Anda di halaman 1dari 28

KITAB THAHARAH

Tharah artinya membersihkan dan menghilangkan kotoran yang menghalangi seseorang dari
mengerjakan ibadah.

Alat atau Sarana untuk Bersuci (Thaharah) ada 4 (empat) :


1. Air Suci, digunakan untuk mengangkat hadats atau menghilangkan najis.
2. Debu / Tanah Suci, digunakan untuk Tayamum.
3. Batu, digunakan untuk Istinjak.
4. Alat untuk menyamak. Perubahan Wujud, seperti Khamar menjadi Cuka, Kulit Bangkai
menjadi Suci dengan di Samak.
Adapun tujuan thaharah ada 3 (tiga) :
1. Menghilangkan Najis
2. Mengangkat Hadats
3. Mengerjakan Wudhu', Mandi dan Tayamum.

Tanda - Tanda Baligh ada 4 (empat) :


1. Usia 15 tahun sempurna
2. Keluar nya mani dalam usia 9 tahun
3. Keluarnya dari Haid

---oOo---

HUKUM AIR
Air terbagi menjadi 4 (empat) hukum :
1. Air yang Suci lagi Menyucikan, serta tidak makruh digunakan untuk bersuci. Air jenis ini
disebut dengan "Air Muthlaq" ini ada 7 (tujuh) macam :
a. Air Hujan
b. Air Laut
c. Air Sungai
d. Air Sumur
e. Air Mata Air
f. Air Salju
g. Air Embun

Air Mutlak adalah :


a. Air yang tidak terikat dengan ikatan yang kuat dan bisa terlepas dari ikatan tersebut.
Seperti Air Laut, jika diletakan didalam gelas dia juga bisa disebut dengan Air. Adapun
jika ikatan nya tidak bisa terlepas, seperti air susu. Maka ini bukan air mutlak.
b. Air yang diturunkan dari langit dan dimancarkan dari bumi.
c. Air yang bisa dinamakan Air menurut kebiasaan.

Fawaid :
Semua Jenis Cairan dengan segala macam bentuknya, selama masih dinamakan "AIR", maka
ia adalah Air yang sah digunakan untuk bersuci. Termasuk uap air yang dihasilkan dari air yang
sudah mendidih. (Fiqih al-Mubtadi'in hal 43)

Hukum Air yang Berubah


Apabila air ini bercamour dengan sedikit benda suci, yang tidak mempengaruhi sifat air, maka
dia tetap dalam hukum asal nya yakni air mutlak.
Juga tidak menghilangkan status kemutlakan nya, jika perubahan air tersebut secara alami
karena :
a. Didiamkan terlalu lama
b. Atau Adanya tanah atau lumut serta benda yang ada di tempat air itu berada
c. Atau ada benda yang ada didekat nya, seperti kayu atau daun pohon yang jatuh.

2. Air yang Suci lagi Menyucikan namun Makruh digunakan untuk bersuci yakni Air
Musyammas.
Air dikatakan Air Musyammas jika air tersebut dipanaskan atau terpanaskan dibawah matahari,
dalam bejana logam atau besi.

Air ini makruh digunakan untuk menyucikan badan seperti wudhu dan mandi, adapun untuk
menyucikan pakaian dari najis tidaklah makruh.

Fawaid : Termasuk Air yang Makruh


a. Air yang Sangat Panas
b. Air yang Sangat Dingin
Fawaid : Hukum makruh air yang sangat panas dan sangat dingin ini bisa dihilangkan dengan
mendiamkan nya sehingga tidak panas atau dingin lagi. Jika unsur panas atau dingin nya
hilang, maka hukum makruh nya oun hilang.
c. Air dari tempat yang diazab Allah, seperti Air dari Perkampungan Kaum Tsamud dan
Luth.

Faidah : Jika seseorang tetap menggunakan air jenis ini untuk bersuci, maka bersuci nya tetap
sah. Hanya saja perbuatan nya menggunakan air tadi tidak disukai (makruh).

3. Air yang Suci namun tidak mensucikan yakni Air Musta'mal (yakni Air bekas atau sisa
yang digunakan untuk bersuci dari hadats atau najis). Air jenis ini tidak sah digunakan
untuk bersuci wajib.
Namun boleh dan sah digunakan dalam bersuci yang disunnahkan seperti digunakan
untuk membasuh anggota wudhu untuk ke 2 (dua) atau 3 (tiga) kali nya.

Termasuk kedalam jenis ini, Air yang bercampur dengan benda suci lain nya sehingga
keluar dari status kemuthlakan nya, seperti Air Teh, Susu, Sirup.

4. Air yang Najis yakni Air yang bercampur dengan benda Najis. Ini ada 2 (dua) keadaan.
a. Pertama : Air yang sedikit, yakni Air yang volume nya kurang dari 2 qullah,
apabila terkena najis, walaupun sifat air nya tidak berubah, maka air tersebut
dihukumi Najis. Baik najis nya sedikit ataupun banyak.

Ukuran 2 Qullah yakni sama dengan 500 Rithl Baghdad atau setara dengan :
a. Dalam segi empat yakni panjang 1 ¼ hasta, lebar 1 ¼ hasta dan dalam 1
¼.
b. Dalam wadah yang bulat seperti sumur yakni dalam nya 2 hasta dan
lebar nya 1 hasta.
c. Atau setara air 218 liter atau sama dengan tempat air yang panjang, lebar
dan dalam nya 58 cm.

Dimaafkan atau tidak dianggap, apabila benda Najis yang masuk kedalam Air itu
Hanya Sedikit, seperti sehelai bulu binatang Najis selain Anjing dan Babi,
bangkai binatang yang tidak memiliki darah mengalir, najis yang tidak bisa
dijangkau oleh mata, najis pada paruh burung atau mulut tikus, sedikit debu
kotoran binatang, sisa air minuman kucing yang memakan najis.

b. Kedua : Air yang banyak, yakni Air yang volume nya 2 qullah atau lebih, apabila
terkena najis, tidak berubah menjadi air najis kecuali najis tersebut merubah
salah satu atau semua sifat air walaupun dengan perubahan yang sedikit. Sifat
air yakni rasa nya, warna nya atah bau nya.

Jika perubahan tersebut hilang dengan sendiri nya atau hilang karena ada air
lain yang mencampuri nya, maka air tersebut menjadi Suci.
Akan tetapi, jika perubahan tersebut hilang dengan minyak, za'faran, kapur atau
tanah, maka air tersebut tetap najis.

Fawaid :
Haram menggunakan air dari hasil curian (ghashab) atau air yang disediakan untuk minum.

Fawaid :
Hukum Ragu Terhadap Status Air
Apabila ia ragu, air yang suci dengan yang terkena najis, ia boleh berijtihad terhadap status air
tersebut dan boleh bersuci dengan air yang dia yakini kesujian nya, walaupun ia buta.

Jika dia diberi tahu bahwa air itu terkena najis oleh orang yang dapat dipercaya dan orang
tersebut menjelaskan sebab nya, maka ia boleh berpegang dengan pendapat orang tersebut.

Fawaid :
Adapun air dari bekas minum manusia adalah Suci. Begitu juga air sisa bekas minuman semua
binatang juga suci kecuali sisa bekas minum anjing atau babi atau peranakan kedua nya.
Fawaid :
Seluruh macam jenis benda cair seperti minyak, madu, baik sedikit atau banyak, dihukumi
seperti air yang sedikit dalam segala permasalahan nya. (Nailur Raja' hal 40)

---oOo---

HUKUM NAJIS
Najis secara bahasa adalah sesuatu yang menjijikkan. Secara istilah, Najis adalah sesuatu
yang dianggap kotor oleh syari'at yang mana ia bisa menghalangi seseorang dari mengerjakan
Ibadah.

Macam - Macam Najis


1. Najis Hukmi yakni Suatu sifat kotor yang tidak nampak, yang melekat pada badan, yang
dapat menghalangi sah nya shalat. Ia disebut juga dengan Hadats.

2. Najis Hakiki yakni Suatu benda kotor yang nampak, jika melekat pada badan, pakaian
atau tempat bisa menghalangi sah nya shalat.

Najis hakiki ini tidak akan Suci dalam keadaan apapun, karena zat (hakekat) nya sudah
kotor. Najis Hakiki ini bisa berupa benda padat, cair ataupun Hewan.

Benda - Benda Najis


Hukum asal benda dan sesuatu adalah Suci, sampai ada dalil yang menyatakan dia Najis.
Adapun Benda - Benda yang Termasuk Najis adalah :
1. Air Kencing
2. Kotoran Manusia (Tinja)
3. Kotoran Binatang (Hewan)
4. Nanah dan Air yang terdapat dalam Luka.
5. Darah, selain darah diri sendiri.
6. Nanah
7. Muntahan yakni sesuatu yang keluar dari lambung melalui mulut, walaupun bentuk nya
belum berubah.
8. Khamar (sesuatu yang memabukkan yang terbuat dari Anggur) dan Nabidz (sesuatu
yang memabukkan yang terbuat dari Kurma)
9. Segala hal yang memabukkan yang berbentuk cair
10. Anjing dan Babi atau Peranakan Anjing dan Babi atau peranakan salah satu nya.
11. Bangkai, termasuk rambut nya, kulit nya dan seluruh bagian tubuh nya.
Termasuk najis adalah potongan tubuh hewan yang masih hidup selain manusia, ikan
dan belalang, bulu dan wol dari binatang yang boleh dimakan daging nya.
Bangkai yakni hewan yang mati tanpa disembelih secara syar'i, baik bangkai itu bersih maupun
kotor.
12. Madzi dan Wadi
Madzi yakni Cairan bening yang keluar dari kemaluan (qubul) saat terangsang atau
syahwat naik. Cairan ini keluar meleleh, lengket dan tidak memancar.
Wadi yakni Cairan putih dan keruh yang keluar sesaat setelah kencing atau saat
seseorang mengangkat beban yang berat.
13. Susu dari binatang yang tidak boleh dimakan daging nya, kecuali Air Susu Ibu (ASI)

Yang Tidak Termasuk Benda Najis


1. Air Mani, kecuali Air Mani Anjing dan Babi atau Air Mani yang tercampur dengan
Kencing, Madzi atau Wadi.
2. Air Liur yang Keluar Saat Tidur, kecuali Air Liur tersebut berubah bentuknya.
3. Darah Hati dan Limpa.
4. Bangkai Manusia (mayat), ikan dan belalang.
5. Termasuk kedalam nya seluruh binatang yang hidup di Air dan semua binatang yang
tidak berdarah seperti Lalat, Nyamuk dan Kutu.

Najis dibagi menjadi menjadi 3 (tiga), jika dilihat dari cara membersihkan nya. Yakni :
1. Najis Mughallazhah (Najis Berat) yakni Najis nya Anjing, Babi serta peranakan dari
kedua nya.
2. Najis Mukhaffafah (Najis Ringan) yakni air kencing anak laki - laki yang belum makan
apa pun kecuali minum air susu ibu nya dan belum berusia 2 tahun.
3. Najis Mutawassithah (Najis Sedang) yakni semua najis selain yang disebutkan.

Cara Membersihkan Najis


1. Najis Mughallazhah
Semua benda atau barang yang terkena air kencing atau kotoran atau air liur atau
keringatnya atau lendir tubuhnya anjing atau babi termasuk peranakan kedua nya, maka
cara mensucikan nya adalah dengan mencuci nya sebanyak 7 (tujuh) kali dan salah
satu cucian nya dicampur dengan tanah / debu yang suci, setelah najis nya disingkirkan

Adapun jika tanah menjadi najis karena anjing, maka cara mensucikan tanah tersebut
cukup disiram dengan air murni sebanyak 7 (tujuh) kali.

2. Najis Mukhaffah
Semua benda atau barang yang terkena najis air kencing bayi laki - laki yang belum
makan selain minum air susu ibu nya, cara mensucikan nya cukup dipercikan air sampai
air tersebut merata dipermukaan benda tersebut, setelah najisnya dihilangkan.

3. Najis Mutawassithah
Najis ini dibagi menjadi 2 (dua) yakni :
a. Najis 'Ainiyyah yakni najis yang terlihat rupa, warna, bau atau rasa nya. Cara
mensucikan nya adalah dengan membersihkan nya sampai warna, bau dan rasa
nya hilang.
Apabila setelah disucikan masih ada sedikit sisa warna atau bau najis yang sulit
dihilangkan, maka hal itu tidak masalah.

b. Najis Hukmiyah yakni najis yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa.
Maka cara menyucikan nya adalah dengan menyiramkan air pada tempat yang
terkena najis.

Najis yang Berubah Menjadi Suci


1. Khamar dapat menjadi suci, jika ia berubah dengan sendiri nya menjadi Cuka, begitu
juga Nabidz. Jika ia berubah dengan memasukkan sesuatu, maka ia tidak bisa menjadi
Suci.
2. Sesuatu yang berubah menjadi hewan lain, seperti bangkai hewan yang lama kelamaan
mengeluarkan cacing, maka cacing itu suci. Walaupun berasal dari bangkai.
3. Kulit bangkai bisa menjadi suci, apabila disamak. Baik kulit itu dari binatang yang boleh
dimakan daging nya atau tidak, kecuali anjing dan babi atau keturuna dari kedua nya.

Fawaid :
Adapun cara menyamak kulit adalah dengan cara menghilangkan sisa - sisa darah dan
semisalnya yang bisa menjadikan nya busuk, dengan menggunakan sesuatu yang pahit atau
zat tertentu.

Najis yang Dimaafkan


Membersihkan diri dari Najis dan menjauhinya adalah Wajib, karena hal itu merupakan salah
satu syarat sah nya shalat.

Tidak ada maaf untuk benda najis apapun kecuali najis yang tidak terlihat oleh mata serta yang
sulit dihindari, diantara nya :
1. Percikan air kencing yang jumlahnya sangat sedikit, yang mengenai badan, atau
pakaian atau tempat.
2. Darah dan Nanah yang mengenai badan, pakaian atau tempat dalam jumlah yang
sangat sedikit. Begitu juga darah dan nanah yang ada pada luka.
3. Kencing atau Kotoran Hewan yang mengenaj biji - bijian atau mengenai susu saat di
perah selama tidak merubah air susu yang diperah.
4. Kotoran ikan selama tidak merubah sifat air, begitu juga kotoran burung.
5. Darah hewan yang mengenai tukang sembelih hewan selama jumlah nya sedikit.
6. Lumpur kotor jalanan yang mengenai pakaian.
7. Bangkai binatang yang tidak memiliki darah, jatuh di benda cair, maka benda cair tadi
tidak najis selama tidak merubah sifat cair nya, dengan syarat binatang tersebut jatuh
dengan sendirinya.
---oOo---

HUKUM BEJANA
Bejana adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menaruh atau meletakkan benda cair dan
padat atau lain nya.

Cara Mensucikan Bejana Najis


Apabila bejana terkena najis anjing dan babi, maka cara menyucikan nya dicuci sebanyak 7 kali
dan salah satunya dicuci dengan tanah.

Apabila bejana terkena najis yang selain nya, maka cara mensucikan nya cukup dibasuh
dengan sekali basuhan setelah najis nya dihilangkan. Jika dicuci sebanyak 3 kali itu lebih baik
dan lebih disukai.

Hukum Bejana Emas atau Perak


Haram hukum nya menggunakan bejana yang terbuat dari emas dan perak atau yang dilapisi
oleh kedua nya untuk segala keperluan, kecuali dalam keadaan terpaksa karena tidak
menemukan bejana lain nya. Larangan ini berlaku baik bagi laki - laki maupun wanita.

Bejana Tambal Emas dan Perak


Haram hukum nya menggunakan bejana atau perabot yang ditambal dengan emas, baik
banyak atau sedikit.

Adapun menggunakan bejana atau perabot yang ditambal dengan perak dan kadarnya hanya
sedikit menurut kebiasaan, maka hukum nya boleh.

Bejana Lapisan Emas dan Perak


Haram juga memakai bejana yang disepuh dengan emas atau perak, jika pelapisan (sepuh) itu
mengalami perubahan seandainya didekat atau dibakar pada api.

Bejana Yang Mahal


Boleh menggunakan Bejana atau Perabot yang terbuat dari benda Mahal, seperti permata,
mutiara, karang dan lain nya.

Bejana Orang Kafir


Boleh menggunakan bejana atau perabot orang kafir, hanya saja dianjurkan untuk mencuci
nyabterlebih dahulu, karena bisa jadi ada bekas najis setelah mereka gunakan.

Adapun memakai baju orang kafir, hukumnya sama dengan memakai bejana perabot mereka.

---oOo---

HUKUM ISTINJA'
Istinjak secara bahasa adalah al-Qathu' (memotong). Sedangkan secara istilah adalah
Membersihkan diri dari najis yang keluar dari dubur atau qubul, baik dengan air atau pun batu.

Hukum Istinjak
Hukum Istinja' ada 5 (lima) yaitu :
1. Wajib beristinja', jika yang keluar dari dubur atau qubul berupa najis.
2. Sunnah beristinja', jika yang keluar berupa benda padat seperti baju
3. Mubah beristinja', jika yang keluar berupa keringat
4. Makruh beristinja', jika yang keluar hanya kentut
5. Haram beristinja', jika beristinja' dengan benda rampasan.

Cara Istinjak
Istinjak (cebok) yang paling utama adalah dengan menggunakan beberapa buah batu terlebih
dahulu, kemudian di ikuti dengan basuhan air.

Boleh beristinjak dengan batu saja atau dengan air saja. Dan istinjak dengan air saja itu lebih
utama dibandingkan istinjak dengan batu saja. Namun mengabungkan kedua nya, bersuci
dengan batu dan air, itu lebih utama.

Apabila memulai istinjak (cebok) dengan air, kemudian ingin istinjak dengan batu setelah nya,
maka hal itu tidaklah termasuk disunnahkan, karena cebok dengan batu setelah air tidak ada
manfaat dan faedah nya. (Nailul Raja' hal 27)

Syarat Diperbolehkannya Istinjak Dengan Batu ada 9 (sembilan) :


Syarat yg berhubungan dengan batu :
1. Jumlah batu nya 3 buah atau bisa 3 kali usapan.
Jika 3 batu, najisnya belum bersih. Maka wajib menambah batu seterusnya.
Disunnahkan menganjilkan bilangan nya seperti 5, 7 dan seterusnya.

Jika mengusap satu batu yang mempunyai tiga sisi atau mengusap dengan tiga kali
usapan dari satu sisi pada satu batu, dimana setiap kali selesai mengusap batu tersebut
dibasuh dengan air dan dikeringkan, maka hal itu juga sudah mencukupi dan
diperbolehkan. (Nailul Raja hal 28)

2. Batu nya dapat membersihkan dubur atau qubul


3. Batu yang digunakan adalah batu yang suci, belum pernah kena najis atau bukan benda
najis yang membatu.

Syarat yang berhubungan dengan najis dan tempat nya :


4. Najis nya belum kering
5. Najis nya tidak menyebar atau tidak berpindah - pindah, jika sudah kering atau
menyebar atau berpindah wajib istinjak dengan air
6. Tidak terkena benda najis atau benda suci lain nya.
7. Najis tidak melebihi lipatan (belahan) pantat dan ujung kemaluan
8. Najisnya belum terkena air
9. Harus sampai bersih bagian yang di usap. Jika batu nya kurang, maka boleh menambah
lagi disunnahkan mengganjilkan bilangan nya.

Diqiyas kepada batu, daun, tissu, kain, kertas dan semisal nya. Dengan syarat benda tersebut
suci dan bisa menghilangkan najis serta tidak terhormat atau mulia seperti uang, makanan,
minuman atau kertas buku - buku yang bermanfaat.

Disunnahkan bagi seseorang yang hendak buang hajat untuk memperhatikan adab buang hajat
berikut ini :
1. Disunnahkan masuk dengan mendahulukan kaki kiri dan keluar dengan mendahulukan
kaki kanan.
2. Membaca doa sebelum masuk wc yakni doa
Bismillah, Allahumma inni a'udzubika minal khubutsi wal khaba'its.
3. Tidak membawa hal - hal yang berisi nama Allah, atau ayat - ayat al-Quran.
4. Menjauh dari manusia, jika buang hajat ditempat terbuka.
5. Membuat hijab (pembatas) jika buang hajat ditempat terbuka agar aurat tidak terlihat
oleh manusia.
Jarak dia dengan pembatas (tabir / hijab) 3 hasta, serta tinggi nya kurang lebih ⅔ hasta.
Adapun buang hajat di wc, tabir ini tidak diperlukan. (Muqaddimah al Hadhramiyyah)
6. Tidak mengangkat baju nya, kecuali ia sudah dekat ke tanah atau sudah berada didalam
wc. Sehingga aurat nya tidak terlihat oleh manusia.
7. Istinjak (cebok) dengan tangan kiri.
8. Menggosokkan tangan ke tanah atau menggunakan sabun setelah cebok. Kemudian
membasuh nya. Agar bau dan najis ditangan nya hilang.
9. Memercikkan air pada kemaluan nya dan celana nya.
10. Membaca doa setelah keluar dari wc yakni doa Ghufranaka.

Larangan Dalam Buang Hajat


1. Tidak boleh (haram) buang hajat di tempat terbuka dengan menghadap kiblat atau
membelakangi kiblat.
2. Tidak boleh (haram) buang air kecil atau besar di air yang menggenang, dibawah pohon
yang berbuah, dijalanan dan ditempat orang yang berteduh serta pada lubang tanah.
3. Tidak boleh (makruh) berbicara saat buang hajat kecuali ada kebutuhan seperti minta
dibawakan air dan lain nya.
4. Tidak boleh kecing ke arah angin berhembus, karena dia akan terkena air kencing nya
sendiri.
5. Makruh kencing ditempat yang keras.
6. Haram kencing di masjid. Kecuali di wc masjid.
7. Haram kencing diatas kuburan walaupun dalam sebuah wadah.
8. Makruh kencing disamping kuburan. (Muqaddimah al-Hadhramiyyah)
Fawaid
Apabila bersin saat buang hajat, maka ucapan Alhamdulillah didalam hati. Begitu juga
menjawab salam atau semisalnya.
---oOo—

SIWAK DAN SUNNAH - SUNNAH FITHRAH


Siwak artinya menggunakan kayu siwak atau sikat gigi untuk menggosok atau membersihkan
gigi dan mulut.

Siwak mempunyai 3 (tiga) Rukun :


1. Mustaak yaitu orang yang bersiwak
2. Mustaak bihi yaitu alat yang digunakan untuk bersiwak, seperti sikat gigi atau kayu
siwak
3. Mustaak fiihi yaitu tempat yang akan disiwaki yakni mulut. (Nailur Raja' hal 37)

Hukum bersiwak adalah Sunnah dalam setiap keadaan. Diantara nya :


1. Ketika bangun tidur
2. Ketika hendak tidur
3. Bau Mulu Berubah
4. Hendak Membaca al-Quran, Hadits atau Berdzikir
5. Ketika gigi menguning
6. Ketika masuk rumah
Lebih disunnahkan lagi bersiwak ketika hendak wudhu dan shalat.

Adapun bersiwak setelah matahari tergelincir, dimakruhkan bagi orang yang berpuasa. Sebab
dikhawatirkan akan masuknya air kedalam mulut yang menyebabkan puasa nya batal. Hal ini
berlaku, baik dia melakukan puasa wajib atau sunnah. Hukum ini tidak makruh lagi, jika
matahari telah terbenam.

Alat dan Cara Siwak


Bersiwak menggunakan kayu Arak lebih utama. Dianjurkan dengan kayu yang kering, kemudian
dibasahi dengan air. Digosokkan pada seluruh bagian gigi luar dan dalam secara melebar
kecuali pada lidah yang memanjang. Disunnahkan memegang siwak dengan tangan kanan,
memulai dari sisi kanan.

Sunah - Sunnah Fithrah


1. Mencukur kumis sampai batas bibir.
2. Memotong kuku
3. Mencabut bulu ketiak
4. Mencukur bulu kemaluan
5. Berkhiat (Sunat), hukumnya Wajib bagi Laki - Laki dan Sunnah bagi Perempuan.
6. Memanjangkan Jenggot
Mencukur jenggot sampai habis hukum nya Haram.
Makruh mencabut uban, memotong rambut dengan model qaza' yakni mencukur sebagian dan
membiarkan sebagian rambut lain nya.

—-ooOoo—-

HUKUM HAID, NIFAS DAN ISTIHADAH


Darah yang keluar dari kemaluan wanita itu ada 3 (tiga) :
1. Darah Haidh
2. Darah Nifas
3. Darah Istihadhah

Secara bahasa, Haid artinya as-Silaanu (mengalir). Sedangkan secara istilah, Haid adalah
darah kebiasan wanita yang keluar dari ujung rahim dalam kondisi sehat pada waktu tertentu.
Biasa nya warna nya merah kehitam hitaman.

Adapun Nifas, adalah darah yang keluar setelah melahirkan. Dinamakan Nifas karena darah itu
keluar setelah melahirkan jiwa manusia (Nafs).

Adapun istihadah, adalah darah yang keluar disebabkan penyakit, dan biasa nya
perkepanjangan, bukan pada hari haid atau nifas.

Usia Minimal dan Maksimal Wanita Haid


Usia minimal wanita mengalami haid pada usia 9 tahun. Tahun yang dijadikan rujukan adalah
tahun Qamariah. 1 Tahun Qamariah sama dengan 354 hari.

Kurang Dari 9 Tahun


Apabila seorang wanita mengeluarkan darah disaat usia nya 9 tahun kurang 15 hari (berarti
usia nya 8 tahun lebih 339 hari), maka darah itu dihukumi darah haid.

Namun jika dia mengeluarkan darah disaat usia nya 9 tahun kurang 17 atau 18 hari atau lebih,
maka darah tersebut adalah darah penyakit, bukan darah haid.

Dan haid umum nya sudah terjadi pada wanita berusia 20 tahun. Dan tidak ada batasan usia
maksimal wanita haid. Kapan wanita tidak haid lagi, maka itulah batasan usia maksimal dia
haid. Sebab setiap orang berbeda beda dalam hal ini.

Minimal dan Maksimal Waktu Haid


Waktu haid paling singkat (minimal) terjadi sehari semalam (yakni 24 jam) dengan keluarnya
darah secara bersambung, tidak ada jeda berhentinya.
Sedangkan waktu haid paling lama (maksimal) adalah 15 hari 15 malam. Lebih dari 15 hari,
darah itu dihukumi darah istihadhah.
Waktu umum nya haid yakni 6 sampai 7 hari.

Minimal dan Maksimal Batas Suci Antara Dua Haid


Minimal batas suci antara dua haid adalah 15 hari 15 malam.
Umum nya adalah 24 hari atau 23 hari.
Sedangkan batas maksimal nya, tidak ada.

Minimal dan Maksimal Kehamilan


Waktu kehamilan paling singkat (minimal) adalah 6 bulan.
Sedangkan paling lama (maksimal) adalah 4 tahun.
Namun umum nya masa kehamilan wanita hanya 9 bulan, kurang lebih.

Minimal dan Maksimal Nifas


Waktu nifas minimal sebentar atau sesaat saja yakni lahir bayi, lalu keluar darah dan berhenti,
serta tidak keluar lagi.
Sedangkan umum nya, waktu nifas adalah 40 hari. Dan batas maksimal nifas adalah 60 hari.

Adapun masa suci antara haid dengan nifas tidak ada batasan nya. Dengan demikian apabila
seorang wanita berhenti dari nifas, kemudian dia melihat darah keluar setelah berlalu 15 hari,
maka itu dihukumi darah haid.

Hal yang Haramkan bagi Wanita Haid dan Nifas


Ada 10 (sepuluh) perkara :
1. Shalat
2. Thawaf
3. Memegang Mushaf al-Quran
4. Membawa Mushaf al-Quran
yang dimaksud Mushaf al-Quran adalah al-Quran yang umum nya dipakai untuk qira'ah
al-Quran, bukan al-Quran yg ada tambahan terjemahan atau tafsir nya.
5. Membaca al-Quran dengan niat membaca nya
6. Puasa
Wanita haid wajib mengganti puasa ramadhan diluar bulan ramadhan sebanyak hari
yang ditinggali nya saat haid. Dan tidak perlu dia mengganti shalat yang ditinggali nya
saat dia haid.
7. Thalaq (Perceraian)
8. Berdiam di masjid
9. Melewati masjid sementara dia khawatir darah haid nya mengotori masjid. Jika tidak ada
kekhawatiran maka dibolehkan.
10. Bercumbu dengan pasangan dibagian antara pusat dan lutut.
11. Melakukan Jimak (Setubuh)
Menyetubuhi perempuan yang sedang haid hukum nya haram dan termasuk dosa besar

Apabila seorang wanita telah suci dari haid, akan tetapi belum mandi, maka semua larangan
diatas tetap berlaku atas nya kecuali 3 (tiga) perkara :
1. Puasa
2. Thalaq (cerai)
3. Bersuci dengan niat ibadah

Beberapa Masalah Haid


1. Bersuci (wudhu atau mandi) yang dilakukan saat sedang haid tidak sah kecuali mandi
sebelum haji.
2. Apabila seorang wanita telah mengalami haid, maka dia telah menjadi mukallaf artinya
dia telah terkena kewajiban melaksanakan syariat.
3. Wajib melakukan mandi wajib ketika berhenti dari haid.
4. Tidak perlu mengqadha' (mengganti) shalat yang ditinggalkan selama haid. Adapun
puasa wajib, maka wajib di qadha sebanyak hari yang ditinggalkan saat haid.
5. Wanita nifas sama dengan wanita haid dalam hal yang dibolehkan dan hal yang
dilarang.

Beberapa Masalah Istihadhah


1. Wanita Istihadhah di hukumi seperti wanita yang suci, sehingga dia tetap diwajibkan
melaksanakan shalat dan puasa. Dan boleh melakukan jima'.
2. Wanita istihadhah wajib berwudhu setiap kali hendak shalat wajib, dengan kata lain satu
kali wudhu untuk satu kali shalat wajib dan dia tidak perlu mandi. Adapun untuk shalat
sunnah, tidak ada batasan nya.
3. Wanita istihadhah wajib mencuci darah yang keluar, lalu menyumbat kemaluan dengan
kapas dan memakai pembalut. Kecuali dalam keadaan puasa, dia cukup mencuci darah
dan memakai pembalut. Sebab memasukkan sesuatu kedalam lobang terbuka yang ada
pada tubuh termasuk pembatal puasa.

---oOo---

HUKUM HADATS
Orang yang berhadats adalah orang yang terhalang dari melakukan ibadah.

Hadats artinya sifat kotor yang melekat pada diri seseorang sehingga menghalanginya dari
mengerjakan ibadah tertentu. Hadats ini juga bisa disebut dengan "Najis Hukmi".

Bersuci dari Hadats adalah Wajib berdasarkan al-Quran, as-Sunnah dan Ijma' atas semua
orang yang mau mengerjakan Shalat.

Hadats ada 2 (dua) :


1. Hadats Kecil (Ashghar), yakni keadaan yang mewajibkan wudhu.
2. Hadats Besar (Akbar), yaitu keadaan yang mewajibkan mandi.

Perkara - perkara yang dilarang (diharamkan) bagi orang yang berhadats ada 3 (tiga) :
1. Shalat
2. Thawaf
3. Menyentuh atau Membawa Mushaf
Diqiyaskan kepada shalat dua khutbah jum'at, dan semua jenis sujud baik itu sujud tilawah atau
sujud syukur.

Semua perkara diatas juga berlaku atas orang junub dan ditambah lagi :
1. Berdiam di masjid / i'tikaf
2. Membaca al-Quran dengan niat ibadah

Makruh bagi orang yang junub untuk makan, minum, tidur, dan mengulangi jimak, sebelum
membasuh kemaluan dan berwudhu. Begitu juga wanita yang suci dari haid dan nifas. (al
Muqaddimah al Hadhramiyyah)

---oOo---

HUKUM WUDHU'
Wudhu' adalah membasuh beberapa anggota badan tertentu dengan niat tertentu.

Bersiwak
Bersiwak (menggosok gigi) sangat dianjurkan (disunnahkan) dalam 4 (empat) kondisi :
1. Sebelum berwudhu'
2. Sebelum memulai shalat
3. Ketika bangun dari tidur
4. Ketika bau mulut berubah
Dimakruhkan bersiwak bagi orang yang berpuasa apabila dia khawatir diri nya akan tertelan air
atau pas gigi.

Perkara - Perkara yang Mengharuskan Wudhu (Wudhu Wajib)


Ada 3 (tiga) perkara :
1. Shalat
2. Thawaf
3. Menyentuh Mushaf atau Membawa nya*
Diqiyaskan kepada Shalat 3 perkara :
4. Sujud Syukur
5. Sujud Tilawah
6. Khutbah Jum'at (Nailur Raja' hal 60)

Perkara yang Dianjurkan Berwudhu (Wudhu Sunnah)


1. Ketika mengeluarkan darah kotor atau mimisan
2. Saat Mengantuk
3. Bangun dari tidur sambil duduk
4. Setelah makan makanan yang dipaggang api
5. Makan daging unta
6. Ketika hendak tidur
7. Membaca al Quran atau Hadits
8. Berdzikir
9. Duduk di masjid
10. Habis memikul mayit
(Muqaddimah al Hadhramiyah)

Syarat Sah nya Wudhu'


Syarat Sah nya Wudhu' ada 10 (sepuluh) :
1. Islam, maka wudhu' orang kafir tidak sah.
2. Tamyiz yakni bisa membedakan baik dan buruk. Maka wudhu nya anak kecil, orang gila,
pingsan, mabuk dan tertidur, tidak sah.
3. Suci dari Haid dan Nifas.
4. Menghilangkan najis yang tampak oleh mata.
5. Tidak ada hal yang menghalangi sampai nya air ke kulit anggota wudhu' dalam kondisi
sehat, misalnya cat, lilin, minyak, kuteks dan lain nya.
6. Tidak ada perkara yang dapat mengubah status air pada anggota wudhu' seperti najis
7. Mengetahui bahwa hukum wudhu adalah wajib. Jika dia meyakini wudhu' hukum nya
sunnah, maka wudhu' nya tidak sah.
8. Tidak meyakini Rukun (Fardhu') Wudhu sebagai Sunnah Wudhu' atau sebaliknya. Jika
dia meyakini hal seperti itu, maka wudhu' nya tidak sah.
9. Air yang digunakan untuk berwudhu' adalah air yang suci lagi menyucikan.
10. Tetapnya niat secara hukum dari awal sampai akhir.

Bagi orang yang kena penyakit salisul baul (kencing yang menetes) atau wanita
istihadhah, maka ditambah 3 (tiga) syarat lagi, yakni :
11. Berkesinambungan (al-Muwaalaah) yakni membasuh anggota wudhu yang satu dengan
yang lain nya secara berkelanjutan tanpa ada jeda atau diselinggi apapun yang
menyebabkan anggota wudhu itu kering.
12. Mencuci anggota wudhu sebatas kadar minimal sudah dianggap sah.
13. Pada saat masuk waktu shalat.

Orang yang Ragu Dalam Wudhu


Apabila seseorang Yakin bahwa wudhu nya telah batal, tetapi dia ragu "apakah dia sudah
berwudhu atau belum" maka wajib bagi nya untuk berwudhu kembali. Sebab dia dihukumi
belum berwudhu.

Begitu juga, apabila dia ragu, apakah wudhu nya sudah batal atau belum, maka dia tidak perlu
wudhu' lagi. Karena keraguan tidak bisa menghapuskan sesuatu yang yakin.
Rukun Wudhu'
Rukun atau Wajib (Fardhu') Wudhu ada 6 (enam) :
1. Niat
2. Membasuh Wajah
3. Membasuh Kedua Tangan sampai Siku
4. Mengusap Kepala
5. Membasuh Kedua Kaki sampai Mata Kaki
6. Tertib

Tentang Niat
Yang dimaksud dengan Niat adalah
‫قصد الشيء مقترنا بفعله‬
"Mengerjakan suatu amalan yang diikuti dengan perbuatan nya."

Syarat Niat ada 6 (enam) :


1. Muslim
2. Mumayyiz
3. Mengetahui apa yang di niatkan
4. Tidak dikaitkan untuk memutuskan niat dengan sesuatu
5. Tidak ada keraguan dalam memutuskan niat
6. Dilakukan nya termasuk pokok ibadah.

Tujuan (Maksud) Niat adalaha :


a. Membedakan antara kebiasaan (adat) dengan ibadah, seperti duduk di diam di
masjid, bisa di niatkan i'tikaf atau sekedar istirahat.
b. Dan membedakan pula tingkatan ibadah, seperti ibadah yang wajib dengan
ibadah yang sunnah. (Nailul Raja' hal 31)

Niat wudhu sah apabila ada salah satu dari 3 (tiga) ini :
1. Dia berniat untuk menghilangkan hadats kecil.
2. Atau berniat mengerjakan ibadah yang membutuhkan syarat berwudhu. Seperti
bersuci untuk shalat.
3. Atau dia berniat untuk melakukan fardhu (wajib) wudhu.
4. Atau dia berniat wudhu saja.

Tempat niat adalah didalam hati.


Melafazhkan niat adalah disukai untuk membantu hadirnya niat didalam hati.

Waktu niat wudhu' adalah bersamaan dengan membasuh wajah.

Jika niat ini tidak bersamaan dengan perbuatan nya, itu disebut 'azm atau keinginan
bukan niat. (Nailur Raja' hal 38)
Tentang Membasuh Wajah
Batasan Wajah dari atas yakni pangkal rambut diatas dahi sampai dagu yang ditumbuhi
jenggot. Adapun batas kiri kanan nya yakni kedua telinga nya.

Dinamakan wajah itu sebagai muka karena digunakan untuk bertatap muka.

Tentang Membasuh Kedua Tangan Sampai Siku


Jika tangan nya terpotong, maka yang wajib dibasuh adalah sisa dari tangan yang masih ada.

Tentang Mengusap Kepala


Boleh juga dengan membasuh kepala. Mengusap kepala telah dianggap mencukupi dan
memenuhi kewajiban, apabila mengusap sebagian rambut saja. Tidak diharuskan mencapai
seperempat rambut nya.
Bagi yang tidak mempunyai rambut (botak), yang di usap adalah kulit kepala nya.

Tentang Membasuh Kedua Kaki Sampai Mata Kaki


Mata kaki adalah tulang yang menonjol pada arah samping pergelangan masing - masing kaki.
Jika kakinya terpotong, maka yang wajib dibasuh adalah yang tersisa dari kakinya sepanjang
kadar mata kaki.

Tentang Tertib
Yang dimaksud dengan tertib adalah tidak mendahulukan salah satu anggota wudhu' yang satu
dari anggota wudhu yang lain nya yang harus dibasuh sesudah nya.

Apabila wudhu' yang dilakukan nya tidak sesuai dengan tertib yang ada, maka wudhu' nya tidak
sah. (Nailur Raja' hal 36)

Catatan : Hendaknya Orang yang berwudhu memperhatikan bagian - bagian anggota wudhu
yang biasa nya sulit dijangkau air, seperti mata, tumit dan lain nya.

Sunnah - Sunnah Wudhu'


Yakni perkara - perkara yang disunnahkan bagi orang yang berwudhu. Jika dikerjakan, maka
dia mendapatkan pahal, jika ditinggalkan, maka dia tidak berdosa dan wudhu' nya tetap sah.

Sunnah wudhu' ada banyak, diantaranya ada 16 (enam belas) yakni :


1. Bersiwak sebelum berwudhu'
Ini ada 2 (dua) cara :
a. Sebelum mencuci kedua telapak tangan diawal wudhu'. Ini butuh niat khusus
untuk bersiwak karena menjalankan sunnah wudhu'.
b. Sesudah mencuci kedua telapak tangan saat wudhu'. Ini tidak butuh niat khusus,
karena sudah tercakup dengan niat sunnah membasuh telapak tangan.
2. Membasuh Telapak Tangan sebelum memasukkan kedalam bejana.
3. Mengucapkan "Bismillah ‫"بسم هللا‬
4. Membasuh tangan sebanyak 3 (tiga) kali. Terutama bagi yang berwudhu dari wadah,
meskipun dia yakin bahwa tangan nya dalam keadaan bersih.
5. Berkumur - kumur yakni memasukkan air ke dalam mulut dan menggerak - gerakkan
nya, kemudian dimuntahkan keluar.
Seandainya seseorang memasukkan air ke mulut dengan niat berkumur - kumur, lalu air
nya di telan, maka itu juga sudah mencukupi dalam berkumur - kumur.
6. Istinsyaq dan Istintsar
Istinsyaq yakni memasukkan air kedalam hidung dengan cara menghirup nya melalui
telapak tangan kanan.
Istintsar yakni mengeluarkan air dari hidung dengan tangan kiri.
7. Mengusap atau menggosokkan tangan pada anggota wudhu yang sedang dibasuh.
8. Mengusap seluruh kepala
Kepala adalah semua bagian yang berada diatas wajah sampai tengkuk yang biasa
ditumbuhi rambut.

Cara mengusap seluruh kepala yakni membasahi kedua telapak tangan, kemudian
kedua ujung telapak tangan disatukan dan diletakkan di atas dahi (awal mula tumbuh
rambut kepala), kemudian di tarik ke arah belakang sampai ke tengkuk, lalu
dikembalikan lagi ke arah depan. Hal ini sebagaimana yang dilakukan Nabi
Shallallahu'alaihi wa sallam.

Jika tidak ingin melepas surban atau jilbab, maka ia usap sebagian dari kepala nya,
kemudian menyempurnakan usapan sisa nya di atas seluruh penutup kepala nya.

9. Mengusap Telinga
Yakni mengusap bagian dalam telinga dengan jari telunjuk dan bagian luar telinga
dengan ibu jari, termasuk juga mengusap lobang telingan dengan jari telunjuk.

10. Menyela - nyela jenggot yang tebal dengan jari jemari. Jika jenggot nya tipis, maka wajib
bagi nya membasuh jenggot yang tipis tersebut serta kulit yang ada dibawah nya.
11. Menyela jari jemari tangan dan kaki
Menyela jari tangan yakni dengan cara menjalin jari - jemari kedua tangan.

Adapun cara menyela jari kaki yakni dimulai dari jari kelingking kaki kanan dan terus
bergantian sampai pada jari kelingking kaki kiri.

12. Menggerak - gerakkan cincin saat membasuh tangan, agar air dapat membasahi kulit
bagian dalam nya.

13. Memanjangkan batas basuhan anggota wudhu, yakni


a. Membasuh wajah sampai ke sebagian leher.
b. Membasuh tangan sampai ke lengan.
c. Membasuh kaki sampai ke pertengahan betis.
14. Mengulangi basuhan sampai 3 (tiga) kali
15. Mendahulukan anggota wudhu yang kanan dari yang kiri saat membasuh tangan dan
kaki.
16. Al-Muwallah yakni berkesinambungan antara basuhan anggota wudhu satu dengan
yang lain nya sebelum anggota wudhu sebelum nya mengering.
17. Tidak minta tolong orang lain untuk menuangkan air wudhu, tanpa ada hajat.
18. Tidak mengeringkan air wudhu dengan handuk.
19. Berdoa setelah wudhu' yakni mengucapkan :

Adab - Adab Wudhu


Adab ini adalah etika atau norma dalam berwudhu, seandainya tidak dilakukan, maka wudhu
nya tetap sah.
1. Menghadap kiblat
2. Tidak berbicara kecuali ada keperluan untuk berbicara, seperti menjawab azan atau
menjawab salam atau keperluan lain nya.
3. Hendaknya air yang digunakan tidak kurang dari 2 (dua) mud.

Hal yang Makruh dilakukan Saat Wudhu' :


Diantara nya,
1. Tidak mendahulukan bagian kanan dari bagian kiri.
2. Meninggalkan istinsyaq dan istintsar
3. Berlebih - lebihan didalam berkumur - kumur dan istinsyaq saat berpuasa.
4. Melebihi basuhan 3 kali
5. Menggunakan air secara berlebih - lebihan
6. Berwudhu ditempat najis, sebab dikhawatirkan dia terkena najis atau tertimpa was -
was.
7. Meminta orang lain untu membantu nya berwudhu tanpa ada alasan (udzur syar'i),
karena hal ini termasuk sikap sombong.

Pembatal - pembatal wudhu'


Pembatal wudhu' ada 4 (empat) perkara :
1. Keluar nya sesuatu dari dubur atau qubul, kecuali mani.
2. Hilang nya akal karena tidur, pingsan, gila, mabuk atau lain nya.
Kecuali tidur yang ringan yang mana seseorang masih bisa menjaga posisi duduknya di
lantai.
3. Menyentuh Lawan Jenis
yakni Bersentuhan secara langsung antara kulit laki - laki dengan perempuan yang
sudah besar dan bukan mahram nya.
Maka hal itu membatalkan wudhu kedua nya. Baik sengaja atau tidak, baik dengan
syahwat atau tidak.

Jika bersentuhan tersebut secara tidak langsung, misal ada nya penghalang kain, maka
wudhu' nya tidak batal.
4. Menyentuh Kemaluan atau Anus
Menyentuh kemaluan (qubul) atau anus (dubur) nya sendiri atau orang lain dengan
telapak tangan atau jari jemari bagian dalam tanpa penghalang. Adapun jika ada
penghalangan seperti sarung tangan atau kain, maka itu tidak membatalkan wudhu.

Menyentuh kemaluan orang lain tanpa penghalang, baik itu mayit atau kemaluan anak
kecil, maka membatalkan wudhu orang yang menyentuh nya.

Tidak membatalkan wudhu menyentuh kemaluan binatang. (al Muqaddimah al


Hadhramiyyah hal 35)

Hukum Mengusap Perban


Mengusap perban termasuk rukhsah (keringanan) yang diberikan Allah Ta'ala kepada hamba-
Nya. Hukumnya boleh, jika dia tidak bisa menggunakan air. Bahkan bisa menjadi wajib, apabila
ada kekhawatiran kesalamatan jiwa nya atau sakit nya tambah parah atau sembuh nya tambah
lama, jika bagian yang diperban terkena air.
Namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengusap perban :
1. Tidak boleh memperban, diluar batas kebutuhan.
2. Wajib membasuh kulit anggota wudhu yang sehat yang tidak di perban.
3. Wajib mengusap seluruh permukaan perban.

Cara nya
Adapun cara mengusap nya yakni dengan membasahi tangan, kemudian mengusap seluruh
bagian yang diperban dan membasuh bagian yang tidak terkena perban.

Batas Waktunya
Tidak ada batasan waktu tertentu dalam mengusap gips atau perban. Jadi, boleh bagi
seseorang mengusap perban sampai bagian yang diperban sembuh dari sakitnya. Jika bagian
yang diperban sudah boleh terkena air, maka keringanan mengusap perban telah berakhir.
Sehingga dia wajib membasuh bagian tersebut sebagaimana biasa nya.

Hukum Mengusap Sepatu (Khuf)


Diperbolehkan mengusap khuf (sepatu atau kaos kaki) yang luar sebagai pengganti membasuh
kedua kaki saat wudhu, baik bagi orang yang mukim atau musafir.

Syarat - syarat dibolehkan mengusap khuf ada 6 (enam) yaitu :


1. Sebelum memakai khuf, dia dalam keadaan suci sempurna, baik itu suci dari hadats
kecil maupun hadats besar.
2. Khuf nya Suci dari Najis. Jika khuf nya ada najis, maka tidak sah mengusap khuf.
3. Khuf nya kuat dan tidak robek.
Khuf (sepatu) kuat yakni sepatu tersebut mampu digunakan untuk jalan dan mondar
mandir, baik itu sepatu dari kulit, kain tebal, kayu atau lain nya.
4. Khuf nya menutupi kaki sampai mata kaki dari segala arah (bawah dan samping)
5. Tali khuf nya tidak terlepas atau terbuka setelah dipasang.
6. Tidak memakai sepatu rangkap.
Yakni tidak sah mengusap sepatu jika dalam sepatu nya ada sepatu yang lain, baik
sepatu itu layak diusap atau tidak.

Waktu Mengusap Khuf (Sepatu)


1. Bagi orang Mukim, waktu nya sehari semalam (24 jam).
2. Bagi orang sedang Safar (Musafir), waktu nya sedangkan 3 hari 3 malam (72 jam)

Mulai Perhitungan Waktu Mengusap Khuf


Hitungan waktu mengusap sepatu dimulai dari hadats pertama sekali setelah memakai sepatu.
Misal, seseorang berwudhu pada waktu subuh, kemudian dia memakai sepatu nya, lalu wudhu
nya batal karena dia berhadats saat matahari terbit, maka hitungan waktu mengusap khuf nya
dimulai sejak terbitnya matahari tersebut, bukan dimulai dari semenjak dia memakai sepatu.

Fawaid :
Jika seseorang mengusap khuf ketika dia mukim, lalu melakukan dia melakukan safar
(perjalanan), atau sebalik nya, dia awal nya safar kemudian mukim, maka hendaklah dia
menyempurnakan waktu mengusap khuf bagi orang yang mukim.

Pembatal Mengusap Khuf


Yang membatalkan kebolehkan mengusap khuf ada 3 (tiga) yaitu :
1. Melepas sepatu
2. Habis batas waktu nya
3. Dalam keadaan hadats besar yang mewajibkan nya mandi, misalnha junub, haid, nifas
atau melahirkan.
4. Sepatu sudah tidak memungkinkan lagi untuk di usap, karena sobek atau menjadi
rapuh.

Tata Cara Mengusap Khuf


Caranya yakni kedua telapak tangan yang sudah basah di usapkan ke bagian punggung
sepatu. Dimulai dari bagian ujung jari sepatu, kemudian ditarik ke belakang sampai mata kaki.

Sunnah dan Makruh Ketika Mengusap Khuf


Sunnah Mengusap tumit dan bagian belakang sepa, serta Mengusap bagian tepi sepatu.

Makruh mengulangi usapan sepatu lebih dari sekali dan juga makruh membasuh sepatu karena
hal itu bisa merusak sepatu.

Hukum Menolong atau Minta Bantuan Dalam Berwudhu' ada 4 (empat) kondisi :
1. Mubah, jika tujuan nya untuk mendekatkan atau mengambil air.
2. Menyelisihi yang utama, jika bentuknya menuangkan air kepada orang yang sedang
berwudhu sementara dia mampu melakukan nya.
3. Makruh, jika bentuknya membasuh anggota tubuh orang berwudhu.
4. Wajib, jika bentuknya menolong orang yang tidak mampu berwudhu dengan sendiri nya,
baik itu karena sakit atau lain nya.

---oOo---

HUKUM MANDI
Secara bahasa Mandi (al-Ghuslu) adalah mengalir. Sedangkan secara istilah, yakni :
‫سيالن الماء على جميع البدن بنية مخصوصة‬
Mengalirkan air pada seluruh tubuh dengan niat tertentu.

Perkara - perkara yang mewajibkan Mandi


Hal yang mewajibkan Mandi ada 6 (enam) yakni :
1. Bersetubuh yakni masuknya kepala penis ke vagina.
2. Keluar mani
3. Suci dari Haid
4. Suci dari Nifas
5. Melahirkan (Bersalin)
Walaupun hanya berupa gumpalan daging (mudhghah) atau gumpalan darah ('alaqah).
Walaupun melahirkan tanpa mengeluarkan darah.
6. Meninggal Dunia (Mati / Wafat), kecuali orang mati syahid.
Yang wajib memandikan mayit adalah orang yang masih hidup.

Larangan Ketika Junub (Berhadats Besar)


Orang yang Junub adalah orang yang telah keluar mani dalam keadaan sehat yang mewajibkan
nya mandi.
1. Mengerjakan Shalat
2. Mengerjakan Thawaf
3. Menjadi Khathib Jum'at
4. Menyentuh atau Membawa Mushaf al-Quran
5. Membaca al-Quran
6. Berdiam diri di Masjid kecuali Terpaksa.
7. Mondar mandir di Masjid.

Rukun - Rukun Mandi


Rukun atau Fardhu Mandi ada 2 (dua) yaitu :
1. Niat Mandi Wajib
Niat mandi ini sah sudah mencukupi apabila terdapat niat salah satu dari perkara berikut
:
a. Niat menghilangkan janabah
b. Atau Niat membolehkan ibadah yang terlarang karena sebab junub
c. Atau Niat Mandi Wajib

Niat ini letak nya diawal mandi yakni ketika mencuci anggota badan pertama sekali.
2. Meratakan Air ke Seluruh Tubuh (Badan), termasuk rambut.

Wajib melepaskan kepangan rambut, jika kepangan itu bisa menghalangi sampai nya air. Jika
rambut nya mengumpal, maka itu dimaafkan.

Syarat Sah nya Mandi sama dengan Syarat Sah nya Wudhu'.
1. Islam
Maka tidak sah mandi nya orang kafir. Kecuali bagi wanita kafir yang telah suci dari haid
nya, agar menjadi halal bagi suami nya yang Muslim untuk mengauli nya. Maka mandi
nya dianggap sah. (Nailuk Raja' hal 49)
2. Tamyiz
Seorang anak dikatakan sudah Tamyiz apabila Bisa memahami pembicaraan orang dan
dapat menjawab nya dengan ben dan ardapat makan, minum dan istinja' (cebok)
dengan sendiri nya.
3. Suci dari Haid dan Nifas.
Kecuali mandi saat melakukan ibadah haji. Sebab mandi tetap disunnahkan bagi wanita
haid dan nifas.
4. Berakal
5. Air nya Suci
6. Tidak ada sesuatu yang dapat menghalangi air mengalir ke seluruh tubuh
7. Menghilangkan Najis yang ada pada tubuh.
8. Menghadirkan niat terus menerus artinya tidak berpaling kepada hal lain selain yang
dikerjakan dan diniatkan.

Syarat Kesempurnaan Mandi


9. Berilmu
a. Mengetahui tentang tata cara mandi
b. Bisa membedakan antara wajib dan sunnah mandi, bagi yang mampu. Adapun
bagi yg tidak mampu, cukup tidak meyakini yang wajib menjadi sunnah.

Sunnah - Sunnah Mandi


Hal yang disunnahkan dalam mandi ada 11 (sepuluh) yaitu :
1. Berdiri
2. Menghadap Kiblat
3. Bersiwak
4. Mencuci telapak tangan sebanyak 3 kali. Lebih dianjurkan lagi jika mandi dari bejana.
5. Menghilangkan kotoran.
6. Berwudhu sebelum mandi
7. Mengucapkan Bismillah
8. Menyela lipatan badan
9. Menyela pangkal rambut
10. Menggosok badan agar air merata ke seluruh badan
11. Mendahulukan bagian kanan dari bagian kiri tubuh.
12. Mengulangi siraman setiap bagian tubuh sebanyak 3 kali

Tata Cara Mandi


1. Membasuh kedua telapak tangan
2. Membersihkan kemaluan dan sekitarnya
3. Berkumur - kumur dan menghirup air kehidung serta mengeluarkan nya
4. Berwudhu seperti wudhu hendak shalat
5. Membersihkan lipatan tubuh
6. Mengalirkan air ke tubuh, dimulai dari bagian kepala
7. Kemudian mengalirkan air ke anggota badan sebelah kanan
8. Kemudian mengalirkan air ke anggota badan sebelah kiri

Hal yang dimakruhkan dalam Mandi sama dengan hal yang dimakruhkan dalam Wudhu'.
Ditambah 3 (tiga) perkara :
1. Dimakruhkan tidur
2. Dimakruhkan makan minum
3. Dimakruhkan jima' lagi, sebelum melakukan berwudhu.
Jika dia berwudhu, lalu dia tidur atau makan atau mengulangi jima', maka hukum
makruh nya terangkat.
Termasuk juga wanita yang sudah suci dari haid dan nifas yang belum mandi wajib, juga
dimakruhkan melakukan hal diatas kecuali jima', sebab jima' tidak boleh dilakukan atas
mereka sampai mereka mandi wajib.

Perkara yang Disunnahkan Untuk Mandi


Mandi Sunnah ada banyak jenisnya, diantara nya :
1. Mandi sebelum pergi Shalat Jum'at
2. Mandi sebelum pergi Shalat Dua Hari Raya
3. Mandi setelah memandikan Jenazah
4. Mandi sebelum pergi Shalat Istisqa' (Minta Hujan)
5. Mandi sebelum Shalat Khusuf (Gerhana)
6. Mandi setelah masuk Islam dan mengucapkan dua kalimat syahadat
7. Mandi setelah sumbuh dari Gila atau sadar dari Pingsan
8. Mandi sebelum mengerjakan Ihram
9. Mandi sebelum wuquf di Arafah
10. Mandi sebelum mabit (bermalam) di Muzdalifah
11. Mandi sebelum melempar 3 jumrah
12. Mandi sebelum mengerjakan Thawaf
13. Mandi sebelum mengerjakan Sa'i
14. Mandi setelah melakukan Bekam
15. Mandi saat badan bau dan ingin pergi Shalat Jama'ah ke Masjid
Tidak sah bersuci menggunakan air yang sudah dipakai untuk bersuci dari hadats atau najis.

Hal - Hal yang Makruh Ketika Mandi


1. Berlebih - lebihan dalam menggunakan air. Air untuk mandi tidak boleh kurang dari satu
sha' yakni 2,5 - 3 liter.
2. Mandi di air yang tidak mengalir, dimana tubuh nya masuk kedalam nya.
3. Dan semua hal yang makruh dalam wudhu.

Fawaid :
1. Apabila terkumpul antara perkara yang mewajibkan mandi dan najis yang harus di
hilangkan pada diri seseorang, misalnya air kencing, maka mandi sudah mencukupi nya.
2. Boleh menggabungkan antara mandi yang hukum nya wajib dengan mandi yang hukum
nya sunnah seperti mandi junub dengan mandi jumat, jika di niatkan kedua nya. Jika
tidak di niatkan, maka mandi sesuai apa yang di niatkan.
3. Apabila terkumpul antara hadats kecil dan hadats besar dalam waktu yang sama, maka
mandi sudah mencukupi untuk menghilangkan kedua hadats tersebut, baik sebelum
mandi dia berniat wudhu atau tidak, baik membasuh anggota wudhunya secara urutan
atau tidak, karena wudhu sudah terpenuhi dengan mandi dan juga hadats tidak
berbilang, sehingga berapa oun banyak hadats kewajiban bersuci hanya sekali saja.
4. Dibolehkan mandi bersama antara suami isteri dalam atau dari aatu bejana.

---oOo---

HUKUM TAYAMMUM
Secara bahasa, Tayamum adalah al-Qashdu (menyegaja). Sedangkan secara istilah adalah
‫إيصال التراب إلى الوجه واليدين بنية مخصوصة‬
Mengusapkan debu pada wajah dan kedua tangan dengan niat tertentu.

Hukum Tayamum
Tayamum disyariatkan berdasarkan al-Quran dan as-Sunnah serta Ijma'.

Sebab Tayamum
Hal yang membolehkan seseorang bertayamum ada 3 (tiga) yaitu :
1. Masuknya waktu shalat
2. Tidak ada air setelah mencari nya.
Disyariatkan mencari air dengan jarak kurang lebih 150 meter dari tempat nya, sebelum
melakukan tayamum.
Namun jika dia khawatir terhadap keselamatan nyawa dan harta nya saat mencari air,
maka tidak perlu mencari air.
3. Tidak bisa menggunakan air untuk bersuci
Ini ada beberapa kondisi :
a. Sakit, yakni sakit yang menyebabkan terhalang nya dia menggunakan air. Bisa
khawatir akan sakit nya tambah parah atau memperlambat kesembuhan atau
mengancam jiwa nya atau timbul bekas luka yang permanen atau semisalnya.
b. Cuaca yakni cuaca yang sangat dingin sekali yang khawatir nyawa nya, jika dia
menggunakan air.
c. Kadar air yang ada, tidak mencukupi untuk bersuci dan minum nya.
d. Menemukan Air yang di Jual, sementara dia tidak punya uang untuk membeli
nya.
e. Antara air dan dirinya terhalang oleh musuh atau binatang buas.
f. Air yang tersisa dibutuhkan untuk dijual guna memberi nafkah wajib kepada
kekeluarga nya atau membeli pakai untuk menutup aurat nya.
g. Takut harta nya dicuri atau dia ketinggal rombongan, apabila mencari air.
h. Tidak ada alat yang bisa digunakan untuk mengambil air.
i. Takut tercebur dan tenggelam kedalam lautan yang membahayakan nyawa nya,
jika ia berada diatas kapal dan tidak ada alat untuk mengambil air.

Syarat - Syarat Tayamum


1. Dengan Debu atau Tanah yang Mengandung Debu
Adapun tayamum dengan pasir, jika ada debu nya, maka sah. Namun jika tidak ada
debu nya, tayamum nya tidak sah seperti pasir yang basah.
2. Debu nya Suci, tidak mengandung Najis
3. Debu nya belum pernah digunakan bertayamum oleh orang lain
4. Debu nya tidak boleh bercampur dengan tepung atau sesuatu yang halus semisalnya
5. Menghilangkan najis pada badan sebelum bertayamum, jika ada.
6. Sudah masuk waktu Shalat
Masalah : Mana yang lebih utama, bersegera bertayamum atau menunda nya?
Jawab : Hukumnya menyesuaikan keadaan.
a. Yakin Bisa Mendapatkan Air
b. Tidak Yakin Bisa Mendapatkan Air
Kondisi 1 : Yakin Bisa Mendapatkan Air
Jika dia telah yakin akan ada nya air atau bisa mendapatkan air di tengah atau akhir waktu
shalat wajib, dimana dia bisa mengerjakan wudhu dan shalat sebelum waktu shalat tersebut
berakhir, maka yang lebih utama bagi nya adalah mencari air dalam batas yang dekat yakni
6.000 langkah atau menunggu datang nya air dan mengakhir pelaksanaan shalat wajib, supaya
mengerjakan shalat dengan wudhu, sebab wudhu adalah hukum asal menghilangkan hadats
kecil dan lebih sempurna.

Kondisi 2 : Tidak yakin bisa mendapatkan Air.


Jika dia tidak yakin dan tidak ada harapan atau ragu bisa mendapatkan air atau ada nya air
sampai akhir waktu shalat wajib tersebut, maka sebaiknya dia bersegera melakukan tayamum
lalu mengerjakan shalat di awal waktu.
7. Dilakukan setiap kali hendak shalat Wajib, sebab tayamum cara bersuci ketika darurat.
Jadi, sekali tayamum, cuma untuk sekali shalat wajib. Tidak boleh digunakan untuk dua
kali shalat wajib, baik itu waktu nya berdekatan atau berjauhan. Dan juga tidak boleh
satu kali tayamum untuk dua thawaf wajib atau untuk thawaf wajib dan shalat wajib.
Adapun shalat sunnah apapun, maka boleh dilakukan dengan sekali tayamum.
Termasuk kedalam shalat jenazah. Begitu juga boleh melakukan shalat wajib dan shalat
sunnah dengan sekali tayamum atau satu kali shalat wajib dan thawaf sunnah dengan
sekali tayamum.
8. Mengusap wajah dan kedua tangan dengan dua kali tepukan debu. Sekali untuk
mengusap wajah dan sekali lagi untuk mengusap tangan. Namun jika dua tepukkan
tidak mencukupi untuk mengusap anggota tayamum, maka wajib untuk menambah
tepukkan lain nya.

Rukun - Rukun Tayamum


Rukun atau Fardhu Tayamum ada 5 (lima) yakni :
1. Mengambil Debu Dengan Sengaja.
Yakni Mengambil untuk memindahkan debu dari tanah ke anggota tayamum yang wajib
di usap. Seandainya pada tangan atau wajah seseorang terdapat debu jalanan atau dari
tiuoan angin, lalu dia meratakan nya untuk bertayamum, maka tayamum nya tidak sah.
2. Niat untuk melakukan Tayamum agar bisa melaksanakan shalat dan mengangkat
hadats. Niat ini bersamaan dengan tangan diletakkan ke debu serta mengusap wajah.
3. Mengusap Wajah
yakni mengusap semua bagian wajah nya termasuk permukaan jenggot, dan bagian
mancung hidung nya yang berada diatas bibir.
4. Mengusap Kedua Tangan sampai Siku secara menyeluruh.
5. Tertib sesuai urutan.
Yakni berurutan dalam mengusap anggota tayamum mulai dari mengusap wajah
kemudian baru tangan. Apabila dibalik, tangan baru wajah, maka tayamum nya tidak
sah.

Sunnah - Sunnah Tayamum ada 7 (tujuh) :


1. Mengucapkan Bismillah
2. Merenggangkan jari jemari pada saat menepukkan tangan ke permukaan tanah / debu,
agar debu terangkat.
3. Menipiskan debu dari kedua telapak tangan
4. Memulai mengusap wajah dari bagian atas wajah.
5. Mendahulukan bagian kanan dari bagian kiri saat mengusap tangan.
6. Menyela jari jemari saat mengusap tangan.
7. Al-Muwalah yakni Berkesinambungan tanpa terhenti dalam waktu yang lama antara
mengusap wajah dan tangan.

Hal yang Makruh dilakukan Dalam Tayamum


1. Mengulang - ulang usapan
2. Mempertebal debu ditangan
Adab - Adab Tayamum
1. Menghadap ke arah kiblat saat tayamum
2. Menggunakan sedikit debu
3. Tidak menggunakan debu yang ada didalam masjid
4. Tidak memakai debu yang haram, misal nya dari merampas debu orang lain.

Pembatal Tayamum ada 4 (empat) :


1. Semua perkara yang membatalkan wudhu, juga membatalkan tayamum
2. Menduga ada nya air disekitar nya sebelum melaksanakan Shalat
3. Hilangnya perkara yang menjadi penyebab tayamum secara syar'i, seperti sakit, jika dia
sudah sembuh, maka tayamum nya batal. Artinya tidak boleh bertayamum lagi.
4. Murtad (Keluar dari Islam)

Tata Cara Tayamum


1. Dimulai dengan menepukkan kedua tangan ke atas tanah sambil berniat untuk
tayamum, lalu mengusapkan nya pada wajah.
2. Kemudian menepukkan kedua tangan kedua kali nya, lalu meletakkan telapak tangan
kiri pada punggung tangan kanan dan mengusapkan nya dengan menjalankan nya
sampai siku. Kemudian di balik tanpa diangkat dan mengusapkan nya pada bagian
dalam tangan dari siku hingga telapak tangan. Kemudian melanjutkan nya pada tangan
kiri nya sama seperti tangan kanan.

Hukum Orang yang Tidak Menemukan Air dan Tidak Mampu Bertayamum (Faqid Thahurain)
Apabila seseorang tidak menemukan air atau debu, seperti dia berada di temoat yang
berlumpur basah atau dia di penjara di tempat yang najis, atau ditawan oleh musuh dalam
keadaan terikat atau semisalnya. Maka yang wajib bagi nya adalah mengerjakan shalat sesuai
dengan kemampuan dan keadaan nya. Walaupun bersuci adalah syarat sah nya shalat, namun
keadaan ketidak mampuan nya melakukan hal itu (bersuci), tidak bisa menjadi alasan bagi nya
boleh meninggalkan shalat. Adapun alasan dibolehkan nya seseorang meninggalkan shalat
akan dibahas di kitab shalat.

Anda mungkin juga menyukai