Anda di halaman 1dari 20

BAGIAN KEDUA

TATA CARA BERIBADAH MENURUT SYARIAT NABI MUHAMMAD SAW


Air untuk bersuci
A. Tata cara bersuci dengan air

Pembagian macam air

1. Air mutlak adalah air suci mensucikan, dan air mutlak terbagi – bagi menjadi 2 bagian
1. Air yang boleh di pakai untuk bersuci, terbagi menjadi ada 7 macam air, yaitu :

- 3 dari langit, yaitu : air hujan, air salju, air es.


- 4 dari bumi, yaitu : air laut, air sumur, air sungai, air mata air.
2. Air yang makruh di pakai untuk bersuci, terbagi menjadi beberapa macam air,
yaitu :
- Air musyammas, yaitu : air yang terkena terik matahari, karena takut terkena
penyakit kulit atau penyakit belang.
- Air yang hangat atau dingin, karena bisa mencegah berwudhu secara
sempurna.
- Air yang berada di tempat yang pernah mendapat laknat dari ALLAH SWT.
- Berwudhu di air yang diam (tidak mengalir).

2. Air musta’mal adalah air suci tetapi tidak mensucikan ( telah di pakai untuk bersuci)
seperti : air bekas berwudhu, air bekas mandi, dan air musta’mal tidak boleh di pakai
untuk bersuci.

Syarat-syarat air musta’mal ada 4, yaitu :


1. Airnya sedikit, yaitu kurang dari 2 kula.
2. Airnya bekas di pakai wajib thoharoh, seperti : telah di pakai wudhu, mandi janabah
3. Airnya belum terpisah dari anggota tubuh.

3. Air najis atau mutanajis, adalah air yang kejatuhan sesuatu yang najis.
Keadaan-keadaan kejatuhan najis ke dalam air :
a. Apabila airnya sedikit ( kurang dari 2 kula), maka di hukumkan najis secara mutlaq.
b. Apabila airnya banyak (lebih dari 2 kula), maka ada beberapa tafsil:
- Apabila najisnya bentuknya cair maka dihukumkan najis walaupun airnya
banyak dan tidak berubah warna airnya,
- Apabila najisnya bentuknya keras atau padat, maka di hukumkan tidak najis
dengan syarat warnanya, rasanya, dan baunya tidak berubah.
B. HUKUM-HUKUM YANG TERKANDUNG DALAM AIR
1. Hukum najis yang di maafkan di dalam air.
Najis yang di maafkan jika terjatuh ke dalam air, seperti : najis yang tidak terlihat dengan
mata telanjang atau najis yang darahnya tidak mengalir jika di potong seperti : lalat, dengan
dua syarat :
a. Najisnya terjatuh bukan dari kesengajaan.
b. Airnya tidak berubah baik rasanya, warnanya dan baunya.
2. Hukum air mutlak yang berubah karena bercampur dengan sesuatu.
Air mutlak yang berubah dengan sesuatu, maka di hukumkan sebagai air musta’mal dengan
Syarat :
a. Airnya berubah karena terjatuhan sesuatu yang suci, dan jika berubahnya Karena
bercampur dengan yang najis maka air tersebut di hukumkan najis.
b. Airnya berubah karena bercampur dengan sesuatu yang bisa di satukan, seperti : kopi,
teh, dan jika berubahnya dengan sesuatu yang bisa di pisahkan seperti daun maka boleh
di pakai bersuci.
c. Airnya berubahnya banyak yang dapat merubah nama air tersebut, seperti : di buat jus
dll, dan jika berubahnya hanya sedikit dan tidak merubah nama air tersebut maka boleh di
pakai bersuci.
d. Airnya berubah karena bercampur dengan sesuatu yang tidak di butuhkan dan bisa
tercegah dan jika berubahnya karena bercamour dengan sesuatu yang memang di
butuhkan dan tidak bisa di cegah, seperti : bercampur lumut, tanah dll maka air tersebut
boleh di pakai untuk bersuci.

3. HUKUM AIR YANG KEJATUHAN NAJIS.


Masalah-masalah yang ada di air yang terjatuhan najis.
a. Air yang banyak yang kejatuhan najis dan akan tetapi ragu apakah airnya berubah apa
tidak maka, air tersebut boleh di pakai untuk bersuci dan air tersebut di hukumkan suci
karena asalnya suci.
b. Air yang banyak kejatuhan sesuatu dan airnya berubah, akan tetapi ragu apakah
berubahnya dengan sesuatu yang suci atau yang najis, maka airnya di hukumkan suci
karena asal airnya adalah suci.
c. Air yang banyak dan berubah dengan sesuatu yang najis, kemudian setelah beberapa
saat timbul keraguan apakah masih berubah atau sudah hilang sifat najisnya, maka
dalam hal seperti ini air tersebut di hukumkan najis karena keyakinannya air tersebut
najis.
d. Air yang banyak kejatuhan sesuatu najis yang bersifat cair walaupun tidak berubah
bentuk sifatnya air seperti, rasanya, baunya dan warnanya, maka air tersebut di
hukumkan najis.
4. HUKUM AIR NAJIS BISA MENJADI SUCI.
Apabila ada air yang bercampur dengan najis di tempat yang berbeda-beda, lalu di
gabungkan menjadi satu tempat, maka hokum air tersebut di hukumkan suci dengan 2 syarat
a. Airnya setelah di gabungkan harus menjadi lebih dari 2 kula, dan jika kurang dari 2 kula
maka airnya menjadi najis.
b. Airnya tidak berubah, baik warnanya, rasanya atau baunya, dan jika berubah warna, rasa
dan baunya maka airnya menjadi najis.
5. HUKUM PERUBAHAN AIR DENGAN DI CAMPURKAN SESUATU.
Perubahan air secara di kira-kira ada 2 nacan L
a. Jika perubahannya bercampur dengan yang najis walupun sifatnya tidak berubah, maka
air tersebut di hukumkan najis.
b. Jika perubahannya dengan sesuatu yang suci walaupun sifatnya tidak berubah, speerti
air mawar, maka air tersebut di hukumkan suci tapi tidak mensucikan.
6. UKURAN 2 KULA
Ukuran 2 kula menurut takaran literan Indonesia kira-kira 218 liter dan kalua menurut
hitungan kolam panjang dan lebar adalah 4m x 4m.
7. HUKUM AIR SUCI BERCAMPUR DENGAN TANAH.
Apabila air yang suci yang berubah karena bercampur dengan tanah atau lumut di tuangkan
pada air yang suci yang tidak berubah dan air tersebut menjadi berubah yang menyebabkan
hilangnya nama air tersebut, maka dalam masalah ini ada 2 tafsil :
- menurut imam romli hukumnya tidak boleh di pakai bersuci.
- menurut ibnu hajar hukumnya boleh di pakai bersuci.
8. CARA MENSUCIKAN AIR YANG NAJIS MENJADI SUCI
Cara-cara mensucikan air yang najis menjadi air yang suci ada 3 cara :
a. Suci dengan sendirinya, yaitu perubahannya hilang lamanya di endapi dan air itu harus
mencapai 2 kula atau lebih
b. Suci dengan di tambhakan dengan air yang suci sehingga mencapai 2 kula atau lebih.
c. Suci dengan carai airnya di kurangi dengan syarat air yang tersisa tidak kurang dari 2
kula.
9. MACAM-MACAM PERANTARA ALAT UNTUK BERSUCI
Perantara alat untuk bersuci ada 4 macam :
a. Dengan air, apabila airnya air suci mensucikan (air mutlak)
b. Dengan tanah, apabila tanahnya suci mensucikan bercampur dengan debu.
c. Dengan menyamak, dengan suarat dengan sesuatu kotoran yang rasanya [edas atau
ngelekit dan bisa mengangkat sisa-sisa yang ada di kulit, seperti: kotoran burung merpati.
d. Dengan batu istinja dengan syarat batunya suci, keras, bisa mengangkat kotoran dan
bukan sesuatu yang terhormat.
ISTINJA (Cebok)

A. Sunnah-sunnah ketika beristinja

1. Berpindah tempat duduk dari tempat buang hajat agar air basuhannya tidak
tercampur dengan air mutanajis (air yang telah tercampur dengan najis) ketika istinja.
2. Tidak menghadapi kearah kiblat atau membelakangi kiblat ketika istinja.
3. Duduk sambal menagakan telapak kakinya yang kiri dan menapakan yang kanan
ketika istinja.
4. Sambal di urut-urut kemaluannya dengan jari tengah dan jempul sebelah kiri sambil
ngedehem sebanyak 3 kali atau lebih untuk mengeluarkan sisa-sisa air kencingnya
ketika buang air kecil.
5. Menggunakan dengan satu jari ketika istinja yaitu jari tengah.
6. Membaca doa setelah selesai istinja di dalam hati, yaitu :

Allahumma thohir qolbi minan nifaki wa hasshin farji minal fawahisy


Artinya : “Ya ALLAH sucikanlah hatiku dari sifat munafik dan lindungilah kemaluanku
dari perbuatan-perbuatan yang buruk”.
7. Beristinja dengan 3 kali basuhan atau lebih
8. Yakin bahwasanya kotorannya sudah bersih dan suci.
9. Mencuci tangannya dengan sabun apabila selesai istinja
10. Duduk ketika beristinja
11. Tidak meludah dan bermain-main dengan tangannya.
12. Tidak melihat kearah kemaluan atau kearah langit ketika istinja.

B. Larangan-larangan ketika buang hajat di WC

1. Tidak meludah ke tempat kotoran najis yang di keluarkannya, sebab dapat


menimbulkan penyakit was-was dan bau mulut.
2. Tidak melihat kearah kemaluannya ketika kotoran najisnya keluar, sebab
dapat menyebabkan terhalangnya rezki.
3. Tidak menggosok gigi ketika sedang buang hajat, sebab dapat menyebabkan
penyakit lupa
4. Tidak terlalu lama duduk ketika buang hajat, sebab dapat menimbulkan
penyakit bawasir.
5. Tidak membuang ingus ketika sedang buang hajat, sebab dapat
menyebabkan tuli.
6. Tidak menggerak-gerakan cincin ketika buang hajat, sebab dapat
mendatangkan setan.
7. Tidak boleh bernyanyi atau berbicara yang tidak ada perlunya, sebab dapat
menimbulkan penyakit was-was dan mempunyai sifat penakut.
8. Tidak boleh membunuh serangga yang ada di kamar mandi ketika sedang
buang hajat, sebab dapat menyebabkan bersemayamnya setan pada dirinya
selama 40 hari agar dia lupa berdzikir dan beribadah kepada ALLAH SWT.
9. Tidak boleh memejamkan mata ketika buang hajat, sebab dapat
menimbulkan sifat munafik.
10. Tidak bersandar ke tembok ketika buang hajat, sebab dapat menyebabkan
sering buang angina.
11. Tidak merokok ketika buang hajat, sebab dapat menyebabkan penyakit sesak
dan paru-paru.
12. Tidak membuka mulut sempat terlihat gigi sambil meletakan kedua
tangannya di atas kepala ketika buang hajat, sebab menyebabkan hatinya
keras dan dapat menghilangkan sifat malu.
13. Tidak telanjang bulat, ketika buang hajat, sebab dapat mengotori mata bathin.

C. Hukum-hukum yang terkandung dalam istinja.

1. Hukum pembagian istinja


Istinja terbagi menjadi 5 hukum :
a. Wajib, apabila yang keluar sesuatu yang najis berwarna
b. Sunah, apabila yang keluar sesuatu najis yang tidak berwarna seperti :
batu cincin.
c. Boleh, apabila istinja karena duburnya berkeringat.
d. Makruh, apabila istinja karena kentut.
e. Haram, terbagi 2 :
 Haram tapis ah yaitu istinja dengan sesuatu yang haram
 Haram tapi tidak sah yaitu istinja dengan sesuatu yang di hormati,
seperti : makanan
2. Di syariatkannya istinja dalam islam
di syariatkan istinja dengan air dalam islam pada saat malam isro’ dan mi’roj
bersamaan dengan wudhu dan pertama kali di syariatkan istinja dengan batu
pada saat pertama kali di utusnya Nabi Muhammad SAW dan orang yang
pertama kali istinja adalah Nabi Ibrahim AS.
3. Syarat-syarat beristinja dengan batu
Apabila tidak mendapatkan air ketika istinjua di sunahkan menggunakan batu
dan wajib mengulangi istinja apabila menemukan air, dan syarat-syarat
beristinja dengan batu ada beberapa syarat :
A. Dengan 3 batu atau satu batu tapi cabang batunya bercabang tiga.
B. Kotorannya masih berada di qubul atau dubur.
C. Kotoranntya tidak mencret
D. Kotorannya belum berpindah dari tempat keluarnya
E. Belum melewati batasan qubul atau duburnya.
NAJASAH (Najis)
A. Tata cara membersihkan najis

1. Najis mugholazhoh (Najis Berat)

Najis mugholazhoh adalah najis berat, yaitu najis anjing dan babi dan cabang
dan keduanya dan cara membersikannya adalah dengan 7 kali basuhan setelah
menghilangkan najis tersebut salah satunya dengan tanah dan caranya ada 3
cara yaitu:

1. Mencampur air dengan tanah sampai warnanya berubah, kemudian


meletakannya di tempat yang terkena najis dan ini adalah cara paling afdhol
2. Meletakan tanah di tempat yang najis kemudian membasuhnya dengan air 7
kali basuhan.
3. Menyiram kakinya yang terkena najis dengan air kemudian meletakan tanah
di atasnya lalu membasuhnya dengan air 7 kali basuhan.

2. Najis mukhoffafa (Najis Ringan)

Najis mukhoffafa, adalah najis ringan dan syarat najis mukhoffafa ada 2 yaitu :
1. Najis kencing bayi kecil laki-laki yang belum sampai usia 2 tahun, dan jika
bayinya perempuan walaupun berumur di bawah 2 tahun najisnya di anggap
najis mutawasithoh.
2. Sang jabang bayi belum makan apa-apa kecuali susu asi ibu, dan jika
bayinya sudah makan makanan selain asi ibu, maka hukumkan najis
mutawasithoh.
Dan cara membersihkan najis mukhoffafa adalah dengan cara membasuhnya
dengan air setelah menghilangkan bentuk najisnya dan sifatnya.

3. Najis mutawasithoh (Najis sedang)


Najis mutawasithoh, adalah najis sedang yaitu semua najis yang ada selain najis
mugholadzhoh dan najis mutawasithoh. Dan najis mutawasithoh terbagi menjadi
2 bagian :
1. Najis hukmiyyah adalah najis yang tidak terlihat bentuk warnanya, rasanya
dan baunya.
Seperti : * Najis yang telah kering yang tidak terlihat bentuk warnanya,
rasanya dan baunya
* Najis yang di bersihkan sampai hilang sifatnya dengan air yang
tidak suci mensucikan.
Dan cara membersihkan najis hukmiyya adalah dengan cara mengalirkan air
ke tempat tersebut
2. Najis ‘ainiyah adalah najis yang terlihat bentuk sifat najis tersebut yaitu
warnanya, baunya dan rasanya dan terlihat dengan pandangan mata.
Dan cara membersihkan najis ‘ainiya adalah dengan cara menghilangkan
bentuk najisnya kemudian membasuhnya dengan air sampai hilang bentuk
warnanya, rasanya dan baunya.

B. Hukum-Hukum yang terkandung dalam Najasah


1. Pembagian Macam-macam najis
1. Air kencing
2. Kotoran manusia
3. Darah
4. Muntuh
5. Nanah
6. Cairan yang keluar karena syahwat (Madzi)
7. Cairan yang keluar karena kecapean (Wadi)
8. Minuman keras yang terbuat dari perasan anggur
9. Minuman keras yang terbuat bukan dari perasaan anggur
10. Semua cairan yang memabukan, seperti : alcohol.
11. Anjing dan semua anggota tubuhnya
12. Babi dan semua anggota tubuhnya
13. Bangkai hewan yang haram di makan baik bulunya maupun tulangnya
14. Semua hewan yang matinya tidak di sembelih secara islam, kecuali
Bangkai manusia, bangkai ikan dan bangkai belalang
15. Potongan tubuh hewan yang haram di makan setelah terpisah dalam
Kondisi hidup
16. Cairan yang keluar dari perut, seperti : iler.
17. Susu Hewan yang dagingnya haram di makan.
2. Pembagian hewan yang dagingnya haram di makan
1. Haram karena buas, seperti : macan, singa dll
2. Haram karena berkaki banyak, seperti : ulat, serangga, kalajengking dll
3. Haram karena di haramkan di Al Qur’an, seperti : anjing dan babi
4. Haram Karena hidup di dua alam, seperti : Kodok, Kepiting Dll.
3. Pembagian macam-macam darah yang tidak najis
Semua darah di hukumkan najis kecuali pada 12 macam darah yang tidak
Najis.
1. Darah hati limpa
2. Darah daleman perut hewat
3. Darah anak limpa
4. Darah yang ada di perut ikan
5. Darah yang ada di perut belalang
6. Darah hewan buruan yang di panah
7. Darah yang ada di tulang hewan sembelihan
8. Darah yang ada di gusi
9. Darah yang keluar bersama janin
10. Darah hewan buruan yang terkena tembak
11. Air mani yang keluarnya bentuk darah
12. Susu yang keluar bentuk darah
4. Hukum susu hewan atau binatang
Susu yang ada pada hewan yang di makan hukumnya suci dan
sedangkan susu yang ada pada hewan yang tidak di makan hukumnya
najis.
5. Hukum air mani
Hukum air mani terbagi 3 pendapat :
a. Menurut imam nawawi air mani semua hewan hukumnya suci kecuali
anjing dan babi
b. Menurut imam rofi’I air mani manusia hukumnya suci dan air selain
manusia hukumnya najis.
c. Menurut jumhur (kesepakatan) para ulama air mani manusia dan
hewan yang boleh di makan dagingnya hukumnya suci dan air mani
hewan yang haram di makan dagingnya hukumnya najis.
6. Macam-macam bentuk cairan yang keluar pada farji laki-laki
Cairan yang keluar dari manusia ada 3 macam, yaitu:
a. Air mani adalah cairan yang keluarnya muncrat dan hukumnya suci.
b. Air madzi adalah cairan yang keluar karena syahwat yang memuncak
dan hukumnya najis.
c. Air wadi adalah cairan yang keluar karena kecapean dan hukumnya
najis.
7. Hukum bersenggama suami istri bercampur dengan air madzi
Apabila suami dan istri mengeluarkan air madzi sebelum berhubungan
intim maka haram baginya berhungan intim sebelum mencuci air madzi
tersebut, sebab kebiasaannya sebelum mulai berhubungan intim di
dahului keluarnya air madzi.
Berkata imam syibromilsi : “Bagi suami istri yang ingin berhubungan intim
dan air madzi yang keluar terlebih dahulu hukumnya tidak haram sebab
kalau di cuci bisa menyebabkan kemaluan loyo”.

8. Hukum cairan yang keluar pada farji perempuan


Cairan yang keluar dari farji perempuan adalah cairan putih bercampur
antara air madzi dan keringat yang keluarnya dari luar dan dalam farji
perempuan ada 3 hukum :
a. Suci secara mutlak, yaitu cairan yang keluar yang wajib di basuh
ketika istinja dan cairan tersebut terlihat ketika wanita duduk.
b. Najis secara mutlak, yaitu cairan yang keluar dari dalam farji
perempuan yang tidak sampai di lalui oleh dzakar laki-laki ketika
berhubungan intim.
c. Suci secara kesepakatan ulama yaitu cairan yang keluar yang tidak
wajib di basuh tetapi bisa di jangkau oleh dzakar laki-laki ketika
berhubungan intim.
9. Macam-macam najis yang di maafkan
Najis-najis yang di maafkan terbagi menjadi 4 bagian :
a. Najis yang di maafkan, di baju dan di air yaitu najis yang tidak terlihat
dengan pandangan mata biasa.
b. Najis yang di maafkan, di baju tetapi tidak di maafkan di air, yaitu
darah yang sedikit
c. Najis yang di maafkan di air tetapi tidak di maafkan di baju, yaitu
bangkai yang darahnya tidak mengalir, seperti : Lalat, Laron, belalang
dll.
d. Najis yang tidak di maafkan sama sekali yaitu najis selain najis yang
telah di sebutkan
10. macam-macam najis yang suci dengan sendirinya
Macam-macam najis yang bisa menjadi suci dengan berubahnya sifat ke
sifat yang lain :
a. Perasan anggur yang berubah menjadi cuka dengan sendirinya
b. Kulit hewan yang najis menjadi suci dengan di semak
c. Ulat yang keluar dari bangkai hewan.
11. Hukum menyemak
Menyemak adalah menghilangkan sisa-sisa kulit bangkai hewan menjadi
suci mensucikan, dan tata cara menyemak dengan di bersihkan dengan
memakai alat seperti : buah-buahan yang berbulu, dengan garam batu,
dengan buat delima, dengan kotoran burung merpati. Dan tanda tanda
kulit yang telah di samak menjadi suci jika di rendam di dalam air, maka
airnya tidak tercium bau amis dan jika masih ada sisa bulunya maka
hukumnya di maafkan.
12. Hukum telur hewan
Telor yang keluar dari hewan yang suci walaupun dari hewan yang
haram di makan dagingnya hukumnya suci dan jika hewan tersebut
berak atau muntah dan mengeluarkan telur maka hukumnya mutanajis
dan menjadi suci dengan cara di cuci.
13. Hukum najis yang sulit di hilangkan
Keadaan najis yang telah di cuci berkali-kali tetapi masih sulit di
hilangkan ada 3 keadaan :
a. Jika masih tersisa baunya saja atau warnanya saja maka di
hukumkan suci atas tempatnya
b. Jika masih tersisa bau dan warna secara bersamaan maka harus di
cuci dengan memakai sabun.
c. Jika warna dan baunya tidak hilang juga di basuh dengan sabun atau
sejenisnya maka hukumnya udzhur (dimaafkan) dan sah jika di pakai
sholat.
Berwudhu
A. Sunah-sunah dalam berwudhu
1. Di sunahkan sebelum memulai berwudhu membaca niat sunah wudhu, yaitu :

Nawaytu sunanal wudhu lillahi ta’ala


Artinya : aku niat mengerjakan sunah-sunah wudhu karena Allah Ta’ala
2. Di sunahkan membaca basmallah dan membaca doa ketika membasu kedua
telapak tangan, yaitu :

Bismillahirrohmanirrohim, Allahumma inni as’aluka yumnah wal barokah wa’audzhu


bika mina syu’mi wal halaka.
Artinya : dengan nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, ya
Allah aku minta kepadamu jalan yang benar dan keberkahan dan aku berlindung
kepadaMu dari keburukan dan kebinasaan.
3. Di sunahkan ketika berkumur-kumur dengan tangan yang kanan sebanyak 3 kali
sambil membaca doa, yaitu :

Allahumma a’inni ‘ala tilawati kitabika wa katsroti dzikri laka wa tsabbitni bil qoulis
tsabit fiddun’ya wal akhiroh.
Artinya : Ya Allah tolonglah aku untuk membaca kitab sucimu al qur’an dan banyak
berdzikir Mengingat engkau dan tetapkanlah aku dengan perkataan yang mantap
(Laailahailallah) di dunia dan akhirat.

4. Di sunahkan ketika memasukan air ke dalam hidung dengan tangan kanan dengan
cara di hirup sambil membaca doa ini :
Allahumma arihni roihatal Jannah wa anta ’anni rodhin.
Artinya : Ya Allah ciumkanlah aku bau-bauan surge dan engkau ya Allah ridho
kepadaku.

5. Di sunahkan melafatkan niat wudhu ketika membasuh muka dan wajib di baca niat
wudhu di dalam hati berbarengan dengan membasuh muka, yaitu :

Nawaitul wudhu’a li rof’il hadatsil ashgor fardhol lillahi ta’ala


Artinya : aku niat berwudhu untuk mengangkat hadas kecil fardhu karena Allah
Ta’ala.
6. Di sunahkan ketika membasuh wajah di mulai dari jidat dan matai air keseluruh
wajah sampai ke bagian telinga sambil menyela-nyela pinggiran mata dan kesemua
bulu-bulu yang tumbuh di wajah seperti : alis, cambang, bulu mata, kumis, jenggot,
anfaqoh, dll sambil membaca doa, yaitu :

“allahumma bayyid wajhi bi nuyrikal yauma tubayyidhu wujuha auliaika wa la


tusawwid wajhi bi dzulumatikal yauma tusawwidu wujuha ‘adaika.”
Artinya : Ya Allah putihkanlah wajahku dengan cahaya Mu di hari mana engkau
memutihkan wajah-wajah para wali Mu dan janganlah engkau hitamkan wajahku
dengan kegelapan Mu di hari yang engkau menghitamkan wajah-wajah musuhMu.

7. Di sunahkan ketika membasuh kedua tangan di mulai dari telapak tangan dan di
basuh sampai melebihi sikut sebanyak 3 kali sambil menyela-nyela jari-jari dan kuku-
kuku sambil membaca doa :
 Doa ketika membasuhkan tangan kanan :
Allahumma ‘a tini kitabi bi yamini wa adkhilnil janna bi ghoiri hisab.
Artinya : Ya Allah berikanlah kepadaku catatan amalku dari sebelah kananku dan
masukanlah aku kedalam surge tanpa di hisap

 Dia ketika membasuhkan tangan kiri :

Allahumma inni ‘audzu bika an tu’tiyani kitabi bi syimali aw min waroi


dzohri.
Artinya : Ya allah aku berlindung kepada mu dari pemberian catatan amal ku dari
sebelah kiri atau dari belakang punggungku.”
8. Di sunahkan ketika menyapu kepala meletakan jari jempol di gendang telinga
sambal mengusap kepala dari depan ke belakang dan di ulangi sebanyak 3 kali
dengan air yang baru sambal membaca doa, yaitu :

Allahumma ghossyini bi rohmatika wa anzil alayya min barokatika wa adzilni


tahta dzili ‘arsyika yauma la dhilla illa dhiiluka, allahumma harrim sya’ri wa
basyari ‘alannar.
Artinya : “Ya Allah anugrahkan aku dengan rahmatmu dan turunkanlah
keberkahanmu kepada ku dan naungilah aku di bawah naungan arsy Mu di hari
yang mana tiada naungan kecuali naungan Mu, Ya Allah haramkanlah rambutku dan
kulitku dari api neraka.
9. Di sunahkan ketika membasuh telinga dibasuh secara bersamaan sebanyak 9 kali
basuhan, yaitu :
 3 kali basuhan yang pertama membasuh telinga dengan jari telunjuk.
 3 kali basuhan yang kedua memasukan jari telunjuk kedalam gendang
telinga.
 3 kali basuhan yang ke tiga dengan menekap telinga dengan telapak tangan.
Dan di sunahkan ketika membasuh telinga dari masing masing basuhan
dengan air yang baru sambal membaca doa, yaitu :
Allahummaj’alni minalladzina yastami’unal qoula fa yattabi’una ahsanah
Allahumma asmi’nimunadiyal Jannah fil Jannah ma’al abror wa a’udzu bika
minannar wa su’iddar”.
Artinya : Ya Allah jadikanlah aku golongan orang-orang yang senantiasa
mendengarkan perkataan Mu dan orang orang yang mengikuti kebaikan, Ya
Allah dengarkanlah aku panggilan surge dari dalam surge bersama orang-
orang sholeh dan aku berlindung kepada Mu dari Api neraka dan tempat
tinggal yang buruk.
10. Di sunahkan ketika dengan membasuh kedua kaki di mulai dari ujung jari-jari kaki
sampai melebihi mata kaki dan menyela-nyela jari-jari kaki dengan jari kelingking
sebanyak 3 kali basuhan sambal membaca do’a :
- Doa ketika membasuh kaki kanan :

Allahumma tsabbit qodami ‘ala shirot ma’a aqdam ‘ibadikas sholihin.


Artinya : Ya Allah tetapkanlah telapak kakiku ketika menyeberang jembatan
sirothol mustaqim bersama telapak kaki hamba-hamba Mu yang
sholeh.
- Doa ketika membasuh kaki kiri :

Allahumma inni a’udzu bika an tazilla qodami ‘ala shirot fin nar yauma
tazillu aqdamul munafiqin”.
Artinya : “Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada Mu dari
tergelincirnya kakiku dari api neraka ketika menyebrang jembatan
shirothol mustaqim di hari yang mana engkau menggelincirkan kaki-
kaki orang munafiq.

11. Di sunahkan membaca doa setelah selesai membaca doa wudhu, yaitu :

Allahummagfirli dzanbi wa wassi’ li fidari wa barik li fi rizqi.


Artinya : “Ya Allah maafkanlah dosaku dan luaskanlah rumahku untukku dan
berkahilah rizqiku untukku.”

12. Di sunahkan membaca do’a setelah selesai berwudhu dengan menghadap kiblat
dan mengangkat kedua tangannya ke atas sambal membaca do’a selesai wudhu,
yaitu :

Asyhadu anla ilahaillallah wahdahu la syarikalah, wa Asyhadu anna muhammadan


‘abduhu wa rosuluh, Allahummaj ‘alni minat tawwabina waj ‘alni minal mutathohirina,
subhanakallahumma wa bi hamdika asyhadu alla ilahaillah anta astaghfiruka wa
atubu ‘ilaihi.

Artinya : “aku bersaksi bahwasanya tiada tuhan selain Allah dan tiada sekutu
baginya dan aku bersaksi bahwasanya nabi Muhammad adalah utusan
Nya. Ya Allah jadikanlah aku termasuk golongan orang-orang yang
bertaubat dan jadikanlah aku termasuk golongan orang orang yang suci dan
jadikanlah aku termasuk golongan orang orang yang sholeh, segala puji
Bagi Mu ya Allah dan dengan pujuan Mu aku bersaksi bahwasanya tiada
tuhan selain engkau aku memohn ampun kepada Mu dan aku bertaubat
kepada Nya.

Ilmu bukanlah teori yang Anda hafal, namun


yang bermanfaat (diamalkan) dalam kehidupan
Anda
- Imam Syafi'i

Anda mungkin juga menyukai