NIM: 105831104120
وماء، وماء البئر، وماء النهر، وماء البحر،ماء السماء: المياه التي يجوز التطهير بها سبع مياه
وماء البرد،وماء الثلج, العين
"Air yang dapat digunakan untuk bersuci ada tujuh macam, yakni air hujan, air laut, air sungai, air sumur,
air mata air, dan air salju, dan air dari hasil hujan es."
Allah berfirman;
ِب َعن ُكم ِرجزَ ال َّشي ٰط ِن َ ط ِه َر ُكم ِبه َويُذه َ اس اَ َمنَة ِمن ُه َو ُين َِز ُل َع َلي ُكم ِمنَ ال َّس َمآ ِء َمآء ِل ُي
َ اِذ ُيغَشِي ُك ُم ال ُّن َع
َ ط َع ٰلى ُق ُلو ِب ُكم َو ُيثَ ِبتَ ِب ِه
اۡلق َد َام َ َو ِل َير ِب
“(Ingatlah), ketika Allah membuat kamu mengantuk untuk memberi ketentraman dari-Nya, dan Allah
menurunkan air (hujan) dari langit kepadamu untuk menyucikan kamu dengan (hujan) itu dan
menghilangkan gangguan-gangguan setan dari dirimu dan untuk menguatkan hatimu serta
memperteguh telapak kakimu (teguh pendirian).” (QS. Al-Anfal:11)
Walaupun pada kategori ini air mengalami perubahan, hal itu hanya terjadi salah satu dari semua
sifatnya yang tiga (warna,rasa dan baunya) seperti berikut:
• Berubah karena tempatnya, seperti air yang tergenang atau mengalir di batu belerang.
• Berubah karena lama tersimpan, seperti air kolam.
• Berubah karena sesuatu yang terjadi padanya, seperti berubah karena ikan atau kiambang.
• Berubah karena tanah yang suci, begitu juga berubah yang sukar memeliharanya misalnya
berubah karena daun-daunan yang jatuh dari pohon-pohon yang berdekatan dengan sumur
atau tempat-tempat air yang lainnya.
• Air yang telah berubah salah satu sifatnya karena bercampur dengan sesuatu benda yang
suci, selain dari perubahan yang tersebut di atas seperti air teh, air kopi,dan sebagainya.
• Air sedikit kurang dari dua qullah (tempatnya persegi panjang yang mana panjangnya,
lebarnya,dalamnya 1 1/4 hasta. Kalau tempatnya bundar maka garis tengahnya 1 hasta,
dalam 2 ¼ hasta, dan keliling 3 1/7 hasta) Sudah terpakai untuk menghilangkan hadas atau
menghilangkan hukum najis. Sedangkan air itu tidak berubah sifatnya dan tidak pula
bertambah timbangannya.
• Air pohon-pohonan atau air buah-buahan, seperti air yang keluar dari tekukan pohon kayu(air
nira), air kelapa dan sebagainya.
“Air itu tidak dinajisi sesuatu, kecuali apabila berubah rasa, warna, dan baunya.” (Riwayat Ibnu Majah
dan Baihaqi).
Air termasuk musyammas, jika air dijemur di bawah sinar matahari dengan menggunakan wadah
logam selain emas dan perak. Air kategori ini makruh digunakan untuk badan, namun tidak untuk
pakaian. Kecuali air yang terkena sinar matahari di tanah, seperti air sawah, air kolam, dan tempat-
tempat yang tidak akan berkarat. Rasulullah ﷺbersabda,
َ ث ْال َب َر
) (رواه البىهقى.ص ُ َيا ُح َم ْي َرا ُء َف ِا َّن ُه ي ُْو ِر
Dari Aisyah. Sesungguhnya ia telah memanaskan air pada cahaya matahari, maka Rasulullah SAW
berkata kepadanya. “Janganlah engkau berbuat demikian, ya Aisyah. Sesungguhnya air yang dijemur
itu dapat menimbulkan penyakit sopak.” (Riwayat Baihaqi).
• Kotoran manusia
• Darah haid
• Madzi, yaitu cairan bening yang keluar dari kemaluan yang tidak disertai tekanan
syahwat yang sangat kuat
• Air wadi, yakni air putih, keruh dan kental yang keluar setelah buang air kecil.
• Nanah bercampur darah.
• Darah yang keluar dalam jumlah banyak.
• Arak (minuman keras).
• Kotoran hewan yang haram dimakan.
• Bangkai hewan, kecuali manusia, ikan, dan belalang.
• Muntah
Hadis Bukhari dan Muslim memuat tentang cara menyucikan najis darah haid yang
diriwayatkan oleh Asma’ radhiyallahu anha.
“Seorang perempuan datang menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, ‘Pakaian
salah seorang dari kami terkena darah haid, apa yang harus ia lakukan?’ Beliau menjawab,
‘Keriklah darah itu terlebih dahulu, kemudian bilaslah dengan air, kemudian cucilah ia.
Setelah itu engkau boleh memakainya untuk shalat.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Contoh yang lain adalah apabila Moms terkena muntah di suatu ruangan. Buang dulu
muntahnya hingga tempat tersebut kering. Kemudian, siram dengan air hingga benar-
benar bersih.
Moms cukup siram di tempat yang terkena najis saja dan jangan lupa untuk mengelapnya
hingga kering.
Pertama, Campurkan air bersih dan debu secara bersamaan. Kemudian, letakkan pada tempat
atau tubuh yang terkena najis. Cara ini merupakan cara yang lebih utama dibandingkan cara
lainnya.
Kedua, Letakkan debu di tempat atau tubuh yang terkena najis. Lalu, beri air bersih dan
campurkan keduanya, kemudian baru dibasuh.
Ketiga, beri air bersih terlebih dahulu di tempat atau tubuh yang terkena najis. Lalu, beri debu
dan campurkan keduanya, baru kemudian dibasuh.