Tharah artinya membersihkan dan menghilangkan kotoran yang menghalangi seseorang dari
mengerjakan ibadah.
---oOo---
HUKUM AIR
Air terbagi menjadi 4 (empat) hukum :
1. Air yang Suci lagi Menyucikan, serta tidak makruh digunakan untuk bersuci. Air jenis ini
disebut dengan "Air Muthlaq" ini ada 7 (tujuh) macam :
a. Air Hujan
b. Air Laut
c. Air Sungai
d. Air Sumur
e. Air Mata Air
f. Air Salju
g. Air Embun
Fawaid :
Semua Jenis Cairan dengan segala macam bentuknya, selama masih dinamakan "AIR", maka
ia adalah Air yang sah digunakan untuk bersuci. Termasuk uap air yang dihasilkan dari air yang
sudah mendidih. (Fiqih al-Mubtadi'in hal 43)
2. Air yang Suci lagi Menyucikan namun Makruh digunakan untuk bersuci yakni Air
Musyammas.
Air dikatakan Air Musyammas jika air tersebut dipanaskan atau terpanaskan dibawah matahari,
dalam bejana logam atau besi.
Air ini makruh digunakan untuk menyucikan badan seperti wudhu dan mandi, adapun untuk
menyucikan pakaian dari najis tidaklah makruh.
Faidah : Jika seseorang tetap menggunakan air jenis ini untuk bersuci, maka bersuci nya tetap
sah. Hanya saja perbuatan nya menggunakan air tadi tidak disukai (makruh).
3. Air yang Suci namun tidak mensucikan yakni Air Musta'mal (yakni Air bekas atau sisa
yang digunakan untuk bersuci dari hadats atau najis). Air jenis ini tidak sah digunakan
untuk bersuci wajib.
Namun boleh dan sah digunakan dalam bersuci yang disunnahkan seperti digunakan
untuk membasuh anggota wudhu untuk ke 2 (dua) atau 3 (tiga) kali nya.
Termasuk kedalam jenis ini, Air yang bercampur dengan benda suci lain nya sehingga
keluar dari status kemuthlakan nya, seperti Air Teh, Susu, Sirup.
4. Air yang Najis yakni Air yang bercampur dengan benda Najis. Ini ada 2 (dua) keadaan.
a. Pertama : Air yang sedikit, yakni Air yang volume nya kurang dari 2 qullah,
apabila terkena najis, walaupun sifat air nya tidak berubah, maka air tersebut
dihukumi Najis. Baik najis nya sedikit ataupun banyak.
Ukuran 2 Qullah yakni sama dengan 500 Rithl Baghdad atau setara dengan :
a. Dalam segi empat yakni panjang 1 ¼ hasta, lebar 1 ¼ hasta dan dalam 1
¼.
b. Dalam wadah yang bulat seperti sumur yakni dalam nya 2 hasta dan
lebar nya 1 hasta.
c. Atau setara air 218 liter atau sama dengan tempat air yang panjang, lebar
dan dalam nya 58 cm.
Dimaafkan atau tidak dianggap, apabila benda Najis yang masuk kedalam Air itu
Hanya Sedikit, seperti sehelai bulu binatang Najis selain Anjing dan Babi,
bangkai binatang yang tidak memiliki darah mengalir, najis yang tidak bisa
dijangkau oleh mata, najis pada paruh burung atau mulut tikus, sedikit debu
kotoran binatang, sisa air minuman kucing yang memakan najis.
b. Kedua : Air yang banyak, yakni Air yang volume nya 2 qullah atau lebih, apabila
terkena najis, tidak berubah menjadi air najis kecuali najis tersebut merubah
salah satu atau semua sifat air walaupun dengan perubahan yang sedikit. Sifat
air yakni rasa nya, warna nya atah bau nya.
Jika perubahan tersebut hilang dengan sendiri nya atau hilang karena ada air
lain yang mencampuri nya, maka air tersebut menjadi Suci.
Akan tetapi, jika perubahan tersebut hilang dengan minyak, za'faran, kapur atau
tanah, maka air tersebut tetap najis.
Fawaid :
Haram menggunakan air dari hasil curian (ghashab) atau air yang disediakan untuk minum.
Fawaid :
Hukum Ragu Terhadap Status Air
Apabila ia ragu, air yang suci dengan yang terkena najis, ia boleh berijtihad terhadap status air
tersebut dan boleh bersuci dengan air yang dia yakini kesujian nya, walaupun ia buta.
Jika dia diberi tahu bahwa air itu terkena najis oleh orang yang dapat dipercaya dan orang
tersebut menjelaskan sebab nya, maka ia boleh berpegang dengan pendapat orang tersebut.
Fawaid :
Adapun air dari bekas minum manusia adalah Suci. Begitu juga air sisa bekas minuman semua
binatang juga suci kecuali sisa bekas minum anjing atau babi atau peranakan kedua nya.
Fawaid :
Seluruh macam jenis benda cair seperti minyak, madu, baik sedikit atau banyak, dihukumi
seperti air yang sedikit dalam segala permasalahan nya. (Nailur Raja' hal 40)
---oOo---
HUKUM NAJIS
Najis secara bahasa adalah sesuatu yang menjijikkan. Secara istilah, Najis adalah sesuatu
yang dianggap kotor oleh syari'at yang mana ia bisa menghalangi seseorang dari mengerjakan
Ibadah.
2. Najis Hakiki yakni Suatu benda kotor yang nampak, jika melekat pada badan, pakaian
atau tempat bisa menghalangi sah nya shalat.
Najis hakiki ini tidak akan Suci dalam keadaan apapun, karena zat (hakekat) nya sudah
kotor. Najis Hakiki ini bisa berupa benda padat, cair ataupun Hewan.
Najis dibagi menjadi menjadi 3 (tiga), jika dilihat dari cara membersihkan nya. Yakni :
1. Najis Mughallazhah (Najis Berat) yakni Najis nya Anjing, Babi serta peranakan dari
kedua nya.
2. Najis Mukhaffafah (Najis Ringan) yakni air kencing anak laki - laki yang belum makan
apa pun kecuali minum air susu ibu nya dan belum berusia 2 tahun.
3. Najis Mutawassithah (Najis Sedang) yakni semua najis selain yang disebutkan.
Adapun jika tanah menjadi najis karena anjing, maka cara mensucikan tanah tersebut
cukup disiram dengan air murni sebanyak 7 (tujuh) kali.
2. Najis Mukhaffah
Semua benda atau barang yang terkena najis air kencing bayi laki - laki yang belum
makan selain minum air susu ibu nya, cara mensucikan nya cukup dipercikan air sampai
air tersebut merata dipermukaan benda tersebut, setelah najisnya dihilangkan.
3. Najis Mutawassithah
Najis ini dibagi menjadi 2 (dua) yakni :
a. Najis 'Ainiyyah yakni najis yang terlihat rupa, warna, bau atau rasa nya. Cara
mensucikan nya adalah dengan membersihkan nya sampai warna, bau dan rasa
nya hilang.
Apabila setelah disucikan masih ada sedikit sisa warna atau bau najis yang sulit
dihilangkan, maka hal itu tidak masalah.
b. Najis Hukmiyah yakni najis yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa.
Maka cara menyucikan nya adalah dengan menyiramkan air pada tempat yang
terkena najis.
Fawaid :
Adapun cara menyamak kulit adalah dengan cara menghilangkan sisa - sisa darah dan
semisalnya yang bisa menjadikan nya busuk, dengan menggunakan sesuatu yang pahit atau
zat tertentu.
Tidak ada maaf untuk benda najis apapun kecuali najis yang tidak terlihat oleh mata serta yang
sulit dihindari, diantara nya :
1. Percikan air kencing yang jumlahnya sangat sedikit, yang mengenai badan, atau
pakaian atau tempat.
2. Darah dan Nanah yang mengenai badan, pakaian atau tempat dalam jumlah yang
sangat sedikit. Begitu juga darah dan nanah yang ada pada luka.
3. Kencing atau Kotoran Hewan yang mengenaj biji - bijian atau mengenai susu saat di
perah selama tidak merubah air susu yang diperah.
4. Kotoran ikan selama tidak merubah sifat air, begitu juga kotoran burung.
5. Darah hewan yang mengenai tukang sembelih hewan selama jumlah nya sedikit.
6. Lumpur kotor jalanan yang mengenai pakaian.
7. Bangkai binatang yang tidak memiliki darah, jatuh di benda cair, maka benda cair tadi
tidak najis selama tidak merubah sifat cair nya, dengan syarat binatang tersebut jatuh
dengan sendirinya.
---oOo---
HUKUM BEJANA
Bejana adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menaruh atau meletakkan benda cair dan
padat atau lain nya.
Apabila bejana terkena najis yang selain nya, maka cara mensucikan nya cukup dibasuh
dengan sekali basuhan setelah najis nya dihilangkan. Jika dicuci sebanyak 3 kali itu lebih baik
dan lebih disukai.
Adapun menggunakan bejana atau perabot yang ditambal dengan perak dan kadarnya hanya
sedikit menurut kebiasaan, maka hukum nya boleh.
Adapun memakai baju orang kafir, hukumnya sama dengan memakai bejana perabot mereka.
---oOo---
HUKUM ISTINJA'
Istinjak secara bahasa adalah al-Qathu' (memotong). Sedangkan secara istilah adalah
Membersihkan diri dari najis yang keluar dari dubur atau qubul, baik dengan air atau pun batu.
Hukum Istinjak
Hukum Istinja' ada 5 (lima) yaitu :
1. Wajib beristinja', jika yang keluar dari dubur atau qubul berupa najis.
2. Sunnah beristinja', jika yang keluar berupa benda padat seperti baju
3. Mubah beristinja', jika yang keluar berupa keringat
4. Makruh beristinja', jika yang keluar hanya kentut
5. Haram beristinja', jika beristinja' dengan benda rampasan.
Cara Istinjak
Istinjak (cebok) yang paling utama adalah dengan menggunakan beberapa buah batu terlebih
dahulu, kemudian di ikuti dengan basuhan air.
Boleh beristinjak dengan batu saja atau dengan air saja. Dan istinjak dengan air saja itu lebih
utama dibandingkan istinjak dengan batu saja. Namun mengabungkan kedua nya, bersuci
dengan batu dan air, itu lebih utama.
Apabila memulai istinjak (cebok) dengan air, kemudian ingin istinjak dengan batu setelah nya,
maka hal itu tidaklah termasuk disunnahkan, karena cebok dengan batu setelah air tidak ada
manfaat dan faedah nya. (Nailul Raja' hal 27)
Jika mengusap satu batu yang mempunyai tiga sisi atau mengusap dengan tiga kali
usapan dari satu sisi pada satu batu, dimana setiap kali selesai mengusap batu tersebut
dibasuh dengan air dan dikeringkan, maka hal itu juga sudah mencukupi dan
diperbolehkan. (Nailul Raja hal 28)
Diqiyas kepada batu, daun, tissu, kain, kertas dan semisal nya. Dengan syarat benda tersebut
suci dan bisa menghilangkan najis serta tidak terhormat atau mulia seperti uang, makanan,
minuman atau kertas buku - buku yang bermanfaat.
Disunnahkan bagi seseorang yang hendak buang hajat untuk memperhatikan adab buang hajat
berikut ini :
1. Disunnahkan masuk dengan mendahulukan kaki kiri dan keluar dengan mendahulukan
kaki kanan.
2. Membaca doa sebelum masuk wc yakni doa
Bismillah, Allahumma inni a'udzubika minal khubutsi wal khaba'its.
3. Tidak membawa hal - hal yang berisi nama Allah, atau ayat - ayat al-Quran.
4. Menjauh dari manusia, jika buang hajat ditempat terbuka.
5. Membuat hijab (pembatas) jika buang hajat ditempat terbuka agar aurat tidak terlihat
oleh manusia.
Jarak dia dengan pembatas (tabir / hijab) 3 hasta, serta tinggi nya kurang lebih ⅔ hasta.
Adapun buang hajat di wc, tabir ini tidak diperlukan. (Muqaddimah al Hadhramiyyah)
6. Tidak mengangkat baju nya, kecuali ia sudah dekat ke tanah atau sudah berada didalam
wc. Sehingga aurat nya tidak terlihat oleh manusia.
7. Istinjak (cebok) dengan tangan kiri.
8. Menggosokkan tangan ke tanah atau menggunakan sabun setelah cebok. Kemudian
membasuh nya. Agar bau dan najis ditangan nya hilang.
9. Memercikkan air pada kemaluan nya dan celana nya.
10. Membaca doa setelah keluar dari wc yakni doa Ghufranaka.
Adapun bersiwak setelah matahari tergelincir, dimakruhkan bagi orang yang berpuasa. Sebab
dikhawatirkan akan masuknya air kedalam mulut yang menyebabkan puasa nya batal. Hal ini
berlaku, baik dia melakukan puasa wajib atau sunnah. Hukum ini tidak makruh lagi, jika
matahari telah terbenam.
—-ooOoo—-
Secara bahasa, Haid artinya as-Silaanu (mengalir). Sedangkan secara istilah, Haid adalah
darah kebiasan wanita yang keluar dari ujung rahim dalam kondisi sehat pada waktu tertentu.
Biasa nya warna nya merah kehitam hitaman.
Adapun Nifas, adalah darah yang keluar setelah melahirkan. Dinamakan Nifas karena darah itu
keluar setelah melahirkan jiwa manusia (Nafs).
Adapun istihadah, adalah darah yang keluar disebabkan penyakit, dan biasa nya
perkepanjangan, bukan pada hari haid atau nifas.
Namun jika dia mengeluarkan darah disaat usia nya 9 tahun kurang 17 atau 18 hari atau lebih,
maka darah tersebut adalah darah penyakit, bukan darah haid.
Dan haid umum nya sudah terjadi pada wanita berusia 20 tahun. Dan tidak ada batasan usia
maksimal wanita haid. Kapan wanita tidak haid lagi, maka itulah batasan usia maksimal dia
haid. Sebab setiap orang berbeda beda dalam hal ini.
Adapun masa suci antara haid dengan nifas tidak ada batasan nya. Dengan demikian apabila
seorang wanita berhenti dari nifas, kemudian dia melihat darah keluar setelah berlalu 15 hari,
maka itu dihukumi darah haid.
Apabila seorang wanita telah suci dari haid, akan tetapi belum mandi, maka semua larangan
diatas tetap berlaku atas nya kecuali 3 (tiga) perkara :
1. Puasa
2. Thalaq (cerai)
3. Bersuci dengan niat ibadah
---oOo---
HUKUM HADATS
Orang yang berhadats adalah orang yang terhalang dari melakukan ibadah.
Hadats artinya sifat kotor yang melekat pada diri seseorang sehingga menghalanginya dari
mengerjakan ibadah tertentu. Hadats ini juga bisa disebut dengan "Najis Hukmi".
Bersuci dari Hadats adalah Wajib berdasarkan al-Quran, as-Sunnah dan Ijma' atas semua
orang yang mau mengerjakan Shalat.
Perkara - perkara yang dilarang (diharamkan) bagi orang yang berhadats ada 3 (tiga) :
1. Shalat
2. Thawaf
3. Menyentuh atau Membawa Mushaf
Diqiyaskan kepada shalat dua khutbah jum'at, dan semua jenis sujud baik itu sujud tilawah atau
sujud syukur.
Semua perkara diatas juga berlaku atas orang junub dan ditambah lagi :
1. Berdiam di masjid / i'tikaf
2. Membaca al-Quran dengan niat ibadah
Makruh bagi orang yang junub untuk makan, minum, tidur, dan mengulangi jimak, sebelum
membasuh kemaluan dan berwudhu. Begitu juga wanita yang suci dari haid dan nifas. (al
Muqaddimah al Hadhramiyyah)
---oOo---
HUKUM WUDHU'
Wudhu' adalah membasuh beberapa anggota badan tertentu dengan niat tertentu.
Bersiwak
Bersiwak (menggosok gigi) sangat dianjurkan (disunnahkan) dalam 4 (empat) kondisi :
1. Sebelum berwudhu'
2. Sebelum memulai shalat
3. Ketika bangun dari tidur
4. Ketika bau mulut berubah
Dimakruhkan bersiwak bagi orang yang berpuasa apabila dia khawatir diri nya akan tertelan air
atau pas gigi.
Bagi orang yang kena penyakit salisul baul (kencing yang menetes) atau wanita
istihadhah, maka ditambah 3 (tiga) syarat lagi, yakni :
11. Berkesinambungan (al-Muwaalaah) yakni membasuh anggota wudhu yang satu dengan
yang lain nya secara berkelanjutan tanpa ada jeda atau diselinggi apapun yang
menyebabkan anggota wudhu itu kering.
12. Mencuci anggota wudhu sebatas kadar minimal sudah dianggap sah.
13. Pada saat masuk waktu shalat.
Begitu juga, apabila dia ragu, apakah wudhu nya sudah batal atau belum, maka dia tidak perlu
wudhu' lagi. Karena keraguan tidak bisa menghapuskan sesuatu yang yakin.
Rukun Wudhu'
Rukun atau Wajib (Fardhu') Wudhu ada 6 (enam) :
1. Niat
2. Membasuh Wajah
3. Membasuh Kedua Tangan sampai Siku
4. Mengusap Kepala
5. Membasuh Kedua Kaki sampai Mata Kaki
6. Tertib
Tentang Niat
Yang dimaksud dengan Niat adalah
قصد الشيء مقترنا بفعله
"Mengerjakan suatu amalan yang diikuti dengan perbuatan nya."
Niat wudhu sah apabila ada salah satu dari 3 (tiga) ini :
1. Dia berniat untuk menghilangkan hadats kecil.
2. Atau berniat mengerjakan ibadah yang membutuhkan syarat berwudhu. Seperti
bersuci untuk shalat.
3. Atau dia berniat untuk melakukan fardhu (wajib) wudhu.
4. Atau dia berniat wudhu saja.
Jika niat ini tidak bersamaan dengan perbuatan nya, itu disebut 'azm atau keinginan
bukan niat. (Nailur Raja' hal 38)
Tentang Membasuh Wajah
Batasan Wajah dari atas yakni pangkal rambut diatas dahi sampai dagu yang ditumbuhi
jenggot. Adapun batas kiri kanan nya yakni kedua telinga nya.
Dinamakan wajah itu sebagai muka karena digunakan untuk bertatap muka.
Tentang Tertib
Yang dimaksud dengan tertib adalah tidak mendahulukan salah satu anggota wudhu' yang satu
dari anggota wudhu yang lain nya yang harus dibasuh sesudah nya.
Apabila wudhu' yang dilakukan nya tidak sesuai dengan tertib yang ada, maka wudhu' nya tidak
sah. (Nailur Raja' hal 36)
Catatan : Hendaknya Orang yang berwudhu memperhatikan bagian - bagian anggota wudhu
yang biasa nya sulit dijangkau air, seperti mata, tumit dan lain nya.
Cara mengusap seluruh kepala yakni membasahi kedua telapak tangan, kemudian
kedua ujung telapak tangan disatukan dan diletakkan di atas dahi (awal mula tumbuh
rambut kepala), kemudian di tarik ke arah belakang sampai ke tengkuk, lalu
dikembalikan lagi ke arah depan. Hal ini sebagaimana yang dilakukan Nabi
Shallallahu'alaihi wa sallam.
Jika tidak ingin melepas surban atau jilbab, maka ia usap sebagian dari kepala nya,
kemudian menyempurnakan usapan sisa nya di atas seluruh penutup kepala nya.
9. Mengusap Telinga
Yakni mengusap bagian dalam telinga dengan jari telunjuk dan bagian luar telinga
dengan ibu jari, termasuk juga mengusap lobang telingan dengan jari telunjuk.
10. Menyela - nyela jenggot yang tebal dengan jari jemari. Jika jenggot nya tipis, maka wajib
bagi nya membasuh jenggot yang tipis tersebut serta kulit yang ada dibawah nya.
11. Menyela jari jemari tangan dan kaki
Menyela jari tangan yakni dengan cara menjalin jari - jemari kedua tangan.
Adapun cara menyela jari kaki yakni dimulai dari jari kelingking kaki kanan dan terus
bergantian sampai pada jari kelingking kaki kiri.
12. Menggerak - gerakkan cincin saat membasuh tangan, agar air dapat membasahi kulit
bagian dalam nya.
Jika bersentuhan tersebut secara tidak langsung, misal ada nya penghalang kain, maka
wudhu' nya tidak batal.
4. Menyentuh Kemaluan atau Anus
Menyentuh kemaluan (qubul) atau anus (dubur) nya sendiri atau orang lain dengan
telapak tangan atau jari jemari bagian dalam tanpa penghalang. Adapun jika ada
penghalangan seperti sarung tangan atau kain, maka itu tidak membatalkan wudhu.
Menyentuh kemaluan orang lain tanpa penghalang, baik itu mayit atau kemaluan anak
kecil, maka membatalkan wudhu orang yang menyentuh nya.
Cara nya
Adapun cara mengusap nya yakni dengan membasahi tangan, kemudian mengusap seluruh
bagian yang diperban dan membasuh bagian yang tidak terkena perban.
Batas Waktunya
Tidak ada batasan waktu tertentu dalam mengusap gips atau perban. Jadi, boleh bagi
seseorang mengusap perban sampai bagian yang diperban sembuh dari sakitnya. Jika bagian
yang diperban sudah boleh terkena air, maka keringanan mengusap perban telah berakhir.
Sehingga dia wajib membasuh bagian tersebut sebagaimana biasa nya.
Fawaid :
Jika seseorang mengusap khuf ketika dia mukim, lalu melakukan dia melakukan safar
(perjalanan), atau sebalik nya, dia awal nya safar kemudian mukim, maka hendaklah dia
menyempurnakan waktu mengusap khuf bagi orang yang mukim.
Makruh mengulangi usapan sepatu lebih dari sekali dan juga makruh membasuh sepatu karena
hal itu bisa merusak sepatu.
Hukum Menolong atau Minta Bantuan Dalam Berwudhu' ada 4 (empat) kondisi :
1. Mubah, jika tujuan nya untuk mendekatkan atau mengambil air.
2. Menyelisihi yang utama, jika bentuknya menuangkan air kepada orang yang sedang
berwudhu sementara dia mampu melakukan nya.
3. Makruh, jika bentuknya membasuh anggota tubuh orang berwudhu.
4. Wajib, jika bentuknya menolong orang yang tidak mampu berwudhu dengan sendiri nya,
baik itu karena sakit atau lain nya.
---oOo---
HUKUM MANDI
Secara bahasa Mandi (al-Ghuslu) adalah mengalir. Sedangkan secara istilah, yakni :
سيالن الماء على جميع البدن بنية مخصوصة
Mengalirkan air pada seluruh tubuh dengan niat tertentu.
Niat ini letak nya diawal mandi yakni ketika mencuci anggota badan pertama sekali.
2. Meratakan Air ke Seluruh Tubuh (Badan), termasuk rambut.
Wajib melepaskan kepangan rambut, jika kepangan itu bisa menghalangi sampai nya air. Jika
rambut nya mengumpal, maka itu dimaafkan.
Syarat Sah nya Mandi sama dengan Syarat Sah nya Wudhu'.
1. Islam
Maka tidak sah mandi nya orang kafir. Kecuali bagi wanita kafir yang telah suci dari haid
nya, agar menjadi halal bagi suami nya yang Muslim untuk mengauli nya. Maka mandi
nya dianggap sah. (Nailuk Raja' hal 49)
2. Tamyiz
Seorang anak dikatakan sudah Tamyiz apabila Bisa memahami pembicaraan orang dan
dapat menjawab nya dengan ben dan ardapat makan, minum dan istinja' (cebok)
dengan sendiri nya.
3. Suci dari Haid dan Nifas.
Kecuali mandi saat melakukan ibadah haji. Sebab mandi tetap disunnahkan bagi wanita
haid dan nifas.
4. Berakal
5. Air nya Suci
6. Tidak ada sesuatu yang dapat menghalangi air mengalir ke seluruh tubuh
7. Menghilangkan Najis yang ada pada tubuh.
8. Menghadirkan niat terus menerus artinya tidak berpaling kepada hal lain selain yang
dikerjakan dan diniatkan.
Hal yang dimakruhkan dalam Mandi sama dengan hal yang dimakruhkan dalam Wudhu'.
Ditambah 3 (tiga) perkara :
1. Dimakruhkan tidur
2. Dimakruhkan makan minum
3. Dimakruhkan jima' lagi, sebelum melakukan berwudhu.
Jika dia berwudhu, lalu dia tidur atau makan atau mengulangi jima', maka hukum
makruh nya terangkat.
Termasuk juga wanita yang sudah suci dari haid dan nifas yang belum mandi wajib, juga
dimakruhkan melakukan hal diatas kecuali jima', sebab jima' tidak boleh dilakukan atas
mereka sampai mereka mandi wajib.
Fawaid :
1. Apabila terkumpul antara perkara yang mewajibkan mandi dan najis yang harus di
hilangkan pada diri seseorang, misalnya air kencing, maka mandi sudah mencukupi nya.
2. Boleh menggabungkan antara mandi yang hukum nya wajib dengan mandi yang hukum
nya sunnah seperti mandi junub dengan mandi jumat, jika di niatkan kedua nya. Jika
tidak di niatkan, maka mandi sesuai apa yang di niatkan.
3. Apabila terkumpul antara hadats kecil dan hadats besar dalam waktu yang sama, maka
mandi sudah mencukupi untuk menghilangkan kedua hadats tersebut, baik sebelum
mandi dia berniat wudhu atau tidak, baik membasuh anggota wudhunya secara urutan
atau tidak, karena wudhu sudah terpenuhi dengan mandi dan juga hadats tidak
berbilang, sehingga berapa oun banyak hadats kewajiban bersuci hanya sekali saja.
4. Dibolehkan mandi bersama antara suami isteri dalam atau dari aatu bejana.
---oOo---
HUKUM TAYAMMUM
Secara bahasa, Tayamum adalah al-Qashdu (menyegaja). Sedangkan secara istilah adalah
إيصال التراب إلى الوجه واليدين بنية مخصوصة
Mengusapkan debu pada wajah dan kedua tangan dengan niat tertentu.
Hukum Tayamum
Tayamum disyariatkan berdasarkan al-Quran dan as-Sunnah serta Ijma'.
Sebab Tayamum
Hal yang membolehkan seseorang bertayamum ada 3 (tiga) yaitu :
1. Masuknya waktu shalat
2. Tidak ada air setelah mencari nya.
Disyariatkan mencari air dengan jarak kurang lebih 150 meter dari tempat nya, sebelum
melakukan tayamum.
Namun jika dia khawatir terhadap keselamatan nyawa dan harta nya saat mencari air,
maka tidak perlu mencari air.
3. Tidak bisa menggunakan air untuk bersuci
Ini ada beberapa kondisi :
a. Sakit, yakni sakit yang menyebabkan terhalang nya dia menggunakan air. Bisa
khawatir akan sakit nya tambah parah atau memperlambat kesembuhan atau
mengancam jiwa nya atau timbul bekas luka yang permanen atau semisalnya.
b. Cuaca yakni cuaca yang sangat dingin sekali yang khawatir nyawa nya, jika dia
menggunakan air.
c. Kadar air yang ada, tidak mencukupi untuk bersuci dan minum nya.
d. Menemukan Air yang di Jual, sementara dia tidak punya uang untuk membeli
nya.
e. Antara air dan dirinya terhalang oleh musuh atau binatang buas.
f. Air yang tersisa dibutuhkan untuk dijual guna memberi nafkah wajib kepada
kekeluarga nya atau membeli pakai untuk menutup aurat nya.
g. Takut harta nya dicuri atau dia ketinggal rombongan, apabila mencari air.
h. Tidak ada alat yang bisa digunakan untuk mengambil air.
i. Takut tercebur dan tenggelam kedalam lautan yang membahayakan nyawa nya,
jika ia berada diatas kapal dan tidak ada alat untuk mengambil air.
Hukum Orang yang Tidak Menemukan Air dan Tidak Mampu Bertayamum (Faqid Thahurain)
Apabila seseorang tidak menemukan air atau debu, seperti dia berada di temoat yang
berlumpur basah atau dia di penjara di tempat yang najis, atau ditawan oleh musuh dalam
keadaan terikat atau semisalnya. Maka yang wajib bagi nya adalah mengerjakan shalat sesuai
dengan kemampuan dan keadaan nya. Walaupun bersuci adalah syarat sah nya shalat, namun
keadaan ketidak mampuan nya melakukan hal itu (bersuci), tidak bisa menjadi alasan bagi nya
boleh meninggalkan shalat. Adapun alasan dibolehkan nya seseorang meninggalkan shalat
akan dibahas di kitab shalat.