oű_imğଢ_ _ ⺁ řmğo mûi mr ojȨ un Mo mŰ
11. (Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penenteraman
daripada-Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan
kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan syaitan dan
untuk menguatkan hatimu dan memperteguh dengannya telapak kaki(mu). (QS. Al
Anfal/8 : 11)
Al Qur-an surat Al Furqon ayat 48
qŰଢ__ŋ q i m cȨ回un rmi o M ⺁i m meo Ű oļhȲ oǻj üo _ Ń mnaun ŮĢoŰ⺁ ļmȨjn ଢ_Ȳi
48. Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum
kedatangan rahmat-nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih,
QS. Al Furqon/48 : 11)
b) Air Musta’mal yaitu air yang telah digunakan untuk wudhu dan mandi (HR.
Muttafa’alaih,dari Jabir). Hukumnya sama dengan air mutlak yaitu sah untuk
bersuci.
Adapun air yang tidak dapat digunakan untuk bersuci antara lain:
1) Air Mutanajjis yaitu air yang sudah terkena najis, kecuali dalam jumlah
yang besar (minimal 2 kulah) dan tidak berubah sifat kemutlakannya
yakni berubah bau, rasa dan warnanya.
2) Air suci tetapi tidak mensucikan, seperti air kelapa, air gula (teh atau
kopi), air susu dan semacamnya.
Namun air yang bercampur dengan sedikit benda suci lainnya seperti
bercampur dengan sedikit sabun, kapur barus atau wewangian, selama tetap
terjaga kemutlakannya, maka hukumnya tetap suci dan dapat mensucikan.
Sementara jika campurannya banyak hingga tidak dapat disebut sebagai air
mutlak bahkan sudah disebut air sabun misalnya hukumnya suci tetapi tidak
mensucikan.
2. Debu
Debu yang digunakan untuk bersuci atau bertayamum adalah debu yang suci dan
kering. Debu ini bisa terletak di tanah, pasir, tembok atau dinding.
3. Batu atau benda padat lainnya selain tahi dan tulang.
Debu, batu dan benda padat lainnya, seperti : daun, kertas tisu, dan semacamnya,
digunakan khususnya ketika tidak ada air. Tetapi jika ada air yang bisa digunakan
untuk bersuci, maka disunahkan untuk lebih dahulu menggunakan air tersebut.
1. Najis Mukhofafah, yang merupakan air kencingnya bayi laki-laki yang belum makan
dan minum selain ASI dan belum berumur dua tahun, dapat disucikan dengan cara
memercikkan air ke tempat yang terkena najis. Cara memercikkann air ini harus
dengan percikan yang kuat dan air mengenai seluruh tempat yang terkena najis. Air
yang dipercikkan juga mesti lebih banyak dari air kencing yang mengenai tempat
tersebut. Setelah itu barulah diperas atau dikeringkan. Dalam hal ini tidak disyaratkan
air yang dipakai untuk menyucikan harus mengalir.
2. Najis Mutawassithah dapat disucikan dengan cara menghilangkan lebih dahulu najis
‘ainiyah-nya. Setelah tidak ada lagi warna, bau dan rasan najis tersebut baru kemudian
menyiram tempatnya dengan air yang suci dan menyucikan.
3. Sebagai contoh kasus, bila seorang anak buang air besar di lantai ruang tamu,
umpamanya, maka langkah pertama untuk menyucikannya adalah dengan membuang
lebih dahulu kotoran yang ada di lantai. Ini berarti najis ‘ainiyahnya sudah tidak ada
dan yang tersisa adalah najis hukmiyah. Setelah yakin bahwa wujud kotoran itu sudah
tidak ada (dengan tidak adanya warna, bau dan rasa dan lantai juga terlihat kering)
baru kemudian menyiramkan air ke lantai yang terkena najis tersebut. Tindakan
menyiramkan air ini bisa juga diganti dengan mengelapnya dengan menggunakan
kain yang bersih dan basah dengan air yang cukup.
4. Najis mughalladhah dapat disucikan dengan cara membasuhnya dengan air
sebanyak tujuh kali basuhan di mana salah satunya dicampur dengan debu. Namun
sebelum dibasuh dengan air mesti dihilangkan terebih dulu ‘ainiyah atau wujud
najisnya. Dengan hilangnya wujud najis tersebut maka secara kasat mata tidak ada
lagi warna, bau dan rasa najis tersebut. Namun secara hukum (hukmiyah) najisnya
masih ada di tempat yang terkena najis tersebut karena belum dibasuh dengan air.
H. WUDHU
Dalil tentang wajibnya wudhu terdapat dalam
a) Q.S Al-Ma’idah/5 : 6
鈐ଢ_j回oాni mŨmj鈐acoun 嶸m⺁ oű_iȲmhoȲji oű_iȲଢ_ _i 鈐ଢ_ m回o jj mCଢ Ȩhun 嶸m⺁ oű_eoc_û 鈐 m⺁ 鈐ଢ_źi鈐 rȲmȨjn _ Ȭh
moǻ ohĸoûn 嶸m⺁ oű_i _ oŰ⺁i oű_imĢi_ _am
Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah
mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai
dengan kedua mata kaki (Al Qur-an Surat Al Maidah/5 : 6)
b) Demikian pula hadis Nabi saw:
“maka basuhlah wajahmu!” dalam rukun wudhu masing cukup satu kali
2. Membasuh kedua tangan sampai siku satu kali. mŨmj鈐acoun 嶸m⺁ oű_iȲmhoȲji
4. Membasuh kedua kaki sampai dua mata kaki 1kali. moǻ ohĸoûn 嶸m⺁ oű_i _ oŰ⺁i
Berikut tata cara berwudhu secara lengkap berdasarkan sunah rasul saw adalah sebagai
berikut:
I. MANDI
Mandi atau biasa disebut mandi junub adalah membasahi seluruh badan dengan air suci .
Adapun hal-hal yang disunatkan untuk mandi anatara lain adalah ketika hendak
menunaikan sholat jumat, solat 2 hari raya /bagi yang berhaji mulai ketika hendak wukuf
di Arafah, sesudah memandikan jenazah dan hendak ihram.₩
Tata Cara Mandi
Hal pertama yang penting dilakukan adalah berniat mandi karena allah semata dengan
tanpa dilisankan dan cukup membaca bismillah.
Tata Cara Mandi menurut Rasulullah saw adalah:
a) Mencuci kedua tangan.
b) Mencuci farji dengan tangan kiri.
c) Berwudlu seperti wudlu untuk shalat.
d) Menyiramkan air ke kepala secara merata(keramas) sambil mengucepkannya
sampai ke dasar kulit kepala,
e) Menyiramkan air ke seluruh badan sampai rata dimulai dari kanan kemudian kiri.
Selama wudlu tidak batal, maka setelah mandi boleh melaksanakan shalat tanpa
perlu berwudlu lagi.
J. TAYAMUM
Tayamum dilakukan sebagai pengganti wudhu dan mandi besar bila ada halangan,seperti
sakit atau ketiadaan air untuk bersuci.Tayamum didasarkan pada ayat Al-Quran surat Al-
Nisa’/4:43:
Ůjm Ģ ļmam Ȩ寘m⺁ e _ź_ 寘i 奘ଢ_uଢ_ɉź i 鈐ଢ_c ohź Ȩ Ų ca _Ģ oű_e ⺁i Cଢ Ȩhun 鈐ଢ_ğaoɉź 寘 鈐ଢ_źi鈐 rȲmȨjn _ Ȭh
鈐i_hmʼn oű j 回mn ûn _ű_eo回c oi⺁ mřmj moûn rmni ű_iźmni hŲ⺁ oi⺁ aɂĢ ⺁ oi⺁ Ȭ oaȨi ű_eź_j 奘 鈐ଢ_ m回Űomź Ȩ Ų
鈐eŰଢ_ɂi 鈐ĝଢ_ɂ 奘⺁ Ȩଝn Ȩ奘m⺁ oű_iȲmhoȲji oű_imȲଢ_ _ଢm 鈐ଢ_j回oాjj q mnjŋ 鈐qhjmhj 鈐ଢ_cȨcje q i
43. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk,
sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu
dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit
atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh
perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang
baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha
Pengampun. Al-Quran surat Al-Nisa’/4:43:
K. Hikmah Thaharah