Anda di halaman 1dari 3

BAB I

Air
A. Air banyak dan air sedikit.
Air merupakan alat untuk bersuci yang utama. Berdasarkan ilmu fiqih, air yang jumlahnya
kurang dari dua kulah disebut “air sedikit”. Sedangkan air banyak adalah air yang jumlahnya
lebih dari 2 kulah disebut “air banyak”. Air sedikit (yang suci) berubah status menjadi (air)
najis dengan sebab kejatuhan najis padanya meski kondisi air tidak berubah. Sebaliknya, air
banyak tidak berubah status menjadi (air) najis kecuali jika rasa, warna, atau aroma air
berubah
Rosulullah SAW bersabda :

‫ِإَذ ا َك اَن َاْلَم اُء ُقَّلَت ْي ِن َلْم َي ْح ِم ْل َاْلَخ َب َث‬


Artinya : Jika (banyak) air mencapai dua kulah, maka ia tidak membawa najis (HR. Abu
Dawud)
Ukuran 2 kulah setara dengan 270 liter air. Bila melihat wadahnya volume air dua kulah
adalah bila air memenuhi wadah dengan ukuran lebar, panjang dan dalam masing-masing
satu dzira’ atau kurang lebih 60 cm.
B. Macam-macam Air
Air dibagi menjadi 4 macam yaitu,
1. Air suci dan mensucikan (air mutlak)
Air suci dan menyucikan artinya dzat air tersebut suci dan bisa digunakan untuk bersuci.
Air ini oleh para ulama fiqih disebut dengan air mutlak. Air mutlak ada 7 macam yaitu,
air hujan, air laut, air sungai, air sumur, air mata air, air salju (es), dan air embun.

2. Air Musyammas
Air musyammas adalah air yang dipanaskan di bawah terik sinar matahari dengan
menggunakan wadah yang terbuat dari logam selain emas dan perak, seperti besi atau
tembaga. Air ini hukumnya suci dan menyucikan, hanya saja makruh bila dipakai untuk
bersuci.

3. Air suci tapi tidak mensucikan


Air ini dzatnya suci namun tidak bisa dipakai untuk bersuci, baik untuk bersuci dari
hadas maupun dari najis. Ada dua macam air yang suci namun tidak bisa digunakan
untuk bersuci, yakni air musta’mal dan air mutaghayar.
Air musta’mal adalah air yang telang digunakan untuk bersuci. Air ini tidak bisa
digunakan untuk bersuci apabila tidak mencapai dua qullah. Sedangkan bila volume air
tersebut mencapai dua qullah maka tidak disebut sebagai air musta’mal dan bisa
digunakan untuk bersuci.
Adapun air mutaghayar adalah air yang mengalami perubahan salah satu sifatnya
disebabkan tercampur dengan barang suci yang lain dengan perubahan yang
menghilangkan kemutlakan nama air tersebut. Contoh air teh, air susu dan lain-lain.

4. Air mutanajis
Air mutanajis adalah air yang terkena barang najis yang volumenya kurang dari
dua kulah atau volumenya mencapai dua kulah atau lebih namun berubah salah satu
sifatnya—warna, bau, atau rasa—karena terkena najis tersebut.
Air mutanajis ini tidak bisa digunakan untuk bersuci, karena dzatnya air itu sendiri tidak
suci sehingga tidak bisa dipakai untuk menyucikan.

BAB 2
NAJIS DAN CARA MENSUCIKANYA

A. Pengertian Najis
Najis adalah segala sesuatu yang dianggap kotor yang menjadikan tidak sahnya ibadah shalat.
Najis ‘ainiyah adalah najis yang memiliki warna, bau dan rasa. Sedangkan
najis hukmiyah tidak ada lagi adalah najis yang tidak memiliki warna, bau, dan rasa. Dengan
kata lain najis ‘ainiyah adalah najis yang masih ada wujudnya, sedangkan najis hukmiyah
adalah najis yang sudah tidak ada wujudnya namun secara hukum masih dihukumi najis

B. Macam-macam najis
Di dalam fiqih najis dikelompokkan dalam 3 kategori, yakni najis mukhaffafah, najis
mutawassithah, dan najis mughalladhah.
1. Najis Mukhaffafah (ringan)
Yang merupakan najis ini adalah air kencingnya bayi laki-laki yang belum makan dan
minum selain ASI dan belum berumur dua tahun. Cara mensucikanya dengan cara
memercikkan air ke tempat yang terkena najis. Cara memercikkan air ini harus dengan
percikan yang kuat dan air mengenai seluruh tempat yang terkena najis. Air yang
dipercikkan juga mesti lebih banyak dari air kencing yang mengenai tempat tersebut
2. Najis Mutawasithah (sedang)
Yang termasuk kategori najis adalah kotoran yang keluar dari dibur atau qubul manusia
dan hewan kecuali air mani. Benda cair yang memabukan, dan najis lainya.
Cara mensucikanya dengan cara menghilangkan lebih dahulu najis ‘ainiyah-nya. Setelah
tidak ada lagi warna, bau, dan rasan najis tersebut baru kemudian menyiram tempatnya
dengan air yang suci dan menyucikan.
3. Najis Mughaladzah (berat)
Yaitu najisnya anjing dan babi dan hewan terlahir dari keduanya.
Cara mensucikanya yaitu dengan cara membasuhnya dengan air sebanyak tujuh kali
basuhan di mana salah satunya dicampur dengan tanah. Namun sebelum dibasuh dengan
air mesti dihilangkan terlebih dulu ‘ainiyah atau wujud najisnya. Dengan hilangnya wujud
najis tersebut maka secara kasat mata tidak ada lagi warna, bau dan rasa najis tersebut.
Namun secara hukum (hukmiyah) najisnya masih ada di tempat yang terkena najis
tersebut karena belum dibasuh dengan air.
Untuk benar-benar menghilangkannya dan menyucikan tempatnya barulah dibasuh dengan
air sebanyak tujuh kali basuhan di mana salah satunya dicampur dengan tanah.
Pencampuran air dengan tanah ini bisa dilakukan dengan tiga cara:
Pertama, mencampur air dan tanah secara berbarengan baru kemudian diletakkan pada
tempat yang terkena najis. Cara ini adalah cara yang lebih utama dibanding cara lainnya.

Kedua, meletakkan tanah di tempat yang terkena najis, lalu memberinya air dan
mencampur keduanya, baru kemudian dibasuh.

Ketiga, memberi air terlebih dahulu di tempat yang terkena najis, lalu memberinya tanah
dan mencampur keduanya, baru kemudian dibasuh.

Anda mungkin juga menyukai