Anda di halaman 1dari 83

DAFTAR ISI

BAB 1 FIQIH BERSUCI ............................................................................................................. 1

BAB 2 PRAKTEK TAHARAH ...................................................................................................... 9

BAB 3 PRAKTEK SHALAT I ......................................................................................................15

BAB 4 PRAKTEK SHALAT II .....................................................................................................21

BAB 5 AMALAN IBADAH ........................................................................................................24

BAB 6 TAJHIZ MAYIT .............................................................................................................31

BAB 7 NILAI DAN KARAKTER MAHASISWA UNIVERSITAS SYIAH KUALA ...................................37

BAB 8 URGENSI BERIMAN KEPADA ALLAH SWT ......................................................................51

BAB 9 MENELADANI RASUL-RASUL ALLAH .............................................................................51

BAB 10 ISLAM WAY OF LIFE ...................................................................................................57

BAB 11 BACK TO AL-QUR’AN .................................................................................................61

BAB 12 ADAB PERGAULAN DALAM ISLAM .............................................................................68

BAB 13 PENDIDIKAN KARAKTER DALAM ISLAM......................................................................72

BAB 14 KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA DALAM ISLAM ........................................76


BAB 1
FIQIH BERSUCI
TUJUAN
- Peserta mengetahui macam-macam air
- Peserta mengetahui najis
- Peserta mengetahui sunnah dalam thaharah

RINCIAN BAHASAN
A. AIR DAN MACAM-MACAMNYA
Di dalam fiqih Islam air menjadi sesuatu yang penting sebagai sarana utama dalam
bersuci, baik bersuci dari hadas maupun dari najis. Dengannya seorang Muslim bisa
melaksanakan berbagai ibadah secara sah karena telah bersih dari hadas dan najis yang
dihasilkan dengan menggunakan air.

Mengingat begitu pentingnya air dalam beribadah fiqih Islam mengatur sedemikian
rupa perihal air, dari membaginya dalam berbagai macam kategori hingga menentukan
hukum-hukumnya. Namun demikian, tidak semua air bisa digunakan untuk bersuci. Ada
beberapa keadan air yang tidak memungkinkan untuk digunakan untuk bersuci.

Para ulama telah membagi air ini menjadi beberapa keadaan, terkait dengan hukumnya
untuk digunakan untuk bersuci. Kebanyakan yang kita dapat di dalam kitab fiqh, mereka
membaginya menjadi 4 macam, yaitu :

1. Air Mutlak
Air mutlaq adalah keadaan air yang belum mengalami proses apapun. Air itu masih asli,
dalam arti belum digunakan untuk bersuci, tidak tercampur benda suci atau pun benda najis.

Air mutlaq ini hukumnya suci dan sah untuk digunakan bersuci, yaitu untuk berwudhu’ dan
mandi janabah. Dalam fiqih dikenal dengan istilah ‫طاهر لنفسه مطهر لغيره‬thahirun li nafsihi
muthahhirun li ghairihi.

Air yang suci itu banyak sekali, namun tidak semua air yang suci itu bisa digunakan untuk
mensucikan. Air suci adalah air yang boleh digunakan atau dikonsumsi, misalnya air teh, air
kelapa atau air-air lainnya. Diantara air-air yang termasuk dalam kelompok suci dan
mensucikan ini antara lain adalah

a) Air hujan, salju/es, dan air embun.


b) Air laut
c) Air telaga
d) Air sungai
e) Mata air

1
2. Air Musta’mal
Jenis yang kedua dari pembagian air adalah air yang telah digunakan untuk bersuci. Baik
air yang menetes dari sisa bekas wudhu’ di tubuh seseorang, atau sisa juga air bekas
mandi janabah. Air bekas dipakai bersuci bisa saja kemudian masuk lagi ke dalam
penampungan. Para ulama seringkali menyebut air jenis ini air musta'mal.

Kata musta'mal berasal dari dasar ista'mala - yasta'milu (‫ يستعمل‬- ‫ )استعمل‬yang bermakna
menggunakan. Maka air musta'mal maksudnya adalah air yang sudah digunakan untuk
melakukan thaharah, yaitu berwudhu atau mandi janabah.

Air musta’mal berbeda dengan air bekas mencuci tangan, atau membasuh muka atau
bekas digunakan untuk keperluan lain, selain untuk wudhu’ atau mandi janabah.

Air sisa bekas cuci tangan, cuci muka, cuci kaki atau sisa mandi biasa yang bukan mandi
janabah, statusnya tetap air mutlak yang bersifat suci dan mensucikan. Air itu tidak
disebut sebagai air musta’mal, karena bukan digunakan untuk wudhu atau mandi
janabah.

Dalam hal ini memang para ulama berbeda pendapat, apakah air musta’mal itu boleh
digunakan lagi untuk berwudhu’ dan mandi janabah?

Perbedaan pendapat itu dipicu dari perbedaan nash dari Rasulullah SAW yang kita terima
dari Rasulullah SAW. Beberapa nash hadits itu antara lain:
ْ
‫ َق َال َر ُس ُول َأ ه َِّلل‬:‫ َو َع ْن َأ ِبي ُه َرْي َر َة ض َق َال‬s ‫ال َي ْغ َت ِس ُل َأ َح ُد ُك ْم ِفي َأل َم ِاء َأ هلدأ ِئ ِم َو ُه َو ُج ُن ٌب‬
.‫َأ ْخ َر َج ُه ُم ْس ِل ٌم‬
Dari Abi Hurairah ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Janganlah sekali-kali
seorang kamu mandi di air yang diam dalam keadaan junub. (HR. Muslim)
‫ه‬ ْ
:‫ ُث هم َي ْغ َت ِس ُل ِف ِيه َو ِل ُم ْس ِلم‬,‫ ال َي ُب َول هن َأ َح ُد ُك ْم ِفي َأل َم ِاء َأ هلدأ ِئ ِم َأل ِذي ال َي ْج ِري‬:‫َو ِل ْل ُب َخ ِار ِي‬
ْ
. ‫ َو َال َي ْغ َت ِس ُل ِف ِيه ِم ْن َأل َج َن َاب ِة‬:‫و َال ِبي َد ُأو َد‬."
َ ‫ِ"م ْن ُه‬
”Janganlah sekali-kali seorang kamu kencing di air yang diam tidak mengalir, kemudian
dia mandi di dalam air itu”. Riwayat Muslim,”Mandi dari air itu”. Dalam riwayat Abu
Daud,”Janganlah mandi janabah di dalam air itu. (HR. Muslim)

Namun kalau kita telliti lebih dalam, ternyata pengertian musta’mal di antara fuqaha’
mazhab masih terdapat variasi perbedaan.

a) Ulama Al-Hanafiyah1
• Menurut mazhab ini bahwa yang menjadi musta’mal adalah air yang
membasahi tubuh saja dan bukan air yang tersisa di dalam wadah. Air itu

1
Lihat pada kitab Al-Badai` jilid 1 hal. 69 dan seterusnya, juga Ad-Dur Al-Mukhtar jilid 1 hal. 182-186, juga
Fathul Qadir 58/1,61.
2
langsung memiliki hukum musta’mal saat dia menetes dari tubuh sebagai
sisa wudhu` atau mandi.

• Air musta’mal adalah air yang telah digunakan untuk mengangkat hadats
(wudhu` untuk shalat atau mandi wajib) atau untuk qurbah. Maksudnya
untuk wudhu` sunnah atau mandi sunnah.

• Sedangkan air yang di dalam wadah tidak menjadi musta’mal. Bagi mereka,
air musta’mal ini hukumnya suci tapi tidak bisa mensucikan. Artinya air itu
suci tidak najis, tapi tidak bisa digunakan lagi untuk wudhu` atau mandi.

b) Ulama Al-Malikiyah2
• Air musta’mal dalam pengertian ulama Al-Malikiyah adalah air yang telah
digunakan untuk mengangkat hadats baik wudhu` atau mandi. Dan tidak
dibedakan apakah wudhu` atau mandi itu wajib atau sunnah. Juga yang telah
digunakan untuk menghilangkan khabats (barang najis). Dan sebagaimana Al-
Hanafiyah, mereka pun mengatakan ‘bahwa yang musta’mal hanyalah air
bekas wudhu atau mandi yang menetes dari tubuh seseorang. Namun yang
membedakan adalah bahwa air musta’mal dalam pendapat mereka itu suci
dan mensucikan.
• Artinya, bisa dan sah digunakan digunakan lagi untuk berwudhu` atau
mandi sunnah selama ada air yang lainnya meski dengan karahah (kurang
disukai).
c) Ulama Asy-Syafi`iyyah3
• Air musta’mal dalam pengertian ulama syafi’iyah adalah air sedikit yang
telah digunakan untuk mengangkat hadats dalam fardhu thaharah dari
hadats. Air itu menjadi musta’mal apabila jumlahnya sedikit yang diciduk
dengan niat untuk wudhu` atau mandi meski untuk untuk mencuci tangan
yang merupakan bagian dari sunnah wudhu`.
• Namun bila niatnya hanya untuk menciduknya yang tidak berkaitan dengan
wudhu`, maka belum lagi dianggap musta’mal. Termasuk dalam air
musta’mal adalah air mandi baik mandinya orang yang masuk Islam atau
mandinya mayit atau mandinya orang yang sembuh dari gila. Dan air itu baru
dikatakan musta’mal kalau sudah lepas atau menetes dari tubuh.
• Air musta’mal dalam mazhab ini hukumnya tidak bisa digunakan untuk
berwudhu` atau untuk mandi atau untuk mencuci najis. Karena statusnya
suci tapi tidak mensucikan.

d) Ulama Al-Hanabilah/Hambali
• Air musta’mal dalam pengertian mereka adalah air yang telah digunakan

2
Lihat As-Syahru As-Shaghir jilid 37 halaman 1-40, As-Syarhul Kabir ma`a Ad-Dasuqi jilid 41 halaman 1-43, Al-
Qawanin Al-Fiqhiyah halaman 31, Bidayatul Mujtahid jilid 1 halaman 26 dan sesudahnya
3
Lihat Mughni Al-Muhtaj jilid 1 halaman 20 dan Al-Muhazzab jilid 5 halaman 1 dan 8
3
untuk bersuci dari hadats kecil (wudhu`) atau hadats besar (mandi) atau
untuk menghilangkan najis pada pencucian yang terakhir dari 7 kali
pencucian. Dan untuk itu air tidak mengalami perubahan baik warna, rasa
maupun aromanya.
• Selain itu air bekas memandikan jenazah pun termasuk air musta’mal. Namun
bila air itu digunakan untuk mencuci atau membasuh sesautu yang di luar
kerangka ibadah, maka tidak dikatakan air musta’mal. Seperti menuci muka
yang bukan dalam rangkaian ibadah ritual wudhu`. Atau mencuci tangan yang
juga tidak ada kaitan dengan ritual ibadah wudhu`.
• Dan selama air itu sedang digunakan untuk berwudhu` atau mandi, maka
belum dikatakan musta’mal. Hukum musta’mal baru jatuh bila seseorang
sudah selesai menggunakan air itu untuk wudhu` atau mandi, lalu melakukan
pekerjaan lainnya dan datang lagi untuk wudhu` atau mandi lagi dengan air
yang sama. Barulah saat itu dikatakan bahwa air itu musta’mal.
• Mazhab ini juga mengatakan bahwa bila ada sedikit tetesan air musta’mal
yang jatuh ke dalam air yang jumlahnya kurang dari 2 qullah, maka tidak
mengakibatkan air itu menjadi `tertular` ke-musta’mal-annya.

Batasan Volume 2 Qullah


Para ulama ketika membedakan air musta'mal dan bukan (ghairu)
musta'mal, membuat batas dengan ukuran volume air. Fungsinya sebagai batas
minimal untuk bisa dikatakan suatu air menjadi musta'mal.
Bila volume air itu telah melebihi volume minimal, maka air itu terbebas dari
kemungkinan musta'mal. Itu berarti, air dalam jumlah tertentu, meski telah
digunakan untuk wudhu atau mandi janabah, tidak terkena hukum sebagai air
musta'mal. Dasarnya adalah sabda Rasulullah SAW :
ْ
‫ َق َال َر ُس ُول َأ ه َِّلل‬:‫ َع ْن َع ْب ِد َأ ه َِّلل ْب ِن ُع َم َر َر ِض َي َأ ه َُّلل َع ْن ُه َما َق َال‬s ‫ِأ َذأ َك َان َأل َم َاء ُق هل َت ْي ِن َل ْم‬
ْ
‫ َأ ْخ َر َج ُه َأ َال ْر َب َع ُة‬-‫ َل ْم َي ْن ُج ْس‬:‫ َو ِفي َل ْفظ‬-‫َي ْح ِم ْل َأل َخ َب َث‬
Abdullah bin Umar ra. Mengatakan, “Rasulullah SAW telah bersabda: “Jika air itu
telah mencapai dua qullah, tidak mengandung kotoran. Dalam lafadz lain:”tidak
najis”. (HR Abu Dawud, Tirmidhi, Nasa’i, Ibnu Majah)

Lalu sebenarnya berapa ukuran volume 2 qullah dalam ukuran standar besaran
international dimasa sekarang ini?

• Para ulama kontemporer kemudian mencoba mengukurnya dengan besaran


zaman sekarang. Dalam ukuran masa kini kira-kira sejumlah 270 liter
• Jadi bila air dalam suatu wadah jumlahnya kurang dari 270 liter, lalu digunakan
untuk berwudhu, mandi janabah atau kemasukan air yang sudah digunakan
untuk berwudhu`, maka air itu dianggap sudah musta’mal.

4
• Air itu suci secara pisik, tapi tidak bisa digunakan untuk bersuci (berwudhu` atau
mandi). Tapi bila bukan digunakan untuk wudhu` seperti cuci tangan biasa, maka
tidak dikategorikan air musta’mal.
Jadi, kesimpulannya Air Musta’mal yang bercampur dengan dengan air tidak
musta’mal yang lebih 2 qullah maka air menjadi suci dan mensucikan 4
3. Air yang bercampur dengan barang yang suci
• Jenis air yang ketiga adalah air yang tercampur dengan barang suci atau barang yang
bukan najis. Hukumnya tetap suci. Seperti air yang tercampur dengan sabun, kapur
barus, tepung dan lainnya. Selama nama air itu masih melekat padanya.
• Namun bila air telah keluar dari karakternya sebagai air mutlak atau murni, air itu
hukumnya suci namun tidak mensucikan. Misalnya air dicampur dengan susu, meski
air itu suci dan susu juga benda suci, tetapi campuran antara air dan susu sudah
menghilangkan sifat utama air murni menjadi larutan susu. Air yang seperti ini tidak
lagi bisa dikatakan air mutlak, sehingga secara hukum tidak sah kalau digunakan
untuk berwudhu' atau mandi janabah. Meski pun masih tetap suci.
• Demikian juga dengan air yang dicampur dengan kaldu daging, irisan daging dan
bumbu-bumbu. Air itu kita anggap sudah keluar dari karakter kemutalakannya.
Bahkan kita sudah tidak lagi menyebutnya sebagai air, melainkan kita sebut 'kuah
bakso'. Tentu saja kita tidak dibenarkan berwudhu dengan kuah bakso.
• Hal yang sama terjadi pada kasus air yang dicampur dengan benda lain, seperti teh
tubruk, kopi, wedhang ronde, santan kelapa, kuah gado-gado, kuah semur dan opor
dan seterusnya, meski semua mengandung air dan tercampur dengan benda suci,
namun air itu mengalami perubahan karakter dan kehilangan kemutlakannya.
Sehingga air itu meski masih suci tapi tidak sah untuk dijadikan media bersuci.
• Tentang kapur barus, ada hadits yang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW
memerintahkan kita untuk memandikan mayat dengan menggunakannya.
“Dari Ummi Athiyyah radhiyallahu ‘anha bahwa Rasulullah SAW bersabda,
`Mandikanlah dia tiga kali, lima kali atau lebih banyak dari itu dengan air sidr
(bidara) dan jadikanlah yang paling akhir air kapur barus” (HR. Bukhari 1258,
Muslim 939, Abu Daud 3142, Tirmizy 990, An-Nasai 1880 dan Ibnu Majah 1458).
• Dan mayat itu tidak dimandikan kecuali dengan menggunakan air yang suci dan
mensucikan, sehingga air kapus dan sidr itu hukumnya termasuk yang suci dan
mensucikan. Sedangkan tentang air yang tercampur dengan tepung, ada hadits yang
diriwayatkan oleh Ummu Hani`.
• Dari Ummu Hani’ bahwa Rasulullah SAW mandi bersama Maimunah ra dari satu
wadah yang sama, tempat yang merupakan sisa dari tepung. (HR. Nasai 240, Ibnu
Khuzaimah 240)

4. Air Mutanajjis
• Air mutanajjis artinya adalah air yang tercampur dengan barang atau benda yang

4
Lihat Fiqh Islami wa Adillatuhu, Syaikh Wahbah Zuhaili
5
najis. Air yang tercampur dengan benda najis itu bisa memiliki dua kemungkinan
hukum, bisa ikut menjadi najis juga atau bisa juga sebaliknya yaitu ikut tidak menjadi
najis. Keduanya tergantung dari apakah air itu mengalami perubahan atau tidak,
setelah tercampur benda yang najis. Dan perubahan itu sangat erat kaitannya
dengan perbandingan jumlah air dan besarnya noda najis.
• Pada air yang volumenya sedikit seperti air di dalam kolam kamar mandi, secara
logika bila kemasukan ke dalamnya bangkai anjing, kita akan mengatakan bahwa air
itu menjadi mutanajjis atau ikut menjadi najis juga. Karena air itu sudah tercemar
dengan perbandingan benda najis yang besar dan jumlah volume air yang kecil.
• Tapi dalam kasus bangkai anjing itu dibuang ke dalam danau yang luas, tentu tidak
semua air di danau itu menjadi berubah najis. apalagi kalau airnya adalah air di
lautan. Di laut sudah tidak terhitung jumlah najis, tetapi semua najis itu dibandingkan
dengan jumlah volume air laut, tentu bisa diabaikan. Kecuali air laut yang berada di
dekat-dekat sumber najis yang mengalami perubahan akibat tercemar najis, maka
hukumnya juga ikut najis

B. NAJIS
Najis adalah kotoran yang bagi setiap muslim wajib mensucikan darinya dan mensucikan
َ ‫تَنَج‬
apa yang dikenainya. Secara bahasa, an-najasah bermakna kotoran (‫)القذارة‬. Disebut ( ‫َّس‬
‫ش ْيء‬
َّ ‫ )ال‬maknanya sesuatu menjadi kotor. Asy-Syafi'iyah mendefinisikan an-najasah dengan
makna (‫)مستقذرة يمنع الصالة حيث ال مرخص‬, kotoran yang menghalangi shalat.

1) Pembagian Najis
Dalam mazhab Asy-Syafi'i najis dibedakan berdasarkan tingkat kesulitan dalam
mensucikan atau menghilangkannya yaitu:
a) Najis Ringan
• Najis ringan sering juga diistilahkan dengan mukhaffafah (‫)مخففة‬. Disebut
ringan, karena cara mensucikannya sangat ringan, yaitu tidak perlu najis itu
sampai hilang. Cukup dilakukan ritual sederhana sekali, yaitu dengan
memercikkannya dengan air, dan tiba-tiba benda najis itu berubah menjadi
suci.
• Satu-satunya najis ini adalah air kencing bayi laki-laki yang belum makan apa
pun kecuali air susu ibu. Bila bayi itu perempuan, maka air kencingnya tidak
termasuk ke dalam najis ringan, tetapi tetap dianggap najis seperti umumnya.
Demikian juga bila bayi laki-laki itu sudah pernah mengkonsumsi makanan
yang selain susu ibu, seperti susu kaleng buatan pabrik, maka air kencingnya
sudah tidak lagi bisa dikatakan najis ringan.

b) Najis Berat
• Najis berat sering diistilahkan sebagai najis mughalladzhah (‫)مغلظة‬. Disebut najis

6
yang berat karena tidak bisa suci begitu saja dengan mencuci dan
menghilangkannya secara fisik, tetapi harus dilakukan praktek ritual tertentu.
• Ritualnya adalah mencuci dengan air sebanyak tujuh kali dan salah satunya
dengan tanah. Pencucian 7 kali ini semata-mata hanya upacara ritual. Demikian
juga penggunaan tanah, sama sekali tidak dikaitkan dengan manfaatnya.
Penggunaan tanah itu tidak diniatkan misalnya untuk membunuh bakteri, virus
atau racun tertentu yang terkandung pada najis itu. Tetapi semata-mata hanya
ritual dimana Allah SWT ingin disembah dengan cara itu.
• Maka penggunaan tanah tidak bisa diganti dengan sabun, deterjen, pemutih,
pewangi atau bubuk-bubuk lainnya yang didesain mengandung zat ini dan itu.
• Dasar dari semua ini adalah hadits Rasulullah SAW :
“sucinya wadah air kalian yang diminum anjing adalah dengan mencucinya tujuh
kali, salah satunya dengan air.”(HR. Muslim)
• Dalam mazhab Asy-Syafi'i, najis berat hanya dua saja, yaitu anjing dan babi.

c) Najis Pertengahan
• Najis yang pertengahan sering disebut dengan mutawassithah (‫)متوسطة‬. Disebut
pertengahan lantaran posisinya yang ditengah-tengah antara najis ringan dan
najis berat.
• Untuk mensucikan najis ini cukup dihilangkan secara fisik 'ain najisnya, hingga
3 indikatornya sudah tidak ada lagi. Ketiga indikator itu adalah : warna ( ‫)لون‬,
rasa (‫ )طعم‬dan aroma (‫)ريح‬.
• Semua najis yang tidak termasuk ke dalam najis yang berat atau ringan, berarti
secara otomatis termasuk ke dalam najis pertengahan ini diantaranya:
1) Kotoran manusia
2) Darah haid
3) Madzi, yaitu cairan bening yang keluar dari kemaluan yang tidak disertai
tekanan syahwat yang sangat kuat
4) Air wadi, yakni air putih, keruh dan kental yang keluar setelah buang air
kecil.
5) Nanah bercampur darah.
6) Darah yang keluar dalam jumlah banyak.
7) Arak (minuman keras).
8) Kotoran hewan yang haram dimakan.
9) Bangkai hewan, kecuali manusia, ikan, dan belalang.
10) Muntah

C. SUNNAH-SUNNAH DALAM THAHARAH


1) Berkhitan
2) Mencukur bulu kemaluan dan ketiak
3) Memotong kuku, memendekkan kumis
4) Membiarkan jenggot dan memangkasnya
5) Merapihkan rambut
6) Membiarkan uban dan tidak mencabutnya
7
7) Mencelup dan membiarkan uban dengan inai
8) Menggunakan wewangian

REFERENSI:
Ahmad Sarwat, Lc, MA. Kitab Thaharah. 2008.

8
BAB 2
PRAKTEK TAHARAH
TUJUAN
- Peserta hafal niat dan do’a setelah wudhu’, Niat Mandi Wajib, dan Niat Tayamum
- Peserta mampu mempraktekkan whudu
- Peserta Mampu Mempraktekkan Mandi Wajib
- Peserta mampu mempraktekkan tayamum

A. WUDHU
Wudhu' adalah sebuah ibadah ritual untuk mensucikan diri dari hadas kecil dengan
menggunakan media air. Yaitu dengan cara membasuh atau mengusap beberapa bagian
anggota tubuh menggunakan air sambil berniat di dalam hati dan dilakukan sebagai sebuah
ritual khas atau peribadatan.
Bukan sekedar bertujuan untuk membersihkan secara fisik atas kotoran, melainkan
sebuah pola ibadah yang telah ditetapkan tata aturannya lewat wahyu dari Allah SWT.
1. Hukum Wudhu

Wudhu` itu hukumnya bisa wajib dan bisa sunnah, tergantung konteks untuk apa kita
berwudhu.
a. Hukumnya Wajib/ Fardhu
Hukum wudhu` menjadi fardhu atau wajib manakala seseorang akan melakukan hal-
hal berikut ini :
1) Melakukan Shalat
2) Menyentuh Mushaf
3) Tawaf di Seputar Ka`bah

b. Hukumnya Sunnah
Sedangkan yang bersifat sunnah adalah bila akan mengerjakan hal-hal berikut ini :
1) Mengulangi wudhu` untuk tiap shalat
2) Menyentuh Kitab-kitab Syar`iyah
3) Ketika Akan Tidur
4) Sebelum Mandi Janabah
5) Ketika Marah
6) Ketika Membaca Al-Quran
7) Ketika Melantunkan Azan dan Iqamat
8) Dzikir
9) Khutbah
10) Ziarah Ke Makam Nabi SAW

9
2. Rukun Wudhu
1. Niat wudhu menurut Mazhab Syafi’i, yaitu :
Contoh:

Artinya : “Saya berniat wudlu untuk menghilangkan hadats kecil hanya karena Allah
semata”
2. Membasuh muka sampai batas keluarnya rambut
3. Membasuh kedua tangan sampai siku-siku
4. Mengusap kepala
5. Membasuh kedua kaki sampai mata kaki
6. Tertib

Table 1: Rukun wudhu menurut 4 mazhab

No Rukun Hanafi Maliki Syafi`i Hambali


1 Niat x rukun rukun rukun
2 Membasuh wajah rukun rukun rukun rukun
3 Membasuh tangan rukun rukun rukun rukun
4 Mengusap kepala rukun rukun rukun rukun
5 Membasuh kaki rukun rukun rukun rukun
6 Tertib x X rukun rukun
7 Muwalat x rukun x rukun
8 Ad-dalk x rukun x x
Jumlah 4 8 6 7

3. Sunnah-sunnah Wudhu
1. Memulai dengan Basmalah
2. Menggosok gigi atau siwak
3. Mencuci dua telapak tangan ketika hendak wudhu
4. Berkumu-kumur 3x
5. Memasukkan air ke hidung kemudian mengeluarkannya
6. Menyilang-nyilangi jenggot
7. Menyiang-nyilangi anak-anak jari
8. Membasuh tiga-tiga kali
9. Tayamun, mendahulukan yang kanan dari yang kiri
10. Menggosok anggota wudhu ketika berwudhu
11. Muwallat, berturut-turut tidak menyela dengan kegiatan lain
12. Meyapu kedua telinga
10
13. Memanjangkan cahaya, melebihkan/melewati batas anggota wudhu ketika membasuh
14. Sederhana, tidak boros memakai air
15. Berdo’a setelah wudhu

Artinya : “Saya bersakti tidak ada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi nabi Muhammad
adalah hamba dan sekaligus Rasul-Nya. Ya Allah, jadikanlan saya termasuk orang-orang
yang bertaubat, jadikanlan saya termasuk orang-orang yang mensucikan diri dan
jadikanlan saya termasuk golongan hambamu yang sholeh”.

4. Hal-Hal Yang Membatalkan Wudhu


1. Apa saja yang keluar dari kemaluan dan dubur
2. Tidur nyenyak hingga tiada kesadaran lagi, tanpa tetapnya piinggul di atas lantai
3. Hilangnya kesadaran akal karena mabuk atau sakit.
4. Memegang kemaluan dengan telapak tangan/tanpa alat.

B. MANDI JINABAH (BESAR)


1. Sebab-Sebab Seseorang Berhadats Besar
1. Melakukan hubungan kelamin
2. keluar mani disertai syahwat
3. Selesai menjalani masa haid dan nifas (bagi wanita)
4. Orang Islam yang meninggal dunia (kecuali mati syahid)
5. Seorang kafir yang baru masuk Islam.

2. Rukun Mandi Jinabah


1. Niat

Artinya: “sengaja aku mandi untuk menghilangkan hadas besar karna Allah ta’ala”.
2. Meratakan air ke seluruh tubuh
3. Tertib, artinya dilaksanakan dengan berurutan.

3. Rukun Mandi Jinabah


1. Memulai dengan mencuci tangan 3x
2. Membasuh kemaluan
3. Berwudhu terebih dahulu
4. Menuangkan air ke atas kepala 3x sambil menyelang-nyelangi rambut

11
5. Mengalirkan air ke seluruh tubuh dengna memulai sebelah kanan lalu sebelah kiri
tanpa mengabaikan ketiak, telinga, pusat,, dan jari-jari serta menggosok anggota tubuh
yang dapat di gosok

C. T A Y A M U M
Tayamum secara syar`i maknanya adalah bermaksud kepada tanah atau penggunaan
tanah untuk bersuci dari hadats kecil maupun hadats besar. Caranya dengan menepuk-
nepuk kedua tapak tangan ke atas tanah lalu diusapkan ke wajah dan kedua tangan dengan
niat untuk bersuci dari hadats.
Tayammum berfungsi sebagai pengganti wudhu` dan mandi janabah sekaligus. Dan itu
terjadi pada saat air tidak ditemukan atau pada kondisi-kondisi lainnya yang akan kami
sebutkan. Maka bila ada seseorang yang terkena janabah, tidak perlu bergulingan di atas
tanah, melainkan cukup baginya untuk bertayammum saja. Karena tayammum bisa
menggantikan dua hal sekaligus, yaitu hadats kecil dan hadats besar
1. Syarat-Syarat Tayamum
1. Sudah masuk waktu shalat
2. Kesulitan mendapatkan air atau berhalangan memakai air karena sakit.
3. Dengan tanah atau debu (sebagian ulama membolehkan dengan batu atau pasir)
4. Tanah atau debu tersebut harus suci dari najis

2. Rukun Tayamum
1. Niat
2. Mengusap muka dengan tanah/atau debu
3. Mengusap tangan sampai siku-siku.

3. Sebab-Sebab Tayamum
1. Sakit yang tidak boleh terkena air
2. Berada dalam perjelanan jauh yang sulit mendapatkan air.
3. Tidak mendapatkan air untuk wudlu.

4. Cara Bertayamum
1. Niat bertayamum karena hendak mengerjakan shalat. Niat cukup dilaksanakan dalam
hati tetapi disunnahkan untuk melafadzkan niat tersebut. Niat tayamum adalah sebagai
berikut :

Artinya : “Saya niat tayamum agar dapat melaksanakan shalat fardu karena Allah
semata”

12
2. Menghadap kiblat, kemudian tebarkan kedua telapak tangan satu kali pada dinding,
kaca, atau benda lain yang diyakini ada debu

3. Tiup kedua telapak tangan

4. Usapkan telapak tangan satu kali pada wajah.

13
5. Usapkan kedua tangan sampai pergelangan secara bergantian dari bagian dalam ke
bagian luar dimulai dari tangan kanan yang diusap.

5. Yang Membatalkan Tayamum


1. Semua hal yang membatalkan wudlu (buang air besar/kecil, hilang akal, menyentuh
kemaluan)
2. Mendapatkan air (sebelum melaksanakan shalat).

REFERENSI
• Sayyid Sabiq, Fiqh Sunah.
• Ari Atmiyanto. Buku Panduan Ibadah Praktis.
• Ahmad Sarwat, Lc, MA. Kitab Thaharah. 2008.

14
BAB 3
PRAKTEK SHALAT I

TUJUAN
- Peserta hafal lafadz Azan dan Iqamah
- Peserta hafal Do’a setelah Azan dan Iqamah
- Peserta Hafal Bacaan Shalat Fardhu
- Peserta mamapu mempraktekkan shalat fardhu
- Peserta mampu mempraktekkan shalat berjamaah

RINCIAN BAHASAN
A. ADZAN DAN IQAMAH
Adzan adalah panggilan muadzin kepada muslimin untuk menunaikan ibadah shalat
berjama’ah dimasjid. Hukum adzan ada yang menyatakan sunah, tetapi sebagian ulama
mengatakan fardhu kifayah sebagai syiar Islam.
Lafadz Adzan sebagai berikut:

۲× .‫اَهللُ اَ ْك َب ُر هللاُ اَ ْكَب ُر‬


Allah Maha Besar. Allah Maha Besar

۲× . ُ‫اله ِاالَّ هللا‬ َّ


َ ِ‫اش َه ُد اَ ْن ال‬
ْ
Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah

ُ ‫ا ْش َه ُد اَ َّن ُم َح َّمدًا َّر‬


۲× .ِ‫س ْو ُل هللا‬
Aku bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah

َّ ‫علَى ال‬
۲× .ِ‫صالَة‬ َ ‫ي‬
َّ ‫َح‬
Marilah mendirikan shalat

ِ َ‫علَى اْلفَال‬
۲× . ‫ح‬ َ ‫ي‬
َّ ‫َح‬
Marilah meraih kemenangan

.‫اَهللُ اَ ْك َب ُر هللاُ اَ ْكَب ُر‬


Allah Maha Besar .Allah Maha Besar

. ُ‫له ِاالَّ هللا‬ ِ


َ ‫الَ ا‬
Tiada Tuhan Selain Allah

15
Lafadz Iqamah sebagai berikut:

.‫اَهللُ اَ ْك َب ُر هللاُ اَ ْكَب ُر‬


Allah Maha Besar. Allah Maha Besar

. ُ‫اله ِاالَّ هللا‬ َّ


َ ِ‫اش َه ُد اَ ْن ال‬
ْ
Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah

ُ ‫ا ْش َه ُد اَ َّن ُم َح َّمدًا َّر‬


.ِ‫س ْو ُل هللا‬
Aku bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah

َّ ‫علَى ال‬
‫صالَ ِة‬ َ ‫ي‬
َّ ‫َح‬
Marilah mendirikan shalat

ِ َ‫علَى اْلفَال‬
.‫ح‬ َ ‫ي‬
َّ ‫َح‬
Marilah meraih kemenangan

َّ ‫ام ِت‬
۲× .‫الصالَة‬ َ ‫ْقد َق‬
Sesungguhnya shalat akan segera didirikan

.‫اَهللُ اَ ْك َب ُر هللاُ اَ ْكَب ُر‬


Keterangan :
1. Ketika muadzin mengumandangkan Allah adzan, Maha Besaryang
orang .Allahmendengarnya
Maha Besar hendaklah

. ُ‫صلِااَةالَّ هللا‬ ِ
membaca sebagaimana yang dibaca oleh muadzin, kecuali pada ucapan:
‫علَى اْل َفلاَح‬ َ ‫ي‬ َّ ‫ َح‬dan َّ ‫له‬
َ ‫ي َعلَىالَ الا‬
َّ ‫َح‬
Yang mendengar menjawab :
Tiada Tuhan Selain Allah
‫ل َولاَ ُق َّو َة الاَّ باهلل‬
َ ‫لاَ َح ْو‬
Terjemah: “tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah”.
2. Pada waktu adzan shubuh, setelah menyerukaan kalimah :
‫علَى اْل َفلاَح‬ َ ‫ي‬ َّ ‫َح‬
Muadzin Mengucapkan :

‫ن الن َّْوم‬
َ ‫صلاَ ُة َخ ْي ٌر م‬
َّ ‫اَل‬
Terjemah: “Shalat lebih baik daripada tidur”.

Dan yang mendengar menjawab :


‫ن‬
َ ‫شاهد ْي‬
َّ ‫ن ال‬
َ ‫كم‬
َ ‫على ذل‬
َ ‫ت َواَ َنا‬
َ ْ‫ت َو َب َرك‬
َ ‫صد ْق‬
َ
16
Terjemah : “Kebenaran dan keberkatan atasmu dan akupun atas yang demikian
termasuk orang-orang yang menyaksikan”.

Do’a Setelah Adzan dan Iqamah

Artinya:
“Ya Allah Tuhan yang memiliki panggialan ini,yang sempurna dan memiliki shalat yang di
dirikan.Berilah junjungan kami Nabi Muhammad SAW,waisalh dan keutamaan serta
kemulian dan derajat yang tinggi,dan angkatah ia ke tempat yang terpuji sebagaiman Engkau
telah janjikan,sesungguhnya Engkau ya AAllah Dzat Yang tidak akan mengubah janji”

B. SHALAT FARDHU
1. Kriteria Wajib Menunaikan Shalat
a. Beragama Islam
b. Suci dari hadats ,haid dan nifas
c. Sudah dewasa (baligh)
d. Berakal sehat
e. Sadar, tidak tidur atau pingsan
f. Dakwah Islam sudah sampai kepadanya

2. Syarat Sah Shalat


a. Suci dari hadats kecil dan hadats besar
b. Suci badan, pakaian dan tempat dari najis
c. Menutup aurat
d. Telah masuk waktu shalat
e. Mengetahui tata cara shalat
f. Menghadap kiblat (ka’bah)

3. Rukun Shalat
Rukun shalat adalah perbuatan dalam shalat yang harus diker jakan,meninggalkan salah
satu rukun shalat,maka shalatnya tidak syah. Rukun shalat tersebut adalah :
1. Niat
Contoh lafazh niat:
a. Niat Shalat Subuh

17
b. Niat Shalat Dzuhur

02. Prakteh Shalat

c. Niat Shalat Ashar

d. Niat Shalat Maaghrib

e. Niat Shalat ‘Isya

2. Berdiri bagi yang mampu


3. Takbiratul Ihram
4. Membaca surat Al-fatihah
5. Rukuk dengan tuma’ninah
6. I’tidal dengan tuma’ninah
7. Sujud dua kali dengan tuma’ninah
8. Duduk diantara dua sujud dengan tuma’ninah
9. Membaca tasyahud (tahiyat) akhir
10. Membaca shalawat Nabi Muhammad SAW dan keluarga Nabi Muhammad SAW
11. Mengucapkan salam pertama
12. Tertib (berurutan)

4. Sunnah Shalat
Sunnah shalat adalah perbuatan dalam shalat berupa bacaan dan gerakan yang akan
menambah kesempurnaan shalat, yang jika dikerjakan mendapat pahala dan jika
ditinggalkan tidak berdosa. Sunah shalat antara lain :
a. Berupa bacaan
1. Membaca do’a iftitah
18
2. Membaca amiin, setelah surat al-fatihah
3. Membaca salah satu surat Al-qur’an setelah al-fatihah
4. Membaca takbir setiap perpindahan gerakan
5. Membaca tasbih ketika rukuk
6. Membaca do’a I’tidal
7. Membaca tasbih ketika sujud
8. Membaca do’a ketika duduk diantara dua sujud
9. Membaca salam kedua sambil menoleh muka ke kiri
10. Membaca shalawat Nabi ketika tasyahud awal

b. Berupa gerakan
1. Mengangkat kedua tangan ketika takbiratulihram, akan rukuk, dan bangun dari
tahiyat awal
2. Bersedekap saat berdiri
3. Melihat ketempat sujud
4. Duduk iftirasy pada tahiyat awal
5. Duduk tawarruk pada tahiyat akhir

5. Yang Membatalkan Shalat


a. Meninggalkan salah satu rukun dengan sengaja
b. Meninggalkan salah satu syarat
c. Berkata-kata selain bacaan shalat dengan sengaja
d. Makan atau minum dengan sengaja

6. Hukum Melintas di Depan Orang Sholat


Melewati orang shalat di bagian depan adalah hal yang dilarang dalam agama.
Dalilnya adalah hadits muttafaqun 'alaihi berikut ini:
Rasulllah SAW bersabda, "Seandainya orang yang lewat di depan orang shalat
mengetahui tentang dosanya, maka pastilah menunggu selama 40 lebih baginya dari
pada lewat di depannya. (HR Bukhari dan Muslim)
Salah saeorang perawi hadits, Abu An-Nadhr, berkata, "Aku tidak tahu apakah
maksudnya 40 hari, 40 bulan atau 40 tahun.
Maka agar kejadian seseorang lewat di depan kita yang sedang shalat tidak terjadi,
alangkah baiknya bila kita tidak shalat di 'jalanan' yang kemungkinan akan dilewati orang.
Caranya, dengan kita meletakkan pembatas (Sutrah) berupa benda-benda tertentu
di depan kita. Misalnya batas sajadah, atau buku, tas, tongkat, pensil atau apapun.
Dengan adanya batasan itu, maka orang-orang akan tahu bahwa mereka tidak boleh
berjalan di situ. Kalau mau melewati, maka silahkan lewat di luar batas yang sudah
dibuat.

19
7. Shalat Berjama’ah

Menyambung Jamaah untuk Masbuk

Imam

Imam

Jamaah Wanita Imam sejajar


dengan makmum

REFERENSI
• Sayyid Sabiq, Fiqh Sunah.
• Ari Atmiyanto. Buku Panduan Ibadah Praktis.

20
BAB 4
PRAKTEK SHALAT II
TUJUAN
- Peserta mengetahui hukum shalat bagi orang sakit
- Peserta mengetahui hukum menjamak shalat
- Peserta mengetahui hukum mengqashar shalat

RINCIAN BAHASAN
A. Shalat Bagi Orang yang Sakit
Barangsiapa yang berhalangan karena sakit dan sebagainya, hingga menyebabkan ia
tidak dapat berdiri dalam mengerjakan shalat fardhu, maka diperbolehkan ia shalat dalam
posisi duduk. Jika tidak mampu duduk maka boleh dilakukan dengan posisi berbaring dan
ketika ruku dan sujud cukup dengan menundukkan kepala. Ketika sujud hendaklah
kepalanya ditundukkan lebih rendah dibandingkan ketika ruku’.

B. Shalat Dalam Perjalanan


Dalam bepergian, ada beberapa keringanan (rukhsah) dalam beribadah yang diberikan
oleh agama kita untuk meringankan dan memudahkan pelaksanaannya. Salah satu
keringanan tersebut adalah pelaksanan ibadah sholat dengan cara qashar (dipendekkan)
dan dengan cara jamak (menggabung dua sholat dalam satau waktu). Dengan demikian
pelaksanaan sholat dalam perjalanan, atau disebut “sholatus safar”, dapat dilakukan dengan
beberapa cara sebagai berikut:

1. Itmam, atau sempurna yaitu dilakukan seperti biasanya saat dirumah.


2. Qashar, yaitu sholat yang semestinya empat rakaat diringkas atau dipendekkan
menjadi dua roka’at.
3. Jama’, yaitu mengumpulkan dua sholat, Dhuhur dengan Ashar atau Maghrib
dengan Isya’, dalam salah satu waktunya.

1. Meng-Qashsar Shalat
Para ulama berbeda pendapat mengenai manakah yang lebih utama dalam
melaksanakan sholat saat bepergian, apakah dengan sempurna seperti biasa ataukah
dengan qashar?

mazhab Syafii dan Hanbali dan mayoritas ulama berbagai mazhab mengatakan bahwa
melakukan sholat dengan cara qashar saat bepergian hukumnya sunnah

Dalil pendapat ini adalah ayat al-Qur’an:

21
“Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu men-qashar
sembahyang(mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang
kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS. An-Nisaa’: 101).

Ayat ini dengan jelas menyatakan “tidak mengapa” yang berarti tidak keharusan.

Dalil tersebut juga diperkuat oleh riwayat dari beberapa orang sahabat yang melakukan
sholat sempurna pada saat bepergian. Sekiranya qashar wajib, tentu tidak akan ada seorang
sahabat yang meninggakannya. Beberapa sahabat yang diriwayatkan tidak melakukan
qashar saat bepergian adalah Usman, Aisyah dan Saad bin Abi Waqqas r.a..

Dalil lain adalah bahwa tatkala seorang musafir bermakmum dengan orang yang mukim,
maka wajib baginya menyempurnakan sholat mengikuti tata cara shalat imam yang mukim.
Imam Syafii mengatakan telah terjadi konsensus (Ijma’) ulama mengenai hal tersebut.
Seandainya sholat musafir wajib qashar dan dua rakaat maka tentu sholatnya musafir tadi
tidak sah karena melebihi dua rakaat. Ini menunjukan bahwa qashar bukan keharusan,
tetapi anjuran atau sunnah.

Cara Sholat Qashar

Pelaksanaan sholat qashar sama seperti sholat biasa, hanya saja, sholat yang semestinya
empat roka’at yaitu dhuhur, ashar, dan isya’, di ringkas menjadi dua roka’at dengan niat
qashar pada waktu takbirotul ihram.

Contoh lafadz niat qashar : Usholli fardlod-dhuhri rok’ataini qoshron lillahi ta’ala.

Artinya : saya niat sholat dhuhur dengan diqashar dua roka’at karena Allah.

Syarat-Syarat Qashar

Orang yang sedang bepergian (musafir), diperbolehkan melakukan sholat dengan qashar,
apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1. Bukan bepergian maksiat, seperti bepergian dengan tujuan mencuri, dan lain-lain.
2. Jarak yang akan ditempuh, sedikitnya berjarak kurang lebih 80,64 km. Muslim sahaat
Anas bin Malik r.a. berkata: Rasulullah s.a.w. ketika bepergian sejauh tiga mil atau tiga
farsakh, beliau melakukan shalat dua rakaat.
Hadist lain meriwayatkan Rasulullah s.a.w bersabda: “Wahai penduduk Makkah,
janganlah kalian melakkan qashar pada perjalanan kurang dari empat bard, yaitu dari
Makkah ke Usfan”. (H.r. Dar Quthni dari Ibnu Abbas. Hadist ini juga diriwayatkan
sebagai statemen Ibu Abbas).
Para ulama pada zaman dahulu memperkirakan jarak tersebut dengan durasi
perjalanan selama dua hari menggunakan kuda atau onta. Dan para ulama sekarang
memperkirakan sejauh 80,64 km atau dibulatkan 80 km. perbedaan kurang atau lebih
22
sedikit tidak masalah karena al-Qur’an tidak secara jelas memberikan batasan jarak
dan hadist-hadist dan perhitungan jarak mil dan farsakh versi lama masih mengalami
perbedaan. Imam Syafii sangat ketat memberlakukan hitungan tersebut, yakni harus
melebih minimal 80,6 km tidak boleh kurang.
3. Mengetahui hukum diperbolehkannya qashar.
4. Sholat yang di qashar berupa sholat empat roka’at. Yakni Dhuhur, Ashar dan Isya’
5. Niat qashar pada saat takbirotul ihram.
6. Tidak bermakmum/berjama’ah kepada orang yang tidak sedang melakukan qashar
sholat.
7. Tidak berniat mukim untuk jangka waktu lebih dari tiga hari tiga malam di satu tempat.

2. Menjamak Dua Shalat


Menjama’ sholat adalah melakukan sholat Dhuhur dan Ashar dalam salah satu waktu
kedua sholat tersebut secara berturut-turut, atau melaksanakan sholat Maghrib dan Isya’
dalam salah satu waktu kedua sholat tersebut secara berturut-turut. Maka sholat dengan
cara jama’ ada dua macam:

1) Jamak Taqdim
Menjamak 2 shalat yang dilakukan pada waktu shalat pertama. Contoh: menjamak
shalat dzuhur dan ashar di waktu dzuhur.
2) Jamak Ta’khir
Menjamak 2 shalat yang dilakukan pada waktu shalat pertama. Contoh: menjamak
shalat dzuhur dan ashar di waktu ashar.

23
BAB 5
AMALAN IBADAH

TUJUAN
- Shalat Dhuha (2x/Pekan)
- Tilawah Al-Qur’an (10 halaman/pekan)
- Shalat Tahajud (1x/pekan)
- Shaum + Ifthar (1x/bulan)
- Shalat Berjama’ah (2 waktu/hari)
- Shalat Jum’at (1x/pekan)

RINCIAN BAHASAN
A. Shalat Dhuha
Dari Buraidah Radhiallahu ‘Anhu, “Aku mendengar bahwa Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam bersabda:
"Dalam tubuh manusia terdapat 360 tulang. Ia diharuskan bersedekah untk
tiap ruas tulang itu.” Para sahabat bertanya: “Siapa yang mampu melakukan itu ya
Rasulullah?” Beliau menjawab: “Dahal yang ada di masjid lalu ditutupnya dengan tanah,
atau menyingkirkan gangguan dari jalan, atau sekali pun tidak mampu maka shalatlah dua
rakaat pada waktu dhuha.”
Dari Zaid bin Aslam, dia berkata, “Aku melihat Abdullah bin Umar berkata kepada
Abu Dzar: “Berwasiatlah kepadaku wahai pamanku!” Abu Dzar menjawab, “Aku pernah
meminta kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam seperti apa yang kamu minta
kepadaku.” Lalu dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Barangsiapa yang menunaikan shalat dhuha sebanyak dua rakaat, dia tidak ditulis
termasuk golongan orang-orang yang lalai. Barangsiapa yang menunaikan empat rakaat
dia dicatat termasuk golongan ahli ibadah. Barangsiapa menunaikan enam rakaat, maka
dia tidak menemukan dosa pada hari itu. Barangsiapa yang menunaikan delapan rakaat,
dia ditulis sebagai orang-orang yang tunduk kepada Allah. Dan, barangsiapa yang
menunaikannya sepuluh rakaat, maka Allah akan membangunkan sebuah rumah baginya
di surga.”

Dari ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha, dia berkata: “Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melakukan
shalat dhuha empat rakaat dan dia menambahkannya sesuai yang Allah kehendaki.”
Diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim, dan Ibnu Majah.

24
B. Keutamaan Shalat Tahajud
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjelaskan di dalam Al-Qur’an pada banyak ayat dan
juga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam banyak hadits tentang besarnya pahala
yang diperoleh dari melaksanakan shalat malam. Bahkan, shalat yang paling baik setelah
shalat wajib adalah shalat malam, dan hal ini telah menjadi ijma' (kesepakatan) ulama.
Ayat-ayat tentang keutamaan shalat malam dan anjurannya di dalam banyak ayat, Allah
Subhanahu wa Ta’ala menganjurkan kepada Nabi-Nya yang mulia untuk melakukan shalat
malam. Antara lain adalah:
ً َ َ َ َ َْ ٰ َ َ َ َ ًَ َ ْ َ َ َّ
﴾٧٩ ﴿ ‫َس أن َي ْب َعثك َ ُّربك َمق ًاما َم ْح ُمودا‬ ‫َو ِم َن الل ْي ِل فت َه َّجد ِب ِه ن ِافلة لك ع‬

"Dan pada sebagian malam hari shalat Tahajjud-lah kamu...." [Al-Israa'/17: 79]
َ َْ ُ َْ َ َّ ً َ ُ َ
﴾١٨ ﴿ ‫﴾ َو ِباْل ْس َحار ه ْم َي ْستغ ِف ُرون‬١٧ ﴿ ‫كانوا ق ِليًل ِم َن الل ْي ِل َما َي ْه َج ُعون‬

"Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam; dan di akhir-akhir malam mereka memohon
ampun (kepada Allah)." [Adz-Dzaariyaat/51: 17-18]
َ َ َ ُْ َ ٌ َْ ََُْ ََ َ ُ ْ ُ ْ ُ َ ْ َ َ َّ َ ً َ َ َ ً ْ َ ْ ُ َّ َ َ ُ ْ َ َ َ ْ َ ْ ُ ُ ُ ُ َٰ َ ََ
‫ف ل ُه ْم‬‫﴾ فًل تعلم نفس ما أخ ِ ي‬١٦ ﴿ ‫اجع ُيدعون رب هم خوفا وطمعا و ِمما رزقناهم ين ِفقون‬ ِ ‫اف َجنوب هم عن المض‬ ‫تتج‬
َ َ ْ َ ُ َ َ ً َ َ َ ُ ْ َّ ُ ْ
﴾١٧ ﴿ ‫ي جزاء ِبما كانوا يعملون‬ ٍ ‫ِمن قر ِة أع‬
"Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdo’a kepada Rabb-nya
dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkah-kan sebagian dari rizki yang Kami
berikan ke-pada mereka. Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk
mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata, sebagai
balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan." [As-Sajdah/32: 16-17]

Dibolehkan shalat tahajud dengan berjamaah,


“Pada suatu malam aku shalat bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau
memulai shalat dengan membaca surat Al Baqarah. Aku katakan, ‘Beliau ruku’ setelah
membaca seratus ayat pertama, kemudian meneruskan hingga selesai.’ Aku katakan,
‘Beliau shalat dengan (membaca semua ayat itu) dalam satu rakaat, lalu melanjutkan!’ Aku
katakan, ‘Setelah itu beliau ruku’ dengannya, kemudian shalat lagi membaca surat An Nisa,
lalu Ali Imran. Dia membaca pelan-pelan, jika membaca ayat tasbih ia bertasbih, jika
melewati ayat permohonan ia memohon, jika membaca ayat perlindungan ia berta’awudz.
Kemudian ruku’ seraya berkata, ‘Subhana rabbiyal ‘azhim’, ruku’nya sama panjangnya
dengan berdirinya, kemudian berkata, ‘Sami’ Allahu liman hamidah’, kemudian berdiri lama
seperti lamanya ruku’. Kemudian bersujud seraya berkata, ‘Subhana rabbiyal a’la’ dan
lamanya waktu sujud mendekati lamanya waktu berdiri.”(HR. Muslim)

C. Keutamaan Shalat Jum’at


Shalat jum’at adalah sebuah kewajiban bagi ummat Islam, khususnya laki-laki dewasa.
Kewajiban ini dituangkan di dalam firman Allah;

25
Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum’at, maka
bersegeralah kalian kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu
lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.( Al-Jumu’ah: 9)

Adapun kewajiban itu bagi kaum muslim laki-laki berdasarkan kepada hadis nabi; Dari Thariq
bin Syihab ra bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Shalat Jumat itu adalah kewajiban bagi setiap muslim dengan berjamaah, kecuali (tidak
diwajibkan) atas 4 orang. [1] Budak, [2] Wanita, Anak kecil dan Orang sakit.” (HR Abu Daud)

Dalil-dalil tersebut menunjukkan kewajiban melakukan shalat jum’at bagi lelaki muslim. Jika
kewajiban itu ditinggalkan, maka ia mendapatkan dosa besar.

Barangsiapa meninggalkan shalat jum’at tiga kali tanpa udzur dan tanpa sebab (yang syar’i)
maka Allah akan mengunci mata hatinya (HR Malik)

Barangsiapa meninggalkan shalat jum’at tiga kali karena meremehkannya maka Allah akan
mengunci mata hatinya (HR at-Tirmidzi)

Ibnu Abbas mengatakan :


Barangsiapa meninggalkan shalat Jum’at tiga kali berturut-turut maka ia telah
melemparkan ikatan Islam ke belakang punggungnya (HR Abu Ya’la dari kata-kata Ibnu
Abbas)

D. Keutamaan Tilawah Al-Qur’an

َ ُ َ ْ ُ ُ َ َٰ ُ َ ُْ َ ْ َ َ َ ُ ْ ُ َ َ ُ َ َ َّ َ ُ َ ُ ْ َ َ َ ْ ُ ُ َ ْ َ َ َّ
ِ ‫ال ِذين آتيناهم ال ِكتاب يتلونه حق ِتًلو ِت ِه أول ٰ ِئك يؤ ِمنون ِب ِه ۗ ومن يكف ْر ِب ِه فأول ِئك هم الخ‬
﴾١٢١ ﴿ ‫اِسون‬

Orang-orang yang Kami datangkan al-kitab kepadanya, mereka membacanya dengan


sebenar-benar bacaan, merekalah yang beriman kepadanya dan barang siapa
mengingkarinya maka mereka termasuk orang-orang merugi (QS Al Baqarah : 121)

“Perumpaan seorang mu`min yang rajin membaca Al-Qur`an adalah seperti buah Al-
Atrujah : aromanya wangi dan rasanya enak. Perumpamaan seorang mu`min yang tidak
membaca Al-Qur`an adalah seperti buah tamr (kurma) : tidak ada aromanya namun rasanya
manis. Perumpamaan seorang munafiq namun ia rajin membaca Al-Qur`an adalah seperti
buah Raihanah : aromanya wangi namun rasanya pahit. Sedangkan perumpaan seorang
munafiq yang tidak rajin membaca Al-Qur`an adalah seperti buah Hanzhalah : tidak memiliki
aroma dan rasanya pun pahit.” [Al-Bukhari dan Muslim]

26
E. Puasa Sunah dan Ifthar
Allah Ta’ala telah berfirman :
''Setiap amal anak Adam adalah untuknya kecuali shaum, sesungguhnya shaum itu untuk
Aku dan Aku sendiri yang akan memberi balasannya. Dan shaum itu adalah benteng (dari
api neraka), maka apabila suatu hari seorang dari kalian sedang melaksanakan shaum,
maka janganlah dia berkata rafats dan bertengkar sambil berteriak. Jika ada orang lain yang
menghinanya atau mengajaknya berkelahi maka hendaklah dia mengatakan ‘Aku orang
yang sedang shaum’. Dan demi Zat yang jiwa Muhammad berada di tanganNya, sungguh
bau mulut orang yang sedang shaum lebih harum di sisi Allah Ta’ala dari pada harumnya
minyak misik. Dan untuk orang yang shaum akan mendapatkan dua kegembiraan yang dia
akan bergembira dengan keduanya: Apabila berbuka dia bergembira dan apabila berjumpa
dengan Rabnya dia bergembira disebabkan ibadah shaumnya itu''.(HR.Bukhari dan Muslim)

Adapun macam-macam puasa sunnah beserta keutamaannya masing-masing yaitu :


1. Puasa Enam Hari di Bulan Syawal
Baik dilakukan secara berturutan ataupun tidak. Keutamaan puasa romadhon yang diiringi
puasa Syawal ialah seperti orang yang berpuasa selama setahun (HR. Muslim).

2. Puasa Sepuluh Hari Pertama Bulan Dzulhijjah


Yang dimaksud adalah puasa di sembilan hari yang pertama dari bulan ini, tidak termasuk
hari yang ke-10. Karena hari ke-10 adalah hari raya kurban dan diharomkan untuk berpuasa.

3. Puasa Hari Arafah


Yaitu puasa pada hari ke-9 bulan Dzuhijjah. Keutamaan: akan dihapuskan dosa-dosa pada
tahun lalu dan dosa-dosa pada tahun yang akan datang (HR. Muslim). Yang dimaksud dengan
dosa-dosa di sini adalah khusus untuk dosa-dosa kecil, karena dosa besar hanya bisa dihapus
dengan jalan bertaubat.

4. Puasa Muharram
Yaitu puasa pada bulan Muharrom terutama pada hari Assyuro’. Keutamaannya adalah
bahwa puasa di bulan ini adalah puasa yang paling utama setelah puasa bulan Romadhon
(HR. Bukhari)

5. Puasa Assyura’
Hari Assyura’ adalah hari ke-10 dari bulan Muharrom. Nabi shalallahu ‘alaihi wasssalam
memerintahkan umatnya untuk berpuasa pada hari Assyuro’ ini dan mengiringinya dengan
puasa 1 hari sebelum atau sesudahnhya. Hal ini bertujuan untuk menyelisihi umat Yahudi
dan Nasrani yang hanya berpuasa pada hari ke-10. Keutamaan: akan dihapus dosa-dosa
(kecil) di tahun sebelumnya (HR. Muslim).

6. Puasa Sya’ban
Disunnahkan memperbanyak puasa pada bulan Sya’ban. Keutamaan: bulan ini adalah bulan

27
di mana semua amal diangkat kepada Robb semesta alam (HR. An-Nasa’i & Abu Daud,
hasan).

7. Puasa pada Bulan Haram (bulan yang dihormati)


Yaitu bulan Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Dianjurkan untuk memperbanyak
amal ibadah pada bulan-bulan tersebut termasuk ibadah puasa.

8. Puasa Senin dan Kamis


Namun tidak ada kewajiban mengiringi puasa hari Senin dengan puasa hari Kamis atau
sebaliknya. Keduanya merupakan hari di mana amal-amal hamba diangkat dan diperlihatkan
kepada Allah.

9. Puasa 3 Hari Setiap Bulan


Disunnahkan untuk melakukannya pada hari-hari putih (Ayyaamul Bidh) yaitu tanggal 13, 14,
dan 15 setiap bulan. Sehingga tidaklah benar anggapan sebagian orang yang menganggap
bahwa puasa pada harai putih adalah puasa dengan hanya memakan nasi putih, telur putih,
air putih, dsb.

10. Puasa Daud


Yaitu puasa sehari dan tidak puasa sehari. Kemudian puasa sehari dan tidak puasa sehari.
Keutamaannya adalah karena puasa ini adalah puasa yang paling disukai oleh Allah (HR.
Bukhari-Muslim).

Ketentuan dalam Melakukan Puasa Sunnah


Pertama: Boleh berniat puasa sunnah setelah terbit fajar jika belum makan, minum dan
selama tidak melakukan hal-hal yang membatalkan puasa. Berbeda dengan puasa wajib
maka niatnya harus dilakukan sebelum fajar.

Keutamaan memberi makanan berbuka


“Barangsiapa yang memberi makanan berbuka bagi orang yang berpuasa, maka baginya
pahala yang semisal orang yang berpuasa tersebut tanpa mengurangi pahala orang yang
berpuasa tersebut sedikit pun.” (HR. At Tirmidzi, Beliau Berkata, “Hadits Hasan Shahih”)

REFERENSI
• Sayyid Sabiq, Fiqh Sunah.
• Imam Ibnul Qayyim, Zaadul Ma’ad

28
Lampiran :
Buku Catatan Praktek Ibadah dan Mentoring

Catatan :
Buku Catatan Praktek Ibadah dan Mentoring ini diisi oleh Mentor dan Amalan Ibadah diisi
oleh para peserta sebagai bahan evaluasi setiap pertemuan mingguan. Buku catatan ini
menjadi bahan evaluasi bagi mentor dan peserta, sehingga pengisiannya sangat diharapkan
dilakukan dengan tertib dan baik.

29
BUKU CATATAN PRAKTEK IBADAH DAN MENTORING UP3AI UNSYIAH
Fakultas Pertemuan ke Waktu Rencana
Jurusan/Prodi Tanggal Waktu Realisasi

No Amalan Pekanan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Inisial Peserta


1 Kehadiran (  / i / s / a ) 1.
2 Terlambat Hadir (dalam menit ) 2.
3 Shalat berjama’ah di masjid (14 x/pkn) 3.
4 Tilawah (10 halaman / pkn ) 4.
5 Shalat Dhuha (2x/pkn) 5.
6 Shaum sunnah + Ifthar ( 1x / bulan ) 6.
7 Qiyamullail/shalat Tahajud (1 x / pkn ) 7.
8 Shalat Jum’at (Khusus lelaki) (1 x / pkn) 8.
9 Membaca R Shalihin ( 1 hadits / pkn ) 9.
10 Ziarah kubur (  / pkn ) 10.
11 Berita nasional (  / pkn ) 11
12 Berita internasional (  / pkn ) 12
13 Berita dunia Islam (  / pkn )
Olah Raga (Riyadlah)
16 Jalan kaki ( mnt / pkn )
17 Lari ( mnt / pkn )
18 Pemainan OR khusus ( x / pkn )
Kegiatan Keluarga
21 Membantu Orang Tua/Famili (  / pkn )
22 Membantu Tetangga (  / pkn )

Realisasi Agenda
No AGENDA TEMA/PENJELASAN PETUGAS KETERANGAN
1 Iftitah/Pembukaan
2 Tilawah
3 Tadabbur/Kultum
4 Materi PI/Mentoring
5 Diskusi & Evaluasi
6 Taklimat
7 Berita
8 Infaq
9 Ikhtitam/Penutup

Catatan Pertemuan
No Catatan

___________________
Mentor
30
BAB 6
TAJHIZ MAYIT
TUJUAN
1. Peserta mamapu memandikan jenazah
2. Peserta mamapu mengkafankan jenazah
3. Peserta mampu mengusung dan menguburkan jenazah
4. Peserta hafal bacaan niat dan bacaan Shalat Jenazah untuk laki-laki, perempuan, dan
anak-anak
5. Peserta mampu mempraktekkan shalat jenazah

RINCIAN BAHASAN
A. Memandikan Jenazah
a. Yang memandikan Jenazah
- Muslim
- Disunahkan orang yang terpercaya, amanah, dan mengetahui hukum-hukum
memandikan
- Mayat laki-laki dimandikan oleh orang laki-laki dan mayat perempuan dimandikan
oleh orang perempuan kecuali suami/istrinya jumhur ulama membolehkan.
- Anak-anak di bawah tujuh tahun boleh dimandikan oleh laki-laki/perempuan
*Yang memandikan wajib berniat, karna ia yang terpanggil untuk memandikannya

b. Cara memandikan Jenazah


- Meletakkan mayat di tempat yang tinggi (lebih utama), ditanggalkan pakaiannya, dan
ditaruh diatasnya sesuatu yang dapat menutup auratnya.
- Mengangkat kepala mayat hingga mendekati posisi duduk, kemudian mengurut
perutnya agar keluar apa yang seharusnya keluar darinya. Saat itu perbanyak
menyiram air kepadanya agar apa yang keluar segera tersapu bersih.
- Petugas yang memandikan membukus tangannya dengan kain yang agak kasar llalu
membersihkan kemaluan mayat dan menyiramnya dengan air.
- Kemudian petugas mulai niat memandikan dan membaca basmalah, lalu
mewudhukan mayat sebagaimana wudhu untuk shalat, kecuali untuk berkumur dan
istinsyaq (memasukkan air ke hidung) cukup dengan membersihkannya dengan kain
yang sudah dibasahi.
- Kemudian membasuh kepala dan jenggotnya dengan busa sidr atau sabun, lalu basuh
bagian kanan tubuhnya dimulai dari belahan kanan lehernya, lalu tangan kanan
hingga punggungnya. Kemudian dada sebelah kanannya, pinggang kanannya, paha
kanannya, betis kanannya dan seluruhbagian kaki kanannya. Kemudian balikkan di
atas sisi kiri dan basuh bagian punggung kanannya. Setelah itu mandikan bagian kiri
stubuhnya seperti bagian kanannya. Gunakan sidr atau sabun saat membasuh.

31
- Jika mayat itu wanita, disunahkan menguraikan rambutnya lalu dicuci dan dijalin
kembali dengan dilepaskan dibelakangnya
- Disunahkan saat memandikan, petugas membungkus tangannya dengan kain.
- Jika dengan sekali basuhan sudah bersih, maka yang wajib adalah satu kali,
sedangkan sunahnya tiga kali. Jika belum bersih dengan sekali basuhan, maka
basuhannya ditambah hingga bersih sampai tujuh kali basuhan.
- Setelah dimandikan, tubuh mayat dikeringkan dengan dengan kain atau handuk yang
bersih agar kain kafannya tidak basah, lalu ditaruh diatasnya minyak wangi.
- Jumhur ulama menganggap makruh memotong kuku, mencabut rambut kumis,
rambut ketiak, atau rambut kemaluan mayat, walau hanya sehelai. Tapi ibnu Hazmin
membolehkannya.

B. Mengkafankan Jenazah
- Mengafani mayat dengan apa saja yang menutupi tubuhnya walau hanya sehelai kain
adalah fardhu Kifayah.
- Hal-hal yang diutamakan:
1. Hendaklah bagus, bersih, dan menutup seluruh tubuh.
2. Hendaklah putih warnanya.
3. Hendaklah diasapi dengan kemenyan dan wangi-wangian.
4. Bagi laki-laki hendaklah tiga lapis, sedang bagi wanita lima lapis.
- Langkah – langkah mengafani jenazah:
1. Potong kain kafan sesuai dengan panjang jenazah ditambah sekitar tiga jengkal atau
70 cm untuk tempat mengikat. Untuk jenazah laki-laki, tiga lembar sama panjang
sedangkan untuk wanita dua lembar sama panjang, satu lembar kain panjang
(bawahan), satu lembar baju, dan satu lembar kerudung. Atau tiga lembar sama
panjang, satu lembar baju panjang/ gamis dan satu lembar kerudung (semuanya lima
lembar).
2. sediakan lima helai atau lebih (yang penting ganjil) tali pengikat yang dibuat atau
dipotong dari setiap sisi kain kafan. Setelah itu lalu kita bentangkan kain kafan satu
per satu di atas dipan/ keranda/tikar dengal tempat untuk posisi kepala mengarah
kiblat. Jangan lupa, di bawah kain-kain tersebut sudah diletakkan tali pengikatnya.
Lalu kita taruh kapas di atas kafan
3. terutama untuk bagian dubur dan taburi kain kafan itu dengan kapur barus halus dan
minyak wangi secukupnya. Setelah semua siap, kita pun bisa mengangkat jenazah
dan meletakkan di atasnya. Kita lapisi bagian qubul, seluruh persendian, luka-luka
(kalau ada) dengan kapas yang sudah ditaburi kapur barus halus, lalu lipat selembar
demi selembar, dimulai dapi bagian kanan jenazah. Lalu kita ikat jenazah dengan
ikatan yang mudah dibuka di bagian sebelah kiri dengan tujuan agar pengubur
mudah melepaskan ikatan tersebut di dalam liang lahat.
4. Cara mengikat tali-tali pengikat pada kain kafan, Mulailah dengan mengikat tali
bagian atas kepala mayyit dan sisa kain bagian atas yang lebih itu dilipat kewajahnya
lalu diikat dengan sisa tali itu sendiri. Kemudian ikatlah tali bagian bawah kaki dan

32
sisa kain kafan bagian bawah yang lebih itu dilipat kekakinya lalu diikat dengan sisa
tali itu sendiri.
Setelah itu ikatlah kelima tali yang lain dengan jarak yang sama rata. Perlu
diperhatikan, mengikat tali tersebut jangan terlalu kencang dan usahakan ikatannya
terletak disisi sebelah kiri tubuh, agar mudah dibuka ketika jenazah dibaringkan kesisi
sebelah kanan dalam kubur.

C. Menshalatkan Jenazah
- Sayarat-syaratnya
Syarat-syarat shalat jenazah sama seperti shalat fardhu, kecuali waktunya. Khusus
untuk waktu, sebahagian ulama berpendapat makruh melakukan shalat jenazah
pada waktu terbit matahari, waktu istiwa’ dan saat terbenamnya, kecuali jika di
khwatirkan mayatnya membusuk.

- Rukun-rukunnya
1. Berniat
2. Berdiri bagi yang mampu
3. Empat kali takbir
a. Takbir pertama membaca Alfatihah
b. Takbir kedua membaca Shalawat atas nabi
c. Takbir ketiga Membaca Do’a untuk mayat
d. Takbir keempat membaca Do’a untuk mayat
4. Memberi salam
5. Tertib
- Sunah-sunahnya
1. Mengangkat kedua tangan tiap kali takbir
2. Membaca ta’awwuz sebelum membaca Alfatihah
3. Tidak mengeraskan bacaan
4. Berhenti sejenak antara takbir keempat sebelum salam
5. Meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya
6. Menoleh ke kanan ketika salam.
- Tata Caranya
1. Imam atau orang yang shalat berdiri di bagian dada jika mayatnya laki-laki dan di
sisi tengah jika mayatnya perempuan, sedangkan makmum di belakang imam
dan disunahkan membuat tiga .
2. Selanjutnya dimulai dengan niat, takbiratul ikhram , dan seterusnya sesuai
dengan rukunnya dan sunahnya.
- Contoh Bacaan-bacaan dalam shalat jenazah
Lafadz niat

33
Artinya: “Aku niat menshalatkan mayit ini, karna Allah ta’ala”

Bacaan Shalawat Nabi

Bacaan Do’a Pada Takbir Ketiga

34
Artinya: “Ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia, maafkanlah dia, ampunilah
kesalahannya, muliakanlah kematiannya, lapangkanlah kuburnya, cucilah
kesalahannya dengan air, es dan embun sebagaimana mencuci pakaian putih dari
kotoran, gantilah rumahnya dengan rumah yang lebih baik, gantilah keluarganya
dengan keluarga yang baik, gantilah istrinya dengan istri yang lebih baik,
hindarkanlah dari fitnah kubur dan siksa neraka”.

Note: Jika mayatnya perempuan “Hu” diganti menjadi “Ha”


Praktek Ibadah dan Mentoring Agama Islam

Bacaan Do’a Pada Takbir Keempat

Artinya: “Ya Allah, janganlah Engaku haramkan permohonan kami untuk kebajikannya dan
janganlah Engkau membiarkan kami di timpa fitnah setelah ketiadaannya dan ampunkanlah
kami dan dia juga rakan kami yang terdahulu beriman dan janganlah Engkau sematkan
perasaan hasad dengaki ke dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Tuhan
kami, sesungguhnya Engkau bersifat pengasih dan penyayang”.

D. Mengusung dan Menguburkan Jenazah


- Disyariatkan mengantar jenazah dan turut memikulnya. Disunahkan berkeliling
disekitar keranda, hingga seseorang akan memikulnya dari semua pinggirannya.
- Menyegerakan penyelenggaraannya

35
- Berjalan di depan atau dibelakangnya
- Tata cara menguburkan mayat:
1. Mayat wajib dikuburkan ditempat yang aman dari binatang buas. Mayat
dihadapkan ke kiblat, semakin dalam kuburnya semakin baik.
2. Lebih utama jika kuburnya mengunakan lahad; yaitu lubang yang digali
kesamping di dasar kubur dan mengarah ke kiblat.
3. Jika alasan tertentu dibolehkan tidak menggunakan liang lahad; caranya dengan
menggali lubang kebawah di tengah dasar kubur untuk mayat. Misalnya jika
tanah mudah runtuh.
4. Mayat diletakkan di atas pinggang kanannya dan menghadap kiblat.
5. Setelah mayat diletakkan di lahad, letakkan papan di atas lahad dan tambal sela-
selanya dengan tanah yang lembek agar tanah tidak langsung menimbun mayat
(secara langsung).
6. Setelah itu kubur ditimbun
7. Tidak dibolehkan menguburkan dalam tiga waktu:
a. Tatkala matahari terbit hingga setinggi tombak.
b. Tatkaa matahari persis berada di atas hingga tergelincir
c. Jika matahari tinggal seukuran tombak sebelum terbenam hingga terbenam.
8. Orang kafir tidak dikuburkan di pemakaman kaum muslimin. Mereka juga tidak
dimandikan, tidak dikafani, dan tidak dishalatkan. Akan tetapi dikuburkan
ditanah yang tak bertuan, kecuali jika ia dibawa pulang ke negerinya.

REFERENSI
• Sayyid Sabiq, Fiqh Sunah.
• Abdullah bin Jarullah bin Ibrahim Al-Jarullah. Tata Cara Mengurus Jenazah.

36
BAB 7
NILAI DAN KARAKTER MAHASISWA
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
TUJUAN
• Peserta mengetahui sejarah USK
• Peserta mengetahui nilai ke-USK-an
• Peserta mampu mengaplikasikan Nilai ke-USK-an sebagai karakter dalam kehidupan
sehari-hari

METODE PENDEKATAN
 Ceramah dan diskusi

RINCIAN BAHASAN
A. Sejarah USK
Universitas Syiah Kuala (USK) adalah perguruan tinggi negeri tertua di Aceh. Berdiri pada
tanggal 2 September 1961 dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Tinggi dan Ilmu
Pengetahuan Nomor 11 tahun 1961, tanggal 21 Juli 1961. Pendirian USK dikukuhkan dengan
Keputusan Presiden Republik Indonesia, nomor 161 tahun 1962, tanggal 24 April 1962 di
Kopelma Darussalam, Banda Aceh. USK berkedudukan di Ibukota Provinsi Aceh dengan
kampus utama terletak di Kota Pelajar Mahasiswa (Kopelma) Darussalam, Banda Aceh.
Nama Syiah Kuala sendiri diambil dari nama ulama Nusantara terkemuka yang bernama
Tengku Abdur Rauf As Singkili yang bergelar Syiah Kuala pada abad XVI, Beliau adalah ulama
besar dan mufti di Kerajaan Aceh Darussalam. Sebagai seorang ilmuwan, Abdurrauf menulis
ilmu fikih, tasawuf, tafsir, tauhid, dan hadis, antara lain adalah Mir`atuth Thullab, ‘Umdatul
Muhtajin, Daqa`qul Huruf, dan Tafsir Baidhawi (Tafsir AlQur’an tertua dalam bahasa
Melayu). Selain itu, dia menulis belasan kitab dalam berbagai cabang ilmu agama dalam
bahasa Arab dan Melayu. Sebagai ilmuwan, ia sangatlah disegani hingga saat ini. Dia
penghafal Al-Qur’an dan ratusan ribu hadis dengan kemampuan tafsir dan takwil
(interpretasi) yang luar biasa pada masanya. Namun, ia dikenal sangat rendah hati dan
senantiasa berkhidmat menegakkan ilmu pada jalan kebenaran.
Universitas Syiah Kuala dan Kota Pelajar/Mahasiswa (Kopelma) Darussalam merupakan
dua entitas yang saling berkaitan satu dengan lainnya, karena USK merupakan inti utama
dari proyek pembangunan Kopelma Darussalam. Keduanya bagaikan dua sisi mata uang
yang tidak terpisahkan satu sama lainnya. Keduanya merupakan perwujudan dari upaya
masyarakat Aceh untuk membangun kembali daerahnya yang mengalami kemunduran
akibat perang dan konflik yang berkepanjangan.

37
B. Nilai Ke-USK-an
Universitas Syiah Kuala, kini memiliki 15 nilai ke-USK-an. Nilai ini dirumuskan dari
kelompok diskusi terfokus yang khusus dilaksanakan untuk membahas nilai ke-USK-an
tersebut. Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Penjaminan Mutu (LP3M) dan UPT Mata
Kuliah Umum (MKU) Universitas Syiah Kuala (USK) memfasilitasi kegiatan ini, yang
berlangsung pada Selasa, tanggal 6 Agustus 2019. Ke-15 nilai ke-USK-an adalah keislaman,
kejujuran, keikhlasan, kebersamaan, kearifan, kebijaksanaan, sopan santun, moderat,
demokratis, universal, kreatif, idealisme, kedisiplinan, dan sportivitas. Semua nilai
berdasarkan intisari dari peserta diskusi terfokus yang dilaksanakan di Ruang Balai Senat
Rektorat USK. Semua nilai keUSKan dirumuskan juga wujud aktivitasnya dalam penerapan
nilai-nilai tersebut seperti ditampilkan pada Tabel 1.
Table 2 Nilai Ke-USK-an dan Wujud Aktivitas

No Nilai Wujud aktivitas dalam konteks kekinian


Menjaga salat lima waktu dan berjamaah, mampu membaca Al-Quran, tolong-
1 keislaman
menolong, kesabaran, tenggang rasa, toleransi, dan berbagi
2 Kejujuran Tidak mencontek, tidak titip daftar kehadiran, tidak plagiat
3 Keikhlasan Melakukan sesuatu tanpa berharap imbalan
4 Kebersamaan Kekompakan, gotong royong, kerja sama tim
5 Kearifan Terbuka, mengelola emosi
6 Kebijaksanaan Mengelola konflik dengan akal budi, hati-hati, obyektif
Sikap yang baik, budi pekerti, bertata krama, tingkah laku, kesusilaan, santun
7 Sopan-santun
dalam tutur dan perilaku
8 Moderat Menerima perbedaan, tidak egois
9 Demokratis Mengutamakan kepentingan bersama
10 Universal Mampu beradaptasi, menyesuaikan diri dengan lingkungan baru
11 Kreatif Melahirkan karya, inovatif, produktif
12 Idealisme Teguh pendirian, tidak pragmatis
13 Kedisiplinan Tepat waktu, sesuai ketentuan, rajin, memanfaatkan waktu dengan baik
Mengakui keunggulan orang lain, belajar dari kegagalan, takzim ke dosen, saling
14 Sportivitas
menghargai dan menghormati
Sikap saling menghormati dan menghargai antarkelompok atau antarindividu
15 Toleransi
dalam masyarakat atau dalam lingkup lainnya.

Rumusan nilai ke-USK-an ini sangat penting bagi USK sebagai lembaga pendidikan yang
namanya menggunakan seorang ulama besar di Aceh. Nilai-nilai ini yang nantinya akan
membatasi sivitas akademika dalam bergerak pada setiap kegiatan akademik yang
dilaksanakannya. Dalam pelaksanaan tridharma perguruan tinggi, bukan tidak mungkin
oknum-oknum sivitas akademika terjebak dalam perbuatan yang tidak baik. Dengan adanya
nilai ini diharapkan dari awal semuanya terhindar dari perbuatan tersebut. Nilai ke-USK-an
sangat penting dirumuskan dalam proses penyelenggaraan pendidikan di USK karena USK
ini lahir dari keinginan menyelesaikan konflik, berhenti dari darul harb (negeri yang konflik)
menuju Darussalam (negeri yang damai).
38
C. Penguatan Nilai Karakter Sivitas Akademika USK
Karakter merupakan komponen dasar yang sangat penting bagi manusia, yang
merupakan mustika hidup yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya di
muka bumi ini. Orang yang mulia adalah orang yang berkarakter kuat dan baik secara
individual maupun sosial. Dengan kata lain, manusia yang berkarakter kuat adalah individu
yang memiliki akhlak, moral, dan budi pekerti yang baik. Karakter menjadi ciri khas setiap
orang yang membedakan dirinya dengan orang lain. Ada empat macam karakter yang dapat
menjadi bagian dari setiap orang, yaitu karakter baik, kuat, buruk dan lemah. Melalui
pendidikan karakter, manusia yang memiliki karakter buruk dan karakter lemah dapat
dikurangi dan manusia yang memiliki karakter kuat dan karakter baik dapat
ditumbuhkembangkan. Karakter adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang
memunculkan perbuatan-perbuatan yang dengan mudah teraktualisasi tanpa melakukan
pertimbangan pikiran.

Strategi yang ditempuh Universitas Syiah Kuala untuk menumbuhkembangkan karakter


dari nilai-nilai ke-USK-an dan nilai-nilai universal adalah melalui transmisi nilai-nilai, melalui
inkulkasi (penanaman) nilai, latihan dan pemodelan nilai, pengkondisian agar nilai
teraplikasikan dan habituasi nilai, mengkonstruksi nilai dan membangun kultur kampus agar
proses internalisasi nilai sosial dan pengembangan nilai personal berhasil, misalnya melalui
kegiatan UP3AI, UP3BI, Unit Kegiatan Mahasiswa, himpunan-himpunan, kegiatan ekstra
kurikuler, dan lain-lain.

Pendidikan karakter di Universitas Syiah Kuala sudah ditumbuhkan di dalam suasana


akademik baik melalui kegiatan tridharma perguruan tinggi maupun dalam kegiatan
ekstrakurikuler. Untuk mendorong pendidikan karakter berjalan dengan baik sangat
diperlukan keterlibatan berbagai komponen yang didukung melalui proses pendidikan (isi
kurikulum, proses pembelajaran, dan penilaian), pengelolaan kampus, pelaksanaan aktivitas
atau kegiatan mahasiswa di kampus, pemberdayaan sarana prasarana, dan etos kerja
seluruh warga kampus.

Pendidikan karakter di perguruan tinggi diperlukan dalam rangka reshape dan rebuild,
melengkapi dan mengokohkan karakter baik yang dibentuk pada tingkat pendidikan
sebelumnya. Institusi pendidikan tinggi sebagai salah satu wahana dan media yang dapat
dijadikan sebagai strategi pembangunan dan pengembangan pendidikan karakter bagi
mahasiswa, agar menjadi mahasiswa yang memiliki etika dan moral akademik dan
menjunjung tinggi nilai-nilai luhur Pancasila. Peran pendidikan tinggi dalam membangun dan
mengembangkan pendidikan karakter diwujudkan dengan penyediaan prasarana dan
sarana serta peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang sesuai dengan visi dan misi
institusi pendidikan.

REFERENSI:
Muttaqin Mansur, Teuku. 2019. UNIVERSITAS SYIAH KUALA, SEJARAH DAN NILAI. Banda
Aceh: USK PRESS.

39
LINK DOWLOAD FULL BOOK:
https://s.id/bukuusk

ALOKASI WAKTU
Langkah Uraian Waktu
Pembukaan Mentor menyampaikan pengantar dan sasaran materi 5’
Diskusi Mentor mengajukan pertanyaan tentang logika
5’
Pendahuluan keberadaan Allah
Ceramah Mentor menguralkan isi materi 30’
Diskusi Mentor menyediakan forum diskusi dan tanya jawab 10’
Mentor merangkum/menyimpulkan isi materi
Penutup 10’
sekaligus menutup dengan do’a

40
BAB 8
URGENSI BERIMAN
KEPADA ALLAH SWT
TUJUAN
• Peserta mengetahui urgensi mengenal Allah,
• Peserta memahami cara yang tepat dalam mengenal Allah SWT,
• Peserta dapat termotivasi untuk mentauhidkan Allah karena menyadari kebesaran dan
keAgungan-Nya,
• Peserta dapat menghindari hal-hal yang dapat menjadi penyebab untuk menghalangi dalam
mengenal Allah

METODE PENDEKATAN
 Ceramah dan diskusi

RINCIAN BAHASAN
A. Makna Ma'rifatullah
Ma'rifatullah berasal dari kala ma’rifah dan Allah. Ma'rifah berarti mengetahui, mengenal.
Mengenal Allah bukan melalui zat Allah tetapi mengenal-Nya lewat tanda-tanda kebesaran-
Nya (ayat-ayat-Nya).

B. Pentingnya Mengenal Allah


Seseorang yang mengenal Allah pasti akan tahu tujuan hidupnya dan tidak tertipu oleh
dunia. Allah SWT. Berfirman:
ْ ‫نس ِإّل ِل َي‬
َ ْ َ ْ ََْ َ َ
‫ون‬
ِ ‫د‬‫ب‬‫ع‬ ‫ْل‬
ِ ‫وما خلقت ٱل ِجن وٱ‬
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-
Ku. (Q.S. Az-Zariyat (51):56)

Ma’rifatullah merupakan ilmu yang tertinggi yang harus difahami manusia. Allah SWT.
Berfirman:
‫ٱلظل ٰم ِت َلـي َس ِب َخ ِارج‬
ُّ ‫َٱ َو َمن َك َان َمي ًتا َف َاح َيي ٰنه َو َج َعل َنا َله نو ًرٱ يمشى به فى ٱلناس َك َمن م َثله فى‬
ِ ِ ِ ِ ِ
‫ِمن َها ؕ َك ٰذ ِل َك ز ِي َن ِلل ٰكـ ِف ِري َن َما َكانوٱ َيع َملو َن‬
Dan apakah orang yang sudah mati5 Kemudian dia kami hidupkan dan kami berikan
kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-
tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap
gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah kami jadikan orang

5
maksudnya ialah orang yang telah mati hatinya yakni orang-orang kafir dan sebagainya.
41
yang kafir itu memandang baik apa yang Telah mereka kerjakan.(Q.S. Al-An’am (6):122)

Hakikat ilmu adalah memberikan keyakinan kepada yang mendalaminya. Ma’rifatullah


adalah ilmu yang tertinggi sebab jika difahami memberikan keyakinan mendalam.
Memahami Ma’rifatullah juga akan mengeluarkan manusia dari kegelapan kebodohan
kepada cahaya hidayah yang terang seperti yang Allah jelaskan dalam Q.S. Al-An’am
(6):122 di atas

Berilmu dengan ma’rifatullah sangat penting karena:


a) Berhubungan dengan obyeknya, yaitu Allah Sang Pencipta.
b) Berhubungan dengan manfaat yang diperoleh, yaitu meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan, yang dengannya akan diperoleh keberuntungan dan kemenangan.

C. Jalan untuk mengenal Allah


1. Lewat akal:
• Ayat Kauniyah / Ayat Allah di Alam Ini:
✓ Fenomena Terjadinya Alam. Allah Swt. Berfirman:

َ‫َٱ ْم خ ِلق ْوٱ ِم ْن َغ ْير َش ْيء َٱ ْم هم ْٱل َخا ِلق ْون‬


ِ
Atau apakah mereka tercipta tanpa asal-usul ataukah mereka yang menciptakan
(diri mereka sendiri)? (Q.S. At-Tur (52): 35)

✓ Fenomena Kehendak Yang Tinggi


Jika kita memperhatikan alam ini, kita akan menemukan bahwa alam ini sangat
tersusun rapi. Hal ini menunjukan bahwa di sana pasti ada kehendak agung yang
bersumber dari Sang Pencipta Yang Maha Pintar dan Bijaksana. Allah SWT.
Berfirman:

ْ
‫ٱل ِذ ْي َخ َل َق َس ْب َع َس ٰم ٰوت ِط َب ًاقا َما َت ٰرى ِف ْي َخل ِق ٱلر ْح ٰم ِن ِم ْن َت ٰفوت َف ْار ِج ِع‬
ْ
‫ٱل َب َص َر َه ْل َت ٰرى ِم ْن فط ْور‬
Yang Telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu sekali-kali tidak
melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang.
Maka Lihatlah berulang-ulang, Adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?
(Q.S. Al-Mulk (67): 3)

✓ Fenomena Kehidupan

42
Coba kita perhatikan makhluk yang hidup di muka bumi ini, kita akan menemukan
berbagai jenis dan bentuknya, serta berbagai macam cara hidup dan berkembang
biak. Allah SWT. Berfirman:

ْ ٰ ۤ
‫َو ٰٱّلل َخ َل َق كل َد ۤٱبة ِم ْن ماء َف ِم ْنه ْم م ْن ي ْم ِش ْي َعلى َبط ِنه َو ِم ْنه ْم م ْن ي ْم ِش ْي‬
ۤ َ َ َ ٰ ْ َ َ ْ َ ٰٰٓ َ ْ ْ ْ ْ ْ َ ْ َ ْ ٰ َ
‫على ِرجلي ِن و ِمنهم من يم ِشي على ٱربع يخلق ٱّلل ما يشاء ِٱن‬
ٰ َٰ
‫ٱّلل َعلى ك ِل َش ْيء َق ِد ْير‬
Dan Allah Telah menciptakan semua jenis hewan dari air, Maka sebagian dari
hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua
kaki sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan
apa yang dikehendaki-Nya, Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
(Q.S. An-Nur (24): 45)

✓ Fenomena Petunjuk Dan Ilham


Ketika kita mempelajari alam semesta ini kita akan melihat suatu petunjuk yang
sempurna dari yang sekecil-kecilnya sampai yang sebesar-besarnya. Bagaimana
kita dapat memberikan argumentasi petunjuk ini? Bagaimana ia dapat terwujud?
Bagaimana ia dapat langgeng?. Sungguh disitu terdapat jawaban yang diberikan
akal, yaitu adanya zat yang memberi hidayah (petunjuk). Allah SWT. Berfirman:
ٰ َ َ َْ ْ َ ٰ ْ َ ْٰٓ َ ُّ َ َ َ
‫قال ربنا ٱل ِذي ٱعطى كل شيء خلقه ثم هدى‬
Musa berkata: "Tuhan kami ialah (Tuhan) yang Telah memberikan kepada tiap-
tiap sesuatu bentuk kejadiannya, Kemudian memberinya petunjuk6(Q.S. Taha
(20): 50)

✓ Fenomena Pengabulan Do’a


Kita sering mendengar seseorang yang ditimpa suatu musibah yang membuat
hatinya hancur luluh, putus harapan, lalu ia berdo’a menghadap Allah SWT, tiba-
tiba musibah itu hilang, kebahagiaanpun kembali dan datanglah kemudahan
setelah kesusahaan. Siapa yang mengabulkan doa?. Allah SWT. Berfirman:
َ ْ ْ
‫ق ْل َم ْن ُّي َن ِج ْيك ْم ِم ْن ظل ٰم ِت ٱل َب ِر َوٱل َب ْح ِر َت ْدع ْو َنه َت َض ُّر ًعا وخ ْف َي ًة ل ِٕى ْن‬
ٰ ‫َٱ ْن ٰج َىنا ِم ْن ٰه ِذه َل َنك ْو َنن ِم َن‬
‫ٱلش ِك ِر ْي َن‬
Katakanlah (Muhammad), “Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari
bencana di darat dan di laut, ketika kamu berdoa kepada-Nya dengan rendah hati

6
Maksudnya: memberikan akal, insting (naluri) dan kodrat alamiyah untuk kelanjutan hidupnya masing-
masing.
43
dan dengan suara yang lembut?” (Dengan mengatakan), “Sekiranya Dia
menyelamatkan kami dari (bencana) ini, tentulah kami menjadi orang-orang
yang bersyukur.” (Q.S. Al-An’am (6): 63)

• Ayat Qur'aniyah/ayat Allah di dalam Al-Qur’an:


✓ keindahan Al-Qur'an
ٰ ْ
‫َو ِٱ ْن ك ْنت ْم ِف ْي َر ْيب ِمما َنزل َنا َعلى َع ْب ِد َنا َف ْات ْوٱ ِبس ْو َرة ِم ْن ِم ْث ِله ۖ َو ْٱدع ْوٱ‬
ۤ
ِ ٰ ‫ش َه َدٱ َءك ْم ِم ْن د ْو ِن‬
‫ٱّلل ِٱ ْن ك ْنت ْم ٰص ِد ِق ْي َن‬
Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang kami wahyukan kepada
hamba kami (Muhammad), buatlah7 satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan
ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.(Q.S.
Al-Baqarah (2): 23)

✓ pemberitahuan tentang umat yang lampau [9:70]


َ
‫َٱل ْم َي ْا ِت ِه ْم َن َبا ٱل ِذ ْي َن ِم ْن َق ْب ِل ِه ْم َق ْو ِم ن ْوح و َعاد و َثم ْو َد ە َو َق ْو ِم ِٱ ْب ٰر ِه ْي َم‬
ْ ْ ْ
‫َو َٱ ْص ٰح ِب َم ْد َي َن َوٱلم ْؤ َت ِف ٰك ِت َٱ َت ْته ْم رسله ْم ِبال َب ِي ٰن ِت َف َما َك َان ٰٱّلل ِل َيظ ِل َمه ْم‬
ْ ٰ
‫َول ِك ْن َكان ْٰٓوٱ َٱ ْنف َسه ْم َيظ ِلم ْو َن‬
Belumkah datang kepada mereka berita penting tentang orang-orang yang sebelum
mereka, (yaitu) kaum Nuh, 'Aad, Tsamud, kaum Ibrahim, penduduk Madyan dan negeri-
negeri yang Telah musnah?.8 Telah datang kepada mereka rasul-rasul dengan
membawa keterangan yang nyata, Maka Allah tidaklah sekali-kali menganiaya mereka,
akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. (Q.S. At-Taubah (9): 70)

✓ Pemberitahuan Tentang Kejadian Yang Akan Datang


Pemberitahuan Al Qur’an tentang kekalahan bangsa Persia atas bangsa Romawi.
Allah SWT. Berfirman:

َ ‫) ِفي َا ْد َنى أال ْرض َو ُه ْم ِم ْن َب ْع ِد َغ َل ِبه ْم َس َي ْغ ِل ُب‬٢( ‫) ُغ ِل َب ِت ُّالر ُوم‬١( ‫الم‬


)٣( ‫ون‬ ِ ِ
Alif laam Miim. 2. Telah dikalahkan bangsa Rumawi 9. 3. Di negeri yang

7
ayat Ini merupakan tantangan bagi mereka yang meragukan tentang kebenaran Al Quran itu tidak dapat ditiru
walaupun dengan mengerahkan semua ahli sastera dan bahasa Karena ia merupakan mukjizat nabi
Muhammad s.a.w.
8
'Aad adalah kaum nabi Hud, Tsamud ialah kaum nabi Shaleh; penduduk Madyan ialah kaum nabi Syu'aib,
dan penduduk negeri yang Telah musnah adalah kaum nabi Luth a.s
9
Maksudnya: Rumawi timur yang berpusat di Konstantinopel
44
terdekat10 dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang11(Q.S. Ar-Rum
(30): 1-3)

Janji Allah kepada kaum muslimin dengan kemenangan pada perang Badar

‫ٱت ٱلش ْو َك ِة َتك ْون َلك ْم َوي ِر ْيد‬ َ َ َ َ َ َ َۤ ْ


ِ ‫َوٱِذ َي ِعدكم ٰٱّلل ٱ ِْح َدى ٱلطا ِٕىف َت ْي ِن ٱن َها لك ْم َوت َو ُّد ْو َن ٱن غ ْي َر ذ‬
ْ ْ
‫ٰٱّلل َٱ ْن ُّي ِحق ٱل َحق ِب َك ِل ٰم ِته َو َي ْق َط َع َدٱ ِب َر ٱل ٰكـ ِف ِر ْي َن‬
Dan (ingatlah), ketika Allah menjanjikan kepadamu bahwa salah satu dari dua
golongan (yang kamu hadapi) adalah untukmu, sedang kamu menginginkan bahwa
yang tidak mempunyai kekekuatan senjatalah12 yang untukmu, dan Allah
menghendaki untuk membenarkan yang benar dengan ayat-ayat-Nya dan
memusnahkan orang-orang kafir (Q.S. Al-Anfal (8): 7)

Janji Allah kepada kaum Muslimin untuk menjadikan mereka pemimpin (khalifah) di
muka bumi sebagaimana ummat sebelum mereka. Dan janji Allah itu betul-betul
terjadi. Pada masa Nabi SAW kaum muslimin telah menguasai jazirah Arab. Pada
masa sahabat mereka telah menguasai dan sampai ke Persia. Kemudian menguasai
Romawi di Syam, Mesir dan sekitarnya. Allah SWT. Berfirman:

َّ
‫ض َك َما ْاس َت ْخ َل َف ال ِذ ْي َن‬ ‫ر‬ ْ ‫الص ِل ٰح ِت َل َي ْس َت ْخ ِل َف َّن ُه ْم ِفى ْ َال‬ ‫اّٰلل َّال ِذ ْي َن ٰا َم ُن ْوا ِم ْن ُك ْم َو َع ِم ُلوا ه‬ ُ ‫َو َع َد ه‬
ِ
َّ
‫ِم ْن َق ْب ِل ِه ْۖ ْم َو َل ُي َم ِك َن َّن َل ُه ْم ِد ْي َن ُه ُم ال ِذى ْار َت ٰضى َل ُه ْم َو َل ُي َب ِد َل َّن ُه ْم ِم ْْۢن َب ْع ِد َخ ْو ِف ِه ْم َا ْم ًنا َي ْع ُب ُد ْو َن ِن ْي‬
ْ ٰ َ
‫ل ُي ْش ِر ُك ْو َن ِب ْي َش ْي ًٔـا َو َم ْن َكـ َف َر َب ْع َد ٰذ ِل َك َف ُا ٰۤول ِٕى َك ُه ُم ال ٰف ِس ُق ْو َن‬
Dan Allah Telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan
mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa dia sungguh- sungguh akan menjadikan
mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana dia Telah menjadikan orang-orang
sebelum mereka berkuasa, dan sungguh dia akan meneguhkan bagi mereka agama
yang Telah diridhai-Nya untuk mereka, dan dia benar-benar akan menukar (keadaan)
mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap

10
Maksudnya: terdekat ke negeri Arab yaitu Syria dan Palestina sewaktu menjadi jajahan kerajaan Rumawi
Timur.
11
Bangsa Rumawi adalah satu bangsa yang beragama Nasrani yang mempunyai Kitab Suci sedang bangsa
Persia adalah beragama Majusi, menyembah api dan berhala (musyrik). kedua bangsa itu saling perang
memerangi. ketika tersiar berita kekalahan bangsa Rumawi oleh bangsa Persia, Maka kaum musyrik Mekah
menyambutnya dengan gembira Karena berpihak kepada orang musyrikin Persia. sedang kaum muslimin
berduka cita karenanya. Kemudian turunlah ayat Ini dan ayat yang berikutnya menerangkan bahwa bangsa
Rumawi sesudah kalah itu akan mendapat kemenangan dalam masa beberapa tahun saja. hal itu benar-
benar terjadi. beberapa tahun sesudah itu menanglah bangsa Rumawi dan kalahlah bangsa Persia. dengan
kejadian yang demikian nyatalah kebenaran nabi Muhammad s.a.w. sebagai nabi dan Rasul dan kebenaran Al
Quran sebagai firman Allah.
12
maksudnya kafilah abu Sofyan yang membawa dagangan dari Siria. sedangkan kelompok yang datang
dari Mekkah dibawah pimpinan Utbah bin Rabi'ah bersama abu Jahal.
45
menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. dan
barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah orang-orang
yang fasik. (Q.S. An-Nur (24): 55)

2. Lewat memahami Asma’ul Husna


Jalan untuk mngenal Allah yang lain adalah dengan memahami asma-asma-Nya.
Pengetahuan dan keyakinan akan asma Allah akan menambah keimanan sesorang.

✓ Allah sebagai Al-Khaliq


ٰ َۤ
‫ٰذ ِلکم ٰٱّلل َر ُّبکم َخا ِلق ک ِل َشیء ۘ ّل ِٱلہَ ِٱّل ہ َو ۫ۚ َف َا ٰنی تؤ َفکو َن‬
Yang demikian itu adalah Allah, Tuhanmu, Pencipta segala sesuatu, tiada Tuhan (yang
berhak disembah) melainkan Dia; Maka bagaimanakah kamu dapat dipalingkan? (Q.S.
Al-Mukmin (40): 62)

✓ Allah sebagai pemberi rizqi


ٰ ٰٓ َ ْ َ ْ َ ٰۤ َ َّ َ ْ ُ ُ ُ ْ َ ‫ٰٰٓ َ ُّ َ َّ ُ ْ ُ ُ ْ ْ َ َ ه َ َ ْ ُ ْ َ ْ ْ َ َ ْ ُ ه‬
‫ض ل اِل َه‬
ِ ‫اّٰلل يرزقكم ِمن السما ِء والر‬ ِ ‫يايها الناس اذكروا ِنعمت‬
ِ ‫اّٰلل عليكم هل ِمن خا ِل ٍق غير‬
َّ
‫اِل ُه ْۖ َو َف َا هنى ُت ْؤ َف ُك ْو َن‬
Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah Pencipta selain Allah
yang dapat memberikan rezki kepada kamu dari langit dan bumi? tidak ada Tuhan
selain Dia; Maka mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan)?(Q.S. Fatir (35): 3)

‫اّٰلل ِر ْز ُق َها َو َي ْع َل ُم ُم ْس َت َق َّر َها َو ُم ْس َت ْو َد َع َها ُك ٌّل ِف ْي ِكـ ٰت ٍب ُّم ِب ْي ٍن‬ َ َّ ‫َو َما م ْن َد ٰۤا َّبة فى ْ َال ْر‬
ِ ‫ض اِل َعلى ه‬
ِ ِ ٍ ِ
Dan tidak ada suatu binatang melata13 pun di bumi melainkan Allah-lah yang
memberi rezkinya, dan dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat
penyimpanannya14. semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh). (Q.S.
Hud (11): 6)

✓ Allah sebagai pemilik


ُ ‫الس ٰم ٰو ِت َو َما ِفى ْ َال ْرض َوا ِْن ُت ْب ُد ْوا َما ِف ْٰٓي َا ْن ُف ِس ُك ْم َا ْو ُت ْخ ُف ْو ُه ُي َح ِاس ْب ُك ْم ب ِه ه‬
‫اّٰلل َف َي ْغ ِف ُر‬ َّ ‫ِ ه ِّٰلل َما ِفى‬
ِ ِ
‫اّٰلل َع ٰلى ُك ِل َش ْي ٍء َق ِد ْير‬ ُ ‫ِل َم ْن َّي َش ٰۤا ُء َو ُي َع ِذ ُب َم ْن َّي َش ٰۤا ُء َو ه‬
Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. dan
jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan,
niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu.
Maka Allah mengampuni siapa yang dikehandaki-Nya dan menyiksa siapa yang
dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Q.S. AL-Baqarah (2):

13
yang dimaksud binatang melata di sini ialah segenap makhluk Allah yang bernyawa.
14
menurut sebagian ahli tafsir yang dimaksud dengan tempat berdiam di sini ialah dunia dan tempat
penyimpanan ialah akhirat. dan menurut sebagian ahli tafsir yang lain maksud tempat berdiam ialah tulang
sulbi dan tempat penyimpanan ialah rahim.
46
284)

D. Hal-Hal Yang Menghalangi Ma’rifatullah


• Kesombongan
Kesombongan menghalangi manusia untuk mengenal Allah, walaupun telah
diperlihatkan kepada mereka ayat-ayat Allah tetapi mereka tetap mengingkari sehingga
datang azab Allah, Allah SWT. Berfirman:

ْ ْ ‫َس َا ْصرف َع ْن ٰٱ ٰي ِت َي ٱل ِذ ْي َن َي َت َكبر ْو َن ِفى ْ َٱّل‬


‫ض ِب َغ ْي ِر ٱل َح ِق َو ِٱ ْن ي َر ْوٱ كل ٰٱ َية ّل‬ ِ ‫ر‬ ِ
َْ َ ْ َ ْ َ ْ َ ً ْ َ ْ َ َ ْ ُّ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ ْ ْ
‫يؤ ِمنوٱ ِبها و ِٱن يروٱ س ِبيل ٱلرش ِد ّل يت ِخذوه س ِبيل و ِٱن يروٱ س ِبيل ٱلغ ِي‬
ٰ ً
‫َيت ِخذ ْوه َس ِب ْيل ٰذ ِل َك ِب َانه ْم َكذب ْوٱ ِبا ٰي ِت َنا َو َكان ْوٱ َع ْن َها ٰغ ِف ِل ْي َن‬
Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa
alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. mereka jika melihat tiap-tiap
ayat(Ku)15, mereka tidak beriman kepadanya. dan jika mereka melihat jalan yang
membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka melihat
jalan kesesatan, mereka terus memenempuhnya. yang demikian itu adalah Karena
mereka mendustakan ayat-ayat kami dan mereka selalu lalai dari padanya. (Q.S. Hud
(7): 146)

• Dzalim
Mengenai sifat dzalim ini, Allah Ta’ala berfirman,

‫ون‬ َ ‫ض َع ْن َها ِإنا ِم َن ْٱلم ْجر ِم‬


َ ‫ين م ْن َت ِقم‬ َ َ
‫ر‬ ْ ‫ات َرب ِه ثم َٱ‬
‫ع‬ َ ٰٓ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ
ِ ِ ِ ‫ومن ٱظلم ِممن ذ ِكر ِب‬
‫ي‬ ‫ا‬
“Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan
ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling daripadanya? Sesungguhnya Kami akan
memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa.” (Q.S. As-Sajdah (32):
22)

Allah Ta’ala menerangkan bahwa orang yang paling zalim ialah orang yang telah sampai
kepadanya peringatan Allah, telah sampai pula kepadanya ayat-ayat Alquran dan
petunjuk Rasul, kemudian mereka berpaling dari ajaran dan petunjuk itu karena angkuh
dan penyakit dengki yang ada di dalam hatinya. Sikap dzalim (aniaya) seperti inilah yang
menghalangi mereka dari mengenal Allah Ta’ala.

• Banyak Melakukan Perbuatan Maksiat


Allah Ta’ala berfirman,

15
yang dimaksud dengan ayat-ayat di sini ialah: ayat-ayat Taurat, tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan
Allah.
47
َ ‫َكل َب ْل َر َٱن َع َلى قلوبه ْم َما َكانوٱ َي ْك ِسب‬
‫ون‬ ِِ
“Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu
menutupi hati mereka.” (QS. Al-Muthaffifin (83) : 14)

Disebutkan dalam hadist Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah


shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

َ ‫ َف ِإ َذٱ ه َو َن َز َع َو ْٱس َت ْغ َف َر َو َت‬، ‫ِإن َٱلع ْب َد ِإ َذٱ َٱ ْخ َط َا َخ ِط َيئ ًة ن ِكـ َت ْت ِفي َق ْل ِب ِه ن ْكـ َتة َس ْو َدٱء‬
‫اب‬
ْ ْ
‫ َوه َو ٱلرٱن ٱل ِذي َذ َك َر ٱّلل ” َكل َب ْل‬، ‫ َو ِإ ْن َع َاد ِز َيد ِف َيها َحتى َت ْعل َو َقل َبه‬، ‫س ِق َل َقلبه‬
‫ون‬َ ‫” َر َٱن َع َلى قلوبه ْم َما َكانوٱ َي ْك ِسب‬
ِِ
”Sesungguhnya seorang hamba jika ia melakukan kesalahan, maka akan tercemari
hatinya dengan satu bercak hitam. Jika ia menghentikan kesalahannya dan beristighfar
(memohon ampun) serta bertaubat, maka hatinya menjadi bersih lagi. Jika ia melakukan
kesalahan lagi, dan menambahnya maka hatinya lama-kelamaan akan menjadi hitam
pekat. Inilah maksud dari ”al-Raan” (penutup hati) yang disebut Allah dalam firman-
Nya: ”Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu
menutupi hati mereka.” [Al-Muthoffifin: 14] ” (Hadist Riwayat Tirmidzi (No : 3334) dan
Ahmad (2/297). Berkata Tirmidzi : “Ini adalah hadist Hasan Shahih).

• Kejahilan/ kebodohan
kejahilan/kebodohan Yakni tidak mau memikirkan ayat-ayat Allah Ta’ala, baik ayat-ayat
qauliyah -yang tersurat dalam Al-Qur’an-, maupun ayat-ayat kauniyah -yang tersirat di
seluruh penjuru alam semesta-. Inilah yang menyebabkan terhalangnya manusia dari
mengenal Allah Ta’ala. Mereka tidak mau menggunakan potensi diri mereka untuk
memikirkan ayat-ayat Allah Ta’ala, sehingga ia dicela dalam Al-Qur’an dengan
ungkapan,
ُّ ْ ٰٓ َ
ِ ‫َوٱل ِذ َين كذبوٱ ِبا َيا ِت َنا صم َوبكم ِفي ٱلظل َم‬
‫ات‬
“…dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami adalah pekak, bisu dan berada
dalam gelap gulita.” (QS. Al-An’am, 6: 39).

Padahal Allah Ta’ala telah memberikan kesempatan yang cukup kepada mereka untuk
memikirkan ayat-ayat-Nya,

48
َ َ ‫َوه ْم َي ْص َطرخ‬
‫ون ِف َيها َرب َنا َٱ ْخ ِر ْج َنا َن ْع َم ْل َصا ِل ًحا َغ ْي َر ٱل ِذي كنا َن ْع َمل َٱ َول ْم ن َع ِم ْرك ْم َما‬ ِ
َ
‫ين ِم ْن ن ِصير‬َ ‫َي َت َذكر ِف ِيه َم ْن تذك َر َو َج َاءكم ٱلن ِذير فذوقوٱ ف َما ِللظا ِل ِم‬
َ َ َ َ

“Dan mereka berteriak di dalam neraka itu : ‘Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami niscaya
kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan’.
Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir
bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi
peringatan? Maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim
seorang penolongpun.” (QS. Fathir, 35: 37)

• Keragu-raguan
Keraguan disebabkan karena sedikitnya ilmu dan ma’rifah (pemahaman). Bisa dikatakan
pula, keragu-raguan ini lahir dari kebodohan. Begitulah orang-orang munafik, selalu
berada dalam kondisi terombang-ambing antara iman dan kafir,
ً َ َ َ َ َ َ َ
‫ين َب ْي َن َذ ِل َك ّل ِإلى َهؤّل ِء َوّل ِإلى َهؤّل ِء َو َم ْن ي ْض ِل ِل ٱّلل َف َل ْن َت ِج َد له َس ِبيل‬
َ ‫م َذ ْب َذب‬
ِ
“Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman atau kafir); tidak masuk
kepada golongan ini (orang-orang beriman) dan tidak (pula) kepada golongan itu
(orang-orang kafir), maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk memberi
petunjuk) baginya.” (QS. An-Nisa, 4: 143)

Mereka disesatkan oleh Allah Ta’ala karena keingkarannya dan tidak mau memahami
petunjuk-petunjuk Allah Ta’ala. Maka orang-orang kafir dan munafik itu terhalang dari
mengenal Allah Ta’ala, mereka dalam kondisi ragu-ragu sepanjang hidupnya hingga
datang kematian yang tiba-tiba.

Allah Ta’ala berfirman,

َ
‫َوّل َي َزٱل ٱل ِذ َين َكـ َفروٱ ِفي ِم ْر َية ِم ْنه َحتى َت ْا ِت َيهم ٱلس َاعة َب ْغ َت ًة َٱ ْو َي ْا ِت َيه ْم َع َذٱب َي ْوم َع ِقيم‬
“Dan senantiasalah orang-orang kafir itu berada dalam keragu-raguan terhadap Al
Qur’an, hingga datang kepada mereka saat (kematiannya) dengan tiba-tiba atau datang
kepada mereka azab hari kiamat..” (Al-Hajj, 22 : 55)

REFERENSI
Said Hawwa, Allah Jalla Jalaluhu
Aqidah Seorang Muslim 1, Al-Ummah

49
ALOKASI WAKTU
Langkah Uraian Waktu
Pembukaan Mentor menyampaikan pengantar dan sasaran materi 5’
Diskusi Mentor mengajukan pertanyaan tentang logika
5’
Pendahuluan keberadaan Allah
Ceramah Mentor menguralkan isi materi 30’
Diskusi Mentor menyediakan forum diskusi dan tanya jawab 10’
Mentor merangkum/menyimpulkan isi materi
Penutup 10’
sekaligus menutup dengan do’a

50
BAB 9
MENELADANI
RASUL-RASUL ALLAH
TUJUAN
• Peserta mengetahui urgensi mengenal Rasul
• Peserta menyakini wajibnya beriman dan mengetahui konsekuensi atas keimanannya
tersebut
• Peserta mengetahui bentuk-bentuk keteladanan Rasulullah sehingga diharapkan
semakin mencintainya dan bersemangat untuk mengikuti sunahnya dalam kehidupan
sehari-hari
• Peserta berkemauan menjadi da'i untuk meneruskan perjuangan Nabi Muhammad SAW

METODE PENDEKATAN
 Games
 Ceramah dan diskusi

RINCIAN BAHASAN
A. Makna Risalah dan Rasul
Risalah merupakan sesuatu yang diwahyukan Allah SWT berupa prinsip hidup, moral,
ibadah, aqidah untuk mengatur kehidupan manusia agar terwujud kebahagiaan di dunia dan
akhirat dan Rasul merupakan Seorang laki-laki yang diberi wahyu oleh Allah SWT yang
berkewajiban untuk melaksanakannya dan diperintahkan untuk menyampaikannya kepada
manusia. Allah SWT. Berfirman:
َ َ ً ْ ٰٓ
‫َو َما َٱ ْر َسل َنا َق ْب َل َك ٱِّل ِر َجاّل ُّن ْو ِح ْٰٓي ٱِل ْي ِه ْم َف ْس َـل ْٰٓوٱ َٱ ْه َل ِٱلذ ْك ِر ٱ ِْن ك ْنت ْم ّل َت ْع َلم ْو َن‬
Kami tiada mengutus Rasul Rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan beberapa orang-
laki-laki yang kami beri wahyu kepada mereka, Maka tanyakanlah olehmu kepada orang-
orang yang berilmu, jika kamu tiada Mengetahui. (QS. Al-Anbiya’:7)

B. Pentingnya Iman Kepada Rasul


Iman kepada para rasul adalah salah satu Rukun Iman. Seseorang tidak dianggap muslim dan
mukmin kecuali ia beriman bahwa Allah mengutus para rasul yang menginterprestasikan
hakekat yang sebenarnya dari agama Islam, yaitu Tauhidullah. Juga tidak dianggap beriman
atau muslim kecuali ia beriman kepada seluruh rasul, dan tidak membedakan antara satu
dengan yang lainnya.

51
C. Tugas Para Rasul
1. Menyampaikan (tablig) [5:67, 33:39].
َ ٰٓ ٰٓ
‫ٰي َا ُّي َها ٱلرس ْول َب ِل ْغ َما ٱ ْن ِز َل ٱِل ْي َك ِم ْن ر ِب َك َوٱ ِْن ل ْم َت ْف َع ْل َف َما َبل ْغ َت ِر ٰس َل َته َو ٰٱّلل‬
ْ ْ َ َٰ
‫ٱّلل ّل َي ْه ِدى ٱل َق ْو َم ٱل ٰكـ ِف ِر ْي َن‬ ‫اس ٱِن‬ َ َ َْ
ِ ‫يع ِصمك ِمن ٱلن‬
“Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. dan jika tidak
kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya.
Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia16. Sesungguhnya Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (QS. Al-Maidah, 5: 67)

ٰ ‫ٱّلل َو َي ْخ َش ْو َنه َو َّل َي ْخ َش ْو َن َٱ َح ًدٱ ِٱّل‬


ِٰ ‫ٱّلل َو َكـ ٰفى ب‬
‫اّلل َح ِس ْي ًبا‬ َ ِٰ ‫ٱل ِذ ْي َن ي َب ِلغ ْو َن ر ٰس ٰل ِت‬
ِ ِ
“(yaitu) orang-orang yang menyapaikan risalah-risalah Allah17, mereka takut kepada-Nya
dan mereka tiada merasa takut kepada seorang(pun) selain kepada Allah. dan cukuplah Allah
sebagai pembuat perhitungan.”(QS. Al-Ahzab, 33: 39)

Yang disampaikan berupa:


• Ma'rifatullah (Mengenal hakikat Allah)
َٰ َ ٰ
‫َذ ِلكم ٱّلل َر ُّبك ْم ۖ ّل ِإل َه ِإّل ه َو ۖ َخا ِلق ك ِل َش ْيء َف ْاعبدوه َوه َو َع َل ٰى ك ِل َش ْيء َو ِكيل‬
“(yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada Tuhan
selain Dia; Pencipta segala sesuatu, Maka sembahlah Dia; dan dia adalah pemelihara
segala sesuatu.”(QS. Al-An’am, 6: 102)

• Tauhidullah (Mengesakan Allah).


‫ون‬‫د‬ ‫ب‬ ْ ‫وحي ِإ َل ْي ِه َٱنه َّل ِإ َٰل َه ِإّل َٱ َنا َف‬
‫اع‬ ‫ن‬
ِ ِ ‫ّل‬‫إ‬ ‫ول‬‫س‬‫ر‬َ ْ
‫ن‬ ‫م‬ َ
‫ك‬ ‫ل‬
ِ ِ ِ ْ
‫ب‬ َ ‫َو َما َٱ ْر َس ْل َنا م ْن‬
‫ق‬
ِ
“Dan kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu melainkan kami wahyukan
kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan aku, Maka sembahlah
olehmu sekalian akan aku" (QS. Al-Anbiya, 21: 25)

• Basyir wa nadzir [6:48] (Memberi kabar gembira dan peringatan)

َ َ َّ َ َ ْ ُ ْ ُ ْ ُ َ َ
‫ين ِإل ُم َب ِش ِر َين َو ُم ْن ِذ ِر َين ْۖ َف َم ْن ٰٓا َم َن َو َا ْص َل َح َفَل َخ ْوف َع َل ْي ِه ْم َول ُه ْم‬‫وما نر ِسل المرس ِل‬
َ ‫َي ْح َزُن‬
‫ون‬
“Dan tidaklah kami mengutus para Rasul itu melainkan untuk memberikan kabar
gembira dan memberi peringatan. barangsiapa yang beriman dan mengadakan

16
Maksudnya: tak seorangpun yang dapat membunuh nabi Muhammad s.a.w.
17
Maksudnya: para Rasul yang menyampaikan syari'at-syari'at Allah kepada manusia.
52
perbaikan18, Maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka
bersedih hati.” (QS. Al-An’am, 6: 48)

2. Mendidik dan Membimbing


ْ َ َ ْ ً َ ُْ َ ََ
‫اب َوٱل ِح ْك َم َة َو ِإ ْن‬ ‫ين َرسوّل ِم ْنه ْم َي ْتلو َع َل ْي ِه ْم ٰٓٱ َيا ِت ِه َوي َز ِكي ِه ْم َوي َع ِلمهم ٱل ِكـت‬‫ه َو ٱل ِذي بعث ِفي ٱّل ِم ِي‬
َ
‫َكانوٱ ِم ْن َق ْبل َل ِفي َضلل م ِبين‬
“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang
membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka
Kitab dan hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam
kesesatan yang nyata” (QS. Al-Jumu’ah, 62: 2)

D. Sifat-sifat para Rasul


1. Mereka adalah manusia
ْ ٰۤ ٰ ٰ ٰٓ َ ٰٓ ۠ ٰٓ
‫ُق ْل ا َِّن َما َا َنا َب َشر ِم ْث ُل ُك ْم ُي ْو ٰحى اِل َّي َا َّن َما اِل ُه ُك ْم اِله َّو ِاح ٌۚد َف َم ْن َك َان َي ْر ُج ْوا ِل َقا َء َر ِب ٖه َفل َي ْع َم ْل‬
َ ً
ࣖ ‫َع َمَل َصا ِل ًحا َّول ُي ْش ِر ْك ِب ِع َب َاد ِة َر ِب ٰٖٓه َا َح ًدا‬
Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu,
yang telah menerima wahyu, bahwa sesungguhnya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha
Esa.” Maka barangsiapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya maka hendaklah dia
mengerjakan kebajikan dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam
beribadah kepada Tuhannya.”(QS. Al-Kahfi, 18: 110)

2. Ma'shum (terjaga dari kesalahan)

‫س َّما َك َس َب ْت‬ ْ ‫َو َما َك َان ل َنبي َا ْن َّي ُغ َّل َو َم ْن َّي ْغ ُل ْل َي ْات ب َما َغ َّل َي ْو َم ْالق ٰي َمة ٌۚ ُث َّم ُت َو هفى ُك ُّل َن‬
‫ف‬
ٍ ِ ِ ِ ِ ٍ ِ ِْ َ
‫َو ُه ْم ل ُيظ َل ُم ْو َن‬
“Dan tidak mungkin seorang nabi berkhianat (dalam urusan harta rampasan perang).
Barangsiapa berkhianat, niscaya pada hari Kiamat dia akan datang membawa apa yang
dikhianatkannya itu. Kemudian setiap orang akan diberi balasan yang sempurna sesuai
dengan apa yang dilakukannya, dan mereka tidak dizalimi.”(QS. Ali Imran, 3: 161)
َّ ْ َ ١﴿ ‫َو َّالن ْج ِم ِإ َذا َه َو ٰى‬
َ ٢﴿ ‫﴾ما َض َّل َص ِاح ُب ُك ْم َو َما َغ َو ٰى‬
‫﴾ ِإ ْن ُه َو ِإل‬٣﴿ ‫﴾و َما َي ْن ِط ُق َع ِن ال َه َو ٰى‬
﴾٤ ﴿ ‫وح ٰى‬ َ ‫َو ْحي ُي‬
“Demi bintang ketika terbenam. Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru.
Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya.

18
Mengadakan perbaikan berarti melakukan pekerjaan-pekerjaan yang baik untuk menghilangkan akibat-
akibat yang jelek dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan.
53
Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)” (QS. An-Najm,
53: 1-4)

3. Sebagai Suri Teladan

َ َّ ‫اّٰلل َو ْال َي ْو َم ْ ٰٓال ِخ َر َو َذ َك َر‬


‫اّٰلل َكـ ِث ًيرا‬ َ َّ ‫اّٰلل ُا ْس َوة َح َس َنة ِل َم ْن َك َان َي ْر ُجو‬
ِ َّ ‫ول‬‫س‬ُ ‫ر‬َ ‫ي‬ ‫ف‬
ِ ْ
‫م‬ ُ ‫َل َق ْد َك َان َل‬
‫ك‬
ِ
“Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu)
bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah” (QS. Al-Ahzab, 33: 21)

ً‫اب َو ْال ُح ْك َم َو ُّالن ُب َّو َة ٌۚ َف ِإ ْن َي ْكـ ُف ْر ب َها َٰه ُؤ َل ِء َف َق ْد َو َّك ْل َنا ب َها َق ْوما‬
َ َ‫ُا َٰول ِئ َك َّال ِذ َين ٰٓا َت ْي َن ُاه ُم ْال ِكـت‬
ِ ِ
َ َ َ ُ ْ َ ْ َ َ ْ ُ ُ َ ْ َ َ ْ ُ ْ َ ْ ُ ُ َ ُ َ ُ َّ َ َ َ َّ َ َٰ ُ
﴾٨٩ ﴿ ‫اول ِئك ال ِذين هدى اّٰلل ْۖ ف ِبهداهم اقت ِده قل ل اسالكم علي ِه ليسوا ِبها ِبكا ِف ِرين‬
َ ْ َّ
﴾٩٠ ﴿ ‫َا ْج ًرا ْۖ ِإ ْن ُه َو ِإل ِذ ْك َر ٰى ِلل َعال ِمي َن‬
“Mereka Itulah orang-orang yang Telah kami berikan kitab, hikmat dan kenabian jika
orang-orang (Quraisy) itu mengingkarinya, Maka Sesungguhnya kami akan
menyerahkannya kepada kaum yang sekali-kali tidak akan mengingkarinya. Mereka Itulah
orang-orang yang Telah diberi petunjuk oleh Allah, Maka ikutilah petunjuk mereka.
Katakanlah: "Aku tidak meminta upah kepadamu dalam menyampaikan (Al-Qur’an)." Al-
Qur’an itu tidak lain hanyalah peringatan untuk seluruh ummat. (QS. Al-An’am, 6: 89-90)

REFERENSI
• Kelompok Studi Al-Ummah, Aqidah Seorang Muslim, hal. 60-71
• Al-Asyqor, Dr. Limar Sulaiman, Para Rasul dan Risalahnya, Pustaka Mantiq

ALOKASI WAKTU

Langkah Uraian Waktu


Pendahuluan Mentor menyampaikan pengantar dan sasaran materi 5’
Games Mentor memberikan games dan hikmahnya 10’
Ceramah Mentor menerangkan isi materi 30’
Diskusi Mentor membuka forum diskusi dan tanya jawab 10’
Penutup Mentor menyimpulkan isi materi dan menutupnya 5’
dengan do’a

54
GAMES
A. Judul : Games Ilmu
B. Skema/ Gambar / Contoh :

Praktek Ibadah dan Mentoring Agama Islam

C. Media & Bahan :


1) 1 naskah pembahasan
2) Serangkaian petunjuk
3) 3 lembar kertas bujur sangkar per orang atau kelompok
4) 1 buah gunting atau cutter

D. Langkah-langkah .
• Instruksi: Peserta diminta membuat sejumlah lubang (minimal 6) yang berjarak sama
antara satu lubang dengan lainnya, juga jarak setiap lubang dari titik pusatnya.

Tahap 1
Mentor memberikan instruksi tanpa memberikan keterangan tambahan.

Tahap2
Mentor memberikan instruksi dan memberikan keterangan tambahan secara lisan sebagai
berikut:
A. Lipat kertas 2 X, sehingga membentuk bujur sangkar
B. Lipat bagian kertas yang ujungnya bersatu sehingga menutupi 2/3 bagiannya.
C. Lipat juga 1/3 bagian sisanya
D. Lipat lagi kertas dengan bagian yang sama sampai saling menutupi
E. Lubangi bagian yang ujungnya bersatu menggunakan gunting atau cutter
F. Lipat, apakah didapatkan lubang-lubang sesuai instruksi

Tahap 3
Mentor memberikan instruksi sambil mencontohkan setiap langkah secara terperinci.
Sehingga didapatkan hasil sesuai instruksi.

E. Hikmah:
1. Pentingnya Rasul sebagai penyampai dan penjelas risalah Islam sekaligus mencontohkan

55
bagaimana Islam diterapkan dalam hidup keseharian.
2. Rasul sebagai utusan Allah harus kita kenal dan kita taati agar segala aspek kehidupan
kita menjadi ibadah.

56
BAB 10
ISLAM WAY OF LIFE
TUJUAN
1. Peserta mengetahui urgensi ber-Islam dengan benar
2. Peserta menyakini dan memahami secara utuh tentang ajaran Islam yang sempurna
3. Peserta memiliki rasa kebanggaan yang besar terhadap agamanya karena telah terbukti
unggul diatas ajaran agama lain dan optimis akan kebangkitannya
4. Peserta dan termotivasi untuk menjalankan ajaran Islam secara kaafah dan memiliki
komitmen untuk menda’wahkannya

METODE PENDEKATAN
 Ceramah dan diskusi

RINCIAN BAHASAN
Sebagai seorang muslim, tentunya tidak asing dengan Islam, agama, keyakinan, dan
juga sistem hidup kita. Umat Islam perlu diingatkan dan dipahamkan kembali mengenai
Islam yang sempurna, universal, dan rahmatan lil ‘alamin. Pengingatan ini dapat menjadi
cahaya petunjuk bagi umat islam untuk menemukan kembali kebesaran dan kegemilangan
Islam. Sesungguhnya umat ini tidak akan menjadi baik, kecuali dengan apa yang telah
membuat baik generasi pertamanya.

Ajakan untuk mengenal Islam berhubungan dengan cakupan- cakupan dasar Islam
sebagai sistem kehidupan yang sempurna dan paripurna. Agar kita yang belum tahu
menjadi tahu, agar kita yang lupa bisa teringat, agar kita yang lalai menjadi sadar. Karena
kita harus segera membangun kesadaran itu. Semua itu adalah agar umat Islam kembali
bangkit menuju kejayaan seperti dahulu Islam pernah berjaya.

A. Makna Islam
Ditinjau dari asal katanya, istilah Islam diambil dari bahasa Arab. Hal ini disebabkan
bahasa Arab mempunyai keistimewaan yang tidak dimiliki oleh bahasa lainnya, dan itulah
salah satu kelebihan bahasa ini dibanding dengan bahasa lain. Itulah pula bagian dari
rahasia mengapa bahasa Arab digunakan sebagai bahasa Alquran dan bahasa umat Islam
untuk mempersatukan dunia.

Islam dalam makna etimologi (bahasa) berasal darikata aslama- yuslimu yang artinya
menyerahkan. Kata ini bentukan dari salima, yang berarti selamat, dan muncul beberapa
istilah dengan makna yang beraneka ragam namun memiliki keterkaitan, adalah sebagai
berikut:

a. Taslim yang berarti tunduk dan menyerahkan diri. Kata ini terdapat pada QS.
An-Nisa’ ayat 65 di ujung ayat: …wayusallimu tasliima (… dan mereka menerima
dengan sepenuhnya).

57
b. Salaam yang berarti keselamatan. Kata ini terdapat pada QS. Al- Maidah ayat 15:
subulas salam (jalan-jalan keselamatan).
c. Salm yang berarti perdamaian. Kata ini terdapat pada QS. Al- Anfal ayat 61: wain
janahu lis salm…. (jika mereka condong kepada perdamaian….)
d. Salaam yang berarti ucapan sejahtera. Terdapat pada QS. Al- An’am ayat 54:
salaamun alaikum (kesejahteraan buat kalian semua). Juga dalam QS Yunus ayat
10: watahiyyatuhum fiha salaam (dan ucapan penghormatan mereka adalah
salaam).
Makna Islam secara terminologi didefinisakan sebagai agama yang turun kepada Nabi dan
Rasul terakhir, Muhammad Saw., sebagai penyempurna dari agama yang diturunkan kepada
Nabi-Nabi sebelumnya.

B. Din Samawiy dan Din Ardhiy


Alquran menyebut kata din (agama) dengan pengertian yang umum, baik agama yang
benar maupun yang salah, atau agama yang haq maupun agama yang bathil (QS Al Fath: 28
& As-Saff: 9). Maka ‘agama’ memiliki pengertian: sistem kepercayaan atau keyakinan kepada
suatu prinsip-prinsip nilai tertentu, baik nilai-nilai kebenaran maupun nilai- nilai kebathilan.
Adapun jika dinilai dari sumber agama itu berasal, maka din dapat dibagi menjadi dua:
din samawiy dan din ardhiy. Din samawiy adalah agama langit, yaitu agama yang sumbernya
dari wahyu Allah yang dibawa oleh para nabi, semenjak Nabi Adam As., hingga Muhammad
Saw. Dengan demikian agama yang sekarang masih eksis, seperti Yahudi dan Nasrani,
terlepas bahwa keduanya telah banyak diselewengkan dari sumber aslinya, adalah termasuk
dalam kategori agama samawiy. Sedangkan din ardhiy berarti agama bumi, yaitu semua
agama atau keyakinan yang tidak bersumber dari wahyu dan tidak dibawa oleh para Nabi.
Karena itu agama ardhiy mencangkup semua sistem keyakinan atau kepercayaan yang
dibangun oleh manusia dengan sumber ajaran yang dinisbatkan kepada tokoh tertentu,
bukan wahyu dari langit.
Agama ardhiy jumlahnya lebih banyak di dunia ini dengan mengusung berbagai nilai
ajaran yang sumbernya sangat beragam. Bahkan seringkali hanya berupa warisan keyakinan
dari nenek moyang yang tidak jelas sumber rujukannya.

C. Karakteristik Dinul Islam


Karakteristik adalah ciri umum yang menjadi bingkai dari keseluruhan ajaran Islam. Cara
pandang Islam terhadap berbagai permasalahan eksistensial seperti Tuhan, alam, manusia
dan kehidupan, serta interpretasinya terhadap berbagai peristiwa selamanya akan berada
dalam bingkai ciri-ciri umum tersebut. Berikut adalah karakteristik Islam yang menjadi
keunggulan terhadap sistem-sistem lainnya.

1. Rabbaniyah
Islam disebut agama yang berkarakter rabbaniy, artinya bahwa ajaran Islam merupakan
agama yang penisbatannya selalu kepada Tuhan (Rabb oriented). Agama ini membawa
pesan-pesan Tuhan, tujuannya untuk mengagungkan Tuhan, nilai-nilainya mengarahkan
58
umat kepada Tuhan, sistemnya juga berorientasi menegakkan “kekuasaan” Tuhan di
dunia ini. Sehingga manusia yang rabbaniy berarti manusia yang hidupnya selalu
mengarahkan perilakunya kepada ridho Tuhan. Secara umum kerabbaniyan Islam
mencangkup dua hal:
1. Rabbaniyyah Ghoyah (Tuhan sebagai Tujuan Akhir)
Rabbaniyyah Ghoyah artinya Islam menjadikan tujuan pertama dan terakhir untuk
menyembah Allah semata dan untuk mencapai rida- Nya. Tujuan ini pun menjadi
tujuan akhir dari setiap usaha, cita-cita, dan kerja keras manusia dalam kehidupan.
Dampak rabbaniyyah ghoyah pada manusia adalah.
A. Mereka mengetahui tujuan hidupnya dan memahami hakikat keberadaannya
dalam hidup.
B. Mereka mendapat petunjuk menuju fitrah yang suci.
C. Mereka terselamatkan dari perpecahan dan pertikaian.
D. Mereka terbebas dari penghambaan pada egoisme dan hawa nafsu.
2. Rabbaniyatul Mashdar (Tuhan sebagai Sumber Nilai)
Rabbaniyatul Mashdar adalah sistem yang telah diterapkan oleh Islam untuk
mencapai tujuan dan sasaran itu adalah rabbani yang murni, yaitu yang bersumber
pada wahyu Allah, kepada Rasulullah. Sistem ini tidak lahir sebagai sebuah hasil
rekayasa dari ambisi individu, keluarga, golongan, partai, atau bangsa tertentu.
Tetapi sistem ini datang dari Allah yang menginginkan agar menjadi petunjuk,
penjelas, kabar gembira, obat, dan rahmat bagi hamba-hamba-Nya. Rasulullah
Muhammad Saw., adalah penyeru pada sistem dan sebagai penjelas perintah-Nya
yang masih samar bagi manusia. Dampak rabbaniyatul mashdar yaitu:
a. terlepas dari sikap ceroboh dan sikap ekstrim, sikapnya proporsional;
b. terlepas dari fanatisme buta dan hawa nafsu;
c. terhormat dan mudah diyakinkan dengan kebenaran;
d. terbebas dari penghambaan sesama manusia.

2. Insaniyah (Manusiawi)
Islam adalah ajaran yang sangat manusiawi, agama manusia. Alquran merupakan
kitab yang ditujukan bagi manusia, berbicara tentang manusia serta berbicara kepada
manusia. Ibadah-ibadah yang disyari’atkan oleh Islam juga mengandung dimensi
kemanusiaan, misalnya shalat, zakat dan haji. Muhammad Saw., adalah rasul dari jenis
manusia. “Katakanlah, “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu,
yang diwahyukan kepadaku bahwa sesungguhnya Illah kamu adalah Illah Yang Maha
Esa.”.” (Terjemahan QS. Al-Kahfi: 110). Buah insaniyah dalam islam adalah terwujudnya
persaudaraan antar umat manusia dan tegaknya prinsip persamaan hak bagi seluruh
umat manusia.

3. Syumul (Universal)
Islam meliputi semua zaman, kehidupan, dan eksistensi manusia. Islam adalah
sebuah sistem yang komprehensif yang mencangkup berbagai aspek hidup dan
kehidupan. Islam adalah negara dan tanah air, pemerintahan dan umat, akhlak dan
59
kekuatan, ekonomi dan hukum, kasih sayang dan kepedulian, usaha dan kekayaan,
militer dan ideologi, serta aqidah yang murni dan ibadah yang benar sekaligus. Islam juga
mengatur segala permasalahan seperti pernikahan, perdagangan, pemerintahan,
politik, hukum, sosial, budaya, seni, ilmu pengetahuan, dan sebagainya.

Sekarang dilingkungan sekitar kita, banyak orang yang beragama Islam, namun hanya
mengamalkan sebagian agama ajaran Islam saja, misalnya ada yang shalat tapi ia tidak
mau bersedekah, ada yang sukanya bersedekah tapi jarang shalat, ada pula yang
mengotak-kotakkan bahwa Islam hanya shalat, puasa, zakat, haji. Jika kita meyakini
bahwa Islam adalah ajaran yang sempurna dan paripurna maka kita akan memasukinya
secara menyeluruh, bukan hanya mengambil sebagian yang dirasa enak saja. Allah Swt.,
berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara
keseluruhannya, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya
syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (Terjemahan QS. Al-Baqarah: 208)

REFERENSI:
Tim Biro AAI UNS. 2012. Buku Panduan dan Monitoring Asistensi Agama Islam. Surakarta:
Yuma Pustaka bekerja sama dengan UPT MKU UNS.

ALOKASI WAKTU
Langkah Uraian Waktu
Pendahuluan Mentor membuka pertemuan dan menerangkan tujuan 5’
materi
Games Mentor memberikan games dan hikmahnya 10’
Ceramah Mentor menerangkan isi materi 30’
Diskusi Mentor membuka forum diskusi dan tanya jawab 10’
Penutup Mentor menyimpulkan materi dan menutupnya dengan do’a 5’

60
BAB 11
BACK TO AL-QUR’AN
TUJUAN
 Peserta mengetahui definisi Al-Qur’an secara bahasa dan istilah
 Peserta mengetahui nama-nama dan karakteristik Al-Qur’an
 Peserta memahami fungsi Al-Qur’an dan akhlak terhadapnya
 Peserta termotivasi untuk membaca, mempelajari dan mengamalkan Al-Qur'an

METODE PENDEKATAN
 Ceramah dan diskusi

RINCIAN BAHASAN
A. Definisi AL-Qur’an
• Secara bahasa berarti "bacaan”.
• Secara istilah berarti "Kalam Allah SWT yang merupakan mu'jizat yang diwahyukan
kepada Nabi Muhammad SAW dan membacanya merupakan ibadah"

B. Nama-nama Al-Qur’an
• Al-Qur’an/ Bacaan
َ
‫ات َا َّن ل ُه ْم َا ْج ًرا‬
ِ ‫الصا ِل َح‬
َّ ‫ون‬ َ ‫ِإ َّن َٰه َذا ْال ُق ْ ٰٓرا َن َي ْه ِدي ِل َّل ِتي ِه َي َا ْق َو ُم َو ُي َب ِش ُر ْال ُم ْؤ ِم ِن‬
َ ‫ين َّال ِذ َين َي ْع َم ُل‬
﴾٩ ﴿ ‫َك ِب ًيرا‬
“Sesungguhnya Al Quran Ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan
memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa
bagi mereka ada pahala yang besar” (QS. Al-Israa’, 17: 9)

• Al-Kitab/ Buku
َ ‫َل َق ْد َا ْن َ ْزل َنا ِإ َل ْي ُك ْم ِكـ َت ًابا ِف ِيه ِذ ْك ُر ُك ْم ْۖ َا َف ََل َت ْع ِق ُل‬
﴾١٠ ﴿ ‫ون‬
“Sesungguhnya Telah kami turunkan kepada kamu sebuah Kitab yang di dalamnya terdapat
sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada memahaminya?” (QS. Al-Anbiya,
21: 10)

• Al-Furqan/ Pembeda
َ ‫َت َب َار َك َّال ِذي َن َّز َل ْال ُف ْر َق َان َع َل ٰى َع ْب ِد ِه ِل َي ُك‬
َ ‫ون ِل ْل َع َال ِم‬
﴾١ ﴿ ‫ين َن ِذ ًيرا‬
“Maha Suci Allah yang Telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar

61
dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam19” (QS. Al-Furqan, 25: 1)

• Adz-Dzikr/ Pengingat
َ ‫ِإ َّنا َن ْح ُن َن َّ ْزل َنا ِالذ ْك َر َو ِإ َّنا َل ُه َل َح ِاف ُظ‬
﴾٩ ﴿ ‫ون‬
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya kami benar-benar
memeliharanya20” (QS. Al-Hijr, 15: 9)

• An-Nur/ Cahaya
َ ْ
﴾١٧٤ ﴿ ‫اس َق ْد َج َاء ُك ْم ُب ْر َهان ِم ْن َر ِب ُك ْم َو َا ْن َزل َنا ِإل ْي ُك ْم ُنو ًرا ُم ِب ًينا‬
ُ ‫َيا َا ُّي َها َّالن‬
“Hai manusia, Sesungguhnya Telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu.
(Muhammad dengan mukjizatnya) dan Telah kami turunkan kepadamu cahaya yang terang
benderang (Al Quran)” (QS. An-Nisaa’, 4: 174)

C. Karakteristik Al-Qur' an
• Diturunkan bukan untuk menyusahkan manusia [ 20:2].
ْ ْ
﴾٢ ﴿ ‫َما َا ْن َزل َنا َع َل ْي َك ال ُق ْ ٰٓرا َن ِل َت ْش َق ٰى‬
“Kami tidak menurunkan Al Quran Ini kepadamu agar kamu menjadi susah” (QS. Ta-Ha,
20: 2)

• Bacaan yang teramat mulia dan terpelihara


ُ ْ َ ‫﴾في ِكـ َت‬ َ ٰٓ ُ َ َّ
﴾٧٨ ﴿ ‫ون‬
ٍ ‫اب مكن‬ٍ ِ ٧٧ ﴿ ‫ِإن ُه لق ْران ك ِريم‬
“Sesungguhnya Al-Qur’an Ini adalah bacaan yang sangat mulia (77). Pada Kitab yang
terpelihara (Lauhul Mahfuzh) (78)” (QS. Al-Waqi’ah, 56: 77-78)

• Tidak seorang pun yang dapat menandingi keindahan dan keagungan Al-Qur’an
‫اّٰلل ِإ ْن ُك ْن ُت ْم‬
ِ َّ ‫ون‬‫د‬ُ ‫َوإ ْن ُك ْن ُت ْم ِفي َر ْيب م َّما َن َّ ْزل َنا َع َل ٰى َع ْب ِد َنا َف ْا ُتوا ب ُس َور ٍة م ْن م ْث ِل ِه َو ْاد ُعوا ُش َه َد َاء ُك ْم م ْن‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ٍ ِ
﴾٢٣ ﴿ ‫ين‬ َ ‫َص ِاد ِق‬
“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang kami wahyukan kepada
hamba kami (Muhammad), buatlah21 satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah

19
maksudnya jin dan manusia
20
ayat Ini memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian Al Quran selama-lamanya.
21
ayat Ini merupakan tantangan bagi mereka yang meragukan tentang kebenaran Al Quran itu tidak dapat
ditiru walaupun dengan mengerahkan semua ahli sastera dan bahasa Karena ia merupakan mukjizat nabi
Muhammad s.a.w.
62
penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar” (QS. Al-Baqarah,
2: 23)

َ ‫ُق ْل َل ِئن ْاج َت َم َع ِت ْ ِاْل ْن ُس َو ْال ِج ُّن َع َل ٰى َا ْن َي ْا ُتوا ب ِم ْثل َٰه َذا ْال ُق ْ ٰٓران َل َي ْا ُت‬
‫ون ِب ِم ْث ِل ِه َو َل ْو َك َان َب ْع ُض ُه ْم‬ ِ ِ ِ ِ
﴾٨٨ ﴿ ‫ض ظ ِه ًيرا‬ َ ْ
ٍ ‫ِل َبع‬
“Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa
Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan Dia, sekalipun
sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain" (QS. Al-Israa’, 17: 88)

• Tersusun secara terperinci dan rapi


﴾١ ﴿ ‫الر ٌۚ ِكـ َتاب ُا ْح ِك َم ْت ٰٓا َي ُات ُه ُث َّم ُف ِص َل ْت ِم ْن َل ُد ْن َح ِك ٍيم َخ ِب ٍير‬
“Alif laam raa, (Inilah) suatu Kitab yang ayat-ayatNya disusun dengan rapi serta dijelaskan
secara terperinci22, yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha tahu”
(QS. Hud, 11: 1)

• Mudah difahami dan diambil pelajaran


ْ
﴾١٧ ﴿ ‫َو َل َق ْد َي َّس ْر َنا ال ُق ْ ٰٓرا َن ِل ِلذ ْك ِر َف َه ْل ِم ْن ُم َّد ِك ٍر‬
“Dan Sesungguhnya Telah kami mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran, Maka Adakah orang
yang mengambil pelajaran?” (QS. Al-Qamar, 54: 17)

D. Fungsi Al-Qur’an
1) Pengganti kedudukan kitab suci sebelumnya yang pernah diturunkan Allah SWT
2) Tuntunan serta hukum untuk menempuh kehidupan
3) Menjelaskan masalah-masalah yang pernah diperselisihkan oleh umat terdahulu
4) Sebagai mukjizat Rasulullah SAW

E. AkhIak Terpuji Terhadap Al-Qur’an


• Membaca ta'awudz sebelum membaca Al-Qur’an
ْ ْ ‫َفإ َذا َق َ ْرا َت ْال ُق ْ ٰٓرا َن َف‬
﴾٩٨ ﴿ ‫الش ْي َط ِان َّالر ِج ِيم‬ ِ َّ ‫اس َت ِعذ ِب‬
َّ ‫اّٰلل ِم َن‬
ِ
“Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah
dari syaitan yang terkutuk.” (QS. An-Nahl, 16: 98)

• Membaca Al-Qur’an secara tartil perlahan-lahan

22
Maksudnya: diperinci atas beberapa macam, ada yang mengenai ketauhidan, hukum, kisah, akhlak, ilmu
pengetahuan, janji dan peringatan dan lain-lain.
63
ً ْ
﴾٤ ﴿ ‫َا ْو ِز ْد َع َل ْي ِه َو َرِت ِل ال ُق ْ ٰٓرا َن َت ْرِتيَل‬
“Atau lebih dari seperdua itu. dan Bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan” (QS. Al-
Muzammil, 73: 4)

• Lapang dada menerima Al-Qur’an [7:2]


َ ‫ِكـ َتاب ُا ْنز َل ِإ َل ْي َك َف ََل َي ُك ْن ِفي َص ْدر َك َح َرج ِم ْن ُه ِل ُت ْن ِذ َر ب ِه َو ِذ ْك َر ٰى ِل ْل ُم ْؤ ِم ِن‬
﴾٢ ﴿ ‫ين‬ ِ ِ ِ
“Ini adalah sebuah Kitab yang diturunkan kepadamu, Maka janganlah ada kesempitan di
dalam dadamu karenanya, supaya kamu memberi peringatan dengan Kitab itu (kepada orang
kafir), dan menjadi pelajaran bagi orang-orang yang beriman” (QS. Al-A’raf, 7: 2)

• Mendengarkan baik-baik pembacaan Al-Qur’an [7:204]


ْ ‫َو ِإ َذا ُق ِر َئ ْال ُق ْ ٰٓرا ُن َف‬
َ ‫اس َت ِم ُعوا َل ُه َو َا ْن ِص ُتوا َل َع َّل ُك ْم ُت ْر َح ُم‬
﴾٢٠٤ ﴿ ‫ون‬

204. Dan apabila dibacakan Al Quran, Maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah
dengan tenang agar kamu mendapat rahmat23” (QS. Al-A’raf, 7: 204)

• Bergetar hatinya dan bertambah imannya [8:2-4]


َ ‫ِإ َّن َما ْال ُم ْؤ ِم ُن‬
ُ َّ ‫ون َّال ِذ َين ِإ َذا ُذ ِك َر‬
‫اّٰلل َو ِج َل ْت ُق ُل ُوب ُه ْم َو ِإ َذا ُت ِل َي ْت َع َل ْي ِه ْم ٰٓا َي ُات ُه َز َاد ْت ُه ْم ِإ َيم ًانا َو َع َل ٰى َر ِب ِه ْم‬
‫ون َح ًّقا ٌۚ َل ُه ْم‬ َ ‫﴾ ُا َٰول ِئ َك ُه ُم ْال ُم ْؤ ِم ُن‬٣ ﴿ ‫ون‬ َ ‫الص ََل َة َو ِم َّما َر َز ْق َن ُاه ْم ُي ْن ِف ُق‬
َّ ‫ون‬ َ ‫﴾ َّال ِذ َين ُي ِق ُيم‬٢ ﴿ ‫ون‬ َ ‫َي َت َو َّك ُل‬
﴾٤﴿ ‫َد َر َجات ِع ْن َد َر ِب ِه ْم َو َم ْغ ِف َرة َو ِر ْزق َك ِريم‬
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman24 ialah mereka yang bila disebut nama Allah25
gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka
(karenanya), dan Hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal (2). (yaitu) orang-orang yang
mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada
mereka (3). Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. mereka akan
memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat)
yang mulia (4).” (QS. Al-Anfal, 8: 2-4)

F. Akhlak tercela terhadap Al-Qur’an .


• Menyombongkan diri dan berpaling
َ َ ْ َُُ ََ َ ْ َ َ ْ َ َّ َ ُ ٰٓ َ َ ْ ُ َ
﴾٧ ﴿ ‫اب َا ِل ٍيم‬
ٍ ‫َو ِإذا تتل ٰى َعل ْي ِه ا َياتنا َول ٰى ُم ْستك ِب ًرا كان ل ْم َي ْس َم ْع َها كا َّن ِفي اذن ْي ِه َوق ًرا ْۖ ف َب ِش ْر ُه ِب َعذ‬
23
Maksudnya: jika dibacakan Al Quran kita diwajibkan mendengar dan memperhatikan sambil berdiam diri,
baik dalam sembahyang maupun di luar sembahyang, terkecuali dalam shalat berjamaah ma'mum boleh
membaca Al Faatihah sendiri waktu imam membaca ayat-ayat Al Quran.
24
Maksudnya: orang yang Sempurna imannya.
25
dimaksud dengan disebut nama Allah ialah: menyebut sifat-sifat yang mengagungkan dan memuliakannya.
64
“Dan apabila dibacakan kepadanya26 ayat-ayat kami dia berpaling dengan menyombongkan
diri seolah-olah dia belum mendengarnya, seakan- akan ada sumbat di kedua telinganya;
Maka beri kabar gembiralah dia dengan azab yang pedih” (QS. Luqman, 31: 7)

• Menertawakan peringatan ini [53:59-62]


َ ‫ون َو َل َت ْب ُك‬
َ ‫﴾ َو َا ْن ُت ْم َس ِام ُد‬٦٠ ﴿ ‫ون‬ َ ‫﴾ َو َت ْض َح ُك‬٥٩ ﴿ ‫ون‬
َ ‫يث َت ْع َج ُب‬ ْ َٰ ََ
﴾٦١ ﴿ ‫ون‬ ِ ‫اف ِم ْن َهذا ال َح ِد‬
ْ ‫َف‬
﴾٦٢ ﴿ ۩ ‫اس ُج ُدوا ِ َّ ِّٰلل َو ْاع ُب ُدوا‬
“Maka apakah kamu merasa heran terhadap pemberitaan ini?(59). Dan kamu
mentertawakan dan tidak menangis?(60). Sedang kamu melengahkan(nya)?(61). Maka
bersujudlah kepada Allah dan sembahlah (Dia) (62)” (QS. An-Najm, 53: 59-62)

• Tidak memperahatikan Al-Qur’an


ُ
﴾٢٤ ﴿ ‫وب َا ْق َفال َها‬ ُ ُ َ َ ٰٓ ُ ْ َ ‫َا َف ََل َي َت َد َّب ُر‬
ٍ ‫ون الق ْرا َن ا ْم َعل ٰى قل‬
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci?” (QS.
Muhammad, 47: 24)

G. Keunggulan Al-Qur’an .
• Al-Qur’an adalah mukjizat yang abadi
Allah menghendaki agar Al-Qur’an berlaku umum (mencakup permasalahan) dan
bersifat universal. Maka, disusun dan dikumpulkan Al-Qur’an itu dengan sistematika
yang memperlihatkan universalitas dan kekekalannya dan dijauhkan dari susunan yang
bersifat temporer, yang hanya memperlihatkan urgensi pada suatu masa saja, yaitu
ketika turunnya. Allah SWT Berfirman:

‫اّٰلل َف ُي ْق َت ْل َا ْو‬ ْ ‫ون ْال َح َي َاة ُّالد ْن َيا ب ْ ٰٓالخ َرة ٌۚ َو َم ْن ُي َقات‬ ْ ‫اّٰلل َّال ِذ َين َي‬ َّ ‫َف ْل ُي َقا ِت ْل ِفي َسبيل‬
ِ َّ ‫يل‬‫ب‬
ِ ِ َ
‫س‬ ‫ي‬‫ف‬ِ ‫ل‬ ِ ِ ِ ِ
َ ‫ر‬ُ ‫ش‬ ِ ِ ِ
﴾٧٤ ﴿ ‫َي ْغ ِل ْب َف َس ْو َف ُن ْؤ ِت ِيه اج ًرا َع ِظ ًيما‬
ْ َ

“Karena itu hendaklah orang-orang yang menukar kehidupan dunia dengan kehidupan
akhirat27 berperang di jalan Allah. barangsiapa yang berperang di jalan Allah, lalu gugur
atau memperoleh kemenangan Maka kelak akan kami berikan kepadanya pahala yang
besar” (QS. An-Nisaa’, 4: 74)

• Keunggulan Al-Qur’an secara ilmiah


Pemikiran modern dalam berbagai bidang disiplin ilmu dewasa ini telah menetapkan
bahwa Al-Qur’an merupakan kitab ilmiah yang menghimpun segala disiplin ilmu dan
filsafat. Ilmu itu datang dari Allah SWT, sebagai tanda kemuliaanNya dan ketinggian ilmu-
Nya. Allah SWT berfirman:

26
yang dimaksud dengan kepadanya ialah kepada orang yang mempergunakan perkataan-perkataan yang
tidak berfaedah untuk menyesatkan manusia.
27
orang-orang mukmin yang mengutamakan kehidupan akhirat atas kehidupan dunia ini.
65
َّ ْ ْ َّ
‫﴾ ال ِذي‬٣ ﴿ ‫﴾ ْاق َ ْرا َو َر ُّب َك َال ْك َر ُم‬٢ ﴿ ‫﴾ َخ َل َق ِاْل ْن َس َان ِم ْن َع َل ٍق‬١ ﴿ ‫اس ِم َر ِب َك ال ِذي َخ َل َق‬ ْ ‫ْاق َ ْرا ِب‬
ْ ْ
﴾٥ ﴿ ‫﴾ َع َّل َم ِاْل ْن َس َان َما َل ْم َي ْع َل ْم‬٤ ﴿ ‫َع َّل َم ِبال َق َل ِم‬
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan (1). Dia Telah
menciptakan manusia dari segumpal darah (2). Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha
pemurah(3). Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam28(4).Dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (5)” (QS. Al-‘Alaq, 96: 1-5)
• Jaminan kemurnian Al-Qur’an.
Allah sendiri yang menjamin kemurnian Al-Qur’an
َ ‫ِإ َّنا َن ْح ُن َن َّ ْزل َنا ِالذ ْك َر َو ِإ َّنا َل ُه َل َح ِاف ُظ‬
﴾٩ ﴿ ‫ون‬
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-
benar memeliharanya” (QS. Al-Hijr, 15: 9)

ْ َّ َ ُ َ َ َ َ َ ُ َ ً ْ َ َ ً ْ َ َ ُ َ َ ْ َّ َ َ
﴾١١٥ ﴿ ‫الس ِم ُيع ال َع ِل ُيم‬ ‫وتمت ك ِلمت ر ِبك ِصدقا وعدل ٌۚ ل مب ِدل ِلك ِلما ِت ِه ٌۚ وهو‬
“Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Qur’an) sebagai kalimat yang benar dan adil.
tidak ada yang dapat merobah robah kalimat-kalimat-Nya dan dia lah yang Maha
Mendenyar lagi Maha Mengetahui”(QS. Al-An’am, 6: 115)

• Al-Qur’an bersifat umum dan universal.


Umum: Mencakup seluruh bidang/permasalahan manusia. [6:38]

‫اب ِم ْن َش ْي ٍء ٌۚ ُث َّم‬ َ ْ َْ َ ُ ُ َ ْ َ ُ َّ َ َ َ َ َ ‫َو َما م ْن َد َّابة في ْ َال ْر‬


ِ ‫ض َول طا ِئ ٍر َي ِط ُير ِبجناح ْي ِه ِإل ا َمم امثالك ْم ٌۚ َما ف َّرطنا ِفي ال ِكـت‬
ِ ِ ٍ ِ
﴾٣٨ ﴿ ‫ون‬ َ ‫ِإ َل ٰى َربه ْم ُي ْح َش ُر‬
ِِ
“Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang
dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. tiadalah kami alpakan
sesuatupun dalam Al-Kitab29, Kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan (QS. Al-
An’am, 6: 38)

Universal: Berlaku selamanya dan untuk seluruh kaum.


َ ‫َت َب َار َك َّال ِذي َن َّز َل ْال ُف ْر َق َان َع َل ٰى َع ْب ِد ِه ِل َي ُك‬
َ ‫ون ِل ْل َع َال ِم‬
﴾١ ﴿ ‫ين َن ِذ ًيرا‬
“Maha Suci Allah yang Telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya,

28
Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca.
29
sebahagian Mufassirin menafsirkan Al-Kitab itu dengan Lauhul mahfudz dengan arti bahwa nasib semua
makhluk itu sudah dituliskan (ditetapkan) dalam Lauhul mahfudz. dan ada pula yang menafsirkannya dengan
Al-Qur’an dengan arti: dalam Al-Qur’an itu Telah ada pokok-pokok agama, norma-norma, hukum-hukum,
hikmah-hikmah dan pimpinan untuk kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat, dan kebahagiaan makhluk
pada umumnya.
66
agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam30(QS. Al-Furqan, 25: 1)

REFERENSI
• Paket BP NF 'Keunggulan Al-Qur’an’
• Ibnu Qoyim, Mahabatullah, (Bab I)
• Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Quran , hal 18

ALOKASI WAKTU
Langkah Uraian Waktu
Pembukaan Mentor membuka pertemuan dan menyampaikan 5’
tujuan materi
Ceramah Mentor menyampaikan isi materi 40’
Diskusi Saat untuk diskusi dan tanya jawab 10’
Penutup Mentor menyimpulkan isi materi dan menutupnya 5’
dengan do’a

30
Maksudnya jin dan manusia
67
BAB 12
ADAB PERGAULAN
DALAM ISLAM
TUJUAN
- Peserta memahami makna akhlak
- Peserta memahami pentingnya akhlak Islami
- Peserta memahami adab berinteraksi dengan guru/dosen, teman sebaya, dan lawan
jenis
- Peserta termotivasi untuk merubah akhlak yang baik dan Islami

METODE PENDEKATAN
Ceramah dan diskusi

RINCIAN BAHASAN
Adab Dalam bahasa Arab merupakan bentuk kata benda dari kata kerja adaba yang
berarti kesopanan, sopan santun, tata krama, moral, nilai-nilai, yang dianggap baik oleh
masyarakat.
Mengutip pernyataan Abu Isma’il al-Harawi, pengarang kitab Manazil as-Sa’irin, yang
dimaksud dengan adab adalah menjaga batas antara berlebihan dan meremehkan serta
mengetahui bahaya pelanggaran. Keberhasilan seseorang biasanya ditentukan oleh adab
yang dimiliki.
Nilai-nilai ketaatan kepada Allah SWT dan cinta kepada Rasulullah biasanya berdasar
pada pendidikan moral. Seseorang yang tidak peduli dengan pendidikan moral, ia tidak akan
mampu mencapai derajat kesalihan.
Adab atau kesopanan di hadapan Allah juga diperintahkan langsung. Ini seperti perintah
berbusana yang baik dan sopan ketika shalat. Seperti dalam firman Allah SWT:

َ ‫َيا َب ِني ٰٓا َد َم ُخ ُذوا ز َين َت ُك ْم ِع ْن َد ُكل َم ْس ِج ٍد َو ُك ُلوا َو ْاش َر ُبوا َو َل ُت ْسر ُفوا ٌۚ ِإ َّن ُه َل ُي ِح ُّب ْال ُم ْسر ِف‬
﴾٣١ ﴿ ‫ين‬ ِ ِ ِ ِ
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan
minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang berlebih-lebihan” (QS. Al-A’Raaf, 7: 31)

Berikut adab sesama manusia yang perlu kita ketahui dalam kehidupan sehari-hari:

A. Adab Berkomunikasi Dengan Guru/Dosen


1. Adab Ketika Berkomunikasi Dengan Dosen Secara Langsung
a) Memberi salam lebih dulu ketika bertemu.
b) Memperhatikan jika diberi nasehat yang baik.

68
c) Mematuhi perintahnya selama tidak bertentangan dengan Islam.
d) Meninggalkan larangannya selama tidak bertentangan dengan Islam.
e) Tidak boleh mengada-ada pertanyaan yang tidak penting.
f) Berbicara dengan baik dan menunjukkan sikap merendahkan diri.
g) Dalam majelis pertemuan hendaklah mendahulukan guru/ dosen untuk
menempati tempatnya dan memberikan kesempatan lebih dulu.
h) Mengerjakan tugas yang diberikannya dengan baik.
i) Tidak memperolok-olok atau meremehkan.

2. Adab Berkomunikasi Dengan Guru/ Dosen Melalui Media Elektronik


a) Perhatikan waktu Ketika akan mengirimkan pesan elektronik, tidak pada saat jam istirahat
atau pada waktu beribadah
b) Pergunakan Bahasa yang sopan, jelas, dan tidak disingkat
c) Memulai percakapan dengan salam dan memperkenalkan diri
d) Membiasakanlah menggunakan kalimat permohonan jika mengajukan
permintaan, contoh: mohon maaf, jika berkenan, mohon bantuan, dan lain
sebagainya.
e) Menuliskan permohonan dengan singkat, padat dan jelas (langsung ke inti
permasalahan)
f) Hindari menggunakan kalimat-kalimat yang memaksa, terburu-buru, dan
menggurui
g) Mengakhiri percakapan dengan ucapan terimakasih dan salam penutup.

B. Adab Pergaulan Dengan Teman Sebaya


Hal-hal yang dapat kita lakukan dalam rangka bergaul dengan teman sebaya di antaranya
sebagai berikut:
1. Saling memberi salam setiap bertemu dan berpisah dengan mereka dan dilanjutkan
saling berjabat tangan, kecuali jika mereka itu lawan jenis kita. Salam ini hanya kita
peruntukkan khusus yang seagama dengan kita, dan tidak perlu kita mengucapkan
salam kepada yang tidak seagama. Sedangkan berjabat tangan hanya diperuntukkan
kepada yang sejenis saja. Kepada yang lain jenis tidak diperbolehkan berjabat tangan,
kecuali terhadap isteri/suami atau terhadap mahram (orang yang merupakan
kerabat dekat)-nya.
2. Saling menyambung tali silaturrahim dengan mereka dengan mempererat
persahabatan dengan mereka.
3. Saling memahami kelebihan dan kekurangan serta kekuatan dan kelemahan masing-
masing, sehingga segala macam bentuk kesalahfahaman dapat dihindari.
4. Saling tolong-menolong. Yang kuat menolong yang lemah dan yang memiliki
kelebihan menolong yang memiliki kekurangan.

69
5. bersikap rendah hati dan tidak boleh bersikap sombong kepada teman-teman sebaya
kita.
6. Saling mengasihi dengan mereka, sehingga terhindar dari permusuhan yang dapat
menghancurkan hubungan persahabatan di antara teman yang seumur.
7. Memberi perhatian terhadap keadaan mereka, apalagi jika mereka benarbenar
berada dalam kondisi yang memprihatinkan.
8. Selalu membantu keperluan mereka, apalagi jika mereka meminta kita untuk
membantu.
9. Ikut menjaga mereka dari gangguan orang lain.
10. Saling memberi nasihat dengan kebaikan dan kesabaran.
11. Mendamaikan mereka bila berselisih.
12. Saling mendo’akan dengan kebaikan.

B. Adab Bergaul Dengan Lawan Jenis


Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam rangka bergaul dengan orang-orang yang
menjadi lawan jenis kita adalah:
1. Tidak melakukan khalwat, yaitu berdua-duaan antara seorang laki-laki dan seorang
perempuan yang tidak mempunyai hubungan suami isteri dan tidak pula mahram
tanpa ada orang ketiga. Termasuk dalam pengertian khalwat adalah berdua-duaan di
tempat umum yang di antara mereka tidak saling mengenal, atau saling mengenal
tetapi tidak ada kepedulian, atau tidak mempunyai kontak komunikasi sama sekali
sekalipun berada pada tempat yang sama, seperti di pantai, pasar, restoran, bioskop,
dan tempattempat hiburan tertutup lainnya. Nabi SAW. melarang kita melakukan
khalwat dengan sabdanya: Artinya: “Jauhilah berkhalwat dengan perempuan. Demi
(Allah) yang diriku berada dalam genggaman-Nya, tidaklah berkhalwat seorang laki-
laki dengan seorang perempuan kecuali syetan akan masuk di antara keduanya.” (HR.
al-Thabarani).
2. Tidak melakukan jabat tangan, kecuali terhadap suami atau isterinya, atau terhadap
mahramnya. Berjabat tangan kepada lawan jenis yang bukan suami/isteri atau
mahram akan membuka pintu syahwat yang dapat menjurus kepada hal-hal yang
lebih berbahaya, yakni perzinaan.
3. Mengurangi pandangan mata, kecuali yang memang benar-benar perlu Pandangan
yang melebihi batas juga dapat menjurus ke arah perzinaan.
4. Tidak boleh menampakkan aurat di hadapan lawan jenisnya dan juga tidak boleh
saling melihat aurat satu sama lain. Aurat harus ditutup untuk menjaga dirinya dan
menjaga pandangan orang lain. Aurat yang terbuka akan memancing syahwat orang
lain yang pada akhirnya juga dapat menjurus ke arah perzinaan. Bahkan dengan
sesama jenis saja, melihat aurat juga dilarang. Terkait dengan hal ini, Nabi SAW.
70
bersabda: “Tidak dibolehkan seorang laki-laki melihat aurat (kemaluan) seorang laki-
laki lain, begitu juga seorang perempuan tidak boleh melihat kemaluan perempuan
lain. Dan tidak boleh seorang laki-laki berselimut dengan laki-laki lain dalam satu
selimut baju, begitu juga seorang perempuan tidak boleh berselimut dengan sesama
perempuan dalam satu baju.” (HR. Muslim).
5. Tidak melakukan hal-hal yang menjurus kepada perzinaan, seperti bergandengan
tangan, berciuman, berpelukan, dan yang sejenisnya, apalagi sampai melakukan
perzinaan. Allah SWT. Berfirman:
ً َ
﴾٣٢ ﴿ ‫َول َت ْق َر ُبوا ِالز َنا ْۖ ِإ َّن ُه َك َان َف ِاح َش ًة َو َس َاء َس ِبيَل‬
“Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan
yang keji. dan suatu jalan yang buruk” (QS. Al-Israa’, 17: 32)
C. Adab Bergaul Dengan Non-Muslim
1) Menepati janji terhadap mereka
2) Tidak boleh memaksa mereka untuk mengubah agama mereka dan tidak boleh
membantah keyakinannya kecuali dengan cara yang baik
3) Menghormati hak dan kewajiban mereka sebagai masyarakat dalam bernegara

REFERENSI
• Marzuki, Pergaulan Muda Mudi

ALOKASI WAKTU
Langkah Uraian Waktu
Pendahuluan Mentor membuka pertemuan dan menyampaikan 5’
tujuan materi
Ceramah Mentor menyampaikan isi materi 40’
Diskusi Mentor membuka forum diskusi dan tanya jawab 10’
Penutup Mentor menyimpulkan isi materi dan menutupnya 5’
dengan do’a

71
BAB 13
PENDIDIKAN KARAKTER
DALAM ISLAM
TUJUAN
- Peserta memahami makna dan hakikat pendidikan karakter islam
- Peserta memahami sebab-sebab pentingnya pendidikan karakter Islam
- Peserta termotivasi untuk mengikuti pendidikan karakter Islam

METODE PENDEKATAN .
- Ceramah
- Diskusi Kelompok

RINCIAN BAHASAN
Banyak ditemukan permasalahan sosial dalam masyarakat saat ini. Hal ini
melatarbelakangi munculnya berbagai peraturan untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Akan tetapi, peraturan-peraturan tersebut tidak dapat menyelesaikan tersebut. Oleh
karena itu, diperlukan sistem untuk memperbaiki kondisi tersebut. Salah satunya dengan
pendidikan islami yang menyeluruh dan berkelanjutan.
Pendidikan islami dalam bahasa Arab berasal dari istilah raba- yarbu yang bermakna
bertambah dan berkemban, rabiya-yarba yang bermakna tumbuh dan berkembang, rabba-
yarubbu yang bermakna memperbaiki, mengurusi, mengatur, menjaga, dan
memperhatikan. Senada dengan hal ini, pada Konferensi Dunia I merumuskan bahwa
pendidikan islami ialah usaha menumbuhkan kepribadian manusia secara totalitas
menyangkut semangat, kecerdasan, perasaan, dan sebagainya, baik dalam kehidupan
pribadi maupun masyarakat untuk melakukan kebaikan, kesempurnan, dan dalam ranfka
pengabdian kepada Allah Swt. secara ringkas, pendidikan islami ialah proses penyiapan
untuk menumbuhkan dan membentuk manusia yang saleh pada setiap sisinya (jasmani,
ruhani, dan akal), sehingga tercipta suatu keseimbangan dalam potensi, tujuan, ucapan, dan
tindakan tanpa menghilangkan setiap potensi yang dimilikinya. Pendidikan islami
menyatukan ilmu, iman, dan amal.

A. Urgensi Pendidikan Islami


Pendidikan islami memiliki peran sangat penting. Individu- individu yang terjaga dan
terbina dalam nilai-nilai Islam menjadi modal terbentuknya masyarakat Islam. Selain itu,
melalui pendidikan islami, krisis yang terjadi dalam masyarakat dapat diatasi, sehingga
kemuliaan dapat terbangun kembali.

Urgensi pendidikan islami bagi seorang muslim diantaranya sebagai berikut.


1. Membentuk kepribadian Islam ideal.

72
Pribadi yang islami adalah pribadi yang menjadikan nilai-nilai Islam sebagai unsur-unsur
pembentuk kepribadiannya, sehingga identitasnya mencerminkan keislamannya.
Pendidikan islami mampu menghasilkan sosok muslim ideal yang dapat
mengimplementasikan nilai-nilai Islam secara keseluruhan (kaffah). Muslim ideal memiliki
beberapa ciri, yaitu:
a) Benar akidahnya (salimul akidah)
Kelurusan akidah merupakan pokok terpenting bagi seorang muslim. Akidah yang
lurus akan melandasi setiap gerak dan nafas seorang muslim, sehingga menjadi
sosok yang selalu mantab dalam melangkah. Selain itu, dengan pemahaman akidah
yang lurus, seseorang secara otomatis akan menjalankan syariat dengan baik.
b) Benar ibadahnya (shahihul ibadah).
Seorang muslim harus memahami bahwa ibadah merupakan kebutuhan dan
kepentingan manusia. Selain itu, seorang muslim selalu melandasi ibadah dengan
niat karena Allah.
c) Kokoh akhlaqnya (matinul khuluq).
Islam adalah agama yang mengatur perilaku dalam segala aspek. Hal ini menjadikan
seorang senantiasa indah karena mengikuti irama yang diatur oleh pemilik
kehidupan.
d) Berwawasan luas (mutsaqaful fikr).
Seorang muslim yang ideal layaknya memiiki wawasan yang luas. Senantiasa
memikirkan sesuatu yang membangun dan menuju perbaikan dan menjauhkan diri
dari sifat yang merendahkan. Oleh karena itu, seorang muslim senantiasa terdorong
untuk menuntut ilmu.
e) Kuat fisiknya (qawiyu jism).
Rasulullah menegaskan pentingnya seorang muslim untuk senantiasa menjaga
tubuhnya agar tetap sehat dan menjaga diri dari berbagai penyakit. Seorang muslim
adalah sosok yang kuat dan tidak mudah sakit, sehingga kewajiban dan tanggung
jawabnya dapat terlaksana dengan baik.
f) Mandiri kehidupannya/ bisa mencari nafkah (qadirun ‘alal kasbi)
Seorang muslim adalah pribadi yang inovatif dan kreatif, sehingga mampu
menunjukkan potensinya dalam dunia kerja. Ia adalah sosok yang produktif, sehingga
mampu memenuhi kebutuhn materinya sendiri tanpa bergantung pada orang lain.
g) Bermanfaat bagi orang lain (nafi’u lihairihi).
Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Seorang muslim
hendaknya mampu menempa diri menjadi pribadi yang memberikan kontribusi besar
dalam masyarakat.
h) Bijaksana dalam memelihara waktunya (harishun ‘ala waqtihi).
Seorang muslim yang ideal mampu memanfaatkan dan memelihara waktu yan
dimiliki untuk hal-hal yang produktif, sehingga terhindar dari kelalaian. Selain itu, ia
juga menghargai waktu yang dimiliki orang lain dan tidak memberikan kesempatan
kepada orang lain untuk melakukan kesia-siaan, baik dunia maupun akhirat.

73
2. Membentuk jiwa kebersamaan.
Melalui pendidikan islami, pribadi-pribadi yang terbentuk dikumpulkan dalam sebuah
amal yang lebih berkualitas, yaitu amal kerja sama antarpribadi, sehingga dapat
menghasilkan kekuatan yan jauh lebih besar dari pada amal yang dilakukan sendiri.

3. Membentuk kepribadian dai (syakhsiyah da’iyah)


Melalui penanaman nilai-nilai Islam, seorang muslim akan mampu melaksanakan tugas-
tugas amal islami dan memiliki ketahanan dalam memikul beban dan menghadapi risiko,
sehinga mampu membagikan pengetahuan yang dimilikinya. Ia memiliki pemahaman
yang benar dan luas, iman yang mantap, dan hubungan yang kokoh dengan Allah Swt.

4. Mengembangkan potensi individu.


Penanaman nilai-nilai Islam melalui penddikan islami dapat memperbaiki kekurangan
dan kelemahan individu, sehingga mampu meninkatkan potensi individu. Dengan
demikian, akan terbentuk individu yang siap dan mampu menawarkan konsep
perubahan, serta mengajukan solusi atas berbagai permasalahan umat.

5. Memberdayakan dan mengarahkan potensi individu.


Pendidikan islami mampu memberdayakan potensi dan kualitas individu untuk menjadi
unsur perubahan yang aktif dan produktif. Pendidikan islami dapat memfungsikan,
memberdayakan potensi individu sesuai dengan kapasitasnya, sehingga dapat
memberikan kontribusi rill bagi dawah, dan umat, serta tidak ragu untuk berjuan dan
berkorban demi tegaknya dienul Islam.

B. Karakteristik Sistem Pendidikan Islam


Pendidikan islami merupakan upaya membentuk generasi yan unggul pada setiap sisi
kehidupannya. Adapun karakteristik pendidikan islam ialah sebagai berikut.

1) Integral (syumuliyah)
Manusia memiliki potensi fisik, hati, dan akal. Potensi tersebut dapat tumbuh dan
berkembang apabila dirawat, dan ditumbuhkembangkan denan nilai-nilai Islam,
sehingga mengasilkan buah yang sempurna (QS. Ibrahim 24-25). Hal ini diteladankan
oleh Rasulullah dalam menempa para sahabat. Rasulullah menanamkan akidah,
membangun jasad dan akal para sahabat, sehingga terbentuk sosok-sosok yang
berkepribadian islami secara menyeluruh.
2) Bertahap (mutadarriyah)
Penanaman nilai-nilai Islam bukan meupakan proses instan, perlu bertahap sesuai
dengan fase-fase kehidupan. Sebagaimana Rasulullah menegaskan: “Tuntutlah ilmu
dari buaian sampai liang lahat.
3) Terus-menerus (istimrarriyah)
Islam adalah pedoman yang mencakup seluru aspek kehidupan, sehingga tidak akan
habis dipelajari sampai akhir hayat. Ilmu Allah luasnya tidak terbatas, seluruh

74
samudera apabila dijadikan tinta, tidak akan cukup untuk menuliskan Ilmu Allah.
Selain itu, kondisi keimanan seseorang senantiasa berubah-ubah. Oleh karena itu,
penanaman nilai- nilai Islam harus dilakukan secara terus-menerus.
4) Penuh kesungguhan (jiddiyah)
Pendidikan nilai-nilai Islam harus dilakukan dengan kesungguhan. Perlu dijaga agar
dapat menghadapi rintangan dan hambatan. Tanpa kesungguhan tujuan penanaman
nilai-nilai Islam tidak akan tercapai.

Proses penanaman nilai-nilai Islam melalui pendidikan islami akan senantiasa


memberikan kontribusi besar dalam membina dan mengembangkan peradaban Islam,
serta melahirkan generasi yang berkualitas yan teruji ilmu dan amalnya, sehingga menjadi
umat terbaik.

REFERENSI:
Tim Biro AAI UNS. 2012. Buku Panduan dan Monitoring Asistensi Agama Islam. Surakarta:
Yuma Pustaka bekerja sama dengan UPT MKU UNS.

ALOKASI WAKTU
Langkah Uraian Waktu
Pembukaan Mentor membuka pertemuan dan mengutarakan 5’
tujuan dan materi yang akan disampaikan materi
Diskusi Mentor mngutarakan kondisi umat Islam pada saat 10’
pendahuluan ini dan mengajukan pertanyaan kepada saat ini dan
mengajukan pertanyaan kepada peserta kira-kira apa
yang menjadi penyebabnya
Ceramah Mentor menguraikan isi materi 30’
Diskusi Mentor membuka kesempatan diskusi dan tanya 10’
jawab
Penutup Mentor menyimpulkan isi materi dan menutup 5’
pertemuan dengan do’a

75
BAB 14
KEHIDUPAN BERBANGSA DAN
BERNEGARA DALAM ISLAM
TUJUAN
- Peserta memahami makna dan hakikat kehidupan dalam berbangsa dan bernegara
- Peserta dapat mengimplementasikan sikap toleransi dalam kehidupan dalam berbangsa
dan bernegara

METODE PENDEKATAN .
- Ceramah
- Diskusi Kelompok

RINCIAN BAHASAN
A. Nasionalisme Dalam Islam
Sebagai sebuah negara dan bangsa yang majemuk dengan latar belakang etnis dan agama
yang berbeda-beda, wawasan kebangsaan bagi kita, masyarakat Indonesia adalah sebuah
keniscayaan. Wawasan kebangsaan yang baik akan semakin menjadikan kemajemukan
tersebut sebagai bahan-bahan dasar untuk memperkokoh kehidupan berbangsa dan
bernegara.

Islam dan Negara adalah dua hal yang tak bisa dipisahkan. Pemaknaan masyarakat
mengenai konsep Negara dan agama terus menjadi persoalan yang massif dikalangan
akademisi, ulama dan pemimpin Negara.

Nasionalisme berasal dari kata nation yang dipadankan dengan bangsa. Bangsa
mempunyai dua pengertian, yaitu pengertian antropologis serta sosiologis, dan dalam
pengertian politis. Dalam pengertian antropologis dan sosiologis, bangsa adalah suatu
masyarakat yang merupakan suatu persekutuan hidup yang berdiri sendiri dan masing-
masing anggota persekutuan hidup tersebut merasa satu kesatuan ras, bahasa, agama,
sejarah, dan adat istiadat. Sedangkan yang dimaksud bangsa dalam pengertian politik adalah
masyarakat dalam suatu daerah yang sama, dan mereka tunduk pada kedaulatan negaranya
sebagai suatu kekuasaan tertinggi.

Islam sebagai agama yang Rahmatan lil ‘alamin telah mengatur segala sesuatu yang
berkaitan dengan kehidupan manusia. Sebagai agama yang sempurna, islam telah
memberikan intisari dari nasionalisme. Intisari dari nasionalisme adalah rasa kecintaan
terhadap tanah air. Konsep mengenai nasionalisme banyak tertuang dalam sumber pokok
ajaran islam baik itu ayat-ayat Al-Qur’an maupun Hadits Nabi SAW. Seperti dalam firman
Allah SWT:

76
ْ َ َ
ِ َّ ‫اس ِإ َّنا َخل ْق َن ُاك ْم ِم ْن ذ َك ٍر َو ُا ْن َث ٰى َو َج َعل َن ُاك ْم ُش ُع ًوبا َو َق َبا ِئ َل ِل َت َع َار ُفوا ٌۚ ِإ َّن َا ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد‬
‫اّٰلل‬ ُ ‫َيا َا ُّي َها َّالن‬
﴾١٣ ﴿ ‫اّٰلل َع ِليم َخ ِبير‬ َ َّ ‫َا ْت َق ُاك ْم ٌۚ ِإ َّن‬
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah
orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal” (QS. Al-Hujurat, 49: 13)

Lebih lanjut dikalangan umat Islam dikenal sebuah pepatah yang berbunyi: hubbul
wathani minal iman (cinta tanah air adalah bagian dari iman) yang dipopulerkan oleh pendiri
organisasi Nahdlatul ulama KH hasyim Asyari pada 22 oktober tahun 1945.

Pelajaran mengenai upaya menumbuhkan semangat nasionalisme juga pernah


dicontohkan oleh Nabi ketika menjadi pemimpin negara Madinah. Ia berhasil membuat
sebuah piagam yang disebut Piagam Madinah, yang disepakti oleh seluruh komponen
masyarakat pada waktu itu. Padahal, di satu sisi, sebagaimana diketahui bahwa pada waktu
itu budaya masyarakat sangat ditentukan oleh sistem kabilah yang digerakkan oleh
semangat. Di sisi lain, keberadaan masyarakat pada waktu itu sangat plural. Namun
demikian, Nabi Muhammad mampu mengikat dan membangkitkan semangat kecintaan
untuk membela tanah air mereka melalui piagam tersebut.

Salah seorang ulama berpengaruh di Mesir, juga membincangkan tentang nasionalisme.


Ia membedakan antara konsep al-wathaniyah dan al-qawmiyah dalam menjelaskan arti
kebangsaan. Baginya, al-wathaniyah sepadan dengan kata patriotisme yang berarti rasa
cinta tahah air. Konsep ini merujuk pada ruang tertentu, tempat tinggal dan tanah tumpah
darah. Sedangkan al-qawmiyah lebih diartikan sebagai nasionalisme, yakni rasa berbangsa
dan bernegara. Rasa memiliki kesatuan masyarakat politik yang dicapai dan diraih melalui
perjuangan tertentu. Konsep ini mengacu pada orang atau sekelompok orang. Biasanya
disatukan oleh satu ideologi, visi dan aspirasi tertentu untuk mencapai tujuan bersama.

Tidak ada alasan bagi seorang muslim untuk tidak menjadi seorang nasionalis. Muslim
sejati adalah nasionalis sejati karena Islam dan nasionalisme bukan sesuatu yang
bertentangan. Bahkan dengan menumbuhkan nasionalisme berarti telah mewujudkan
ruang ekspresi beragama yang baik. Nilai-nilai nasionalisme ada dalam Islam, ia hanya
merupakan bagian kecil dari keseluruhan nilai Islam. Pada akhirnya, nasionalisme dalam
Islam adalah berbasis pada iman, bukan semata-mata batas geografis, etnis, dan kesamaan
budaya semata.

B. Bela Negara Dalam Islam


Islam adalah agama yang lengkap-komprehensif. Segala ajaran, arahan, dan larangannya
merangkum segala aspek kehidupan manusia. Termasuk didalamnya terdapat konsep
mengenai bela negara. Banyak orang mengira bahwa konsep bela negara bertentangan

77
dengan Islam yang mengharuskan berukhuwah antar sesama muslim tanpa ada sekat
negara.

Bela negara merupakan salah satu perwujudan berukhuwah dalam Islam, yakni ukhuwah
wathoniyah yang berarti mencintai dan bersaudara dengan yang sebangsa dan setanah air.

Konsep jihad dalam Islam sering disalahfahami. Bagi pihak lain konsep ini sering
ditangkap sebagai konsep genocide atau pemusnahan bagi mereka yang berbeda dengan
(kebenaran, aqidah) Islam. Karena itu, kata jihad sering menjadi momok bagi orang-orang
yang tidak seiman dengan Islam.

Maka timbul Islamophobia, rasa takut dan anti terhadap Islam. Bagi kalangan muslim
sendiri, sebagian mempersempit pengertian jihad dengan usaha menyingkirkan setiap yang
berbeda dengan “diri” nya, dengan faham dan keyakinannya, bila perlu dengan kekerasan.

Pengertian seperti inilah yang menyuburkan kesalahfahaman orang lain. Apalagi ada
kalanya konsep seperti itu menjelma dalam tindakan.

Islam telah memperkenalkan jihad dengan konsep yang universal. Jihad memang
mengandung pengertian perlawanan. Namun, perlawanan yang diusungnya adalah
perlawanan terhadap nilai-nilai yang merugikan kehidupan manusia, perlawanan terhadap
setiap yang tidak humanis. Seperti ketidakadilan, penganiyaan, perampokan hak dan
seterusnya, yang sifatnya universal. Karena itu, Islam telah menegaskan bahwa jihad yang
utama adalah jihad terhadap tirani sendiri atau jihad al-nafs. Dengan demikian, maka jihad
dalam Islam tidak bertentangan dengan tujuan keberadaan islam sendiri, yaitu rahmatan lil
alamin. Dari itu, maka setiap aktivitas jihad tidak boleh melukai orang lain, termasuk diri
sendiri, sebab yang dilawannya adalah nilai, bukan orangnya atu fisiknya.

C. Sikap Toleransi Dalam Islam


Ikhtilâf (perbedaan) dan tanawwu’ (keberagaman) adalah fitrah yang Allah SWT.
berikan atas penciptaan manusia di bumi. Alquran dengan jelas menyebutkan realitas
perbedaan manusia dalam berbagai hal, sebagaimana firman Allah SWT:
ٰ َّ َ ‫اس ُا َّم ًة َو ِاح َد ًة ْۖ َو َل َي َز ُال‬
َ ‫َو َل ْو َش َاء َر ُّب َك َل َج َع َل َّالن‬
‫﴾ ِإل َم ْن َر ِح َم َر ُّب َك ٌۚ َو ِل َذ ِل َك‬١١٨ ﴿ ‫ين‬ َ ‫ون ُم ْخ َت ِل ِف‬
﴾١١٩ ﴿ ‫ين‬ َ ‫َخ َل َق ُه ْم َو َت َّم ْت َك ِل َم ُة َرب َك َ َل ْم َ ََل َّن َج َه َّن َم ِم َن ْال ِج َّن ِة َو َّالناس َا ْج َم ِع‬
ِ ِ
“Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi
mereka senantiasa berselisih pendapat (118). kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh
Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat Tuhanmu (keputusan-Nya)
telah ditetapkan: sesungguhnya Aku akan memenuhi neraka Jahannam dengan jin dan
manusia (yang durhaka) semuanya. (119)” (QS. Hud, 11: 118-119)

Manusia adalah makhluk sosial. Ia membutuhkan keberadaan manusia yang lain.


Dengan demikian, interaksi menjadi sebuah keniscayaan. Interaksi antar manusia, kelompok
atau antarnegara tidak terlepas dari kepentingan, penguasaan, permusuhan bahkan

78
penindasan. Manusia merupakan makhluk konflik (homo conflictus), yaitu makhluk yang
selalu terlibat dalam perbedaan, pertentangan, dan persaingan baik sukarela maupun
terpaksa. Dengan adanya potensi konflik dalam diri setiap manusia, maka diperlukan
kemampuan memanage perbedaan sehingga tidak mengakibatkan tindakan-tindakan yang
anarkis dan destruktif (merusak).

Toleransi Antar Umat Beragama

Islam sangat menganjurkan sikap toleransi, tolong menolong, hidup yang harmonis
dan dinamis di antara umat manusia tanpa memandang agama, bahasa, dan ras mereka.
Allah SWT. berfirman:
َّ ُ َّ ُ ُ َ ْ َ َ
ٌۚ ‫اّٰلل َع ِن ال ِذ َين َل ْم ُي َقا ِت ُل ُوك ْم ِفي ِالد ِين َو َل ْم ُي ْخ ِر ُج ُوك ْم ِم ْن ِد َي ِارُك ْم َا ْن َت َب ُّر ُوه ْم َو ُت ْق ِس ُطوا ِإ َل ْي ِه ْم‬ ‫ل ينهاكم‬
َّ ُ َّ ُ ُ َ ْ َ َ َّ
‫اّٰلل َع ِن ال ِذ َين َق َات ُل ُوك ْم ِفي ِالد ِين َو َا ْخ َر ُج ُوك ْم ِم ْن‬ ‫﴾ ِإنما ينهاكم‬٨ ﴿ ‫ين‬ َ ‫اّٰلل ُي ِح ُّب ْال ُم ْق ِس ِط‬
َ َّ ‫ِإ َّن‬
َ ُ َّ ُ ُ َ َٰ ُ َ ْ ُ َّ َ َ َ ْ َ َ ْ ُ ْ َّ َ َ ْ َ ْ ُ َ ْ ٰ َ َ ُ َ َ َ ْ ُ َ
﴾٩ ﴿ ‫ِدي ِاركم وظاهروا على ِإخر ِاجكم ان تولوهم ٌۚ ومن يتولهم فاول ِئك هم الظا ِلمون‬
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang
tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil (8). Sesungguhnya Allah hanya
melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena
agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu.
Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang
yang zalim (9)” (QS. Al-Mumtahanah, 60: 8-9)

Ayat di atas menjadi bukti nyata akan hal itu. Allah SWT berfirman “Allah tidak melarang
kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu
dalam urusan agama dan tidak (pula) mengusirmu dari negerimu. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berlaku adil. Allah hanya melarang kamu menjadikan mereka
sebagai kawanmu, (yaitu) orang-orang yang memerangimu dalam urusan agama dan
mengusirmu dari kampung halamanmu, serta membantu (orang lain) untuk mengusirmu.
Barangsiapa yang menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang
yang zalim.”
Berdasarkan hal itu, (Alm) KH. Ali Mustafa Yaqub rahimahullah dalam sebuah
bukunya menegaskan bahwa ayat ini merupakan dalil yang mewajibkan umat Islam untuk
berbuat baik kepada non-Muslim, selama mereka tidak memerangi dan mengusir umat
Islam dari negeri mereka serta tidak membantu orang lain untuk mengusir umat Islam dari
negeri mereka. Bahkan Nabi Muhammad SAW mengancam umat Islam yang memerangi
non-Muslim yang seperti ini dengan peringatan keras dan tegas untuk tidak memasukkan
mereka ke dalam sorga. Dalam sebuah hadis riwayat Bukhari, Rasulullah bersabda:
َ ‫َم ْن َق َت َل ُم َع َاه ًدا َل ْم َير ْح َرا ِئ َح َة ْال َج َّن ِة َوإ َّن ر َيح َها ُت‬
َ ‫وج ُد ِم ْن َم ِس َير ِة َا ْر َب ِع‬
‫ين َع ًاما‬ ِ ِ ِ

79
“Barangsiapa yang membunuh non-Muslim yang terikat perjanjian dengan umat Islam,
maka ia tidak akan mencium keharuman sorga. Sesungguhnya keharuman sorga itu bisa
dicium dari jarak 40 tahun perjalanan di dunia” (H.R. Bukhari)

Hal-Hal yang Diharamkan dalam Bertoleransi


KH. Ali Mustafa Yaqub memaparkan hal-hal yang diharamkan dalam bertoleransi yang
mencampuradukkan agama dan akidah, yang terdapat pada dalil dari Al-Quran, Sunnah,
kaidah fiqih, dan rasional, diantaranya sebagai berikut:

1) Tolong menolong dalam Dosa


Dalam Qs. Al-Maidah ayat 2, Allah SWT. Berfirman:
‫اّٰلل َش ِد ُيد‬ َ َّ ‫ َو َت َع َاو ُنوا َع َلى ْال ِبر َو َّالت ْق َو ٰى ْۖ َو َل َت َع َاو ُنوا َع َلى ْ ِاْل ْث ِم َو ْال ُع ْد َوان ٌۚ َو َّات ُقوا‬...
َ َّ ‫اّٰلل ْۖ ِإ َّن‬
ِ ِ
﴾٢ ﴿ ‫اب‬ ‫ق‬ َ ‫ْالع‬
ِ ِ
yang artinya: “Tolong-menolonglah kamu dalam berbuat kebajikan dan taqwa. Dan
janganlah tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan”

Dalam memahami ayat ini, Imam Ibn Katsir menjelaskan dalam tafsirnya bahwa Allah
memerintahkan orang beriman untuk tolong-menolong dalam kebaikan dan meninggalkan
kemungkaran. Kebaikan dan meninggalkan kemungkaran adalah taqwa. Allah juga melarang
mereka saling tolong-menolong dalam kebatilan, dosa, dan sesuatu yang haram.
2) Mencampuradukan Hak dan Batil
Mengenai hal ini, kita dapat merujuk pada Qs.Al-Baqarah ayat 42
َ ‫َو َل َت ْل ِب ُسوا ْال َح َّق ب ْال َب ِاطل َو َت ْكـ ُت ُموا ْال َح َّق َو َا ْن ُت ْم َت ْع َل ُم‬
﴾٤٢ ﴿ ‫ون‬ ِ ِ
“Dan janganlah kamu campur adukan antara yang hak dengan yang batil dan
janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedangkan kamu mengetahuinya.”

Imam al-Thabari menukil penjelasan Imam Mujahid (murid Ibn Abbas) mengenai maksud
ayat Dan janganlah kamu campur adukan antara yang hak dengan yang batil adalah
menyampuradukkan ajaran Yahudi, Kristen dengan Islam. Hal ini karena agama di sisi Allah
hanyalah Islam, sedangkan Yahudi dan Kristen merupakan bid’ah yang tidak berasal dari
Allah.

3) Menghadiri Perayaan Agama Non-Muslim


Fatwa MUI tahun 1981 yang berisi pengharamkan terhadap umat Islam menghadiri
perayaan natal bersama. Maka menurut KH. Ali Mustafa Yaqub, segala sesuatu yang
terdapat di dalamnya, potensi merusak agama dan akidah merupakan sesuatu yang jelas di
haramkan. Begitu juga pengucapan Selamat Hari Raya Natal termasuk diharamkan. Hal ini
karena terdapat di dalamnya penyebaran terhadap symbol-simbol kekufuran dan kebatilan.
Oleh karena itu, hal tersebut diharamkan.

4) Mengakui kebenaran Agama selain Islam

80
Alquran sudah jelas menyampaikan bahwa Islam adalah agama yang diridhai di sisi Allah.
"Allah SWT berfirman,
ْ َّ َ َ ْ ُ ُ َ َّ َ َ َ ْ َ َ ُ َ ْ ْ َّ َ ْ َ َّ
‫اب ِإل ِم ْن َب ْع ِد َما َج َاء ُه ُم ال ِع ْل ُم َب ْغ ًيا‬ ‫اّٰلل ِاْلسَلم وما اختلف ال ِذين اوتوا ال ِكـت‬ ِ ‫ِإن ِالدين ِعند‬
ْ َ َّ ‫اّٰلل َف ِإ َّن‬ ٰٓ ُْ
‫اب‬ِ ‫اّٰلل َس ِر ُيع ال ِح َس‬ ِ َّ ‫ات‬
ِ ‫َب ْي َن ُه ْم َو َم ْن َيكـف ْر ِبا َي‬
"Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih
orang-orang yang telah diberi Kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena
kedengkian di antara mereka. Barangsiapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh,
Allah sangat cepat perhitungan-Nya." (QS. Ali Imran, 3: 19)

Sebagai seorang muslim kita harus meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa islam
merupakan Satu-satunya agama yang benar, diridhai dan diterima oleh Allah Azza wa Jalla.
Adapun agama-agama lain, selain Islam, tidak akan diterima oleh Allah Azza wa Jalla. karena
agama-agama tersebut telah mengalami penyimpangan yang fatal dan telah dicampuri
dengan tangan-tangan kotor manusia. Setelah diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi
wa sallam, maka orang Yahudi, Nasrani dan yang lainnya wajib masuk ke dalam agama Islam,
mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

REFERENSI

Amin, Nasihun. 2012. Menyemai Nasionalisme Dari Spirit Agama: Upaya Meredam
Radikalisme Beragama. Teologia. 18(1). 109-123.

Nulhakim, Ade Luqman 2012. Bela Negara Menurut Pandangan Islam.


https://www.republika.co.id.

https://islam.nu.or.id/khutbah/belajar-toleransi-beragama-dari-nabi-muhammad-IVLcB

ALOKASI WAKTU
Langkah Uraian Waktu
Pembukaan Mentor membuka pertemuan dan menyampaikan 5’
tujuan materi
Ceramah Mentor menyampaikan isi materi 40’
Diskusi Saat untuk diskusi dan tanya jawab 10’
Penutup Mentor menyimpulkan isi materi dan menutupnya 5’
dengan do’a

81

Anda mungkin juga menyukai