T H AH I H
D UP B E R S
HI
Anggota Kelompok
Akhiruddin
Pendahuluan
Thaharah menurut syari'at
Islam ialah suatu kegiatan Thaharah merupakan perintah agama untuk bersuci
bersuci dari hadas maupun dari hadas dan najis. Kedudukan bersuci dalam
hukum Islam termasuk amalan yang penting
najis sehingga seorang lantaran salah
diperbolehkan untuk
mengerjakan suatu ibadah satu syarat sah salat adalah diwajibkan suci dari
yang dituntut hadas dan najis. Thaharah tak sekadar
harus dalam keadaan suci bersih-bersih badan. Tak setiap yang bersih pun
seperti shalat. "Kegiatan pasti sudah suci
bersuci dari najis meliputi
bersuci
menyucikan diri.
Alat-alat Thaharah Air suci dan dapat mensucikan, seperti air sumur, air sungai, air hujan, dll
-Air yang dapat mensucikan tapi makruh hukumnya, seperti air yang
dijemur di tempar
-Air yang tidak dapat mensucikan, seperti air yang kurang dari dua kulah,
air yang
sifatnya berbah (air teh, air kopi, air berbau), dan air yang diperoleh dari
mencuri. Thaharah berasal dari bahasa Arab yang berarti bersih atau suci
dan ini sudah disarikan
sedikit, jika kami pakai air itu untuk berwudhu, maka tetap (belum berubah) keadaannya, seperti air
kami akan kehausan. Bolehka kami hujan, air laut, air sumur, air es yang
berwudhu dengan air laut ? jawab Rasulullah Saw., sudah hancur kembali, air embun, dan air yang
‘’Air laut itu suci lagi menyucikan, bangkainya halal keluar dari mata air.
dimakan.’’ (Riwayat lima ahli hadits. Menurut
erubahan air yang tidak menghilangkan keadaan tau sifatnya suci menyucikan
keterangan Tirmizi, hadits ini shahih)
walaupun perubahan itu terjadi pada salah satu dari semua sifatnya yang tiga
sebagai berikut:
Air Musta’mal, yaitu air yang telah digunakan untuk menyucikan najis
atau hadas. Hukumnya Suci, tetapi tidak sah digunakan untuk bersuci
lagi. Air yang berubah dari wujud aslinya, yaitu air yang berubah
Air Musta’mal, yaitu air yang telah digunakan untuk menyucikan najis atau hadas. Hukumnya Suci, tetapi tidak sah
karena
digunakan untuk bercampur
bersuci lagi. Air yangdengan
berubah dari wujud aslinya, yaitu air yang berubah karena bercampur dengan
benda suci lainnya. Contoh, air kopi, air teh, air susu, dan lain-lain.
benda suci lainnya. Contoh, air kopi, air teh, air susu, dan lain-lain. 3.
Air Mutanajis (yang naji s), yaitu air yang terkena najis. Air ini dibagi
menjadi dua
kullah. Jika air ini kemasukan najis, maka hukum air tersebut tetap suci
danyaitu
Air Musta’mal, menyucikan
air yang telah digunakan untuk menyucikan najis atau hadas. Hukumnya Suci, tetapi tidak sah
digunakan untuk bersuci lagi. Air yang berubah dari wujud aslinya, yaitu air yang berubah karena bercampur dengan
tiga sifat air tadi (warna, rasa, bau) maka hukumnya tetap suci
menyucikan dan boleh
(الماء الينجسه شيئ ّاال ما غلب على طعمه اولونه اوريحه (رواه ابن ماجه
والبيهقى.digunakan
4. Air yang makruh, yaitu air yang sebenarnya suci secara dzatnya, juga
menyucikan dan
biasa disebut dengan air musyammas, yaitu air yang dipanaskan pada sinar
matahari
yang berada di dalam bejana (besi, tembaga, timah, dan sejenisnya) kecuali
bejana
عن عائشة رضي هللا عنها ّانها سّ خنت ماء في الشمس فقال صلى هللا عليه وّسلم لها ال تفعلي يا
حميراء فّانه
Alat -alat Bersuci
Debu
Debu yang Suci, Ketika seseorang ingin bersuci (dalam artian bersuci dari hadas), dan
dia tidak menemukan air untuk bersuci, maka diberikan kemudahan yaitu diperbolehkan
bersuci dengan debu, yang biasa disebut dengan istilah tayamum. Allah berfirman di
dalam QS. Al-Maidah ayat 6, yang artinya sebagai berikut: “Dan apabila kamu sakit, atau
dlam perjalanan, atau kembali dari tempat buang air
(kakus), atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak mendapat air, maka
bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan kedua
Jenis-jenis Air dan hukum
nya
Imam Khomeini dalam bukunya Mi'raj Ruhani: Tuntunan Shalat Ahli Ma'rifat
menyebutkan selain air, alat utama untuk bersuci yang lain adalah tanah. Adapun, bersuci
menggunakan air dimaksudkan untuk menghilangkan hadats dan najis, ini
Air ini dzatnya suci namun tidak bisa dipakai untuk bersuci, baik untuk bersuci dari
hadas maupun dari najis. Ada dua macam air yang suci namun tidak bisa digunakan
untuk bersuci, yakni air musta’mal dan air mutaghayar. Air musta’mal adalah air yang telah
digunakan untuk bersuci baik untuk menghilangkan
hadas seperti wudlu dan mandi ataupun untuk menghilangkan najis bila air tersebut
tidak berubah dan tidak bertambah volumenya setelah terpisah dari air yang terserap
oleh barang yang dibasuh. Air musta’mal ini tidak bisa digunakan untuk bersuci apabila
tidak mencapai dua qullah. Sedangkan bila volume air tersebut mencapai dua qullah
4.) Air Mutanajis
Air mutanajis adalah air yang terkena barang najis yang volumenya kurang dari dua
qullah atau volumenya mencapai dua qullah atau lebih namun berubah salah satu
sifatnya—warna, bau, atau rasa—karena terkena najis tersebut. Air sedikit apabila terkena
najis maka secara otomatis air tersebut menjadi mutanajis
meskipun tidak ada sifatnya yang berubah. Sedangkan air banyak bila terkena najis
tidak menjadi mutanajis bila ia tetap pada kemutlakannya, tidak ada sifat yang berubah.
Adapun bila karena terkena najis ada satu atau lebih sifatnya yang berubah maka air
banyak tersebut menjadi air mutanajis. Air mutanajis ini tidak bisa digunakan untuk
bersuci, karena dzatnya air itu sendiri tidak suci sehingga tidak bisa dipakai untuk
yaitu ringan, sedang, dan berat. Sementara, pengertian umum najis itu sendiri
adalah
Darah
Nanah
Tingkatan najis
1. Najis Mukhaffafah (Ringan)
3. Najis Mughalladah (Berat)
Najis mukhaffafah adalah najis dari air kencingnya bayi laki- •
laki yang belum berumur 2 • Najis mughalladhah yaitu najis yang berasal dari hewan anjing dan babi. b.) Membersihkan
najis
•
tahun, serta belum pernah makan sesuatu apa pun kecuali air • 1.Membersihkan Najis Mukhaffafah
susu ibunya. 2. Najis Mutawassitah (Sedang) •
• Sesuatu hal yang terkena najis mukhaffafah yaitu kotoran kencing bayi yang belum 2
Najis mutawassithah merupakan najis yang keluar dari kubul •
• tahun serta masih minum ASI, dapat dibersihkan dengan percikan air. Maksud percikan air
atau dubur manusia atau
ini adalah air yang mengalir mengenai seluruh tempat terkena najis, dan airnya harus lebih
banyak dari najis air kencing tersebut. Apabila lokasi yang terkena najis air kencing
binatang, kecuali air mani, barang cair memabukkan, dan susu misalnya pakaian, sudah dibersihkan
hewan yang tidak halal •
• menggunakan air mengalir tadi, maka selanjutnya tinggal keringkan seperti biasa. 2.
Membersihkan Najis Mutawassithah
dikonsumsi. Selain itu ada juga bangkai tulang maupun •
bulunya, dikecualikan bangkai-bangkai • Najis mutawassithah dapat dibersihkan terlebih dulu najis'ainiyah-nya dengan cara tiga
•
manusia beserta ikan dan belalang. Najis sedang seperti • kali cucian kemudian disirami lebih banyak. Untuk najis hukmiyah, cara
menghilangkannya cukup dengan air mengalir saja yang
mutawassithah terbagi
•
• jumlahnya melebihi najis itu. 3. Membersihkan Najis Mughalladhah
menjadi dua, yaitu: •
• Sesuatu hal yang terkena najis mughalladhah seperti jilatan anjing atau babi, wajib
c.) Najis yang Dimaafkan (Ma'fu)
Jika ingin beristinja dengan batu, ada sejumlah syarat yang perlu diperhatikan, yaitu:
Menggunakan ti Batunya bisa membersihkan tempat keluarnya najis
Najis tidak melewati shafhah dan hasyafahnya (bagian sisi tempat keluarnya
TERIMAKASIH