Anda di halaman 1dari 91

Materi 1

Alat untuk Bersuci

Ath-thaharah secara bahasa berarti an-nazhofah, yaitu bersih, suci.


Secara syari, thaharah berarti:
ُ ‫َر ْف ُع َح َد ٍث َأ ْو َز َالة َن َجس َأ ْو َما في َم ْع َن ُاه َما َأ ْو َع َلى‬
‫ص ْو َر ِت ِه َما‬ ِ ٍ ِ ‫ِإ‬
“Mengangkat hadats atau menghilangkan najis atau yang semakna dengannya atau dengan
bentuk keduanya.”
Yang semakna dengannya: istijmar (istinja dengan batu), tayamum.
Dengan bentuk keduanya: mengulangi wudhu, mandi sunnah.

Wasail (alat) thaharah: air, debu, dhabigh, penyamak kulit, batu istinja’
Maqashid thaharah: wudhu, mandi, tayamum, izalatun najasah (menghilangkan najis)

Air yang boleh digunakan untuk bersuci


Air yang boleh digunakan untuk bersuci terhimpun dalam kalimat:
َْ
‫الخلق ِة‬ ‫ل‬‫ص‬ْ ‫ان م ْن َأ‬
َ ‫الس َماء َأ ْو َن َب َع م َن اَأل ْرض َع َلى َأ ّي ص َفة َك‬
ِ َّ ‫َما َن َز َل م َن‬
ِ ِ ِ ٍ ِ ِ ِ ِ ِ
“Segala air yang turun dari langit atau keluar dari dalam bumi dengan bentuk apa pun
dalam bentuk yang masih asli.” Inilah yang disebut air mutlak dalam bahasan selanjutnya.

Macam-macam air
Kita lihat macam-macam air yang dibagi dalam matan Taqrib.
Pertama adalah:
َْ ُ َ ُ َ ْ ُ ْ َ ُ َْ ٌ َّ ُ ٌ َ
‫املاء املطل ُق‬ ‫ط ِاهر مط ِهر غير مكرو ٍه وهو‬
Air yang suci untuk dirinya sendiri dan menyucikan yang lain, air ini tidak makruh untuk
digunakan. Itulah yang disebut dengan air mutlak. Air ini kita sebut dengan air, tanpa ada
embel-embel tambahan. Air sumur masih tetap kita sebut dengan air, maka tidaklah masalah
tambahan penyebutan air sumur.

Syaikh Dr. Labib Najib mengungkapkan air‫ َأ‬mutlak dengan kalimat:


ّ َ ُْ ْ ْ َ َ َْ ‫َ َ ْ اَل‬ َ َ ُ َ
‫الل َس ِان‬
ِ ‫ما يس َّمى م ًاء ِبال قي ٍد ِز ٍم ِعند الع ِال ِم ِبح ِال ِه ِمن ه ِل العر ِف و‬
Air tanpa qaid (tanpa embel-embel) menurut seorang alim dari ahli ‘urf dan lisan yang
mengetahui keadaannya.

Kedua adalah:
، ُ‫طا ِه ٌر ُمطَهِّ ٌر َم ْكر ُْوهٌ َوهُ َو الما ُء الم َش َّمس‬
َ
Air yang suci untuk dirinya sendiri, tetapi makruh untuk menyucikan yang lain. Itulah air
musyammas. Air ini makruh digunakan pada badan, bukan pada pakaian.

Air musyammas adalah air yang terpapar matahari, yakni air panas akibat pengaruh sinar
matahari. Penggunaan air ini dimakruhkan secara syariat hanya di wilayah panas dalam
wadah yang tertutup, kecuali bejana dari naqdain (emas dan perak) mengingat jernihnya inti
dua logam mulia ini. Apabila air tersebut dingin, pemakaiannya hilang kemakruhannya.
Catatan:
Imam Nawawi rahimahullah memilih pendapat tidak dimakruhkan (menggunakannya) secara
mutlak.
Penggunaan air yang sangat panas dan sangat dingin tetap dimakruhkan.
Dalam Asna Al-Mathalib Mamzujan bi Raudh Ath-Thalib dalam Fikih Syafii disebutkan
bahwa:
‫ نعم إن فقد‬.‫(ويكره) تنزيها (شديد حرارة و) شديد (برودة) لمنع كل منها اإلسباغ‬
‫ انتهى‬.‫ وهو واضح‬،‫غيره وضاق الوقت وجب استعماله أو خاف منه ضرراً حرم‬
Dimakruhkan (makruh tanzih) menggunakan air yang sangat panas atau sangat dingin karena
keduanya mengakibatkan berwudhu tidak bisa sempurna. Jika tidak ada air selain keduanya
dan waktu sangat sempit, maka wajib menggunakannya. Akan tetapi, jika khawatir ada
mudarat, haram digunakan. Ini jelas sekali.

Ketiga adalah :
َ َّ َ ُ َ َ َ َ ُ ّ َ َ ُ َ ْ َ ‫املس‬
ْ ُ َ ُ ‫َو َطاه ٌر َغ ْي ُر ُم َط ّهر ؛ َو‬
، ‫ات‬
ِ ِ‫ر‬ ‫اه‬ ‫الط‬ ‫ن‬ ‫م‬
ِ ‫ه‬‫ط‬‫ال‬ ‫خ‬ ‫ا‬‫م‬ ‫ب‬ ‫ر‬
ِ ِ‫ي‬‫غ‬ ‫واملت‬ ، ‫ل‬ ‫م‬ ‫ع‬ ‫ت‬ ‫املاء‬ ‫و‬ ‫ه‬ ٍِ ِ
Air thohir ghoiru muthohhir, air yang suci, tetapi tidak menyucikan, yaitu: (a) air musta’mal,
dan (b) air yang berubah karena bercampur dengan sesuatu yang suci.
 
Air mustakmal
Penjelasan air mustakmal dari Al-Mukhtashar Al-Lathif (Al-Mukhtashar Ash-Shaghir li Al-
Muqaddimah Al-Hadramiyyah).
.‫س‬ َ ‫الط َه َار ُة ب َما ُت ُط ّه َر به م ْن َح َدث َو َن‬
‫ج‬
َّ ُّ َ َ َ
‫وال ت ِصح‬
ٍ ٍ ِ
ِ ِ ِ ِ
Tidak sah bersuci menggunakan air yang sudah dipakai untuk bersuci dari hadats dan najis.

Catatan:
Air mustakmal adalah:
ً َ َ َ َ َ ََ ْ ‫اس ُت ْع ِم َل في َف‬
ْ ‫َما‬
‫ان ق ِل ْي _ال‬ ‫ض طهار ٍة وك‬
ِ ‫ر‬ ِ
air yang digunakan untuk bersuci yang wajib dan airnya termasuk air qalil (kurang dari dua
qullah).
Syarat air mustakmal:
a. Bekas bersuci yang wajib.
b. Airnya termasuk qalil (kurang dari dua qullah). Dalam Hasyiyah Al-Baijuri (1:183)
disebutkan tambahan syarat air mustakmal:
c. Tidak terpisah dari anggota tubuh. Hal ini berbeda dengan sebelum terpisah, maka tidak
termasuk mustakmal. Karena selama air masih berputar di anggota tubuh (belum terpisah),
tidak disebut air mustakmal.
Imam Nawawi mengatakan bahwa air mustakmal tidak lagi disebut air mutlak.

Air kecampuran benda suci


Penjelasan air yang kecampuran benda suci dari Al-Mukhtashar Al-Lathif (Al-Mukhtashar
Ash-Shaghir li Al-Muqaddimah Al-Hadramiyyah) karya Syaikh ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman
Bafadhal..
Bila air telah berubah rasanya, warnanya, atau baunya, dengan perubahan yang banyak
karena tercampur dengan benda suci yang mana air tidak biasa bersinggungan dengannya,
seperti minyak za’faran, potas, batu kapur, kapur, atau celak, maka air tersebut tidak boleh
dipakai untuk bersuci (sudah berubah menjadi air THOHIR, suci untuk dirinya saja, tidak
menyucikan lainnya)
Adapun jika air berubah karena didiamkan dalam waktu lama, bercampur lumpur, lumut,
atau benda-benda yang biasa ada di tempat berdiamnya air dan tempat mengalirnya, maka
air tersebut boleh digunakan bersuci (masih THOHUR, suci dan menyucikan).
Juga boleh digunakan bersuci (masih THOHUR, suci dan menyucikan) bila air berubah
sifatnya karena bersinggungan dengan benda suci yang tidak larut dalam air, seperti kayu
gaharu dan minyak wangi (yang tidak larut dalam air).

َ َ َّ ُ َ َ ْ ‫َ َّ ْ ْ َ َ َ ٌ َ ُ َ ُ ْ َ ُ َّ َ ْ َأ‬
Keempat adalah:
َّ ٌ ‫َو َم ٌاء َنج‬
‫ان قل َت ْي ِن ف َتغ َّير‬ ‫س َو ُه َو ال ِذي حلت ِفي ِه نجاسة وهو دون القلتي ِن و ك‬ ِ
Air najis, yaitu air yang kemasukan najis dan air tersebut kurang dari dua qullah atau air
tersebut sudah mencapai dua qullah lantas berubah.
Untuk memahami air dua qullah, kita lihat pembagian air dari Matan Safinah An-Naja.

Air sedikit dan banyak. Air sedikit itu jika kurang dari dua kulah dan air banyak jika lebih
dari dua kulah. Air sedikit menjadi najis dengan jatuhnya benda najis ke dalamnya meskipun
tidak berubah. Sementara air banyak tidak menjadi najis dengan jatuhnya benda najis ke
dalamnya kecuali jika berubah rasanya, warnanya, atau aromanya.
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
َ َ َّ ُ َ ‫َ َ مْل‬
‫ِإ ذا َبل َغ ا ُاء قل َت ْي ِن ل ْم ُي َن ِّج ْس ُه ش ْى ٌء‬
“Jika air telah mencapai dua qullah, tidak ada sesuatu pun yang menajiskannya.” (HR. Ibnu
Majah, no. 424. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini sahih).
Materi 2
Najis Dan Macamnya

Najis merupakan lawan dari thaharah ( suci ), Menurut bahasa najis berasal dari bahasa arab
yaitu ‫نجس‬  yang artinya kotor. Menurut istilah, najis adalah suatu kotoran yang dapat
menghalangi sahnya ibadah yang menuntut kesucian lahir seperti shalat dan tawaf.
َ َ
‫َو ِث َي َاب َك فط ِّه ْر‬
Dan pakaianmu bersihkanlah. (Q.S. Al-Muddatsir: 4)

Adapun Benda-benda yang termasuk najis yaitu:


1. Kencing dan kotoran (tinja) manusia
Mengenai najisnya kotoran manusia ditunjukkan dalam hadits Abu Hurairah,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ٌ ‫اب َل ُه َط ُه‬ ُّ َّ َ َ ‫َ َ َئ َأ َ ُ ُ ْ َ ْ َ ْ َأل‬
َ ‫الت َر‬
‫ور‬ ‫ِإ ذا و ِط حدكم ِبنعلي ِه ا ذى فِإ ن‬
“Jika salah seorang di antara kalian menginjak kotoran (al adza) dengan alas kakinya,
maka tanahlah yang nanti akan menyucikannya.”

Al adza (kotoran) adalah segala sesuatu yang mengganggu yaitu benda najis, kotoran,
batu, duri, dsb. Yang dimaksud al adza dalam hadits ini adalah benda najis, termasuk pula
kotoran manusia. Selain dalil di atas terdapat juga beberapa dalil tentang perintah untuk
istinja’ yang menunjukkan najisnya kotoran manusia.

Sedangkan najisnya kencing manusia dapat dilihat pada hadits Anas,


َّ ُ ُ َ َ َ َ ْ َ ْ ُ ْ َ ْ َ َ َ َ َ ‫َأ َّ َأ ْ َ ًّ َ َ مْل‬
‫ص __لى هللا علي __ه‬- ‫ول الل ِه‬ _ _‫_ال ِفى ا ْس_ _ ِج ِد ف _ _ق ام ِإ لي_ ِ_ه بعض ال _ _ق و ِم ف _ _ق ال رس‬ _‫ن عر ِابيا ب‬
َ ْ
َ ‫ال َف َل َّما َف َر َغ َد َعا ب َدلو م ْن َم ٍاء َف‬
َ ‫ َق‬.» ‫وه‬
ُ ‫وه َو َال ُت ْزر ُم‬
_.‫ص َّب ُ_ه َعل ْي ِه‬ ِ ٍ ِ ِ
ُ ‫ « َد ُع‬-‫وسلم‬
“(Suatu saat) seorang Arab Badui kencing di masjid. Lalu sebagian orang (yakni sahabat)
berdiri. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Biarkan dan
jangan hentikan (kencingnya)”. Setelah orang badui tersebut menyelesaikan hajatnya,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas meminta satu ember air lalu menyiram kencing
tersebut.”

Shidiq Hasan Khon rahimahullah mengatakan, “Kotoran dan kencing manusia sudah tidak


samar lagi mengenai kenajisannya, lebih-lebih lagi pada orang yang sering menelaah
berbagai dalil syari’ah.”

2. Madzi dan Wadi


Wadi adalah sesuatu yang keluar sesudah kencing pada umumnya, berwarna putih, tebal
mirip mani, namun berbeda kekeruhannya dengan mani. Wadi tidak memiliki bau yang
khas.
Sedangkan madzi adalah cairan berwarna putih, tipis, lengket, keluar ketika bercumbu
rayu atau ketika membayangkan jima’ (bersetubuh) atau ketika berkeinginan untuk jima’.
Madzi tidak menyebabkan lemas dan terkadang keluar tanpa terasa yaitu keluar ketika
muqoddimah syahwat. Laki-laki dan perempuan sama-sama bisa memiliki madzi.
Hukum madzi adalah najis sebagaimana terdapat perintah untuk membersihkan kemaluan
ketika madzi tersebut keluar. Dari ‘Ali bin Abi Thalib, beliau radhiyallahu ‘anhu berkata,
‫َ َ َأ‬ ََ َّ ‫ُك ْن ُت َر ُج ًال َم َّذ ًاء َو ُك ْن ُت َأ ْس َت ْحيى َأ ْن َأ ْسَأ َل‬
‫ مِل ك ِان ْابن ِت ِه ف َم ْر ُت‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫الن ِب َّى‬
‫مْل ْ َ َ ْ َ َأل ْ َ َ َ َأ َ ُ ِ َ َ َ َ ْ ُ َ َ َ ُ َ َ َ َ َّ ُأ‬
‫» ا ِ قداد بن ا سو ِد فس له فقال « يغ ِسل ذكره ويتوض‬.
“Aku termasuk orang yang sering keluar madzi. Namun aku malu menanyakan hal ini
kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallm dikarenakan kedudukan anaknya (Fatimah) di
sisiku. Lalu aku pun memerintahkan pada Al Miqdad bin Al Aswad untuk bertanya pada
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lantas beliau memberikan jawaban pada Al Miqdad,
“Perintahkan dia untuk mencuci kemaluannya kemudian suruh dia berwudhu”.”[12]

Hukum wadi juga najis. Ibnu ‘Abbas radhiyallahu


‫َأ‬ ‘anhuma mengatakan,
‫َأ‬
ْ َ َ َ ُ ْ َ ‫ْ ُ ْ ُ ْ ُ َ َّ ْ َ ْ ُ َ مْل‬ َّ َ َ ‫مْل‬ ْ ْ َ ‫مْل َ مْل‬
‫ اغ ِس ْل‬: ‫ال‬ ‫ و ما الودى وا ذى فق‬، ‫ َّما ا ِن ُّى ف ُه َو ال ِذى ِمنه الغسل‬، ‫ا ِن ُّى َوا ذ ُى َوال َو ْد ُى‬
َ َّ َ َ ُ ُ ‫َ َ َ َ َأ ْ َ َ َ َ َ َ َ َّ ْأ‬
.‫اكيرك وتوض وضوءك ِللصال ِة‬ ِ ‫ذ كر ك و م ذ‬
“Mengenai mani, madzi dan wadi; adapun mani, maka diharuskan untuk mandi.
Sedangkan wadi dan madzi, Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Cucilah kemaluanmu, lantas
berwudhulah sebagaimana wudhumu untuk shalat.

3. Kotoran hewan yang dagingnya tidak halal dimakan


Contohnya adalah kotoran keledai, kotoran anjing dan kotoran babi. Abdullah  bin
Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata,
َ َ ‫َ َ َ َأ‬ ‫ُ َ َ ْ َ َ َّ َ َأ ْ َ َ َ َّ َ َ َ َ ْئ‬ َّ َ ُّ َّ َ َ ‫َأ‬
‫ ِإ ِت ِني ِبثالث ِة ْح َج ٍار ف َو َج ْد ُت ل ُه َح ْج َر ْي ِن‬: ‫ال‬ ‫صلى هللا علي ِه و سلم ن يتبرز فق‬ ‫راد الن ِبي‬
ٌ ‫ ِه َي ر ْج‬: ‫ال‬
‫س‬ َّ ‫الح ْج َر ْي َن َو َط َر َح‬
َ ‫الر ْو َث َة َو َق‬ َ ‫َو َر ْو َثة ح َمار َف ْأم َس َك‬
ِ ٍ ِ ِ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bermaksud bersuci setelah buang hajat. Beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, “Carikanlah tiga buah batu
untukku.” Kemudian aku mendapatkan  dua batu dan kotoran keledai. Lalu beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam mengambil dua batu dan membuang kotoran tadi. Beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, “Kotoran ini termasuk najis”.

4. Darah haidh
Dalil yang menunjukkan hal ini, dari Asma’ binti Abi Bakr, beliau berkata, “Seorang
wanita pernah mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian berkata,
َ ْ َ َ ْ َ ْ َ ْ ََ ْ َ ُ ُ َ َ ْ
ْ ‫ف َت‬
‫ص َن ُع ِب ِه‬ ‫ِإ حدانا ي ِصيب ثوبها ِمن د ِم الحيض ِة كي‬
“Di antara kami ada yang bajunya terkena darah haidh. Apa yang harus kami perbuat?”

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,


ِّ َ ُ َّ ُ ُ ُ َ ْ َ َّ ُ َ ‫َ ُ ُّ ُ ُ َّ َ ْ ُ ُ ُ مْل‬
‫صلى ِف ِيه‬ ‫تحته ثم تقرصه ِبا ِاء ثم تنضحه ثم ت‬
“Gosok dan keriklah pakaian tersebut dengan air, lalu percikilah. Kemudian shalatlah
dengannya.”

5. Jilatan anjing
Dari Abu Hurairah, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
ُّ َّ ُ َ ‫ْ َ ْ ُ َأ ْ َ ْ َ ُ َ ْ َ َ َّ ُأ‬
َ ‫الت‬ َ ‫ور َناء َأ َحد ُك ْم َذا َو َل‬ُ ‫ُط ُه‬
‫اب‬
ِ ‫ر‬ ‫ب‬
ِ ‫ن‬ ‫ه‬ ‫وال‬ ‫ات‬
ٍ ‫ر‬ ‫م‬ ‫ع‬ ‫ب‬‫س‬ ‫ه‬‫ل‬‫س‬ِ ‫غ‬ ‫ي‬ ‫ن‬ ‫ب‬ ‫ل‬ ‫ك‬ ‫ال‬ ‫يه‬
ِ ‫ف‬ِ ‫غ‬ ‫ِإ‬ ِ ِ ‫ِإ‬
“Cara menyucikan bejana di antara kalian apabila dijilat anjing adalah dicuci sebanyak
tujuh kali dan awalnya dengan tanah.”(HR. Muslim) Yang dipilih oleh Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah, bagian anjing yang termasuk najis adalah jilatannya saja. Sedangkan bulu
dan anggota tubuh lainnya tetap dianggap suci sebagaimana hukum asalnya.

6. Bangkai
Bangkai adalah hewan yang mati begitu saja tanpa melalui penyembelihan yang
syar’i. Najisnya bangkai adalah berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari
Abdullah bin ‘Abbas,
َ ََ ُ َ َ ُ َ
‫اب فق ْد ط ُه َر‬ ‫ِإ ذا د ِبغ اِإل ه‬
“Apabila kulit bangkai tersebut disamak, maka dia telah suci.”

Bangkai yang dikecualikan adalah :


a. Bangkai ikan dan belalang
Hal ini berdasarkan hadits Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
ِّ َ ُ َ ْ َ َ َّ َّ ‫ُأ َّ ْ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ َأ َّ مْل َ ْ َ َ َ ْ ُ ُ َ ْ َ َ ُ َ َأ‬
ُ‫الط َحال‬ ‫ِحلت لنا ميتتان ودمان ف ما ا يتتان فالحوت والجراد و ما الدمان فالكبد و‬
ِ ِ ِ ِ ِ
“Kami dihalalkan dua bangkai dan darah. Adapun dua bangkai tersebut adalah ikan
dan belalang. Sedangkan dua darah tersebut adalah hati dan limpa.” (lihat Shahih
Faqh Sunnah)

b. Bangkai hewan yang darahnya tidak mengalir


Contohnya adalah bangkai lalat, semut, lebah, dan kutu. Dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َ ‫ َف َّن فى َأ َحد َج َن‬، ‫ ُث َّم ْل َي ْط َر ْح ُه‬، ‫ َف ْل َي ْغم ْس ُه ُك َّل ُه‬، ‫اب فى َناء َأ َحد ُك ْم‬
‫اح ْي ِه‬ ُ ‫ب‬
ُّ َ َ َ َ
َ ‫الذ‬ ‫ِإ ذا وقع‬
ِ ِ ‫ِإ‬ ِ ِ ِ ‫ِ ِإ‬
َ َ
‫ِشف ًاء َو ِفى اآلخ ِر َد ًاء‬
“Apabila seekor lalat jatuh di salah satu bejana di antara kalian, maka celupkanlah
lalat tersebut seluruhnya, kemudian buanglah. Sebab di salah satu sayap lalat ini
terdapat racun (penyakit) dan sayap lainnya terdapat penawarnya.”(HR. Bukhari)

c. Tulang, tanduk, kuku, rambut dan bulu dari bangkai


Semua ini termasuk bagian dari bangkai yang suci karena kita kembalikan kepada
hukum asal segala sesuatu adalah suci. Mengenai hal ini telah diriwayatkan oleh
Bukhari secara mu’allaq (tanpa sanad), beliau rahimahullah berkata,
َ ْ َ َ َ ‫َ مْل‬
‫الز ْ_ه ِر ُّى ِفى ِع _ظ ِ_ام ا _ ْ_وتى ن ْ_ح َو ال ِفي_ ِ_ل َوغ ْ_ي ِ_ر ِه‬
ُّ ‫ال‬ َ ‫ َو َ_ق‬. ‫س _ب_ريش امْل َ ْي َ_ت ِ_ة‬َ ‫ال َح َّم ٌاد َال َ_ب ْأ‬
َ ‫َو َ_ق‬
ِ ِ ِ
ً‫ َال َي َر ْو َن به َبْأ سا‬، ‫ون ف َيها‬
َ ‫ َو َي َّده ُن‬، ‫ون ب َها‬ َ ‫اسا م ْن َس َلف ْال ُع َل َماء َي ْم َتش ُط‬ ً َ ُ ْ َ ْ ‫َأ‬
ِِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫دركت ن‬
“Hammad mengatakan bahwa bulu bangkai tidaklah mengapa (yaitu tidak najis). Az
Zuhri mengatakan tentang tulang bangkai dari gajah dan semacamnya, ‘Aku
menemukan beberapa ulama salaf menyisir rambut dan berminyak dengan
menggunakan tulang tersebut. Mereka tidaklah menganggapnya najis hal ini’. (HR.
Bukhari)
Materi 3
Hadats

Hadats adalah suatu keadaan tidak suci yang menyebabkan terhalangnya melakukan ibadah
seperti contohnya sholat, thawaf dan membaca Al Qur’an.
Perbedaan Hadats dan najis:
1. Najis adalah perkara yang zhahir dan bisa dilihat, seperti air kencing, darah, dan lain
sebagainya. Sedangkan hadats adalah perkara maknawi yang ada di dalam jasad dan tidak
dapat dilihat oleh panca indra.
2. Niat menjadi syarat untuk menghilangkan hadats. Sedangkan untuk menghilangkan najis,
tidak dibutuhkan niat.
3. Dalam menghilangkan hadats, air juga menjadi syarat. Sedangkan untuk menghilangkan
najis, tidak harus dengan air. Istinja’ misalkan, bisa dilakukan dengan menggunakan batu.
4. Menghilangkan najis diharuskan untuk membersihkan tempat najis sampai hilang zat
najisnya. Sedangkan untuk hadats, cukup membasuh seluruh anggota badan jika hadats
besar, dan cukup membasuh anggota wudhu (berwudhu) jika hadats kecil.

Para ulama membagi hadats menjadi 2 macam:


1. Hadats asghar (kecil), yaitu hadas yang dapat disucikan dengan melakukan wudhu atau
tayammum, seperti bersentuhan kulit antara laki-laki dengan perempuan yang bukan
mahram (kerabat dekat), mengeluarkan sesuatu dari qubul dan dubur.
ّ ُ ُ ْ َ ‫َأ ْ َ َ َأ َ ٌ ْ ُ ْ َ ْ َ َأ ْ اَل‬
‫الن َس َاء‬
ِ ‫و جاء حد ِمنكم ِمن الغاِئ ِط و مستم‬
“...Atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan...”. (QS.
An-nisa: 43)

2. Hadats akbar (besar), yaitu hadas yang bisa disucikan dengan mandi wajib atau
tayammum, seperti haid, nifas, atau melahirkan bagi perempuan, serta junub atau janabat
bagi laki-laki maupun perempuan.

Ada 3 aspek cara bersuci dari hadats yaitu wudhu, mandi dan tayamum hal ini sesuai
dengan firman Allah SWT:
       
     
          
           
       
          
      
 
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan
(basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub Maka mandilah,
dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus)
atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka bertayammumlah
dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu.
Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi dia hendak membersihkan kamu dan
menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur. (QS. Al-Maidah: 6)
Materi 4
Istinja Dan Istijmar

Istinja secara bahasa, istinja` bermakna menghilangkan kotoran. Sedangkan secara istilah
bermakna menghilangkan najis dengan air. Atau menguranginya dengan semacam batu. Atau
bisa dikatakan sebagai penggunaan air atau batu. Atau menghilangkan najis yang keluar dari
qubul (kemaluan) dan dubur (pantat).
Istijmar adalah menghilangkan sisa buang air dengan menggunakan batu atau benda-benda
yang semisalnya.
َ َ َ ‫ َق‬- ‫الل ُه َع َل ْي ِه َو َس َّل َم‬
ّ َّ َ ّ َ ُ َ َّ ‫َ ْ َ َ َ َ ّ ُ َ ْ َ َأ‬
 ‫ (( ِإ ذا ذ َه َب‬: ‫ال‬ ‫ صلى‬- ‫ول الل ِه‬ ‫ ن رس‬- ‫ ر ِضي الله عنها‬- ‫عن عاِئ شة‬
ُ ْ َ ‫ُئ‬ ْ ُ َ َّ َ َ ْ ‫َ ْ َ ْ َ ْ َ اَل َ َأ‬ َ َ ْ ُ ُ َ ‫َأ‬
‫حدكم ِإ لىالغاِئ ِط فليست ِطب ِبث ث ِة حجار فِإ نها تج ِز عنه )) رواه أحمد والنسائي‬
‫والدارقطني‬
Dari 'Aisyah radhiyallah 'anha bahwasannya Rasulullah shallallah 'alaihi
wasallam bersabda, "Jika salah seorang dari kalian pergi untuk buang hajat, maka
bersihkanlah dengan tiga batu, sungguh hal itu diperbolehkan". (HR. Ahmad, Annasa-iy,
dan Daruquthniy)

Saat melakukan istinja’ dan istijmar, ada hal-hal yang harus diketahui sebagai bentuk adab:
1. Membaca ta’awudz dan doa ketika masuk WC
ِ ‫ث َو ْال َخبَآِئ‬
‫ث‬ َ ‫اَل ٰلّ ُه َّم ِا ِّنيْ اَع ُْو ُذ ِب‬
ِ ‫ك م َِن ْال ُخ ُب‬
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari segala kejahatan dan kotoran”.
(HR. Bukhari dari Anas bin Malik)

2. Mendahulukan kaki kiri ketika hendak masuk dan mendahulukan kaki kanan ketika keluar
dengan memebaca doa:
َ ُ
‫غ ْف َران َك‬
“Aku meminta ampun kepadaMu”.

3. Dilarang menghadap dan membelakangi kiblat


َ ُ ْ َ ْ َ ‫َ اَل‬ ّ ُ ُ َ َ َ ‫َ ْ َأ َأ‬
‫الق ْبل ِة‬
ِ ‫وا‬ ‫ل‬‫ب‬ِ ‫ق‬ ‫ت‬‫س‬ ‫ت‬ ‫ف‬ ‫عليهوسلم‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ - ‫ه‬
ِ ‫الل‬ ‫ول‬ ‫س‬‫ر‬ ‫ال‬ ‫ق‬ - ‫عنه‬ ‫هللا‬ ‫رضي‬ - ‫وب‬ ‫ي‬ُّ ‫عن ِبي‬
‫اَل‬ َ َ ُ ْ َ ْ َ ‫َ اَل‬
‫وها ِبغاِئ ٍط َو َب ْو ٍل‬ ‫و تستد ِبر‬
Dari Abu Ayyub radhiyallah 'anhu bahwa Rasulullah shallallah 'alaihi
wasallam bersabda, "Janganlah menghadap kiblat dan jangan pula membelakanginya
ketika buang air besar atau buang air kecil.

4. Tidak beristijmar dengan tulang ataupun kotoran


‫ال تستجمروا باالروث وال بلعظامو فانه زاد اخوانكم من الجن‬
Janganlah kalian beristijmar dengankotoran dan jangan pula  dengan tulang karena
(tulang) itu adalah makanan saudara kalian dari bangsa jin

5. Dilarang menggunakan tangan kanan atau menyentuh kemaluan dengan tangan kanan.
‫ بيمينه_ وهو يبول وال يتمسح منل الخالء بيمينه‬ ‫ال يمسكن احدكم ذركه‬
Janganlah seseorang di antara kalian memegang kemaluannya dengan tangan kanannya
ketika buang air kecil dan jangan pula cebok dengan tangan kanannya. (muttafaq ‘alaih)

6. Gunakan minimal tiga batu. Diperbolehkan lebih menggunakan dari tiga batu dengan
jumlah ganjil: lima,tujuh dan seterusnya.
‫ ُك َّل َش ْى ٍء‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ان قَا َل قِي َل لَهُ قَ ْد َعلَّ َم ُك ْم نَبِيُّ ُك ْم‬ َ ‫َع ْن َس ْل َم‬
‫ قَا َل فَقَا َل َأ َجلْ لَقَ ْد نَهَانَا َأ ْن نَ ْستَ ْقبِ َل ْالقِ ْبلَةَ لِ َغاِئ ٍط َأ ْو بَ ْو ٍل َأ ْو‬.َ‫َحتَّى ْال ِخ َرا َءة‬
‫ار َأ ْو َأ ْن نَ ْستَ ْن ِج َى‬
ٍ ‫ين َأ ْو َأ ْن نَ ْستَ ْن ِج َى ِبَأقَ َّل ِم ْن ثَالَثَ ِة َأحْ َج‬ ِ ‫َأ ْن نَ ْستَ ْن ِج َى ِب ْاليَ ِم‬
ْ ‫يع َأ ْو بِ َع‬
‫ظ ٍم‬ ٍ ‫ِب َر ِج‬
Dari Salman, ia berkata bahwa ada yang bertanya padanya, “Apakah nabi kalian
mengajarkan kepada kalian segala sesuatu sampai pun dalam hal buang kotoran?”
Salman menjawab, “Iya. Nabi kami shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang kami
menghadap kiblat ketika buang air besar maupun air kecil. Beliau juga melarang kami
beristinja’ dengan tangan kanan. Beliau juga melarang kami beristinja’ dengan kurang
dari tiga batu. Begitu pula kami dilarang beristinja’ dengan menggunakan kotoran dan
tulang.” (HR. Muslim, no. 262)

7. Jika menggunakan air dan batu maka lebih dulu menggunakan batu lalu beristinja
‫فان رسؤل هللا كا ن يفعله‬,‫مرن ازواجكم ان يستتيبوا بلماءوفاني استحييهمو‬
Suruhlah suami-suami kalian untuk bersuci (cebok) dengan air. Sesungguhnya aku malu
(untuk menyampaikan) kepada mereka. Sesungguhnya Rasulullah melakukannya
demikian. (at-tirmidzi no.19)
Materi 5
Rukun dan Sunnah Wudhu

Kata wudhu berasal dari kata bahasa Arab al-wudhu’ yang berarti bersih. Menurut istilah
hukum Islam, wudlu berarti membasuh anggota badan tertentu dengan air menurut syarat dan
rukun tertentu. Seperti disebutkan sebelumnya, bahwa wudhu dilakukan untuk
menghilangkan hadas kecil. Wudhu ini diperintahkan terkait dengan diperintahkannya shalat
bagi umat Islam.
َ ‫َّ اَل َ ْ ُ ُ ُ َ ُ َأ ُ َ مْل‬ َ ُ َ َ ‫َيا َأ ُّي َها َّالذ‬
‫وهك ْم َو ْي ِد َيك ْم ِإ لى ا َرا ِف ِق َو ْام َس ُحوا‬ ‫ين َآم ُنوا ِإ ذا ق ْم ُت ْم ِإ لى الص ِة فاغ ِسلوا وج‬ ِ
َ ْ َ ُ َ ‫َأ‬ ُ ُُ
‫وسك ْم َو ْر ُجلك ْم ِإ لى الك ْع َب ْي ِن‬ ِ ‫ِبرء‬
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah
mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu
sampai dengan kedua mata kaki...”. (Q.S. Al-Maidah:6)

Rukun wudhu:
1. Niat
ْ ‫الن َّي _ة َول ُك _ ّل‬
ّ ‫ال ب‬
ُ َ ْ ‫ال َّن َما اَأْل‬َ َ َ َّ َ َ ْ َ َ َّ َّ َ َّ َ ُ َ َّ ‫َ ْ ُ َ َ َأ‬
‫ر‬ ‫ام‬
‫ِ ِ ِ ِ ِ ِ ٍئ‬ ‫م‬ ‫ع‬ ‫ِإ‬ ‫ق‬ ‫عن عم _ر ن رسول الل ِه صلى_ اللهم علي ِ_ه وسلم‬
َ
‫َما ن َوى‬
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan
apa yang ia niatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Membasuh muka
3. Membasuh kedua tangan hingga siku
4. Mengusap kepala dimulai dari dahi hingga tengkuk
5. Membasuh dua kaki hingga dua mata kaki
6. Tertib
7. Berkesinambungan atau bersegera, yakni pelaksanaan wudhu itu dilakukan dalam satu
waktu tanpa
‫ َأ‬ada jeda waktu ‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬
ُ َ ُ ُ ‫اَل‬ َّ َّ
_‫َي_ ا_ ُّ _ي_ َ_ه_ ا_ ا_ _ل_ ِ_ذ_ ي_ َ_ن_ آ_ َ_م_ ُن_ و_ا_ ِ_ط_ ي_ ُع_ و_ا_ ا_ل_ _ل_ َ_ه_ َ_و_ ِ_ط_ ي_ ُ_ع_ و_ا_ ا_ل_ َّ _ر_ ُ_س_ و_ َ_ل_ َ_و_ ت_ ْب_ ِ_ط_ ل_ و_ا_ ْ_ع_ َ_م_ ا_ل_ _ك_ ْ_م‬
"Dan janganlah kamu merusak (pahala) amal-amalmu”. (Muhammad:33).

Hal-hal yang disunahkan dalam berwudhu


a. Membaca basmallah saat memulainya
َ َ َ َّ ْ ُ ْ َ ْ َ ْ َ َ ُ ُ َ َ ُ َ َ ُ ُ َ ْ َ َ َ َ َ
‫اس َم الل ِه ت َعالى َعل ْي ِه‬ ‫ال صالة مِل ن ال وضوء له وال وضوء مِل ن لم يذك ِر‬
“Tidak ada shalat bagi yang tidak ada wudhu. Tidak ada wudhu bagi yang tidak
membaca bismillah di dalamnya.” (HR. Abu Daud no. 101 dan Ibnu Majah no. 399. Al
Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan).

b. Membasuh
‫َأ‬ kedua telapak tangan sampai pergelangan.
َ َ ًَ َ َ ْ َ ْ ‫ظ َأ َح ُد ُك ْم ِم ْن َن ْو ِم ِه َف َال َي ْغم‬
‫س َي َد ُه ِفى اِإل ن ِاء َح َّتى َيغ ِسل َها ثالثا فِإ َّن ُه ال َي ْد ِرى ْي َن‬
َ ََْ ْ َ
‫ِإ ذا استيق‬
ِ
َ
‫َبات ْت َي ُد ُه‬
“Jika salah seorang di antara kalian bangun tidur, maka janganlah ia mencelupkan
tangannya di dalam bejana sampai ia mencucinya tiga kali terlebih dahulu, karena ia
tidak tahu di manakah tangannya bermalam.” (HR. Bukhari, no. 162 dan Muslim, no.
278).

c. Bersiwak
ُ ّ ‫الس َواك َم َع‬
ٍ ‫كل ُوض‬
‫وء‬ َ ‫َل ْو َال َأ ْن َأ ُش َّق َع َلى ُأ َّمتي‬
ّ ‫ألم ْر ُت ُه ْم ب‬
ِ ِ ِ ِ ِ
“Seandainya tidak memberatkan umatku, sungguh aku akan perintahkan mereka untuk
bersiwak setiap akan wudhu.” [HR. Mâlik no. 147].

d. Berkumur-kumur
ْ ‫ضم‬
‫ض‬ ْ ‫ضْأ َت َف َم‬
َّ ‫َذا َت َو‬
ِ ‫ِإ‬
“Jika engkau ingin berwudhu, maka berkumur-kumurlah (madh-madha).” (HR. Abu
Daud, no. 144. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih.)
e. Menghirup air kehidung dan membuangnya
‫وبا لغ في االستنشاق اال ان تكون صا ءما‬
“Lakukanlah secara maksimal di dalam menghirup air ke hidung kecuali jika kamu
sedang berpuasa.”

f. Menyela-nyela janggut
‫وما يمنعني و لقد رايت رسول هللا صل هللا عليه و سلم يخلل لحيته‬
“Tidak ada sesuatu pun yang dapat mengahalangi ku, dan aku telah melihat Rasulullah
saw menyela-nyela jenggot nya.”

g. Membasuh anggota wudhu sebanyak tiga kali


h. Mengusap dua telinga
i. Menyela jari-jari tangan dan jari-jari kaki
‫اذا توضءت فخلل اصا بع يديك ور جليك‬
“Jika kamu berwudhu, hendaklah kamu menyela-nyela jari-jari tanganmu dan kedua jari-
jari kakimu.
j. Menedahulukan bagian anggota wudhu sesudah wudhu.
‫اذا توضءتم فا بدوا بميا منكم‬
“Bahwasanya Rasulullah saw mengusap (rambut) kepalanya dengan dua tangannya dan
beliau membolak balikkan keduanya yaitu beliau memulaimnya dengan bagian depan
kepalanya, lalu beliau mengusapkan keduanya hingga ke tengkuknya, lalu beliau
membalikkan keduanya.

k. Memanjangkan serta melebarkan basuhan


l. Mengusap kepala dimulai dari bagian depan
“Bahwasanya Rasulullah saw mengusap (rambut) kepalanya dengan dua tangannya dan
beliau membolak balikkan keduanya yaitu beliau memulaimnya dengan bagian depan
kepalanya, lalu beliau mengusapkan keduanya hingga ke tengkuknya, lalu beliau
membalikkan keduanya.

m. Berdoa setelah selesai wudhu.


ُ َ ‫هللا َو ْح َد ُه َال َشر ْي َك َل ُه َو َا ْش َه ُد َا َّن ُم َح َّم ًد‬
‫اع ْب ُد ُه َو َر ُس ْول ُه‬ ُ ‫ا ْش َه ُد َا ْن ّآل ا َل َه ا َّال‬.َ
ِ ِ
ِ
Materi 6
Wudhu

Berwudhu adalah kewajiban bagi orang-orang yang akan melakukan ibadah shalat dan tawaf.
Sebab wudhu adalah salah satu syarat sahnya shalat dan tidak sah ibadah sesorang jika
dilakukan tanpa berwudhu terlebih dahulu.
‫َ ُ ْ َ ُ َ َ ُ َ ْ َأ ْ َ َ َ َّ َ َ َ َّ َأ‬
‫ال تقب _ل صال _ة من حدث حتى يتوض‬
Di riwayatkan oleh Abu Hurairah ra. Bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda :“Allah tidak
menerima sholat seseorang diantaramu bila ia berhadast, sampai ia berwudhu”. (HR.
Bukhori no. 135, Muslim no. 225)

Secara bahasa, wudhu (‫وء‬ŸŸ‫ )وض‬merupakan turunan dari kata al waadha’ah (‫اءة‬ŸŸ‫ )الوض‬yang


artinya adalah “bagus dan cemerlang”. Secara syara’, wudhu (‫ )وضوء‬adalah istilah untuk
suatu kegiatan yang menggunakan air untuk membasuh anggota badan tertentu dengan
disertai niat.

Tata cara berwudlu secara lengkap berdasarkan sunnah Rasul saw adalah sebagai berikut:
1. Membaca basmallah niat ikhlas karena Allah swt.
َّ َّ ‫ت َو‬:َ ‫وس ّلم‬
‫ضُؤ ا ِب ْس ِم الل ِه‬
َّ
َ ‫الل ُه عليه‬ َ ‫ول َّلله‬ ُ َ ْ
ِ ‫صلى‬ ِ َ ‫قال َرس‬:‫س قال‬
ِ ‫عن‬
‫ان‬
Dari anas ia berkata, Rasulullah bersabda: “berwudhulah kalian dengan membaca
basmalah” (HR. An-Nasa’i)

2. Membasuh kedua telapak tangan tiga kali sambil menyela-nyelai jari-jemari.


‫َأ َّ ُ ْ َ َ َ ْ َ ُ ْ َ َ َأ ْ َ َ ُ َأ َّ ُ ْ َ َ ْ َ َ َّ َ َ َ َّ ُ َ ْ ُ َ َ َ ُ َ َ َ َّ َأ‬
‫وء فتوض‬ ٍ ‫ن حمران مولى عثمان خبره ن عثمان بن عفان ر ِضي الله عنه دعا ِبوض‬
َ ‫َ َّ َ اَل‬ َ َ
‫ات‬ٍ ‫فغ َس َل كف ْي ِه ث ث َم َّر‬
Dari Humran Maulana utsman ibnu affan, bahwasanya Utsman bin Affan
radhiyallahu’anhu meminta diambilkan air wudhu kemudian dia berwudhu dengan
membasuh kedua telapan tangannya sebanyak tiga kali. (HR. Muslim dalam Kitab at-
Thahara).

3. Berkumur-kumur secara sempurna sambil mengusap air kehidung kemudian


menyemburkannya sebanyak 3 kali.
َ َ ْ َ َ َ ْ َ َّ ُ
‫است ْنثر‬ ‫ثم مضمض و‬
Kemudian dia berkumur-kumur dan ber-istintsar (mengeluarkan air yang dihirup ke
hidung. (Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Nasa’i)

4. Membasuh muka tiga kali dengan mengusap kedua sudut mata dan lebihkanlah
membasuhnya dengan digosok dan sela-selailah janggut.
5. Membasuh kedua tangan sampai kesiku, dimulai dengan tangan kanan.
6. Menyapu kepala, dilanjutkan menyapu kedua telinga.
‫ بدا بمقدم‬,‫ان ر سول هللا صل هللا عليه و سلم مسح رءسه بيده فا قبل بهما و ا د بر‬
‫رء سه ثم ذهب بهما الى قفا ه ثم رد هما‬
“Bahwasanya Rasulullah saw mengusap (rambut) kepalanya dengan dua tangannya dan
beliau membolak balikkan keduanya yaitu beliau memulaimnya dengan bagian depan
kepalanya, lalu beliau mengusapkan keduanya hingga ke tengkuknya, lalu beliau
membalikkan keduanya. (HSR. Bukhari, Muslim, no. 235 dan Tirmidzi no. 28 lih. Fathul
Baari, I/251)

7. Membasuh kedua kaki sampai kedua mata kaki


8. Tertib
9. Membaca doa
ُ‫ َوَأ ْش َه ُد َأ َّن ُم َح َّم ًدا َع ْب ُد ُه َو َر ُس ْو ُله‬,‫يك َل ُه‬ َ ‫َأ ْش َه ُد َأ ْن َال َل َه َّال‬
َ ‫هللا َو ْح َد ُه َال َشر‬
ِ ‫ِإ ِإ‬
“Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah, tidak ada sekutu baginya, dan aku bersaksi
bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan Rasulnya. (HR. Muslim dari Umar)
Materi 7
Keutamaan Wudhu

Wudhu termasuk dari amalan paling utama lagi mulia, dan merupakan syarat sahnya shalat.
Karenanya barang siapa yang mengerjakan shalat tanpa wudhu (bagi yang berhadast kecil)
maka shalatnya tidak sah dan dia telah terjatuh kedalam dosa besar.

Keutamaan wudhu:
1. Meninggikan derajat
‫ول‬ َ _ ‫ات؟» َ _ق ُالوا َب َلى َ_ي_ا َر ُس‬ ‫ج‬ ُ ‫«َأ اَل َأ ُد ُّل ُك ْم َع َلى َ _م ا َي ْم ُ _ح و‬
َ ‫ َو َي ْر َ _ف ُ_ع _ب __ه ال_ َّ_د َر‬،‫هللا _ب_ه ْال َخ َط َ_اي_ا‬
ِ ِِ ِِ
‫َ ْ َ ُ َّ اَل‬ ََ ‫َ َ ْ َ ُ ْ ُ َ َ مْل‬ َ َ ‫َ َ مْل‬ ُ ْ _ُ ‫ « ْس _ َب‬:‫ال‬ َ _‫هللا َق‬
‫ وان ِتظ__ار الص _ ِ_ة‬،‫اج ِد‬ ِ _ ‫ وكث__ر _ة الخط__ا ِإ لى ا س‬،‫وء على ا ك_ ِار ِه‬ ِ _ ‫اغ ال ُوض‬ ‫ِإ‬ ِ
ُ َ ّ ُ ُ َ َ ‫َ ْ َ َّ اَل‬
_»‫الرباط‬ِ ‫ فذ ِلكم‬،‫بعد الص ِة‬
“Maukah kalian aku tunjukkan kepada suatu amal yang dapat menghapus kesalahan
(dosa) dan meninggikan derajat?” Para sahabat menjawab,”Ya, wahai
Rasulullah.” Rasulullah bersabda,”(Yaitu) menyempurnakan wudhu dalam kondisi
sulit, banyaknya langkah menuju masjid, menunggu shalat setelah mendirikan shalat.
Itulah kebaikan (yang banyak).” (HR. Muslim no. 251)

2. Pada hari Kiamat, orang yang berwudhu dengan benar dan sempurna akan mendapatkan
cahaya pada wajah, kedua tangan, dan kedua kakinya.
‫ُأ‬ ُ ‫النب َّى – صلى هللا عليه وسلم – َي ُق‬
‫ول « ِإ َّن َّم ِتى ُي ْد َع ْو َن‬ َ ‫َع ْن َأ بى ُه َر ْي َر َة َق‬
َّ ‫ َسم ْع ُت‬: ‫ال‬
ِ ِ ِ
ْ ْ َ ُ َ ُ
ْ‫يل غ َّرته فل َيف َعل‬ ْ ‫َأ‬ ُ ْ َ َ
َ ‫استطاع ِمنك ْم ن ُي ِط‬ َ َ
ْ ‫ ف َمن‬، ‫وء‬ ُ‫َي ْو َم ْالق َي َامة ُغ ًّرا ُم َح َّجلين م ْن آثار ال ُوض‬
ْ َ َ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
»
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, ia berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya umatku akan dihadirkan pada
hari kiamat dengan wajah, tangan, dan kaki yang bercahaya karena bekas-bekas wudhu
mereka. Karenanya barangsiapa di antara kalian yang bisa memperpanjang cahayanya
maka hendaklah dia lakukan.” (Shohih. HR. Bukhari I/63 no. 136, dan Muslim I/216 no.
246).
3. Berwudhu Merupakan separuh dari keimanan ‫َأ‬
ْ َ ُ ُ ُّ ‫َأل‬ َّ ُ ُ َ َ َ َ َ ّ َ ْ
‫ور شط ُر‬ ‫ « الطه‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ول الل ِه‬ ‫َع ْن ِبى َم ِال ٍك ا شع ِر ِى قال قال رس‬
َ‫الله َو ْال َح ْم ُد ل َّله َت ْمآلن – َأ ْو َت ْمُأل – َما َب ْين‬َّ َ َ ْ ُ َ َ َ ‫َ َ ْ َ ْ ُ َّ َ ْ ُأل مْل‬
‫ وسبحان‬.‫ا يمان والحمد ِلل ِه تم ا ِ يزان‬
ِ ِ ِ
‫ِإل َّ َ َ ِ َ َأل ْ َ َّ َ ُ ُ ٌ َ َّ َ َ ُ ُ ْ َ ٌ َ َّ ْ ُ َ ٌ ِ َ ْ ُ ْ ُ ُ َّ ٌ َ َ َْأ‬
‫ض والصالة نور والصدقة برهان والصبر ِضياء والقرآن حجة لك و‬ ِ ‫ات وا ر‬ ِ ‫السمو‬
‫َأ‬ َّ ‫» َع َل ْي َك ُك ُّل‬.
ُ ‫الناس َي ْغ ُدو َف َبا ٌع َن ْف َس ُه َف ُم ْعت ُق َها ْو‬
‫وب ُق َها‬
ِ ‫م‬ ِ ‫ِئ‬ ِ
Dari Abu Malik Al-Asy’ari radhiyallaahu ‘anhu, Dia berkata: Rasulullah shalallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: “Bersuci adalah separuh dari keimanan, ucapan
‘Alhamdulillah’ akan memenuhi timbangan, ‘subhanalloh dan alhamdulillah’ akan
memenuhi ruangan langit dan bumi, sholat adalah cahaya, dan sedekah itu merupakan
bukti, kesabaran itu merupakan sinar, dan Al Quran itu merupakan hujjah yang akan
membela atau menuntutmu. Setiap jiwa manusia melakukan amal untuk menjual dirinya,
maka sebagian mereka ada yang membebaskannya (dari siksa Allah) dan sebagian lain
ada yang menjerumuskannya (dalam siksa-Nya).” (Shohih. HR Muslim I/203 no.223, dan
Ahmad V/342 no.22953)

4. Orang yang berwudhu dengan benar dan sempurna maka dosa-dosa yang diperbuat oleh
anggota wudhunya akan keluar (terhapus) bersamaan dengan keluarnya tetesan air
wudhunya‫َأ َأ‬
َ َّ َ َ ْ َ َّ ُ ُ َ َ َ َ َ َ َّ َ ْ َ َ ْ ُ ْ َ
‫ض ف ْح َس َن‬ ‫ « من تو‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ول الل ِه‬ ‫عن عثمان ب ِن عفان قال قال رس‬
َْ ‫َ َّ َ ْ ُ َ ْ َ ْ َأ‬ َ َ َ َ ُ ُْ
‫وء خ َر َج ْت خط َاي ُاه ِم ْن َج َس ِد ِه حتى تخرج ِمن تح ِت ظف ِار ِه‬ ‫» الوض‬.
Dari Utsman bin Affan radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam bersabda: “Barangsiapa yang berwudhu lalu membaguskan wudhunya’, keluarlah
dosa-dosanya dari badannya bahkan (dosa-dosanya) akan keluar dari bawah kuku-
kukunya.”  (Shohih. HR.Muslim I/149 no.601)

5. Diampuni semua dosanya yang telah berlalu, dan setiap langkah kakinya ke masjid akan
dihitung sebagai
‫ َأ‬amalan sunnah.
ُ َ َ َّ َ َ ْ َ َ َ َّ ُ َ ْ َ َ َّ َ َ ْ َ َ ْ ُ ْ َ
‫ض َهكذا غ ِف َر‬‫ قال « من تو‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ول الل ِه‬ ِ ‫عن عثمان بن عفان عن رس‬
ًَ َ َ ‫ْ َ مْل‬ ُ َ َ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ َّ َ َ َ ُ َ
‫صالت ُه َو َمش ُي ُه ِإ لى ا ْس ِج ِد نا ِفلة‬ ‫» له ما تقدم ِمن ذن ِب ِه وكانت‬
Dari Utsman bin Affan radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
bersabda: “Barangsiapa yang berwudhu seperti ini maka akan diampuni dosa-dosanya
yang telah lalu. Sholat dan berjalannya menuju ke masjid merupakan nafilah (sunnah).”
(Shohih. HR.Muslim I/207/229)

6. Masuk surga melalui delapan pintu surga yang dia sukai.


‫َأ‬
َّ َ ْ ُ َ َّ ُ َ ُ ُ ُ ْ ُ َ ْ ُ ْ ُ َ ‫َ ْ ُ ْ ْ َ َ َ َ َّ ُأ‬
‫ أشهد أن ال إله ِإ ال‬: ‫ ثم يقول‬، ‫ما ِمنكم ِمن أح ٍد يتوض فيبلغ – و فيس ِبغ – الوضوء‬
‫الج َّن ِة‬
َ ‫اب‬ ُ ‫ول ُه ؛ َّال ُف ِت َح ْت َل ُه َأ ْب َو‬ ُ ُ َ َ ُ ُ ْ َ ً َّ َ ُ َّ ُ َ ْ َ ُ َ َ َ َ ُ َ ْ َ ُ
‫ وأشهد أن محمدا عبده ورس‬، ‫هللا وحده ال ش ِريك له‬
‫ِإ‬
َّ ‫اج َع ْلني م َن‬
، ‫الت َّو ِاب َين‬ ْ ‫الل ُه َّم‬ َّ
 : ‫الترمذي‬ ‫وزاد‬ . ‫مسلم‬ ‫رواه‬  ‫اء‬ َ ‫الث َما ِن َي ُة َي ْد ُخ ُل م ْن َأ ّي َها َش‬
َّ
ِ ِ ِ ِ
َ ‫اج َع ْلني م َن املُ َت َط ّهر‬
‫ين‬ ْ َ
ِِ ِ ِ ‫و‬
“Barang siapa di antara kalian berwudhu lalu menyempurnakan wudhunya, kemudian
berkata, aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah Melainkan Allah, dan aku
bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan rasul (utusan)-nya, maka akan
dibukakan untuknya pintu surga yang delapan dan dia bisa masuk ke dalamnya lewat
pintu mana saja yang dikehendakinya.” (Shohih. HR. Muslim I/209 no.234).
Materi 8
Pembatal dan makruh dalam wudhu

Wudhu sebagai sarana untuk mensucikan diri dari hadats kecil bisa menjadi batal bila terjadi
beberapa hal yang dapat membatalkannya. Orang yang batal wudhunya tentunya ia tidak
diperbolehkan melakukan shalat dan amalan ibadah lain yang menuntut kesucian dari hadats
kecil bila akan melakukannya.
Hal-hal yang membatalkan wudhu:
1. Ada sesuatu yang keluar dari dua jalan yaitu qubul dan dubur
‫َ َ ْ َ ُ ُ َ َ ُ َأ َ ُ ْ َ َأ ْ َ َ َ َّ َ َ َ َّ َأ‬
‫ا يقبل هللا صالة ح ِدكم ِإ ذا حدث حتى يتوض‬
“Allah tidak menerima shalat salah seorang dari kalian jika ia berhadats sampai ia
berwudhu.” (HR. al-Bukhari no. 135)

2. Tertidur lelap
‫َ ْ َ ْ ُ َ ُ َّ َ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َ َّ ْأ‬
‫ فمن نام فليتوض‬،‫العين ِوكاء الس ِه‬
Mata itu adalah tali pengikat dubur, maka barang siapa yang tertidur, hendaklah ia
berwudhu. (hr. Abu dawud no. 203)

3. Tertutup akal dan hilangnya kesadaran disebabkan pingsan


4. Memegang kemaluan dengan tangan secara langsung dan tanpa penghalang
‫َ ْ َ َّ َ َ َ ُ َ ْ َ َ َ َّ ْأ‬
‫من مس ذكره فليتوض‬
Barangsiapa menyentuh kemaluannya, maka hendaklah berwudhu. (HR. At-tirmdzi no.82)
5. Murtad
6. Memakan daging unta
7. Menyentuh atau memegang wanita dengan syahwat

Hal-hal yang dimakruhkan dalam berwudhu


1. Berwudhu’ di tempat najis, karena dikhawatirkan akan terkena najis.
2. Lebih dari tiga kali basuhan
َ‫ َف َم ْن َز َاد َع َلى َه َذا َف َق ْد َأ َس َاء َو َت َع َّدى َو َظ َلم‬،‫وء‬
ُ ‫ض‬ُ ‫َه َك َذا ْال ُو‬
Barangsiapoa yang melebihi 3 kali berarti dia melakukan kesalahan, melampaui batas,
dan bertindak dzalim. (HR. Abu Daud 135, Nasai 140 dan dishahihkan Syuaib al-
Arnauth).
3. Berlebih-lebihan dala m menggunakan air
4. Meninggalkan salah satu atau beberapa sunnah wudhu
5. Berwudhu dengan air lebihan dari air yang dipakai bersuci oleh istri
Rasulullah melarang wudhu seorang muslim yang berwudhu dengan menggunakan
air sisa bersuci dari seorang wanita.” (HR. at-Tirmidzi)
Materi 9
Mandi

Mandi wajib adalah hal yang sangat penting dalam melakukan ibadah. Keabsahan ibadah
seseorang ditunjang oleh hal-hal seperti wudhu dan mandi.
Mandi menurut arti bahasa adalah: mengalirkan air secara mutlak terhadap sesuatu. Menurut
arti syara’ adalah: sampainya air yang suci keseluruh badan dengan cara tertentu.
‫ََٰٓأ ُّ َ َّ َ َ َ ُ ۟ اَل َ ْ َ ُ ۟ َّ َ ٰ َ َ َأ ُ ْ ُ َٰ َ ٰ َ َّ ٰ َ ْ َ ُ ۟ َ َ ُ ُ َ َ اَل ُ ُ ً اَّل‬
‫ي يها ٱل ِذين ءامنوا تقربوا ٱلصلوة و نتم س َأكرى حتى تعل َأموا ما تَأقولون و جنبا ِإ‬
َْ ُ َ ٓ ُ ۟ ُ َْ َ
‫َع ِاب ِرى َس ِب ٍيل َح َّت ٰى تغت ِسلوا ۚ َوِإ ن ك ُنتم َّم ْر َض ٰى ْو َعل ٰى َس َف ٍر ْو َج َٓاء َح ٌد ِّمنكم ِّم َن ٱلغٓاِئ ِط‬
۟ ُ َ ْ َ ً ّ َ ً َ ۟ ُ َّ َ َ َ ً َ ۟ ُ َ ْ َ َ َ َ ّ ُ ُ ْ َ ‫َأ ْ مَٰل‬
َّ‫وا ب ُو ُجوه ُك ْم َوَأ ْيد ُيك ْم ۗ ن‬
‫ِإ‬ ِ ِ ِ ‫ٱلنسٓاء فلم ت ِجدوا مٓاء فتيمموا ص ِعيدا ط ِيبا فٱمسح‬ ِ ‫و ستم‬
ً ‫ان َع ُف ًّوا َغ ُف‬
‫ورا‬ َ ‫ٱلل َه َك‬
َّ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk,
sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu
dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu
sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah
menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu
dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha
Pemaaf lagi Maha Pengampun. (QS. An-Nisa: 43)

Sebab-sebab yang mewajibkan seseorang untuk mandi di antaranya adalah :


1. Bersetubuh atau bertemunya dua khitan
ُ ََ ََ َ َ َ
‫الخ َت ِان فق ْد َو َج َب الغ ْس ُل‬
ِ ‫ِإذا تجاوز‬
“Apabila dua kemaluan saling bersentuhan, maka telah diwajibkan atas keduanya untuk
mandi.” (HR. Muslim)

2. Keluar mani yang disebabkan karena bersetubuh atau sebab-sebab yang lain.
َ ‫الح ّق َه ْل َع َلى املَ ْرَأ ِة ِم ْن ُغ ْسل َذا ه َي ِا ْح َت َل َم ْت؟ َف َق‬
‫ال‬ َ ‫هللا َال َي ْس َتحي م َن‬
َ ‫َي َار ُس ْو َل هللا َّن‬
ِ ‫ٍ ِإ‬ ِ ِ
‫َأ‬ ‫ِ ِإ‬
َ َ َ
‫ ن َع ْم ِإ ذا َر ْت امل َاء‬:‫هللا‬ ْ ُ
ِ ‫َرسو ُل‬
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah tidak malu terhadap kebenaran (maka aku pun
tidak malu untuk bertanya): Apakah wanita wajib mandi bila bermimpi? Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,“Ya, apabila ia melihat air mani setelah ia
bangun.” (Muttafaqun Alaih)

3. Meninggal dunia (mati). Dengan catatan matinya bukan mati syahid.


ُ ‫اغس ُل‬
‫وه ِب َم ٍاء َو ِس ْد ٍر‬
ْ
ِ
“Mandikan dia dengan air dan sidr (bidara).” (Muttafaqun ‘alaih)
َ ُ ‫َأ‬ َ َ ْ ‫َأ َأ‬ ‫َأ‬ َ ‫ْ ْ َ َ ً َأ‬
‫اغ ِسل َن َها ثالثا ْو خ ْم ًسا ْو َس ْب ًعا ْو كث َر ِم ْن ذ ِل َك ِإ ْن َر ْيت َّن ذ ِل َك‬
“Mandikan dia sebanyak tiga kali (siraman), lima kali, tujuh kali atau lebih jika kalian
menganggap itu perlu.” (Muttafaqun ‘alaih)
4. Selesai nifas pasca melahirkan maupun selesai haid.
َّ َ ْ َ ‫َّ َ َ َ َأ‬ َ ُ َ ْ َ ْ َ َ ْ ‫َ َ َأ‬
‫ص ِل ْي‬‫الصالة َوِإ ذا ْد َب َر ْت فاغ ِس ِلي و‬ ‫ضة ف َد ِعي‬ ‫فِإ ذا قبل ِت الحي‬
“Jika telah tiba masa haidhmu maka tinggalkan shalat, dan bila selesai masa haidmu
maka mandilah kemudian shalatlah.” (HR. Bukhari)
Materi 10
Tata Cara Mandi Wajib

Mandi wajib merupakan proses pembersihan fisik yang sifatnya wajib bagi seorang muslim.
Tujuannya adalah untuk membersihkan tubuh dan mensucikan diri kembali dari hadas besar.
Tata cara mandi wajib pun sudah ada khaidahnya sendiri, jadi harus dilakukan dengan benar.
Dalil dari bahasan ini adalah dua dalil yaitu hadits dari ‘Aisyah dan hadits dari Maimunah.
Hadits pertama:

‫ان‬ َ ‫النبىَّ – صلى_ هللا عليه_ وس__لم_ – َ_ك‬ َّ ‫النب ِّى – صلى هللا عليه_ وسلم – َأ َّن‬ َّ ‫َع ْن َعا َش َة َز ْو _ج‬
ِ ‫ُأ‬ ِ ِ ‫ِئ‬
ُ َ ‫ُأ‬ َ
َّ ‫ض_ _ ك َ_ _م ا َي َت َو‬ َ ‫َأ‬ ْ
َّ ‫ ث َّم َي َت َو‬، ‫اغ َت َس_ _ َ_ل م َن ال َج َن َاب_ __ة َب_ َ_د فغ َس_ _ َل َي َد ْي__ه‬
ُ َ ْ َ
‫ ث َّم ُي_ ْ_د ِخ ُ_ل‬، ‫ص_ _ال ِ_ة‬َّ ‫ض_ _ ِلل‬ ِ ِ ِ ‫ِإ ذا‬
َُّ ُ َ َ َ ‫ْأ‬
‫ ثم‬، ‫ص _ ُّب َعلى َر ِس _ ِ_ه ثال _ث _غ َر ٍف ِب َي َد ْ_ي ِ__ه‬
َ ُ
ُ ‫ول َش _ َعره ث َّم َي‬ َ _
‫ُأ‬ ِّ َ َ ‫مْل‬
ُ ‫ ف ُي َخل ُ_ل ب َ _ه ا‬، ‫ص _اب َع ُه فى ا _ ِ_اء‬
‫ص‬ َ ‫َأ‬
ِِ ِ ِ ِ
ِّ ُ ْ َ َ َ َ ‫ُ ُ مْل‬
‫يض ا اء على_ ِجل ِد ِه كل ِ_ه‬ _ ‫ي ِف‬
Dari ‘Aisyah, isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa jika Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam mandi junub, beliau memulainya dengan mencuci kedua telapak tangannya.
Kemudian beliau berwudhu sebagaimana wudhu untuk shalat. Lalu beliau memasukkan
jari-jarinya ke dalam air, lalu menggosokkannya ke kulit kepalanya, kemudian
menyiramkan air ke atas kepalanya dengan cidukan kedua telapak tangannya sebanyak
tiga kali, kemudian beliau mengalirkan air ke seluruh kulitnya.” (HR. Bukhari no. 248 dan
Muslim no. 316)

Hadits kedua:
َّ ُ ‫ض _ ْع ُت ل َر‬ َ ‫ون_ ُ_ة َو‬َ َُْ ْ َ َ َ َ
‫ول الل ِه –_ ص __لى هللا علي _ه_ وس __لم – َ _م ًاء‬ ِ _ ‫س‬ ِ ‫اس _ق ال _ق الت ميم‬ ٍ ‫َع ِن ْاب ِن َع َّب‬
َ َ ْ ‫َ َأ َ َ ً ُ َأ‬ َ َ َ َ َ َ ْ ‫َ َأ‬ َْ
_‫ ث َّم _ف َرغ ِب َي ِمي ِ _ن ِ__ه َعلى‬، _‫ فغ َس _ل ُه َما َ _م َّرت ْي ِن َ _م َّرت ْي ِن ْ_و ثالث_ ا‬، ‫ _ف ف َرغ َعلى َي َد ْ _ي ِ_ه‬، ‫َيغت ِس _ ُ_ل ِ _ب ِ__ه‬
َ ُ َ ْ ْ َ َ َ ْ َ َّ ُ
‫ ث َّم غ َس_ _ َ_ل‬، ‫اس َتنش_ _ َق‬ ‫ ثم مض_ _مض و‬، ‫ض‬ ‫ر‬ ْ ‫_ك َي_ َ_د ُه ب__اَأل‬
َ _‫ ُث َّم َد َل‬، ‫ َف َغ َس_ _ َ_ل َ_ _م َذاك َير ُ_ه‬، ‫ش_ _ َماله‬
ِ ِِ ِ
ِ ِ ‫َأ‬ ‫ْأ‬
َ َ َ َ ُ َ َ ْ ُ ً َ َ َ ُ
‫ام ِ_ه فغ َس _ َل‬ _ ِ ‫ ث َّم ت َن َّحى_ ِم ْن َمق‬، ‫ ث َّم ف_ َر _غ َعلى_ َج َس _ ِد ِه‬، ‫َو ْج َه_ ُه َو َي َد ْي_ ِ_ه ث َّم غ َس _ َل َر َس _ ُه ثالث__ا‬
َ
‫ق َد َم ْي ِه‬
Dari Ibnu ‘Abbas berkata bahwa Maimunah mengatakan, “Aku pernah menyediakan air
mandi untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu beliau menuangkan air pada
kedua tangannya dan mencuci keduanya dua kali-dua kali atau tiga kali. Lalu dengan
tangan kanannya beliau menuangkan air pada telapak tangan kirinya, kemudian beliau
mencuci kemaluannya. Setelah itu beliau menggosokkan tangannya ke tanah. Kemudian
beliau berkumur-kumur dan memasukkan air ke dalam hidung. Lalu beliau membasuh
muka dan kedua tangannya. Kemudian beliau membasuh kepalanya tiga kali dan
mengguyur seluruh badannya. Setelah itu beliau bergeser dari posisi semula lalu mencuci
kedua telapak kakinya (di tempat yang berbeda).” (HR. Bukhari no. 265 dan Muslim no.
317)

Dari dua hadits di atas, kita dapat merinci tata cara mandi yang disunnahkan sebagai
berikut:
1. Membaca Basmalah
2. Mencuci tangan tiga kali
3. Membersihkan kemaluan dan kotoran yang ada dengan tangan kiri.
4. Berwudhu seperti halnya wudhu untuk shalat tetapi membasuh kakinya ditangguhkan
terlebih dahulu.
5. Memasukan jari-jarinya kesela-sela rambut hingga terasa air meresap dan merata.
6. Menuangkan air diatas kepala sebanyak tiga kali.
7. Menyiramkan air keseluruh tubuh mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan
mendahulukan yang kanan dan sampai merata mengenai seluruh kulit.
8. Diakhiri dengan membasuh kedua kaki dengan mendahulukan kaki sebelah kanan.
Materi 11
Tayamum

Tayamum adalah bersuci dari hadast besar maupun hadast kecil dengan mengusap wajah dan
tangan menggunakan debu, tanah atau permukaan bumi lainnya yang bersih dan suci.
‫َأ اَل‬ َ ْ ُ ‫َأ‬ ‫َأ‬ َ ‫َأ‬ ُ
_‫َ_و_ ِإ ْ_ن_ _ك_ ْن_ ُت_ ْ_م_ َ_م_ ْ_ر_ َ_ض ٰ_ى_ ْ_و_ َ_ع_ _ل_ ٰ_ى_ َ_س_ َ_ف_ ٍ_ر_ ْ_و_ َ_ج_ ا_ َ_ء_ َ_ح_ ٌ_د_ ِ_م_ ْن_ _ك_ ْ_م_ ِ_م_ َ_ن_ ا_ _ل_ _غ_ ا_ِئ ِ_ط_ ْ_و_ َ_م_ ْ_س_ ُ_ت_ ُ_م‬
ْ_‫ص_ ِ_ع_ ي_ ً_د_ ا_ َط_ ّ_ي_ ًب_ ا_ َ_ف_ ا_ ْ_م_ َ_س_ ُ_ح_ و_ا_ _ب_ ُ_و_ ُ_ج_ و_ _ه_ ُ_ك_ ْ_م_ َ_و_ َأ ْي_ ِ_د_ ي_ ُ_ك_ _م‬ _ َ _‫ا_ل_ ّ_ن_ َ_س_ ا_ َ_ء_ َ_ف_ َ_ل_ ْ_م_ َت_ _ج_ ُ_د_ و_ا_ َ_م_ ا_ ً_ء_ َ_ف_ َ_ت_ َ_ي_ َّ _م_ ُ_م_ و_ا‬
ِ ِ ِ ِ ِ
ُ َ ٰ َ ُ َ َّ
_‫ِ_م_ ْن_ ُ_ه_ ۚ_ َ_م_ ا_ ُ_ي_ ِ_ر_ ي_ ُ_د_ ا_ل_ _ل_ ُ_ه_ ِ_ل_ َي_ ْ_ج_ َع_ َ_ل_ َ_ع_ ل_ ْي_ _ك_ ْ_م_ ِ_م_ ْ_ن_ َ_ح_ َ_ر_ ٍ_ج_ َ_و_ _ل_ ِ_ك_ ْ_ن_ ُي_ ِ_ر_ ي_ ُ_د_ ِ_ل_ ُي_ ط_ ِّ_ه_ َ_ر_ _ك_ ْ_م_ َ_و_ ِ_ل_ ُي_ ِت_ َّ_م‬
ُ ْ َ ُ َّ َ ُ َ
_‫ِن_ ْ_ع_ َ_م_ َ_ت_ ُ_ه_ َ_ع_ _ل_ ْ_ي_ _ك_ ْ_م_ ل_ َع_ _ل_ _ك_ ْ_م_ _ت_ _ش_ _ك_ ُ_ر_ و_ َ_ن‬
Artinya: ... dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air
(kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah
dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah
tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan
menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur. (Q.S. Al-Maidah:6)

Media yang dapat digunakan untuk bertayammum adalah seluruh permukaan bumi yang
bersih baik itu berupa pasir, bebatuan, tanah yang berair, lembab ataupun kering.
َ ‫مْل‬ َ َ َ ً ُ َ َ َ ََُ ْ ُ ْ َ ُ َ
‫ورا ِإ ذا ل ْم ن ِج ِ_د ا َاء‬ ‫وج ِعلت تربتها_ لنا_ طه‬
“Dijadikan bagi kami (ummat Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi was sallam) permukaan
bumi sebagai thohur/sesuatu yang digunakan untuk besuci (tayammum) jika kami tidak
menjumpai air”. (HR. Muslim no. 522)

Tata cara tayammum Nabi shollallahu ‘alaihi was sallam dijelaskan hadits ‘Ammar bin
Yasir rodhiyallahu ‘anhu:
َ ‫مْل‬ ‫َ َ َأ‬ ‫َ َ َ َأ‬ َّ ُ ُ َ َ َ َ
، ‫ فل ْم ِج ِد ا َاء‬، ‫اج ٍة ف ْج َن ْب ُ_ت‬ ‫ول الل ِه –_ صلى_ هللا عليه_ وسلم –_ ِفى ح‬ ‫بعث ِنى رس‬
َ َ َ َ ُ َّ ُ َّ َ َ َ َ َّ ‫َف َت َم َّر ْغ ُت فى‬
_– _‫ فذك ْر ُت ذ ِل َك ِل َّلن ِب ِ_ ّى –_ صلى_ هللا عليه_ وسلم‬، ‫الد َّابة‬ ‫يد كما تمر _غ‬ _ِ ‫الص ِع‬ ِ
َُّ ‫َأل‬ َ ً ّ َ
َ ‫ض َر َ_ب بكفه‬
ْ ‫ض ْر َب _ة َعلى ا‬ َ َ َ
َ ‫_ ف‬. _» ‫ص َن َ_ع َهكذا‬ َ
ْ ‫يك ْن ت‬ ‫َأ‬ َ ‫ان َيكف‬ْ َ
َ ‫ال « َّن َما ك‬ َ ‫َف َق‬
‫ض ثم‬ ِ ‫ر‬ ِ ِ ِ ِ ‫ِإ‬
ُ‫ ُث َّم َم َس َ_ح به َما َو ْج َهه‬، ‫ َأ ْو َظ ْه َر ش َماله ب َك ّفه‬، ‫ ُث َّم َم َس َح ب َها َظ ْه َر َك ّف _ه بش َمال _ه‬، _‫ض َها‬َ ‫َن َف‬
ِِ ِِ ِ ِِ ِ ِِ ِ ِ ِِ ِ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi was sallam mengutusku untuk suatu keperluan, kemudian
aku mengalami junub dan aku tidak menemukan air. Maka aku berguling-guling di tanah
sebagaimana layaknya hewan yang berguling-guling di tanah. Kemudian aku ceritakan hal
tersebut kepada Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam. Lantas beliau mengatakan,
“Sesungguhnya cukuplah engkau melakukannya seperti ini”. Seraya beliau memukulkan
telapak tangannya ke permukaan bumi sekali pukulan lalu meniupnya. Kemudian beliau
mengusap punggung telapak tangan (kanan)nya dengan tangan kirinya dan mengusap
punggung telapak tangan (kiri)nya dengan tangan kanannya, lalu beliau mengusap
wajahnya dengan kedua tangannya. (HR. al-Bukhari no. 347 dan Muslim no. 368)
ً َ
‫َو َم َس َح َو ْج َه ُ_ه َوك َّف ْي ِ_ه َو ِاح َدة‬
“Dan beliau mengusap wajahnya dan kedua telapak tangannya dengan sekali usapan”.
Berdasarkan hadits di atas kita dapat simpulkan bahwa tata cara tayammum
Rasulullah shallallahu ‘alaihi was sallam adalah sebagai berikut.
1. Memukulkan kedua telapak tangan ke permukaan bumi dengan sekali pukulan kemudian
meniupnya.
2. Kemudian menyapu wajah dengan dua telapak tangan
3. Kemudian menyapu punggung telapak tangan kanan dengan tangan kiri dan sebaliknya.
4. Semua usapan baik ketika mengusap telapak tangan dan wajah dilakukan sekali usapan
saja.
5. Bagian tangan yang diusap adalah bagian telapak tangan sampai pergelangan tangan saja
atau dengan kata lain tidak sampai siku seperti pada saat wudhu.
Materi 12
Syarat Wajib, Syarat Sah, Rukun Dan Sunnah Dalam Shalat

Shalat adalah suatu kewajiban dari Allah bagi setiap mukmin. Dimana Allah swt telah
memerintahkannya dalam sejumlah firman:
‫َّ َ َ ً َ ُ ُ ً َ َ َ ٰ ُ ُ ُ َ َ ْ ْأ َ ْ َ َأ‬ ُ ْ َ َ ‫َ َ َ َ ْ ُ ُ َّ اَل‬
‫وبك ْم ۚ فِإ ذا اط َم نن ُت ْم ف ِق ُيموا‬
ِ ‫ن‬‫ج‬ ‫ى‬ ‫ل‬ ‫ع‬‫و‬ ‫ا‬ ‫ود‬ ‫ع‬ ‫ق‬ ‫و‬ ‫ا‬ ‫ام‬ ‫ي‬‫ق‬ِ ‫ه‬ ‫الل‬ ‫وا‬ ‫ر‬ُ ‫ك‬ ‫فِإ ذا قضيتم الص ة فاذ‬
‫مْل‬
ً ‫الصاَل َة َك َان ْت َع َلى ا ُْؤ من َين ك َت ًابا َم ْو ُق‬
َّ ‫الصاَل َة ۚ َّن‬
َّ
‫وتا‬ ِ ِِ ‫ِإ‬
Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di
waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka
dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang
ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (Q.S. An-nisa: 103)
َ ‫اَل‬ َّ َ َّ َّ َ َّ ُ ُ َ َ َ َ َ َ ُ ْ َ ُ َّ َ َ َ َ ُ ْ ْ َ
‫صلى الل ُه َعل ْي ِه َو َسل َم ُب ِن َي اِإْل ْس ُم َعلى‬ ‫عن اب ِن عمر ر ِضي الله عنهما قال قال رسول الل ِه‬
ْ َ َّ ‫َّ اَل‬ َ َّ ُ ُ َ ً َّ َ ُ َّ ‫َ َ َ َأ ْ اَل َ َ اَّل َّ ُ َ َأ‬ ْ ‫َخ‬
‫الزك ِاة َوال َح ِ ّج‬ ‫الص ِة َوِإ َيت ِاء‬ ‫ول الل ِه َوِإ ق ِام‬ ‫س شهاد ِة ن ِإ له ِإ الله و ن محمدا رس‬ ٍ ‫م‬
َ‫ضان‬
َ ‫ص ْوم َر َم‬
َ َ
ِ ‫و‬
Dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda: “Islam dibangun di atas lima (tonggak): Syahadat Laa ilaaha illa Allah
dan (syahadat) Muhammad Rasulullah, menegakkan shalat, membayar zakat, hajji, dan
puasa Ramadhan”. [HR Bukhari, no. 8].

Syarat-syarat wajib shalat:


1. Islam
ُ ْ ْ ‫َ َأ‬ َ َّ ‫َأ‬ ْ ْ َ
_ۚ _‫َ_م_ ا_ _ك_ ا_ َ_ن_ ِ_ل_ _ل_ ُ_م_ _ش_ ِ_ر_ ِ_ك_ ي_ َ_ن_ ْ_ن_ َي_ ْ_ع_ ُ_م_ ُ_ر_ و_ا_ َ_م_ َ_س_ ا_ ِ_ج_ َ_د_ ا_ل_ _ل_ ِ_ه_ _ش_ ا_ ِ_ه_ ِ_د_ ي_ َ_ن_ َ_ع_ _ل_ ٰ_ى_ ن_ ُ_ف_ ِ_س_ ِ_ه_ ْ_م_ ِ_ب_ ا_ل_ _ك_ ْ_ف_ ِ_ر‬
َ ُ ‫َ َأ‬ َٰ ‫ُأ‬
_‫و_ _ل_ ِئ َ_ك_ َ_ح_ ِ_ب_ ط_ ْ_ت_ ْ_ع_ َ_م_ ا_ _ل_ ُ_ه_ ْ_م_ َ_و_ ِ_ف_ ي_ ا_ل_ َّ_ن_ ا_ ِ_ر_ ُ_ه_ ْ_م_ _خ_ ا_ ِ_ل_ ُ_د_ و_ َ_ن‬
Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan mesjid-mesjid Allah, sedang
mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia
pekerjaannya, dan mereka kekal di dalam neraka. (At-Taubah:17)

2. Berakal (sehat)
‫ون‬ ُ ‫الصغير َح َّتى َي ْح َتل َم َو َع ْن امْل َ ْج‬
‫ن‬ َّ ‫ظ َو َع ْن‬ َ ْ َ ْ َ َّ َ َّ ‫ُرف َع ْال َق َل ُم َع ْن َثاَل َثة َع ْن‬
‫الناِئ ِم حتى يستي ِق‬
ِ ِ ِ ِ ٍ ِ
َّ ُ َ ‫مْل‬ ‫َأ‬ َ ْ َ
ْ ْ َ َ ً ْ ٌ َ َ ‫َحتى َي ْعق َل َوقد ق‬ َّ
‫وه َحتى َي ْع ِق َل‬
ِ ‫ال ح َّماد يضا وعن ا عت‬ ِ
Pena diangkat dari tiga orang, yaitu; orang yg tidur hingga terbangun, orang yg masih
kecil hingga ia dapat bermimpi (baligh), & dari orang yg gila hingga berakal. Hammad
berkata; Juga dari orang yg kurang akal hingga ia berakal. [HR. Darimi No.2194].

3. Baligh
ُ َ ْ ‫َأ‬ َ ْ ‫ َو‬،‫الص َـالة َو ُه ْم َأ ْب َن ُاء َس ْبع سن ْي َن‬ ُ َ َ ْ ‫ُ ُ ْ َأ‬
‫ َوف ِّرق ْوا‬،‫ َو ُه ْم ْب َن ُاء َعش ٍر‬،‫اض ِر ُب ْو ُه ْم َعل ْي َها‬ ِ ِ ِ ِ
َّ ‫ب‬ ْ
ِ ‫مـروا والد‬
‫م‬ ‫ك‬
‫ض ِاج ِع‬ َ َ ‫َب ْي َن ُه ْم في امْل‬
ِ
“Suruhlah anak kalian shalat ketika berumur 7 tahun, dan kalau sudah berusia 10 tahun
meninggal-kan shalat, maka pukullah ia. Dan pisahkanlah tempat tidurnya. (HR. Ahmad
no.6650)
4. Telah tiba waktunya
ُ ُ ‫َ مْل‬ َ َ َ ‫َّ اَل‬
 __‫ص_ _ة_ _ك_ ا_ _ن_ ْ_ت_ َ_ع_ _ل_ ى_ ا_ _ ْؤ ِ_م_ ِن_ ي_ َ_ن_ ِ_ك_ َت_ ا_ ً_ب_ ا_ َ_م_ ْ_و_ _ق_ و_ ً_ت_ ا‬
_ _‫ِإ َّ _ن_ ا_ل‬
Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang
beriman. (Q.S. An-nisaa:103)

5. Bersih ataupun suci dari hadats dan najis


ّ َ َّ ُ َ َّ ْ َ ‫َّ اَل َ َ َأ‬ َ َ ْ َ ْ َ َ ْ ‫َ َ َأ‬
‫ص ِلي‬ ‫الص ة َوِإ ذا ْد َب َر ْت فاغ ِس ِلي َع ْن ِك الدم ثم‬ ‫ض ُت ِك ف َد ِعي‬‫فِإ ذا قبلت حي‬
“Maka apabila datang haidmu, tinggalkan shalat. Dan apabila telah selesai, cucilah darah
darimu (mandilah), lalu laksanakan shalat!.” (HR. Al-Bukhari)

Syarat sah sholat


1. Suci dari hadats
2. Menutup aurat
3. Menghadap arah kiblat

Rukun salat
1. Niat
ّ ‫ال ب‬
‫الن َّي ِ_ة‬ ُ َ
‫م‬ ْ ‫َّن َما اَأْل‬
‫ع‬
ِ ِ ‫ِإ‬
Sesungguhnya amal itu tergantung pada niat. (HR. Al-Bukhari no. 1)

2. Berdiri bagi yang mampu


َ َّ ُ
_‫َ_و_ _ق_ و_ ُ_م_ و_ا_ ِ_ل_ _ل_ ِ_ه_ _ق_ ا_ ِ_ن_ ِ_ت_ ي_ َ_ن‬
“Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu'. (QS. al Baqarah: 238)

“Shalatlah dengan berdiri, jika tidak mampu maka dengan duduk, jika tidak mampu maka
dengan berbaring.” (HR. Al-Bukhari no. 117)

3. Takbiratul Ihram
َّ َ ُ ْ َ َ ُ ْ َّ َ ُ ْ َ َ ُ ُ ُّ َ َّ ُ َ ْ
ُ ‫الت ْس ِل‬
‫يم‬ ‫ِمفتاح الصال ِة الطهور وتح ِريمها التك ِبير وتح ِليلها‬
Pembuka shalat adalah bersuci (wudhu), yang mengharamkan adalah takbir dan yang
menghalalkan adalah salam”. ((HR. Abu Daud 618, dishahihkan Al Albani
dalam Shahih Abi Daud)

4. Setiap raka’at membaca surat al fatihah.


5. Ruku’ secara tuma’ninah.
6. I’tidal secara tuma’ninah.
7. Sujud secara tuma’ninah.
ُ َّ َ َ ْ ُ ْ ُ َ َّ ‫َأ‬
_‫َي_ ا_ ُّ _ي_ َ_ه_ ا_ ا_ _ل_ ِ_ذ_ ي_ َ_ن_ آ_ َ_م_ ُن_ و_ا_ ا_ ْ_ر_ _ك_ ُ_ع_ و_ا_ َ_و_ ا_ ْ_س_ ُ_ج_ ُ_د_ و_ا_ َ_و_ ا_ ْ_ع_ ُ_ب_ ُ_د_ و_ا_ َ_ر_ َّ_ب_ _ك_ ْ_م_ َ_و_ ا_ _ف_ َ_ع_ _ل_ و_ا_ ا_ _ل_ _خ_ ْي_ َ_ر_ _ل_ َ_ع_ _ل_ _ك_ ْ_م‬
ُ
_‫ _ت_ ْ_ف_ ِ_ل_ ُ_ح_ و_ َ_ن‬ 
Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan
perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan. (QS. Al-Hajj: 77)
8. Duduk antara dua sujud secara tumaninah
9. Kemudian duduk tasyahud akhir
10. Dan membaca sholawat Nabi.
11. Membaca salam.
12. Tertib.

Sunnah shalat
1. Sunnah berupa perkataan, bentuknya banyak sekali. Diantaranya: membaca do’a iftiftah,
ta’awudz, membaca basmalah, membaca surat setelah al Fatihah, membaca bacaan rukuk,
sujud, do’a antara dua sujud lebih dari sekali, do’a setelah tasyahud akhir dan lainnya.
2. Sunnah berupa perbuatan, bentuknya juga banyak. Diantaranya: mengangkat tangan saat
takbiratul ihram serta ketika akan dan setelah rukuk, meletakkan tangan kanan diatas
tangan kiri dan meletakkannya di atas dada saat berdiri, melihat tempat sujud, meletakkan
tangan diatas lutut saat rukuk, menjauhkan antara perut dan paha, paha dan betis saat
sujud, dan lainnya.
MATERI 13
Niat, Takbiratul Ikhram Dan Doa Iftitah

Niat adalah maksud atau keinginan kuat di dalam hati untuk melakukan sesuatu. Niat
merupakan pilar yang paling pokok dalam suatu ibadah. Suatau ibadah akan diterima bila
memenuhi dua hal, yaitu niat dan contoh dari rasulullah saw.
ّ ‫ال ب‬ َ ْ ‫َّن َما اَأْل‬
ِ ‫الن َّي‬
]‫[رواه البخاري ومسلم‬... ‫ات‬ ِ ِ ُ ‫م‬ ‫ع‬ ‫ِإ‬
Artinya: “Sesungguhnya (sahnya) amal itu tergantung kepada niat ...” [Hadits Riwayat al-
Bukhari dan Muslim]

]‫صاَل ِة ال ُوضُو ُء َوتَحْ ِري ُمهَا التَّ ْكبِي ُر َوتَحْ لِيلُهَا التَّ ْسلِي ُم [رواه أبو داود والترمذي‬
َّ ‫ِم ْفتَا ُح ال‬
Artinya: “Kunci pembuka shalat itu wudhu, permulaannya takbir, dan penghabisannya
salam.” [Hadits Riwayat Abu Dawud dan at-Tirmidzi]

Hadist tersebut menjadi salah satu dasar bagi Muhammadiyah bahwa niat dalam shalat tidak
perlu dilafalkan. Karena memang tidak ada dalil yang memerintahkan atau tidak ada
peristiwa di mana para shahabat melihat Nabi Muhammad melafalkan niat dalam shalat.

Tata cara Takbiratul ikhram:


1. Mengucap takbir seraya mengangkat kedua belah tangan
2. Telapak tangan dibentangkan secara sempurna dan tidak menggenggam
3. Jari-jari telapak tangan tidak terlalu lebar dan tidak terlalu rapat.
َ َ َّ َ َ َّ َ ُ َّ َ َّ َ ُ َ َ َ
‫الصال ِة َو َرف َع َي َد ْي ِه َم ًّدا‬ ‫هللا َعل ْي ِه َو َسل َم ِإ ذا َدخ َل ِفى‬ ‫صلى‬ ‫كان رسول الل ِه‬.
“Rasulullah saw ketika memulai shalat, beliau mengangkat kedua tangannya dengan
membentangkan”. (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)

4. Telapak tangan dihadapkan ke kiblat dan diangkat setinggi pundak atau telinga.
َ َ َّ َ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ َ ُ َ ْ َ َ َ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َ َّ َ ُ َ َّ ‫َأ‬
،‫الصالة‬ ‫صلى هللا علي ِه وسلم كان يرفع يدي ِه حذو من ِكبي ِه ِإ ذا افتت _ح‬ ‫ن رسول الل ِه‬
َّ ‫َأ‬ ُّ ‫ َو َذا َر َف َع َرْأ َس ُه ِم َن‬،‫َو َذا َك َّب َر ِل ُّلر ُكوع‬
ً ‫ َر َف َع ُه َما َك َذل َك ْي‬،‫الر ُكوع‬
َ ‫ َو َق‬،‫ضا‬
‫ َس ِم َع الل ُه‬:‫ال‬ ِ ‫ِإ‬ ‫ِإ‬
ُ ُّ َ َ ِ ُ َ ْ َ َ َ َ َ ُ ْ َ َ َ َ ِ َ َّ َ ُ َ َ ْ َ
‫ود‬
ِ ‫ وكان ال يفعل ذ ِلك ِفي السج‬،‫ ربنا ولك الحمد‬،‫مِل ن ح ِمده‬
“Sesungguhnya Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dahulu mengangkat kedua
tangannya sejajar dengan kedua bahunya apabila memulai shalat dan ketika bertakbir
untuk ruku’ dan ketika mengangkat kepala dari ruku’ Beliau juga mengangkat keduanya
dan mengucapkan, “Sami’allâhu liman hamidah rabbanâ wa lakal hamdu” dan Beliau
tidak melakukan hal itu dalam sujudnya”. (HR. Bukhari)

5. Lalu letakkan tangan kanan pada punggung telapak tangan kirimu diatas dadamu, lalu
bacalah doa iftitah:
َ َّ ْ َ ‫مْل‬ ْ َ ‫مْل‬ َ ‫الل ُح َّم َبا ِع ْد َب ْينى َو َب ْي َن َخ َطا َي‬
َ ‫اى َك َما َب‬ َّ
‫ الل ُه َّم ن ِّق ِنى ِمن‬, ‫اع ْد ْت َب ْي َن ا ش ِر ِق َوا غ ِر ِب‬ ِ
ْ ْ َّ َ ‫َّ ُ َّ ْ ْ َ َ َ َ مْل‬ َ َّ َ ُ َ ْ َ ُ َّ َّ َ ُ َ َ َ َ َ ْ
‫اى ِبا ِاء َوالثل ِ_ج َوال َب َر ِد‬ ‫ اللهم اغ ِسل خطاي‬, ‫س‬ ِ ‫الخطايا كما ينقى الثوب االبيض ِمن الد‬
‫ن‬
Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahan-kesalahnku sebagaimana Engkau
menjauhkan antara timur dan barat. Ya  (Tuhan) Allah, bersihkanlah aku dari kesalahan-
kesalahanku sebagaimana baju putih dibersihkan dari kotoran. Ya Allah, cucilah aku dari
kesalahan-kesalahanku dengan salju, air, dan air dingin. (HR. Bukhari dan Muslim)
Materi 14
Cara Membaca Al-Fatihah & Surat Al-Quran Saat Jadi Makmum

Setelah membaca doa iftitah dan taawuz dilanjutkan dengan membaca al-fatihah, karena
dalam shalat membaca al-Fatihah adalah wajib karena merupakan salah satu rukun shalat,
sehingga tidak sah shalat tanpa membacanya. Hal ini berdasarkan hadis:
‫ْأ‬ َ َ َ ‫َأ َّ َ ُ َ َّ َ َّ َّ ُ َ َ ْ َ َ َّ َ َ َ اَل َ اَل‬ َّ ‫َع ْن ُع َب َاد َة ْبن‬
‫ص ة مِل ْن ل ْم َي ْق َر‬ ‫الص ِام ِت ن رسول الل ِه صلى الله علي ِه وسلم قال‬ ِ
‫اب‬ َ ‫ب َفات َحة ْالك‬
‫ت‬
ِ ِ ِ ِ ِ
Artinya:  “Dari ‘Ubadab Ibn as-Samit (dilaporkan) bahwa Rasulullah saw bersabda: Tidak
sah salat orang yang tidak membaca Pembukaan Kitab (al-Fatihah).” [HR al-Bukhari dan
Muslim]

Hanya saja membaca al-Fatihah di belakang imam terdapat dua garis besar ijtihad fiqih, yaitu
ijtihad mazhab Hanafi dan ijtihad jumhur ulama. Dalam mazhab Hanafi makmum di
belakang imam dalam salat jamaah tidak membaca al-Fatihah. Hal ini didasarkan kepada
firman Allah:
َ ُ ُ َّ َ ْ ‫َ َ ُ َئ ۡ ُ ۡ َ ُ َ ۡ َ ُ ْ َ ُ َ َأ‬
(٢٠٤( ‫نص ُتوا ل َعلك ۡم ت ۡر َح ُمون‬
ِ ‫وِإ ذا ق ِر ٱلقرءان فٱست ِمعوا لهۥ و‬
“Dan apabila dibacakan al-Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah
dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.” [QS. al-A’raf (7): 204]
َْ َ َ َ َ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َّ َ َّ ‫َ ْ َ ْ َّ ْ َأ َ َ َ َ َ ْ َأ َأ َّ َ ُ َل‬
‫ال ت ْق َر ُءون خل ِفي‬ ‫عن عب ِد الل ِه ب ِن ِبي قتادة عن ِب ِيه ن رسو الل ِه صلى الله علي ِه وسلم ق‬
َ ْ ّ ‫َ ُ َ َ ْ َ َ َ اَل َ ْ َ ُ اَّل ُأ‬
‫اب‬
ِ ‫قالوا نعم قال ف تفعلوا ِإ ِب ِم ال ِكت‬
“Dari Abdullah Ibnu Abi Qatadah dari ayahnya (Abi Qatadah), (dilaporkan bahwa)
Rasulullah saw bertanya (kepada para sababatnya): Apakah kalian membaca sesuatu di
belakangku? Mereka menjawab: Ya. Beliau berkata: Jangan kalian lakukan itu, kecuali
Ummul-Kitab.” [HR. Ahmad]

Jadi jelas bahwa membaca al-Fatihah itu memang wajib hukumnya di dalam salat, baik
sendirian maupun berjamaah.

Setelah membaca Al-Fatihah dilanjutkan membaca surat/ayat Al-Quran. Para sahabat telah
sepakat bahwa setelah membaca surat Al-Fatihah disunahkan membaca ayat Al-Qur’an pada
dua rakaat pertama di semua shalat. Diantara dalilnya adalah sabda nabi shallallahu’alaihi
wasallam dari sahabat Abu Qatadah:
ُّ َ َ ْ ْ َ َ ‫َّ ْ َ َ ْ ُأل‬ ‫ُأ‬ َّ َ ُ َّ َ ُّ َّ َ
‫صال ِ_ة الظ ْه ِر ِب َفا ِت َح ِ_ة‬ ‫هللا َعل ْي ِ_ه َو َسل َ_م َي ْق َر ِفي الركعتي ِن ا وليي ِ_ن ِمن‬ _‫صلى‬ ‫ان الن ِبي‬
‫َّ َ َ ُ ْ ُ َ َ َأ ْ َ ً َ َ َ ُأ‬ ّ ‫ َو ُي َق‬،‫ور َت ْين ُي َط ّو ُل في اُأل َولى‬
‫ان َي ْق َر ِفي‬ ‫ وك‬،‫ص ُ_ر ِفي الثا ِني ِ_ة ويس ِمع اآلي _ة حيانا‬ ِ ِ ِ ِ
َ ‫ َو ُس‬،‫الك َتاب‬
ِ ِ
َ ‫َّ ْ َ ُأل‬ َ َ َ ‫ُأل‬ َ
َ ‫ َوك‬،‫ان ُيط ّو ُل في ا ولى‬ َ
َ ‫ َوك‬،‫ور َت ْين‬ َ ُ َ _ ‫الك َت‬ َ َ ْ َ
‫ان ُيط ّ ِو ُل ِفي الركع ِة ا ولى‬ ِ ِ ِ ‫اب وس‬ ِ ِ ‫العص ِر ِبفا ِتح ِ_ة‬
َّ ُّ ‫ص َال _ة‬
ّ ‫_ َو ُي َق‬،‫الص ْبح‬
‫ص ُر ِفي الثا ِن َي ِ_ة‬ َ ‫م ْن‬
ِ ِ ِ ِ
“Nabi shallallahu’alaihi wasallam membaca Al-Fatihah di dua rakaat pertama shalat
zhuhur dan juga membaca dua surat yang panjang pada rakaat pertama dan pendek pada
rakaat kedua dan terkadang hanya satu ayat. Beliau membaca Al-Fatihah di dua rakaat
pertama shalat ashar dan juga membaca dua surat dengan surat yang panjang pada rakaat
pertama. Beliau juga biasanya memperpanjang bacaan surat di rakaat pertama shalat
subuh dan memperpendeknya di rakaat kedua” (HR Al-Bukhari 759, Muslim 451)
ْ َ ‫َّ اَل َ َ ّ ْ ُ َّ ْ َ ْأ‬ َ ُ َ
‫َما ت َي َّس َر َم َع َك ِم ْن ال ُق ْر ِآن‬ ‫ِإ ذا ق ْم َت ِإ لى الص ِة فك ِبر ثم اقر‬
Jika engkau berdiri hendak melakukan shalat, maka bertakbirlah, kemudian bacalah ayat al-
Qur’an yang mudah bagimu.

Namun saat berjamaah, apalagi saat menjadi makmum shalat jahr, ketika imamnya membaca
surat-surat tersebut dengan keras maka makmum lebih baik mendengarkan bacaan imam:
َ ُ ُ َّ َ ْ ‫َ َ ُ َئ ۡ ُ ۡ َ ُ َ ۡ َ ُ ْ َ ُ َ َأ‬
(٢٠٤( ‫نص ُتوا ل َعلك ۡم ت ۡر َح ُمون‬
ِ ‫وِإ ذا ق ِر ٱلقرءان فٱست ِمعوا لهۥ و‬
“Dan apabila dibacakan al-Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah
dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.” [QS. al-A’raf (7): 204]
َ َّ َ ْ َ ُ ‫ص َّلى ب َنا َر ُس‬ َ ‫الص ِام ِت َق‬
َّ ‫َع ْن ُع َب َاد َة ْبن‬
ِ ‫الصل َو‬
‫ات‬ ‫هللا صلى هللا عليه وسلم بعض‬ َ : ‫ال‬
ِ ‫ول‬ ِ ِ
ُ ْ ‫ُأ‬ َّ ْ ُ َ ُ ْ ٌ ‫َأ‬ َّ ‫َأ‬ ْ َ َ َ ْ َّ
‫ ال يق َر ن حد ِمنكم ِإ ذا جه ْرت ِبال ِق َراء ِة ِإ ال ِب ِم الق ْر ِآن‬: ‫ال ِتي ُي ْج َه ُر ِفيها ِبال ِق َراء ِة فقال‬
ّ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ
“Dari Ubadah bin As-Shamit berkata bahwa Rasulullah pernah shalat yang bacaanya
dibaca dengan keras. Kemudian Rasul bersabda, ‘Janganlah kalian membaca bacaan ketika
aku sedang membaca bacaan dengan keras, kecuali Surat Al-Fatihah,’” (Lihat Abu
Abdurrahman An-Nasai, Al-Mujtaba minas Sunan, Sunan An-Nasai, juz II, halaman 139).
Materi 15
Rukuk Dan I’tidal

Rukuk dan I’tidal merupakan rukun shalat yang apabila ditinggalkan baik sengaja ataupun
tidak ketika shalat maka shalatnya batal. Jika terlupa di dalam Shalat maka pelaku diwajibkan
menambah roka'at dan sujud sahwi ketika mengingatnya.

Berikut adalah tata cara rukuk dan i’tidal beserta do’anya:


1. Rukuk diawali dengan mengangkat kedua belah tangan seperti ketika takbiratul ihram
dengan mengucapkan takbir. Kemudian posisi punggung dan kepala sejajar membentuk
garis lurus. Kedua telapak tangan berada tepat di lutut.

Dari Sahabat Ali ra. Berkata, “Ketika Rasul melakukan gerakan ruku’, jika diletakkan
gelas di atas punggungnya maka tidak akan tumpah,” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Kemudian tumakninah dalam rukuk


ْ َ َ ُ ْ َ ‫َّ اَل َ َ ُ ْ ْأ‬ َ ُ َ
‫الص ِة فك ِّب ْر ث َّم اق َر َما ت َي َّس َر َم َع َك ِم ْن ال ُق ْر ِآن ث َّم ْارك ْع َح َّتى تط َمِئ َّن َر ِاك ًعا‬ ‫ِإ ذا ق ْم َت ِإ لى‬
Jika engkau berdiri hendak melakukan shalat, maka bertakbirlah, kemudian bacalah ayat
al-Qur’an yang mudah bagimu. Setelah itu, ruku’lah sampai engkau benar-benar ruku’
dengan thuma’nînah...(HR. Al-Bukhâri,no. 757 dan Muslim,no. 397)

Lalu membaca doa:


ْ ّ َ َ ّ َ
‫ُس ْب َحان َك الل ُه َّم َر َّبنا َو ِب َح ْم ِد َك الل ُه َّم اغ ِف ْر ِلى‬
Artinya: “Segala puji bagi-Mu, Ya Allah Tuhan kami, dan dengan memuji-Mu yan Allah
ampunilah aku”.

2. I’tidal yakni berdiri tegak dari rukuk seraya mengangkat kedua belah tangan seperti ketika
takbiratul ihram sambil mengucapkan:
َ َّ
‫َس ِم َع الل ُه مِل ْن َح ِم َد ُه‬
Dilanjutkan dengan membaca:
َ ‫َر َّب َنا َو َل َك ْا‬
‫لح ْم ُد‬
Atau membaca:
ً َ َ َ ‫َر َّب َنا َو َل َك ْا‬
‫لح ْم ُد َح ْم ًدا ك ِث ْي ًرا ط ِّي ًبا ُم َب َاركا ِف ْي ِه‬
Artinya : “Ya Tuhan kami, (hanya) untukMu lah (segala) pujian yang banyak, baik, dan
diberkahi padanya ”.

Jika shalat berjama’ah, ketika imam membaca Sami’allaahu liman hamidah, makmum
cukup membaca Robbanaa walakalhamdu atau Robbanaa walakalhamdu hamdan
katsiiran thayyiban mubaarokan fiihi.
‫_ ّربنا_ ولك_ الحمد‬:‫ فقولوا‬،‫ سمع هللا ملن حمده‬:‫وِإ ذا قال‬
“Jika ia (imam) mengucapkan: sami’allahu liman hamidah. Maka ucapkanlah:  rabbana
walakal hamdu” (HR. Bukhari no. 361, Muslim no. 411).
Materi 16
Sujud Dan Duduk Diantara Dua Sujud

Sujud merupakan suatu keadaan yang membuat seorang hambanya dekat dengan
penciptanya. Posisi tersebut menunjukkan kerendahan seorang hambanya, dimana
menggambarkan bahwa dirinya hanya bisa berpasrah dan berserah kepada Allah SWT.
       
    
Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan
perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan. (QS. Al-Hajj: 77)

‫اج ًدا‬ َ ‫اس ُج ْد َح َّتى َت ْط َم َّن‬


‫س‬ ْ ‫ ُث َّم‬،‫ ُث َّم ْار َف ْع َح َّتى َت ْط َمِئ َّن َجال ًسا‬،‫حتى َت ْطمِئ َّن َساج ًدا‬ ْ ‫ُث َّم‬
َّ ‫اس ُج ْ_د‬
ِ ‫ِئ‬ ِ ِ
“...Kemudian sujudlah sampai tuma’ninah. Kemudian bangun sampai duduk dengan
tuma’ninah. Kemudian sujud sampai tuma’ninah”. (HR. Bukhari no. 6251, Muslim no.
397)

Tata cara sujud:


1. Sujud seraya membaca takbir lalu meletakkan kedua lutut dan jari jemari kedua kaki
diatas tempat sujud.
2. Disusul dengan meletakkan kedua tangan diatas sejadah, diteruskan dengan merapatkan
dahi dan hidung diatas sajadah. Posisi kedua telapak tangan sejajar dengan pundak.
ْ ُّ َ ْ َ َ َ ْ ‫ُأ ْ ُ َأ ْ َأ ْ ُ َ َ َ َ ْ َ َأ ْ ُ َ َ َ ْ َ َ َأ َ َ َ َ َ َأ‬
،‫الرك َب َت ْي ِن‬ ‫ و شار ِبي ِد ِه على ن ِف ِه واليدي ِن و‬،‫ِمرت ن سجد على سبع ِة عظ ٍم على الجبه ِة‬
ْ َ َ َ َ ْ ‫َ َأ‬
‫اف القدمي ِن‬
ِ ‫و طر‬
“Aku diperintahkan untuk bersujud dengan bertumpu pada tujuh anggota badan: dahi dan
beliau berisyarat dengan menyentuhkan tangan ke hidung beliau, dua telapak tangan, dua
lutut, dan ujung-ujung dua kaki”.

3. Meregangkan kedua telapak tangan dari lambung dan siku terangkat keatas tidak boleh
menyentuh lantai.
4. Setelah sempurna, kemudian membaca bacaan:
ْ َّ َّ َ
‫ُس ْب َحان َك الل ُه َّم َر َّب َنا َو ِب َح ْم ِد َك الل ُه َّم اغ ِف ْر ِلي‬
Maha suci Engkau ya Allah Tuhan kami dan dengan memuji-Mu, Ya Allah ampunilah aku.
(HR. Bukhari dan Muslim dari ‘Aisyah)

5. Bangun dari sujud untuk duduk iftirasy sambil mengucapkan takbir.


6. duduk di atas telapak kaki kiri sedangkan kaki kanan bertumpu dengan jari-jari yang
dilipat ke bawah.
7. Kedua telapak tangan diletakkan keatas kedua lutut, kemudian membaca doa:
ْ ْ َّ ُ ّ َ
‫ َو ْار ُزق ِنى‬ ‫ َو ْاه ِد ِنى‬ ‫اج ُب ْر ِنى‬
ْ ‫ َو‬ ‫ َو ْار َح ْمنى‬ ‫اغف ْرلى‬
ِ ِ  ‫اللهم‬
ِ
Artinya: “Ya Allah ampunilah aku, kasihanilah aku, cukupilah aku, tunjukilah aku, dan
berilah rizki untukku”. (HR. Tirmidzi dari Ibnu)
Materi 17
Tasyahhud Awal

Duduk iftirosy adalah duduk dengan menegakkan kaki kanan dan membentangkan kaki kiri
kemudian menduduki kaki kiri tersebut.
ْ َّ
‫الرك َع ِة‬ َ ‫ص َب ْال ُي ْم َنى َو َذا َج َل‬
‫س ِفي‬ َ ‫س َع َلى ر ْجله ْال ُي ْس َرى َو َن‬
ِ ِ َ ‫الر ْك َع َت ْين َج َل‬
َّ ‫ي‬ ‫ف‬ َ ‫َف َذا َج َل‬
‫س‬
‫ِإ‬ ِ ِ ِ ‫ِإ‬
َ َ ْ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ ‫آْل َ َ َّ َ ْ َ ُ ْ ُ ْ َ َ َ َ َ ُأْل‬
‫ا ِخر ِة قدم ِرجله اليسرى ونصب ا خرى وقعد على مقعد ِت ِه‬
Jika Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam duduk pada raka’at kedua, (maka) beliau
duduk di atas kaki kirinya dan menegakkan kaki kanannya. Kemudian ketika duduk di raka’at
terakhir, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengeluarkan kaki kirinya, menegakkan kaki
kanannya, kemudian duduk di atas tempatnya. (HR Bukhari, 785)

Cara duduk yang benar adalah:


1. Duduk diatas telapak kaki kiri sedangkan kaki kanan bertumpu dengan ujung jari-jari yang
dilipat kebawah.
2. Jari telunjuk kanan diacungkan sementara jari-jari lain menggenggam.
3. Telapak tangan kiri diletakan diatas lutut kiri
4. Kemudian membaca doa tasyahud:
َ َ َ َّ َ ُ ُ َ َ َ َ ُ ْ َ َّ َ ‫َ َّ َّ ُ ّ َ َّ َ َ ُ َ َّ َ ُ َ َّ َ َ َ َ َأ‬
‫لسال ُم َعل ْينا‬ ‫ ا‬.‫هللا وبركاته‬ ِ ‫لسال ُم عل ْيك ُّيها الن ِب ُّي و َرح َمة‬ ‫ ا‬.‫ الت ِحيات ِلل ِه والصلوات والط ِّيبات‬.
ُ ‫َأ‬ ْ ‫َأ‬ َّ َ َ َ ْ َ ُ َ ْ ‫َّ ْ َأ‬ َ ََ َ
‫هللا َو ش َه ُد َّن ُم َح َّم ًدا َع ْب ُد ُه َو َر ُس ْوله‬
ِ ‫هللا الص ِال ِحين شهد ان ال ِاله ِا‬
‫ال‬ ِ ‫وعلى ِعبا ِد‬
“Segala kehormatan, kebahagiaan dan kebagusan adalah kepunyaan Allah, Semoga
keselamatan bagi Engkau, ya Nabi Muhammad, beserta rahmat dan kebahagiaan Allah.
Mudah-mudahan keselamatan juga bagi kita sekalian dan hamba-hamba Allah yang baik-
baik. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan aku bersaksi bahwa
Muhammad itu hamba Allah dan utusan-Nya”. (HR. Jama’ah dari Ibnu Mas’ud)

Kemudian shalawat kepada nabi:


َ َ َّ َ َ َ َّ َ ُ َ َ َ َّ ُ ّ َ
‫صل ْي َت َعلى ِإ ْب َر ِاه ْي َم َو ِال ِإ ْب َر ِاه ْي َم َو َب ِار ْك َعلى‬ ‫ص ِّل َعلى ُم َح َّم ٍد َو َعلى ِال محم ٍد كما‬ ‫اللهم‬
َ ْ َ
‫ ِإ َّن َك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬.‫م َح َّم ٍد َو ِال ُم َح َّم ٍد ك َما َب َارك َت َعلى ِإ ْب َر ِاه ْي َم َو ِال ِإ ْب َر ِاه ْي َم‬.ُ
“Ya Allah, limpahkanlah kemurahan-Mu kepada Muhammad dan keluarganya,
sebagaimana Kau telah limpahkan kepada Ibrahim dan keluarganya, berkahilah
Muhammad dan keluarganya sebagaimana Kau telah berkahi Ibrahim dan keluarganya.
Sesungguhnya Engkau yang Maha Terpuji dan Maha Mulia”. (HR. Muslim, Ahmad, dan
Imam Syafi’i dari Ka’ab bin Ujrah)
Doa tasyahhud awal ‫َأ‬
ً ْ ْ َ ْ َّ َ ُ ُّ ُ ْ َ َ َ ً َ ً ْ ُ َ َ َ ّ َّ
‫ فاغ ِف ْر ِلي َمغ ِف َرة ِم ْن ِع ْن ِد َك‬.‫وب ِإ ال ن َت‬‫الل ُه َّم ِإ ِني ظل ْم ُت ن ْف ِسي ظلما ك ِثيرا وال يغ ِفر الذن‬
ُ ‫الر ِح‬
‫يم‬ ُ ‫ َّن َك َأ ْن َت ْال َغ ُف‬،‫َو ْار َح ْمني‬
َّ ‫ور‬
‫ِ ِإ‬
"Ya Allah, sesungguhnya aku telah menzalimi diriku dengan kezaliman yang banyak.
Tiada sesiapa yang dapat mengampunkan dosa-dosa melainkan Engkau, maka ampunilah
bagiku dengan keampunan dariapda-Mu dan rahmatilah aku. Sesungguhnya Engkau
maha pengampun lagi maha penyayang. (Hr. Jama’ah Ahli Hadits dari Abu Bakar Ash-
Shiddiq)
Materi 18
Tasyahhud Akhir

Duduk tawarruk adalah duduk dengan menegakkan kaki kanan dan menghamparkan kaki kiri
ke depan (di bawah kaki kanan).
ْ َّ
‫الرك َع ِة‬ َ ‫ص َب ْال ُي ْم َنى َو َذا َج َل‬
‫س ِفي‬ َ ‫س َع َلى ر ْجله ْال ُي ْس َرى َو َن‬
ِ ِ َ ‫الر ْك َع َت ْين َج َل‬
َّ ‫ي‬ ‫ف‬ َ ‫َف َذا َج َل‬
‫س‬
‫ِإ‬ ِ ِ ِ ‫ِإ‬
َ َ ْ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ ‫آْل َ َ َّ َ ْ َ ُ ْ ُ ْ َ َ َ َ َ ُأْل‬
‫ا ِخر ِة قدم ِرجله اليسرى ونصب ا خرى وقعد على مقعد ِت ِه‬
Jika Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam duduk pada raka’at kedua, (maka) beliau
duduk di atas kaki kirinya dan menegakkan kaki kanannya. Kemudian ketika duduk di raka’at
terakhir, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengeluarkan kaki kirinya, menegakkan kaki
kanannya, kemudian duduk di atas tempatnya. (HR Bukhari, 785)

Cara duduk yang benar adalah:


1. Duduk dengan cara menyilangkan kaki kiri di bawah kaki kanan, sedangkan kaki kanan
bertempu pada ujung jari yang dilipat kebawah menghadap kiblat.
2. Jari telunjuk kanan diacungkan sementara jari-jari lain menggenggam, seperti tasyahud
awal.
3. Membaca tasyahhud dan shalawat seperti yang dibawa pada tasyahud awal.
4. Dilanjutkan membaca doa:
َ َ ‫ْ َ ْ َ ْ ْ َ مْل َ ْ َ َ مْل‬ َ َ ْ َ َ َّ َ َ َ َ ْ َ ُ ْ ُ ‫َ ّ ُ َّ َأ‬
‫ َو ِم ْن ش ِّر‬,‫ات‬
ِ ‫ و ِمن ِفتن ِة ا حيا وا َم‬,‫اب القب ِر‬
ِ ‫ذ‬ ‫ع‬ ‫ن‬ ‫م‬
ِ ‫و‬ ,‫م‬ ‫ن‬‫ه‬ ‫ج‬ ‫اب‬
ِ ‫اللهم ِإ ِّنى عوذ ِبك ِمن ع‬
‫ذ‬
َّ ‫ف ْت َنة امْل َس ْيح‬
‫الد َّج ِال‬ ِ ِ ِ ِ
“Ya Allah aku berlindung kepada Engkau dari siksa jahannam dan siksa kubur, begitu
juga dari fitnah hidup dan mati, serta dari jahatnya fitnah dajjal (pengembara yang
dusta)”. (HR. Muslim, Nasa’i, dan Ahmad dari Abu Hurairah)

Dilanjutkan membaca salam dengan ketentuan:


1. Mengucap salam seraya telunjuk jari kanan ditarik kembali dan menoleh ke arah kanan
hingga pipi kanan kelihatan seluruhnya dari belakang.
2. Diteruskan dengan mengucapkan salam kembali seraya menoleh ke arah kiri hingga pipi
kiri kelihatan seluruhnya dari belakang.
3. Bacaaan salam:
ُ َ ُ ْ َ ُ ْ َ َ ُ َ َّ
‫هللا َو َب َركات ُه‬
ِ ‫السالم عليك ْم و َرح َمة‬
“Berbahagialah kamu sekalian dengan rahmat dan berkah Allah”. (HR. Abu Daud dari
Wail bin Hujr)
Materi 19
Tata Cara Shalat

Shalat merupakan ibadah yang pertama kali yang bakal dihisab diakhirat nanti. Ibadah shalat
sudah ada tuntunannya dari Rasulullah SAW, baik dari segi gerakan maupun bacaannya.
Adapun tata cara shalatnya adalah sebagai berikut:
1. Niat
]‫[رواه البخاري ومسلم‬... ‫ات‬ َّ
‫ي‬ ّ ‫ال ب‬
‫الن‬ ُ َ
‫م‬ ْ ‫َّن َما اَأْل‬
‫ع‬
ِ ِ ِ ‫ِإ‬
Artinya: “Sesungguhnya (sahnya) amal itu tergantung kepada niat ...” [Hadits Riwayat
al-Bukhari dan Muslim]

Para ulama sepakat niat adalah amalan hati, sehingga niat tidak perlu diucapkan. Ketika
hati sudah beritikad untuk melakukan shalat, itu sudah niat yang sah. Nabi
shallallahu’alaihi wasallam juga tidak pernah mengajarkan lafal tertentu untuk niat shalat.

2. Melakukan takbiratul ihram, caranya dengan mengangkat kedua tangan sejajar dengan
bahu atau ibu jari sejajar dengan daun telinga lalu letakkan telapak tangan kanan di bagian
punggung tangan kiri.
“Tangan diangkat sampai setinggi pundak (sebagaimana hadits riwayat Ahmad (shahih)
atau pangkal telinga.” (sebagaimana hadits riwayat Muslim).

“Dahulu orang-orang diperintahkan untuk meletakkan tangan kanan di atas lengan


kirinya ketika shalat” (HR. Al Bukhari). 

3. Membaca do’a ifititah


َ َ ْ َ َّ ْ َ ‫مْل‬ ْ َ ‫مْل‬ َ ‫اع ْد َب ْيني َو َب ْي َن َخ َط َاي‬
َ ‫اي َك َما َب‬ َّ
‫اع ْد َت َب ْي َن ا ش ِر ِق َوا غ ِر ِب الل ُه َّم ن ِّق ِني ِم ْن الخط َايا‬ ِ ِ
َ ‫الل ُه َّم‬
‫ب‬
َْ َ ْ َّ َ َ ‫َّ ُ َّ ْ ْ َ َ َ َ مْل‬
َ َ َّ ْ ُ َ ْ ‫َ َ ُ َ َّ َّ ْ ُ َأْل‬
‫س اللهم اغ ِسل خطاياي ِبا ِاء والثل ِج والبر ِد‬ ِ ‫كما ينقى الثوب ا بيض ِمن الدن‬
“Ya Allah, jauhkanlah antara diriku dan di antara kesalahan-kesalahanku sebagaimana
Engkau jauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, bersihkanlah aku dari kesalahan
sebagaimana dibersihkannya kain putih dari kotoran. Ya Allah, cucilah kesalahan-
kesalahanku dengan air, salju dan embun.”

4. Lalu membaca ta’awudz dan membaca surah Al-Fatihah


5. Membaca surah pilihan
6. Ruku’ (tangan diletakkan di kedua lutut dan badan sejajar)
ْ ّ َ َ ّ َ
‫ُس ْب َحان َك الل ُه َّم َر َّبنا َو ِب َح ْم ِد َك الل ُه َّم اغ ِف ْر ِلى‬
 “Segala puji bagi-Mu, Ya Allah Tuhan kami, dan dengan memuji-Mu yan Allah
ampunilahaku”.

7. I’tidal
ً َ َ َ ‫َر َّب َنا َو َل َك ْا‬
‫لح ْم ُد َح ْم ًدا ك ِث ْي ًرا ط ِّي ًبا ُم َب َاركا ِف ْي ِه‬
“Ya Tuhan kami, (hanya) untukMu lah (segala) pujian yang banyak, baik, dan diberkahi
padanya ”.

8. Sujud
ْ ّ َ َ ّ َ
‫ُس ْب َحان َك الل ُه َّم َر َّبنا َو ِب َح ْم ِد َك الل ُه َّم اغ ِف ْر ِلى‬
 “Segala puji bagi-Mu, Ya Allah Tuhan kami, dan dengan memuji-Mu yan Allah
ampunilahaku”.

9. Duduk diantara dua sujud (iftirasy)


ْ ْ َّ ُ َّ
‫اج ُب ْر ِني َو ْاه ِد ِني َو ْار ُزق ِني‬
ْ ‫اغف ْر لي َو ْار َح ْمني َو‬
ِ ِ ِ ‫اللهم‬
”Ya Allah ampunilah aku, dan rahmatilah aku, dan cukupkanlah aku, dan berilah aku
petunjuk, dan berilah rezeki).” (Hadist Riwayat. At Tirmidzi no.284, dan dishahihkan Al
Albani dalam Shahih At Tirmidzi)

10. Tasyahud
ُّ‫النبي‬َّ ‫لس َال ُم َع َل ْي َك َأ ُّي َها‬َّ ‫_ َا‬.‫الطي َبا ُت‬
َّ َ ُ َ َ َّ َ ّ ُ َّ َّ َ
ِ ِّ ‫الت ِحيات ِلل ِه والصلوات و‬
َ َ َ َ ْ َ ُ َ َّ ‫ َا‬.‫و َر ْح َم ُة هللا َو َب َر َكا ُت ُه‬.َ
َ َ
‫الص ِال ِح ْي َن‬
َّ ‫هللا‬ ِ ‫لسالم علينا وعلى ِعبا ِد‬ ِ
ُُ ْ ُ َ َ ُ ُ ْ َ ً َّ َ ُ َّ ‫َ َأ ْ َ ُ َأ‬ َّ َ َ ْ َ ُ َ ْ ‫َأ‬
َ
‫هللا و شهد ن محمدا عبده ورسوله‬ ِ ‫ شهد ان ال ِاله ِا‬.
‫ال‬
“Segala kehormatan, kebahagiaan dan kebagusan adalah kepunyaan Allah, Semoga
keselamatan bagi Engkau, ya Nabi Muhammad, beserta rahmat dan kebahagiaan Allah.
Mudah-mudahan keselamatan juga bagi kita sekalian dan hamba-hamba Allah yang baik-
baik. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan aku bersaksi bahwa
Muhammad itu hamba Allah dan utusan-Nya”. (HR. Jama’ah dari Ibnu Mas’ud)
َ َ َّ َ َ َ َّ َ ُ َ َ َ َّ ُ ّ َ
‫صل ْي َت َعلى ِإ ْب َر ِاه ْي َم َو ِال ِإ ْب َر ِاه ْي َم َو َب ِار ْك َعلى‬ ‫ص ِّل َعلى ُم َح َّم ٍد َو َعلى ِال محم ٍد كما‬ ‫اللهم‬
َ ْ َ
‫ ِإ َّن َك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬.‫ُم َح َّم ٍد َو ِال ُم َح َّم ٍد ك َما َب َارك َت َعلى ِإ ْب َر ِاه ْي َم َو ِال ِإ ْب َر ِاه ْي َم‬
“Ya Allah, limpahkanlah kemurahan-Mu kepada Muhammad dan keluarganya,
sebagaimana Kau telah limpahkan kepada Ibrahim dan keluarganya, berkahilah
Muhammad dan keluarganya sebagaimana Kau telah berkahi Ibrahim dan keluarganya.
Sesungguhnya Engkau yang Maha Terpuji dan Maha Mulia”. (HR. Muslim, Ahmad, dan
Imam Syafi’i dari Ka’ab bin Ujrah)

Doa tasyahhud awal


ً ْ ْ َ ْ ‫ُ ْ ً َ ً َ َ َ ْ ُ ُّ ُ َ َّ َأ‬ َ َ َ ّ َّ
‫ فاغ ِف ْر ِلي َمغ ِف َرة ِم ْن ِع ْن ِد َك‬.‫وب ِإ ال ن َت‬‫الل ُه َّم ِإ ِني ظل ْم ُت ن ْف ِسي ظلما ك ِثيرا وال يغ ِفر الذن‬
ُ ‫الر ِح‬
‫يم‬ ُ ‫ َّن َك َأ ْن َت ْال َغ ُف‬،‫َو ْار َح ْمني‬
َّ ‫ور‬
‫ِ ِإ‬
"Ya Allah, sesungguhnya aku telah menzalimi diriku dengan kezaliman yang banyak.
Tiada sesiapa yang dapat mengampunkan dosa-dosa melainkan Engkau, maka ampunilah
bagiku dengan keampunan dariapda-Mu dan rahmatilah aku. Sesungguhnya Engkau
maha pengampun lagi maha penyayang. (Hr. Jama’ah Ahli Hadits dari Abu Bakar Ash-
Shiddiq)

11. Tahiyatul Akhir


َ ‫ َو ِمنْ ِف ْت َن ِة ْال َمحْ يا‬,‫ب ْال َقب ِْر‬
ِ ‫ َو ِمنْ َع َذا‬ ,‫ب َج َه َّن َم‬ ِ ‫ك ِمنْ َع َذا‬ َ ‫اَللّ ُه َّم ِإ ِّنى َأع ُْو ُذ ِب‬
ْ ْ
;ِ َّ‫ْح ال َّدج‬
‫ال‬ ِ ‫ َو ِمنْ َشرِّ ِف ْت َن ِة المَسِ ي‬,ِ‫َوال َم َمات‬
“Ya Allah aku berlindung kepada Engkau dari siksa jahannam dan siksa kubur, begitu
juga dari fitnah hidup dan mati, serta dari jahatnya fitnah dajjal (pengembara yang
dusta)”. (HR. Muslim, Nasa’i, dan Ahmad dari Abu Hurairah)

12. Salam
ُ َ ُ َ ْ َ َ ْ ُ ْ َ َ ُ َ َّ
‫هللا َو َب َركات ُه‬
ِ ‫السالم عليكم ورحم‬
‫ة‬
“Berbahagialah kamu sekalian dengan rahmat dan berkah Allah”. (HR. Abu Daud dari
Wail bin Hujr)
Materi 20
Doa dan Dzikir Sesudah Shalat

Disunnahkan berdzikir dan berdoa setelah menunaikan shalat lima waktu dengan dzikir yang
dicontohkan Rasulullah saw. Walaupun tetap diperkenankan untuk berdzikir dan berdoa
menurut kemampuannya masing-masing. Berikut adalah dzikir dan doa yang diajarkan
Rasulullah saw:
ُ ْ َ ْ ‫َأ‬
3×‫ستغ ِفرهللا‬
Aku memohon ampun pada Allah
ْ َ ْ َ ْ َ َ ّ َ ْ َ َ َّ َ ْ ‫َّ ُ َّ َأ‬
‫السالم ت َب َارك َت َياذال َجال ِل َواِإْل ك َر ِام‬ ‫اللهم نت السالم و ِمنك‬
Ya Allah Engkau Maha Sejahtera, dari-Mu kesejahteraan, Maha Berkah Engkau wahai
Dzatyang memiliki Keagungan dan Kemuliaan. (HR. Jama’ah kecuali Bukhari, dari
Tsauban)
َ َ ُ َ ْ َ ْ ُ ‫َ َ مْل‬ َ َ َّ َ َ
‫الِإ ل َه ِإ ال هللا َو ْح َد ُه ال ش ِر ْي َك ل ُه ل ُه ا ل ُك َول ُه ال َح ْم ُد َو ُه َو َعلى ك ِ ّل ش ٍيء ق ِد ٌير‬
“Tiada Rabb yang berhak disembah selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagiNya.
BagiNya puji dan bagi-Nya kerajaan. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. (HR. Bukhari
dan Muslim)
ُّ‫ َو َال َي ْن َف ُع َذا ْال َجدم ْن َك ْال َجد‬،‫ َو َال ُم ْعط َي َا َم َن ْع َت‬،‫َا َّلل ُه َّم َال َمان َع َا َأ ْع َط ْي َت‬
ِ ِ ‫ِ مِل‬ ‫ِ مِل‬
“Ya Allah, tidak ada yang mencegah apa yang Engkau berikan dan tidak ada yang memberi
apa yang Engkau cegah. Tidak berguna kekayaan dan kemuliaan itu bagi pemiliknya (selain
iman dan amal shalihnya yang menyelamatkan dari siksaan). Hanya dari-Mu kekayaan dan
kemuliaan”. (HR. Bukhari dan Muslim)
َ َ َ ُ َ ْ َ ْ ُ ‫َ َ مْل‬ َ َ ُ ‫َال َل َـه َّال‬
‫ ال َح ْو َل‬.‫ ل ُه ا ل ُك َول ُه ال َح ْم ُد َو ُه َو َعلى ك ِّل ش ْي ٍء ق ِد ْي ُر‬،‫هللا َو ْح َد ُه ال ش ِر ْي َك ل ُه‬ ‫ِإ ِإ‬
َّ ُ َ َ ُ ْ َ ْ ُ َ َ ُ َ ْ ُ َ ُ َّ َّ ُ ُ ْ َ َ َ ُ َّ َ َ َ
ُ‫الث َناء‬ َّ َ َّ ُ َ َ
‫ له ال ِّنعمة وله الفضل وله‬،‫ وال نعبد ِإ ال ِإ ياه‬،‫ ال ِإ لـه ِإ ال هللا‬،ِ‫وال قوة ِإ ال ِباهلل‬
َْ َ َ ُ َ َ ْ ْ ُ َّ َ َ َ ُ َ َ ْ
‫الد ْي َن َول ْو ك ِر َه الكا ِف ُر ْو َن‬
ِّ ‫ ال ِإ لـه ِإ ال هللا ُمخ ِل ِصين له‬،‫الحسن‬
Tiada Rabb (yang berhak disembah) kecuali Allah, Yang Maha Esa, tidak ada sekutu
bagiNya. BagiNya kerajaan dan pujaan. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Tidak ada
daya dan kekuatan kecuali (dengan pertolongan) Allah. Tiada Rabb (yang hak disembah)
kecuali Allah. Kami tidak menyembah kecuali kepadaNya. Bagi-Nya nikmat, anugerah dan
pujaan yang baik. Tiada Rabb (yang hak disembah) kecuali Allah, dengan memurnikan
ibadah kepadaNya, sekalipun orang-orang kafir sama benci.
33× ‫هللا‬ َ َ ْ ُ
ِ ‫سبحان‬
َّ ْ
33× ‫ال َح ْم ُد ِلل ِه‬
ْ ‫ُ َأ‬
33× ‫هللا ك َبر‬
Kemudian melengkapi jumlah 100 dengan bacaan:
َ َ ُ َ ْ َ ْ ُ ‫َ َ مْل‬ َ َ َّ َ َ
‫الِإ ل َه ِإ ال هللا َو ْح َد ُه ال ش ِر ْي َك ل ُه ل ُه ا ل ُك َول ُه ال َح ْم ُد َو ُه َو َعلى ك ِ ّل ش ٍيء ق ِد ٌير‬
Membaca ayat Kursi:
‫ض َم ْن‬ ‫ر‬ْ ‫الح ُّي ْال َق ُّي ْو ُم َال َتْأ ُ _خ ُذ ُه ِس _ َن ٌة َو َال َ_ن ْ_و ٌم َ_ل ُ_ه َ _م ا في ال َّس _ َم َو ِت َو َ _م ا في اَأْل‬
َ ‫هللا َال ِا َ_ل َ_ه َّال ُ _ه َو‬
ُ
ِ ِ ِ ‫َأ‬ ‫ِإ‬
ْ َ ُ َ َْ َ ْ َّ ْ َّ َ
‫ذا ال ِذ ْي َيش َف ُع ِع ْن َد ُه ِاال بِِإ ذ ِن ِ_ه َي ْعل ُم َ_م ا َب ْي َن ْي ِ_د ْي ِه ْم َو َ_م ا خل َف ُه ْم َوال ُي ِح ْيط ْ_و َن ِبش_ ْيٍئ ِم ْن ِعل ِ_م ِه‬
ُ‫موت َواَأل ْرض َو َال َيُئ ْو ُد ُه ِح ْف ُظ ُه َما َو ُه َو ْال َعل ُّي ْال َع ِظ ْيم‬ ِ َّ ‫َّال ب َما َشاء َو ِس َع ُك ْر ِس ُّي ُه‬
‫الس‬
ِ ِ ِ ‫ِإ‬
Kemudia membaca surat al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas.
ْ ُ ْ َ ‫َّ َأ‬
‫الل ُه َّم ِع ِ ّنى َعلى ِذك ِر َك َوشك ِر َك َو ُح ْس ِن ِع َب َاد ِت َك‬
Ya Allah, tolonglah aku agar selalu berdzikir/mengingat-Mu, bersyukur pada-Mu, dan
memperbagus ibadah pada-Mu.” (HR. Abu Daud dan Ahmad, shahih)
ُ ‫وذ ب َك ْأن ُأ َر َّد َلى َأ ْر َذل‬
،‫الع ُم ِر‬
ُ ُ َ ْ ُ َ َ ُ ‫َّ ُ َّ ّ ُ ُ َ َ ُ ْ َ َأ‬
ِ ‫ِإ‬ ِ ‫ وأع‬،‫ و عوذ ِبك ِمن الجب ِن‬،‫اللهم ِإني أعوذ ِبك ِمن البخ ِلَأ‬
َ َ َ ْ َ ُ ُ َ َ ْ ُّ َ ْ ْ َ ُ ُ َ
‫اب الق ْب ِر‬
ِ ‫ و عوذ ِبك ِمن عذ‬،‫وأعوذ ِبك ِمن ِفتن ِة الدنيا‬
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kebakhilan, aku berlindung kepada-Mu dari sifat
pengecut, aku berlindung kepada-Mu dari kepikunan, dan aku berlindung kepada-Mu dari
fitnah dunia dan siksa kubur.” (HR. Al-Bukhari, Al-Tirmidzi, al-Nasai, dan Ahmad)
ْ ‫َ َ اَل َ اَّل َأ‬ َّ َّ َّ
‫ص ِري ِإ ل َه ِإ ن َت‬ ‫ الل ُه َّم َعا ِف ِني ِفي ب‬،‫ الل ُه َّم َعا ِف ِني ِفي َس ْم ِعي‬،‫الل ُه َّم َعا ِف ِني ِفي َب َد ِني‬
ْ ‫ْ َ اَل َ اَّل َأ‬ َ َ ْ َ ُ ْ ُ ‫َ َّ ُ َّ َأ ُ ْ ُ َ َ ْ ُ ْ َ ْ َ ْ َ َأ‬
‫اب الق ْب ِر ِإ ل َه ِإ ن َت‬ِ ‫ و عوذ ِبك ِمن ع‬،‫اللهم ِإ ِّني عوذ ِبك ِمن الكف ِر والفق ِر‬
‫ذ‬
“Ya Allah, berilah kesehatan badanku, ya Allah berilah kesehatan pada pendengaranku, ya
Allah berilah kesehatan pada penglihatanku, tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan
Engkau. Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari kekufuran dan kefakiran.
Aku berlindung kepadaMu dari siksa kubur. tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan
Engkau”. (HR. Abi Dawud dan Hakim dari Ibnu Abbas)
ً َ ً َ ً َ ْ ُ ‫َأ َأ‬ َّ َ
‫ َو َع َمال ُم َتق َّبال‬،‫ َو ِر ْزقا ط ِّي ًبا‬،‫الل ُه َّم ِإ ِّن ْي ْس ل َك ِعل ًما نا ِف ًعا‬
“Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepadaMu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang halal dan
amal yang diterima”. (HR. Ahmad, Ibnu Majah, dan Ibnu Syaibah dari Ummu Salamah)
ٰ ْ َ ُ َ َ َ ْ َ َّ َْ ََ
‫َر َّب َنا ظل ْم َنٓا ان ُف َس َنا َو ِا ْن ل ْم تغ ِف ْر ل َنا َوت ْر َح ْم َنا ل َنك ْون َّن ِم َن الخ ِس ِر ْي َن‬
“Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni
kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang
rugi.”(QS. Al-A’araf: 23)
َ َ
‫ض ُّر َع َنا َوتخ ُّش ْو َع َنا‬ َ ‫َا َّلل ُه َّم َر َّب َنا َت َـق َّـب ْل م َّنا‬
َ ‫ص َال َت َنا َوص َيا َم َنا َو ُر ُك ْو َع َنا َو ُس ُج ْو َد َنا َو ُق ُع ْو َد َنا َو َت‬
ِ ِ
‫َ َ َ ُّ َ َ َ َ ّ ْ َ ْ ْ َ َ َ َ َ َ َّ ْ َ ْمَل‬
‫وتعبدنا وت ِمم تق ِصير نا يا اهلل يا رب العا ِ ين‬
“Ya Allah, terimalah shalat kami, puasa kami, rukuk kami, sujud kami, duduk rabah kami,
kerendahdirian kami, kekhusyukan kami, pengabdian kami, dan sempurnakanlah apa yang
kami lakukan selama kami menunaikan shala Ya Allah, Tuhan seru sekalian alam.”
Materi 21
Hal Yang Disunnahkan Dan Dianjurkan Dalam Shalat

Sunnah shalat adalah amalan yang dianjurkan untuk diamalkan dalam shalat agar
mendaptkan pahala lebih banyak, dan jika ditinggalkan tidak membatalkan shalatnya.
Sunah-sunah shalat :
1. Mengangkat tangan, yaitu pada saat takbiratul ihram, akan melakukan rukuk, i’tidal dan
berdiri pada rakaat yang ketiga.
Dari Salim dari bapaknya dia berkata, "Saya melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam apabila memulai shalat, maka beliau mengangkat kedua tangannya hingga
sejajar dengan kedua pundak, dan mengangkat tangan sebelum rukuk dan ketika berdiri
dari rukuk, namun beliau tidak mengangkat kedua tangannya antara dua sujud." (HR.
Muslim)

2. Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri


Saya pernah shalat bersama NabiShallallaahu alaihi wasallam , kemudian beliau
meletakkan tangan kanannya di atas tangan kiri di atas dadanya.” (HR. Ibnu
Khuzaimah, shahih)

3. Membaca doa iftitah

4. Membaca Isti’adzah
َّ ‫الش ْي ٰطن‬ ّٰ ْ َ ْ َ َ ٰ ْ ُ ْ َ ‫َ َ َ َ ْأ‬
َّ ‫الله م َن‬
‫الر ِج ْي ِم‬ ِ ِ ِ ‫ف ِاذا قر ت القران فاست ِعذ ِب‬
Maka apabila engkau (Muhammad) hendak membaca Al-Qur'an, mohonlah perlindungan
kepada Allah dari setan yang terkutuk.(QS. An-Nahl: 98)

5. Mengucap “aamiin” setelah membaca al-fatihah


ََ َ ُ َ َ َ ‫مْل‬ ‫َ ْأ‬ ‫َ َ ْأ‬ َ ‫َ َأ‬ ْ ‫َ َأ‬
‫ فِإ َّن ُه َم ْن َواف َق ت ِم ْي ُن ُه ت ِم ْي َن ا الِئ ك ِة غ ِف َر ل ُه َما تق َّد َم ِم ْن‬،‫ِإ ذا َّم َن اِإل َم ُام ف ِّم ُن ْوا‬
َْ
‫ذن ِب ِه‬
“Jika imam mengucap amin, maka ucapkanlah amin. Sesungguhnya orang yang ucapan
aminnya bertepatan dengan ucapan amin para Malaikat akan diampuni dosa-dosanya
yang telah lalu”. (Muttafaq ‘alaihi)

6. Membaca Al-Qur’an setelah Al-Fatihah


َ ‫اس َتم ُعوا َل ُه َوَأ ْنص ُتوا َل َع َّل ُك ْم ُت ْر َح ُم‬
ْ َ ُ ُ ْ ‫َ َ ُ َئ‬
‫ون‬ ِ ِ ‫وِإ ذا ق ِر الق ْرآن ف‬
Dan apabila dibacakan Al Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah
dengan tenang agar kamu mendapat rahmat. (QS. Al-A’raf: 204)

7. Membaca Takbir ketika pindah rukun


8. Bersujud dengan tujuh anggota sujud
ْ ُّ َ ْ َ َ َ ْ ‫ُأ ْ ُ َأ ْ َأ ْ ُ َ َ َ َ ْ َ َأ ْ ُ َ َ َ ْ َ َ َأ َ َ َ َ َ َأ‬
،‫الرك َب َت ْي ِن‬ ‫ و شار ِبي ِد ِه على ن ِف ِه واليدي ِن و‬،‫ِمرت ن سجد على سبع ِة عظ ٍم على الجبه ِة‬
َ ْ ‫َ َأ‬
‫اف الق َد َم ْي ِن‬
ِ ‫و ط َر‬
“Aku diperintahkan untuk bersujud dengan bertumpu pada tujuh anggota badan: dahi
dan beliau berisyarat dengan menyentuhkan tangan ke hidung beliau, dua telapak
tangan, dua lutut, dan ujung-ujung dua kaki”.

9. Duduk Iftirasy
ْ َ َ َ َ ْ ُ ْ ْ َ َ َ َ َ ْ َ َ ْ َّ َ ‫َف َذا َج َل‬
‫ص َب ال ُي ْم َنى‬‫س ِفي الركعتي ِن جلس على ِرج ِل ِه اليسرى ون‬ ‫ِإ‬
Jika Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam duduk pada raka’at kedua, (maka) beliau
duduk di atas kaki kirinya dan menegakkan kaki kanannya... (HR Bukhari, 785)

10. Tasyahud awal dengan duduk iftirasy


11. Duduk tawaruk di tasyahud akhir
َ َ ْ ‫َّ ْ َ آْل َ َ َّ َ ْ َ ُ ْ ُ ْ َ َ َ َ ُأْل‬ َ ‫َو َذا َج َل‬
‫ص _ _ َب ا _خ _ َرى َوق َع_ _ َ_د َعلى‬‫س ِفي الركع_ _ ِ_ة ا ِ _خ_ ر ِة ق_ _ دم ِرجل_ __ه اليس _ _رى ون‬ ‫ِإ‬
َ َ
‫مقعد ِت ِه‬ ْ َ
“...Kemudian ketika duduk di raka’at terakhir, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengeluarkan kaki kirinya, menegakkan kaki kanannya, kemudian duduk di atas
tempatnya”. (HR Bukhari, 785)

12. Berdoa sebelum salam


“Apabila salah seorang kamu selesai membaca shalawat, maka hendaklah ia berdo’a
untuk meminta perlindungan dari empat hal: Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari
siksa Neraka Jahannam, siksa kubur, fitnah hidup dan fitnah mati serta fitnah Al-Masih
Ad-Dajjal. (HR. Muslim, Abu Daud, dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah)

13. Membaca dzikir dan doa setelah salam


Materi Klasikal 22
Hal-Hal Yang Dimakruhkan Saat Shalat

Shalat fardhu lima waktu merupakan ibadah wajib untuk umat Islam di seluruh belahan
dunia. Dalam mengerjakan shalat, sangat penting untuk memperhatikan hal yang wajib,
sunnah dan yang makruh serta membatalkan shalat. Itu menjadi salah satu cara agar shalat
menjadi khusyuk.
1. Melakukan gerakan selain shalat
2. Bertolak pinggang
ْ َ ‫ َأ َّن ُه َن َهى َأ ْن ُي‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫النب ِّى‬
َّ ‫ص ِّل َى‬
‫الر ُج ُل ُمخ َت ِص ًرا‬ َّ ‫َع ْن َأ بى ُه َر ْي َر َة َعن‬
ِ ِ ِ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang seseorang shalat mukhtashiron (tangan
diletakkan di pinggang).” (HR. Bukhari dan Muslim)

3. Menengadah keatas
ْ ‫َ َ ُ َ ْ ُ َأ َّ َّ َّ َ َّ َّ َ َ ْ َ َ َّ َ َ َ َ َ ُ َأ‬ َ ‫َع َّن َأ َن‬
‫ال ق َو ٍام‬ ‫ ما ب‬: ‫س ْب َن َم ِال ٍك ر ِضي هللا عنه ن الن ِبي صلى اللهم علي ِه وسلم قال‬
َ ‫الصاَل ة َل َي ْن َت ُه َّن َع ْن َذل َك َأ ْو َل ُت ْخ َط َف َّن َأ ْب‬
‫ص ُار ُه ْم‬ َ ‫الس َم ِاء في‬
َّ ‫ى‬
َ ْ ُ َ َ ْ ‫َ ْ َ ُ َ َأ‬
‫ل‬
ِ ِ ِ ‫يرفعون بصارهم ِإ‬
Dari Anas ra: Rasulullah saw bersabda: “Apa yang membuat orang-orang itu
mengangkat penglihatan mereka ke langit dalam shalat mereka? Hendak-lah mereka
berhenti dari hal itu atau (kalau tidak), niscaya akan tersambar penglihatan mereka.”
(HR Bukhari)

4. Memakai alas shalat yang bergambar


5. Memejamkan mata
6. Memberi isyarat dengan tangan ketika salam
7. Menutup mulut dan menurunkan kain kebawah
َ َّ ‫الص َال ِة َوَأ ْن َي ْغ ِط َي‬
‫الر ُج ُل ف ُاه‬ َّ ‫هللا َع َل ْي ِه َو َس َّل َم َن َهى َعن‬
َّ ‫الس ْدل في‬
ِ ِ
َ ‫َأ َّن َر ُس ْـو َل هللا‬
ُ ‫ص َّلى‬
ِ
ِ
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang sadl dan menutup mulut ketika
shalat”. (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud, dari Nasa’i dari Abu Hurairah)

8. Shalat di depan makanan yang telah terhidangkan


َ َ َ َ َ َ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َّ َ َّ َ ُ َ َّ ‫َ َ َ َ َ َّ ُ َ َ َ َ ْ َ َأ‬
‫صالة‬ ‫ ال‬: ‫عن عاِئ شة ر ِضي الله تعالى عنها ن رسول الل ِه صلى الله علي ِه وسلم قال‬
َ ْ ‫ب َح‬
‫ض َر ِة ط َعام‬ ِ
Dari Aisyah ras Rasulullah saw bersabda: “Janganlah shalat dekat dengan hidangan
makanan... (HR Muslim)

9. Menahan buang angin dan buang air


َ ْ ‫َأل‬ َ
‫َو ال ُه َو ُي َدا ِف ُع ُه ا خ َبث ِان‬
dan janganlah shalat sambil menahan keluarnya sesuatu dari dua jalan (buang air kecil
dan besar). (HR Muslim)

10. Shalat di waktu mengantuk


11. Menetapkan tempat shalat yang khusus di masjid kecuali imam
َ َ َ َ َ َ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َّ َ َّ َ ُ َ َّ ‫َ َ َ َ َ َّ ُ َ َ َ َ ْ َ َأ‬
‫ ال ص _الة‬: ‫عن عاِئ ش _ة ر ِض ي الله ت _ع_الى عن _ه ا ن رس _ول الل ِه ص _لى الله عل _ي ِ_ه وس _لم _ق ال‬
َ ْ ‫َأل‬ َ َ
)‫ض َر ِة ط َعام َو ال ُه َو ُي َدا ِف ُع ُه ا خ َبث ِان (رواه مسلم‬
ْ ‫ب َح‬
ِ
Dari Aisyah ras Rasulullah saw bersabda: “Janganlah shalat dekat dengan hidangan
makanan dan janganlah shalat sambil menahan keluarnya sesuatu dari dua jalan (buang
air kecil dan besar). (HR Muslim)
Materi Klasikal 23
Adab-Adab Melaksanakan Shalat

Shalat merupakan ibadah yang sangat mulia. Saat itu seorang muslim menghadap kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan tubuh dan hatinya. Maka sepatutnya seorang muslim
mempersiapkan fisik dan ruhnya dengan baik agar dapat berkonsentrasi dan mendirikan
shalat dengan sempurna. Untuk mewujudkan hal tersebut maka perlu memperhatikan adab-
adab sebagai berikut:
1. Memilih pakaian yang indah
ُ َ ْ ََُ ْ ُ ُ َ َ َ َ
‫ند ك ِ_ ّل َم ْس ِج ٍد‬
_ ‫يا ب ِني آدم خذوا ِزينتك _م ِع‬
“Hai anak adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid.”  (Al
A’raf: 31)
2. Menyempurnakan wudhu
‫ أو مع‬،‫من توضأ للصالة فأسبغ الوضوء ثم مشى إلى الصالة املكتوبة فصالها مع الناس‬
‫ أو في املسجد غفر هللا له ذنوبه‬،‫الجماعة‬
“Siapa yang berwudhu untuk shalat dan dia sempurnakan wudhunya, kemudian dia
menuju masjid untuk shalat fardhu. Lalu dia ikut shalat berjamaah atau shalat di masjid
maka Allah mengampuni dosa-dosanya.” (HR. Muslim)

3. Bersegera melaksanakan shalat


َّ َّ ‫َ َ َ ُ ْ َ ُ ْ ُ ْ َ ْ َ ُ َأ‬
ُ ‫الل َه َي ُح‬ ُ ‫اس َتج ُيبوا ل َّله َول َّلر‬ َ ‫َيا َأ ُّي َها َّالذ‬
ْ ‫ين َآم ُنوا‬
‫ول‬ ‫ول ِإ ذا دعاكم مِل ا يح ِييك _م ۖ واعلموا ن‬
ِ ‫س‬ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ‫مْل‬
‫َب ْي َن ا ْر ِء‬
Hai orang-orang beriman, penuhilah seruan Allâh dan seruan Rasul apabila Rasul
menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, dan ketahuilah
bahwa sesungguhnya Allâh membatasi antara manusia dan hatinya, dan sesungguhnya
kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan [Al-Anfâl/8:24]

4. Berdzikir kepada Allah


َ ‫مْل‬ ْ َ ُ ْ ‫ْ ُ َّ اَل‬ َّ َ
‫َمث ُل ال ِذي َيذك ُر َوال ِذي َيذك ُر َمث ُل ال َح ّ ِي َوا ِّي ِت‬
5. Berjalan menuju masjid dengan tenang
ُ َ َ َ َّ َ َ ‫َ َأ‬ ُ َ َ َ َ َ َ َ َّ َ َ ْ َ ْ َ ْ ْ ُ َ ُ ُ ‫َ َ ْأ‬
‫الصال ِ_ة ف َعل ْيك ْ_م‬ ‫ ِإ ذا ت ْي ُت ْم ِإ لى‬,‫ ف _ال ت ْف َعل ْوا‬:‫ال‬ ‫_ فق‬.‫_ ِاستعجلنا_ ِإ لى الصال ِة‬:‫ما ش نكم؟ قالوا‬
‫َ َ ُ َ َأ‬ ُّ َ َ ْ ُ ْ َ ْ ‫َّ ْ َ َ َ َأ‬
‫صل ْوا_ َو َما فاتك ْم ف ِت ُّم ْوا‬ ‫ فما دركت _م ف‬ ‫ِباالس ِكين ِ_ة‬
“Apa yang terjadi pada kalian?” Mereka menjawab, “Kami tergesa-gesa menuju
shalat.” Rasulullah menegur mereka, “Janganlah kalian lakukan hal itu. Apabila kalian
mendatangi shalat maka hendaklah berjalan dengan tenang, dan rakaat yang kalian
dapatkan shalatlah dan rakaat yang terlewat sempurnakanlah ”. ( HR Bukhari no 635
dan Muslim no 437)
6. Berdoa saat masuk dan keluar masjid
َّ َْ َ َ ‫َأ‬ ْ َّ َْ َ ‫َ َ َأ ُ مْل‬
‫_ َوِإ ذا خ َر َ_ج فل َي ُق ِ_ل الل ُه َّم‬.‫اب َر ْح َم ِت َك‬
_َ ‫ِإ ذا َدخ َ_ل َح ُدك ُم ا ْس ِج َد فل َي ُق ِ_ل الل ُه َّم اف َت ْ_ح ِلى ْب َو‬
‫ض ِل َك‬ ْ ‫ّنى َأ ْسَأ ُل َك م ْن َف‬
ِ ِ ‫ِإ‬
“Jika salah seorang di antara kalian memasuki masjid, maka
ucapkanlah, ‘Allahummaftahlii abwaaba rahmatik’ (Ya Allah, bukakanlah pintu-pintu
rahmat-Mu). Jika keluar dari masjid, ucapkanlah: ‘Allahumma inni as-aluka min
fadhlik’ (Ya Allah, aku memohon pada-Mu di antara karunia-Mu).” (HR. Muslim 713)

7. Mengerjakan shalat tahiyatul masjid


ْ َ ْ ‫َ َ َ َ َأ َ ُ ُ ْ مْل َ ْ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ َأ‬
‫ِإ ذا دخ _ل حدكم ا س ِجد فليرك _ع ركعتي ِن قب _ل ن يج ِ_ل‬
“Jika salah seorang dari kalian masuk masjid, maka hendaklah dia shalat dua rakaat
sebelum dia duduk.” (H.R. Bukhari 537 dan Muslim 714)

8. Tidak menyilangkan jari-jemari


َ َ ‫َ اَل‬ ‫َ اَل‬
” ‫ف َي ُق ْل َهكذا‬ ‫ص ٍة َح َّتى َي ْر ِج َع‬ َ ‫ضَأ َأ َح ُد ُك ْم في َب ْيته ُث َّم َأ َتى امْل َ ْسج َد َك‬
‫ان ِفي‬ َّ ‫َذا َت َو‬
ِ ِِ ِ ‫ِإ‬
‫َأ‬ َ َ
َ ‫َوش َّبك َب ْين‬ َ
‫ص ِابع‬
“Apabila salah seorang dari kalian berwudhu di rumahnya kemudian mendatangi masjid,
ia berada dalam shalat hingga ia kembali, maka jangan melakukan seperti ini, beliau
menjalinkan jari-jemari beliau (satu sama lain)”. (HR. Darimi dan Al-Hakim)

9. Tidak mendahului imam


َ َّ
‫ال َس ِم َع الل ُ_ه مِل ْن‬ َ ‫ام ِل ُيْؤ َت َّم ب ِه َفاَل َت ْخ َت ِل ُفوا َع َل ْي ِه َف َذا َر َك َع َف ْار َك ُعوا َو َذا َق‬
ُ ‫َّن َما ُجع َ_ل ا َم‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬ ِ ‫ِ ِإْل‬ ‫ِإ‬
ُ
ً‫صلوا ُجلوسا‬ ُّ َ
َ ‫صلى_ َجال ًسا ف‬ َّ َ
َ ‫اس ُج ُدوا َو ذا‬ َ َ ْ َ
ْ ‫ولوا َر َّب َنا ل َك ال َح ْم ُد َو ذا َس َج َد ف‬ ُ َُ َُ َ
ِ ‫ِإ‬ ‫ِإ‬ ‫ح ِمده فق‬
َ ‫َأ ْج َم ُع‬
‫ون‬
“Sesungguhnya imam hanya untuk diikuti, maka janganlah menyelisihnya. Apabila ia
ruku’, maka ruku’lah. Dan bila ia mengatakan ‘sami’allahu liman hamidah’, maka
katakanlah,’Rabbana walakal hamdu’. Apabila ia sujud, maka sujudlah. Dan bila ia
shalat dengan duduk, maka shalatlah kalian dengan duduk semuanya“. (H.R. Bukhari
734)

10. Shalat dengan khusyuk


َ ََ ُ َ َ َ َ َ َ َ ََ ُ ْ ََ ََْ ْ َ ‫َّن ُه ْم َك ُانوا ُي َسار ُع‬
‫اش ِع َين‬
ِ ‫ات ويدعوننا_ رغ ًبا_ وره ًبا_ وكانوا لنا_ خ‬
_ِ ‫ون ِفي الخير‬ ِ ‫ِإ‬
“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam
(mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka (selalu) berdoa kepada Kami
dengan berharap dan takut. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ (dalam
beribadah)”. (QS al-Anbiyaa’: 90)

11. Mengamalkan sunah-sunah Rasulullah SAW


َ ‫َ ْ َأ ْ َ ُ َّ ً ْ ُ َّ َ َ َ َ َّ ُ َ َ ْ َأ‬
_ُ ‫_س ك_ا َن_ ل_ ُ_ه_ ِ_مث ُ__ل ْج_ ِر_ َم_ ْن_ َع_ ِم_ َ_ل_ ِ_ب َ_ها _ال َي ْ_ن ُ__ق‬
‫ص ِ_م ْ_ن‬ _ ‫_م _ن ح_ي_ا_ س_ن_ _ة ِمن_ س_ن_ ِ_تى_ _فع ِ__م _ل ِب_ه_ا_ ال __نا‬
َ ‫ُأ‬
_‫ُج_و ِر_ ِه_ ْم_ ش_ ْي_ًئ ا‬
“Barangsiapa yang menghidupkan satu sunnah dari sunnah-sunnahku, kemudian
diamalkan oleh manusia, maka dia akan mendapatkan (pahala) seperti pahala orang-
orang yang mengamalkannya, dengan tidak mengurangi pahala mereka sedikit pun ”.
(HR Ibnu Majah no. 209)

Materi 24
Keutamaan Dan Manfaat Shalat

1. Mencegah dari perbuatan mungkar


َ ُ ‫مْل‬ َ ْ َ َ ‫َّ َّ اَل‬
‫الص ة ت ْن َه ٰى َع ِن ال َف ْحش ِاء َوا ْنك ِر‬ ‫ِإ ن‬
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. (QS.
Al-Ankabut:45)

2. Mendidik menjadi pribadi yang disiplin


۟ ‫َ َ َ َ ْ ُ ُ َّ َ ٰ َ َ ْ ُ ُ ۟ َّ َ َٰ ً َ ُ ُ ً َ َ َ ٰ ُ ُ ُ َ َ ْ ْأ َ َ َأ‬
‫وبك ْم ۚ فِإ ذا ٱط َم ن ُنت ْم ف ِق ُيموا‬
ِ ‫ٱلله ِقيما و ٰقعودا وعلى جن‬ ‫فِإ ذا قضيتم ٱلصلوة فٱذكروا‬
ً ‫ٱلص َل ٰو َة َك َان ْت َع َلى ٱمْل ُْؤ من َين ك َت ًبا َّم ْو ُق‬
َّ ‫ٱلص َل ٰو َة ۚ َّن‬
َّ
‫وتا‬ ِ ِِ ‫ِإ‬
Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di
waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka
dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang
ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (QS. An-Nisa: 103)

3. Melatih menjadi pribadi tangguh


َ ُ ‫َّ ْ َ َ ُ َ َ ُ ً َ َ ُ َّ َ ُ ً َ َ َ ُ ْ َ ْ َ ُ ً اَّل مْل‬
َ ‫ص ّل َين َّالذ‬
‫ين‬ ِ ِ ‫ِإ ن اِإْل نسان خ ِلق هلوعا ِإ ذا م َّسه الش ُّر جزوعا وِإ ذا م َّسه الخي ُر منوعاِإ ا‬
َ ‫صاَل ته ْم َدا ُم‬
‫ون‬ َ ‫ُه ْم َع َل ٰى‬
‫ِ ِ ِئ‬
Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa
kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali
orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya (QS.
Al-Ma’arij: 19-23)

4. Meninggikan derajat
َّ ً َّ َ َّ ً َّ َ َ َ ُ ُّ َْ َ ََْ
‫ود فِإ َّن َك ال ت ْس ُج ُد ِلل ِه َس ْج َدة ِإ ال َرف َع َك الل ُه ِب َها َد َر َجة َو َحط َع ْن َك ِب َها‬
ِ ‫ج‬‫الس‬ ‫ة‬ َ
ِ ‫عليك ِبك‬
‫ر‬ ‫ث‬
ً ‫َ َئ‬
‫خ ِطي ة‬
Hendaklah engkau memperbanyak sujud! Karena engkau tidaklah sujud kepada Allâh
dengan sekali sujud melainkan Allâh akan meninggikan derajatmu dan akan
menghapuskan satu kesalahan dengan sebab sujud itu. (HR. Muslim)

5. Membersihkan dosa-dosa
َ َّ َ ْ َ َ ُ َ ْ َ َ ُ َ ُ َّ َ َ َ َّ ً َ َ ّ َ ُ َ َ ُ ُ ْ ُ ْ ُ َ ٌ ْ ُ ٌ ُ َ ‫َ َ َ َ َّ ُأ‬
‫الصال ِة‬ ‫ا يتوض رجل مس ِلم فيح ِسن الوضوء فيص ِلى_ صالة ِإ ال غفر الله له ما بينه وبين‬
َ َّ
‫ال ِتى ت ِل َيها‬
Tidaklah seorang Muslim berwudhu’, dia memperbagus wudhu’nya, lalu ia mengerjakan
shalat melainkan Allâh Azza wa Jalla mengampuni baginya dosa di antara shalat tersebut
dan shalat berikutnya. (HR. Muslim)

6. Meraih pertolongan Allah


َ ْ َ َ ‫َّ ْ َ َّ اَل َ َّ َ َ َ َ ٌ اَّل‬ ُ َ ْ َ
‫اش ِع َين‬
ِ ‫واست ِعينوا ِبالصب ِ_ر والص ِة ۚ وِإ نها لك ِبيرة ِإ على ال‬
‫خ‬
"Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu
sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk." (QS. Al-Baqarah: 45)
Materi 25
Tempat Diperbolehkan Shalat Serta Busana Dalam Shalat

Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku


dianugerahi lima perkara yang tidak pernah diberikan seorang pun dari Rasul-Rasul
sebelumku, yaitu:
َ َ َ
‫ َو ُج ِعل ْت‬، ‫الر ْع ِب َم ِس ْي َرة ش ْه ٍر‬ ُّ ‫ ُن ِص ْر ُت ب‬، ‫ُأ ْع ِط ْي ُت َخ ْم ًسا َل ْم ُي ْع َط ُه َّن َأ َح ٌد ِم َن اَأل ْنب َي ِاء َق ْب ِلي‬
ِ ِ
َْ َ ُ َ َ ْ َّ ‫َأل ْ ُ َ ْ ً َ َ ُ ْ ً َ َأ ُّ َ َ ُ َأ ْ َ َ ْ ُ َّ َ َ ْ ُ َ ِّ َ ُأ‬
‫ ولم‬، ‫ و ِحلت ِلي الغناِئ م‬، ‫ ف يما رج ٍل دركته الصالة ُفليصل‬، ‫ِلي ا رض مس ِجدا وطهورا‬
َّ ‫اص ًة َو ُبع ْث ُت ل‬
َّ َ ْ ‫النب ُّي ُي ْب َع ُث َلى َق‬ َ ‫ َو َك‬، ‫اع ُة‬
َّ ‫ان‬ َّ ‫ َوُأ ْعط ْي ُت‬، ‫َتح َّل َأِل َحد َق ْبلي‬
َ ‫الش َف‬
‫اس‬
ِ ِ ِ‫لن‬ ‫خ‬ ‫ه‬‫م‬
ِِ ‫و‬ ‫ِإ‬ ِ ِ ِ ٍ ِ
ً َّ َ
‫عامة‬
(1) aku diberikan pertolongan dengan takutnya musuh mendekatiku dari jarak sebulan
perjalanan, (2) dijadikan bumi bagiku sebagai tempat shalat dan bersuci (untuk tayammu.),
maka siapa saja dari umatku yang mendapati waktu shalat, maka hendaklah ia shalat, (3)
dihalalkan rampasan perang bagiku dan tidak dihalalkan kepada seorang Nabi pun
sebelumku, (4) dan aku diberikan kekuasaan memberikan syafa’at (dengan izin Allah), (5)
Nabi-Nabi diutus hanya untuk kaumnya saja sedangkan aku diutus untuk seluruh manusia.”
(Muttafaqun ‘alaih) (HR. Bukhari, no. 438 dan Muslim, no. 521, 523)

Adapun tempat-tempat yang dilarang untuk melakukan shalat adalah sebagai berikut:
1. Shalat di tempat najis
ْ َّ َ َ َ َ ْ َ َ َ ْ َ ُ ُْ َ َ َ َ َ َ َّ
،‫هللا َع َّز َو َج َّل‬
ِ ‫ ِإ ن َما ِه َي ِل ِذك ِر‬. ‫ ِمن هذا البو ِل وال القذ ِر‬ ‫ ِلش ْي ٍء‬ ‫تصلح‬ ‫ال‬ ‫املس ِاجد‬ ‫ه ِذ ِه‬ ‫ِإ ن‬
ُ ‫ َوق َر َاءة‬،‫الص َالة‬
‫الق ْر ِآن‬ َّ ‫َو‬
ِ ِ ِ
“Sesungguhnya masjid-masjid ini tidaklah boleh ada kencing dan kotoran (najis). Masjid
adalah tempat untuk berdzikir kepada Allah ‘azza wa jalla, untuk shalat, dan untuk
membaca Al-Qur’an”. (HR. Muslim, no. 285)

2. Shalat di area perkuburan


Tidak sah shalat di area pekuburan (walaupun dimakamkan hanya satu jenazah), inilah
pendapat ulama Hambali dan menjadi pendapat yang disandarkan pada kebanyakan ulama
seperti menjadi pendapat Ibnu Hazm, menjadi pilihan Ibnu Taimiyyah, Ash-Shan’ani,
Syaikh Ibnu Baz, dan Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin. Lihat Mulakhash Fiqh
Al-‘Ibadat, hlm. 181.
Adapun dalil larangan mengenai shalat di kuburan atau di area pemakaman sudah
disebutkan dalam matan Manhajus Salikin karya Syaikh As-Sa’di, selain itu juga adalah
dalil berikut ini.
Dari Abu Martsad Al-Ghonawi, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
َ َ َ
‫ور َوال ت ْج ِل ُسوا َعل ْي َها‬ ُ ‫ص ُّلوا َلى ْال ُق‬
‫ب‬ َ ‫َال ُت‬
ِ ‫ِإ‬
“Janganlah shalat menghadap kubur dan janganlah duduk di atasnya.” (HR. Muslim).

Juga ada larangan menyatukan kubur dan masjid. Dari Jundab, ia berkata bahwa ia
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ُ َ َ َ َ ‫َأ‬ َ ‫ور َأ ْنب َيا ه ْم َو‬ َ ‫َأ َال َو َّن َم ْن َك‬
َ ‫ان َق ْب َل ُك ْم َك ُانوا َي َّتخ ُذ‬
ُ ‫ون ُق‬
‫ص ِال ِح ِيه ْم َم َس ِاج َد ال فال ت َّت ِخذوا‬ ِ ‫ِ ِئ‬
َ ‫ب‬ ِ ‫ِإ‬
َ ُ ‫َأ‬ َ ‫ْال ُق ُب‬
‫ور َم َس ِاج َد ِإ ِّنى ْن َهاك ْم َع ْن ذ ِل َك‬
“Ingatlah bahwa orang sebelum kalian, mereka telah menjadikan kubur nabi dan orang
saleh mereka sebagai masjid. Ingatlah, janganlah jadikan kubur menjadi masjid. Sungguh
aku benar-benar melarang dari yang demikian.” (HR. Muslim, no. 532)

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah menerangkan dalam Al-Qaul


Al-Mufid (1:411) bahwa yang dimaksud menjadikan kubur sebagai masjid ada dua makna:
a. Membangun masjid di atas kubur.
b. Menjadikan kubur sebagai tempat untuk ibadah seperti shalat, di mana kubur menjadi
maksud tujuan ibadah.
Catatan: Ada satu shalat yang masih dibolehkan di pekuburan yaitu shalat jenazah bagi
yang belum sempat melaksanakannya.

3. Kandang Onta
َ َّ َ َّ َ ََ ُّ َ ُ َ َ َ َ َ َّ
‫الصال ِة ِفى َم َب ِار ِك اِإل ِب ِل فق‬ ‫َو ُسِئ َل َع ِن‬
ِ ‫ال « ال تصلوا ِفى مب ِار ِك اِإل ِب ِل فِإ ن َها ِمن الشي‬
.» ‫اط ِين‬
ٌ َ َ ُّ َ َ َ َ َ َ ْ َ َّ
‫صلوا ِف َيها فِإ َّن َها َب َركة‬ :‫ض الغن ِم فقال‬ ََ َ َ ُ َ
ِ ‫وسِئ ل ع ِن الصال ِة ِفى مر ِاب‬
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang shalat di tempat menderumnya
unta, beliau menjawab, ‘Jangan shalat di tempat menderumnya unta karena unta biasa
memberikan was-was seperti setan.’ Beliau ditanya tentang shalat di kandang kambing,
‘Silakan shalat di kandang kambing, di sana mendatangkan keberkahan (ketenangan).’”
(HR. Abu Daud, no. 184; Tirmidzi, no. 81; Ahmad, 4:288. Al-Hafizh Abu Thahir
mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Busana Dalam Shalat


Seorang Muslim pun diminta untuk mengenakan pakaian terbaik yang dimilikinya saat
mengerjakan shalat. Allah SWT pun secara khusus berfirman tentang keutamaan berpakaian
dalam ibadah utama ini.
‫اَل‬ ۟ ُ ُ ‫ُ ُ ۟ ْ ۟ اَل‬ ُ َ ْ ُ َ َ ۟ ُ ُ َ َ َ ٓ َ َٰ
‫ند ك ِ ّل َم ْس ِج ٍد َوكلوا َوٱش َر ُبوا َو ت ْس ِرف ٓوا ۚ ِإ َّن ُهۥ ُي ِح ُّب‬‫يب ِنى ءادم خذوا ِزينتكم ِع‬
ُ ‫مْل‬
‫ٱ ْس ِر ِف َين‬
"Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah setiap (memasuki) masjid. Makan dan
minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berlebihan." (QS Al Araf: 31).

Sebelum turunnya ayat ini, kaum kafir Quraisy beribadah dengan telanjang. Mereka
menjalankan tawaf mengelilingi Ka'bah tanpa berpakaian. Majelis Tarjih Muhammadiyah
dalam Tanya Jawab Agama Jilid 2 mengutip tafsir Al Maraghi, yang menyebutkan riwayat
Abdullah bin Hamied dari Sa'ied bin Jubair.
Riwayat itu menceritakan, dahulu banyak orang melakukan tawaf dengan keadaan telanjang
bulat. Mereka berkata, "Kami tak bertawaf dengan pakaian yang kami gunakan untuk
melakukan dosa. Maka datanglah seorang wanita dengan melepas pakaiannya dan melakukan
tawaf serta meletakkan tangannya untuk menutup kemaluannya seraya berkata: 'Hari ini
kelihatan sebagian atau seluruhnya, maka yang tampak pun tidak aku bebaskan'."

Pakaian bagi laki-laki untuk shalat harus terpenuhi beberapa kriteria:


1. Menutup aurat. Aurat laki-laki itu antara pusar dan lutut. Namun dalam shalat
ditambahkan dengan menutup pada salah satu pundaknya.
2. Tidak tipis dan tidak transparan
‫ات‬ ٌ ‫س َي ُك ْو ُن في آخر ُأ َّمت ْي ن َس ٌاء َكاس َي‬...
ٌ ‫ات َعار َي‬ َ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
“Akan ada kelak pada umatku wanita-wanita yang berpakaian tetapi telanjang…” (HR
Malik dan Muslim).

3. Pakaian tidak terlalu sempit sehingga membentuk lekuk aurat yang ditutupinya.
4. Pakaian itu tidak menyerupai pakaian khas wanita.
5. Tidak menyerupai pakaian khas orang kafir.
6. Kainnya bukan sutera.
Materi 26
Aqidah Shahihah

Aqidah artinya keimanan yang kuat kepada Allâh, dan hak-Nya yang berupa tauhid,
keimanan kepada malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para nabi-Nya, hari akhir, serta
keimanan kepada takdir yang baik dan yang buruk. Dan perkara lainnya yang bercabang dari
pokok-pokok ini dan termasuk padanya yang termasuk ushuludin (pokok-pokok agama).
Begitu pentingnya aqidah dalam Islam, sehingga pelurusan aqidah adalah dakwah yang
pertama-tama dilakukan para rasul Allah, setelah itu baru mereka mengajarkan perintah
agama (syariat) yang lain.
(‫ون‬ ُ ‫ َ)ما ُأ ر ُيد ِم ْن ُهم ِّمن ر ْزق َو َما ُأ ر ُيد َأ ن ُي ْط ِع‬٥٦(‫نس اَّل ِل َي ْع ُب ُدون‬
‫م‬ َ ‫َو َما َخ َل ْق ُت ْالج َّن َوا‬
ِ ِ ٍ ِّ ِ ِ ‫ِإْل ِإ‬ ِ
)٥٧
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-
Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki
supaya mereka memberi-Ku makan”. (QS. Adz-Dzariyat: 56-57)
ُ َ ُ َ ‫ّ َأ‬ َ َٰ َُ َّ َ ‫وحا َل ٰى َق ْو ِم ِه َف َق‬
ْ ‫ال َيا َق ْوم‬ ً ‫َل َق ْد َأ ْر َس ْل َنا ُن‬
‫اع ُب ُدوا الل َه َما لك ْم ِم ْن ِإ ل ٍه غ ْي ُر ُه ِإ ِني خاف َعل ْيك ْم‬ ِ ‫ِإ‬
‫اب َي ْو ٍم َع ِظ ٍيم‬ َ ‫َع َذ‬
Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata: "Wahai kaumku
sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya". Sesungguhnya (kalau kamu
tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat).
(QS. Al-A’raf: 59)

Prinsip – Prinsip Aqidah Shahihah


1. Iman kepada Allah
َ ‫صا َل ُه الد‬
ً ْ ُ َ َّ ُ ْ َ ِّ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ َ ْ َ ْ ‫َّ َأ‬
‫ين‬ ِّ ‫ل‬ِ ‫إنا نزلنا ِإ ليك ال ِكتاب ِبالحق فاعب ِد الله م‬
‫خ‬
Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al-Qur’an) dengan (membawa)
kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. (azzumar:
2)
ً َ َ ْ َ َ َ
‫العبادا ْن َي ْع ُب ُد ْو ُه وال َيشركوابه ش ْيا‬ ‫َح ُق هللا على‬
“hak allah atas hamba-hambanya adalah agar mereka beribadah kepadanya dan tidak
menyekutukannya.” (HR. Bukhari, Muslim)

2. Iman kepada malaikat-malaikat


َ ‫ون اَّل َن ْار َت َض ٰى َو ُه ْم م ْن َخ ْش َيته ُم ْشف ُق‬
‫ون‬ َ ‫َي ْع َل ُم َما َب ْي َن َأ ْيديه ْم َو َما َخ ْل َف ُه ْم َواَل َي ْش َف ُع‬
ِ ِِ ِ ِ ‫ِإ مِل‬ ِ ِ
Allah mengetahui segala sesuatu yang dihadapan mereka (malaikat) dan yang di belakang
mereka, dan mereka tiada memberi syafa'at melainkan kepada orang yang diridhai Allah,
dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya. (QS. Al-Anbiya: 28)
َُ َ ُ َ ُّ ‫ُخل َقت امْل َ َال َك ُة م ْن ُنور َو ُخل َق ْال َج‬
‫ان ِم ْن َم ِار ٍج ِم ْن ن ٍار َوخ ِل َق َآد ُم ِم َّما ُو ِصف لك ْم‬ ِ ٍ ِ ‫ِئ‬ ِ ِ
“Para Malaikat diciptakan dari cahaya, para jin diciptakan dari nyala api tanpa asap,
dan Adam diciptakan dari sesuatu yang telah dijelaskan sifatnya kepada kalian.” (HR.
Muslim, no. 7687)

3. Iman kepada kitab – kitab


ْ ُ َّ َ ُ َ َ َ ‫َ َ ْ َأ ْ َ ْ َ ُ ُ َ َ ْ َ ّ َ َ َأ ْ َ ْ َ َ َ ُ ُ ْ َ َ َ مْل‬
‫اس ِبال ِق ْس ِط‬ ‫ات و نزلنا معهم ال ِكتاب وا ِ يزان ِليقوم الن‬
ِ ‫لقد رسلنا رسلنا ِبالب ِين‬
Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang
nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya
manusia dapat melaksanakan keadilan... (Al Hadid : 25) ‫َأ‬
َ ‫وه َو َّات ُقوا َل َع َّل ُك ْم ُت ْر َح ُم‬
‫ون‬ ُ ‫اب ْن َز ْل َن ُاه ُم َب َار ٌك َف َّاتب ُع‬
ٌ ‫َو َٰه َذا ِك َت‬
ِ
Dan Al-Quran itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan
bertakwalah agar kamu diberi rahmat. (Al-An’am ; 155)

4. Iman kepada rasul


َّ َ َ َ ُ ُّ َ ْ َ ٌ َّ ُ َّ َ َ َ ‫ين لَئ اَّل َي ُك‬ َ ‫ُر ُساًل ُم َب ّشر‬
َ ‫ين َو ُم ْنذر‬
‫ان الل ُه‬ ‫اس على الل ِه حجة بعد الرس ِل ۚ وك‬
ِ
َّ ‫ون ل‬
‫لن‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ‫َعز ًيز‬
‫اح ِك ًيما‬ ِ
(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan
agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-
rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (An Nisa ;165)
َّ َ َ ُ َّ
‫وت ۖ ف ِم ْن ُه ْم َم ْن َه َدى الل ُه‬ ‫اج َت ِن ُبوا الطاغ‬
َّ
ْ ‫الل َه َو‬ ْ ‫َو َل َق ْد َب َع ْث َنا في ُك ّل ُأ َّمة َر ُسواًل َأ ن‬
‫اع ُب ُدوا‬ ِ ٍ ِ ِ
‫مْل‬
ّ َُ ُ َ ‫ف َك‬ ُ
َ َْ ُ ْ َ ‫َأْل‬ َ
ْ ‫الض ل ُة ۚ َف ِس ُيروا في ا‬‫اَل‬ َّ ‫َوم ْن ُه ْم َم ْن َح َّق ْت َع َل ْيه‬
‫ان َعا ِق َبة ا ك ِذ ِب َين‬ ‫ض فانظروا كي‬ ِ ‫ر‬ ِ ِ ِ
Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
"Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-
orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah
pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah
bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). (An Nahl : 36)

5. Iman kepada hari akhir


ْ‫ان ُم ْر َس َاها ۖ ُق ْل َّن َما ع ْل ُم َها ع ْن َد َر ّبي ۖ اَل ُي َج ّل َيها ل َو ْقت َها اَّل ُه َو ۚ َث ُق َلت‬ َ ‫اعة َأ َّي‬ َ ‫الس‬ َّ َ
‫يس لونك ع ِن‬َ َ ُ ‫َ ْ َأ‬
‫ِ ِ ِ ِإ‬ ِ ‫ِ َ َأ‬ ِ ‫ِإ‬
‫َأ‬ ‫ْأ‬
ِ
‫َأْل‬
ْ ُ َ ُ ً ْ ‫اَّل‬ ُ َ ‫اَل‬
‫ض ۚ ت ِتيك ْم ِإ َبغ َتة ۗ َي ْس لون َك ك َّن َك َح ِف ٌّي َع ْن َها ۖ ق ْل ِإ َّن َما ِعل ُم َها ِع ْن َد‬ ْ َ ِ ‫الس َم َاو‬
ِ ‫ات وا ر‬
َّ ‫في‬
ِ
َ‫الناس اَل َي ْع َل ُمون‬ َّ ‫الله َو َٰلك َّن َأ ْك َث َر‬
َّ
ِ ِ ِ
Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: "Bilakah terjadinya?" Katakanlah:
"Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak
seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat
berat (huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan
datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba". Mereka bertanya kepadamu seakan-akan
kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang bari
kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui". (Al-A’raf:
187)
6. Iman kepada qada’
َّ ُ ْ ‫َ َ َ َأ‬
ً ‫الل ِه َق َد ًرا َم ْق ُد‬
‫ورا‬ ‫وكان مر‬
“…Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku.(Al-Ahzab/33 :38)
َ ََ َ ُ
‫ِإ َّنا ك َّل ش ْي ٍء خل ْق َن ُاه ِبق َد ٍر‬
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran”. (Al-Qamar/54 : 49)

Materi Klasikal 27
Aqidah Dalam Manhaj Muhammadiyah

Aqidah adalah pokok ajaran Islam. Layaknya sebuah bangunan yang membutuhkan pondasi,
maka aqidah bagaikan pondasi agama ini. Aqidah inilah yang senantiasa ditanamkan oleh
Rasulullah kepada para sahabatnya sebelum ajaran-ajaran yang lainnya. Salah seorang
sahabat mengatakan:
“Ketika kami masih belia (usia menjelang baligh), kami belajar keimanan sebelum belajar al
Qur’an, ketika kami belajar al Qur’an semakin menambah keimanan kami”. (HR. Ibn
Hibban)

Dalam Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah pada pokok pikiran pertama yang
berbunyi: “Hidup manusia harus berdasar Tauhid (meng-Esakan) Allah; ber-Tuhan,
beribadah serta tunduk dan taat hanya kepada Allah”.
‫ون‬ ‫د‬ ْ ‫َو َما َأ ْر َس ْل َنا م ْن َق ْبل َك م ْن َر ُسول اَّل ُنوحي َل ْيه َأ َّن ُه اَل َٰل َه اَّل َأ َنا َف‬
ُ ‫اع ُب‬
ِ ‫ِإ ِإ‬ ِ ‫ِ ِإ‬ ‫ٍ ِإ‬ ِ ِ ِ
Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan
kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah
olehmu sekalian akan Aku". (Al-Anbiya: 25)

Sejak tahun 1935 upaya perumusan Manhaj Tarjih Muhammadiyah telah dimulai yaitu
dengan surat edaran yang dikeluarkan oleh Hoofdbestuur (Pimpinan Pusat) Muhammadiyah.
Langkah pertama kali yang ditempuh adalah dengan mengkaji “Mabadi’ Khomsah”
( Masalah Lima ) yang merupakan sikap dasar Muhammadiyah dalam persoalan agama
secara umum. Karena adanya penjajahan Jepang dan perang kemerdekaan, perumusan
Masalah Lima tersebut baru bisa diselengarakan pada akhir tahun 1954 atau awal 1955 dalam
Muktamar Khusus Majelis Tarjih di Yogyakarta. Karena Masalah Lima tersebut masih
bersifat umum, maka Majelis Tarjih terus berusaha merumuskan manhaj untuk dijadikan
pegangan di dalam menetapkan hukum Islam.

Pada tahun 1985-1990, tepatnya pada tahun 1986, setelah Muktamar Muhammadiyah ke- 41
di Solo, Majelis Tarjih baru berhasil merumuskan 16 point pokok-pokok Manhaj Tarjih
Muhammadiyah. Adapun Pokok-pokok Manhaj Majelis Tarjih adalah sebagai berikut.:
1. Dalam beristidlal, dasar utamanya adalah al-Qur‟an dan al-Sunnah alShahihah (al-
maqbûlah). Ijtihad dan istinbâth atas dasar „illah terhadap hal-hal yang tidak terdapat
dalam nash dapat dilakukan sepanjang tidak menyangkut bidang ta‟abbudî, dan memang
hal yang diajarkan dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia. Majelis Tarjih di dalam
berijtihad menggunakan tiga macam bentuk ijtihad yaitu:
a. Ijtihad Bayânî yaitu ijtihad terhadap nash yang mujmal, baik karena belum jelas
makna yang dimaksud maupun karena suatu lafazh mempunyai makna ganda
(musytarak), atau karena pengertian lafal dalam ungkapan yang konteksnya
mempunyai arti jumbuh (mutasyâbih).

b. Ijtihad Qiyâsî : yaitu menganalogikan hukum yang disebut dalam nash AlQuran
maupun Hadis kepada masalah baru yang belum ada ketentuan hukumnya, seperti
menqiyaskan zakat tebu, kelapa, lada, cengkeh, dan sejenisnya dengan zakat gandum;
menganalogikan hukum haramnya bir, wiski dan vodka dengan haramnya khamr, dsb.

c. Ijtihad Istishlâhî yaitu ijtihad terhadap masalah yang tidak ada nashnya secara khusus
dengan berdasarkan illat untuk kemaslahatan, seperti membolehkan wanita keluar
rumah dengan beberapa syarat, membolehkan menjual barang wakaf yang diancam
lapuk, mengharamkan nikah antar agama dsb.

2. Menetapkan suatu keputusan dilakukan dengan cara musyawarah. Dalam menetapkan


masalah ijtihad, digunakan sistem ijtihad jama‟î. Dengan demikian, pendapat perorangan
dari anggota majelis tidak dipandang kuat seperti pendapat salah satu anggota Majelis
Tarjih Pusat yang pernah dimuat di dalam majalah Suara Muhammadiyah, bahwa dalam
penentuan awal bulan Ramadlan dan Syawal hendaknya menggunakan mathla‟ Makkah.
Pendapat ini hanyalah pendapat pribadi sehingga tidak dianggap kuat. Yang diputuskan
dalam Munas Tarjih di Padang Oktober 2003 adalah menggunakan “mathla‟ wilâyatul
hukmî” yang menghasilkan keseragaman dalam berpuasa dan berhari raya untuk satu
negara.

3. Tidak mengikatkan diri kepada suatu madzhab. Pendapat-pendapat madzhab dapat


menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan hukum (referensi) sepanjang sesuai
dengan jiwa Al-Qur‟an dan al-Sunnah atau dasar-dasar lain yang dipandang kuat.
Misalnya Majelis Tarjih mengambil pendapat Mutarif bin Al-Syakhr dalam
menggunakan hisab ketika cuaca mendung walaupun pendapatnya bertentangan dengan
Jumhur Ulama. Atas dasar ini, Muhammadiyah telah menyatakan diri untuk tidak terikat
dengan suatu madzhab dan hanya menyandarkan segala permasalahannya pada Al-
Qur‟an dan Hadis saja.

4. Berprinsip terbuka dan toleran. Majelis Tarjih tidak mengklaim bahwa hanya putusan
majelis yang paling benar meskipun putusannya dirumuskan berdasarkan dalil- dalil
yang dipandang paling kuat. Oleh karena itu, koreksi dari siapapun akan diterima dengan
lapang dada sepanjang didukung oleh dalil-dalil lain yang lebih kuat. Dengan demikian,
dimungkinkan bagi Majelis Tarjih untuk mengubah keputusan yang pernah ditetapkan
seperti pencabutan larangan menempel gambar KH. Ahmad Dahlan karena kekhawatiran
terjadinya syirik sudah tidak ada lagi, pencabutan larangan perempuan untuk keluar
rumah, dsb.
5. Dalam masalah akidah hanya dipergunakan dalil-dalil mutawatir. Rumusan ini perlu
ditinjau ulang karena mempunyai dampak yang sangat besar pada keyakinan sebagian
besar umat Islam, khususnya kepada warga Muhammadiyah. Sebab, rumusan tersebut
mempunyai impilkasi bahwa Persyarikatan Muhammadiyah akan “menolak beratus-ratus
hadis shahîh” dengan alasan bahwa semuanya itu termasuk hadis Ahad sehingga tidak
bisa dipakai dalam masalah akidah. Ini berarti juga banyak dari keyakinan kaum
muslimin yang selama ini dipegang erat akan tergusur dengan rumusan tersebut seperti
keyakinan adanya adzab kubur dan adanya malaikat Munkar dan Nakir, syafa‟at Nabi
Muhammad saw pada hari kiamat, sepuluh sahabat yang dijamin masuk syurga, adanya
timbangan amal (mîzân), jembatan yang membentang di atas neraka untuk masuk syurga
( shirâth ), telaga Nabi Muhammad saw ( haudh ), adanya tanda- tanda hari kiamat sepeti
turunnya Isa, keluarnya Dajjal. Rumusaan di atas juga akan menjerat Persyarikatan ini ke
dalam kelompok ”munkiru al-sunnah” walau secara tidak langsung.

6. Tidak menolak ijma‟ sahabat sebagai dasar suatu keputusan. Ijma‟ dari segi kekuatan
hukum dibagi menjadi dua yaitu ijma‟ qaulî, seperti ijma‟ para sahabat untuk membuat
standarisasi penulisan Al Qur‟an dengan rasm Utsmani; dan ijma‟ sukûtî. Ijma‟ seperti
ini kurang kuat.

7. Dalam menghadapi dalil-dalil yang nampak mengandung ta‟ârudh” digunakan cara “al
jam‟u wa al-taufîq” seperti menjama‟ antara Al-Baqarah : 234 dengan QS Al-Thalaq : 4
dalam menentukan batasan iddah wanita hamil yang ditinggal mati oleh suaminya,
apakah menggunakan iddah wafat atau iddah wanita hamil ? Maka, diambil masa „iddah
yang paling lama. Apabila cara ini tidak berhasil maka dilakukan tarjîh.

8. Menggunakan asas “sadd al-dzarâi‟“ untuk menghindari terjadinya fitnah dan mafsadah.
Sadd al-dzarâi adalah perbuatan untuk mencegah hal-hal yang mubah karena akan
mengakibat kepada hal-hal yang dilarang seperti larangan memasang gambar KH.
Ahmad Dahlan, sebagai pendiri Muhammadiyah, karena dikawatirkan akan membawa
kepada kemusyrikan. Walaupun akhirnya larangan ini dicabut kembali pada Muktamar
Tarjih di Sidoarjo karena kekawatiran tersebut sudah tidak ada lagi. Contoh lain adalah
larangan menikahi wanita non-muslimah dari kalangan ahli kitab di Indonesia karena
akan menyebabkan finah dan kemurtadan. Keputusan ini ditetapkan pada Muktamar
Tarjih di Malang 1989.

9. Men-ta‟lil dapat dipergunakan untuk memahami kandungan dalildalil Al-Qur‟an dan al-
Sunnah sepanjang sesuai dengan tujuan syari‟ah sehingga berlaku qaidah : “ al-hukmu
yadûru ma‟a „ilatihi wujûdan wa‟adaman” seperti perintah menghadap arah Masjid al-
Haram dalam salat yaitu arah ka‟bah; juga perintah untuk meletakkan hijâb antara laki-
laki dan perempuan. hijâb yang dimaksud adalah menjaga pandangan antara laki-laki dan
perempuan yang pada Muktamar Majlis Tarjih di Sidoarjo 1968 diputuskan bahwa
pelaksanaannya mengikuti kondisi yang ada, yaitu pakai tabir atau tidak selama aman
dari fitnah.
10. Pengunaaan dalil-dalil untuk menetapkan suatu hukum dilakukan dengan cara
konprehensif utuh dan bulat tidak terpisah-pisah satu dari lainnya sepanjang saling
berhubungan. Misalnya dalam memahami larangan menggambar makhluq yang
bernyawa jika dimaksudkan untuk disembah atau dikawatirkan akan menyebabkan
kemusyrikan.

11. Dalil-dalil umum al Qur‟an dapat ditakhshîsh dengan hadis Ahad kecuali dalam bidang
akidah.
12. Dalam mengamalkan agama Islam menggunakan prinsip “taisîr “ seperti dzikir singkat
setelah salat lima waktu, salat Tarawih dengan 11 rekaat, dan sebagainya.

13. Dalam bidang ibadah yang diperoleh ketentuan- ketentuannya dari Al-Qur‟an dan al-
Sunnah, pemahamannya dapat dengan menggunakan akal sepanjang dapat diketahui latar
belakang dan tujuannya. Meskipun harus diakui kemampuan akal itu terbatas (nisbî),
sehingga prinsip mendahulukan nash daripada akal memiliki kelenturan dalam
menghadapai situsi dan kondisi. Contohnya adalah ketika Majlis Tarjih menentukan awal
Bulan Ramadlan dan Syawal, selain menggunakan metode rukyat (berdasarkan nash),
juga menggunakan metode hisab (hasil ilmu pengetahuan yang diperoleh akal manusia).

14. Dalam hal- hal yang termasuk “al-umûr al-dunyâwiyah” yang tidak termasuk tugas para
nabi, penggunaan akal sangat diperlukan, demi kemaslahatan umat. Kelimabelas, untuk
memahami nash yang musytarak, paham sahabat dapat diterima. Keenambelas, dalam
memahani nash, makna zhahir didahulukan dari takwil dalam bidang akidah. Takwil
sahabat dalam hal ini, tidak dapat diterima. Misalnya, dalam memahami ayat-ayat dan
hadist yang membicarakan sifat-sifat dan perbuatan Allah swt seperti Allah bersemayam
di atas Arsy, Allah turun ke langit dunia, dan sebagainya.
Materi 28
Makna Dan Konsekuensi Syahadatain

Syahadat menurut bahasa berasal dari bahasa Arab yaitu syahida yang artinya telah bersaksi.
Syahadatain yaitu beri’tikad dan berikrar bahwasanya tidak ada yang berhak disembah dan
menerima ibadah kecuali Allah Subhanahu Wa Ta’ala, menta’ati hal tersebut dan
mengamalkannya, menafikan hak penyembahan dari selain Allah, siapa pun orangnya dan
penetapan hak Allah semata untuk disembah.
َ ‫صاني َف َق ْد َع َصى‬
‫هللا‬ َ ‫اع‬
َ ‫ َو َم ْن َع‬،‫هللا‬ َ ‫اعن ْي َف َق ْد َأ َط‬َ ‫َم ْن َأ َط‬
ِ ِ
Barangsiapa yang taat kepadaku berarti ia telah taat kepada Allah dan barangsiapa yang
durhaka kepadaku berarti ia telah durhaka kepada Allah. (H.R. Bukhari)
َٰ َ َ َّ ُ َ ‫َّ اَل‬ ّ ‫الل َه ُم ْخلص َين َل ُه‬
َّ ‫اَّل‬ ‫ُأ‬
‫الزكاة ۚ َوذ ِل َك‬ ‫الص ة َو ُيْؤ توا‬ ‫ين ُح َن َف َاء َو ُي ِق ُيموا‬
َ ‫الد‬
ِ ِ ِ ‫َو َما ِم ُروا ِإ ِل َي ْع ُب ُدوا‬
َْ ُ
‫ين الق ِّي َم ِة‬‫ِد‬
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka
mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (QS.
Al-Bayyinah: 5)
َ َ َّ
‫وت َو ُيْؤ ِم ْن ِبالل ِه فق ِد‬
ُ َّ ُ ْ َ ْ َ َ ْ َ ُ ْ ُّ ‫الدين ۖ َق ْد َت َب َّي َن‬ ّ ‫اَل ْك َر َاه في‬
ِ ‫الرشد ِمن الغ ّ ِي ۚ ف َمن يكف ْر ِبالطاغ‬ ِ ِ ِ ‫ِإ‬
َّ َ
ٌ‫ص َام ل َها ۗ َوالل ُه َسم ٌيع َع ِليم‬ ْ ‫اَل‬
َ ‫اس َت ْم َس َك ب ْال ُع ْر َوة ال ُوثق ٰى انف‬
َ ْ ْ ْ
ِ ِ ِ ِ
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang
benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan
beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat
kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-
Baqarah: 256)

Konsokuensi syahadat
1. Konsekuensi “Laa ilaha ilallah”
Yaitu meninggalkan ibadah kepada selain Allah dari segala ma'cam yang dipertuhankan

sebagai keharusan dari peniadaan laa ilaaha illallah.


Dan beribadah kepada Allah semata tanpa syirik sedikit pun sebagai
keharusan dari penetapan illallah.
2. Konsekuensi syahadat “muhammad rasulullah”
Yaitu mentaatinya, membenarkannya, meninggalkan apa yang dilarangnya, mencukupkan
diri dengan mengamalkan sunnahnya, dan meninggalkan yang lain dari hal-hal bid’ah,
serta mendahulukan sabdanya diatas pendapat orang.

Keutamaan syahadat
1. Allah akan menghapus dosa-dosanya.
2. Allah Ta’ala akan menghilangkan kesulitan dan kesediahannya di dunia dan akhirat.
َ ‫ُ اَل‬ ْ ْ َ َّ
‫َو َم ْن َي َّت ِق الل َه َي ْج َع ْل ل ُه َمخ َر ًجا َو َي ْر ُزق ُه ِم ْن َح ْيث َي ْحت ِس ُب‬
“Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar
baginya. Dan memberi-nya rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (Ath-Thalaq:
2-3).

3. Allah akan menjadikan dan menghiasi dalam hatinya rasa cinta kepada iman serta
menjadikan di dalam hatinya rasa benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan.
َ ‫َأْل‬ َ ُ َ َّ ُ ‫َأ‬ َ
_‫َ_و_ ا_ ْ_ع_ _ل_ ُ_م_ و_ا_ َّ _ن_ ِ_ف_ ي_ _ك_ ْ_م_ َ_ر_ ُ_س_ و_ َ_ل_ ا_ل_ _ل_ ِ_ه_ ۚ_ ل_ ْ_و_ ُي_ ِ_ط_ ي_ ُ_ع_ _ك_ ْ_م_ ِ_ف_ ي_ _ك_ ِث_ ي_ ٍ_ر_ ِ_م_ َ_ن_ ا_ ْ_م_ ِ_ر_ _ل_ َ_ع_ ِ_ن_ ُّ_ت_ ْ_م‬
ُ ْ ُ َ َ ُ ُُ ُ َ َّ َٰ
_‫َ_و_ _ل_ ِ_ك_ َّ _ن_ ا_ل_ _ل_ َ_ه_ َ_ح_ َّ_ب_ َ_ب_ ِإ ل_ ْي_ _ك_ ُ_م_ ا_ِإْل ي_ َ_م_ ا_ َ_ن_ َ_و_ َ_ز_ َّ_ي_ َن_ ُ_ه_ ِ_ف_ ي_ _ق_ ل_ و_ ِ_ب_ _ك_ ْ_م_ َ_و_ _ك_ َّ _ر_ َ_ه_ ِإ _ل_ ْ_ي_ _ك_ ُ_م_ ا_ _ل_ _ك_ ْ_ف_ َ_ر‬
َٰ ‫ُأ‬ ْ ْ
_‫ص_ َ_ي_ ا_ َ_ن_ ۚ_ و_ _ل_ ِئ َ_ك_ ُ_ه_ ُ_م_ ا_ل_ َّ _ر_ ا_ ِ_ش_ ُ_د_ و_ َ_ن‬ _ْ _‫َ_و_ ا_ _ل_ ُ_ف_ ُ_س_ و_ َ_ق_ َ_و_ ا_ _ل_ ِ_ع‬
Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti
kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi
Allah menjadikan kamu "cinta" kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di
dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan
kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus. (Q.S. Al-
Hujuraat: 7)

4. Syahadat/tauhid merupakan penentu diterima atau ditolaknya amal manusia.


‫ت َو ْٱل َح َي ٰو َة لِ َي ْبلُ َو ُك ْم َأ ُّي ُك ْم َأحْ َسنُ َع َماًل ۚ َوه َُو ْٱل َع ِزي ُز ْٱل َغفُو ُر‬
َ ‫ٱلَّذِى َخلَ َق ْٱل َم ْو‬
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang
lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (Q.S. Al-Mulk: 2)

5. Allah Ta’ala menjamin akan memasukkannya ke surga.


Materi 29
Makna dan cara beriman kepada Allah

Iman kepada Allah merupakan asas dan pokok dari keimanan, yakni keyakinan yang pasti
bahwa Allah adalah Rabb dan pemilik segala sesuatu, Dialah satu-satunya pencipta,
pengatur segala sesuatu, dan Dialah satu-satunya yang berhak disembah, tidak ada sekutu
bagi-Nya. Semua sesembahan selain Dia adalah sesembahan yang batil, dan beribadah
kepada selain-Nya adalah kebatilan.
‫َأ‬ Allah Ta’ala berfirman: ‫َأ‬ ‫َأ‬
َْ ْ َ ‫ون من ُدون _ه ُه َو ْال َباط ُ_ل َو َّن‬
َ ُ ْ َ َ َّ َ ُّ َ ْ َ ُ َ َّ َ َ
‫هللا ُه َو ال َع ِل ُّي الك ِب ُ_ير‬ ِ ِِ ِ ‫ذ ِلك ِب ن هللا هو الحق و ن مايدع‬
“(Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan)
Yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah, itulah yang
batil, dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. Al Hajj:
62)

Dialah Allah yang disifati dengan sifat yang sempurna dan  mulia, tersucikan dari segala
kekurangan dan  cacat. Ini merupakan perwujudan tauhid yang tiga, yatu tauhid rububiyah,
tauhid uluhiyah, dan tauhdi asma’ wa shifat. Keimanan kepada Allah mengandung tiga
macam tauhid ini, karena makna iman kepada Allah adalah keyakinan yang pasti tentang
keesaan Allah Ta’ala dalam rububiyah, uluhiyah, dan seluruh nama dan sifat-Nya.

Iman kepada Allah mencakup empat perkara :


1. Iman tentang keberadaan (wujud) Allah.
Mengimani adanya Allah ini bisa dibuktikan dengan pertama, adanya dalil fitrah, bahwa
manusia mempunyai fitrah mengimani adanya Tuhan tanpa harus didahului dengan
berfikir dan mempelajari sebelumnya. Fitrah ini tidak akan berubah kecuali ada sesuatu
pengaruh lain yang mengubah hatinya.
ِّ ‫ َفَأ َب َو ُاه ُي َهو َدانه َأ ْو ُي َن‬، ‫ول ُد َع َلى_ ْالف ْط َرة‬
‫ص َرا ِن ِ_ه‬
َ ُ ُ ْ َ ُّ ُ
‫ود ي‬
ٍ ‫كل مول‬
ِ ِ ِّ ِ ِ
Setiap manusia yang lahir, mereka lahir dalam keadaan fitrah. Orang tuanya lah yang
menjadikannya Yahudi atau Nasrani” (HR. Bukhari-Muslim)

2. Iman terhadap rububiyah, adalah beriman bahwa  Allah adalah satu-satunya Rabb yang


tidak mempunyai sekutu.
ْ ْ َ ْ ‫ض في س َّت _ة َأ َّيام ُث َّم‬
‫اس َت َوى_ َعلى_ ال َع ْر ِش ُيغ ِشى‬ َ ‫ر‬ْ ‫َ َ َ َّ َ َ َ ْ َأل‬ َّ ُ ُ َّ
ِ ‫ِإ ن َر َّبك ُم هللا ال ِذي_ خلق السماو‬
‫ات وا‬
ٍ ِ ِ ِ
ْ َ ْ َ َ ‫َّ ْ َ َّ َ َ َ ْ ُ ُ ُ َ ً َ َّ ْ َ َ ْ َ َ َ َ ُّ ُ َ ُ َ َّ َ َأ َأ‬
‫ات ِب ْم ِر ِه الل ُه الخل ُق‬ٍ ‫وم مسخر‬ _ ‫الي _ل النهار يطلب _ه ح ِثيثا_ والشمس والقمر والنج‬
‫ْ مَل‬ ُ ‫َو ْاَأل ْم ُر َت َب َار َك‬
‫هللا َر ُّب ال َعا ِ َين‬
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam
enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy . Dia menutupkan malam kepada siang
yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan
bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan
dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam. ” (QS. Al
A’rof: 54).

3. Iman terhadap uluhiyah, adalah pengesaan Allah dalam ibadah karena hanya Allah satu-
satunya yang berhak diibadahi.
‫اط ُ_ل‬ َ ‫هللا ُه َو ْال َح ُّق َوَأ َّن َم َاي ْد ُع‬
َ ‫ون من ُدون _ه ْال‬
‫ب‬ َ ‫َذل َك بَأ َّن‬
ِ ِِ ِ ِ ِ
” Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang hak dan sesungguhnya yang
mereka seru selain Alloh, itulah yang batil” (QS. Luqman: 30).

Banyak manusia yang kufur dan ingkar dalam hal tauhid ini. Karena itulah Allah
mengutus para rasul dan menurunkan kitab-kitab kepada mereka, sebagaimana Allah
jelaskan,
ْ ‫َو َمآَأ ْر َس ْل َنا_ من َق ْبل َ_ك من َّر ُسول َّال ُنوحي َل ْي _ه َأ َّن ُه آل َل َه آل َأ َنا َف‬
_ِ ‫اع ُب ُد‬
‫ون‬ ‫ِإ ِإ‬ ِ ‫ِ ِإ‬ ‫ٍ ِإ‬ ِ ِ ِ
” Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan
kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah
olehmu sekalian akan Aku“.” (QS. Al Anbiya’: 25)

4. Iman terhadap asma’ (nama) dan sifat-Nya, adalah  pengesaan Allah ‘Azza wa


Jalla dengan asma’ dan sifat yang menjadi milik-Nya. Tauhid ini mencakup dua hal
yaitu penetapan dan penafian.
ْ َ ‫َل ْي‬
َّ ‫س َكم ْث ِل ِهۦ َش ْى ٌء ۖ َو ُه َو‬
‫ٱلس ِم ُيع ٱل َب ِص ُير‬ ِ
“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya, dan Dialah Yang Maha Mendengar
lagi Maha Melihat”. (QS. Asy Syuuro: 11)
Materi 30
Makna Iman Kepada Malaikat, Nama Dan Tugas Malaikat

Iman kepada malaikat adalah percaya dan yakin bahwa Allah swt. telah menciptakan
malaikat dari cahaya (nur). Malaikat memiliki sifat selalu taat, tunduk, patuh kepada Allah,
tidak pernah ingkar janji, dan tidak membutuhkan makan dan minum.
َُ َ ُ َ ُّ ‫ُخل َق ْت امْل َاَل َك ُة م ْن ُنور َو ُخل َق ْال َج‬
‫ان ِم ْن َم ِار ٍج ِم ْن ن ٍار َوخ ِل َق َآد ُم ِم َّما ُو ِصف لكم‬ ِ ٍ ِ ‫ِئ‬ ِ
“Malaikat itu diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan
dari apa yang telah diterangkan kepada mu semua.” (HR. Muslim, Ahmad, Tirmidzi dan
Ibnu Majah)

Sebenarnya jumlah malaikat itu ada banyak sekali. Yang mengetahui bilangan atau jumlah
malaikat hanya Allah swt. Firman Allah swt. yang artinya:
َ ْ ْ ‫اَّل‬ ‫اَّل‬ َ ‫َو َما َي ْع َل ُم ُج ُن‬
‫ود َر ِّب َك ِإ ُه َو َو َما ِه َي ِإ ِذك َرى ِلل َبش ِر‬
“Tiada yang mengetahui bilangan malaikat selain Allah sendiri. (Q.S. Al-Muddassir:31).

Berikut ini nama-nama malaikat dan tugasnya yang wajib kita imani atau ketahui:
1. Jibril, adalah penghulu dari para malaikat yang bertugas sebagai perantara untuk
menyampaikan wahyu kepada para nabi atau rasul dengan kehendak Allah swt.
‫ُ ْ َ َ ْ َ َّ اَل‬ ْ َ َ ْ َ ٰ َ َ ْ ‫ُّ َ ْ َأ‬ ْ ْ ُ َ َ َّ ُ َ
‫ات ذو ال َع ْر ِش ُيل ِقي الروح ِمن م ِر ِه على من يشاء ِمن ِعب ِاد ِه ِلين ِذر يوم الت ِ_ق‬
َ ُ ِ ‫ر ِفيع الدرج‬
(Dialah) Yang Maha Tinggi derajat-Nya, Yang mempunyai 'Arsy, Yang mengutus Jibril
dengan (membawa) perintah-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-
hamba-Nya, supaya dia memperingatkan (manusia) tentang hari pertemuan (hari kiamat).
(QS. Gafir: 15)
َ َ ‫َو َما َن َت َن َّز ُل اَّل بَأ ْمر َر ّب َك ۖ َل ُه َما َب ْي َن َأ ْيد َينا َو َما َخ ْل َف َنا َو َما َب ْي َن َٰذل َك ۚ َو َما َك‬
‫ان َر ُّب َك ن ِس ًّيا‬ ِ ِ ِ ِ ِ ‫ِإ‬
Dan tidaklah kami (Jibril) turun, kecuali dengan perintah Tuhanmu. Kepunyaan-Nya-lah
apa-apa yang ada di hadapan kita, apa-apa yang ada di belakang kita dan apa-apa yang
ada di antara keduanya, dan tidaklah Tuhanmu lupa. (QS. Maryam: 64)
2. Mikail, bertugas untuk memberi rezeki kepada seluruh mahkluk Allah. 
3. Israfil, bertugas meniup sangkakala pada hari kiamat dan hari kebangkitan
4. Izrail, bertugas untuk mencabut nyawa.
5. Munkar dan Nakir, bertugas menanyakan manusia di alam kubur
6. Rakib, bertugas mencatat amal perbuatan baik/benar manusia
ٌ ‫الش َمال َقع‬
‫يد‬
ّ
‫ن‬ َ ‫ْذ َي َت َل َّقى امْل ُ َت َل ّق َيان َعن ْال َيمين َو‬
‫ع‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫ِإ‬
ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan
dan yang lain duduk di sebelah kiri. (QS. Qaf: 17)

7. Atid,  bertugas mencatat amal perbuatan Jelek manusia


ٌ ‫يب َعت‬
‫يد‬ ٌ ‫ق‬ ‫ر‬َ ‫ه‬‫ي‬ْ ‫ظ م ْن َق ْول اَّل َل َد‬
ُ َْ َ
ِ ِ ِ ‫ٍ ِإ‬ ِ ‫ما يل ِف‬
Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat
pengawas yang selalu hadir. (QS. Qaf: 18)

8. Malik, bertugas menjaga pintu surga.


ٌ ‫َ َأ ُّ َ َّ َ َ ُ ُ َأ ْ ُ َ ُ ْ َ َأ ْ ُ ْ َ ً َ ُ ُ َ َّ ُ َ ْ َ َ ُ َ َ ْ َ َ اَل َ ٌ اَل‬
‫يا يها ال ِذين آمنوا قوا نفسكم و ه ِليكم نارا وقودها الناس وال ِحجارة عليها م ِئ كة ِغ ظ‬
َ ‫الل َه َما َأ َم َر ُه ْم َو َي ْف َع ُل‬
َ ‫ون َما ُيْؤ َم ُر‬
‫ون‬
َّ َ ُ ْ َ ‫َ ٌ اَل‬
‫ِشداد يعصون‬
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang
bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka
dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. At-Tahrim: 6)

9. Ridwan, bertugas menjaga pintu neraka.


ُ َّ ُ ‫َأْل‬ َ َ َّ َ ْ ُ َ َّ ‫َّ َ َأ‬ ُ َ َ ُ َ َّ ّ َ َ
‫ات ت ْج ِري ِم ْن ت ْح ِت َها ا ْن َه ُار ۖ كل َما ُر ِزقوا‬ ٍ ‫ات ن لهم جن‬ ِ ‫وب ِش ِر ال ِذين َآمنوا وع ِملوا الص ِالح‬
ٌ‫م ْن َها م ْن َث َم َرة ر ْز ًقا ۙ َق ُالوا َٰه َذا َّال ِذي ُرز ْق َنا م ْن َق ْب ُل ۖ َوُأ ُتوا به ُم َت َشاب ًها ۖ َو َل ُه ْم ف َيها َأ ْز َواج‬
ِ ِ ِِ ِ ِ ِ ٍ ِ ِ
َ ‫ُم َط َّه َر ٌة ۖ َو ُه ْم ف َيها خال ُد‬
‫ون‬
َ
ِ ِ
Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa
bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap
mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: "Inilah
yang pernah diberikan kepada kami dahulu". Mereka diberi buah-buahan yang serupa
dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.
Materi 31
Makna beriman kepada kitab-kitab Allah SWT

Makna beriman kepada kitab-kitab Allah SWT yaitu kepercayaan yang pasti


bahwasanya Allah SWT memiliki kitab-kitab yang diturunkan kepada para Rasulnya untuk
disampaikan kepada para hamba-Nya.
Kitab-kitab Allah SWT yang wajib diketahui oleh orang yang beriman ada empat yaitu:
1. Kitab Taurat : Kitab Taurat adalah kitab yang diturunkan kepada Nabi Musa AS sebagai
pedoman hidup Bani Israil.
ً ‫يل َأ اَّل َت َّت ِخ ُذوا ِم ْن ُدو ِني َو ِك‬
‫يل‬ َ ‫وسى ْالك َت‬
َ ‫اب َو َج َع ْل َن ُاه ُه ًدى ِل َبني ْس َراِئ‬ ِ
َ ‫َو َآت ْي َنا ُم‬
‫ِإ‬ ِ
Dan Kami berikan kepada Musa kitab (Taurat) dan Kami jadikan kitab Taurat itu sebagai
petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman) : janganlah kamu mengambil penolong selain
aku”. (QS. Al-Isra: 2)

2. Kitab Zabur : kitab yang diturunkan kepada Nabi Daud AS untuk dijadikan pedoman
hidup bagi kaumnya.
َ‫النب ّي َ_ين َع َل ٰى َب ْعض ۖ َو َآت ْينا‬
َّ ‫ض‬ َّ ‫الس َم َاوات َواَأْل ْرض ۗ َو َل َق ْد َف‬
َ ‫ض ْل َنا َب ْع‬ َّ ْ َ ُ َ ْ ‫َ َ ُّ َ َأ‬
ٍ ِِ ِ ِ ‫وربك علم ِبمن ِفي‬
ً ‫ود َز ُب‬
‫ورا‬ َ ‫َد ُاو‬
Dan Tuhan-mu lebih mengetahui siapa yang (ada) di langit dan di bumi. Dan
sesungguhnya telah Kami lebihkan sebagian nabi-nabi itu atas sebagian (yang lain), dan
Kami berikan Zabur kepada Daud. (QS. Al-Isra: 55)

3. Kitab Injil : Kitab yang diturunkan kepada Nabi Isa AS, sebagai pedoman dan petunjuk
hidup bagi Bani Israil.
ْ َ َّ ‫ص ّد ًقا َا َب ْي َن َي َد ْيه م َن‬
_َ ‫الت ْو َر ِاة ۖ َوآت ْي َن ُاه اِإْل ن ِج‬
‫يل ِف ِيه‬ َ ‫َو َق َّف ْي َنا َع َل ٰى َآثاره ْم بع َيسى ْابن َم ْر َي َم ُم‬
ِ ِ ‫مِل‬ ِ ِ ِِ ِِ
ْ ً َ َّ ‫ص ّد ًقا َا َب ْي َن َي َد ْيه م َن‬
َ َُ ٌ َُ ً ُ
‫الت ْو َر ِاة َو ُه ًدى َو َم ْو ِعظة ِلل ُم َّت ِق َين‬ ِ ِ ‫هدى ونور وم ِ مِل‬
Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi nabi Bani Israil) dengan Isa putera Maryam,
membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat. Dan Kami telah memberikan
kepadanya Kitab Injil sedang didalamnya (ada) petunjuk dan dan cahaya (yang
menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi
petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa. (QS. Al-Ma’idah: 46)

4. Kitab Al-Quran : Kitab Al-Quran adalah kitab yang diturunkan kepada Nabi terakhir yaitu
Muhammad SAW sebagai petunjuk hidup umatnya. Berbeda dengan kitab-kitab
sebelumnya yang terbatas untuk satu kaum, Al-Quran tidak hanya diturunkan untuk
Bangsa Arab, melainkan untuk seluruh umatnya.

Beriman terhadap kitab mengandung empat perkara;


1. Membenarkan dengan sungguh-sungguh bahwa semua kitab diturunkan oleh Allah dan
bahwa Allah.
ً ُ َ َ ْ ُ ْ ‫َ َأ‬
َ‫وال َف ُيوح َي ب ْذنه ما‬ َ َ ْ ْ ‫َ َ َ َ َ َ َأ ْ ُ َ ّ َ ُ َّ ُ َ ْ ً َأ‬
ِ ِ ‫ِ ِِإ‬ ‫اب و ير ِسل رس‬
ٍ ‫وما كان ِلبش ٍر ن يك ِلمه الله ِإ ال وحيا و ِمن ور ِاء ِحج‬
ٌ ‫ َي َش ُاء َّن ُه َع ِل ٌّي َح ِك‬ 
‫يم‬ ‫ِإ‬
“Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan Dia
kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir atau dengan mengutus seorang
utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia
kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.” (QS. As-Syuro: 51)
ْ َ َ ُ ُ َّ َ َّ َ َ
‫وس ٰى تك ِل ًيما‬ ‫وكلم الله م‬
“...Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung.” (QS. An-Nisaa’: 164)

2. Apa yang Allah sebutkan dalam kitab-kitab tersebut secara terperinci, maka wajib diimani
secara terperinci.
َ ْ ُ َّ َ َ ْ ‫َ ُ ْ َ ْ ُ َ َأ‬
‫اب‬
ٍ ‫وقل آمنت ِبما نزل الله ِمن ِكت‬
“Dan Katakanlah: "Aku beriman kepada semua kitab yang diturunkan Allah.” (QS. Asy-
Syura: 15)

3. Membenarkan kabar-kabar yang shahih, seperti kabar yang terdapat dalam Alquran, atau
berita yang belum dirubah dan diganti dalam kitab-kitab terdahulu.
4. Beriman bahwa Allah menurunkan Alquran sebagai hakim terhadap kitab-kitab dan
pembenar terhadapnya, sebagaimana firman Allah Ta’ala,
َ ً
‫اب َو ُم َه ْي ِمنا َعل ْي ِه‬ َ ‫ص ّد ًقا َا َب ْي َن َي َد ْيه م َن ْالك‬
‫ت‬ َ ‫اب ب ْال َح ّق ُم‬
َ َ ‫َوَأ ْن َز ْل َنا َل ْي َك ْالك‬
‫ت‬
ِ ِ ِ ِ ‫ِ مِل‬ ِ ِ ِ ‫ِإ‬
”Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran,
membenarkan apa yang sebelumnya, Yaitu Kitab-Kitab (yang diturunkan sebelumnya)
dan batu ujian terhadap Kitab-Kitab yang lain itu.” (QS. Al-Maidah: 48).

Ahli tafsir berkata, “Muhaiminan” artinya yang dipercaya dan menjadi saksi atas kitab-
kitab sebelumnya serta membenarkanya, maksudnya membenarkan apa yang ada di
dalamnya yang shahih serta menafikan sesuatu yang telah dirubah diganti dan
diselewengkan serta hukum yang telah dihapus padanya, atau menetapkan dan
mensyariatkan hukum-hukum baru. Karena itu, semua yang berpegang teguh pada kitab-
kitab terdahulu tunduk kepadanya, sebelum berlaku kitab sesudahnya. Sebagaimana
firman Allah Ta’ala,
ْ ُ َ َ َ َ َ َ ‫ين َآت ْي َن ُاه ُم ْالك َت‬ َ ‫َّالذ‬
‫ َوِإ ذا ُي ْتلى َعل ْي ِه ْم قالوا َآم َّنا ِب ِه ِإ َّن ُه ال َح ُّق ِم ْن‬. ‫اب ِم ْن ق ْب ِل ِه ُه ْم ِب ِه ُيْؤ ِم ُنون‬ ِ ِ
َ ُ
‫َر ِّب َنا ِإ َّنا ك َّنا ِم ْن ق ْب ِل ِه ُم ْس ِل ِم َين‬
“Orang-orang yang telah Kami datangkan kepada mereka Al kitab sebelum Al Quran,
mereka beriman (pula) dengan Al Quran itu. Dan apabila dibacakan (Al Quran itu)
kepada mereka, mereka berkata: "Kami beriman kepadanya; sesungguhnya; Al Quran itu
adalah suatu kebenaran dari Tuhan Kami, Sesungguhnya Kami sebelumnya adalah
orang-orang yang membenarkan(nya).” (QS. Al-Qasas: 52-53)

Materi 32
Makna Iman Kepada Rasul, Nama Nabi Dan Rosul

Iman kepada para rasul merupakan salah satu rukun iman yang wajib diimani. Karena para
rasul adalah sebagai perantara antara Allah dan hamba-Nya dalam menyampaikan risalah
(wahyu) dan dalam rangka menegakkan hujjah Allah bagi para hamba-Nya. Iman kepada
para rasul adalah dengan membenarkan wahyunya dan menetapkan nubuwahnya
(kenabiannya). Sungguh, para rasul adalah orang-orang yang jujur (shidiq) terhadap yang
disampaikan dari Allah. Sungguh, mereka telah menyampaikan risalah (wahyu) dan
menjelaskan pada manusia tentang sesuatu yang tidak boleh mereka jahil (bodoh) padanya.
Dalil tentang wajibnya beriman pada para Rasul amat banyak. Di antaranya Allah Ta’ala
berfirman:
َّ َ َ ‫َ َ َّ ْ َّ َ ْ َآ‬
َّ ‫الله َو ْال َي ْوم اَآْل خر َوامْل َاَل َكة َو ْالك َتاب َو‬
‫الن ِب ِّي َ_ين‬ ِ ِ ِ ‫ِئ‬ ِ ِ ِ ِ ‫ول ِكن ال ِبر من من ِب‬
“Akan tetapi, sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian,
malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi.” (Al Baqarah: 177)
ُ َ ‫َّ اَل‬ ‫َآ َ َ َّ ُ ُ َ ُأ ْ َ َ ْ ْ َ َ مْل ُْؤ ُ َ ُ َآ‬
‫ون ك ٌّل َم َن ِبالل ِه َو َم ِئ ك ِت ِه َوك ُت ِب ِه َو ُر ُس ِل ِه‬ ‫من الرسول ِبما ن ِزل ِإ لي ِه ِمن ر ِّب ِه وا ِمن‬
“Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian
pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya.” (Al Baqarah: 285)
‫اَل‬ َ ٌ َ ‫َ َ ُ ْ ُ مْل ُ ْ َ َ اَّل ُ َ ّ َ َ ُ ْ َ َ َ ْ َ َ َ َأ ْ َ َ اَل‬
‫صل َح ف خ ْوف َعل ْي ِه ْم َو ُه ْم‬ ‫وما نر ِسل ا رس ِلين ِإ مب ِش ِرين ومن ِذ ِرين ۖ فمن آمن و‬
َ ‫َي ْح َز ُن‬
‫ون‬
Dan tidaklah Kami mengutus para rasul itu melainkan untuk memberikan kabar gembira dan
memberi peringatan. Barangsiapa yang beriman dan mengadakan perbaikan, maka tak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. (QS. Al-An’am: 48)

Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan tentang para Nabi dan Rasul di dalam Al-Qur-an
ada 25, yaitu Adam, Idris, Nuh, Hud, Shalih, Ibrahim, Luth, Isma’il, Is-haq, Ya’qub, Yusuf,
Syu’aib, Ayyub, Dzulkifli, Musa, Harun, Dawud, Sulaiman, Ilyas, Ilyasa’, Yunus, Zakariya,
Yahya, ‘Isa dan Muhammad, َ‫ات هللاِ َو َسالَ ُمهُ َعلَ ْي ِه ْم َأجْ َم ِع ْين‬
ُ ‫صلَ َو‬
َ . Lihat surat Ali ‘Imran: 33; Hud: 50,
Ada 5 yang dikenal dengan nama Ulul ‘Azmi, Ulul azmi adalah utusan Allah yang
mempunyai kesabaran, keuletan, ketepatan hati, dan perjuangannya melebihi lainnya.
Adapun nabi yang mendapat gelar ulul azmi adalah, Nabi Nuh As, Nabi Ibrahim As, Nabi
Musa As, Nabi Isa As, dan Nabi Muhammad Saw.
keimanan pada Rasul terkandung empat unsur di dalamnya, yaitu:
1. Mengimani bahwa Allah benar-benar mengutus para Nabi dan Rasul
‫اَل‬ ُ َ ‫َّ اَل‬ ُ َ ُ ‫َ َ َّ ُ ُ َ ُأ ْ َ َ ْ ْ َ ّ َ مْل ُْؤ‬
‫ون ۚ ك ٌّل َآم َن ِبالل ِه َو َم ِئ ك ِت ِ_ه َوك ُت ِب ِ_ه َو ُر ُس ِل ِه‬ ‫آمن الرسول ِبما ن ِزل ِإ لي ِه ِمن ر ِب ِه وا ِمن‬
َ‫ُن َف ّر ُق َب ْي َن َأ َحد م ْن ُر ُسله ۚ َو َق ُالوا َسم ْع َنا َوَأ َط ْعنا‬
ِ ِِ ِ ٍ ِ
Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya,
demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak
membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan
mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat". (QS. Al-Baqarah: 285)
ُ ‫مْل‬ ُ َ َّ َ
_‫_ك_ _ذ_ َ_ب_ ْ_ت_ _ق_ ْ_و_ ُ_م_ ن_ و_ ٍ_ح_ ا_ _ ْ_ر_ َ_س_ ِ_ل_ ي_ َ_ن‬
Kaum Nuh telah mendustakan para rasul. (QS. As-Syu’ura: 105)

2. Mengimani nama-nama Nabi dan Rasul yang kita ketahui dan mengimani secara global
nama-nama Nabi dan Rasul yang tidak ketahui.
َ ْ ُ ْ َ ْ َّ َّ ُ ْ َ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َّ ُ ْ َ ْ َ ً ْ ‫َ َ َأ‬
‫ص َعل ْي َك‬ ‫َولق ْد ْر َسل َنا ُر ُسال ِّمن قب ِلك ِمنهم من قصصنا عليك و ِمنهم من لم نقص‬
“Dan sesungguhnya telah Kami utus bebrapa orang rasul sebelum kamu, di antara
mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak
Kami ceritakan kepadamu”. (QS. Al Mukmin:78)

Abu Dzar bertanya, “Wahai Rasulullah, berapa tepatnya para nabi?.


Nabi shallallahu’alaihiwasallam menjawab, “124.000 dan Rasul itu 315 orang”.

3. Membenarkan berita-berita yang shahih dari para Nabi dan Rasul.


َ ‫ص ْي َنا به ْب َراه‬
َ ‫يم َو ُم‬
‫وسى‬ َّ َ ‫وحا َو َّالذي َأ ْو َح ْي َنآ َل ْي َك َو َم‬
‫او‬ ً ‫َش َر َع َل ُكم م َن الدين َم َاو َّصى به ُن‬
ِ ‫ِ ِ ِإ‬ ‫ِإ‬ ِ ِِ ِ ِّ ‫َأ َِّأ‬
ُ َّ َ َ َ َ َ َ ْ َ َ
‫الدين والتتفرقوا ِف ِيه‬ ِّ ‫و ِعيسى ن ِق ُيموا‬
“Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya
kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami
wasiatkan kepada Ibrahim, Musa, dan Isa yaitu : Tegakkanlah agama dan janganlah
kamu berpecah belah tentangnya…. ”(QS. Asy Syuuraa:13)

4. Mengamalkan syari’at Nabi dimana Nabi diutus kepada kita.


‫ُ اَل‬ َ ّ ‫اَل‬ ‫َ اَل‬
_‫_ف_ َ_و_ َ_ر_ ِّ_ب_ َ_ك_ ُ_ي_ ْؤ ِ_م_ ُن_ و_ َ_ن_ َ_ح_ َّ_ت_ ٰ_ى_ ُي_ َ_ح_ ِ_ك_ ُ_م_ و_ َ_ك_ ِف_ ي_ َ_م_ ا_ _ش_ َ_ج_ َ_ر_ َب_ ْي_ َن_ ُ_ه_ ْ_م_ ث_ َّ _م_ َي_ ِ_ج_ ُ_د_ و_ا_ ِ_ف_ ي‬
َ ّ َ ْ ‫َأ‬
_‫ض_ ْ_ي_ َ_ت_ َ_و_ ُ_ي_ َ_س_ ِ_ل_ ُ_م_ و_ا_ _ت_ ْ_س_ ِ_ل_ ي_ ً_م_ ا‬
_َ _‫_ن_ ُ_ف_ ِ_س_ ِ_ه_ ْ_م_ َ_ح_ َ_ر_ ً_ج_ ا_ ِ_م_ َّ _م_ ا_ _ق‬
Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka
tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan,
dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (QS. QS. An-NisaA :65)
Materi 33
Iman Kepada Hari Kiamat 1

Di antara rukun iman yang wajib diimani oleh seorang muslim adalah beriman kepada hari
Akhir. Disebut hari akhir karena tidak ada lagi hari sesudahnya. Setiap manusia akan
menghadapi lima tahapan kehidupan yaitu mulai dari [1] sesuatu yang tidak ada, kemudian
[2] berada dalam kandungan, kemudian [3] berada di alam dunia, kemudian [4]
memasuki alam barzakh (alam kubur) dan terakhir [5] memasuki kehidupan akhirat. Dan
hari akhir inilah tahapan akhir kehidupan manusia. (Lihat Syarh Al Aqidah Al Wasithiyah,
Ibnu Utsaimin, 352)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Al Aqidah Wasithiyah mengatakan bahwa bentuk


keimanan kepada hari akhir adalah beriman mengenai perkara-perkara setelah kematian
sebagaimana yang telah diberitakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Keimanan ini
mencakup keimanan kepada cobaan (pertanyaan) di alam kubur, adzab dan nikmat kubur,
hari berbangkit dan dikumpulkannya manusia di padang mahsyar, penimbangan amalan,
pembukaan catatan amal, hisab (perhitungan), Al Haudh (telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam), Shiroth (jembatan), syafa’at, surga dan neraka.

Dibawah ini merupakan beberapa tahapan atau proses yang akan dihadapi manusia pada hari
akhir, yakni sebagai berikut.
1. Alam barzah, adalah batas antara alam dunia dan alam akhirat yang disebut juga sebagai
alam kubur.
2. Yaumul Ba’as, adalah hari kebangkitan kembali semua makhluk hidup setelah mengalami
kematian atau setelah hari akhir. Firman Allah SWT:
َ ْ ‫َٰ َأ‬ َ َ ُ ُ َ ْ َ ُ َّ ُ َ ْ َ ‫َّ َ ْ َ َأ ْ َ ْ اَل‬ ْ ‫َأ‬
‫وت ۚ َبل ٰى َو ْع ًدا َعل ْي ِه َح ًّقا َول ِك َّن كث َر‬‫َو ق َس ُموا ِبالل ِه جهد يم ِان ِهم ۙ يبعث الله من يم‬
َ ‫الناس اَل َي ْع َل ُم‬
‫ون‬ َّ
ِ
Artinya : “Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpahnya yang sungguh-
sungguh: “Allah tidak akan akan membangkitkan orang yang mati”. (Tidak demikian),
bahkan (pasti Allah akan membangkitnya), sebagai suatu janji yang benar dari Allah,
akan tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui” (QS. an-Nahl ayat 38)

3. Yaumul Mahsyar. Adalah berkumpulnya semua mahkluk hidup termasuk manusia.


َ ‫ين َأ ْش َر ُكوا َأ ْي َن ُش َر َكاُؤ ُك ُم َّالذ‬
َ ‫ين ُك ْن ُت ْم َت ْز ُع ُم‬ َ ‫ول ل َّلذ‬ ُ َ ُ ً ‫َو َي ْو َم َن ْح ُش ُر ُه ْم َجم‬
‫ون‬ ِ ِ ِ ُ ‫يعا ث َّم نق‬ ِ
Artinya : “Dan (ingatlah), hari yang di waktu itu Kami menghimpun mereka semuanya
kemudian Kami berkata kepada orang-orang musyrik: “Di manakah sembahan-sembahan
kamu yang dulu kamu katakan (sekutu-sekutu) Kami?”.(QS. al-An’am: 22)

4. Yaumul Hisab atau Mizan


Hisab artinya perhitungan, sedangkan mizan artinya penimbangan. Yaumul hisab atau
yaumul mizan adalah hari perhitungan dan penimbangan amal atau perbuatan yang telahh
dilakukan manusia selama hidup di dunia.
َ ‫س َش ْيًئ ا ۖ َو ْن َك‬
َ ‫ان ِم ْث َق‬ َ ْ ْ َ َ َ ‫َ َ َ ُ مْل‬
ٌ ‫ط ِل َي ْوم ْال ِق َي َام ِة َفاَل ُت ْظ َل ُم َن ْف‬
‫ال َح َّب ٍة ِم ْن‬ ‫ِإ‬ ِ ‫ونضع ا و ِازين ال ِقس‬
‫اس ِب َين‬ َ َ ََ َ َ ْ َ ‫َ َ َأ‬
ِ ‫خ ْرد ٍل تينا ِب َها ۗ وكف ٰى ِبنا ح‬
“Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan
seseorang barang sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti Kami
mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan.” (QS. al-
Anbiya ayat 47)

5. Surga dan neraka, adalah suatu tempat pembalasan bagi setiap orang. Bagi orang-orang
yang beriman dan beramal shaleh, ia akan mendapatkan tempat di surga bersama dengan
kenikmatan yang tak terhingga.
َ َ ‫َأْل‬
‫ِإ َّن ا ْب َر َار ل ِفي ن ِع ٍيم‬
“Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam surga yang
penuh kenikmatan” (QS. al-Infitar: 13)
ْ ‫َ َ ُ َ ٰ َ ْ َ ْ َ ّ ُ ْ َ َ َّ َ ْ ُ َ َّ َ َ ُ َ َأْل ْ ُ ُأ‬
‫ض ِع َّد ْت ِلل ُم َّت ِق َين‬ ‫وس ِارعوا ِإ لى مغ ِفر ٍة ِمن ر ِبكم وجن ٍة عرضها السماوات وا ر‬
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya
seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (Ali
Imran:133)
Materi 34
Iman Kepada Hari Kiamat 2

Allah tidak menciptakan alam raya ini kekal selamanya. Tetapi, suatu hari pasti akan berakhir
َ َ ‫ْ اَّل‬ ّ ‫اَل‬ ْ ُ
‫ان ُم ْر َس َاها ۖ ق ْل ِإ َّن َما ِعل ُم َها ِع ْن َد َر ِّبي ۖ ُي َج ِل َيها ِل َوق ِت َها ِإ ُه َو ۚ ث ُقل ْت‬ َ ‫اعة َأ َّي‬ َ ‫الس‬ َّ ‫ن‬ َ ‫ون َك‬
‫ع‬
َ ُ ‫َ ْ َأ‬
‫يس ل‬
ِ ِ
ْ ُ ‫اَل َ ْأ ُ اَّل ْ ً َأ ُ َ َ َأ‬ ْ ‫ات َواَأْل‬
‫ض ۚ ت ِتيك ْم ِإ َبغ َتة ۗ َي ْس لون َك ك َّن َك َح ِف ٌّي َع ْن َها ۖ ق ْل ِإ َّن َما ِعل ُم َها ِع ْن َد‬ ِ ‫ر‬ َ َّ ‫في‬
ِ ‫الس َماو‬ ِ
َ‫الناس اَل َي ْع َل ُمون‬ َّ ‫الله َو َٰلك َّن َأ ْك َث َر‬
َّ
ِ ِ ِ
“Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: "Bilakah terjadinya?" Katakanlah:
"Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun
yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru
haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu
melainkan dengan tiba-tiba". Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar
mengetahuinya. Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang bari kiamat itu adalah di
sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui". (QS. Al-A’raf: 187)
ً ً َّ َّ َ ُ َ ْ َ ُ ْ َ ٌ ٌ َ َْ ُّ ‫َ_ف_ _ َذا ُن ِف َخ في ال‬
( ‫اح_ َدة‬ _ _ِ ‫_ال _ف_ _ ُدك َتا َدكة َو‬ _ _‫ َ)و ُح ِمل ِت األرض وال ِجب‬١٣( ‫اح_ َدة‬ _ _ِ ‫خ _ ة َو‬ _ _ ‫ور نف‬ِ _ _ _‫ص‬ ِ ‫ِإ‬
َ َ ُ َ َ ‫َ مْل‬ ٌ َ َ َ ْ َ َ َ ُ َ َّ َّ َ ْ َ ُ َ َْ َ َ َ َ ََْ
‫)وا _ل _ __ك على‬١٦( ‫)وانش _ _ _ق ِت الس _ _ _ماء ف ِهي يومِئ ٍذ و ِاه _ي _ __ة‬١٥( ‫)فيومِئ ٍذ وقع ِت الوا ِق _ع _ __ة‬١٤
ْ‫ون ال َت ْخ َفى م ْن ُكم‬
َ __‫ض‬ ُ ‫ َ)ي ْو َم ذ ُت ْع َر‬١٧( ‫ش َرب َك َف_ _ ْو َق ُه ْم َي ْو َم ذ َث َمان َي_ _ ٌ_ة‬ َ ْ َ ُ ْ َ َ َ َ ْ ‫َأ‬
ِ ٍ ‫ِئ‬ ِ ٍ ‫ِئ‬ ِّ ‫رجاِئ ه_ _ ا ويح ِ_م_ _ ل _ع_ _ ر‬
ٌَ َ
)١٨( ‫خا ِفية‬
Maka apabila sangkakala ditiup sekali tiup, dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu
dibenturkan keduanya sekali bentur. Maka pada hari itu terjadilah hari kiamat, dan
terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadi lemah. Dan malaikat-malaikat berada
di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu ada delapan malaikat menjunjung 'Arasy
Tuhanmu di atas (kepala) mereka. Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tiada
sesuatu pun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah). (QS. Al-Haqqah: 13-18)
Iman kepada segala hal yang terjadi pada hari Akhir dan tanda-tandanya merupakan
keimanan terhadap hal ghaib yang tidak bisa dijangkau oleh akal, dan tidak ada jalan untuk
mengetahuinya kecuali dengan nash melalui wahyu.
ٌ َ ْ َ ‫َ ٌ مْل‬ ْ َ ‫َ ٌ مْل‬ ْ َ َ ُ َ َّ ُ ُ َ َ َ َ َّ َّ
‫ َوخ ْسف ِفي‬،‫ َوخ ْسف ِبا غ ِر ِب‬،‫ خ ْسف ِبا ش ِر ِق‬:‫ات‬ ٍ ‫الساعة ال تك ْون َحتى تك ْون عش ُر َآي‬ ‫ِإ ن‬
ُ ‫ْأ‬ ‫ْأ‬
ْ َّ ُ ْ ُ َ ُ ْ ُ َ َ ُ ْ ُ َ َ ٌ َّ َ ُ َّ َّ َ ُ َ ُّ َ َ َ َ ْ َ ْ
‫س ِم ْن‬
ِ ‫ وطلوع الشم‬،‫ وي جوج وم جوج‬،‫ ودابة‬،‫ والدجال‬،‫ والدخان‬،‫ج ِزير ِة العر ِب‬
ُ َ َّ ُ َ ْ َ َ َ ْ َ ْ ُ ُ ْ َ ٌ َ َ َ ْ َ
‫ َون ُز ْو ُل ِع ْي َسى ْب ِن َم ْر َي َم‬،‫اس‬ ‫ ونار تخرج ِمن قع ِر عد ٍن ترحل الن‬،‫مغ ِر ِبها‬
“Hari Kiamat tidak akan terjadi sehingga kalian melihat sepuluh tanda: (1) penenggelaman
permukaan bumi di timur, (2) penenggelaman permukaan bumi di barat, (3) pe-nenggelaman
permukaan bumi di Jazirah Arab, (4) keluarnya asap, (5) keluarnya Dajjal, (6) keluarnya
binatang besar, (7) keluarnya Ya’juj dan Ma’juj, (8) terbitnya matahari dari barat, dan (9)
api yang keluar dari dasar bumi ‘Adn yang meng-giring manusia, serta (10) turunnya ‘Isa
bin Maryam Alaihissallam.” (HR. Muslim no. 2901)

Ada 3 metode ulama dalam membagi tanda-tanda kiamat,


Pertama, pembagian tanda kiamat berdasarkan proses kejadian dan waktunya.
Berdasarkan metode ini, mereka membagi tanda kiamat menjadi 3:
1. Tanda kiamat yang sudah terjadi dan sudah berlalu, sesuai yang diberitakan Rasulullah ‫ﷺ‬.
Seperti, diutusnya Nabi Muhammad ‫ﷺ‬, wafatnya beliau, ditaklukannya baitul maqdis,
munculnya api besar di sekitar Madinah, dan beberapa kejadian yang merupakan tanda
kiamat yang sudah terjadi dan sudah berlalu, dalam arti tidak akan terjadi lagi.
2. Tanda kiamat yang sudah terjadi dan terus menerus terjadi. Dan ini yang paling banyak.
Seperti: seringnya gempa bumi, disia-siakannya amanah, menyerahkan urusan kepada
yang bukan ahlinya, masjid dijadikan jalan untuk lalu lintas orang lewat, diangkatnya
ilmu, merebaknya kebodohan, dan tanda-tanda lainnya.
3. Tanda kiamat besar yang hanya akan terjadi ketika mendekati persitiwa kiamat. Seperti,
keluarnya Dajjal, turunnya Nabi Isa alaihis salam, keluarnya Ya’juj dan Ma’juj, keluarnya
Dabbah (hewan melata yang bisa bicara), terbitnya matahari dari barat, dst. (Asyrath as-
Sa’ah, Abdullah al-Ghufaili, hlm. 41)

Diantara ulama yang melakukan pembagian dengan metode ini adalah al-Hafidz Ibnu Hajar
al-Asqalani. Beliau menjelaskan,
َ ‫ما أخبر النبي صلى هللا عليه وسلم بأنه‬:
‫سيقع قبل أن تقوم الساعة على أقسام‬
‫ ما لم يقع‬:‫ الثالث‬.‫ ما وقعت مباديه ولم يستحكم‬:‫ الثاني‬.‫ ما وقع على َو فق ما قال‬:‫أحدها‬
‫منه شيء ولكنه سيقع‬
Peristiwa yang diberitakan Nabi ‫ ﷺ‬yang akan muncul sebelum terjadinya kiamat, ada 3
macam:
Pertama, apa yang telah terjadi sebagaimana yang telah beliau sampaikan.
Kedua, peristiwa yang sudah dimulai, namun belum berakhir.
Ketiga, peristiwa yang belum pernah terjadi dan akan terjadi. (Fathul Bari Syarh Shahih
Bukhari, 13/83).

Pembagian tanda kiamat berdasarkan tempat kejadiannya.


Berdasarkan pendekatan tempat kejadiannya, tanda kiamat dibagi 2:
1. Tanda kiamat samawiyah (tanda langit)
Seperti, terbelahnya bulan di zaman Nabi ‫ﷺ‬, ukuran hilal membesar, sehingga ketika hilal
terbit, orang menyangka itu sudah masuk tanggal 2, padahal baru tanggal 1. Termasuk
terbitnya matahari dari barat.

2. Tanda kiamat ardhiyah (tanda bumi)


Jumlahnya banyak sekali, seperti, keluarnya Dajjal, Dabbah, keluarnya api besar di sekitar
Madinah, termasuk angin yang akan mewafatkan semua orang beriman.
Diantara ulama yang melakukan pembagian dengan metode ini adalah al-Hafidz Ibnu
Katsir. Beliau menuliskan,
‫أما خروج الدابة على شكل غريب غير مألوف ومخاطبتها الناس ووسمها إياهم‬
‫ كما‬،‫ وذلك أول اآليات األرضية‬،‫ فأمر خارج عن مجاري العادات‬،‫باإليمان أو الكفر‬
‫أن طلوع الشمس من مغربها على خالف عادتها املألوفة أول اآليات السماوية‬
Keluarnya Dabbah dengan bentuk yang aneh, kejadian luar biasa, dan dia bisa bicara
kepada manusia, serta memberi tanda iman dan kafir, maka ini kejadian di luar kondisi
normal. Itulah tanda ardhiyah pertama. Sebagaimana terbitnya matahari dari barat, yang
di luar kondisi normal, merupakan awal tanda samawiyah. (an-Nihayah fi al-Fitan wa al-
Malahim, 1/214).

Metode pembagian berdasarkan tingkat kedahsyatannya dan seberapa jauh dia disebut
kejadian luar biasa. Berdasarkan pembagian ini, tanda kiamat dibagi 2:
1. Tanda kiamat sughra (kecil). Itulah kejadian yang menjadi tanda kiamat dan sudah lama
terjadi sejak masa silam, sehingga orang menganggapnya masih dalam taraf normal.
Seperti, orang berlomba-lomba meninggikan bangunan, merebaknya kebodohan,
banyaknya gempa bumi, dst.
2. Tanda kiamat kubro (besar). Yaitu kejadian luar biasa yang hanya akan terjadi ketika
mendekati kiamat. Seperti, keluarnya Dajjal, Ya’juj & Ma’juj, turunnya Nabi Isa ‘alaihis
salam, termasuk terbitnya matahari dari barat.
Diantara ulama yang membagi tanda kiamat dengan metode semacam ini adalah al-Hafidz
al-Baihaqi rahimahullah. Beliau mengatakan,
‫ وأما كبارها فقد بدت‬،‫فأما صغارها فقد ُوجد أكثرها‬
َّ ‫وهذه األشراط صغار وكبار؛‬
‫… آثارها‬
Tanda-tanda kiamat tersebut ada yang besar dan ada yang kecil. Tanda kiamat kecil
(sughra), sebagian besar telah terjadi. Sementara tanda kiamat kubro (besar), telah nampak
ciri-cirinya… (al-Ba’ts wa an-Nusyur, al-Baihaqi, hlm. 128).
Materi 35
Surga dan neraka

Salah satu  diantara pokok ajaran Islam adalah  mengimani keberadaan Surga (Al Jannah)
dan Neraka (An Naar) sebagai bagian dari keimanan akan datangnya hari akhir. Allah telah
menciptakan Surga dan neraka sebelum penciptaan manusia. Allah telah menetapkan
penghuni untuk keduanya. Sesiapa yang menginginkan surga, maka baginya surga. dan
sesiapa yang menginginkan neraka, maka nerakalah untuknya, sebagai bentuk keadilanNya.
َ ‫اس َو ْالح َج َار ُة ۖ ُأ ع َّد ْت ل ْل َكافر‬
‫ين‬ ُ َّ ‫ود َها‬
‫الن‬ َّ ‫َف ْن َل ْم َت ْف َع ُلوا َو َل ْن َت ْف َع ُلوا َف َّات ُقوا‬
ُ ‫الن َار َّالتي َو ُق‬
ِ ِ ِ ِ ‫َأْل‬ ِ ِ ‫َأ‬ ‫ِإ‬
ْ َ ْ َ َّ َ َّ ُ َ
َ َّ ‫َوبشر الذين َآمنوا َوعملوا‬ ُ َ َّ ّ َ
‫ات ت ْج ِري ِمن ت ْح ِت َها ا ن َه ُار‬
ٍ ‫ات ن ل ُه ْم َجن‬ ِ ‫الص ِالح‬ ِ ِ ِ ِ
“Peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan
bagi orang-orang kafir. Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman
dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-
sungai di dalamnya...”. (QS. Al-Baqarah : 24-25).
ْ ‫ُ ُأ‬ ‫َ ْ َ مْل ُ ْ َ َ َ َ َ َ َأ ْ َ ٌ َ َأ‬ ْ ََ ْ
‫ ث َّم ْد ِخل ُت‬،‫ان ال ْد ِري َما ِه َي‬ ‫_ وغ ِشيها لو‬،‫َّم انطل َق ِبي َح َّتى ان َت َهى ِبي ِإ لى ِسدر ِة ا نتهى‬
‫مْل‬ ُ َ ُ ُّ َ َ َ ْ
‫ َوِإ ذا ت َر ُاب َها ا ِ ْس ُك‬، ‫_ فِإ ذا ِف َيها َح َب ِاي ُل اللْؤ لِؤ‬،‫ال َج َّنة‬
“Kemudian Jibril mengajakku ke Sidratul Muntaha. Ia diselaputi warna-warni yang tidak
aku ketahui. Lalu aku dibawa masuk ke dalam syurga. Ternyata di dalamnya terdapat
dinding-dinding yang terbuat dari permata, dan debu dari wewangian kasturi” (HR.
Bukhori dan Muslim).

Pintu-pintu surga dan neraka


ْ َ ‫النب ّى – صلى هللا عليه وسلم – َق‬
‫ال « ِفى ال َج َّن ِة‬ َّ َ ْ َ ْ ْ َ ْ َ
ِ ِ ‫عن س َأه ِل ب ِن سع ٍد – رضى هللا عنه – ع ِن‬
َ ‫الصا ُم‬ َّ ُ ُ َ َ َّ َّ َّ َ ُ ٌ َ َ َ ‫َث َمان َي ُة ْب‬
‫ون‬ َّ‫ِئ‬ ‫ان ال َي ْدخل ُه ِإ ال‬ ‫ ِفيها باب يسمى الري‬، ‫اب‬
ٍ ‫و‬ ِ
“Dari Sahl bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia
berkata: Di dalam surga terdapat delapan pintu, di antaranya adalah Ar Rayyan. Tidak ada
yang memasukinya kecuali orang-orang yang berpuasa”. (HR. Bukhari dan Muslim)

ٌ ‫َل َها َس ْب َع ُة َأ ْب َواب ِل ُك ّل َباب ِم ْن ُه ْم ُج ْز ٌء َم ْق ُس‬


‫وم‬ ٍ ِ ٍ
Jahannam itu mempunyai tujuh pintu. Tiap-tiap pintu (telah ditetapkan) untuk golongan yang
tertentu dari mereka. (QS. Al-Hijr: 44)

Tingkatan surga
Tingkatan surga yang paling tinggi ialah Firdaus. Nabi memerintahkan ummatnya untuk
berdoa memohon Firdaus melalui sabdanya.
َ َّ َ ‫الل ُه ل ْل ُم َجاهد‬َّ َ َّ َ ‫َّ ْ َ َّ َئ َ َ َ َ َأ‬
‫الد َر َج َت ْي ِن ك َما َب ْي َن‬
َّ ‫الله َما َب ْي َن‬ ‫يل‬‫ب‬‫س‬َ ‫ين في‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫ِإ ن ِفي الجن ِة ِما ة درج ٍة عدها‬
‫َأ‬
َّ‫ط ْال َج َّنة َو ْع َلى ْال َجنة‬ ُ َ ْ ُ َّ َ َ ْ َ ْ ْ ُ ُ ْ َ َ َّ ُ ُ ْ ‫َ َ َ َأ‬
‫َأ‬ ‫َأ‬ ْ ‫َّ َ َ َأْل‬
ِ ِ ‫ فِإ ذا س لتم الله فاس لوه ال ِفردوس فِإ نه وس‬، ‫ض‬ ِ ‫ُأالسم ِاء وا ر‬
ْ ‫َأ‬ َ ُ ‫َر ُاه َف ْو َق ُه َع ْر‬
‫ َو ِم ْن ُه ت َف َّج ُر ْن َه ُار ال َج َّن ِة‬، ‫الر ْح َم ِن‬
َّ ‫ش‬
“Sesungguhnya surga terdiri atas seratus tingkat, Allah menyediakannya untuk orang-
orang yang berjihad di jalan-Nya, jarak antara dua tingkatnya seperti jarak antara langit
dan bumi. Karena itu, Jika kalian meminta pada Allah mintalah kepadaNya Firdaus,
karena sesungguhnya Firdaus adalah surga yang paling utama, dan merupakan tingkatan
tertinggi dari surga, di atasnya terdapat ‘Arsy Ar Rahman dan dari Firdaus itulah
memancar sungai-sungai surga”. ( HR. Bukhari 2790 & Ibnu Hibban 4611)

Dahsyatnya neraka
َ ‫لظا ِ َين م ْن َأ ْن‬
‫ص ٍار‬
َّ َ َ ُ َ ْ َ ْ ‫َّ َ َ َ ْ َأ‬ ْ ُ ْ َ َ َّ َ َّ َ
ِ ‫ربنا ِإ نك من تد ِخ ِل النار فقد خزيته ۖ وما ِل مِل‬
Ya Tuhan kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka
sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang
penolongpun. (QS. Al-Imran:192)

Kedalaman Neraka
َ َّ َّ َ ُّ َّ َ َ َ ً َ ْ َ َ َ ْ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َّ َ َّ ُ
‫صلى_ الل ُه َعل ْي ِ_ه‬ ‫ول الل ِه صلى الله علي ِ_ه وسلم ِإ ذ س ِمع وجب _ة فقال الن ِب _ي‬ ِ ‫ك َّنا َم َع َر ُس‬
ُ
‫الن ِار ُم ْنذ‬ َّ ‫ال َه َذا َح َج ٌر ُرم َي به في‬
ِِ ِ ِ َ ‫ول ُه َأ ْع َل ُم َق‬
ُ ُ َ َ ُ َّ َ ْ ُ َ َ َ َ َ َ ُ ْ َ َ َّ َ َ
‫وسلم تدرون ما هذا قال قلنا_ الله ورس‬
َ َ ْ ‫َّ آْل‬ َ َ
‫الن ِار ا َن َح َّتى ان َت َهى ِإ لى ق ْع ِر َها‬ ‫َس ْب ِع َ_ين خ ِر ًيفا ف ُه َو َي ْه ِوي ِفي‬
“Kami pernah bersama Nabi shallallahu alaihi wasallam tiba-tiba beliau mendengar
seperti suara benda jatuh ke dasar. Nabi shallallahu alaihi wasallam bertanya, ‘Tahukah
kalian suara apa itu?’ Kami menjawab, ‘Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.’ Beliau
bersabda, ‘Ini adalah batu yang dilemparkan ke neraka sejak 70 tahun yang lalu dan
sekarang baru mencapai dasarnya”. (HR. Muslim no. 2844)

Bahan Bakar Neraka


َ ‫اس َو ْالح َج َار ُة ۖ ُأ ع َّد ْت ل ْل َكافر‬
‫ين‬ ُ َّ ‫ود َها‬
‫الن‬ َّ ‫َف ْن َل ْم َت ْف َع ُلوا َو َل ْن َت ْف َع ُلوا َف َّات ُقوا‬
ُ ‫الن َار َّالتي َو ُق‬
ِِ ِ ِ ِ ِ ‫ِإ‬
“Peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan
bagi orang-orang kafir”. (QS. Al Baqarah : 24)

Makanan Penghuni Surga dan neraka


َ ‫ َو َل ْحم َط ْير م َّما َي ْش َت ُه‬,‫ون‬
‫ون‬
َ َ
_َ ‫َوف ِاك َه ٍة ِم َّما َي َتخ َّي ُر‬
ِ ٍ ِ
“Dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih, dan daging burung dari apa yang mereka
inginkan. (QS. Al-Waqiah: 20-21)
ً َ ً َ ‫اَل َ ُ ُ َ َ َ ْ ً َ اَل َ َ ً اَّل‬
‫يما َوغ َّساقا‬ ‫ِإ ح ِم‬ ‫يذوقون ِفيها بردا و شرابا‬
“Mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak (pula mendapat) minuman,
selain air yang mendidih dan nanah” (QS. An Naba’: 24-25).

Materi 36
Qodho Dan Qodar

Iman kepada qadha dan qadar merupakan satu masalah ushul (pokok) dalam Islam, Iman
seorang hamba tidak akan sempurna kecuali mesti beriman kepadanya.
Diriwayatkan oleh Umar bin Khattab Radiyallahu ‘Anhu bahwa ketika Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wasallam di tanya oleh Jibril ‘Alaihissalam tentang iman, beliau bersabda
َ َ َ ُ
‫ رواه‬. ‫آلخ ِر َو ت ـْؤ ِم َن ِبالق َد ِر خ ْي ِر ِه َو ش ّ ِر ِه‬
ْ َْ ْ َ ُ ُ َ ُ ُ َ َ َ َ َ
‫ا‬ ‫م‬ ‫و‬‫ـ‬‫ي‬ ‫ال‬ ‫و‬ ‫ه‬‫ل‬ ‫س‬‫ر‬ ‫و‬ ‫ـه‬‫ب‬ ‫ـ‬ ‫ت‬ ‫ك‬ ‫و‬ ‫ه‬ ‫ت‬ ‫ك‬ ‫ال‬‫م‬ ‫و‬ ‫هلل‬
ِ ‫ا‬ ‫ـ‬ ‫ـ‬‫ب‬ َ ‫َأ ْن ُتـْؤ م‬
‫ن‬
ِ ِ ِِ ِِ ِ ِ ‫ِئ‬ ِ ِ
‫مسلم‬
”Engkau beriman kepada Allah, para Malaikat–Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari
akhir dan engkau beriman kepada taqdir-Nya yang baik maupun yang buruk” (HR. Muslim)

Pengertia qadha dan qadar


Qadha’ maknanya adalah sesuatu yang telah ditetapkan Allah pada makhluk-Nya, baik
berupa penciptaan, peniadaan, maupun perubahan terhadap sesuatu.
Sedangkan qodar maknanya adalah sesuatu yang telah ditentukan Allah sejak zaman azali,
dengan demikian qadar ada lebih dulu kemudian disusul dengan qadha’.
Jadi, Iman Kepada Qadha’ dan Qadar adalah meyakini dengan sepenuh hati bahwa segala
sesuatu yang terjadi di alam ini dikuasai suatu hukum Allah yang pasti dan tetap dan tidak
tunduk pada kemauan manusia. Iman kepada Qadha dan Qadar biasa disebut Takdir.
ُ ََ ْ ُ ‫َّ َ ُ ُ ْ ُ َّ َ َ َ َأْل ْ َ َ ْ َ َّ ْ َ َ ً َ َ ْ َ ُ ْ َ ُ َ ٌ مْل‬
‫يك ِفي ا ل ِك َوخل َق ك َّل‬ ‫ض ولم يت ِخذ ولدا ولم يكن له ش ِر‬ ِ ‫ات وا ر‬ِ ‫ال ِذي له ملك السماو‬
َ ََ َ
‫ش ْي ٍء فق َّد َر ُه ت ْق ِد ًيرا‬
Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan
tidak ada sekutu bagiNya dalam kekuasaan(Nya), dan dia telah menciptakan segala sesuatu,
dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya (QS. Al –Furqan: 2).

Macam-Macam Takdir Allah


1.  Taqdir muallaq, yaitu qadha dan qadarnya Allah yang masih digantungkan pada       
usaha atau ikhtiar manusia. Suatu contoh seseorang ingin kaya, pintar, sehat dan lain-lain
ini harus melalui proses usaha untuk mencapai tujuan tersebut. Sesuatu yang tidak
mungkin semuanya itu diperoleh tanpa adanya ikhtiar.
َ َ َ ‫س ل ِال ْن َسان ِا َّال َم‬ ْ َّ ْ َ َ
‫ َوا َّن َس ْع َي ُه َس ْوف ُيرى‬ )۳۹( ‫اس َعى‬ ِ ِ َ ‫وان لي‬ 
Artinya : “Dan bahwasannya seseorang itu tidak memperoleh selain apa yang
diusahakan. Dan bahwasannya usahanya itu kelak akan diperlihatkan kepadanya,
kemudian akan diberi balasan yang paling sempurna”. (QS. An- Najm : 53/39-40)
ْ ‫َأ‬ َ َ َ ُ َ َ َّ
‫ط‬
‫هللا اليـغ ِّي ُر َما ِبق ْو ٍم َح َّتى ُيغ ِّي ُر ْوا َما ِب نـ ُف ِس ِه ْم‬ ‫ ِان‬ 
Artinya : “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan (nasib) suatu bangsa
sehingga bangsa itu mau mengubah keadaan (nasib) yang ada pada mereka sendiri”.
(QS. Ar- Ra’du : 13/11)

2. Taqdir mubrom yaitu qadha dan qadarnya Allah swt yang sudah tidak dapat diubah lagi
oleh manusia, walau ada ikhtiar dan tawakkal. Sebagaimana firman Allah swt berikut :
َ ً َ َ َ ْ ُ ‫َ ُ ِّ ُ َّ َ َ ٌ َ َ َ َ َ َ ُ ُ ْ َ َ ْ َ ْأ‬
‫اعة َوال َي ْس َت ْق ِد ُم ْو َن‬ ‫ ف ِاذاجاءاجلـهم ال يست ِخرون س‬ ‫و ِلكل ام ٍة اجل‬ 
Artinya : “Dan tiap-tiap umat memiliki. Maka apabila telah datang waktunya mereka
tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun  dan tidak dapat pula memajukannya”.
(QS. Surat Al- A’raf : 7/34)

Semua yang kamu lakukan selanjutnya harus dipasrahkan kepada Allah swt, karena Allah
swt adalah zat yang mengatur dan menentukan segala sesuatunya. Sebagaimana firman
Allah swt berikut :
ُ ُ َّ َ
‫هللا فـ َت َوكل ْوا ِا ْن ك ْن ُت ْم ُمْؤ ِم ِن ْي َن‬ َ َ
ِ ‫وع َلى‬
Artinya : “Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar
orang yang beriman”. (QS. Al- Maidah : 5/23).
Materi 37
Pembatal keislaman

Allah menciptakan kita, tidaklah untuk dibiarkan begitu saja. Tidaklah kita diciptakan hanya
untuk makan dan minum atau hidup bebas dan gembira semata. Akan tetapi, ada tujuan yang
mulia dan penuh hikmah di balik itu semua yaitu melakukan ibadah kepada Sang Maha
Pencipta. Ibadah ini bisa diterima hanya dengan adanya tauhid di dalamnya. Jika terdapat
noda-noda syirik, maka batallah amal ibadah tersebut. Tauhid adalah Syarat Diterimanya
Ibadah Perlu diketahui bahwa ibadah tidak akan diterima kecuali apabila memenuhi 2 syarat:
Pertama, memurnikan ibadah kepada Allah semata (tauhid) dan tidak melakukan kesyirikan.
Kedua, mengikuti tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ibadah apapun yang
tidak memenuhi salah satu dari kedua syarat ini, maka ibadah tersebut tidak diterima.
َّ َ ْ ُ َ ُ ُ ْ ُ َ ْ ْ َ َ ُ َّ ُ ُ ْ ْ ُ ُ َّ َ َ َّ َ ُّ ُ ْ ُ ْ ُ ْ ْ ُ
ٌ ‫الل ُه َغ ُف‬
ٌ ‫ور َر ِح‬
‫يم‬ ‫قل ِإ ن كنتم ت ِحبون الله فات ِبعو ِني يح ِببك _م الله ويغ ِفر لكم ذنوبكم ۗ و‬
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(QS. Al-Imran: 31)

Berikut ini adalah hal-hal yang dapat membatal;kan keislaman seseorang, yaitu:
1. Syirik ‫َأ‬
َ ْ َ َ َّ ْ َ َ َٰ َ ُ َ ُ ْ َ َ َ َ ْ ُ ْ ُ ْ َ ‫َّ َّ َ اَل‬
‫ون ذ ِل َك مِل ْن َيش ُاء ۚ َو َم ْن ُيش ِر ْك ِبالل ِه فق ِد افت َر ٰى‬ ‫ِإ ن الله يغ ِفر ن يشرك ِب ِه ويغ ِفر ما د‬
ْ
‫ِإ ث ًما َع ِظ ًيما‬
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala
dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang
mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (QS. An-
Nisa:48)
َّ َّ ‫الل ُه َع َل ْيه ْال َج َّن َة َو َمْأ َو ُاه‬
‫الن ُار ۖ َو َما ِللظامِل ِ َين ِم ْن‬
َّ َ َّ َ ْ َ َ َّ ْ ْ ُ ْ َ ُ َّ
‫ِإ نه من يش ِرك ِبالل ِه فقد حرم‬
ِ
َ ‫َأ ْن‬
‫ص ٍار‬
Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah
mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-
orang zalim itu seorang penolongpun. (QS. Al-Maidah: 72)

2. Orang yang membuat perantara antara dirinya dengan Allah, yaitu dengan berdo’a,
memohon syafa’at, serta bertawakkal kepada mereka
ْ َّ َ َ َ ‫اَّل‬ َ ‫َأ‬ ُ َ َّ
_‫َ_و_ ا_ _ل_ ِ_ذ_ ي_ َ_ن_ ا_ َّ_ت_ _خ_ _ذ_ و_ا_ ِ_م_ ْ_ن_ ُ_د_ و_ ِن_ ِ_ه_ ْ_و_ ِ_ل_ َ_ي_ ا_ َ_ء_ َ_م_ ا_ ن_ ْع_ ُب_ ُ_د_ ُ_ه_ ْ_م_ ِإ ِ_ل_ ُ_ي_ _ق_ ّ ِ_ر_ ُب_ و_ _ن_ ا_ ِإ ل_ ى_ ا_ل_ _ل_ ِ_ه_ ُ_ز_ ل_ َ_ف_ ٰ_ى‬
Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata):"Kami tidak
menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan
sedekat-dekatnya". (QS. Az-Zumar: 3)

3. Tidak meyakini kafirnya orang musyrik, meragukan kekafiran mereka, atau bahkan
membenarkan keyakinan mereka

4. Meyakini adanya petunjuk yang lebih sempurna dari Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam

5. Tidak senang dan membenci hal-hal yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam
6. Menghina Islam
7. Sihir
َ ْ ‫ُأ‬ َ َ َ ُ ُ َ َ ُ َ َّ َ َ ً َّ َ ْ ‫َ ْ َأ َ َ ً َأ‬
‫ول فق ْد ك َف َر ِب َما ن ِز َل َعلى ُم َح َّم ٍد‬‫من تى ك ِاهنا و عرافا فصدقه ِبما يق‬
“Barangsiapa mendatangi dukun lalu mempercayai apa yang dikatakannya, maka ia telah
kafir kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad.” (HR. Abu Daud, Ahmad, dan at-
Tirmidzi)

8. Membantu orang kafir memerangi


‫ َأ‬kaum muslimin
ٰ َ َ ُ َ ٰ ُ َ َّ ُ ٰ َّ ‫َأ‬
‫ َب ِل‬. ‫ٰي ُّي َها ال ِذ ْي َن ا َم ُن ْوا ِإ ْن ت ِط ْي ُعوا ال ِذ ْي َن ك َف ُر ْوا َي ُر ُّد ْوك ْم َعلى ْعق ِابك ْم ف َت ْنق ِل ُب ْوا خ ِس ِر ْي َن‬
ّٰ ‫الل ُه َم ْو ٰل ُك ْۚم َو ُه َو َخ ْي ُر‬
‫الن ِص ِر ْي َن‬
ّٰ
Hai orang-orang yang beriman jika kamu mentaati orang-orang kafir itu, niscaya mereka
mengembalikan kamu ke belakang (kepada kekafiran), lalu jadilah kamu orang-orang
yang rugi. Tetapi (ikutilah Allah), Allah lah pelindung mu dan Dialah, sebaik-baik
penolong. (QS. Al-Imran: 149-150)

9. Meyakini bahwa manusia bebas keluar dari syari’at Nabi Muhammad saw
Yaitu orang yang mempunyai keyakinan bahwa sebagian manusia diberikan keleluasaan
untuk keluar dari syariat (ajaran) Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam,
sebagaimana Nabi Khidir dibolehkan keluar dari syariat Nabi Musa ‘alaihissallam, maka
ia telah kafir.
Karena seorang Nabi diutus secara khusus kepada kaumnya, maka tidak wajib bagi
seluruh menusia untuk mengikutinya. Adapun Nabi kita, Muhammad shallallahu ‘alaihi
wa sallam diutus kepada seluruh manusia secara kaffah (menyeluruh), maka tidak halal
bagi manusia untuk menyelisihi dan keluar dari syari’at beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Allah Ta’ala berfirman:
ً ‫الله َل ْي ُك ْم َجم‬
‫يعا‬
َّ ُ ُ َ
‫ول‬ ‫س‬‫ر‬ ‫ي‬‫ن‬ ُ
‫اس‬ َّ ‫ُق ْل َيا َأ ُّي َها‬
‫الن‬
ِ ‫ِ ِإ‬ ِّ ‫ِإ‬
“Katakanlah: ‘Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu
semua…’” (Al-A’raaf/7: 158)

َّ ‫اك اَّل َك َّاف ًة ِّل َّلناس َبش ًيرا َو َنذ ًيرا َو َٰلك َّن َأ ْك َث َر‬
Dan Allah Ta’ala berfirman:
َ ‫الناس اَل َي ْع َل ُم‬
‫ون‬ َ ‫َو َما َأ ْر َس ْل َن‬
ِ ِ ِ ِ ِ ‫ِإ‬
“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada ummat manusia seluruhnya sebagai
pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui.” (Saba’/34: 28)

10. Berpaling total dari agama, tidak mau mempalajari maupun mengamalkannya
‫ُّ ْ آْل‬ ُ ‫َ َأ‬ َٰ ‫َ ُأ‬ َ َ ُ َ
...ۖ ‫الدن َيا َوا ِخ َر ِة‬ ‫َو َم ْن َي ْرت ِد ْد ِم ْنك ْم َع ْن ِدي ِن ِه ف َي ُم ْت َو ُه َو كا ِف ٌر ف ولِئ َك َح ِبط ْت ْع َمال ُه ْم ِفي‬
َ ‫النار ۖ ُه ْم ف َيها َخال ُد‬
‫ون‬ َّ ‫اب‬ُ ‫ح‬َ‫ص‬ْ ‫َوُأ َٰول َك َأ‬
ِ ِ ِ ‫ِئ‬
“...Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam
kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan
mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. (QS. Al-Baqarah:217)
Materi 38
Tahayyul, Bid’ah, Dan Churafat

berdasarkan kesepakatan kaum muslimin, agama Islam ini telah sempurna sehingga tidak
perlu adanya penambahan atau pengurangan dari ajaran Islam yang telah ada.
Marilah kita renungkan hal ini pada firman Allah Ta’ala,
‫اَل‬ َُ ُ ُ َ ْ ‫ُ َأ‬ ُ َ ْ ْ ‫ْ َأ‬
‫يت لك ُم اِإْل ْس َم ِد ًينا‬‫ال َي ْو َم ك َمل ُت لك ْم ِد َينك ْم َو ت َم ْم ُت َعل ْيك ْم ِن ْع َم ِتي َو َر ِض‬
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu ni’mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (QS. Al Ma’idah
[5] : 3)

Seorang ahli tafsir terkemuka –Ibnu Katsir rahimahullah– berkata tentang ayat ini, “Inilah
nikmat Allah ‘azza wa jalla yang terbesar bagi umat ini di mana Allah telah
menyempurnakan agama mereka, sehingga  mereka pun tidak lagi membutuhkan agama lain
selain agama ini, juga tidak membutuhkan nabi lain selain nabi mereka
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu, Allah menjadikan Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai penutup para nabi, dan mengutusnya
kepada kalangan jin dan manusia. Maka perkara yang halal adalah yang beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam halalkan dan perkara yang haram adalah yang beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam haramkan.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, pada tafsir surat Al Ma’idah ayat 3)

Muhammadiyah adalah pelopor gerakan tajdid (pembaharu) yang tidak menghendaki adanya
Tahayul, Bid’ah, Khurofat, Syirik dan Taqlid buta dalam aqidah dan ibadah umat Islam.
Pembaharuan yang dilakukan Muhammadiyah adalah menyatukan ajaran “Ar ruju’ ila al
Qur’an wa Al Sunnah” (kembali kepada Qur’an dan Sunah) dengan semangat “Ijtihad dan
Tajdid”.
Dua syarat diterimanya ibadah: niat karna allah dan itiba’ rasul

Pengertian Tahayyul, Bid’ah, Dan Churafat


Tahayul adalah kepercayaan terhadap perkara ghaib, yang kepercayaan itu hanya didasarkan
pada kecerdikan akal, bukan didasarkan pada sumber Islam, baik al-Qur’an maupun al-hadis.
َ ‫س ْالب ُّر بَأ ْن َتْأ ُتوا ْال ُب ُي‬
‫وت ِم ْن‬ َ ‫يت ِل َّلناس َو ْال َح ّج ۗ َو َل ْي‬ ُ ‫ون َك َعن اَأْل ه َّلة ۖ ُق ْل ه َي َم َواق‬ َ ُ ‫َ ْ َأ‬
‫يس ل‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ‫الل َه َل َع َّل ُك ْم ُت ْفل ُح‬
َّ ‫َأ‬ ٰ
َ ‫ُظ ُهور َها َو َلك َّن ْالب َّر َمن َّات َق ٰى ۗ َوْأ ُتوا ْال ُب ُي‬
‫ون‬ ِ ‫وت ِم ْن ْب َو ِاب َها ۚ َو َّات ُقوا‬ ِ ِ ِ ِ
Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu adalah tanda-
tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji; Dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-
rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwam.
Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar
kau beruntung. (Al-Baqarah: 189)
َّ َ َ َ ‫اَّل‬ َ َ َ ْ ‫ْ ُ َأ‬ ُ َ َّ َ َّ َ ُ َ ْ ُ ّ َّ ‫َأ اَل‬
‫_اء َ_ _م ا ن ْع ُب_ ُ_د ُه ْم ِإ ِل ُيق ّ ِر ُبون__ا ِإ لى الل ِه‬_‫خ ذوا ِمن دو ِن_ ِ_ه و ِلي‬
_ _ ‫ِلل ِه ال _ ِ_دين ال _ _خ ِالص ۚ وال ِذين ات‬
ْ
‫ُزل َف ٰى‬
Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang
yang mengambil pelindung selain Allah...”.(Az-Zumar: 3)

Bid’ah adalah mengada-adakan sesuatu dalam agama Islam yang tidak dijumpai
keteranganya dalam al-Qur’an dan al-Sunnah.
ٌّ‫س َع َل ْيه َأ ْم ُر َنا َف ُه َو َرد‬
َ ْ‫ َم ْن َعم َل َع َماًل َلي‬:‫ال‬
َ َ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َّ َ َّ َ ُ َ َّ ‫َأ‬
‫ن رسول الل ِه صلى الله علي ِه وسلم ق‬
ِ ِ
“Barangsiapa yang mengada-adakan hal baru dalam urusan kami ini (agama) padahal
bukan dari bagiannya maka ia tertolak.” (HR. Bukhari dan Muslim)
ُ َ
‫ور ُم ْح َدث ُات َها َوك ُّل‬ ُ ‫الله َو َخ ْي ُ_ر ْال ُه َدى ُه َدى ُم َح َّم ٍد َو َش ُّر اُأل‬
‫م‬
َّ ُ َ
‫اب‬ ‫ت‬ ‫ك‬ ‫يث‬ ‫د‬ َ ‫َأ َّما َب ْع ُد َف َّن َخ ْي َر ْال‬
‫ح‬
ِ ِ ِ ِ ِ ‫ِإ‬
ٌ ََ َ َ ْ
‫ِبدع ٍة ضالل _ة‬
“Kemudian daripada itu, sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Al-Qur’an dan
sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad, dan seburuk-buruk perkara adalah
perkara-perkara yang baru dan semua bid’ah adalah kesesatan”. (HR Muslim no 2042)

Khurafat adalah suatu kepercayaan, keyakinan, pandangan kepada sesuatu perkara yang
menyalahi ajaran Islam. Misalnya, meyakini kuburan orang saleh dapat memberikan berkah
(tabarruk), memuja atau memohon kepada makhluk halus (jin), meyakini sebuah benda
tongkat, keris, batu, dll.
‫َ َ َ َ ُ ُ َّ ُ َ َأ ْ َ َ َّ ُ َ ُ َ ْ َ َّ ُ َ َأ ْ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َ َأ َ َ ْ َ َ َ ُؤ ُ ْ اَل‬
‫وِإ ذا ِقيل لهم ات ِبعوا ما نزل الله قالوا بل نت ِبع ما لفينا علي ِه آباءنا ۗ ولو كان آبا هم‬
‫ون‬َ ‫ون َش ْيًئ ا َواَل َي ْه َت ُد‬
َ ‫َي ْعق ُل‬
ِ
Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka
menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari
(perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek
moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?". (Al-
Baqarah: 170)

Perbuatan Tahayul dan Khurafat akan membawa manusia pada kesyirikan, hal ini sesuai
dengan firma Allah:
َ ‫لظا ِ َين م ْن َأ ْن‬
‫ص ٍار‬
َّ َ َ ُ َّ ُ َ ‫َّ ُ َ ْ ُ ْ ْ َّ َ َ ْ َ َّ َ َّ ُ َ َ ْ ْ َ َّ َ َ َ ْأ‬
ِ ‫ِإ نه من يش ِرك ِبالل ِه فقد حرم الله علي ِه الجنة وم واه النار ۖ وما ِل مِل‬
“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah
mengharamkan Surga kepadanya, dan tempatnya adalah Neraka, tidaklah ada bagi orang-
orang zha-lim itu seorang penolong pun.” (Al-Maa-idah: 72)
َ ْ َ َ َّ ْ َ َ َٰ َ ُ َ ُ ْ َ َ َ َ ْ ُ ْ ‫َّ َّ َ اَل َ ْ ُ َأ‬
‫ون ذ ِل َك مِل ْن َيش ُاء ۚ َو َم ْن ُيش ِر ْك ِبالل ِه فق ِد افت َر ٰى‬ ‫ِإ ن الله يغ ِفر ن يشرك ِب ِه ويغ ِفر ما د‬
ْ
‫ِإ ث ًما َع ِظ ًيما‬
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa
yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang
mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (QS. An-Nisa: 48)

Materi 39
Sihir Dan Perdukunan

Sihir adalah suatu perbuatan yang dapat mendekatkan diri kepada syaitan yang khusus
berkenaan dengan segala sesuatu yang sebabnya tidak terlihat dan digambarkan tidak seperti
hakikat yang sebenarnya, serta berlangsung melalui tipu daya.
Dukun adalah mengaku mengetahui perkara ghaib (sesuatu yang belum diketahui) yang akan
datang, baik itu terkait dengan nasib seseorang, suatu peristiwa, mujur dan celaka, atau
sejenisnya.
Budaya mendatangi dukun dan tukang ramal serta berkonsultasi dengan mereka, dari sisi
aqidah akan mendatangkan sedikitnya dua bencana.
1. Mendatangi dan bertanya kepada mereka tentang sesuatu, tanpa membenarkannya
(hanya sekedar bertanya), maka ini hukumnya dosa yang sangat besar dan tidak diterima
shalatnya selama empat puluh hari.
ًَ َ ‫َ ْ َأ َ َ َّ ً َ َ َأ َ ُ َ ْ َ ْ َ ْ ُ ْ َ ْ َ ُ َ َ ٌ َأ‬
‫صالة ْر َب ِع َين ل ْيلة‬ ‫من تى عرافا فس له عن شى ٍء لم تقبل له‬
“Barangsiapa mendatangi peramal lalu menanyakan kepadanya tentang sesuatu, maka
tidak diterima shalatnya selama 40 hari.” (HR. Muslim no. 2186, kitab as-Salam)

2. Mendatangi dan bertanya kepada mereka tentang sesuatu, kemudian membenarkan


ucapan/berita yang mereka sampaikan, maka ini adalah kufur/kafir terhadap
Allah Ta’ala
َ ْ ‫ُأ‬ َ َ َ ُ ُ َ َ ُ َ َّ َ َ ً َّ َ ْ ‫َ ْ َأ َ َ ً َأ‬
‫ول فق ْد ك َف َر ِب َما ن ِز َل َعلى ُم َح َّم ٍد‬‫من تى ك ِاهنا و عرافا فصدقه ِبما يق‬
“Barangsiapa mendatangi dukun lalu mempercayai apa yang dikatakannya, maka ia telah
kafir kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad.” (HR. Abu Daud, Ahmad, dan at-
Tirmidzi)
َّ ُ ّ َ َ َّ ُ َ َ َّ َ ُ َ َ ُ َ َ ُ ‫َّ ْ َ مْل‬ ُ ‫…اج َتن‬
‫الس ْح ُر‬
ّ ‫الله َو‬
ِ ِ ‫الش ْرك ِب‬
ِ ‫ات قالوا يا رسول الل ِه وما هن قال‬
ِ ‫وبق‬
ِ ‫ا‬ ‫ع‬ ‫ب‬‫الس‬ ‫وا‬ ‫ب‬ ِ
ْ
“Jauhilah tujuh perkara yang membinasakan,(Para shahabat) berkata: “Apakah itu
wahai Rasulullah?” Rasulullah, bersabda: “Syirik kepada Allah dan sihir……….” (HR.
Al-Bukhari, 5/294, Muslim no. 89 dari shahabat Abu Hurairah)

Materi 40
Thiyarah Dan Tathayyur

Tathayyur adalah berburuk sangka kepada Allah dan menganggap ada bahaya yang
turun
Thiyarah atau Tathayyur adalah merasa bernasib sial disebabkan karena sesuatu yang dilihat
atau didengar, seperti yang dilihat, yaitu melihat sesuatu yang menakutkan. Yang didengar,
seperti mendengar burung gagak, dan yang diketahui, seperti mengetahui tanggal, angka atau
bilangan.
Dalam beberapa ayat Alquran, Allah menyebutkan perilaku ini pada sebagian orang-orang
kafir dahulu.
َ ‫الله ۖ َب ْل َأ ْن ُت ْم َق ْو ٌم ُت ْف َت ُن‬
‫ون‬
َّ َ ْ ْ ُ ُ َ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َّ َّ
‫د‬ ‫ن‬‫ع‬ ‫م‬ ‫ك‬ ‫ر‬ ‫ا‬‫ط‬ ‫ال‬ ‫ق‬ ۚ ‫ك‬ ‫ع‬‫م‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫ب‬‫و‬ ‫ك‬ ‫ب‬ ‫ا‬ ‫ن‬‫ر‬‫ي‬‫اط‬ ‫وا‬
ُ َ
‫ال‬ ‫ق‬
ِ ِ ‫ِئ‬ ِ ِ
“Mereka (kaum Tsamud-pen) berkata: “Kami menganggap sial terhadap keberadaanmu
dan orang-orang yang mengikutimu. Maka Nabi Shalih mengatakan: “Kesialan yang
menimpa kalian sesungguhnya telah ditetapkan Allah. Bahkan kalian adalah kaum yang
sedang mendapatkan ujian” (an-Naml: 47)

Tathayyur menafikan (meniadakan) tauhid dari dua segi:


1. Orang yang bertathayyur tidak memiliki rasa tawakkal kepada Allah Azza wa Jalla dan
senantiasa bergantung kepada selain Allah.
2. Ia bergantung kepada sesuatu yang tidak ada hakekatnya dan merupakan sesuatu yang
termasuk takhayyul dan keragu-raguan.

Ibnul Qayyim rahimahullah kembali menuturkan: “Orang yang bertathayyur itu tersiksa
jiwanya, sempit dadanya, tidak pernah tenang, buruk akhlaknya, dan mudah terpengaruh oleh
apa yang dilihat dan didengarnya. Mereka menjadi orang yang paling penakut, paling sempit
hidupnya dan paling gelisah jiwanya. Banyak memelihara dan menjaga hal-hal yang tidak
memberi manfaat dan mudharat kepadanya, tidak sedikit dari mereka yang kehilangan
peluang dan kesempatan (untuk berbuat kebajikan).
َّ ٌ ‫َئ‬ ُ ٰ َ ُ َ ُ ْ َ َ
_‫_ف_ ِإ _ذ_ ا_ َ_ج_ ا_ َ_ء_ ْ_ت_ ُ_ه_ ُ_م_ ا_ _ل_ َ_ح_ َ_س_ َ_ن_ _ة_ _ق_ ا_ _ل_ و_ا_ _ل_ َ_ن_ ا_ َ_ه_ ِ_ذ_ ِ_ه_ ۖ_ َ_و_ ِإ ْ_ن_ ت_ ِ_ص_ ْب_ ُ_ه_ ْ_م_ َ_س_ ِّ_ي_ _ة_ َ_ي_ ط_ َّي_ ُ_ر_ و_ا_ ِب_ ُ_م_ و_ َ__س ٰى‬
َ_‫َ_و_ َ_م_ ْ_ن_ َ_م_ َ_ع_ ُ_ه_ ۗ_ َأ اَل َّ_ن_ َ_م_ ا_ َط_ ا_ ُ_ر_ ُ_ه_ ْ_م_ _ع_ ْن_ َ_د_ ا_ل_ َّ_ل_ _ه_ َ_و_ َٰ_ل_ _ك_ َّ _ن_ َأ ْ_ك_ َث_ َ_ر_ ُ_ه_ ْ_م_ اَل َ_ي_ ْ_ع_ َ_ل_ ُ_م_ و_ _ن‬
ِ ِ ِ ‫ِئ‬ ‫ِإ‬
Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata: "Itu adalah karena
(usaha) kami". Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu
kepada Musa dan orang-orang yang besertanya. Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka
itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui”. (al-
A’raaf: 131)

Ibnu Jarir ath-Thabari (wafat th. 310 H) rahimahullah dalam Tafsiirnya mengatakan: “Allah
Subhanahu wa Ta’ala telah menceritakan bahwa apabila pengikut Fir’aun mendapat
keselamatan, kesuburan, keuntungan, kemakmuran dan banyak rizqi, serta menemukan
kesenangan duniawi, mereka mengatakan: ‘Kami memang lebih pantas mendapatkan semua
ini.’ Sebaliknya, manakala tertimpa kejelekan berupa kekeringan, bencana dan musibah,
mereka bertathayyur kepada Musa Alaihissallam dan orang-orang yang besertanya, yakni
melemparkan penyebabnya kepada Musa dan orang-orangnya. Mereka mengatakan: “Sejak
kedatangan Musa, kita kehilangan kemakmuran, kesuburan dan tertimpa krisis”.

Ibnu Jarir ath-Thabari rahimahullah berkata: “Allah Azza wa Jalla menyebutkan bahwa
keberuntungan, kemakmuran, dan keburukan serta bencana kaum Fir’aun dan yang lainnya
tidak lain adalah ketetapan yang baik dan yang buruk semuanya dari Allah, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui sehingga mereka menuduh Musa Alaihissallam dan pengikutnya
sebagai penyebabnya.”
Thiyarah termasuk syirik yang menafikan kesempurnaan tauhid, karena ia berasal dari apa
yang disampaikan syaithan berupa godaan dan bisikannya.

Larangan Melakukan Tathayyur


1. Tathayyur termasuk kesyirikan
ُّ َّ ُ ُ ْ ُ َ َّ َّ َ َ َّ َّ َ َ ً َ َ ٌ ْ ُ َ َ ّ ٌ ْ ُ َ َ ّ
« ‫الت َوك ِل‬ ‫ ثالثا « وما ِمنا ِإ ال ول ِكن الله يذ ِهبه ِب‬.» ‫الطيرة ِشرك‬
ِ ‫الطيرة ِشرك‬
ِ
“Beranggapan sial adalah kesyirikan, beranggapan sial adalah kesyirikan”. Beliau
menyebutnya sampai tiga kali. Kemudian Ibnu Mas’ud berkata, “Tidak ada yang bisa
menghilangkan sangkaan jelek dalam hatinya. Namun Allah-lah yang menghilangkan
anggapan sial tersebut dengan tawakkal.” (HR. Abu Daud no. 3910 dan Ibnu Majah no.
3538. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Jika muncul rasa was-was dalam hati seseorang karena mendengar atau melihat sesuatu yang
itu merupakan tathoyyur, maka hendaklah ia mengucapkan:
َّ َ َّ ُ َ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َّ
َ ‫إال‬ ّ َّ ُ َ ْ َ َ َ َ ْ ‫َّ َأ‬ َ ‫الل ُه َّم َال َيْأ تي ب ْاا َح َس‬
ّ
‫بشك‬ ‫آت إال أنت وال حول و ال قوة‬ ‫ي‬
ِ ِ ‫الس‬ ‫ع‬ ‫ف‬ ‫د‬ ‫ي‬ ‫ال‬ ‫و‬ ‫ت‬ ‫ن‬ ‫إال‬ ‫ات‬
ِ ‫ن‬ ِ ِ
Ya Allah, tidak ada yang mendatangkan kebaikan kecuali Engkau, dan tidak ada yang
menolak keburukan ekcuali Engkau, dan tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan
pertolongan Engkau.” (HR. Abu Daud dengan sanad shahih)
Jika seseorang telah melakukan Tathayyur, maka hendaknya membaca doa:
َ َ َ َ َّ َ َ َ َّ َ َ َّ
‫ َوال ِإ ل َه غ ْي ُر َك‬،‫ َوال خ ْي َر ِإ ال خ ْي ُر َك‬،‫الل ُه َّم ال ط ْي َر ِإ ال ط ْي ُر َك‬
Ya Allah, tidak ada kebaikan kecuali kebaikan yang telah Engkau tetapkan. Tidak ada
kesialan kecuali kesialan yang telah Engkau tetapkan pula. Dan tidak ada Sesembahan yang
berhak disembah dengan benar, kecuali Engkau” [Diriwayatkan oleh Ahmad (2/220), Ibnus-
Sunniy (no. 287), Ibnu Wahb dalam Jaami’-nya (no. 656, 657, 659, 660); dari Ibnu ‘Amr.
Dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahiihah (no. 1065).]

MATERI 41
RIYA’ DAN IKHLAS

Allah akan senantiasa menolong kaum muslimin karena keikhlasan sebagian orang dari umat
ini. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫ْ اَل‬ ‫َّ َ َ ْ ُ ُ َّ ُ َ ُأْل َّ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ اَل‬
‫ص ِت ِه ْ_م َوِإ خ ِص ِه ْم‬ ‫ِإ نما ينصر الله ه ِذ ِه ا مة ِبض ِع ِيفها ِبدعو ِت ِهم و‬
“Allah akan menolong umat ini karena sebab orang miskin, karena do’a orang miskin
tersebut, karena shalat mereka dan karena keikhlasan mereka dalam beramal.” (HR. An-
Nasa’i)

Ikhlas adalah salah satu syarat diterimanya suatu amalan, di samping amalan tersebut harus
sesuai tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tanpa ikhlas, amalan jadi sia-sia belaka.
Ibnul Qayyim dalam Al Fawa-id memberikan nasehat yang sangat indah tentang ikhlas,
“Amalan yang dilakukan tanpa disertai ikhlas dan tanpa mengikuti tuntunan Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bagaikan seorang musafir yang membawa bekal berisi pasir.
Bekal tersebut hanya memberatkan, namun tidak membawa manfaat apa-apa.”

Perintah untuk Ikhlas


Setiap amalan sangat tergantung pada niat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
َ َ َ ْ ّ ُ َ َّ َ َّ ّ ُ َ ْ ‫َّ َ َأل‬
‫ وِإ نما ِلك ِل ام ِرٍئ ما نوى‬،‫ات‬
ِ ‫الني‬ ِ ‫إنما ا عمال ِب‬
“Sesungguhnya amal itu tergantung dari niatnya. Dan setiap orang akan memperoleh apa
yang dia niatkan.” (H.R. Bukhari)

Dan niat itu sangat tergantung dengan keikhlasan pada Allah. Hal ini berdasarkan firman
Allah Ta’ala,
َ َ َ َّ
‫الزكاة َوذ ِل َك‬
ُ َ َّ
‫الصالة َو ُيْؤ توا‬ َ ‫الل َه ُم ْخلص َين َل ُه الد‬
‫ين ُح َن َف َاء َو ُي ِق ُيموا‬
َّ
‫وا‬‫د‬ُ ‫َو َما ُأ م ُروا ال ل َي ْع ُب‬
ِّ ِ ِ ِ ‫ِ ِإ‬
َْ ُ
‫ين الق ِّي َم ِة‬‫ِد‬
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka
mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS.
Al Bayyinah: 5)

Allah pun mengetahui segala sesuatu yang ada dalam isi hati hamba. Allah Ta’ala berfirman,
َّ َ ُ ُ ْ ُ ْ ‫ُ ُ ُ ْ َأ‬ َ ‫ُق ْل ْن ُت ْخ ُفوا‬
‫وه َي ْعل ْم ُه الل ُه‬ ‫وركم و تبد‬
ِ ‫د‬ ‫ص‬ ‫ي‬‫ف‬ِ ‫ا‬‫م‬ ‫ِإ‬
“Katakanlah: “Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu
melahirkannya, pasti Allah mengetahui”.” (QS. Ali Imran: 29)

Dalam ayat lainnya, Allah memperingatkan dari bahaya riya’ –yang merupakan lawan dari
ikhlas- dalam firman-Nya,
ُ َ َ ْ ْ ‫َ َأ‬
‫لِئ ْن ش َرك َت ل َي ْح َبط َّن َع َمل َك‬
“Jika kamu mempersekutukan (Rabbmu), niscaya akan hapuslah amalmu.” (QS. Az Zumar:
65)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َ ْ ‫ً َأ‬ ّ ُّ ‫الل ُه َت َب َار َك َو َت َع َالى َأ َنا َأ ْغ َنى‬
َ ‫الش َر َكاء‬ َّ َ َ
‫الش ْر ِك َم ْن َع ِم َل َع َمال ش َر َك ِف ِيه َم ِعى غ ْي ِرى‬ ‫ن‬ ‫ع‬
ِ ِ ِ ‫قال‬
َ ْ َ
‫ت َرك ُت ُه َو ِش ْرك ُه‬
“Allah Tabaroka wa Ta’ala berfirman: Aku sama sekali tidak butuh pada sekutu dalam
perbuatan syirik. Barangsiapa yang menyekutukan-Ku dengan selain-Ku, maka Aku akan
meninggalkannya (maksudnya: tidak menerima amalannya, pen) dan perbuatan syiriknya.”
(H.R. Muslim)

An Nawawi mengatakan, “Amalan seseorang yang berbuat riya’ (tidak ikhlas), itu adalah
amalan batil yang tidak berpahala apa-apa, bahkan ia akan mendapatkan dosa.” (Syarh
Muslim, An Nawawi)

Dalam hadits lainnya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


ْ ُّ َ ً َ َ َ ‫الل ِه َع َّز َو َج َّل َال َي َت َع َّل ُم ُه َّال ِل ُيص‬
َّ ُ ْ َ َ ْ َّ َ
‫الدن َيا‬ ‫يب ِب ِه عرضا ِمن‬ ِ ‫ِإ‬ ‫َم ْن ت َعل َم ِعل ًما ِم َّما ُي ْب َتغى ِب ِه وجه‬
ْ ْ َ َ
‫ل ْم َي ِج ْد َع ْرف ال َج َّن ِة َي ْو َم ال ِق َي َام ِة‬
“Barangsiapa yang menutut  ilmu yang sebenarnya harus ditujukan hanya untuk mengharap
wajah Allah, namun ia mempelajarinya hanya untuk mendapatkan materi duniawi, maka ia
tidak akan pernah mencium bau surga pada hari kiamat nanti.” (H.R Abu Dawud)

Dzun Nuun menyebutkan tiga tanda ikhlas:


1. Tetap merasa sama antara pujian dan celaan orang lain.
2. Melupakan amalan kebajikan yang dulu pernah diperbuat.
3. Mengharap balasan dari amalan di akhirat (dan bukan di dunia).
Materi 42
Al-Kabair (Dosa-Dosa Besar)

Sebagai muslim yang baik tentu kita mengetahui dosa dan sangat menghindari hal yang satu
ini, dari dosa kecil hingga besar. Dosa besar juga di sebut dalam Bahasa Arab dengan Al-
Kabair dan banyak yang kita tidak sadari sedang kita lakukan. Allah berfirman :
ُ َ َ ُ َ ْ َ َ ُ َ َ َ َ َ ْ ْ ُ ‫ُ ْ َ َّ َ ُأ‬ ُ َ َّ ُ َ
‫ون خ ِب ُ_ير‬ ٍ ‫َي ْرف ِع هللا ال ِذين َء َامنوا ِمنكم وال ِذين وتوا ال ِعلم درج‬
‫ات وهللا ِبما تعمل‬
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (Q.s. al-Mujadalah : 11)

Bahkan Allah memberikan derajat tersendiri bagi mereka yang menuntut ilmu dan belajar,
tidak hanya ilmu dunia, tetapi juga ilmu akhirat sebagai bekal kita di hari kemudian. Tentu,
belajar mengenai Dosa besar ini adalah keharusan untuk kita, agar kita terhindar dari panas
neraka karena hal yang tidak kita sadari.
1. Buruk Sangka Terhadap Allah
Mengapa dosa yang paling besar di sisi Allah adalah “Buruk sangka kepada-Nya”? Allah
mengancam orang-orang yang berburuk sangka kepada-Nya dengan ancaman yang tidak
diberikan kepada kaum lain seperti Firman-Nya :
‫ب هَّللا ُ َعلَ ْي ِه ْم َولَ َعنَهُ ْم‬ ِ ‫ت الظَّانِّينَ بِاهَّلل ِ ظَ َّن السَّوْ ِء َعلَ ْي ِه ْم دَاِئ َرةُ السَّوْ ِء َوغ‬
َ ‫َض‬ ِ ‫ت َو ْال ُم ْش ِر ِكينَ َو ْال ُم ْش ِر َكا‬ِ ‫ب ْال ُمنَافِقِينَ َو ْال ُمنَافِقَا‬
َ ‫َويُ َع ِّذ‬
‫صيرًا‬ ِ ‫ت َم‬ ْ ‫َوَأ َع َّد لَهُ ْم َجهَنَّ َم َو َسا َء‬
“Dan supaya Dia mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-
orang musyrik laki-laki dan perempuan yang mereka itu berprasangka buruk terhadap
Allah. Mereka akan mendapat giliran (kebinasaan) yang amat buruk dan Allah memurkai
dan mengutuk mereka serta menyediakan bagi mereka neraka Jahannam. Dan (neraka
Jahannam) itulah sejahat-jahat tempat kembali.” (QS Al-Fath : 6)

Allah juga berfirman tentang orang yang mengingkari satu sifat di antara sifat-sifat-Nya :
ْ ‫َو َذل ُك ْم َظ ُّن ُك ُم َّالذي َظ َن ْن ُت ْم ب َرب ُك ْم َأ ْر َد ُاك ْم َفَأ‬
َ ‫ص َب ْح ُت ْم م َن ْال َخاسر‬
‫ين‬ ِ ِ ِ ِّ ِ ِ ِ
“Dan itulah dugaanmu yang telah kamu sangkakan terhadap Tuhanmu, (dugaan itu) telah
membinasakan kamu, sehingga jadilah kamu termasuk orang yang rugi” (Al-
Fushshilat :23)

Seharusnya kalian percaya tentang-Nya dengan kepercayaan yang semestinya, bahwa


Dialah yang Maha Mengetahui segala sesuatu; Mahakaya yang tidak membutuhkan
apapun  dari dunia ini dan yang Maha adil terhadap seluruh makhluknya. Sudah
sepatutnya kita berbaik sangka terhadap Allah yang Maha baik, yang semua ketentuan-
Nya pasti yang terbaik.

2. Syirik dan Kesombongan


Menginga syitikmerupakan sebab utama dalam menafikan perkara yang karenanya Allah
menciptakan para Makhluk dan mengadakan perintah, maka Syitik tersebut adalah dosa
yang paling besar di sisi Allah.
Begitu pula dengan kesombongan, yang berakibat sama seperti di atas. Sebab, Allah
menciptakan makhluk dan menurunkan kitab hanyalah agar ketaatan ditunjukan kepada-
Nya semata, sementara syirik dan kesombongan menafikan hal tersebut
َ َ َ َ ُ َ ُ ْ َ َ َ َ ْ ُ ْ ‫َّ َّ َ اَل َ ْ ُ َأ‬
‫ون ذ ِل َك مِل ْن َيش ُاء‬‫ِإ ن الله يغ ِفر ن يشرك ِب ِه ويغ ِفر ما د‬
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala
dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS. An Nisa’: 48).

3. Zina Termasuk Kerusakan


Kerusakan zina amat besar, seperti merusak hukum  alam dalam menjaga keturunan dan
kehormatan, serta menyebabkan timbulnya permusuhan dan kebencian di anatara manusia.
Allah menyebutkan zina bersama pembunuhan di dalam Kitab-Nya, begitu pula Rasul-
Nya dalam sunnahnya, Allah berfirman :
َّ َ َّ َ َّ َ ْ َّ َ ُ ُ ْ َ ‫َ َّ َ اَل َ ْ ُ َ َ َ َّ َٰ ً َ َ َ اَل‬
َ ‫الل ُه اَّل ب ْال َح ِّق َواَل َي ْز ُن‬
‫ون‬ ِ ‫وال ِذين ي ٰدعون مع الل ِه ِإ لها آخر و يقتلون النفس ال ِتي حرم ِإ‬
َ
‫َۚو َم ْن َي ْف َع ْل ذ ِل َك‬
“Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak
membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang
benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia
mendapat (pembalasan) dosa (nya),” (QS Al-Furqan : 68)

Sebagai manusia biasa tentu kita pernah melakukan dosa, bahkan satu dari beberapa dosa
besar ini. Tetapi Allah adalah sang Maha pengampun bagi hamba-hambanya yang
bertaubat dan tidak melakukan lagi kesalahnya di kemudian hari, Allah berfirman
ُّ ُ ْ َ َ َّ َّ َّ َ ْ َ ْ
َ ‫الذ ُن‬ ُ َ ْ ‫َ َأ‬ ُ ‫ُ ْ َ َ َ َّ َ َأ‬
‫وب‬ ‫ين ْس َرفوا َعلى ن ُف ِس ِه ْم ال ت ْق َنطوا ِمن رحم ِة الل ِه ِإ ن الله يغ ِفر‬ ‫قل يا ِعب ِادي ال ِذ‬
ُ ‫الر ِح‬
‫يم‬ ُ ‫يعا َّن ُه ُه َو ْال َغ ُف‬
َّ ‫ور‬ ً َ
‫ج ِم ِإ‬
“Katakanlah, "Wahai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka
sendiri Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah
mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (Az-Zumar : 53)
Materi 44
Taubat dan Nadam

Manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Karena suatu kesalahan, ia bisa jatuh dalam
perbuatan dosa. Karena adanya lupa, ia bisa jatuh dalam kesalahan. Lupa, salah, dan dosa,
adalah tiga rangkaian yang saling mengisi. Karena sudah menjadi fitrah, bahwa manusia
dikarunia sifat lupa dan bisa tercebur dalam kesalahan, maka berlaku yang namanya taubat.
Allah SWT mensyariatkan taubat bahkan memerintahkannya. Allah SWT sendiri juga yang
menjamin diterimanya taubat, selagi taubat itu benar-benar tulus dilakukannya.

Pengertian Taubat dan Nadam


Secara bahasa “taubat” berarti kembali kepada kebenaran. Adapun secara istilah Taubat
berarti meninggalkan sifat keburukan, salah atau dosa dengan penuh penyesalan.

Nadam adalah penyesalan, dan menyesali kesalahan merupakan suatu taubat, begitulah Sabda
baginda Rasulullah,saw. Tidak semua manusia lantas menyesal setelah ia melakukan
tindakan tercela (dosa), bahkan ada yang merasa senang dan ingin mengulanginya lagi, yang
demikian karena Allah SWT telah mengunci mati hati orang itu.

Di dalam al-Qur’an Surat al-Nur ayat 31, Allah SWT berfirman:


‫ون‬ َ ‫يعا َأ ُّي َها امْل ُْؤ م ُن‬
َ ‫ون َل َع َّل ُك ْم ُت ْفل ُح‬ َّ َ ُ ُ َ
ً ‫الله َجم‬ ‫وتوبوا ِإ لى‬
ِ ِ ِ ِ
Artinya, “Bertaubatlah kalian semua kepada Allah Wahai orang-orang yang beriman,
supaya kalian termasuk orang yang beruntung.” (Q.S. al-Nur : 31)

Di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dengan sanad sahabat Anas ibn Malik radhiyallahu
‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
‫ ثم تال {إن هللا يحب‬،‫التائب من الذنب كمن ال ذنب له وإذا أحب هللا عبدا لم يضره ذنب‬
:‫ وما عالمة التوبة؟ قال‬،‫ يا رسول هللا‬:‫ قيل‬، ]٢٢٢ :‫التوابين ويحب املتطهرين} [البقرة‬
‫الندامة‬
Artinya:“Orang yang bertaubat dari suatu dosa seperti orang yang tidak memiliki dosa. Jika
Allah mencintai seorang hamba, maka niscaya tiada membahayakan baginya suatu dosa.
Lalu beliau membaca ayat: “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat
lagi menyucikan diri.” (Q.S. Al-Baqarah [2] : 222). Lalu beliau ditanya: “Wahai Rasulallah,
apa tanda-tanda taubat itu?” Beliau menjawab: “Menyesal”. (Risalatu al-Qusyairiyah, Juz
I, halaman 207).
Syarat dan Rukun Taubat
Para ulama besar dari kalangan ahlussunnah, menetapkan ada tiga syarat bagi pelaku yang
bertaubat. Syeikh Abdul Karim al-Qusyairi merangkumnya sebagai berikut:
‫ وترك الزلة في‬،‫ الندم على ما عمل من املخالفات‬:‫شرط التوبة حتى تصح ثالثة أشياء‬
‫ والعزم على أن ال يعود إلى مثل ما عمل من املعاصي‬،‫الحال‬
Artinya:“Syarat taubat sehingga diterima sah itu ada tiga perkara, yaitu: menyesali
perbuatan yang terlanjur keliru dilakukan, meninggalkan perbuatan dosa seketika, dan
menyengaja untuk tidak mengulanginya kembali perbuatan yang sama dari kemaksiatan.”
(Risalatu al-Qusyairiyah, Juz I, halaman 208).

Rukun Utama Taubat


Dari ketiga rukun di atas, rukun yang paling utama dari taubat adalah penyesalan (nadam).
Penyesalan itu lahir sebagai buah dari kesadaran akan kesalahan.
Materi 45
Tawadhu dan Wara’

Wara’ mengandung pengertian menjaga diri atau sikap hati-hati dari hal yang syubhat &
meninggalkan yang haram. Lawan dari wara' adalah syubhat yang berarti tidak jelas apakah
hal tersebut halal atau haram.
َّ َ َ ُ َ ُ ْ َ َ َ َ ُ ْ َ ُ َّ َ َ َ َ
‫ول الل ِه – ص__لى هللا علي__ه وس__لم‬ _‫ س_ ِمعت رس‬:‫ _ق ال‬-‫ر ِض ي الله عنه _م ا‬- ‫َع ْن ا ُّلن ْع َ_م ِان ْب ِن َب ِش_ ٍير‬
َْ ‫َ ْ اَل‬ َ ُ ‫َ ُأ‬
‫ َو َب ْي َن ُه َ _م ا‬,‫ َوِإ َّن ال َ _ح َر َام َب ِّي ٌن‬,‫ – ِإ َّن ال َح َل َب ِّي ٌن‬:‫ص _ َب َع ْي ِه ِإ لى ذن ْ _ي ِ_ه‬ْ ‫ان ب‬ ُ ‫ َوَأ ْ _ه َوى َا ُّلن ْع َ _م‬-‫ول‬ُ ‫– َي ُ _ق‬
‫َأ‬ ‫ِِإ‬
ََ ُّ ‫ َف َمن َّات َقى َال‬,‫_ير م ْن َا َّلناس‬ َ َّ ُ ُ َ ْ َ ‫ُ ْ َ َ ٌ اَل‬
‫ َو َم ْن‬,‫ ف _ق ِد ِا ْس_ َت ْب َر ِل ِدي ِن ِ_ه َو ِع ْر ِض_ ِه‬,‫ات‬ ِ ‫ه‬َ ُ
‫ب‬ _ ‫ش‬ ِ ِ
ٌ
ِ ِ ‫ يعلمهن‬,‫مشت ِبهات‬
_ ‫ث‬ ‫ك‬
َْ َ ُّ َ َ َ َ
‫ات َوق َع ِفي ال َح َر ِام‬ ِ ‫وقع ِفي الش ُب َه‬
Dari An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dan Nu’man memasukkan jarinya ke dalam dua
telinganya, ‘Sesungguhnya yang halal itu jelas, sebagaimana yang haram pun jelas. Di
antara keduanya terdapat perkara syubhat–yang masih samar–yang tidak diketahui oleh
kebanyakan orang. Barangsiapa yang menghindarkan diri dari perkara syubhat, maka ia
telah menyelamatkan agama dan kehormatannya. Barangsiapa yang terjerumus ke dalam
perkara syubhat, maka ia bisa terjatuh pada perkara haram.” [HR. Bukhari no. 2051 dan
Muslim no. 1599]

Tawadhu’
Tawadhu’ adalah lawan kata dari takabbur (sombong). Ia berasal dari lafadz Adl-Dla’ah yang
berarti kerelaan manusia terhadap kedudukan yang lebih rendah, atau rendah hati terhadap
sesama/orang yang beriman, atau mau menerima kebenaran apapun bentuknya dan dari siapa
pun asalnya.
Seseorang belum dikatakan tawadhu’ kecuali jika telah melenyapkan kesombongan yang ada
dalam dirinya. Semakin kecil sifat kesombongan dalam diri seseorang, semakin sempurnalah
ketawadhu’annya dan begitu juga sebaliknya.
َ َّ َّ ‫َ َ َ َ ْ َ َ َ ٌ ْ َ َ َ َ َ َّ ُ َ ْ ً َ ْ َّ ًّ َ َ َ َ َ َأ‬
‫اض َع َح ٌد ِلل ِه ِإ ال َرف َع ُه‬ ‫ما نقصت صدقة ِمن م ٍال وما زاد الله عبدا ِبعف ٍو ِإ ال ِعزا وما تو‬
َّ
‫الل ُه‬
“Sedekah tidak akan mengurangi harta. Tidaklah seseorang memberikan maaf melainkan
Allah akan tambahkan kemuliaan. Dan juga tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhu’
(rendah diri) karena Allah melainkan Allah akan angkat derajatnya.” (HR. Muslim)

Anda mungkin juga menyukai