Wasail (alat) thaharah: air, debu, dhabigh, penyamak kulit, batu istinja’
Maqashid thaharah: wudhu, mandi, tayamum, izalatun najasah (menghilangkan najis)
Macam-macam air
Kita lihat macam-macam air yang dibagi dalam matan Taqrib.
Pertama adalah:
َْ ُ َ ُ َ ْ ُ ْ َ ُ َْ ٌ َّ ُ ٌ َ
املاء املطل ُق ط ِاهر مط ِهر غير مكرو ٍه وهو
Air yang suci untuk dirinya sendiri dan menyucikan yang lain, air ini tidak makruh untuk
digunakan. Itulah yang disebut dengan air mutlak. Air ini kita sebut dengan air, tanpa ada
embel-embel tambahan. Air sumur masih tetap kita sebut dengan air, maka tidaklah masalah
tambahan penyebutan air sumur.
Kedua adalah:
، ُطا ِه ٌر ُمطَهِّ ٌر َم ْكر ُْوهٌ َوهُ َو الما ُء الم َش َّمس
َ
Air yang suci untuk dirinya sendiri, tetapi makruh untuk menyucikan yang lain. Itulah air
musyammas. Air ini makruh digunakan pada badan, bukan pada pakaian.
Air musyammas adalah air yang terpapar matahari, yakni air panas akibat pengaruh sinar
matahari. Penggunaan air ini dimakruhkan secara syariat hanya di wilayah panas dalam
wadah yang tertutup, kecuali bejana dari naqdain (emas dan perak) mengingat jernihnya inti
dua logam mulia ini. Apabila air tersebut dingin, pemakaiannya hilang kemakruhannya.
Catatan:
Imam Nawawi rahimahullah memilih pendapat tidak dimakruhkan (menggunakannya) secara
mutlak.
Penggunaan air yang sangat panas dan sangat dingin tetap dimakruhkan.
Dalam Asna Al-Mathalib Mamzujan bi Raudh Ath-Thalib dalam Fikih Syafii disebutkan
bahwa:
نعم إن فقد.(ويكره) تنزيها (شديد حرارة و) شديد (برودة) لمنع كل منها اإلسباغ
انتهى. وهو واضح،غيره وضاق الوقت وجب استعماله أو خاف منه ضرراً حرم
Dimakruhkan (makruh tanzih) menggunakan air yang sangat panas atau sangat dingin karena
keduanya mengakibatkan berwudhu tidak bisa sempurna. Jika tidak ada air selain keduanya
dan waktu sangat sempit, maka wajib menggunakannya. Akan tetapi, jika khawatir ada
mudarat, haram digunakan. Ini jelas sekali.
Ketiga adalah :
َ َّ َ ُ َ َ َ َ ُ ّ َ َ ُ َ ْ َ املس
ْ ُ َ ُ َو َطاه ٌر َغ ْي ُر ُم َط ّهر ؛ َو
، ات
ِ ِر اه الط ن م
ِ هطال خ ام ب ر
ِ ِيغ واملت ، ل م ع ت املاء و ه ٍِ ِ
Air thohir ghoiru muthohhir, air yang suci, tetapi tidak menyucikan, yaitu: (a) air musta’mal,
dan (b) air yang berubah karena bercampur dengan sesuatu yang suci.
Air mustakmal
Penjelasan air mustakmal dari Al-Mukhtashar Al-Lathif (Al-Mukhtashar Ash-Shaghir li Al-
Muqaddimah Al-Hadramiyyah).
.س َ الط َه َار ُة ب َما ُت ُط ّه َر به م ْن َح َدث َو َن
ج
َّ ُّ َ َ َ
وال ت ِصح
ٍ ٍ ِ
ِ ِ ِ ِ
Tidak sah bersuci menggunakan air yang sudah dipakai untuk bersuci dari hadats dan najis.
Catatan:
Air mustakmal adalah:
ً َ َ َ َ َ ََ ْ اس ُت ْع ِم َل في َف
ْ َما
ان ق ِل ْي _ال ض طهار ٍة وك
ِ ر ِ
air yang digunakan untuk bersuci yang wajib dan airnya termasuk air qalil (kurang dari dua
qullah).
Syarat air mustakmal:
a. Bekas bersuci yang wajib.
b. Airnya termasuk qalil (kurang dari dua qullah). Dalam Hasyiyah Al-Baijuri (1:183)
disebutkan tambahan syarat air mustakmal:
c. Tidak terpisah dari anggota tubuh. Hal ini berbeda dengan sebelum terpisah, maka tidak
termasuk mustakmal. Karena selama air masih berputar di anggota tubuh (belum terpisah),
tidak disebut air mustakmal.
Imam Nawawi mengatakan bahwa air mustakmal tidak lagi disebut air mutlak.
َ َ َّ ُ َ َ ْ َ َّ ْ ْ َ َ َ ٌ َ ُ َ ُ ْ َ ُ َّ َ ْ َأ
Keempat adalah:
َّ ٌ َو َم ٌاء َنج
ان قل َت ْي ِن ف َتغ َّير س َو ُه َو ال ِذي حلت ِفي ِه نجاسة وهو دون القلتي ِن و ك ِ
Air najis, yaitu air yang kemasukan najis dan air tersebut kurang dari dua qullah atau air
tersebut sudah mencapai dua qullah lantas berubah.
Untuk memahami air dua qullah, kita lihat pembagian air dari Matan Safinah An-Naja.
Air sedikit dan banyak. Air sedikit itu jika kurang dari dua kulah dan air banyak jika lebih
dari dua kulah. Air sedikit menjadi najis dengan jatuhnya benda najis ke dalamnya meskipun
tidak berubah. Sementara air banyak tidak menjadi najis dengan jatuhnya benda najis ke
dalamnya kecuali jika berubah rasanya, warnanya, atau aromanya.
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
َ َ َّ ُ َ َ َ مْل
ِإ ذا َبل َغ ا ُاء قل َت ْي ِن ل ْم ُي َن ِّج ْس ُه ش ْى ٌء
“Jika air telah mencapai dua qullah, tidak ada sesuatu pun yang menajiskannya.” (HR. Ibnu
Majah, no. 424. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini sahih).
Materi 2
Najis Dan Macamnya
Najis merupakan lawan dari thaharah ( suci ), Menurut bahasa najis berasal dari bahasa arab
yaitu نجس yang artinya kotor. Menurut istilah, najis adalah suatu kotoran yang dapat
menghalangi sahnya ibadah yang menuntut kesucian lahir seperti shalat dan tawaf.
َ َ
َو ِث َي َاب َك فط ِّه ْر
Dan pakaianmu bersihkanlah. (Q.S. Al-Muddatsir: 4)
Al adza (kotoran) adalah segala sesuatu yang mengganggu yaitu benda najis, kotoran,
batu, duri, dsb. Yang dimaksud al adza dalam hadits ini adalah benda najis, termasuk pula
kotoran manusia. Selain dalil di atas terdapat juga beberapa dalil tentang perintah untuk
istinja’ yang menunjukkan najisnya kotoran manusia.
4. Darah haidh
Dalil yang menunjukkan hal ini, dari Asma’ binti Abi Bakr, beliau berkata, “Seorang
wanita pernah mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian berkata,
َ ْ َ َ ْ َ ْ َ ْ ََ ْ َ ُ ُ َ َ ْ
ْ ف َت
ص َن ُع ِب ِه ِإ حدانا ي ِصيب ثوبها ِمن د ِم الحيض ِة كي
“Di antara kami ada yang bajunya terkena darah haidh. Apa yang harus kami perbuat?”
5. Jilatan anjing
Dari Abu Hurairah, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
ُّ َّ ُ َ ْ َ ْ ُ َأ ْ َ ْ َ ُ َ ْ َ َ َّ ُأ
َ الت َ ور َناء َأ َحد ُك ْم َذا َو َلُ ُط ُه
اب
ِ ر ب
ِ ن ه وال ات
ٍ ر م ع بس هلسِ غ ي ن ب ل ك ال يه
ِ فِ غ ِإ ِ ِ ِإ
“Cara menyucikan bejana di antara kalian apabila dijilat anjing adalah dicuci sebanyak
tujuh kali dan awalnya dengan tanah.”(HR. Muslim) Yang dipilih oleh Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah, bagian anjing yang termasuk najis adalah jilatannya saja. Sedangkan bulu
dan anggota tubuh lainnya tetap dianggap suci sebagaimana hukum asalnya.
6. Bangkai
Bangkai adalah hewan yang mati begitu saja tanpa melalui penyembelihan yang
syar’i. Najisnya bangkai adalah berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari
Abdullah bin ‘Abbas,
َ ََ ُ َ َ ُ َ
اب فق ْد ط ُه َر ِإ ذا د ِبغ اِإل ه
“Apabila kulit bangkai tersebut disamak, maka dia telah suci.”
Hadats adalah suatu keadaan tidak suci yang menyebabkan terhalangnya melakukan ibadah
seperti contohnya sholat, thawaf dan membaca Al Qur’an.
Perbedaan Hadats dan najis:
1. Najis adalah perkara yang zhahir dan bisa dilihat, seperti air kencing, darah, dan lain
sebagainya. Sedangkan hadats adalah perkara maknawi yang ada di dalam jasad dan tidak
dapat dilihat oleh panca indra.
2. Niat menjadi syarat untuk menghilangkan hadats. Sedangkan untuk menghilangkan najis,
tidak dibutuhkan niat.
3. Dalam menghilangkan hadats, air juga menjadi syarat. Sedangkan untuk menghilangkan
najis, tidak harus dengan air. Istinja’ misalkan, bisa dilakukan dengan menggunakan batu.
4. Menghilangkan najis diharuskan untuk membersihkan tempat najis sampai hilang zat
najisnya. Sedangkan untuk hadats, cukup membasuh seluruh anggota badan jika hadats
besar, dan cukup membasuh anggota wudhu (berwudhu) jika hadats kecil.
2. Hadats akbar (besar), yaitu hadas yang bisa disucikan dengan mandi wajib atau
tayammum, seperti haid, nifas, atau melahirkan bagi perempuan, serta junub atau janabat
bagi laki-laki maupun perempuan.
Ada 3 aspek cara bersuci dari hadats yaitu wudhu, mandi dan tayamum hal ini sesuai
dengan firman Allah SWT:
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan
(basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub Maka mandilah,
dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus)
atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka bertayammumlah
dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu.
Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi dia hendak membersihkan kamu dan
menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur. (QS. Al-Maidah: 6)
Materi 4
Istinja Dan Istijmar
Istinja secara bahasa, istinja` bermakna menghilangkan kotoran. Sedangkan secara istilah
bermakna menghilangkan najis dengan air. Atau menguranginya dengan semacam batu. Atau
bisa dikatakan sebagai penggunaan air atau batu. Atau menghilangkan najis yang keluar dari
qubul (kemaluan) dan dubur (pantat).
Istijmar adalah menghilangkan sisa buang air dengan menggunakan batu atau benda-benda
yang semisalnya.
َ َ َ َق- الل ُه َع َل ْي ِه َو َس َّل َم
ّ َّ َ ّ َ ُ َ َّ َ ْ َ َ َ َ ّ ُ َ ْ َ َأ
(( ِإ ذا ذ َه َب: ال صلى- ول الل ِه ن رس- ر ِضي الله عنها- عن عاِئ شة
ُ ْ َ ُئ ْ ُ َ َّ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ ْ َ اَل َ َأ َ َ ْ ُ ُ َ َأ
حدكم ِإ لىالغاِئ ِط فليست ِطب ِبث ث ِة حجار فِإ نها تج ِز عنه )) رواه أحمد والنسائي
والدارقطني
Dari 'Aisyah radhiyallah 'anha bahwasannya Rasulullah shallallah 'alaihi
wasallam bersabda, "Jika salah seorang dari kalian pergi untuk buang hajat, maka
bersihkanlah dengan tiga batu, sungguh hal itu diperbolehkan". (HR. Ahmad, Annasa-iy,
dan Daruquthniy)
Saat melakukan istinja’ dan istijmar, ada hal-hal yang harus diketahui sebagai bentuk adab:
1. Membaca ta’awudz dan doa ketika masuk WC
ِ ث َو ْال َخبَآِئ
ث َ اَل ٰلّ ُه َّم ِا ِّنيْ اَع ُْو ُذ ِب
ِ ك م َِن ْال ُخ ُب
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari segala kejahatan dan kotoran”.
(HR. Bukhari dari Anas bin Malik)
2. Mendahulukan kaki kiri ketika hendak masuk dan mendahulukan kaki kanan ketika keluar
dengan memebaca doa:
َ ُ
غ ْف َران َك
“Aku meminta ampun kepadaMu”.
5. Dilarang menggunakan tangan kanan atau menyentuh kemaluan dengan tangan kanan.
بيمينه_ وهو يبول وال يتمسح منل الخالء بيمينه ال يمسكن احدكم ذركه
Janganlah seseorang di antara kalian memegang kemaluannya dengan tangan kanannya
ketika buang air kecil dan jangan pula cebok dengan tangan kanannya. (muttafaq ‘alaih)
6. Gunakan minimal tiga batu. Diperbolehkan lebih menggunakan dari tiga batu dengan
jumlah ganjil: lima,tujuh dan seterusnya.
ُك َّل َش ْى ٍء-صلى هللا عليه وسلم- ان قَا َل قِي َل لَهُ قَ ْد َعلَّ َم ُك ْم نَبِيُّ ُك ْم َ َع ْن َس ْل َم
قَا َل فَقَا َل َأ َجلْ لَقَ ْد نَهَانَا َأ ْن نَ ْستَ ْقبِ َل ْالقِ ْبلَةَ لِ َغاِئ ٍط َأ ْو بَ ْو ٍل َأ ْو.ََحتَّى ْال ِخ َرا َءة
ار َأ ْو َأ ْن نَ ْستَ ْن ِج َى
ٍ ين َأ ْو َأ ْن نَ ْستَ ْن ِج َى ِبَأقَ َّل ِم ْن ثَالَثَ ِة َأحْ َج ِ َأ ْن نَ ْستَ ْن ِج َى ِب ْاليَ ِم
ْ يع َأ ْو بِ َع
ظ ٍم ٍ ِب َر ِج
Dari Salman, ia berkata bahwa ada yang bertanya padanya, “Apakah nabi kalian
mengajarkan kepada kalian segala sesuatu sampai pun dalam hal buang kotoran?”
Salman menjawab, “Iya. Nabi kami shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang kami
menghadap kiblat ketika buang air besar maupun air kecil. Beliau juga melarang kami
beristinja’ dengan tangan kanan. Beliau juga melarang kami beristinja’ dengan kurang
dari tiga batu. Begitu pula kami dilarang beristinja’ dengan menggunakan kotoran dan
tulang.” (HR. Muslim, no. 262)
7. Jika menggunakan air dan batu maka lebih dulu menggunakan batu lalu beristinja
فان رسؤل هللا كا ن يفعله,مرن ازواجكم ان يستتيبوا بلماءوفاني استحييهمو
Suruhlah suami-suami kalian untuk bersuci (cebok) dengan air. Sesungguhnya aku malu
(untuk menyampaikan) kepada mereka. Sesungguhnya Rasulullah melakukannya
demikian. (at-tirmidzi no.19)
Materi 5
Rukun dan Sunnah Wudhu
Kata wudhu berasal dari kata bahasa Arab al-wudhu’ yang berarti bersih. Menurut istilah
hukum Islam, wudlu berarti membasuh anggota badan tertentu dengan air menurut syarat dan
rukun tertentu. Seperti disebutkan sebelumnya, bahwa wudhu dilakukan untuk
menghilangkan hadas kecil. Wudhu ini diperintahkan terkait dengan diperintahkannya shalat
bagi umat Islam.
َ َّ اَل َ ْ ُ ُ ُ َ ُ َأ ُ َ مْل َ ُ َ َ َيا َأ ُّي َها َّالذ
وهك ْم َو ْي ِد َيك ْم ِإ لى ا َرا ِف ِق َو ْام َس ُحوا ين َآم ُنوا ِإ ذا ق ْم ُت ْم ِإ لى الص ِة فاغ ِسلوا وج ِ
َ ْ َ ُ َ َأ ُ ُُ
وسك ْم َو ْر ُجلك ْم ِإ لى الك ْع َب ْي ِن ِ ِبرء
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah
mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu
sampai dengan kedua mata kaki...”. (Q.S. Al-Maidah:6)
Rukun wudhu:
1. Niat
ْ الن َّي _ة َول ُك _ ّل
ّ ال ب
ُ َ ْ ال َّن َما اَأْلَ َ َ َّ َ َ ْ َ َ َّ َّ َ َّ َ ُ َ َّ َ ْ ُ َ َ َأ
ر ام
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ٍئ م ع ِإ ق عن عم _ر ن رسول الل ِه صلى_ اللهم علي ِ_ه وسلم
َ
َما ن َوى
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan
apa yang ia niatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Membasuh muka
3. Membasuh kedua tangan hingga siku
4. Mengusap kepala dimulai dari dahi hingga tengkuk
5. Membasuh dua kaki hingga dua mata kaki
6. Tertib
7. Berkesinambungan atau bersegera, yakni pelaksanaan wudhu itu dilakukan dalam satu
waktu tanpa
َأada jeda waktu َأ َأ َأ
ُ َ ُ ُ اَل َّ َّ
_َي_ ا_ ُّ _ي_ َ_ه_ ا_ ا_ _ل_ ِ_ذ_ ي_ َ_ن_ آ_ َ_م_ ُن_ و_ا_ ِ_ط_ ي_ ُع_ و_ا_ ا_ل_ _ل_ َ_ه_ َ_و_ ِ_ط_ ي_ ُ_ع_ و_ا_ ا_ل_ َّ _ر_ ُ_س_ و_ َ_ل_ َ_و_ ت_ ْب_ ِ_ط_ ل_ و_ا_ ْ_ع_ َ_م_ ا_ل_ _ك_ ْ_م
"Dan janganlah kamu merusak (pahala) amal-amalmu”. (Muhammad:33).
b. Membasuh
َأ kedua telapak tangan sampai pergelangan.
َ َ ًَ َ َ ْ َ ْ ظ َأ َح ُد ُك ْم ِم ْن َن ْو ِم ِه َف َال َي ْغم
س َي َد ُه ِفى اِإل ن ِاء َح َّتى َيغ ِسل َها ثالثا فِإ َّن ُه ال َي ْد ِرى ْي َن
َ ََْ ْ َ
ِإ ذا استيق
ِ
َ
َبات ْت َي ُد ُه
“Jika salah seorang di antara kalian bangun tidur, maka janganlah ia mencelupkan
tangannya di dalam bejana sampai ia mencucinya tiga kali terlebih dahulu, karena ia
tidak tahu di manakah tangannya bermalam.” (HR. Bukhari, no. 162 dan Muslim, no.
278).
c. Bersiwak
ُ ّ الس َواك َم َع
ٍ كل ُوض
وء َ َل ْو َال َأ ْن َأ ُش َّق َع َلى ُأ َّمتي
ّ ألم ْر ُت ُه ْم ب
ِ ِ ِ ِ ِ
“Seandainya tidak memberatkan umatku, sungguh aku akan perintahkan mereka untuk
bersiwak setiap akan wudhu.” [HR. Mâlik no. 147].
d. Berkumur-kumur
ْ ضم
ض ْ ضْأ َت َف َم
َّ َذا َت َو
ِ ِإ
“Jika engkau ingin berwudhu, maka berkumur-kumurlah (madh-madha).” (HR. Abu
Daud, no. 144. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih.)
e. Menghirup air kehidung dan membuangnya
وبا لغ في االستنشاق اال ان تكون صا ءما
“Lakukanlah secara maksimal di dalam menghirup air ke hidung kecuali jika kamu
sedang berpuasa.”
f. Menyela-nyela janggut
وما يمنعني و لقد رايت رسول هللا صل هللا عليه و سلم يخلل لحيته
“Tidak ada sesuatu pun yang dapat mengahalangi ku, dan aku telah melihat Rasulullah
saw menyela-nyela jenggot nya.”
Berwudhu adalah kewajiban bagi orang-orang yang akan melakukan ibadah shalat dan tawaf.
Sebab wudhu adalah salah satu syarat sahnya shalat dan tidak sah ibadah sesorang jika
dilakukan tanpa berwudhu terlebih dahulu.
َ ُ ْ َ ُ َ َ ُ َ ْ َأ ْ َ َ َ َّ َ َ َ َّ َأ
ال تقب _ل صال _ة من حدث حتى يتوض
Di riwayatkan oleh Abu Hurairah ra. Bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda :“Allah tidak
menerima sholat seseorang diantaramu bila ia berhadast, sampai ia berwudhu”. (HR.
Bukhori no. 135, Muslim no. 225)
Tata cara berwudlu secara lengkap berdasarkan sunnah Rasul saw adalah sebagai berikut:
1. Membaca basmallah niat ikhlas karena Allah swt.
َّ َّ ت َو:َ وس ّلم
ضُؤ ا ِب ْس ِم الل ِه
َّ
َ الل ُه عليه َ ول َّلله ُ َ ْ
ِ صلى ِ َ قال َرس:س قال
ِ عن
ان
Dari anas ia berkata, Rasulullah bersabda: “berwudhulah kalian dengan membaca
basmalah” (HR. An-Nasa’i)
4. Membasuh muka tiga kali dengan mengusap kedua sudut mata dan lebihkanlah
membasuhnya dengan digosok dan sela-selailah janggut.
5. Membasuh kedua tangan sampai kesiku, dimulai dengan tangan kanan.
6. Menyapu kepala, dilanjutkan menyapu kedua telinga.
بدا بمقدم,ان ر سول هللا صل هللا عليه و سلم مسح رءسه بيده فا قبل بهما و ا د بر
رء سه ثم ذهب بهما الى قفا ه ثم رد هما
“Bahwasanya Rasulullah saw mengusap (rambut) kepalanya dengan dua tangannya dan
beliau membolak balikkan keduanya yaitu beliau memulaimnya dengan bagian depan
kepalanya, lalu beliau mengusapkan keduanya hingga ke tengkuknya, lalu beliau
membalikkan keduanya. (HSR. Bukhari, Muslim, no. 235 dan Tirmidzi no. 28 lih. Fathul
Baari, I/251)
Wudhu termasuk dari amalan paling utama lagi mulia, dan merupakan syarat sahnya shalat.
Karenanya barang siapa yang mengerjakan shalat tanpa wudhu (bagi yang berhadast kecil)
maka shalatnya tidak sah dan dia telah terjatuh kedalam dosa besar.
Keutamaan wudhu:
1. Meninggikan derajat
ول َ _ ات؟» َ _ق ُالوا َب َلى َ_ي_ا َر ُس ج ُ «َأ اَل َأ ُد ُّل ُك ْم َع َلى َ _م ا َي ْم ُ _ح و
َ َو َي ْر َ _ف ُ_ع _ب __ه ال_ َّ_د َر،هللا _ب_ه ْال َخ َط َ_اي_ا
ِ ِِ ِِ
َ ْ َ ُ َّ اَل ََ َ َ ْ َ ُ ْ ُ َ َ مْل َ َ َ َ مْل ُ ْ _ُ « ْس _ َب:ال َ _هللا َق
وان ِتظ__ار الص _ ِ_ة،اج ِد ِ _ وكث__ر _ة الخط__ا ِإ لى ا س،وء على ا ك_ ِار ِه ِ _ اغ ال ُوض ِإ ِ
ُ َ ّ ُ ُ َ َ َ ْ َ َّ اَل
_»الرباطِ فذ ِلكم،بعد الص ِة
“Maukah kalian aku tunjukkan kepada suatu amal yang dapat menghapus kesalahan
(dosa) dan meninggikan derajat?” Para sahabat menjawab,”Ya, wahai
Rasulullah.” Rasulullah bersabda,”(Yaitu) menyempurnakan wudhu dalam kondisi
sulit, banyaknya langkah menuju masjid, menunggu shalat setelah mendirikan shalat.
Itulah kebaikan (yang banyak).” (HR. Muslim no. 251)
2. Pada hari Kiamat, orang yang berwudhu dengan benar dan sempurna akan mendapatkan
cahaya pada wajah, kedua tangan, dan kedua kakinya.
ُأ ُ النب َّى – صلى هللا عليه وسلم – َي ُق
ول « ِإ َّن َّم ِتى ُي ْد َع ْو َن َ َع ْن َأ بى ُه َر ْي َر َة َق
َّ َسم ْع ُت: ال
ِ ِ ِ
ْ ْ َ ُ َ ُ
ْيل غ َّرته فل َيف َعل ْ َأ ُ ْ َ َ
َ استطاع ِمنك ْم ن ُي ِط َ َ
ْ ف َمن، وء َُي ْو َم ْالق َي َامة ُغ ًّرا ُم َح َّجلين م ْن آثار ال ُوض
ْ َ َ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
»
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, ia berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya umatku akan dihadirkan pada
hari kiamat dengan wajah, tangan, dan kaki yang bercahaya karena bekas-bekas wudhu
mereka. Karenanya barangsiapa di antara kalian yang bisa memperpanjang cahayanya
maka hendaklah dia lakukan.” (Shohih. HR. Bukhari I/63 no. 136, dan Muslim I/216 no.
246).
3. Berwudhu Merupakan separuh dari keimanan َأ
ْ َ ُ ُ ُّ َأل َّ ُ ُ َ َ َ َ َ ّ َ ْ
ور شط ُر « الطه-صلى هللا عليه وسلم- ول الل ِه َع ْن ِبى َم ِال ٍك ا شع ِر ِى قال قال رس
َالله َو ْال َح ْم ُد ل َّله َت ْمآلن – َأ ْو َت ْمُأل – َما َب ْينَّ َ َ ْ ُ َ َ َ َ َ ْ َ ْ ُ َّ َ ْ ُأل مْل
وسبحان.ا يمان والحمد ِلل ِه تم ا ِ يزان
ِ ِ ِ
ِإل َّ َ َ ِ َ َأل ْ َ َّ َ ُ ُ ٌ َ َّ َ َ ُ ُ ْ َ ٌ َ َّ ْ ُ َ ٌ ِ َ ْ ُ ْ ُ ُ َّ ٌ َ َ َْأ
ض والصالة نور والصدقة برهان والصبر ِضياء والقرآن حجة لك و ِ ات وا ر ِ السمو
َأ َّ » َع َل ْي َك ُك ُّل.
ُ الناس َي ْغ ُدو َف َبا ٌع َن ْف َس ُه َف ُم ْعت ُق َها ْو
وب ُق َها
ِ م ِ ِئ ِ
Dari Abu Malik Al-Asy’ari radhiyallaahu ‘anhu, Dia berkata: Rasulullah shalallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: “Bersuci adalah separuh dari keimanan, ucapan
‘Alhamdulillah’ akan memenuhi timbangan, ‘subhanalloh dan alhamdulillah’ akan
memenuhi ruangan langit dan bumi, sholat adalah cahaya, dan sedekah itu merupakan
bukti, kesabaran itu merupakan sinar, dan Al Quran itu merupakan hujjah yang akan
membela atau menuntutmu. Setiap jiwa manusia melakukan amal untuk menjual dirinya,
maka sebagian mereka ada yang membebaskannya (dari siksa Allah) dan sebagian lain
ada yang menjerumuskannya (dalam siksa-Nya).” (Shohih. HR Muslim I/203 no.223, dan
Ahmad V/342 no.22953)
4. Orang yang berwudhu dengan benar dan sempurna maka dosa-dosa yang diperbuat oleh
anggota wudhunya akan keluar (terhapus) bersamaan dengan keluarnya tetesan air
wudhunyaَأ َأ
َ َّ َ َ ْ َ َّ ُ ُ َ َ َ َ َ َ َّ َ ْ َ َ ْ ُ ْ َ
ض ف ْح َس َن « من تو-صلى هللا عليه وسلم- ول الل ِه عن عثمان ب ِن عفان قال قال رس
َْ َ َّ َ ْ ُ َ ْ َ ْ َأ َ َ َ َ ُ ُْ
وء خ َر َج ْت خط َاي ُاه ِم ْن َج َس ِد ِه حتى تخرج ِمن تح ِت ظف ِار ِه » الوض.
Dari Utsman bin Affan radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam bersabda: “Barangsiapa yang berwudhu lalu membaguskan wudhunya’, keluarlah
dosa-dosanya dari badannya bahkan (dosa-dosanya) akan keluar dari bawah kuku-
kukunya.” (Shohih. HR.Muslim I/149 no.601)
5. Diampuni semua dosanya yang telah berlalu, dan setiap langkah kakinya ke masjid akan
dihitung sebagai
َأamalan sunnah.
ُ َ َ َّ َ َ ْ َ َ َ َّ ُ َ ْ َ َ َّ َ َ ْ َ َ ْ ُ ْ َ
ض َهكذا غ ِف َر قال « من تو-صلى هللا عليه وسلم- ول الل ِه ِ عن عثمان بن عفان عن رس
ًَ َ َ ْ َ مْل ُ َ َ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ َّ َ َ َ ُ َ
صالت ُه َو َمش ُي ُه ِإ لى ا ْس ِج ِد نا ِفلة » له ما تقدم ِمن ذن ِب ِه وكانت
Dari Utsman bin Affan radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
bersabda: “Barangsiapa yang berwudhu seperti ini maka akan diampuni dosa-dosanya
yang telah lalu. Sholat dan berjalannya menuju ke masjid merupakan nafilah (sunnah).”
(Shohih. HR.Muslim I/207/229)
Wudhu sebagai sarana untuk mensucikan diri dari hadats kecil bisa menjadi batal bila terjadi
beberapa hal yang dapat membatalkannya. Orang yang batal wudhunya tentunya ia tidak
diperbolehkan melakukan shalat dan amalan ibadah lain yang menuntut kesucian dari hadats
kecil bila akan melakukannya.
Hal-hal yang membatalkan wudhu:
1. Ada sesuatu yang keluar dari dua jalan yaitu qubul dan dubur
َ َ ْ َ ُ ُ َ َ ُ َأ َ ُ ْ َ َأ ْ َ َ َ َّ َ َ َ َّ َأ
ا يقبل هللا صالة ح ِدكم ِإ ذا حدث حتى يتوض
“Allah tidak menerima shalat salah seorang dari kalian jika ia berhadats sampai ia
berwudhu.” (HR. al-Bukhari no. 135)
2. Tertidur lelap
َ ْ َ ْ ُ َ ُ َّ َ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َ َّ ْأ
فمن نام فليتوض،العين ِوكاء الس ِه
Mata itu adalah tali pengikat dubur, maka barang siapa yang tertidur, hendaklah ia
berwudhu. (hr. Abu dawud no. 203)
Mandi wajib adalah hal yang sangat penting dalam melakukan ibadah. Keabsahan ibadah
seseorang ditunjang oleh hal-hal seperti wudhu dan mandi.
Mandi menurut arti bahasa adalah: mengalirkan air secara mutlak terhadap sesuatu. Menurut
arti syara’ adalah: sampainya air yang suci keseluruh badan dengan cara tertentu.
ََٰٓأ ُّ َ َّ َ َ َ ُ ۟ اَل َ ْ َ ُ ۟ َّ َ ٰ َ َ َأ ُ ْ ُ َٰ َ ٰ َ َّ ٰ َ ْ َ ُ ۟ َ َ ُ ُ َ َ اَل ُ ُ ً اَّل
ي يها ٱل ِذين ءامنوا تقربوا ٱلصلوة و نتم س َأكرى حتى تعل َأموا ما تَأقولون و جنبا ِإ
َْ ُ َ ٓ ُ ۟ ُ َْ َ
َع ِاب ِرى َس ِب ٍيل َح َّت ٰى تغت ِسلوا ۚ َوِإ ن ك ُنتم َّم ْر َض ٰى ْو َعل ٰى َس َف ٍر ْو َج َٓاء َح ٌد ِّمنكم ِّم َن ٱلغٓاِئ ِط
۟ ُ َ ْ َ ً ّ َ ً َ ۟ ُ َّ َ َ َ ً َ ۟ ُ َ ْ َ َ َ َ ّ ُ ُ ْ َ َأ ْ مَٰل
َّوا ب ُو ُجوه ُك ْم َوَأ ْيد ُيك ْم ۗ ن
ِإ ِ ِ ِ ٱلنسٓاء فلم ت ِجدوا مٓاء فتيمموا ص ِعيدا ط ِيبا فٱمسح ِ و ستم
ً ان َع ُف ًّوا َغ ُف
ورا َ ٱلل َه َك
َّ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk,
sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu
dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu
sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah
menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu
dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha
Pemaaf lagi Maha Pengampun. (QS. An-Nisa: 43)
2. Keluar mani yang disebabkan karena bersetubuh atau sebab-sebab yang lain.
َ الح ّق َه ْل َع َلى املَ ْرَأ ِة ِم ْن ُغ ْسل َذا ه َي ِا ْح َت َل َم ْت؟ َف َق
ال َ هللا َال َي ْس َتحي م َن
َ َي َار ُس ْو َل هللا َّن
ِ ٍ ِإ ِ ِ
َأ ِ ِإ
َ َ َ
ن َع ْم ِإ ذا َر ْت امل َاء:هللا ْ ُ
ِ َرسو ُل
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah tidak malu terhadap kebenaran (maka aku pun
tidak malu untuk bertanya): Apakah wanita wajib mandi bila bermimpi? Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,“Ya, apabila ia melihat air mani setelah ia
bangun.” (Muttafaqun Alaih)
Mandi wajib merupakan proses pembersihan fisik yang sifatnya wajib bagi seorang muslim.
Tujuannya adalah untuk membersihkan tubuh dan mensucikan diri kembali dari hadas besar.
Tata cara mandi wajib pun sudah ada khaidahnya sendiri, jadi harus dilakukan dengan benar.
Dalil dari bahasan ini adalah dua dalil yaitu hadits dari ‘Aisyah dan hadits dari Maimunah.
Hadits pertama:
ان َ النبىَّ – صلى_ هللا عليه_ وس__لم_ – َ_ك َّ النب ِّى – صلى هللا عليه_ وسلم – َأ َّن َّ َع ْن َعا َش َة َز ْو _ج
ِ ُأ ِ ِ ِئ
ُ َ ُأ َ
َّ ض_ _ ك َ_ _م ا َي َت َو َ َأ ْ
َّ ث َّم َي َت َو، اغ َت َس_ _ َ_ل م َن ال َج َن َاب_ __ة َب_ َ_د فغ َس_ _ َل َي َد ْي__ه
ُ َ ْ َ
ث َّم ُي_ ْ_د ِخ ُ_ل، ص_ _ال ِ_ةَّ ض_ _ ِلل ِ ِ ِ ِإ ذا
َُّ ُ َ َ َ ْأ
ثم، ص _ ُّب َعلى َر ِس _ ِ_ه ثال _ث _غ َر ٍف ِب َي َد ْ_ي ِ__ه
َ ُ
ُ ول َش _ َعره ث َّم َي َ _
ُأ ِّ َ َ مْل
ُ ف ُي َخل ُ_ل ب َ _ه ا، ص _اب َع ُه فى ا _ ِ_اء
ص َ َأ
ِِ ِ ِ ِ
ِّ ُ ْ َ َ َ َ ُ ُ مْل
يض ا اء على_ ِجل ِد ِه كل ِ_ه _ ي ِف
Dari ‘Aisyah, isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa jika Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam mandi junub, beliau memulainya dengan mencuci kedua telapak tangannya.
Kemudian beliau berwudhu sebagaimana wudhu untuk shalat. Lalu beliau memasukkan
jari-jarinya ke dalam air, lalu menggosokkannya ke kulit kepalanya, kemudian
menyiramkan air ke atas kepalanya dengan cidukan kedua telapak tangannya sebanyak
tiga kali, kemudian beliau mengalirkan air ke seluruh kulitnya.” (HR. Bukhari no. 248 dan
Muslim no. 316)
Hadits kedua:
َّ ُ ض _ ْع ُت ل َر َ ون_ ُ_ة َوَ َُْ ْ َ َ َ َ
ول الل ِه –_ ص __لى هللا علي _ه_ وس __لم – َ _م ًاء ِ _ س ِ اس _ق ال _ق الت ميم ٍ َع ِن ْاب ِن َع َّب
َ َ ْ َ َأ َ َ ً ُ َأ َ َ َ َ َ َ ْ َ َأ َْ
_ ث َّم _ف َرغ ِب َي ِمي ِ _ن ِ__ه َعلى، _ فغ َس _ل ُه َما َ _م َّرت ْي ِن َ _م َّرت ْي ِن ْ_و ثالث_ ا، _ف ف َرغ َعلى َي َد ْ _ي ِ_ه، َيغت ِس _ ُ_ل ِ _ب ِ__ه
َ ُ َ ْ ْ َ َ َ ْ َ َّ ُ
ث َّم غ َس_ _ َ_ل، اس َتنش_ _ َق ثم مض_ _مض و، ض ر ْ _ك َي_ َ_د ُه ب__اَأل
َ _ ُث َّم َد َل، َف َغ َس_ _ َ_ل َ_ _م َذاك َير ُ_ه، ش_ _ َماله
ِ ِِ ِ
ِ ِ َأ ْأ
َ َ َ َ ُ َ َ ْ ُ ً َ َ َ ُ
ام ِ_ه فغ َس _ َل _ ِ ث َّم ت َن َّحى_ ِم ْن َمق، ث َّم ف_ َر _غ َعلى_ َج َس _ ِد ِه، َو ْج َه_ ُه َو َي َد ْي_ ِ_ه ث َّم غ َس _ َل َر َس _ ُه ثالث__ا
َ
ق َد َم ْي ِه
Dari Ibnu ‘Abbas berkata bahwa Maimunah mengatakan, “Aku pernah menyediakan air
mandi untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu beliau menuangkan air pada
kedua tangannya dan mencuci keduanya dua kali-dua kali atau tiga kali. Lalu dengan
tangan kanannya beliau menuangkan air pada telapak tangan kirinya, kemudian beliau
mencuci kemaluannya. Setelah itu beliau menggosokkan tangannya ke tanah. Kemudian
beliau berkumur-kumur dan memasukkan air ke dalam hidung. Lalu beliau membasuh
muka dan kedua tangannya. Kemudian beliau membasuh kepalanya tiga kali dan
mengguyur seluruh badannya. Setelah itu beliau bergeser dari posisi semula lalu mencuci
kedua telapak kakinya (di tempat yang berbeda).” (HR. Bukhari no. 265 dan Muslim no.
317)
Dari dua hadits di atas, kita dapat merinci tata cara mandi yang disunnahkan sebagai
berikut:
1. Membaca Basmalah
2. Mencuci tangan tiga kali
3. Membersihkan kemaluan dan kotoran yang ada dengan tangan kiri.
4. Berwudhu seperti halnya wudhu untuk shalat tetapi membasuh kakinya ditangguhkan
terlebih dahulu.
5. Memasukan jari-jarinya kesela-sela rambut hingga terasa air meresap dan merata.
6. Menuangkan air diatas kepala sebanyak tiga kali.
7. Menyiramkan air keseluruh tubuh mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan
mendahulukan yang kanan dan sampai merata mengenai seluruh kulit.
8. Diakhiri dengan membasuh kedua kaki dengan mendahulukan kaki sebelah kanan.
Materi 11
Tayamum
Tayamum adalah bersuci dari hadast besar maupun hadast kecil dengan mengusap wajah dan
tangan menggunakan debu, tanah atau permukaan bumi lainnya yang bersih dan suci.
َأ اَل َ ْ ُ َأ َأ َ َأ ُ
_َ_و_ ِإ ْ_ن_ _ك_ ْن_ ُت_ ْ_م_ َ_م_ ْ_ر_ َ_ض ٰ_ى_ ْ_و_ َ_ع_ _ل_ ٰ_ى_ َ_س_ َ_ف_ ٍ_ر_ ْ_و_ َ_ج_ ا_ َ_ء_ َ_ح_ ٌ_د_ ِ_م_ ْن_ _ك_ ْ_م_ ِ_م_ َ_ن_ ا_ _ل_ _غ_ ا_ِئ ِ_ط_ ْ_و_ َ_م_ ْ_س_ ُ_ت_ ُ_م
ْ_ص_ ِ_ع_ ي_ ً_د_ ا_ َط_ ّ_ي_ ًب_ ا_ َ_ف_ ا_ ْ_م_ َ_س_ ُ_ح_ و_ا_ _ب_ ُ_و_ ُ_ج_ و_ _ه_ ُ_ك_ ْ_م_ َ_و_ َأ ْي_ ِ_د_ ي_ ُ_ك_ _م _ َ _ا_ل_ ّ_ن_ َ_س_ ا_ َ_ء_ َ_ف_ َ_ل_ ْ_م_ َت_ _ج_ ُ_د_ و_ا_ َ_م_ ا_ ً_ء_ َ_ف_ َ_ت_ َ_ي_ َّ _م_ ُ_م_ و_ا
ِ ِ ِ ِ ِ
ُ َ ٰ َ ُ َ َّ
_ِ_م_ ْن_ ُ_ه_ ۚ_ َ_م_ ا_ ُ_ي_ ِ_ر_ ي_ ُ_د_ ا_ل_ _ل_ ُ_ه_ ِ_ل_ َي_ ْ_ج_ َع_ َ_ل_ َ_ع_ ل_ ْي_ _ك_ ْ_م_ ِ_م_ ْ_ن_ َ_ح_ َ_ر_ ٍ_ج_ َ_و_ _ل_ ِ_ك_ ْ_ن_ ُي_ ِ_ر_ ي_ ُ_د_ ِ_ل_ ُي_ ط_ ِّ_ه_ َ_ر_ _ك_ ْ_م_ َ_و_ ِ_ل_ ُي_ ِت_ َّ_م
ُ ْ َ ُ َّ َ ُ َ
_ِن_ ْ_ع_ َ_م_ َ_ت_ ُ_ه_ َ_ع_ _ل_ ْ_ي_ _ك_ ْ_م_ ل_ َع_ _ل_ _ك_ ْ_م_ _ت_ _ش_ _ك_ ُ_ر_ و_ َ_ن
Artinya: ... dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air
(kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah
dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah
tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan
menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur. (Q.S. Al-Maidah:6)
Media yang dapat digunakan untuk bertayammum adalah seluruh permukaan bumi yang
bersih baik itu berupa pasir, bebatuan, tanah yang berair, lembab ataupun kering.
َ مْل َ َ َ ً ُ َ َ َ ََُ ْ ُ ْ َ ُ َ
ورا ِإ ذا ل ْم ن ِج ِ_د ا َاء وج ِعلت تربتها_ لنا_ طه
“Dijadikan bagi kami (ummat Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi was sallam) permukaan
bumi sebagai thohur/sesuatu yang digunakan untuk besuci (tayammum) jika kami tidak
menjumpai air”. (HR. Muslim no. 522)
Tata cara tayammum Nabi shollallahu ‘alaihi was sallam dijelaskan hadits ‘Ammar bin
Yasir rodhiyallahu ‘anhu:
َ مْل َ َ َأ َ َ َ َأ َّ ُ ُ َ َ َ َ
، فل ْم ِج ِد ا َاء، اج ٍة ف ْج َن ْب ُ_ت ول الل ِه –_ صلى_ هللا عليه_ وسلم –_ ِفى ح بعث ِنى رس
َ َ َ َ ُ َّ ُ َّ َ َ َ َ َّ َف َت َم َّر ْغ ُت فى
_– _ فذك ْر ُت ذ ِل َك ِل َّلن ِب ِ_ ّى –_ صلى_ هللا عليه_ وسلم، الد َّابة يد كما تمر _غ _ِ الص ِع ِ
َُّ َأل َ ً ّ َ
َ ض َر َ_ب بكفه
ْ ض ْر َب _ة َعلى ا َ َ َ
َ _ ف. _» ص َن َ_ع َهكذا َ
ْ يك ْن ت َأ َ ان َيكفْ َ
َ ال « َّن َما ك َ َف َق
ض ثم ِ ر ِ ِ ِ ِ ِإ
ُ ُث َّم َم َس َ_ح به َما َو ْج َهه، َأ ْو َظ ْه َر ش َماله ب َك ّفه، ُث َّم َم َس َح ب َها َظ ْه َر َك ّف _ه بش َمال _ه، _ض َهاَ َن َف
ِِ ِِ ِ ِِ ِ ِِ ِ ِ ِِ ِ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi was sallam mengutusku untuk suatu keperluan, kemudian
aku mengalami junub dan aku tidak menemukan air. Maka aku berguling-guling di tanah
sebagaimana layaknya hewan yang berguling-guling di tanah. Kemudian aku ceritakan hal
tersebut kepada Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam. Lantas beliau mengatakan,
“Sesungguhnya cukuplah engkau melakukannya seperti ini”. Seraya beliau memukulkan
telapak tangannya ke permukaan bumi sekali pukulan lalu meniupnya. Kemudian beliau
mengusap punggung telapak tangan (kanan)nya dengan tangan kirinya dan mengusap
punggung telapak tangan (kiri)nya dengan tangan kanannya, lalu beliau mengusap
wajahnya dengan kedua tangannya. (HR. al-Bukhari no. 347 dan Muslim no. 368)
ً َ
َو َم َس َح َو ْج َه ُ_ه َوك َّف ْي ِ_ه َو ِاح َدة
“Dan beliau mengusap wajahnya dan kedua telapak tangannya dengan sekali usapan”.
Berdasarkan hadits di atas kita dapat simpulkan bahwa tata cara tayammum
Rasulullah shallallahu ‘alaihi was sallam adalah sebagai berikut.
1. Memukulkan kedua telapak tangan ke permukaan bumi dengan sekali pukulan kemudian
meniupnya.
2. Kemudian menyapu wajah dengan dua telapak tangan
3. Kemudian menyapu punggung telapak tangan kanan dengan tangan kiri dan sebaliknya.
4. Semua usapan baik ketika mengusap telapak tangan dan wajah dilakukan sekali usapan
saja.
5. Bagian tangan yang diusap adalah bagian telapak tangan sampai pergelangan tangan saja
atau dengan kata lain tidak sampai siku seperti pada saat wudhu.
Materi 12
Syarat Wajib, Syarat Sah, Rukun Dan Sunnah Dalam Shalat
Shalat adalah suatu kewajiban dari Allah bagi setiap mukmin. Dimana Allah swt telah
memerintahkannya dalam sejumlah firman:
َّ َ َ ً َ ُ ُ ً َ َ َ ٰ ُ ُ ُ َ َ ْ ْأ َ ْ َ َأ ُ ْ َ َ َ َ َ َ ْ ُ ُ َّ اَل
وبك ْم ۚ فِإ ذا اط َم نن ُت ْم ف ِق ُيموا
ِ نج ى ل عو ا ود ع ق و ا ام يقِ ه الل وا رُ ك فِإ ذا قضيتم الص ة فاذ
مْل
ً الصاَل َة َك َان ْت َع َلى ا ُْؤ من َين ك َت ًابا َم ْو ُق
َّ الصاَل َة ۚ َّن
َّ
وتا ِ ِِ ِإ
Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di
waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka
dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang
ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (Q.S. An-nisa: 103)
َ اَل َّ َ َّ َّ َ َّ ُ ُ َ َ َ َ َ َ ُ ْ َ ُ َّ َ َ َ َ ُ ْ ْ َ
صلى الل ُه َعل ْي ِه َو َسل َم ُب ِن َي اِإْل ْس ُم َعلى عن اب ِن عمر ر ِضي الله عنهما قال قال رسول الل ِه
ْ َ َّ َّ اَل َ َّ ُ ُ َ ً َّ َ ُ َّ َ َ َ َأ ْ اَل َ َ اَّل َّ ُ َ َأ ْ َخ
الزك ِاة َوال َح ِ ّج الص ِة َوِإ َيت ِاء ول الل ِه َوِإ ق ِام س شهاد ِة ن ِإ له ِإ الله و ن محمدا رس ٍ م
َضان
َ ص ْوم َر َم
َ َ
ِ و
Dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda: “Islam dibangun di atas lima (tonggak): Syahadat Laa ilaaha illa Allah
dan (syahadat) Muhammad Rasulullah, menegakkan shalat, membayar zakat, hajji, dan
puasa Ramadhan”. [HR Bukhari, no. 8].
2. Berakal (sehat)
ون ُ الصغير َح َّتى َي ْح َتل َم َو َع ْن امْل َ ْج
ن َّ ظ َو َع ْن َ ْ َ ْ َ َّ َ َّ ُرف َع ْال َق َل ُم َع ْن َثاَل َثة َع ْن
الناِئ ِم حتى يستي ِق
ِ ِ ِ ِ ٍ ِ
َّ ُ َ مْل َأ َ ْ َ
ْ ْ َ َ ً ْ ٌ َ َ َحتى َي ْعق َل َوقد ق َّ
وه َحتى َي ْع ِق َل
ِ ال ح َّماد يضا وعن ا عت ِ
Pena diangkat dari tiga orang, yaitu; orang yg tidur hingga terbangun, orang yg masih
kecil hingga ia dapat bermimpi (baligh), & dari orang yg gila hingga berakal. Hammad
berkata; Juga dari orang yg kurang akal hingga ia berakal. [HR. Darimi No.2194].
3. Baligh
ُ َ ْ َأ َ ْ َو،الص َـالة َو ُه ْم َأ ْب َن ُاء َس ْبع سن ْي َن ُ َ َ ْ ُ ُ ْ َأ
َوف ِّرق ْوا، َو ُه ْم ْب َن ُاء َعش ٍر،اض ِر ُب ْو ُه ْم َعل ْي َها ِ ِ ِ ِ
َّ ب ْ
ِ مـروا والد
م ك
ض ِاج ِع َ َ َب ْي َن ُه ْم في امْل
ِ
“Suruhlah anak kalian shalat ketika berumur 7 tahun, dan kalau sudah berusia 10 tahun
meninggal-kan shalat, maka pukullah ia. Dan pisahkanlah tempat tidurnya. (HR. Ahmad
no.6650)
4. Telah tiba waktunya
ُ ُ َ مْل َ َ َ َّ اَل
__ص_ _ة_ _ك_ ا_ _ن_ ْ_ت_ َ_ع_ _ل_ ى_ ا_ _ ْؤ ِ_م_ ِن_ ي_ َ_ن_ ِ_ك_ َت_ ا_ ً_ب_ ا_ َ_م_ ْ_و_ _ق_ و_ ً_ت_ ا
_ _ِإ َّ _ن_ ا_ل
Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang
beriman. (Q.S. An-nisaa:103)
Rukun salat
1. Niat
ّ ال ب
الن َّي ِ_ة ُ َ
م ْ َّن َما اَأْل
ع
ِ ِ ِإ
Sesungguhnya amal itu tergantung pada niat. (HR. Al-Bukhari no. 1)
“Shalatlah dengan berdiri, jika tidak mampu maka dengan duduk, jika tidak mampu maka
dengan berbaring.” (HR. Al-Bukhari no. 117)
3. Takbiratul Ihram
َّ َ ُ ْ َ َ ُ ْ َّ َ ُ ْ َ َ ُ ُ ُّ َ َّ ُ َ ْ
ُ الت ْس ِل
يم ِمفتاح الصال ِة الطهور وتح ِريمها التك ِبير وتح ِليلها
Pembuka shalat adalah bersuci (wudhu), yang mengharamkan adalah takbir dan yang
menghalalkan adalah salam”. ((HR. Abu Daud 618, dishahihkan Al Albani
dalam Shahih Abi Daud)
Sunnah shalat
1. Sunnah berupa perkataan, bentuknya banyak sekali. Diantaranya: membaca do’a iftiftah,
ta’awudz, membaca basmalah, membaca surat setelah al Fatihah, membaca bacaan rukuk,
sujud, do’a antara dua sujud lebih dari sekali, do’a setelah tasyahud akhir dan lainnya.
2. Sunnah berupa perbuatan, bentuknya juga banyak. Diantaranya: mengangkat tangan saat
takbiratul ihram serta ketika akan dan setelah rukuk, meletakkan tangan kanan diatas
tangan kiri dan meletakkannya di atas dada saat berdiri, melihat tempat sujud, meletakkan
tangan diatas lutut saat rukuk, menjauhkan antara perut dan paha, paha dan betis saat
sujud, dan lainnya.
MATERI 13
Niat, Takbiratul Ikhram Dan Doa Iftitah
Niat adalah maksud atau keinginan kuat di dalam hati untuk melakukan sesuatu. Niat
merupakan pilar yang paling pokok dalam suatu ibadah. Suatau ibadah akan diterima bila
memenuhi dua hal, yaitu niat dan contoh dari rasulullah saw.
ّ ال ب َ ْ َّن َما اَأْل
ِ الن َّي
][رواه البخاري ومسلم... ات ِ ِ ُ م ع ِإ
Artinya: “Sesungguhnya (sahnya) amal itu tergantung kepada niat ...” [Hadits Riwayat al-
Bukhari dan Muslim]
]صاَل ِة ال ُوضُو ُء َوتَحْ ِري ُمهَا التَّ ْكبِي ُر َوتَحْ لِيلُهَا التَّ ْسلِي ُم [رواه أبو داود والترمذي
َّ ِم ْفتَا ُح ال
Artinya: “Kunci pembuka shalat itu wudhu, permulaannya takbir, dan penghabisannya
salam.” [Hadits Riwayat Abu Dawud dan at-Tirmidzi]
Hadist tersebut menjadi salah satu dasar bagi Muhammadiyah bahwa niat dalam shalat tidak
perlu dilafalkan. Karena memang tidak ada dalil yang memerintahkan atau tidak ada
peristiwa di mana para shahabat melihat Nabi Muhammad melafalkan niat dalam shalat.
4. Telapak tangan dihadapkan ke kiblat dan diangkat setinggi pundak atau telinga.
َ َ َّ َ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ َ ُ َ ْ َ َ َ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َ َّ َ ُ َ َّ َأ
،الصالة صلى هللا علي ِه وسلم كان يرفع يدي ِه حذو من ِكبي ِه ِإ ذا افتت _ح ن رسول الل ِه
َّ َأ ُّ َو َذا َر َف َع َرْأ َس ُه ِم َن،َو َذا َك َّب َر ِل ُّلر ُكوع
ً َر َف َع ُه َما َك َذل َك ْي،الر ُكوع
َ َو َق،ضا
َس ِم َع الل ُه:ال ِ ِإ ِإ
ُ ُّ َ َ ِ ُ َ ْ َ َ َ َ َ ُ ْ َ َ َ َ ِ َ َّ َ ُ َ َ ْ َ
ود
ِ وكان ال يفعل ذ ِلك ِفي السج، ربنا ولك الحمد،مِل ن ح ِمده
“Sesungguhnya Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dahulu mengangkat kedua
tangannya sejajar dengan kedua bahunya apabila memulai shalat dan ketika bertakbir
untuk ruku’ dan ketika mengangkat kepala dari ruku’ Beliau juga mengangkat keduanya
dan mengucapkan, “Sami’allâhu liman hamidah rabbanâ wa lakal hamdu” dan Beliau
tidak melakukan hal itu dalam sujudnya”. (HR. Bukhari)
5. Lalu letakkan tangan kanan pada punggung telapak tangan kirimu diatas dadamu, lalu
bacalah doa iftitah:
َ َّ ْ َ مْل ْ َ مْل َ الل ُح َّم َبا ِع ْد َب ْينى َو َب ْي َن َخ َطا َي
َ اى َك َما َب َّ
الل ُه َّم ن ِّق ِنى ِمن, اع ْد ْت َب ْي َن ا ش ِر ِق َوا غ ِر ِب ِ
ْ ْ َّ َ َّ ُ َّ ْ ْ َ َ َ َ مْل َ َّ َ ُ َ ْ َ ُ َّ َّ َ ُ َ َ َ َ َ ْ
اى ِبا ِاء َوالثل ِ_ج َوال َب َر ِد اللهم اغ ِسل خطاي, س ِ الخطايا كما ينقى الثوب االبيض ِمن الد
ن
Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahan-kesalahnku sebagaimana Engkau
menjauhkan antara timur dan barat. Ya (Tuhan) Allah, bersihkanlah aku dari kesalahan-
kesalahanku sebagaimana baju putih dibersihkan dari kotoran. Ya Allah, cucilah aku dari
kesalahan-kesalahanku dengan salju, air, dan air dingin. (HR. Bukhari dan Muslim)
Materi 14
Cara Membaca Al-Fatihah & Surat Al-Quran Saat Jadi Makmum
Setelah membaca doa iftitah dan taawuz dilanjutkan dengan membaca al-fatihah, karena
dalam shalat membaca al-Fatihah adalah wajib karena merupakan salah satu rukun shalat,
sehingga tidak sah shalat tanpa membacanya. Hal ini berdasarkan hadis:
ْأ َ َ َ َأ َّ َ ُ َ َّ َ َّ َّ ُ َ َ ْ َ َ َّ َ َ َ اَل َ اَل َّ َع ْن ُع َب َاد َة ْبن
ص ة مِل ْن ل ْم َي ْق َر الص ِام ِت ن رسول الل ِه صلى الله علي ِه وسلم قال ِ
اب َ ب َفات َحة ْالك
ت
ِ ِ ِ ِ ِ
Artinya: “Dari ‘Ubadab Ibn as-Samit (dilaporkan) bahwa Rasulullah saw bersabda: Tidak
sah salat orang yang tidak membaca Pembukaan Kitab (al-Fatihah).” [HR al-Bukhari dan
Muslim]
Hanya saja membaca al-Fatihah di belakang imam terdapat dua garis besar ijtihad fiqih, yaitu
ijtihad mazhab Hanafi dan ijtihad jumhur ulama. Dalam mazhab Hanafi makmum di
belakang imam dalam salat jamaah tidak membaca al-Fatihah. Hal ini didasarkan kepada
firman Allah:
َ ُ ُ َّ َ ْ َ َ ُ َئ ۡ ُ ۡ َ ُ َ ۡ َ ُ ْ َ ُ َ َأ
(٢٠٤( نص ُتوا ل َعلك ۡم ت ۡر َح ُمون
ِ وِإ ذا ق ِر ٱلقرءان فٱست ِمعوا لهۥ و
“Dan apabila dibacakan al-Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah
dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.” [QS. al-A’raf (7): 204]
َْ َ َ َ َ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َّ َ َّ َ ْ َ ْ َّ ْ َأ َ َ َ َ َ ْ َأ َأ َّ َ ُ َل
ال ت ْق َر ُءون خل ِفي عن عب ِد الل ِه ب ِن ِبي قتادة عن ِب ِيه ن رسو الل ِه صلى الله علي ِه وسلم ق
َ ْ ّ َ ُ َ َ ْ َ َ َ اَل َ ْ َ ُ اَّل ُأ
اب
ِ قالوا نعم قال ف تفعلوا ِإ ِب ِم ال ِكت
“Dari Abdullah Ibnu Abi Qatadah dari ayahnya (Abi Qatadah), (dilaporkan bahwa)
Rasulullah saw bertanya (kepada para sababatnya): Apakah kalian membaca sesuatu di
belakangku? Mereka menjawab: Ya. Beliau berkata: Jangan kalian lakukan itu, kecuali
Ummul-Kitab.” [HR. Ahmad]
Jadi jelas bahwa membaca al-Fatihah itu memang wajib hukumnya di dalam salat, baik
sendirian maupun berjamaah.
Setelah membaca Al-Fatihah dilanjutkan membaca surat/ayat Al-Quran. Para sahabat telah
sepakat bahwa setelah membaca surat Al-Fatihah disunahkan membaca ayat Al-Qur’an pada
dua rakaat pertama di semua shalat. Diantara dalilnya adalah sabda nabi shallallahu’alaihi
wasallam dari sahabat Abu Qatadah:
ُّ َ َ ْ ْ َ َ َّ ْ َ َ ْ ُأل ُأ َّ َ ُ َّ َ ُّ َّ َ
صال ِ_ة الظ ْه ِر ِب َفا ِت َح ِ_ة هللا َعل ْي ِ_ه َو َسل َ_م َي ْق َر ِفي الركعتي ِن ا وليي ِ_ن ِمن _صلى ان الن ِبي
َّ َ َ ُ ْ ُ َ َ َأ ْ َ ً َ َ َ ُأ ّ َو ُي َق،ور َت ْين ُي َط ّو ُل في اُأل َولى
ان َي ْق َر ِفي وك،ص ُ_ر ِفي الثا ِني ِ_ة ويس ِمع اآلي _ة حيانا ِ ِ ِ ِ
َ َو ُس،الك َتاب
ِ ِ
َ َّ ْ َ ُأل َ َ َ ُأل َ
َ َوك،ان ُيط ّو ُل في ا ولى َ
َ َوك،ور َت ْين َ ُ َ _ الك َت َ َ ْ َ
ان ُيط ّ ِو ُل ِفي الركع ِة ا ولى ِ ِ ِ اب وس ِ ِ العص ِر ِبفا ِتح ِ_ة
َّ ُّ ص َال _ة
ّ _ َو ُي َق،الص ْبح
ص ُر ِفي الثا ِن َي ِ_ة َ م ْن
ِ ِ ِ ِ
“Nabi shallallahu’alaihi wasallam membaca Al-Fatihah di dua rakaat pertama shalat
zhuhur dan juga membaca dua surat yang panjang pada rakaat pertama dan pendek pada
rakaat kedua dan terkadang hanya satu ayat. Beliau membaca Al-Fatihah di dua rakaat
pertama shalat ashar dan juga membaca dua surat dengan surat yang panjang pada rakaat
pertama. Beliau juga biasanya memperpanjang bacaan surat di rakaat pertama shalat
subuh dan memperpendeknya di rakaat kedua” (HR Al-Bukhari 759, Muslim 451)
ْ َ َّ اَل َ َ ّ ْ ُ َّ ْ َ ْأ َ ُ َ
َما ت َي َّس َر َم َع َك ِم ْن ال ُق ْر ِآن ِإ ذا ق ْم َت ِإ لى الص ِة فك ِبر ثم اقر
Jika engkau berdiri hendak melakukan shalat, maka bertakbirlah, kemudian bacalah ayat al-
Qur’an yang mudah bagimu.
Namun saat berjamaah, apalagi saat menjadi makmum shalat jahr, ketika imamnya membaca
surat-surat tersebut dengan keras maka makmum lebih baik mendengarkan bacaan imam:
َ ُ ُ َّ َ ْ َ َ ُ َئ ۡ ُ ۡ َ ُ َ ۡ َ ُ ْ َ ُ َ َأ
(٢٠٤( نص ُتوا ل َعلك ۡم ت ۡر َح ُمون
ِ وِإ ذا ق ِر ٱلقرءان فٱست ِمعوا لهۥ و
“Dan apabila dibacakan al-Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah
dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.” [QS. al-A’raf (7): 204]
َ َّ َ ْ َ ُ ص َّلى ب َنا َر ُس َ الص ِام ِت َق
َّ َع ْن ُع َب َاد َة ْبن
ِ الصل َو
ات هللا صلى هللا عليه وسلم بعض َ : ال
ِ ول ِ ِ
ُ ْ ُأ َّ ْ ُ َ ُ ْ ٌ َأ َّ َأ ْ َ َ َ ْ َّ
ال يق َر ن حد ِمنكم ِإ ذا جه ْرت ِبال ِق َراء ِة ِإ ال ِب ِم الق ْر ِآن: ال ِتي ُي ْج َه ُر ِفيها ِبال ِق َراء ِة فقال
ّ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ
“Dari Ubadah bin As-Shamit berkata bahwa Rasulullah pernah shalat yang bacaanya
dibaca dengan keras. Kemudian Rasul bersabda, ‘Janganlah kalian membaca bacaan ketika
aku sedang membaca bacaan dengan keras, kecuali Surat Al-Fatihah,’” (Lihat Abu
Abdurrahman An-Nasai, Al-Mujtaba minas Sunan, Sunan An-Nasai, juz II, halaman 139).
Materi 15
Rukuk Dan I’tidal
Rukuk dan I’tidal merupakan rukun shalat yang apabila ditinggalkan baik sengaja ataupun
tidak ketika shalat maka shalatnya batal. Jika terlupa di dalam Shalat maka pelaku diwajibkan
menambah roka'at dan sujud sahwi ketika mengingatnya.
Dari Sahabat Ali ra. Berkata, “Ketika Rasul melakukan gerakan ruku’, jika diletakkan
gelas di atas punggungnya maka tidak akan tumpah,” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
2. I’tidal yakni berdiri tegak dari rukuk seraya mengangkat kedua belah tangan seperti ketika
takbiratul ihram sambil mengucapkan:
َ َّ
َس ِم َع الل ُه مِل ْن َح ِم َد ُه
Dilanjutkan dengan membaca:
َ َر َّب َنا َو َل َك ْا
لح ْم ُد
Atau membaca:
ً َ َ َ َر َّب َنا َو َل َك ْا
لح ْم ُد َح ْم ًدا ك ِث ْي ًرا ط ِّي ًبا ُم َب َاركا ِف ْي ِه
Artinya : “Ya Tuhan kami, (hanya) untukMu lah (segala) pujian yang banyak, baik, dan
diberkahi padanya ”.
Jika shalat berjama’ah, ketika imam membaca Sami’allaahu liman hamidah, makmum
cukup membaca Robbanaa walakalhamdu atau Robbanaa walakalhamdu hamdan
katsiiran thayyiban mubaarokan fiihi.
_ ّربنا_ ولك_ الحمد: فقولوا، سمع هللا ملن حمده:وِإ ذا قال
“Jika ia (imam) mengucapkan: sami’allahu liman hamidah. Maka ucapkanlah: rabbana
walakal hamdu” (HR. Bukhari no. 361, Muslim no. 411).
Materi 16
Sujud Dan Duduk Diantara Dua Sujud
Sujud merupakan suatu keadaan yang membuat seorang hambanya dekat dengan
penciptanya. Posisi tersebut menunjukkan kerendahan seorang hambanya, dimana
menggambarkan bahwa dirinya hanya bisa berpasrah dan berserah kepada Allah SWT.
Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan
perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan. (QS. Al-Hajj: 77)
3. Meregangkan kedua telapak tangan dari lambung dan siku terangkat keatas tidak boleh
menyentuh lantai.
4. Setelah sempurna, kemudian membaca bacaan:
ْ َّ َّ َ
ُس ْب َحان َك الل ُه َّم َر َّب َنا َو ِب َح ْم ِد َك الل ُه َّم اغ ِف ْر ِلي
Maha suci Engkau ya Allah Tuhan kami dan dengan memuji-Mu, Ya Allah ampunilah aku.
(HR. Bukhari dan Muslim dari ‘Aisyah)
Duduk iftirosy adalah duduk dengan menegakkan kaki kanan dan membentangkan kaki kiri
kemudian menduduki kaki kiri tersebut.
ْ َّ
الرك َع ِة َ ص َب ْال ُي ْم َنى َو َذا َج َل
س ِفي َ س َع َلى ر ْجله ْال ُي ْس َرى َو َن
ِ ِ َ الر ْك َع َت ْين َج َل
َّ ي ف َ َف َذا َج َل
س
ِإ ِ ِ ِ ِإ
َ َ ْ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ آْل َ َ َّ َ ْ َ ُ ْ ُ ْ َ َ َ َ َ ُأْل
ا ِخر ِة قدم ِرجله اليسرى ونصب ا خرى وقعد على مقعد ِت ِه
Jika Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam duduk pada raka’at kedua, (maka) beliau
duduk di atas kaki kirinya dan menegakkan kaki kanannya. Kemudian ketika duduk di raka’at
terakhir, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengeluarkan kaki kirinya, menegakkan kaki
kanannya, kemudian duduk di atas tempatnya. (HR Bukhari, 785)
Duduk tawarruk adalah duduk dengan menegakkan kaki kanan dan menghamparkan kaki kiri
ke depan (di bawah kaki kanan).
ْ َّ
الرك َع ِة َ ص َب ْال ُي ْم َنى َو َذا َج َل
س ِفي َ س َع َلى ر ْجله ْال ُي ْس َرى َو َن
ِ ِ َ الر ْك َع َت ْين َج َل
َّ ي ف َ َف َذا َج َل
س
ِإ ِ ِ ِ ِإ
َ َ ْ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ آْل َ َ َّ َ ْ َ ُ ْ ُ ْ َ َ َ َ َ ُأْل
ا ِخر ِة قدم ِرجله اليسرى ونصب ا خرى وقعد على مقعد ِت ِه
Jika Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam duduk pada raka’at kedua, (maka) beliau
duduk di atas kaki kirinya dan menegakkan kaki kanannya. Kemudian ketika duduk di raka’at
terakhir, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengeluarkan kaki kirinya, menegakkan kaki
kanannya, kemudian duduk di atas tempatnya. (HR Bukhari, 785)
Shalat merupakan ibadah yang pertama kali yang bakal dihisab diakhirat nanti. Ibadah shalat
sudah ada tuntunannya dari Rasulullah SAW, baik dari segi gerakan maupun bacaannya.
Adapun tata cara shalatnya adalah sebagai berikut:
1. Niat
][رواه البخاري ومسلم... ات َّ
ي ّ ال ب
الن ُ َ
م ْ َّن َما اَأْل
ع
ِ ِ ِ ِإ
Artinya: “Sesungguhnya (sahnya) amal itu tergantung kepada niat ...” [Hadits Riwayat
al-Bukhari dan Muslim]
Para ulama sepakat niat adalah amalan hati, sehingga niat tidak perlu diucapkan. Ketika
hati sudah beritikad untuk melakukan shalat, itu sudah niat yang sah. Nabi
shallallahu’alaihi wasallam juga tidak pernah mengajarkan lafal tertentu untuk niat shalat.
2. Melakukan takbiratul ihram, caranya dengan mengangkat kedua tangan sejajar dengan
bahu atau ibu jari sejajar dengan daun telinga lalu letakkan telapak tangan kanan di bagian
punggung tangan kiri.
“Tangan diangkat sampai setinggi pundak (sebagaimana hadits riwayat Ahmad (shahih)
atau pangkal telinga.” (sebagaimana hadits riwayat Muslim).
7. I’tidal
ً َ َ َ َر َّب َنا َو َل َك ْا
لح ْم ُد َح ْم ًدا ك ِث ْي ًرا ط ِّي ًبا ُم َب َاركا ِف ْي ِه
“Ya Tuhan kami, (hanya) untukMu lah (segala) pujian yang banyak, baik, dan diberkahi
padanya ”.
8. Sujud
ْ ّ َ َ ّ َ
ُس ْب َحان َك الل ُه َّم َر َّبنا َو ِب َح ْم ِد َك الل ُه َّم اغ ِف ْر ِلى
“Segala puji bagi-Mu, Ya Allah Tuhan kami, dan dengan memuji-Mu yan Allah
ampunilahaku”.
10. Tasyahud
ُّالنبيَّ لس َال ُم َع َل ْي َك َأ ُّي َهاَّ _ َا.الطي َبا ُت
َّ َ ُ َ َ َّ َ ّ ُ َّ َّ َ
ِ ِّ الت ِحيات ِلل ِه والصلوات و
َ َ َ َ ْ َ ُ َ َّ َا.و َر ْح َم ُة هللا َو َب َر َكا ُت ُه.َ
َ َ
الص ِال ِح ْي َن
َّ هللا ِ لسالم علينا وعلى ِعبا ِد ِ
ُُ ْ ُ َ َ ُ ُ ْ َ ً َّ َ ُ َّ َ َأ ْ َ ُ َأ َّ َ َ ْ َ ُ َ ْ َأ
َ
هللا و شهد ن محمدا عبده ورسوله ِ شهد ان ال ِاله ِا.
ال
“Segala kehormatan, kebahagiaan dan kebagusan adalah kepunyaan Allah, Semoga
keselamatan bagi Engkau, ya Nabi Muhammad, beserta rahmat dan kebahagiaan Allah.
Mudah-mudahan keselamatan juga bagi kita sekalian dan hamba-hamba Allah yang baik-
baik. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan aku bersaksi bahwa
Muhammad itu hamba Allah dan utusan-Nya”. (HR. Jama’ah dari Ibnu Mas’ud)
َ َ َّ َ َ َ َّ َ ُ َ َ َ َّ ُ ّ َ
صل ْي َت َعلى ِإ ْب َر ِاه ْي َم َو ِال ِإ ْب َر ِاه ْي َم َو َب ِار ْك َعلى ص ِّل َعلى ُم َح َّم ٍد َو َعلى ِال محم ٍد كما اللهم
َ ْ َ
ِإ َّن َك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد.ُم َح َّم ٍد َو ِال ُم َح َّم ٍد ك َما َب َارك َت َعلى ِإ ْب َر ِاه ْي َم َو ِال ِإ ْب َر ِاه ْي َم
“Ya Allah, limpahkanlah kemurahan-Mu kepada Muhammad dan keluarganya,
sebagaimana Kau telah limpahkan kepada Ibrahim dan keluarganya, berkahilah
Muhammad dan keluarganya sebagaimana Kau telah berkahi Ibrahim dan keluarganya.
Sesungguhnya Engkau yang Maha Terpuji dan Maha Mulia”. (HR. Muslim, Ahmad, dan
Imam Syafi’i dari Ka’ab bin Ujrah)
12. Salam
ُ َ ُ َ ْ َ َ ْ ُ ْ َ َ ُ َ َّ
هللا َو َب َركات ُه
ِ السالم عليكم ورحم
ة
“Berbahagialah kamu sekalian dengan rahmat dan berkah Allah”. (HR. Abu Daud dari
Wail bin Hujr)
Materi 20
Doa dan Dzikir Sesudah Shalat
Disunnahkan berdzikir dan berdoa setelah menunaikan shalat lima waktu dengan dzikir yang
dicontohkan Rasulullah saw. Walaupun tetap diperkenankan untuk berdzikir dan berdoa
menurut kemampuannya masing-masing. Berikut adalah dzikir dan doa yang diajarkan
Rasulullah saw:
ُ ْ َ ْ َأ
3×ستغ ِفرهللا
Aku memohon ampun pada Allah
ْ َ ْ َ ْ َ َ ّ َ ْ َ َ َّ َ ْ َّ ُ َّ َأ
السالم ت َب َارك َت َياذال َجال ِل َواِإْل ك َر ِام اللهم نت السالم و ِمنك
Ya Allah Engkau Maha Sejahtera, dari-Mu kesejahteraan, Maha Berkah Engkau wahai
Dzatyang memiliki Keagungan dan Kemuliaan. (HR. Jama’ah kecuali Bukhari, dari
Tsauban)
َ َ ُ َ ْ َ ْ ُ َ َ مْل َ َ َّ َ َ
الِإ ل َه ِإ ال هللا َو ْح َد ُه ال ش ِر ْي َك ل ُه ل ُه ا ل ُك َول ُه ال َح ْم ُد َو ُه َو َعلى ك ِ ّل ش ٍيء ق ِد ٌير
“Tiada Rabb yang berhak disembah selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagiNya.
BagiNya puji dan bagi-Nya kerajaan. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. (HR. Bukhari
dan Muslim)
ُّ َو َال َي ْن َف ُع َذا ْال َجدم ْن َك ْال َجد، َو َال ُم ْعط َي َا َم َن ْع َت،َا َّلل ُه َّم َال َمان َع َا َأ ْع َط ْي َت
ِ ِ ِ مِل ِ مِل
“Ya Allah, tidak ada yang mencegah apa yang Engkau berikan dan tidak ada yang memberi
apa yang Engkau cegah. Tidak berguna kekayaan dan kemuliaan itu bagi pemiliknya (selain
iman dan amal shalihnya yang menyelamatkan dari siksaan). Hanya dari-Mu kekayaan dan
kemuliaan”. (HR. Bukhari dan Muslim)
َ َ َ ُ َ ْ َ ْ ُ َ َ مْل َ َ ُ َال َل َـه َّال
ال َح ْو َل. ل ُه ا ل ُك َول ُه ال َح ْم ُد َو ُه َو َعلى ك ِّل ش ْي ٍء ق ِد ْي ُر،هللا َو ْح َد ُه ال ش ِر ْي َك ل ُه ِإ ِإ
َّ ُ َ َ ُ ْ َ ْ ُ َ َ ُ َ ْ ُ َ ُ َّ َّ ُ ُ ْ َ َ َ ُ َّ َ َ َ
ُالث َناء َّ َ َّ ُ َ َ
له ال ِّنعمة وله الفضل وله، وال نعبد ِإ ال ِإ ياه، ال ِإ لـه ِإ ال هللا،ِوال قوة ِإ ال ِباهلل
َْ َ َ ُ َ َ ْ ْ ُ َّ َ َ َ ُ َ َ ْ
الد ْي َن َول ْو ك ِر َه الكا ِف ُر ْو َن
ِّ ال ِإ لـه ِإ ال هللا ُمخ ِل ِصين له،الحسن
Tiada Rabb (yang berhak disembah) kecuali Allah, Yang Maha Esa, tidak ada sekutu
bagiNya. BagiNya kerajaan dan pujaan. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Tidak ada
daya dan kekuatan kecuali (dengan pertolongan) Allah. Tiada Rabb (yang hak disembah)
kecuali Allah. Kami tidak menyembah kecuali kepadaNya. Bagi-Nya nikmat, anugerah dan
pujaan yang baik. Tiada Rabb (yang hak disembah) kecuali Allah, dengan memurnikan
ibadah kepadaNya, sekalipun orang-orang kafir sama benci.
33× هللا َ َ ْ ُ
ِ سبحان
َّ ْ
33× ال َح ْم ُد ِلل ِه
ْ ُ َأ
33× هللا ك َبر
Kemudian melengkapi jumlah 100 dengan bacaan:
َ َ ُ َ ْ َ ْ ُ َ َ مْل َ َ َّ َ َ
الِإ ل َه ِإ ال هللا َو ْح َد ُه ال ش ِر ْي َك ل ُه ل ُه ا ل ُك َول ُه ال َح ْم ُد َو ُه َو َعلى ك ِ ّل ش ٍيء ق ِد ٌير
Membaca ayat Kursi:
ض َم ْن رْ الح ُّي ْال َق ُّي ْو ُم َال َتْأ ُ _خ ُذ ُه ِس _ َن ٌة َو َال َ_ن ْ_و ٌم َ_ل ُ_ه َ _م ا في ال َّس _ َم َو ِت َو َ _م ا في اَأْل
َ هللا َال ِا َ_ل َ_ه َّال ُ _ه َو
ُ
ِ ِ ِ َأ ِإ
ْ َ ُ َ َْ َ ْ َّ ْ َّ َ
ذا ال ِذ ْي َيش َف ُع ِع ْن َد ُه ِاال بِِإ ذ ِن ِ_ه َي ْعل ُم َ_م ا َب ْي َن ْي ِ_د ْي ِه ْم َو َ_م ا خل َف ُه ْم َوال ُي ِح ْيط ْ_و َن ِبش_ ْيٍئ ِم ْن ِعل ِ_م ِه
ُموت َواَأل ْرض َو َال َيُئ ْو ُد ُه ِح ْف ُظ ُه َما َو ُه َو ْال َعل ُّي ْال َع ِظ ْيم ِ َّ َّال ب َما َشاء َو ِس َع ُك ْر ِس ُّي ُه
الس
ِ ِ ِ ِإ
Kemudia membaca surat al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas.
ْ ُ ْ َ َّ َأ
الل ُه َّم ِع ِ ّنى َعلى ِذك ِر َك َوشك ِر َك َو ُح ْس ِن ِع َب َاد ِت َك
Ya Allah, tolonglah aku agar selalu berdzikir/mengingat-Mu, bersyukur pada-Mu, dan
memperbagus ibadah pada-Mu.” (HR. Abu Daud dan Ahmad, shahih)
ُ وذ ب َك ْأن ُأ َر َّد َلى َأ ْر َذل
،الع ُم ِر
ُ ُ َ ْ ُ َ َ ُ َّ ُ َّ ّ ُ ُ َ َ ُ ْ َ َأ
ِ ِإ ِ وأع، و عوذ ِبك ِمن الجب ِن،اللهم ِإني أعوذ ِبك ِمن البخ ِلَأ
َ َ َ ْ َ ُ ُ َ َ ْ ُّ َ ْ ْ َ ُ ُ َ
اب الق ْب ِر
ِ و عوذ ِبك ِمن عذ،وأعوذ ِبك ِمن ِفتن ِة الدنيا
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kebakhilan, aku berlindung kepada-Mu dari sifat
pengecut, aku berlindung kepada-Mu dari kepikunan, dan aku berlindung kepada-Mu dari
fitnah dunia dan siksa kubur.” (HR. Al-Bukhari, Al-Tirmidzi, al-Nasai, dan Ahmad)
ْ َ َ اَل َ اَّل َأ َّ َّ َّ
ص ِري ِإ ل َه ِإ ن َت الل ُه َّم َعا ِف ِني ِفي ب، الل ُه َّم َعا ِف ِني ِفي َس ْم ِعي،الل ُه َّم َعا ِف ِني ِفي َب َد ِني
ْ ْ َ اَل َ اَّل َأ َ َ ْ َ ُ ْ ُ َ َّ ُ َّ َأ ُ ْ ُ َ َ ْ ُ ْ َ ْ َ ْ َ َأ
اب الق ْب ِر ِإ ل َه ِإ ن َتِ و عوذ ِبك ِمن ع،اللهم ِإ ِّني عوذ ِبك ِمن الكف ِر والفق ِر
ذ
“Ya Allah, berilah kesehatan badanku, ya Allah berilah kesehatan pada pendengaranku, ya
Allah berilah kesehatan pada penglihatanku, tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan
Engkau. Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari kekufuran dan kefakiran.
Aku berlindung kepadaMu dari siksa kubur. tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan
Engkau”. (HR. Abi Dawud dan Hakim dari Ibnu Abbas)
ً َ ً َ ً َ ْ ُ َأ َأ َّ َ
َو َع َمال ُم َتق َّبال، َو ِر ْزقا ط ِّي ًبا،الل ُه َّم ِإ ِّن ْي ْس ل َك ِعل ًما نا ِف ًعا
“Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepadaMu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang halal dan
amal yang diterima”. (HR. Ahmad, Ibnu Majah, dan Ibnu Syaibah dari Ummu Salamah)
ٰ ْ َ ُ َ َ َ ْ َ َّ َْ ََ
َر َّب َنا ظل ْم َنٓا ان ُف َس َنا َو ِا ْن ل ْم تغ ِف ْر ل َنا َوت ْر َح ْم َنا ل َنك ْون َّن ِم َن الخ ِس ِر ْي َن
“Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni
kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang
rugi.”(QS. Al-A’araf: 23)
َ َ
ض ُّر َع َنا َوتخ ُّش ْو َع َنا َ َا َّلل ُه َّم َر َّب َنا َت َـق َّـب ْل م َّنا
َ ص َال َت َنا َوص َيا َم َنا َو ُر ُك ْو َع َنا َو ُس ُج ْو َد َنا َو ُق ُع ْو َد َنا َو َت
ِ ِ
َ َ َ ُّ َ َ َ َ ّ ْ َ ْ ْ َ َ َ َ َ َ َّ ْ َ ْمَل
وتعبدنا وت ِمم تق ِصير نا يا اهلل يا رب العا ِ ين
“Ya Allah, terimalah shalat kami, puasa kami, rukuk kami, sujud kami, duduk rabah kami,
kerendahdirian kami, kekhusyukan kami, pengabdian kami, dan sempurnakanlah apa yang
kami lakukan selama kami menunaikan shala Ya Allah, Tuhan seru sekalian alam.”
Materi 21
Hal Yang Disunnahkan Dan Dianjurkan Dalam Shalat
Sunnah shalat adalah amalan yang dianjurkan untuk diamalkan dalam shalat agar
mendaptkan pahala lebih banyak, dan jika ditinggalkan tidak membatalkan shalatnya.
Sunah-sunah shalat :
1. Mengangkat tangan, yaitu pada saat takbiratul ihram, akan melakukan rukuk, i’tidal dan
berdiri pada rakaat yang ketiga.
Dari Salim dari bapaknya dia berkata, "Saya melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam apabila memulai shalat, maka beliau mengangkat kedua tangannya hingga
sejajar dengan kedua pundak, dan mengangkat tangan sebelum rukuk dan ketika berdiri
dari rukuk, namun beliau tidak mengangkat kedua tangannya antara dua sujud." (HR.
Muslim)
4. Membaca Isti’adzah
َّ الش ْي ٰطن ّٰ ْ َ ْ َ َ ٰ ْ ُ ْ َ َ َ َ َ ْأ
َّ الله م َن
الر ِج ْي ِم ِ ِ ِ ف ِاذا قر ت القران فاست ِعذ ِب
Maka apabila engkau (Muhammad) hendak membaca Al-Qur'an, mohonlah perlindungan
kepada Allah dari setan yang terkutuk.(QS. An-Nahl: 98)
9. Duduk Iftirasy
ْ َ َ َ َ ْ ُ ْ ْ َ َ َ َ َ ْ َ َ ْ َّ َ َف َذا َج َل
ص َب ال ُي ْم َنىس ِفي الركعتي ِن جلس على ِرج ِل ِه اليسرى ون ِإ
Jika Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam duduk pada raka’at kedua, (maka) beliau
duduk di atas kaki kirinya dan menegakkan kaki kanannya... (HR Bukhari, 785)
Shalat fardhu lima waktu merupakan ibadah wajib untuk umat Islam di seluruh belahan
dunia. Dalam mengerjakan shalat, sangat penting untuk memperhatikan hal yang wajib,
sunnah dan yang makruh serta membatalkan shalat. Itu menjadi salah satu cara agar shalat
menjadi khusyuk.
1. Melakukan gerakan selain shalat
2. Bertolak pinggang
ْ َ َأ َّن ُه َن َهى َأ ْن ُي-صلى هللا عليه وسلم- النب ِّى
َّ ص ِّل َى
الر ُج ُل ُمخ َت ِص ًرا َّ َع ْن َأ بى ُه َر ْي َر َة َعن
ِ ِ ِ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang seseorang shalat mukhtashiron (tangan
diletakkan di pinggang).” (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Menengadah keatas
ْ َ َ ُ َ ْ ُ َأ َّ َّ َّ َ َّ َّ َ َ ْ َ َ َّ َ َ َ َ َ ُ َأ َ َع َّن َأ َن
ال ق َو ٍام ما ب: س ْب َن َم ِال ٍك ر ِضي هللا عنه ن الن ِبي صلى اللهم علي ِه وسلم قال
َ الصاَل ة َل َي ْن َت ُه َّن َع ْن َذل َك َأ ْو َل ُت ْخ َط َف َّن َأ ْب
ص ُار ُه ْم َ الس َم ِاء في
َّ ى
َ ْ ُ َ َ ْ َ ْ َ ُ َ َأ
ل
ِ ِ ِ يرفعون بصارهم ِإ
Dari Anas ra: Rasulullah saw bersabda: “Apa yang membuat orang-orang itu
mengangkat penglihatan mereka ke langit dalam shalat mereka? Hendak-lah mereka
berhenti dari hal itu atau (kalau tidak), niscaya akan tersambar penglihatan mereka.”
(HR Bukhari)
Shalat merupakan ibadah yang sangat mulia. Saat itu seorang muslim menghadap kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan tubuh dan hatinya. Maka sepatutnya seorang muslim
mempersiapkan fisik dan ruhnya dengan baik agar dapat berkonsentrasi dan mendirikan
shalat dengan sempurna. Untuk mewujudkan hal tersebut maka perlu memperhatikan adab-
adab sebagai berikut:
1. Memilih pakaian yang indah
ُ َ ْ ََُ ْ ُ ُ َ َ َ َ
ند ك ِ_ ّل َم ْس ِج ٍد
_ يا ب ِني آدم خذوا ِزينتك _م ِع
“Hai anak adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid.” (Al
A’raf: 31)
2. Menyempurnakan wudhu
أو مع،من توضأ للصالة فأسبغ الوضوء ثم مشى إلى الصالة املكتوبة فصالها مع الناس
أو في املسجد غفر هللا له ذنوبه،الجماعة
“Siapa yang berwudhu untuk shalat dan dia sempurnakan wudhunya, kemudian dia
menuju masjid untuk shalat fardhu. Lalu dia ikut shalat berjamaah atau shalat di masjid
maka Allah mengampuni dosa-dosanya.” (HR. Muslim)
Materi 24
Keutamaan Dan Manfaat Shalat
4. Meninggikan derajat
َّ ً َّ َ َّ ً َّ َ َ َ ُ ُّ َْ َ ََْ
ود فِإ َّن َك ال ت ْس ُج ُد ِلل ِه َس ْج َدة ِإ ال َرف َع َك الل ُه ِب َها َد َر َجة َو َحط َع ْن َك ِب َها
ِ جالس ة َ
ِ عليك ِبك
ر ث
ً َ َئ
خ ِطي ة
Hendaklah engkau memperbanyak sujud! Karena engkau tidaklah sujud kepada Allâh
dengan sekali sujud melainkan Allâh akan meninggikan derajatmu dan akan
menghapuskan satu kesalahan dengan sebab sujud itu. (HR. Muslim)
5. Membersihkan dosa-dosa
َ َّ َ ْ َ َ ُ َ ْ َ َ ُ َ ُ َّ َ َ َ َّ ً َ َ ّ َ ُ َ َ ُ ُ ْ ُ ْ ُ َ ٌ ْ ُ ٌ ُ َ َ َ َ َ َّ ُأ
الصال ِة ا يتوض رجل مس ِلم فيح ِسن الوضوء فيص ِلى_ صالة ِإ ال غفر الله له ما بينه وبين
َ َّ
ال ِتى ت ِل َيها
Tidaklah seorang Muslim berwudhu’, dia memperbagus wudhu’nya, lalu ia mengerjakan
shalat melainkan Allâh Azza wa Jalla mengampuni baginya dosa di antara shalat tersebut
dan shalat berikutnya. (HR. Muslim)
Adapun tempat-tempat yang dilarang untuk melakukan shalat adalah sebagai berikut:
1. Shalat di tempat najis
ْ َّ َ َ َ َ ْ َ َ َ ْ َ ُ ُْ َ َ َ َ َ َ َّ
،هللا َع َّز َو َج َّل
ِ ِإ ن َما ِه َي ِل ِذك ِر. ِمن هذا البو ِل وال القذ ِر ِلش ْي ٍء تصلح ال املس ِاجد ه ِذ ِه ِإ ن
ُ َوق َر َاءة،الص َالة
الق ْر ِآن َّ َو
ِ ِ ِ
“Sesungguhnya masjid-masjid ini tidaklah boleh ada kencing dan kotoran (najis). Masjid
adalah tempat untuk berdzikir kepada Allah ‘azza wa jalla, untuk shalat, dan untuk
membaca Al-Qur’an”. (HR. Muslim, no. 285)
Juga ada larangan menyatukan kubur dan masjid. Dari Jundab, ia berkata bahwa ia
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ُ َ َ َ َ َأ َ ور َأ ْنب َيا ه ْم َو َ َأ َال َو َّن َم ْن َك
َ ان َق ْب َل ُك ْم َك ُانوا َي َّتخ ُذ
ُ ون ُق
ص ِال ِح ِيه ْم َم َس ِاج َد ال فال ت َّت ِخذوا ِ ِ ِئ
َ ب ِ ِإ
َ ُ َأ َ ْال ُق ُب
ور َم َس ِاج َد ِإ ِّنى ْن َهاك ْم َع ْن ذ ِل َك
“Ingatlah bahwa orang sebelum kalian, mereka telah menjadikan kubur nabi dan orang
saleh mereka sebagai masjid. Ingatlah, janganlah jadikan kubur menjadi masjid. Sungguh
aku benar-benar melarang dari yang demikian.” (HR. Muslim, no. 532)
3. Kandang Onta
َ َّ َ َّ َ ََ ُّ َ ُ َ َ َ َ َ َّ
الصال ِة ِفى َم َب ِار ِك اِإل ِب ِل فق َو ُسِئ َل َع ِن
ِ ال « ال تصلوا ِفى مب ِار ِك اِإل ِب ِل فِإ ن َها ِمن الشي
.» اط ِين
ٌ َ َ ُّ َ َ َ َ َ َ ْ َ َّ
صلوا ِف َيها فِإ َّن َها َب َركة :ض الغن ِم فقال ََ َ َ ُ َ
ِ وسِئ ل ع ِن الصال ِة ِفى مر ِاب
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang shalat di tempat menderumnya
unta, beliau menjawab, ‘Jangan shalat di tempat menderumnya unta karena unta biasa
memberikan was-was seperti setan.’ Beliau ditanya tentang shalat di kandang kambing,
‘Silakan shalat di kandang kambing, di sana mendatangkan keberkahan (ketenangan).’”
(HR. Abu Daud, no. 184; Tirmidzi, no. 81; Ahmad, 4:288. Al-Hafizh Abu Thahir
mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Sebelum turunnya ayat ini, kaum kafir Quraisy beribadah dengan telanjang. Mereka
menjalankan tawaf mengelilingi Ka'bah tanpa berpakaian. Majelis Tarjih Muhammadiyah
dalam Tanya Jawab Agama Jilid 2 mengutip tafsir Al Maraghi, yang menyebutkan riwayat
Abdullah bin Hamied dari Sa'ied bin Jubair.
Riwayat itu menceritakan, dahulu banyak orang melakukan tawaf dengan keadaan telanjang
bulat. Mereka berkata, "Kami tak bertawaf dengan pakaian yang kami gunakan untuk
melakukan dosa. Maka datanglah seorang wanita dengan melepas pakaiannya dan melakukan
tawaf serta meletakkan tangannya untuk menutup kemaluannya seraya berkata: 'Hari ini
kelihatan sebagian atau seluruhnya, maka yang tampak pun tidak aku bebaskan'."
3. Pakaian tidak terlalu sempit sehingga membentuk lekuk aurat yang ditutupinya.
4. Pakaian itu tidak menyerupai pakaian khas wanita.
5. Tidak menyerupai pakaian khas orang kafir.
6. Kainnya bukan sutera.
Materi 26
Aqidah Shahihah
Aqidah artinya keimanan yang kuat kepada Allâh, dan hak-Nya yang berupa tauhid,
keimanan kepada malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para nabi-Nya, hari akhir, serta
keimanan kepada takdir yang baik dan yang buruk. Dan perkara lainnya yang bercabang dari
pokok-pokok ini dan termasuk padanya yang termasuk ushuludin (pokok-pokok agama).
Begitu pentingnya aqidah dalam Islam, sehingga pelurusan aqidah adalah dakwah yang
pertama-tama dilakukan para rasul Allah, setelah itu baru mereka mengajarkan perintah
agama (syariat) yang lain.
(ون ُ َ)ما ُأ ر ُيد ِم ْن ُهم ِّمن ر ْزق َو َما ُأ ر ُيد َأ ن ُي ْط ِع٥٦(نس اَّل ِل َي ْع ُب ُدون
م َ َو َما َخ َل ْق ُت ْالج َّن َوا
ِ ِ ٍ ِّ ِ ِ ِإْل ِإ ِ
)٥٧
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-
Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki
supaya mereka memberi-Ku makan”. (QS. Adz-Dzariyat: 56-57)
ُ َ ُ َ ّ َأ َ َٰ َُ َّ َ وحا َل ٰى َق ْو ِم ِه َف َق
ْ ال َيا َق ْوم ً َل َق ْد َأ ْر َس ْل َنا ُن
اع ُب ُدوا الل َه َما لك ْم ِم ْن ِإ ل ٍه غ ْي ُر ُه ِإ ِني خاف َعل ْيك ْم ِ ِإ
اب َي ْو ٍم َع ِظ ٍيم َ َع َذ
Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata: "Wahai kaumku
sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya". Sesungguhnya (kalau kamu
tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat).
(QS. Al-A’raf: 59)
Materi Klasikal 27
Aqidah Dalam Manhaj Muhammadiyah
Aqidah adalah pokok ajaran Islam. Layaknya sebuah bangunan yang membutuhkan pondasi,
maka aqidah bagaikan pondasi agama ini. Aqidah inilah yang senantiasa ditanamkan oleh
Rasulullah kepada para sahabatnya sebelum ajaran-ajaran yang lainnya. Salah seorang
sahabat mengatakan:
“Ketika kami masih belia (usia menjelang baligh), kami belajar keimanan sebelum belajar al
Qur’an, ketika kami belajar al Qur’an semakin menambah keimanan kami”. (HR. Ibn
Hibban)
Dalam Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah pada pokok pikiran pertama yang
berbunyi: “Hidup manusia harus berdasar Tauhid (meng-Esakan) Allah; ber-Tuhan,
beribadah serta tunduk dan taat hanya kepada Allah”.
ون د ْ َو َما َأ ْر َس ْل َنا م ْن َق ْبل َك م ْن َر ُسول اَّل ُنوحي َل ْيه َأ َّن ُه اَل َٰل َه اَّل َأ َنا َف
ُ اع ُب
ِ ِإ ِإ ِ ِ ِإ ٍ ِإ ِ ِ ِ
Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan
kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah
olehmu sekalian akan Aku". (Al-Anbiya: 25)
Sejak tahun 1935 upaya perumusan Manhaj Tarjih Muhammadiyah telah dimulai yaitu
dengan surat edaran yang dikeluarkan oleh Hoofdbestuur (Pimpinan Pusat) Muhammadiyah.
Langkah pertama kali yang ditempuh adalah dengan mengkaji “Mabadi’ Khomsah”
( Masalah Lima ) yang merupakan sikap dasar Muhammadiyah dalam persoalan agama
secara umum. Karena adanya penjajahan Jepang dan perang kemerdekaan, perumusan
Masalah Lima tersebut baru bisa diselengarakan pada akhir tahun 1954 atau awal 1955 dalam
Muktamar Khusus Majelis Tarjih di Yogyakarta. Karena Masalah Lima tersebut masih
bersifat umum, maka Majelis Tarjih terus berusaha merumuskan manhaj untuk dijadikan
pegangan di dalam menetapkan hukum Islam.
Pada tahun 1985-1990, tepatnya pada tahun 1986, setelah Muktamar Muhammadiyah ke- 41
di Solo, Majelis Tarjih baru berhasil merumuskan 16 point pokok-pokok Manhaj Tarjih
Muhammadiyah. Adapun Pokok-pokok Manhaj Majelis Tarjih adalah sebagai berikut.:
1. Dalam beristidlal, dasar utamanya adalah al-Qur‟an dan al-Sunnah alShahihah (al-
maqbûlah). Ijtihad dan istinbâth atas dasar „illah terhadap hal-hal yang tidak terdapat
dalam nash dapat dilakukan sepanjang tidak menyangkut bidang ta‟abbudî, dan memang
hal yang diajarkan dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia. Majelis Tarjih di dalam
berijtihad menggunakan tiga macam bentuk ijtihad yaitu:
a. Ijtihad Bayânî yaitu ijtihad terhadap nash yang mujmal, baik karena belum jelas
makna yang dimaksud maupun karena suatu lafazh mempunyai makna ganda
(musytarak), atau karena pengertian lafal dalam ungkapan yang konteksnya
mempunyai arti jumbuh (mutasyâbih).
b. Ijtihad Qiyâsî : yaitu menganalogikan hukum yang disebut dalam nash AlQuran
maupun Hadis kepada masalah baru yang belum ada ketentuan hukumnya, seperti
menqiyaskan zakat tebu, kelapa, lada, cengkeh, dan sejenisnya dengan zakat gandum;
menganalogikan hukum haramnya bir, wiski dan vodka dengan haramnya khamr, dsb.
c. Ijtihad Istishlâhî yaitu ijtihad terhadap masalah yang tidak ada nashnya secara khusus
dengan berdasarkan illat untuk kemaslahatan, seperti membolehkan wanita keluar
rumah dengan beberapa syarat, membolehkan menjual barang wakaf yang diancam
lapuk, mengharamkan nikah antar agama dsb.
4. Berprinsip terbuka dan toleran. Majelis Tarjih tidak mengklaim bahwa hanya putusan
majelis yang paling benar meskipun putusannya dirumuskan berdasarkan dalil- dalil
yang dipandang paling kuat. Oleh karena itu, koreksi dari siapapun akan diterima dengan
lapang dada sepanjang didukung oleh dalil-dalil lain yang lebih kuat. Dengan demikian,
dimungkinkan bagi Majelis Tarjih untuk mengubah keputusan yang pernah ditetapkan
seperti pencabutan larangan menempel gambar KH. Ahmad Dahlan karena kekhawatiran
terjadinya syirik sudah tidak ada lagi, pencabutan larangan perempuan untuk keluar
rumah, dsb.
5. Dalam masalah akidah hanya dipergunakan dalil-dalil mutawatir. Rumusan ini perlu
ditinjau ulang karena mempunyai dampak yang sangat besar pada keyakinan sebagian
besar umat Islam, khususnya kepada warga Muhammadiyah. Sebab, rumusan tersebut
mempunyai impilkasi bahwa Persyarikatan Muhammadiyah akan “menolak beratus-ratus
hadis shahîh” dengan alasan bahwa semuanya itu termasuk hadis Ahad sehingga tidak
bisa dipakai dalam masalah akidah. Ini berarti juga banyak dari keyakinan kaum
muslimin yang selama ini dipegang erat akan tergusur dengan rumusan tersebut seperti
keyakinan adanya adzab kubur dan adanya malaikat Munkar dan Nakir, syafa‟at Nabi
Muhammad saw pada hari kiamat, sepuluh sahabat yang dijamin masuk syurga, adanya
timbangan amal (mîzân), jembatan yang membentang di atas neraka untuk masuk syurga
( shirâth ), telaga Nabi Muhammad saw ( haudh ), adanya tanda- tanda hari kiamat sepeti
turunnya Isa, keluarnya Dajjal. Rumusaan di atas juga akan menjerat Persyarikatan ini ke
dalam kelompok ”munkiru al-sunnah” walau secara tidak langsung.
6. Tidak menolak ijma‟ sahabat sebagai dasar suatu keputusan. Ijma‟ dari segi kekuatan
hukum dibagi menjadi dua yaitu ijma‟ qaulî, seperti ijma‟ para sahabat untuk membuat
standarisasi penulisan Al Qur‟an dengan rasm Utsmani; dan ijma‟ sukûtî. Ijma‟ seperti
ini kurang kuat.
7. Dalam menghadapi dalil-dalil yang nampak mengandung ta‟ârudh” digunakan cara “al
jam‟u wa al-taufîq” seperti menjama‟ antara Al-Baqarah : 234 dengan QS Al-Thalaq : 4
dalam menentukan batasan iddah wanita hamil yang ditinggal mati oleh suaminya,
apakah menggunakan iddah wafat atau iddah wanita hamil ? Maka, diambil masa „iddah
yang paling lama. Apabila cara ini tidak berhasil maka dilakukan tarjîh.
8. Menggunakan asas “sadd al-dzarâi‟“ untuk menghindari terjadinya fitnah dan mafsadah.
Sadd al-dzarâi adalah perbuatan untuk mencegah hal-hal yang mubah karena akan
mengakibat kepada hal-hal yang dilarang seperti larangan memasang gambar KH.
Ahmad Dahlan, sebagai pendiri Muhammadiyah, karena dikawatirkan akan membawa
kepada kemusyrikan. Walaupun akhirnya larangan ini dicabut kembali pada Muktamar
Tarjih di Sidoarjo karena kekawatiran tersebut sudah tidak ada lagi. Contoh lain adalah
larangan menikahi wanita non-muslimah dari kalangan ahli kitab di Indonesia karena
akan menyebabkan finah dan kemurtadan. Keputusan ini ditetapkan pada Muktamar
Tarjih di Malang 1989.
9. Men-ta‟lil dapat dipergunakan untuk memahami kandungan dalildalil Al-Qur‟an dan al-
Sunnah sepanjang sesuai dengan tujuan syari‟ah sehingga berlaku qaidah : “ al-hukmu
yadûru ma‟a „ilatihi wujûdan wa‟adaman” seperti perintah menghadap arah Masjid al-
Haram dalam salat yaitu arah ka‟bah; juga perintah untuk meletakkan hijâb antara laki-
laki dan perempuan. hijâb yang dimaksud adalah menjaga pandangan antara laki-laki dan
perempuan yang pada Muktamar Majlis Tarjih di Sidoarjo 1968 diputuskan bahwa
pelaksanaannya mengikuti kondisi yang ada, yaitu pakai tabir atau tidak selama aman
dari fitnah.
10. Pengunaaan dalil-dalil untuk menetapkan suatu hukum dilakukan dengan cara
konprehensif utuh dan bulat tidak terpisah-pisah satu dari lainnya sepanjang saling
berhubungan. Misalnya dalam memahami larangan menggambar makhluq yang
bernyawa jika dimaksudkan untuk disembah atau dikawatirkan akan menyebabkan
kemusyrikan.
11. Dalil-dalil umum al Qur‟an dapat ditakhshîsh dengan hadis Ahad kecuali dalam bidang
akidah.
12. Dalam mengamalkan agama Islam menggunakan prinsip “taisîr “ seperti dzikir singkat
setelah salat lima waktu, salat Tarawih dengan 11 rekaat, dan sebagainya.
13. Dalam bidang ibadah yang diperoleh ketentuan- ketentuannya dari Al-Qur‟an dan al-
Sunnah, pemahamannya dapat dengan menggunakan akal sepanjang dapat diketahui latar
belakang dan tujuannya. Meskipun harus diakui kemampuan akal itu terbatas (nisbî),
sehingga prinsip mendahulukan nash daripada akal memiliki kelenturan dalam
menghadapai situsi dan kondisi. Contohnya adalah ketika Majlis Tarjih menentukan awal
Bulan Ramadlan dan Syawal, selain menggunakan metode rukyat (berdasarkan nash),
juga menggunakan metode hisab (hasil ilmu pengetahuan yang diperoleh akal manusia).
14. Dalam hal- hal yang termasuk “al-umûr al-dunyâwiyah” yang tidak termasuk tugas para
nabi, penggunaan akal sangat diperlukan, demi kemaslahatan umat. Kelimabelas, untuk
memahami nash yang musytarak, paham sahabat dapat diterima. Keenambelas, dalam
memahani nash, makna zhahir didahulukan dari takwil dalam bidang akidah. Takwil
sahabat dalam hal ini, tidak dapat diterima. Misalnya, dalam memahami ayat-ayat dan
hadist yang membicarakan sifat-sifat dan perbuatan Allah swt seperti Allah bersemayam
di atas Arsy, Allah turun ke langit dunia, dan sebagainya.
Materi 28
Makna Dan Konsekuensi Syahadatain
Syahadat menurut bahasa berasal dari bahasa Arab yaitu syahida yang artinya telah bersaksi.
Syahadatain yaitu beri’tikad dan berikrar bahwasanya tidak ada yang berhak disembah dan
menerima ibadah kecuali Allah Subhanahu Wa Ta’ala, menta’ati hal tersebut dan
mengamalkannya, menafikan hak penyembahan dari selain Allah, siapa pun orangnya dan
penetapan hak Allah semata untuk disembah.
َ صاني َف َق ْد َع َصى
هللا َ اع
َ َو َم ْن َع،هللا َ اعن ْي َف َق ْد َأ َطَ َم ْن َأ َط
ِ ِ
Barangsiapa yang taat kepadaku berarti ia telah taat kepada Allah dan barangsiapa yang
durhaka kepadaku berarti ia telah durhaka kepada Allah. (H.R. Bukhari)
َٰ َ َ َّ ُ َ َّ اَل ّ الل َه ُم ْخلص َين َل ُه
َّ اَّل ُأ
الزكاة ۚ َوذ ِل َك الص ة َو ُيْؤ توا ين ُح َن َف َاء َو ُي ِق ُيموا
َ الد
ِ ِ ِ َو َما ِم ُروا ِإ ِل َي ْع ُب ُدوا
َْ ُ
ين الق ِّي َم ِةِد
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka
mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (QS.
Al-Bayyinah: 5)
َ َ َّ
وت َو ُيْؤ ِم ْن ِبالل ِه فق ِد
ُ َّ ُ ْ َ ْ َ َ ْ َ ُ ْ ُّ الدين ۖ َق ْد َت َب َّي َن ّ اَل ْك َر َاه في
ِ الرشد ِمن الغ ّ ِي ۚ ف َمن يكف ْر ِبالطاغ ِ ِ ِ ِإ
َّ َ
ٌص َام ل َها ۗ َوالل ُه َسم ٌيع َع ِليم ْ اَل
َ اس َت ْم َس َك ب ْال ُع ْر َوة ال ُوثق ٰى انف
َ ْ ْ ْ
ِ ِ ِ ِ
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang
benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan
beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat
kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-
Baqarah: 256)
Konsokuensi syahadat
1. Konsekuensi “Laa ilaha ilallah”
Yaitu meninggalkan ibadah kepada selain Allah dari segala ma'cam yang dipertuhankan
Keutamaan syahadat
1. Allah akan menghapus dosa-dosanya.
2. Allah Ta’ala akan menghilangkan kesulitan dan kesediahannya di dunia dan akhirat.
َ ُ اَل ْ ْ َ َّ
َو َم ْن َي َّت ِق الل َه َي ْج َع ْل ل ُه َمخ َر ًجا َو َي ْر ُزق ُه ِم ْن َح ْيث َي ْحت ِس ُب
“Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar
baginya. Dan memberi-nya rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (Ath-Thalaq:
2-3).
3. Allah akan menjadikan dan menghiasi dalam hatinya rasa cinta kepada iman serta
menjadikan di dalam hatinya rasa benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan.
َ َأْل َ ُ َ َّ ُ َأ َ
_َ_و_ ا_ ْ_ع_ _ل_ ُ_م_ و_ا_ َّ _ن_ ِ_ف_ ي_ _ك_ ْ_م_ َ_ر_ ُ_س_ و_ َ_ل_ ا_ل_ _ل_ ِ_ه_ ۚ_ ل_ ْ_و_ ُي_ ِ_ط_ ي_ ُ_ع_ _ك_ ْ_م_ ِ_ف_ ي_ _ك_ ِث_ ي_ ٍ_ر_ ِ_م_ َ_ن_ ا_ ْ_م_ ِ_ر_ _ل_ َ_ع_ ِ_ن_ ُّ_ت_ ْ_م
ُ ْ ُ َ َ ُ ُُ ُ َ َّ َٰ
_َ_و_ _ل_ ِ_ك_ َّ _ن_ ا_ل_ _ل_ َ_ه_ َ_ح_ َّ_ب_ َ_ب_ ِإ ل_ ْي_ _ك_ ُ_م_ ا_ِإْل ي_ َ_م_ ا_ َ_ن_ َ_و_ َ_ز_ َّ_ي_ َن_ ُ_ه_ ِ_ف_ ي_ _ق_ ل_ و_ ِ_ب_ _ك_ ْ_م_ َ_و_ _ك_ َّ _ر_ َ_ه_ ِإ _ل_ ْ_ي_ _ك_ ُ_م_ ا_ _ل_ _ك_ ْ_ف_ َ_ر
َٰ ُأ ْ ْ
_ص_ َ_ي_ ا_ َ_ن_ ۚ_ و_ _ل_ ِئ َ_ك_ ُ_ه_ ُ_م_ ا_ل_ َّ _ر_ ا_ ِ_ش_ ُ_د_ و_ َ_ن _ْ _َ_و_ ا_ _ل_ ُ_ف_ ُ_س_ و_ َ_ق_ َ_و_ ا_ _ل_ ِ_ع
Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti
kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi
Allah menjadikan kamu "cinta" kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di
dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan
kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus. (Q.S. Al-
Hujuraat: 7)
Iman kepada Allah merupakan asas dan pokok dari keimanan, yakni keyakinan yang pasti
bahwa Allah adalah Rabb dan pemilik segala sesuatu, Dialah satu-satunya pencipta,
pengatur segala sesuatu, dan Dialah satu-satunya yang berhak disembah, tidak ada sekutu
bagi-Nya. Semua sesembahan selain Dia adalah sesembahan yang batil, dan beribadah
kepada selain-Nya adalah kebatilan.
َأ Allah Ta’ala berfirman: َأ َأ
َْ ْ َ ون من ُدون _ه ُه َو ْال َباط ُ_ل َو َّن
َ ُ ْ َ َ َّ َ ُّ َ ْ َ ُ َ َّ َ َ
هللا ُه َو ال َع ِل ُّي الك ِب ُ_ير ِ ِِ ِ ذ ِلك ِب ن هللا هو الحق و ن مايدع
“(Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan)
Yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah, itulah yang
batil, dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. Al Hajj:
62)
Dialah Allah yang disifati dengan sifat yang sempurna dan mulia, tersucikan dari segala
kekurangan dan cacat. Ini merupakan perwujudan tauhid yang tiga, yatu tauhid rububiyah,
tauhid uluhiyah, dan tauhdi asma’ wa shifat. Keimanan kepada Allah mengandung tiga
macam tauhid ini, karena makna iman kepada Allah adalah keyakinan yang pasti tentang
keesaan Allah Ta’ala dalam rububiyah, uluhiyah, dan seluruh nama dan sifat-Nya.
3. Iman terhadap uluhiyah, adalah pengesaan Allah dalam ibadah karena hanya Allah satu-
satunya yang berhak diibadahi.
اط ُ_ل َ هللا ُه َو ْال َح ُّق َوَأ َّن َم َاي ْد ُع
َ ون من ُدون _ه ْال
ب َ َذل َك بَأ َّن
ِ ِِ ِ ِ ِ
” Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang hak dan sesungguhnya yang
mereka seru selain Alloh, itulah yang batil” (QS. Luqman: 30).
Banyak manusia yang kufur dan ingkar dalam hal tauhid ini. Karena itulah Allah
mengutus para rasul dan menurunkan kitab-kitab kepada mereka, sebagaimana Allah
jelaskan,
ْ َو َمآَأ ْر َس ْل َنا_ من َق ْبل َ_ك من َّر ُسول َّال ُنوحي َل ْي _ه َأ َّن ُه آل َل َه آل َأ َنا َف
_ِ اع ُب ُد
ون ِإ ِإ ِ ِ ِإ ٍ ِإ ِ ِ ِ
” Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan
kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah
olehmu sekalian akan Aku“.” (QS. Al Anbiya’: 25)
Iman kepada malaikat adalah percaya dan yakin bahwa Allah swt. telah menciptakan
malaikat dari cahaya (nur). Malaikat memiliki sifat selalu taat, tunduk, patuh kepada Allah,
tidak pernah ingkar janji, dan tidak membutuhkan makan dan minum.
َُ َ ُ َ ُّ ُخل َق ْت امْل َاَل َك ُة م ْن ُنور َو ُخل َق ْال َج
ان ِم ْن َم ِار ٍج ِم ْن ن ٍار َوخ ِل َق َآد ُم ِم َّما ُو ِصف لكم ِ ٍ ِ ِئ ِ
“Malaikat itu diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan
dari apa yang telah diterangkan kepada mu semua.” (HR. Muslim, Ahmad, Tirmidzi dan
Ibnu Majah)
Sebenarnya jumlah malaikat itu ada banyak sekali. Yang mengetahui bilangan atau jumlah
malaikat hanya Allah swt. Firman Allah swt. yang artinya:
َ ْ ْ اَّل اَّل َ َو َما َي ْع َل ُم ُج ُن
ود َر ِّب َك ِإ ُه َو َو َما ِه َي ِإ ِذك َرى ِلل َبش ِر
“Tiada yang mengetahui bilangan malaikat selain Allah sendiri. (Q.S. Al-Muddassir:31).
Berikut ini nama-nama malaikat dan tugasnya yang wajib kita imani atau ketahui:
1. Jibril, adalah penghulu dari para malaikat yang bertugas sebagai perantara untuk
menyampaikan wahyu kepada para nabi atau rasul dengan kehendak Allah swt.
ُ ْ َ َ ْ َ َّ اَل ْ َ َ ْ َ ٰ َ َ ْ ُّ َ ْ َأ ْ ْ ُ َ َ َّ ُ َ
ات ذو ال َع ْر ِش ُيل ِقي الروح ِمن م ِر ِه على من يشاء ِمن ِعب ِاد ِه ِلين ِذر يوم الت ِ_ق
َ ُ ِ ر ِفيع الدرج
(Dialah) Yang Maha Tinggi derajat-Nya, Yang mempunyai 'Arsy, Yang mengutus Jibril
dengan (membawa) perintah-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-
hamba-Nya, supaya dia memperingatkan (manusia) tentang hari pertemuan (hari kiamat).
(QS. Gafir: 15)
َ َ َو َما َن َت َن َّز ُل اَّل بَأ ْمر َر ّب َك ۖ َل ُه َما َب ْي َن َأ ْيد َينا َو َما َخ ْل َف َنا َو َما َب ْي َن َٰذل َك ۚ َو َما َك
ان َر ُّب َك ن ِس ًّيا ِ ِ ِ ِ ِ ِإ
Dan tidaklah kami (Jibril) turun, kecuali dengan perintah Tuhanmu. Kepunyaan-Nya-lah
apa-apa yang ada di hadapan kita, apa-apa yang ada di belakang kita dan apa-apa yang
ada di antara keduanya, dan tidaklah Tuhanmu lupa. (QS. Maryam: 64)
2. Mikail, bertugas untuk memberi rezeki kepada seluruh mahkluk Allah.
3. Israfil, bertugas meniup sangkakala pada hari kiamat dan hari kebangkitan
4. Izrail, bertugas untuk mencabut nyawa.
5. Munkar dan Nakir, bertugas menanyakan manusia di alam kubur
6. Rakib, bertugas mencatat amal perbuatan baik/benar manusia
ٌ الش َمال َقع
يد
ّ
ن َ ْذ َي َت َل َّقى امْل ُ َت َل ّق َيان َعن ْال َيمين َو
ع
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِإ
ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan
dan yang lain duduk di sebelah kiri. (QS. Qaf: 17)
2. Kitab Zabur : kitab yang diturunkan kepada Nabi Daud AS untuk dijadikan pedoman
hidup bagi kaumnya.
َالنب ّي َ_ين َع َل ٰى َب ْعض ۖ َو َآت ْينا
َّ ض َّ الس َم َاوات َواَأْل ْرض ۗ َو َل َق ْد َف
َ ض ْل َنا َب ْع َّ ْ َ ُ َ ْ َ َ ُّ َ َأ
ٍ ِِ ِ ِ وربك علم ِبمن ِفي
ً ود َز ُب
ورا َ َد ُاو
Dan Tuhan-mu lebih mengetahui siapa yang (ada) di langit dan di bumi. Dan
sesungguhnya telah Kami lebihkan sebagian nabi-nabi itu atas sebagian (yang lain), dan
Kami berikan Zabur kepada Daud. (QS. Al-Isra: 55)
3. Kitab Injil : Kitab yang diturunkan kepada Nabi Isa AS, sebagai pedoman dan petunjuk
hidup bagi Bani Israil.
ْ َ َّ ص ّد ًقا َا َب ْي َن َي َد ْيه م َن
_َ الت ْو َر ِاة ۖ َوآت ْي َن ُاه اِإْل ن ِج
يل ِف ِيه َ َو َق َّف ْي َنا َع َل ٰى َآثاره ْم بع َيسى ْابن َم ْر َي َم ُم
ِ ِ مِل ِ ِ ِِ ِِ
ْ ً َ َّ ص ّد ًقا َا َب ْي َن َي َد ْيه م َن
َ َُ ٌ َُ ً ُ
الت ْو َر ِاة َو ُه ًدى َو َم ْو ِعظة ِلل ُم َّت ِق َين ِ ِ هدى ونور وم ِ مِل
Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi nabi Bani Israil) dengan Isa putera Maryam,
membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat. Dan Kami telah memberikan
kepadanya Kitab Injil sedang didalamnya (ada) petunjuk dan dan cahaya (yang
menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi
petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa. (QS. Al-Ma’idah: 46)
4. Kitab Al-Quran : Kitab Al-Quran adalah kitab yang diturunkan kepada Nabi terakhir yaitu
Muhammad SAW sebagai petunjuk hidup umatnya. Berbeda dengan kitab-kitab
sebelumnya yang terbatas untuk satu kaum, Al-Quran tidak hanya diturunkan untuk
Bangsa Arab, melainkan untuk seluruh umatnya.
2. Apa yang Allah sebutkan dalam kitab-kitab tersebut secara terperinci, maka wajib diimani
secara terperinci.
َ ْ ُ َّ َ َ ْ َ ُ ْ َ ْ ُ َ َأ
اب
ٍ وقل آمنت ِبما نزل الله ِمن ِكت
“Dan Katakanlah: "Aku beriman kepada semua kitab yang diturunkan Allah.” (QS. Asy-
Syura: 15)
3. Membenarkan kabar-kabar yang shahih, seperti kabar yang terdapat dalam Alquran, atau
berita yang belum dirubah dan diganti dalam kitab-kitab terdahulu.
4. Beriman bahwa Allah menurunkan Alquran sebagai hakim terhadap kitab-kitab dan
pembenar terhadapnya, sebagaimana firman Allah Ta’ala,
َ ً
اب َو ُم َه ْي ِمنا َعل ْي ِه َ ص ّد ًقا َا َب ْي َن َي َد ْيه م َن ْالك
ت َ اب ب ْال َح ّق ُم
َ َ َوَأ ْن َز ْل َنا َل ْي َك ْالك
ت
ِ ِ ِ ِ ِ مِل ِ ِ ِ ِإ
”Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran,
membenarkan apa yang sebelumnya, Yaitu Kitab-Kitab (yang diturunkan sebelumnya)
dan batu ujian terhadap Kitab-Kitab yang lain itu.” (QS. Al-Maidah: 48).
Ahli tafsir berkata, “Muhaiminan” artinya yang dipercaya dan menjadi saksi atas kitab-
kitab sebelumnya serta membenarkanya, maksudnya membenarkan apa yang ada di
dalamnya yang shahih serta menafikan sesuatu yang telah dirubah diganti dan
diselewengkan serta hukum yang telah dihapus padanya, atau menetapkan dan
mensyariatkan hukum-hukum baru. Karena itu, semua yang berpegang teguh pada kitab-
kitab terdahulu tunduk kepadanya, sebelum berlaku kitab sesudahnya. Sebagaimana
firman Allah Ta’ala,
ْ ُ َ َ َ َ َ َ ين َآت ْي َن ُاه ُم ْالك َت َ َّالذ
َوِإ ذا ُي ْتلى َعل ْي ِه ْم قالوا َآم َّنا ِب ِه ِإ َّن ُه ال َح ُّق ِم ْن. اب ِم ْن ق ْب ِل ِه ُه ْم ِب ِه ُيْؤ ِم ُنون ِ ِ
َ ُ
َر ِّب َنا ِإ َّنا ك َّنا ِم ْن ق ْب ِل ِه ُم ْس ِل ِم َين
“Orang-orang yang telah Kami datangkan kepada mereka Al kitab sebelum Al Quran,
mereka beriman (pula) dengan Al Quran itu. Dan apabila dibacakan (Al Quran itu)
kepada mereka, mereka berkata: "Kami beriman kepadanya; sesungguhnya; Al Quran itu
adalah suatu kebenaran dari Tuhan Kami, Sesungguhnya Kami sebelumnya adalah
orang-orang yang membenarkan(nya).” (QS. Al-Qasas: 52-53)
Materi 32
Makna Iman Kepada Rasul, Nama Nabi Dan Rosul
Iman kepada para rasul merupakan salah satu rukun iman yang wajib diimani. Karena para
rasul adalah sebagai perantara antara Allah dan hamba-Nya dalam menyampaikan risalah
(wahyu) dan dalam rangka menegakkan hujjah Allah bagi para hamba-Nya. Iman kepada
para rasul adalah dengan membenarkan wahyunya dan menetapkan nubuwahnya
(kenabiannya). Sungguh, para rasul adalah orang-orang yang jujur (shidiq) terhadap yang
disampaikan dari Allah. Sungguh, mereka telah menyampaikan risalah (wahyu) dan
menjelaskan pada manusia tentang sesuatu yang tidak boleh mereka jahil (bodoh) padanya.
Dalil tentang wajibnya beriman pada para Rasul amat banyak. Di antaranya Allah Ta’ala
berfirman:
َّ َ َ َ َ َّ ْ َّ َ ْ َآ
َّ الله َو ْال َي ْوم اَآْل خر َوامْل َاَل َكة َو ْالك َتاب َو
الن ِب ِّي َ_ين ِ ِ ِ ِئ ِ ِ ِ ِ ول ِكن ال ِبر من من ِب
“Akan tetapi, sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian,
malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi.” (Al Baqarah: 177)
ُ َ َّ اَل َآ َ َ َّ ُ ُ َ ُأ ْ َ َ ْ ْ َ َ مْل ُْؤ ُ َ ُ َآ
ون ك ٌّل َم َن ِبالل ِه َو َم ِئ ك ِت ِه َوك ُت ِب ِه َو ُر ُس ِل ِه من الرسول ِبما ن ِزل ِإ لي ِه ِمن ر ِّب ِه وا ِمن
“Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian
pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya.” (Al Baqarah: 285)
اَل َ ٌ َ َ َ ُ ْ ُ مْل ُ ْ َ َ اَّل ُ َ ّ َ َ ُ ْ َ َ َ ْ َ َ َ َأ ْ َ َ اَل
صل َح ف خ ْوف َعل ْي ِه ْم َو ُه ْم وما نر ِسل ا رس ِلين ِإ مب ِش ِرين ومن ِذ ِرين ۖ فمن آمن و
َ َي ْح َز ُن
ون
Dan tidaklah Kami mengutus para rasul itu melainkan untuk memberikan kabar gembira dan
memberi peringatan. Barangsiapa yang beriman dan mengadakan perbaikan, maka tak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. (QS. Al-An’am: 48)
Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan tentang para Nabi dan Rasul di dalam Al-Qur-an
ada 25, yaitu Adam, Idris, Nuh, Hud, Shalih, Ibrahim, Luth, Isma’il, Is-haq, Ya’qub, Yusuf,
Syu’aib, Ayyub, Dzulkifli, Musa, Harun, Dawud, Sulaiman, Ilyas, Ilyasa’, Yunus, Zakariya,
Yahya, ‘Isa dan Muhammad, َات هللاِ َو َسالَ ُمهُ َعلَ ْي ِه ْم َأجْ َم ِع ْين
ُ صلَ َو
َ . Lihat surat Ali ‘Imran: 33; Hud: 50,
Ada 5 yang dikenal dengan nama Ulul ‘Azmi, Ulul azmi adalah utusan Allah yang
mempunyai kesabaran, keuletan, ketepatan hati, dan perjuangannya melebihi lainnya.
Adapun nabi yang mendapat gelar ulul azmi adalah, Nabi Nuh As, Nabi Ibrahim As, Nabi
Musa As, Nabi Isa As, dan Nabi Muhammad Saw.
keimanan pada Rasul terkandung empat unsur di dalamnya, yaitu:
1. Mengimani bahwa Allah benar-benar mengutus para Nabi dan Rasul
اَل ُ َ َّ اَل ُ َ ُ َ َ َّ ُ ُ َ ُأ ْ َ َ ْ ْ َ ّ َ مْل ُْؤ
ون ۚ ك ٌّل َآم َن ِبالل ِه َو َم ِئ ك ِت ِ_ه َوك ُت ِب ِ_ه َو ُر ُس ِل ِه آمن الرسول ِبما ن ِزل ِإ لي ِه ِمن ر ِب ِه وا ِمن
َُن َف ّر ُق َب ْي َن َأ َحد م ْن ُر ُسله ۚ َو َق ُالوا َسم ْع َنا َوَأ َط ْعنا
ِ ِِ ِ ٍ ِ
Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya,
demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak
membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan
mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat". (QS. Al-Baqarah: 285)
ُ مْل ُ َ َّ َ
__ك_ _ذ_ َ_ب_ ْ_ت_ _ق_ ْ_و_ ُ_م_ ن_ و_ ٍ_ح_ ا_ _ ْ_ر_ َ_س_ ِ_ل_ ي_ َ_ن
Kaum Nuh telah mendustakan para rasul. (QS. As-Syu’ura: 105)
2. Mengimani nama-nama Nabi dan Rasul yang kita ketahui dan mengimani secara global
nama-nama Nabi dan Rasul yang tidak ketahui.
َ ْ ُ ْ َ ْ َّ َّ ُ ْ َ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َّ ُ ْ َ ْ َ ً ْ َ َ َأ
ص َعل ْي َك َولق ْد ْر َسل َنا ُر ُسال ِّمن قب ِلك ِمنهم من قصصنا عليك و ِمنهم من لم نقص
“Dan sesungguhnya telah Kami utus bebrapa orang rasul sebelum kamu, di antara
mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak
Kami ceritakan kepadamu”. (QS. Al Mukmin:78)
Di antara rukun iman yang wajib diimani oleh seorang muslim adalah beriman kepada hari
Akhir. Disebut hari akhir karena tidak ada lagi hari sesudahnya. Setiap manusia akan
menghadapi lima tahapan kehidupan yaitu mulai dari [1] sesuatu yang tidak ada, kemudian
[2] berada dalam kandungan, kemudian [3] berada di alam dunia, kemudian [4]
memasuki alam barzakh (alam kubur) dan terakhir [5] memasuki kehidupan akhirat. Dan
hari akhir inilah tahapan akhir kehidupan manusia. (Lihat Syarh Al Aqidah Al Wasithiyah,
Ibnu Utsaimin, 352)
Dibawah ini merupakan beberapa tahapan atau proses yang akan dihadapi manusia pada hari
akhir, yakni sebagai berikut.
1. Alam barzah, adalah batas antara alam dunia dan alam akhirat yang disebut juga sebagai
alam kubur.
2. Yaumul Ba’as, adalah hari kebangkitan kembali semua makhluk hidup setelah mengalami
kematian atau setelah hari akhir. Firman Allah SWT:
َ ْ َٰ َأ َ َ ُ ُ َ ْ َ ُ َّ ُ َ ْ َ َّ َ ْ َ َأ ْ َ ْ اَل ْ َأ
وت ۚ َبل ٰى َو ْع ًدا َعل ْي ِه َح ًّقا َول ِك َّن كث َرَو ق َس ُموا ِبالل ِه جهد يم ِان ِهم ۙ يبعث الله من يم
َ الناس اَل َي ْع َل ُم
ون َّ
ِ
Artinya : “Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpahnya yang sungguh-
sungguh: “Allah tidak akan akan membangkitkan orang yang mati”. (Tidak demikian),
bahkan (pasti Allah akan membangkitnya), sebagai suatu janji yang benar dari Allah,
akan tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui” (QS. an-Nahl ayat 38)
5. Surga dan neraka, adalah suatu tempat pembalasan bagi setiap orang. Bagi orang-orang
yang beriman dan beramal shaleh, ia akan mendapatkan tempat di surga bersama dengan
kenikmatan yang tak terhingga.
َ َ َأْل
ِإ َّن ا ْب َر َار ل ِفي ن ِع ٍيم
“Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam surga yang
penuh kenikmatan” (QS. al-Infitar: 13)
ْ َ َ ُ َ ٰ َ ْ َ ْ َ ّ ُ ْ َ َ َّ َ ْ ُ َ َّ َ َ ُ َ َأْل ْ ُ ُأ
ض ِع َّد ْت ِلل ُم َّت ِق َين وس ِارعوا ِإ لى مغ ِفر ٍة ِمن ر ِبكم وجن ٍة عرضها السماوات وا ر
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya
seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (Ali
Imran:133)
Materi 34
Iman Kepada Hari Kiamat 2
Allah tidak menciptakan alam raya ini kekal selamanya. Tetapi, suatu hari pasti akan berakhir
َ َ ْ اَّل ّ اَل ْ ُ
ان ُم ْر َس َاها ۖ ق ْل ِإ َّن َما ِعل ُم َها ِع ْن َد َر ِّبي ۖ ُي َج ِل َيها ِل َوق ِت َها ِإ ُه َو ۚ ث ُقل ْت َ اعة َأ َّي َ الس َّ ن َ ون َك
ع
َ ُ َ ْ َأ
يس ل
ِ ِ
ْ ُ اَل َ ْأ ُ اَّل ْ ً َأ ُ َ َ َأ ْ ات َواَأْل
ض ۚ ت ِتيك ْم ِإ َبغ َتة ۗ َي ْس لون َك ك َّن َك َح ِف ٌّي َع ْن َها ۖ ق ْل ِإ َّن َما ِعل ُم َها ِع ْن َد ِ ر َ َّ في
ِ الس َماو ِ
َالناس اَل َي ْع َل ُمون َّ الله َو َٰلك َّن َأ ْك َث َر
َّ
ِ ِ ِ
“Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: "Bilakah terjadinya?" Katakanlah:
"Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun
yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru
haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu
melainkan dengan tiba-tiba". Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar
mengetahuinya. Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang bari kiamat itu adalah di
sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui". (QS. Al-A’raf: 187)
ً ً َّ َّ َ ُ َ ْ َ ُ ْ َ ٌ ٌ َ َْ ُّ َ_ف_ _ َذا ُن ِف َخ في ال
( اح_ َدة _ _ِ _ال _ف_ _ ُدك َتا َدكة َو _ _ َ)و ُح ِمل ِت األرض وال ِجب١٣( اح_ َدة _ _ِ خ _ ة َو _ _ ور نفِ _ _ _ص ِ ِإ
َ َ ُ َ َ َ مْل ٌ َ َ َ ْ َ َ َ ُ َ َّ َّ َ ْ َ ُ َ َْ َ َ َ َ ََْ
)وا _ل _ __ك على١٦( )وانش _ _ _ق ِت الس _ _ _ماء ف ِهي يومِئ ٍذ و ِاه _ي _ __ة١٥( )فيومِئ ٍذ وقع ِت الوا ِق _ع _ __ة١٤
ْون ال َت ْخ َفى م ْن ُكم
َ __ض ُ َ)ي ْو َم ذ ُت ْع َر١٧( ش َرب َك َف_ _ ْو َق ُه ْم َي ْو َم ذ َث َمان َي_ _ ٌ_ة َ ْ َ ُ ْ َ َ َ َ ْ َأ
ِ ٍ ِئ ِ ٍ ِئ ِّ رجاِئ ه_ _ ا ويح ِ_م_ _ ل _ع_ _ ر
ٌَ َ
)١٨( خا ِفية
Maka apabila sangkakala ditiup sekali tiup, dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu
dibenturkan keduanya sekali bentur. Maka pada hari itu terjadilah hari kiamat, dan
terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadi lemah. Dan malaikat-malaikat berada
di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu ada delapan malaikat menjunjung 'Arasy
Tuhanmu di atas (kepala) mereka. Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tiada
sesuatu pun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah). (QS. Al-Haqqah: 13-18)
Iman kepada segala hal yang terjadi pada hari Akhir dan tanda-tandanya merupakan
keimanan terhadap hal ghaib yang tidak bisa dijangkau oleh akal, dan tidak ada jalan untuk
mengetahuinya kecuali dengan nash melalui wahyu.
ٌ َ ْ َ َ ٌ مْل ْ َ َ ٌ مْل ْ َ َ ُ َ َّ ُ ُ َ َ َ َ َّ َّ
َوخ ْسف ِفي، َوخ ْسف ِبا غ ِر ِب، خ ْسف ِبا ش ِر ِق:ات ٍ الساعة ال تك ْون َحتى تك ْون عش ُر َآي ِإ ن
ُ ْأ ْأ
ْ َّ ُ ْ ُ َ ُ ْ ُ َ َ ُ ْ ُ َ َ ٌ َّ َ ُ َّ َّ َ ُ َ ُّ َ َ َ َ ْ َ ْ
س ِم ْن
ِ وطلوع الشم، وي جوج وم جوج، ودابة، والدجال، والدخان،ج ِزير ِة العر ِب
ُ َ َّ ُ َ ْ َ َ َ ْ َ ْ ُ ُ ْ َ ٌ َ َ َ ْ َ
َون ُز ْو ُل ِع ْي َسى ْب ِن َم ْر َي َم،اس ونار تخرج ِمن قع ِر عد ٍن ترحل الن،مغ ِر ِبها
“Hari Kiamat tidak akan terjadi sehingga kalian melihat sepuluh tanda: (1) penenggelaman
permukaan bumi di timur, (2) penenggelaman permukaan bumi di barat, (3) pe-nenggelaman
permukaan bumi di Jazirah Arab, (4) keluarnya asap, (5) keluarnya Dajjal, (6) keluarnya
binatang besar, (7) keluarnya Ya’juj dan Ma’juj, (8) terbitnya matahari dari barat, dan (9)
api yang keluar dari dasar bumi ‘Adn yang meng-giring manusia, serta (10) turunnya ‘Isa
bin Maryam Alaihissallam.” (HR. Muslim no. 2901)
Diantara ulama yang melakukan pembagian dengan metode ini adalah al-Hafidz Ibnu Hajar
al-Asqalani. Beliau menjelaskan,
َ ما أخبر النبي صلى هللا عليه وسلم بأنه:
سيقع قبل أن تقوم الساعة على أقسام
ما لم يقع: الثالث. ما وقعت مباديه ولم يستحكم: الثاني. ما وقع على َو فق ما قال:أحدها
منه شيء ولكنه سيقع
Peristiwa yang diberitakan Nabi ﷺyang akan muncul sebelum terjadinya kiamat, ada 3
macam:
Pertama, apa yang telah terjadi sebagaimana yang telah beliau sampaikan.
Kedua, peristiwa yang sudah dimulai, namun belum berakhir.
Ketiga, peristiwa yang belum pernah terjadi dan akan terjadi. (Fathul Bari Syarh Shahih
Bukhari, 13/83).
Metode pembagian berdasarkan tingkat kedahsyatannya dan seberapa jauh dia disebut
kejadian luar biasa. Berdasarkan pembagian ini, tanda kiamat dibagi 2:
1. Tanda kiamat sughra (kecil). Itulah kejadian yang menjadi tanda kiamat dan sudah lama
terjadi sejak masa silam, sehingga orang menganggapnya masih dalam taraf normal.
Seperti, orang berlomba-lomba meninggikan bangunan, merebaknya kebodohan,
banyaknya gempa bumi, dst.
2. Tanda kiamat kubro (besar). Yaitu kejadian luar biasa yang hanya akan terjadi ketika
mendekati kiamat. Seperti, keluarnya Dajjal, Ya’juj & Ma’juj, turunnya Nabi Isa ‘alaihis
salam, termasuk terbitnya matahari dari barat.
Diantara ulama yang membagi tanda kiamat dengan metode semacam ini adalah al-Hafidz
al-Baihaqi rahimahullah. Beliau mengatakan,
وأما كبارها فقد بدت،فأما صغارها فقد ُوجد أكثرها
َّ وهذه األشراط صغار وكبار؛
… آثارها
Tanda-tanda kiamat tersebut ada yang besar dan ada yang kecil. Tanda kiamat kecil
(sughra), sebagian besar telah terjadi. Sementara tanda kiamat kubro (besar), telah nampak
ciri-cirinya… (al-Ba’ts wa an-Nusyur, al-Baihaqi, hlm. 128).
Materi 35
Surga dan neraka
Salah satu diantara pokok ajaran Islam adalah mengimani keberadaan Surga (Al Jannah)
dan Neraka (An Naar) sebagai bagian dari keimanan akan datangnya hari akhir. Allah telah
menciptakan Surga dan neraka sebelum penciptaan manusia. Allah telah menetapkan
penghuni untuk keduanya. Sesiapa yang menginginkan surga, maka baginya surga. dan
sesiapa yang menginginkan neraka, maka nerakalah untuknya, sebagai bentuk keadilanNya.
َ اس َو ْالح َج َار ُة ۖ ُأ ع َّد ْت ل ْل َكافر
ين ُ َّ ود َها
الن َّ َف ْن َل ْم َت ْف َع ُلوا َو َل ْن َت ْف َع ُلوا َف َّات ُقوا
ُ الن َار َّالتي َو ُق
ِ ِ ِ ِ َأْل ِ ِ َأ ِإ
ْ َ ْ َ َّ َ َّ ُ َ
َ َّ َوبشر الذين َآمنوا َوعملوا ُ َ َّ ّ َ
ات ت ْج ِري ِمن ت ْح ِت َها ا ن َه ُار
ٍ ات ن ل ُه ْم َجن ِ الص ِالح ِ ِ ِ ِ
“Peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan
bagi orang-orang kafir. Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman
dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-
sungai di dalamnya...”. (QS. Al-Baqarah : 24-25).
ْ ُ ُأ َ ْ َ مْل ُ ْ َ َ َ َ َ َ َأ ْ َ ٌ َ َأ ْ ََ ْ
ث َّم ْد ِخل ُت،ان ال ْد ِري َما ِه َي _ وغ ِشيها لو،َّم انطل َق ِبي َح َّتى ان َت َهى ِبي ِإ لى ِسدر ِة ا نتهى
مْل ُ َ ُ ُّ َ َ َ ْ
َوِإ ذا ت َر ُاب َها ا ِ ْس ُك، _ فِإ ذا ِف َيها َح َب ِاي ُل اللْؤ لِؤ،ال َج َّنة
“Kemudian Jibril mengajakku ke Sidratul Muntaha. Ia diselaputi warna-warni yang tidak
aku ketahui. Lalu aku dibawa masuk ke dalam syurga. Ternyata di dalamnya terdapat
dinding-dinding yang terbuat dari permata, dan debu dari wewangian kasturi” (HR.
Bukhori dan Muslim).
Tingkatan surga
Tingkatan surga yang paling tinggi ialah Firdaus. Nabi memerintahkan ummatnya untuk
berdoa memohon Firdaus melalui sabdanya.
َ َّ َ الل ُه ل ْل ُم َجاهدَّ َ َّ َ َّ ْ َ َّ َئ َ َ َ َ َأ
الد َر َج َت ْي ِن ك َما َب ْي َن
َّ الله َما َب ْي َن يلبسَ ين في
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِإ ن ِفي الجن ِة ِما ة درج ٍة عدها
َأ
َّط ْال َج َّنة َو ْع َلى ْال َجنة ُ َ ْ ُ َّ َ َ ْ َ ْ ْ ُ ُ ْ َ َ َّ ُ ُ ْ َ َ َ َأ
َأ َأ ْ َّ َ َ َأْل
ِ ِ فِإ ذا س لتم الله فاس لوه ال ِفردوس فِإ نه وس، ض ِ ُأالسم ِاء وا ر
ْ َأ َ ُ َر ُاه َف ْو َق ُه َع ْر
َو ِم ْن ُه ت َف َّج ُر ْن َه ُار ال َج َّن ِة، الر ْح َم ِن
َّ ش
“Sesungguhnya surga terdiri atas seratus tingkat, Allah menyediakannya untuk orang-
orang yang berjihad di jalan-Nya, jarak antara dua tingkatnya seperti jarak antara langit
dan bumi. Karena itu, Jika kalian meminta pada Allah mintalah kepadaNya Firdaus,
karena sesungguhnya Firdaus adalah surga yang paling utama, dan merupakan tingkatan
tertinggi dari surga, di atasnya terdapat ‘Arsy Ar Rahman dan dari Firdaus itulah
memancar sungai-sungai surga”. ( HR. Bukhari 2790 & Ibnu Hibban 4611)
Dahsyatnya neraka
َ لظا ِ َين م ْن َأ ْن
ص ٍار
َّ َ َ ُ َ ْ َ ْ َّ َ َ َ ْ َأ ْ ُ ْ َ َ َّ َ َّ َ
ِ ربنا ِإ نك من تد ِخ ِل النار فقد خزيته ۖ وما ِل مِل
Ya Tuhan kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka
sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang
penolongpun. (QS. Al-Imran:192)
Kedalaman Neraka
َ َّ َّ َ ُّ َّ َ َ َ ً َ ْ َ َ َ ْ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َّ َ َّ ُ
صلى_ الل ُه َعل ْي ِ_ه ول الل ِه صلى الله علي ِ_ه وسلم ِإ ذ س ِمع وجب _ة فقال الن ِب _ي ِ ك َّنا َم َع َر ُس
ُ
الن ِار ُم ْنذ َّ ال َه َذا َح َج ٌر ُرم َي به في
ِِ ِ ِ َ ول ُه َأ ْع َل ُم َق
ُ ُ َ َ ُ َّ َ ْ ُ َ َ َ َ َ َ ُ ْ َ َ َّ َ َ
وسلم تدرون ما هذا قال قلنا_ الله ورس
َ َ ْ َّ آْل َ َ
الن ِار ا َن َح َّتى ان َت َهى ِإ لى ق ْع ِر َها َس ْب ِع َ_ين خ ِر ًيفا ف ُه َو َي ْه ِوي ِفي
“Kami pernah bersama Nabi shallallahu alaihi wasallam tiba-tiba beliau mendengar
seperti suara benda jatuh ke dasar. Nabi shallallahu alaihi wasallam bertanya, ‘Tahukah
kalian suara apa itu?’ Kami menjawab, ‘Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.’ Beliau
bersabda, ‘Ini adalah batu yang dilemparkan ke neraka sejak 70 tahun yang lalu dan
sekarang baru mencapai dasarnya”. (HR. Muslim no. 2844)
Materi 36
Qodho Dan Qodar
Iman kepada qadha dan qadar merupakan satu masalah ushul (pokok) dalam Islam, Iman
seorang hamba tidak akan sempurna kecuali mesti beriman kepadanya.
Diriwayatkan oleh Umar bin Khattab Radiyallahu ‘Anhu bahwa ketika Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wasallam di tanya oleh Jibril ‘Alaihissalam tentang iman, beliau bersabda
َ َ َ ُ
رواه. آلخ ِر َو ت ـْؤ ِم َن ِبالق َد ِر خ ْي ِر ِه َو ش ّ ِر ِه
ْ َْ ْ َ ُ ُ َ ُ ُ َ َ َ َ َ
ا م وـي ال و هل سر و ـهب ـ ت ك و ه ت ك الم و هلل
ِ ا ـ ـب َ َأ ْن ُتـْؤ م
ن
ِ ِ ِِ ِِ ِ ِ ِئ ِ ِ
مسلم
”Engkau beriman kepada Allah, para Malaikat–Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari
akhir dan engkau beriman kepada taqdir-Nya yang baik maupun yang buruk” (HR. Muslim)
2. Taqdir mubrom yaitu qadha dan qadarnya Allah swt yang sudah tidak dapat diubah lagi
oleh manusia, walau ada ikhtiar dan tawakkal. Sebagaimana firman Allah swt berikut :
َ ً َ َ َ ْ ُ َ ُ ِّ ُ َّ َ َ ٌ َ َ َ َ َ َ ُ ُ ْ َ َ ْ َ ْأ
اعة َوال َي ْس َت ْق ِد ُم ْو َن ف ِاذاجاءاجلـهم ال يست ِخرون س و ِلكل ام ٍة اجل
Artinya : “Dan tiap-tiap umat memiliki. Maka apabila telah datang waktunya mereka
tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat pula memajukannya”.
(QS. Surat Al- A’raf : 7/34)
Semua yang kamu lakukan selanjutnya harus dipasrahkan kepada Allah swt, karena Allah
swt adalah zat yang mengatur dan menentukan segala sesuatunya. Sebagaimana firman
Allah swt berikut :
ُ ُ َّ َ
هللا فـ َت َوكل ْوا ِا ْن ك ْن ُت ْم ُمْؤ ِم ِن ْي َن َ َ
ِ وع َلى
Artinya : “Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar
orang yang beriman”. (QS. Al- Maidah : 5/23).
Materi 37
Pembatal keislaman
Allah menciptakan kita, tidaklah untuk dibiarkan begitu saja. Tidaklah kita diciptakan hanya
untuk makan dan minum atau hidup bebas dan gembira semata. Akan tetapi, ada tujuan yang
mulia dan penuh hikmah di balik itu semua yaitu melakukan ibadah kepada Sang Maha
Pencipta. Ibadah ini bisa diterima hanya dengan adanya tauhid di dalamnya. Jika terdapat
noda-noda syirik, maka batallah amal ibadah tersebut. Tauhid adalah Syarat Diterimanya
Ibadah Perlu diketahui bahwa ibadah tidak akan diterima kecuali apabila memenuhi 2 syarat:
Pertama, memurnikan ibadah kepada Allah semata (tauhid) dan tidak melakukan kesyirikan.
Kedua, mengikuti tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ibadah apapun yang
tidak memenuhi salah satu dari kedua syarat ini, maka ibadah tersebut tidak diterima.
َّ َ ْ ُ َ ُ ُ ْ ُ َ ْ ْ َ َ ُ َّ ُ ُ ْ ْ ُ ُ َّ َ َ َّ َ ُّ ُ ْ ُ ْ ُ ْ ْ ُ
ٌ الل ُه َغ ُف
ٌ ور َر ِح
يم قل ِإ ن كنتم ت ِحبون الله فات ِبعو ِني يح ِببك _م الله ويغ ِفر لكم ذنوبكم ۗ و
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(QS. Al-Imran: 31)
Berikut ini adalah hal-hal yang dapat membatal;kan keislaman seseorang, yaitu:
1. Syirik َأ
َ ْ َ َ َّ ْ َ َ َٰ َ ُ َ ُ ْ َ َ َ َ ْ ُ ْ ُ ْ َ َّ َّ َ اَل
ون ذ ِل َك مِل ْن َيش ُاء ۚ َو َم ْن ُيش ِر ْك ِبالل ِه فق ِد افت َر ٰى ِإ ن الله يغ ِفر ن يشرك ِب ِه ويغ ِفر ما د
ْ
ِإ ث ًما َع ِظ ًيما
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala
dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang
mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (QS. An-
Nisa:48)
َّ َّ الل ُه َع َل ْيه ْال َج َّن َة َو َمْأ َو ُاه
الن ُار ۖ َو َما ِللظامِل ِ َين ِم ْن
َّ َ َّ َ ْ َ َ َّ ْ ْ ُ ْ َ ُ َّ
ِإ نه من يش ِرك ِبالل ِه فقد حرم
ِ
َ َأ ْن
ص ٍار
Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah
mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-
orang zalim itu seorang penolongpun. (QS. Al-Maidah: 72)
2. Orang yang membuat perantara antara dirinya dengan Allah, yaitu dengan berdo’a,
memohon syafa’at, serta bertawakkal kepada mereka
ْ َّ َ َ َ اَّل َ َأ ُ َ َّ
_َ_و_ ا_ _ل_ ِ_ذ_ ي_ َ_ن_ ا_ َّ_ت_ _خ_ _ذ_ و_ا_ ِ_م_ ْ_ن_ ُ_د_ و_ ِن_ ِ_ه_ ْ_و_ ِ_ل_ َ_ي_ ا_ َ_ء_ َ_م_ ا_ ن_ ْع_ ُب_ ُ_د_ ُ_ه_ ْ_م_ ِإ ِ_ل_ ُ_ي_ _ق_ ّ ِ_ر_ ُب_ و_ _ن_ ا_ ِإ ل_ ى_ ا_ل_ _ل_ ِ_ه_ ُ_ز_ ل_ َ_ف_ ٰ_ى
Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata):"Kami tidak
menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan
sedekat-dekatnya". (QS. Az-Zumar: 3)
3. Tidak meyakini kafirnya orang musyrik, meragukan kekafiran mereka, atau bahkan
membenarkan keyakinan mereka
4. Meyakini adanya petunjuk yang lebih sempurna dari Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam
5. Tidak senang dan membenci hal-hal yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam
6. Menghina Islam
7. Sihir
َ ْ ُأ َ َ َ ُ ُ َ َ ُ َ َّ َ َ ً َّ َ ْ َ ْ َأ َ َ ً َأ
ول فق ْد ك َف َر ِب َما ن ِز َل َعلى ُم َح َّم ٍدمن تى ك ِاهنا و عرافا فصدقه ِبما يق
“Barangsiapa mendatangi dukun lalu mempercayai apa yang dikatakannya, maka ia telah
kafir kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad.” (HR. Abu Daud, Ahmad, dan at-
Tirmidzi)
9. Meyakini bahwa manusia bebas keluar dari syari’at Nabi Muhammad saw
Yaitu orang yang mempunyai keyakinan bahwa sebagian manusia diberikan keleluasaan
untuk keluar dari syariat (ajaran) Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam,
sebagaimana Nabi Khidir dibolehkan keluar dari syariat Nabi Musa ‘alaihissallam, maka
ia telah kafir.
Karena seorang Nabi diutus secara khusus kepada kaumnya, maka tidak wajib bagi
seluruh menusia untuk mengikutinya. Adapun Nabi kita, Muhammad shallallahu ‘alaihi
wa sallam diutus kepada seluruh manusia secara kaffah (menyeluruh), maka tidak halal
bagi manusia untuk menyelisihi dan keluar dari syari’at beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Allah Ta’ala berfirman:
ً الله َل ْي ُك ْم َجم
يعا
َّ ُ ُ َ
ول سر ين ُ
اس َّ ُق ْل َيا َأ ُّي َها
الن
ِ ِ ِإ ِّ ِإ
“Katakanlah: ‘Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu
semua…’” (Al-A’raaf/7: 158)
َّ اك اَّل َك َّاف ًة ِّل َّلناس َبش ًيرا َو َنذ ًيرا َو َٰلك َّن َأ ْك َث َر
Dan Allah Ta’ala berfirman:
َ الناس اَل َي ْع َل ُم
ون َ َو َما َأ ْر َس ْل َن
ِ ِ ِ ِ ِ ِإ
“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada ummat manusia seluruhnya sebagai
pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui.” (Saba’/34: 28)
10. Berpaling total dari agama, tidak mau mempalajari maupun mengamalkannya
ُّ ْ آْل ُ َ َأ َٰ َ ُأ َ َ ُ َ
...ۖ الدن َيا َوا ِخ َر ِة َو َم ْن َي ْرت ِد ْد ِم ْنك ْم َع ْن ِدي ِن ِه ف َي ُم ْت َو ُه َو كا ِف ٌر ف ولِئ َك َح ِبط ْت ْع َمال ُه ْم ِفي
َ النار ۖ ُه ْم ف َيها َخال ُد
ون َّ ابُ حَصْ َوُأ َٰول َك َأ
ِ ِ ِ ِئ
“...Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam
kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan
mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. (QS. Al-Baqarah:217)
Materi 38
Tahayyul, Bid’ah, Dan Churafat
berdasarkan kesepakatan kaum muslimin, agama Islam ini telah sempurna sehingga tidak
perlu adanya penambahan atau pengurangan dari ajaran Islam yang telah ada.
Marilah kita renungkan hal ini pada firman Allah Ta’ala,
اَل َُ ُ ُ َ ْ ُ َأ ُ َ ْ ْ ْ َأ
يت لك ُم اِإْل ْس َم ِد ًيناال َي ْو َم ك َمل ُت لك ْم ِد َينك ْم َو ت َم ْم ُت َعل ْيك ْم ِن ْع َم ِتي َو َر ِض
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu ni’mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (QS. Al Ma’idah
[5] : 3)
Seorang ahli tafsir terkemuka –Ibnu Katsir rahimahullah– berkata tentang ayat ini, “Inilah
nikmat Allah ‘azza wa jalla yang terbesar bagi umat ini di mana Allah telah
menyempurnakan agama mereka, sehingga mereka pun tidak lagi membutuhkan agama lain
selain agama ini, juga tidak membutuhkan nabi lain selain nabi mereka
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu, Allah menjadikan Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai penutup para nabi, dan mengutusnya
kepada kalangan jin dan manusia. Maka perkara yang halal adalah yang beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam halalkan dan perkara yang haram adalah yang beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam haramkan.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, pada tafsir surat Al Ma’idah ayat 3)
Muhammadiyah adalah pelopor gerakan tajdid (pembaharu) yang tidak menghendaki adanya
Tahayul, Bid’ah, Khurofat, Syirik dan Taqlid buta dalam aqidah dan ibadah umat Islam.
Pembaharuan yang dilakukan Muhammadiyah adalah menyatukan ajaran “Ar ruju’ ila al
Qur’an wa Al Sunnah” (kembali kepada Qur’an dan Sunah) dengan semangat “Ijtihad dan
Tajdid”.
Dua syarat diterimanya ibadah: niat karna allah dan itiba’ rasul
Bid’ah adalah mengada-adakan sesuatu dalam agama Islam yang tidak dijumpai
keteranganya dalam al-Qur’an dan al-Sunnah.
ٌّس َع َل ْيه َأ ْم ُر َنا َف ُه َو َرد
َ ْ َم ْن َعم َل َع َماًل َلي:ال
َ َ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َّ َ َّ َ ُ َ َّ َأ
ن رسول الل ِه صلى الله علي ِه وسلم ق
ِ ِ
“Barangsiapa yang mengada-adakan hal baru dalam urusan kami ini (agama) padahal
bukan dari bagiannya maka ia tertolak.” (HR. Bukhari dan Muslim)
ُ َ
ور ُم ْح َدث ُات َها َوك ُّل ُ الله َو َخ ْي ُ_ر ْال ُه َدى ُه َدى ُم َح َّم ٍد َو َش ُّر اُأل
م
َّ ُ َ
اب ت ك يث د َ َأ َّما َب ْع ُد َف َّن َخ ْي َر ْال
ح
ِ ِ ِ ِ ِ ِإ
ٌ ََ َ َ ْ
ِبدع ٍة ضالل _ة
“Kemudian daripada itu, sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Al-Qur’an dan
sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad, dan seburuk-buruk perkara adalah
perkara-perkara yang baru dan semua bid’ah adalah kesesatan”. (HR Muslim no 2042)
Khurafat adalah suatu kepercayaan, keyakinan, pandangan kepada sesuatu perkara yang
menyalahi ajaran Islam. Misalnya, meyakini kuburan orang saleh dapat memberikan berkah
(tabarruk), memuja atau memohon kepada makhluk halus (jin), meyakini sebuah benda
tongkat, keris, batu, dll.
َ َ َ َ ُ ُ َّ ُ َ َأ ْ َ َ َّ ُ َ ُ َ ْ َ َّ ُ َ َأ ْ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َ َأ َ َ ْ َ َ َ ُؤ ُ ْ اَل
وِإ ذا ِقيل لهم ات ِبعوا ما نزل الله قالوا بل نت ِبع ما لفينا علي ِه آباءنا ۗ ولو كان آبا هم
ونَ ون َش ْيًئ ا َواَل َي ْه َت ُد
َ َي ْعق ُل
ِ
Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka
menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari
(perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek
moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?". (Al-
Baqarah: 170)
Perbuatan Tahayul dan Khurafat akan membawa manusia pada kesyirikan, hal ini sesuai
dengan firma Allah:
َ لظا ِ َين م ْن َأ ْن
ص ٍار
َّ َ َ ُ َّ ُ َ َّ ُ َ ْ ُ ْ ْ َّ َ َ ْ َ َّ َ َّ ُ َ َ ْ ْ َ َّ َ َ َ ْأ
ِ ِإ نه من يش ِرك ِبالل ِه فقد حرم الله علي ِه الجنة وم واه النار ۖ وما ِل مِل
“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah
mengharamkan Surga kepadanya, dan tempatnya adalah Neraka, tidaklah ada bagi orang-
orang zha-lim itu seorang penolong pun.” (Al-Maa-idah: 72)
َ ْ َ َ َّ ْ َ َ َٰ َ ُ َ ُ ْ َ َ َ َ ْ ُ ْ َّ َّ َ اَل َ ْ ُ َأ
ون ذ ِل َك مِل ْن َيش ُاء ۚ َو َم ْن ُيش ِر ْك ِبالل ِه فق ِد افت َر ٰى ِإ ن الله يغ ِفر ن يشرك ِب ِه ويغ ِفر ما د
ْ
ِإ ث ًما َع ِظ ًيما
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa
yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang
mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (QS. An-Nisa: 48)
Materi 39
Sihir Dan Perdukunan
Sihir adalah suatu perbuatan yang dapat mendekatkan diri kepada syaitan yang khusus
berkenaan dengan segala sesuatu yang sebabnya tidak terlihat dan digambarkan tidak seperti
hakikat yang sebenarnya, serta berlangsung melalui tipu daya.
Dukun adalah mengaku mengetahui perkara ghaib (sesuatu yang belum diketahui) yang akan
datang, baik itu terkait dengan nasib seseorang, suatu peristiwa, mujur dan celaka, atau
sejenisnya.
Budaya mendatangi dukun dan tukang ramal serta berkonsultasi dengan mereka, dari sisi
aqidah akan mendatangkan sedikitnya dua bencana.
1. Mendatangi dan bertanya kepada mereka tentang sesuatu, tanpa membenarkannya
(hanya sekedar bertanya), maka ini hukumnya dosa yang sangat besar dan tidak diterima
shalatnya selama empat puluh hari.
ًَ َ َ ْ َأ َ َ َّ ً َ َ َأ َ ُ َ ْ َ ْ َ ْ ُ ْ َ ْ َ ُ َ َ ٌ َأ
صالة ْر َب ِع َين ل ْيلة من تى عرافا فس له عن شى ٍء لم تقبل له
“Barangsiapa mendatangi peramal lalu menanyakan kepadanya tentang sesuatu, maka
tidak diterima shalatnya selama 40 hari.” (HR. Muslim no. 2186, kitab as-Salam)
Materi 40
Thiyarah Dan Tathayyur
Tathayyur adalah berburuk sangka kepada Allah dan menganggap ada bahaya yang
turun
Thiyarah atau Tathayyur adalah merasa bernasib sial disebabkan karena sesuatu yang dilihat
atau didengar, seperti yang dilihat, yaitu melihat sesuatu yang menakutkan. Yang didengar,
seperti mendengar burung gagak, dan yang diketahui, seperti mengetahui tanggal, angka atau
bilangan.
Dalam beberapa ayat Alquran, Allah menyebutkan perilaku ini pada sebagian orang-orang
kafir dahulu.
َ الله ۖ َب ْل َأ ْن ُت ْم َق ْو ٌم ُت ْف َت ُن
ون
َّ َ ْ ْ ُ ُ َ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َّ َّ
د نع م ك ر اط ال ق ۚ ك عم ن م بو ك ب ا نرياط وا
ُ َ
ال ق
ِ ِ ِئ ِ ِ
“Mereka (kaum Tsamud-pen) berkata: “Kami menganggap sial terhadap keberadaanmu
dan orang-orang yang mengikutimu. Maka Nabi Shalih mengatakan: “Kesialan yang
menimpa kalian sesungguhnya telah ditetapkan Allah. Bahkan kalian adalah kaum yang
sedang mendapatkan ujian” (an-Naml: 47)
Ibnul Qayyim rahimahullah kembali menuturkan: “Orang yang bertathayyur itu tersiksa
jiwanya, sempit dadanya, tidak pernah tenang, buruk akhlaknya, dan mudah terpengaruh oleh
apa yang dilihat dan didengarnya. Mereka menjadi orang yang paling penakut, paling sempit
hidupnya dan paling gelisah jiwanya. Banyak memelihara dan menjaga hal-hal yang tidak
memberi manfaat dan mudharat kepadanya, tidak sedikit dari mereka yang kehilangan
peluang dan kesempatan (untuk berbuat kebajikan).
َّ ٌ َئ ُ ٰ َ ُ َ ُ ْ َ َ
__ف_ ِإ _ذ_ ا_ َ_ج_ ا_ َ_ء_ ْ_ت_ ُ_ه_ ُ_م_ ا_ _ل_ َ_ح_ َ_س_ َ_ن_ _ة_ _ق_ ا_ _ل_ و_ا_ _ل_ َ_ن_ ا_ َ_ه_ ِ_ذ_ ِ_ه_ ۖ_ َ_و_ ِإ ْ_ن_ ت_ ِ_ص_ ْب_ ُ_ه_ ْ_م_ َ_س_ ِّ_ي_ _ة_ َ_ي_ ط_ َّي_ ُ_ر_ و_ا_ ِب_ ُ_م_ و_ َ__س ٰى
َ_َ_و_ َ_م_ ْ_ن_ َ_م_ َ_ع_ ُ_ه_ ۗ_ َأ اَل َّ_ن_ َ_م_ ا_ َط_ ا_ ُ_ر_ ُ_ه_ ْ_م_ _ع_ ْن_ َ_د_ ا_ل_ َّ_ل_ _ه_ َ_و_ َٰ_ل_ _ك_ َّ _ن_ َأ ْ_ك_ َث_ َ_ر_ ُ_ه_ ْ_م_ اَل َ_ي_ ْ_ع_ َ_ل_ ُ_م_ و_ _ن
ِ ِ ِ ِئ ِإ
Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata: "Itu adalah karena
(usaha) kami". Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu
kepada Musa dan orang-orang yang besertanya. Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka
itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui”. (al-
A’raaf: 131)
Ibnu Jarir ath-Thabari (wafat th. 310 H) rahimahullah dalam Tafsiirnya mengatakan: “Allah
Subhanahu wa Ta’ala telah menceritakan bahwa apabila pengikut Fir’aun mendapat
keselamatan, kesuburan, keuntungan, kemakmuran dan banyak rizqi, serta menemukan
kesenangan duniawi, mereka mengatakan: ‘Kami memang lebih pantas mendapatkan semua
ini.’ Sebaliknya, manakala tertimpa kejelekan berupa kekeringan, bencana dan musibah,
mereka bertathayyur kepada Musa Alaihissallam dan orang-orang yang besertanya, yakni
melemparkan penyebabnya kepada Musa dan orang-orangnya. Mereka mengatakan: “Sejak
kedatangan Musa, kita kehilangan kemakmuran, kesuburan dan tertimpa krisis”.
Ibnu Jarir ath-Thabari rahimahullah berkata: “Allah Azza wa Jalla menyebutkan bahwa
keberuntungan, kemakmuran, dan keburukan serta bencana kaum Fir’aun dan yang lainnya
tidak lain adalah ketetapan yang baik dan yang buruk semuanya dari Allah, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui sehingga mereka menuduh Musa Alaihissallam dan pengikutnya
sebagai penyebabnya.”
Thiyarah termasuk syirik yang menafikan kesempurnaan tauhid, karena ia berasal dari apa
yang disampaikan syaithan berupa godaan dan bisikannya.
Jika muncul rasa was-was dalam hati seseorang karena mendengar atau melihat sesuatu yang
itu merupakan tathoyyur, maka hendaklah ia mengucapkan:
َّ َ َّ ُ َ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َّ
َ إال ّ َّ ُ َ ْ َ َ َ َ ْ َّ َأ َ الل ُه َّم َال َيْأ تي ب ْاا َح َس
ّ
بشك آت إال أنت وال حول و ال قوة ي
ِ ِ الس ع ف د ي ال و ت ن إال ات
ِ ن ِ ِ
Ya Allah, tidak ada yang mendatangkan kebaikan kecuali Engkau, dan tidak ada yang
menolak keburukan ekcuali Engkau, dan tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan
pertolongan Engkau.” (HR. Abu Daud dengan sanad shahih)
Jika seseorang telah melakukan Tathayyur, maka hendaknya membaca doa:
َ َ َ َ َّ َ َ َ َّ َ َ َّ
َوال ِإ ل َه غ ْي ُر َك، َوال خ ْي َر ِإ ال خ ْي ُر َك،الل ُه َّم ال ط ْي َر ِإ ال ط ْي ُر َك
Ya Allah, tidak ada kebaikan kecuali kebaikan yang telah Engkau tetapkan. Tidak ada
kesialan kecuali kesialan yang telah Engkau tetapkan pula. Dan tidak ada Sesembahan yang
berhak disembah dengan benar, kecuali Engkau” [Diriwayatkan oleh Ahmad (2/220), Ibnus-
Sunniy (no. 287), Ibnu Wahb dalam Jaami’-nya (no. 656, 657, 659, 660); dari Ibnu ‘Amr.
Dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahiihah (no. 1065).]
MATERI 41
RIYA’ DAN IKHLAS
Allah akan senantiasa menolong kaum muslimin karena keikhlasan sebagian orang dari umat
ini. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ْ اَل َّ َ َ ْ ُ ُ َّ ُ َ ُأْل َّ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ اَل
ص ِت ِه ْ_م َوِإ خ ِص ِه ْم ِإ نما ينصر الله ه ِذ ِه ا مة ِبض ِع ِيفها ِبدعو ِت ِهم و
“Allah akan menolong umat ini karena sebab orang miskin, karena do’a orang miskin
tersebut, karena shalat mereka dan karena keikhlasan mereka dalam beramal.” (HR. An-
Nasa’i)
Ikhlas adalah salah satu syarat diterimanya suatu amalan, di samping amalan tersebut harus
sesuai tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tanpa ikhlas, amalan jadi sia-sia belaka.
Ibnul Qayyim dalam Al Fawa-id memberikan nasehat yang sangat indah tentang ikhlas,
“Amalan yang dilakukan tanpa disertai ikhlas dan tanpa mengikuti tuntunan Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bagaikan seorang musafir yang membawa bekal berisi pasir.
Bekal tersebut hanya memberatkan, namun tidak membawa manfaat apa-apa.”
Dan niat itu sangat tergantung dengan keikhlasan pada Allah. Hal ini berdasarkan firman
Allah Ta’ala,
َ َ َ َّ
الزكاة َوذ ِل َك
ُ َ َّ
الصالة َو ُيْؤ توا َ الل َه ُم ْخلص َين َل ُه الد
ين ُح َن َف َاء َو ُي ِق ُيموا
َّ
وادُ َو َما ُأ م ُروا ال ل َي ْع ُب
ِّ ِ ِ ِ ِ ِإ
َْ ُ
ين الق ِّي َم ِةِد
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka
mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS.
Al Bayyinah: 5)
Allah pun mengetahui segala sesuatu yang ada dalam isi hati hamba. Allah Ta’ala berfirman,
َّ َ ُ ُ ْ ُ ْ ُ ُ ُ ْ َأ َ ُق ْل ْن ُت ْخ ُفوا
وه َي ْعل ْم ُه الل ُه وركم و تبد
ِ د ص يفِ ام ِإ
“Katakanlah: “Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu
melahirkannya, pasti Allah mengetahui”.” (QS. Ali Imran: 29)
Dalam ayat lainnya, Allah memperingatkan dari bahaya riya’ –yang merupakan lawan dari
ikhlas- dalam firman-Nya,
ُ َ َ ْ ْ َ َأ
لِئ ْن ش َرك َت ل َي ْح َبط َّن َع َمل َك
“Jika kamu mempersekutukan (Rabbmu), niscaya akan hapuslah amalmu.” (QS. Az Zumar:
65)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َ ْ ً َأ ّ ُّ الل ُه َت َب َار َك َو َت َع َالى َأ َنا َأ ْغ َنى
َ الش َر َكاء َّ َ َ
الش ْر ِك َم ْن َع ِم َل َع َمال ش َر َك ِف ِيه َم ِعى غ ْي ِرى ن ع
ِ ِ ِ قال
َ ْ َ
ت َرك ُت ُه َو ِش ْرك ُه
“Allah Tabaroka wa Ta’ala berfirman: Aku sama sekali tidak butuh pada sekutu dalam
perbuatan syirik. Barangsiapa yang menyekutukan-Ku dengan selain-Ku, maka Aku akan
meninggalkannya (maksudnya: tidak menerima amalannya, pen) dan perbuatan syiriknya.”
(H.R. Muslim)
An Nawawi mengatakan, “Amalan seseorang yang berbuat riya’ (tidak ikhlas), itu adalah
amalan batil yang tidak berpahala apa-apa, bahkan ia akan mendapatkan dosa.” (Syarh
Muslim, An Nawawi)
Sebagai muslim yang baik tentu kita mengetahui dosa dan sangat menghindari hal yang satu
ini, dari dosa kecil hingga besar. Dosa besar juga di sebut dalam Bahasa Arab dengan Al-
Kabair dan banyak yang kita tidak sadari sedang kita lakukan. Allah berfirman :
ُ َ َ ُ َ ْ َ َ ُ َ َ َ َ َ ْ ْ ُ ُ ْ َ َّ َ ُأ ُ َ َّ ُ َ
ون خ ِب ُ_ير ٍ َي ْرف ِع هللا ال ِذين َء َامنوا ِمنكم وال ِذين وتوا ال ِعلم درج
ات وهللا ِبما تعمل
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (Q.s. al-Mujadalah : 11)
Bahkan Allah memberikan derajat tersendiri bagi mereka yang menuntut ilmu dan belajar,
tidak hanya ilmu dunia, tetapi juga ilmu akhirat sebagai bekal kita di hari kemudian. Tentu,
belajar mengenai Dosa besar ini adalah keharusan untuk kita, agar kita terhindar dari panas
neraka karena hal yang tidak kita sadari.
1. Buruk Sangka Terhadap Allah
Mengapa dosa yang paling besar di sisi Allah adalah “Buruk sangka kepada-Nya”? Allah
mengancam orang-orang yang berburuk sangka kepada-Nya dengan ancaman yang tidak
diberikan kepada kaum lain seperti Firman-Nya :
ب هَّللا ُ َعلَ ْي ِه ْم َولَ َعنَهُ ْم ِ ت الظَّانِّينَ بِاهَّلل ِ ظَ َّن السَّوْ ِء َعلَ ْي ِه ْم دَاِئ َرةُ السَّوْ ِء َوغ
َ َض ِ ت َو ْال ُم ْش ِر ِكينَ َو ْال ُم ْش ِر َكاِ ب ْال ُمنَافِقِينَ َو ْال ُمنَافِقَا
َ َويُ َع ِّذ
صيرًا ِ ت َم ْ َوَأ َع َّد لَهُ ْم َجهَنَّ َم َو َسا َء
“Dan supaya Dia mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-
orang musyrik laki-laki dan perempuan yang mereka itu berprasangka buruk terhadap
Allah. Mereka akan mendapat giliran (kebinasaan) yang amat buruk dan Allah memurkai
dan mengutuk mereka serta menyediakan bagi mereka neraka Jahannam. Dan (neraka
Jahannam) itulah sejahat-jahat tempat kembali.” (QS Al-Fath : 6)
Allah juga berfirman tentang orang yang mengingkari satu sifat di antara sifat-sifat-Nya :
ْ َو َذل ُك ْم َظ ُّن ُك ُم َّالذي َظ َن ْن ُت ْم ب َرب ُك ْم َأ ْر َد ُاك ْم َفَأ
َ ص َب ْح ُت ْم م َن ْال َخاسر
ين ِ ِ ِ ِّ ِ ِ ِ
“Dan itulah dugaanmu yang telah kamu sangkakan terhadap Tuhanmu, (dugaan itu) telah
membinasakan kamu, sehingga jadilah kamu termasuk orang yang rugi” (Al-
Fushshilat :23)
Sebagai manusia biasa tentu kita pernah melakukan dosa, bahkan satu dari beberapa dosa
besar ini. Tetapi Allah adalah sang Maha pengampun bagi hamba-hambanya yang
bertaubat dan tidak melakukan lagi kesalahnya di kemudian hari, Allah berfirman
ُّ ُ ْ َ َ َّ َّ َّ َ ْ َ ْ
َ الذ ُن ُ َ ْ َ َأ ُ ُ ْ َ َ َ َّ َ َأ
وب ين ْس َرفوا َعلى ن ُف ِس ِه ْم ال ت ْق َنطوا ِمن رحم ِة الل ِه ِإ ن الله يغ ِفر قل يا ِعب ِادي ال ِذ
ُ الر ِح
يم ُ يعا َّن ُه ُه َو ْال َغ ُف
َّ ور ً َ
ج ِم ِإ
“Katakanlah, "Wahai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka
sendiri Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah
mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (Az-Zumar : 53)
Materi 44
Taubat dan Nadam
Manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Karena suatu kesalahan, ia bisa jatuh dalam
perbuatan dosa. Karena adanya lupa, ia bisa jatuh dalam kesalahan. Lupa, salah, dan dosa,
adalah tiga rangkaian yang saling mengisi. Karena sudah menjadi fitrah, bahwa manusia
dikarunia sifat lupa dan bisa tercebur dalam kesalahan, maka berlaku yang namanya taubat.
Allah SWT mensyariatkan taubat bahkan memerintahkannya. Allah SWT sendiri juga yang
menjamin diterimanya taubat, selagi taubat itu benar-benar tulus dilakukannya.
Nadam adalah penyesalan, dan menyesali kesalahan merupakan suatu taubat, begitulah Sabda
baginda Rasulullah,saw. Tidak semua manusia lantas menyesal setelah ia melakukan
tindakan tercela (dosa), bahkan ada yang merasa senang dan ingin mengulanginya lagi, yang
demikian karena Allah SWT telah mengunci mati hati orang itu.
Di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dengan sanad sahabat Anas ibn Malik radhiyallahu
‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
ثم تال {إن هللا يحب،التائب من الذنب كمن ال ذنب له وإذا أحب هللا عبدا لم يضره ذنب
: وما عالمة التوبة؟ قال، يا رسول هللا: قيل، ]٢٢٢ :التوابين ويحب املتطهرين} [البقرة
الندامة
Artinya:“Orang yang bertaubat dari suatu dosa seperti orang yang tidak memiliki dosa. Jika
Allah mencintai seorang hamba, maka niscaya tiada membahayakan baginya suatu dosa.
Lalu beliau membaca ayat: “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat
lagi menyucikan diri.” (Q.S. Al-Baqarah [2] : 222). Lalu beliau ditanya: “Wahai Rasulallah,
apa tanda-tanda taubat itu?” Beliau menjawab: “Menyesal”. (Risalatu al-Qusyairiyah, Juz
I, halaman 207).
Syarat dan Rukun Taubat
Para ulama besar dari kalangan ahlussunnah, menetapkan ada tiga syarat bagi pelaku yang
bertaubat. Syeikh Abdul Karim al-Qusyairi merangkumnya sebagai berikut:
وترك الزلة في، الندم على ما عمل من املخالفات:شرط التوبة حتى تصح ثالثة أشياء
والعزم على أن ال يعود إلى مثل ما عمل من املعاصي،الحال
Artinya:“Syarat taubat sehingga diterima sah itu ada tiga perkara, yaitu: menyesali
perbuatan yang terlanjur keliru dilakukan, meninggalkan perbuatan dosa seketika, dan
menyengaja untuk tidak mengulanginya kembali perbuatan yang sama dari kemaksiatan.”
(Risalatu al-Qusyairiyah, Juz I, halaman 208).
Wara’ mengandung pengertian menjaga diri atau sikap hati-hati dari hal yang syubhat &
meninggalkan yang haram. Lawan dari wara' adalah syubhat yang berarti tidak jelas apakah
hal tersebut halal atau haram.
َّ َ َ ُ َ ُ ْ َ َ َ َ ُ ْ َ ُ َّ َ َ َ َ
ول الل ِه – ص__لى هللا علي__ه وس__لم _ س_ ِمعت رس: _ق ال-ر ِض ي الله عنه _م ا- َع ْن ا ُّلن ْع َ_م ِان ْب ِن َب ِش_ ٍير
َْ َ ْ اَل َ ُ َ ُأ
َو َب ْي َن ُه َ _م ا, َوِإ َّن ال َ _ح َر َام َب ِّي ٌن, – ِإ َّن ال َح َل َب ِّي ٌن:ص _ َب َع ْي ِه ِإ لى ذن ْ _ي ِ_هْ ان ب ُ َوَأ ْ _ه َوى َا ُّلن ْع َ _م-ولُ – َي ُ _ق
َأ ِِإ
ََ ُّ َف َمن َّات َقى َال,_ير م ْن َا َّلناس َ َّ ُ ُ َ ْ َ ُ ْ َ َ ٌ اَل
َو َم ْن, ف _ق ِد ِا ْس_ َت ْب َر ِل ِدي ِن ِ_ه َو ِع ْر ِض_ ِه,ات ِ هَ ُ
ب _ ش ِ ِ
ٌ
ِ ِ يعلمهن,مشت ِبهات
_ ث ك
َْ َ ُّ َ َ َ َ
ات َوق َع ِفي ال َح َر ِام ِ وقع ِفي الش ُب َه
Dari An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dan Nu’man memasukkan jarinya ke dalam dua
telinganya, ‘Sesungguhnya yang halal itu jelas, sebagaimana yang haram pun jelas. Di
antara keduanya terdapat perkara syubhat–yang masih samar–yang tidak diketahui oleh
kebanyakan orang. Barangsiapa yang menghindarkan diri dari perkara syubhat, maka ia
telah menyelamatkan agama dan kehormatannya. Barangsiapa yang terjerumus ke dalam
perkara syubhat, maka ia bisa terjatuh pada perkara haram.” [HR. Bukhari no. 2051 dan
Muslim no. 1599]
Tawadhu’
Tawadhu’ adalah lawan kata dari takabbur (sombong). Ia berasal dari lafadz Adl-Dla’ah yang
berarti kerelaan manusia terhadap kedudukan yang lebih rendah, atau rendah hati terhadap
sesama/orang yang beriman, atau mau menerima kebenaran apapun bentuknya dan dari siapa
pun asalnya.
Seseorang belum dikatakan tawadhu’ kecuali jika telah melenyapkan kesombongan yang ada
dalam dirinya. Semakin kecil sifat kesombongan dalam diri seseorang, semakin sempurnalah
ketawadhu’annya dan begitu juga sebaliknya.
َ َّ َّ َ َ َ َ ْ َ َ َ ٌ ْ َ َ َ َ َ َّ ُ َ ْ ً َ ْ َّ ًّ َ َ َ َ َ َأ
اض َع َح ٌد ِلل ِه ِإ ال َرف َع ُه ما نقصت صدقة ِمن م ٍال وما زاد الله عبدا ِبعف ٍو ِإ ال ِعزا وما تو
َّ
الل ُه
“Sedekah tidak akan mengurangi harta. Tidaklah seseorang memberikan maaf melainkan
Allah akan tambahkan kemuliaan. Dan juga tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhu’
(rendah diri) karena Allah melainkan Allah akan angkat derajatnya.” (HR. Muslim)